POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
Maret 2010
PARADIGMA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN POLITEKNIK PRATAMA MULIA SURAKARTA Oleh : Burhan Ibnu Mubtadi Jurusan Teknik Mesin / Otomotif Politeknik Pratama Mulia Surakarta
ABSTRACT Progress of Science and Technology and Knowledge in the world of work (industry) is not balanced with progress in educational institutions, so that graduates of private universities (PTS) tend to "shift" due to the quality and quantity are considered not ready for work. To maintain the existence of the PTS (Politama) to remain high enough to have credibility and at the same time so that the development paradigm that potentially needed to be done with proper scale and priority. Paradigm development as a PTS Politama oriented with a focus on strategic management: collaboration with industry, and fleksibe adaptive curriculum, the needs of the practice facility, the quantity and entrepreneurship.
quality
of
human
resources,
competitiveness
and
ABSTRAK Kemajuan Ilmu pengetahuan dan IPTEK di dunia kerja (industri) tidak seimbang dengan kemajuan di lembaga pendidikan, sehingga lulusan perguruan tinggi swasta (PTS) cenderung mengalami “pergeseran” kualitas dan kuantitas akibat dinilai tidak siap kerja. Untuk mempertahankan eksistensi PTS (Politama) agar tetap mempunyai kredibilitas yang cukup tinggi dan sekaligus supaya pengembangannya diperlukan paradigm yang potensial untuk dilaksanakan dengan skala prioritas dan tepat. Paradigma pengembangan Politama sebagai PTS berorientasi pada manajemen strategik dengan berfokus pada : kolaborasi dengan industri, kurikulum adaptif dan fleksibe, kebutuhan fasilitas praktek, kuantitas dan kualitas SDM, kemampuan daya saing dan kewirausahaan.
Paradigma Pengembangan…
118
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
Maret 2010
bersama-sama dan sama-sama bekerja, dibarengi dengan iklim kerja yang Politeknik Pratama Mulia kondusif dan positif. Tanpa adanya (POLITAMA) Surakarta merupakan upaya tersebut di atas, kemajuan PTS salah satu Perguruan Tinggi Swasta tidak dapat diharapkan. (PTS) di bawah naungan Kopertis wilayah VI, ikut merasakan dampak Eksistensi Politama di tingkat penurunan terhadap jumlah mahasiswa kopertis wilayah VI sebenarnya baru. Hampir semua PTS merasakan mempunyai nama dan nilai strategis adanya penurunan penerimaan jumlah dalam mencetak lulusan ahli madya. mahasiswa baru di setiap tahunnya. Namun, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di lapangan Realitas yang terjadi adalah dunia kerja yang terus meningkat, maka antara jumlah lulusan sekolah menengah perlu adanya paradigma yang akan melanjutkan studi dengan pengembangannya. Berbagai macam ketersediaan perguruan tinggi (Negeri paradigma dapat dikemukakan, tetapi dan Swasta) dengan berbagai program yang lebih utama adalah menetapkan studi, secara tidak langsung merupakan skala prioritas pelaksanaan yang fenomena “persaingan”. disesuaikan dengan situasi dan kondisinya (kemampuan Institusi Persaingan dalam kuantitas dan masing-masing). kualitas animo calon mahasiswa baru di PTS indikasinya selalu dibawah dengan Pada konsep paradigma yang PTN dan kecenderungan terus dibahas pada kali ini dengan melihat mengalami penurunan dan bahkan tidak skala prioritas, antara lain : Manajemen sedikit PTS pada program studi tertentu strategik yang menitik beratkan pada telah gulung tikar karena tidak ada pembahasan: kolaborasi dengan mahasiswanya. Hal ini terjadi akibat industry, kurikulum adaptif dan kredibilitas PTS tersebut sangat rendah fleksibel, kebutuhan fasilitas praktek, dan alumninya tidak mendapatkan kuantitas dan kualitas SDM, pekerjaan yang semestinya, sehingga kemampuan daya saing dan “pengangguran” terus menumpuk dari kewirausahaan. tahun ke tahun. PEMBAHASAN Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi “akibat” yang lebih buruk lagi, 1. Manajemen Strategik maka perlu perhatian serius bagi Wawasan paradigma pengelola PTS tersebut, baik dari pihak dalam Sistem Pendidikan tidak yayasan sebagai pemilik atau institusi terlepas pada konsep : Input atau lembaga PTS terkait sebagai Proses – Output. Pada ranah apa pelakunya. Keduanya harus bersinergi saja dari konsep tersebut, komitmen terhadap kemajuan hendaknya berorientasi kepada pendidikan dengan menerapkan fungsi manajemen strategik. managerial dengan baik, bekerja PENDAHULUAN
Paradigma Pengembangan…
119
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
Manajemen strategik adalah seperangkat putusan manajerial dan tindakan strategis yang berorientasi pada tuntutan masa depan dan tantangan perubahan yang berkembang di lingkungan intern dan ekstern organisasi, dan bertujuan untuk mempertahankan sekaligus memenangkan persaingan (Mulyasana,2000 : 5) Unsur-unsur manajemen strategik memuat 6 hal penting yaitu : (a) adanya putusan menajerial yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua perangkat organisasi, (b) adanya tindakan strategis yang dilakukan sesuai dengan dinamika organisasi dan lingkungan, (c) adanya perencanaan strategis dan menghindarkan diri dari tindakan dan perencanaan alokatif, (d) adanya visi dan misi yang jelas dan terukur, (e) berorientasi pada tuntutan masa depan dan tantangan perubahan, (f) bertujuan untuk mempertahankan organisasi dan sekaligus memenangkan persaingan. (Sulaiman 2002 : 45) Memperhatikan pengertian manajemen strategik dan unsur-unsurnya yang terkait tersebut, maka manajemen strategik sangat tepat diterapkan dengan berorientasi kepada masa depan yang sangat dinamis sesuai dengan perkembangan Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
IPTEK. Hal-hal yang potensial untuk dilaksanakan adalah analisisis terhadap kebutuhan tenaga kerja yang sinergi terhadap pemikiran dari para ahli (stakes Holder),lulusan (Politama) akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. 2. Meningkatkan Kolaborasi Untuk menjalankan Kolaborasi dengan Stakes Holder/Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), diperlukan cara dan strategi tertentu sesuai dengan yang dibutuhkan. Keterkaitan erat antara lembaga pendidikan dan pada khususnya pendidikan Kejuruan atau Profesional dengan DUDI, sesuai dengan teori “Prosser’s” antara lain yaitu: a. Pendidikan kejuruan akan efisien, apabila disediakan lingkungan belajar yang sesuai dengan lingkungan dimana kelak mereka akan bekerja. b. Latihan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan jika tugas-tugas yang diberikan di dalam latihan memiliki kesamaan operasional dengan peralatan yang sama dan dengan mesin-mesin yang sama terhadap apa yang akan dipergunakan di dalam kerjanya kelak. c. Pendidikan kejuruan akan efektif jika sejak latihan 120
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
sudah dibiasakan dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak. d. Pendidikan kejuruan akan efektif bila pelatihnya cukup berpengalaman dan mengetrapkan kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar. e. Pendidikan kejuruan harus mengenal kondisi kerja dan memenuhi harapan “pasar”. Kolaborasi yang dilakukan antara lembaga pendidikan professional dengan industri sangat diperlukan agar lembaga tersebut mampu mencetak lulusan yang siap kerja, mengingat pembiayaan sekolah kejuruan (engineering) sangat mahal dan merupakan langkah yang dinilai efektif dan efisien. Meningkatkan kolaborasi dengan industri dapat dilakukan dengan cara antara lain : a. Pendidikan kooperatif (Dual Sistem) b. Latihan magang kerja / praktek kerja lapangan. c. Mengangkat dewan penasihat /penyantun. d. Memperbaiki ketrampilan teknik para dosen (retraining). e. Pertukaran personil sesuai bidang yang dibutuhkan . f. Kunjungan secara rutin ke industri. g. Mendatangkan pembicara tamu Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
(seminar, workshop, stadium general). h. Penanganan Proyek bersama. 3. Kurikulum Adaptif dan fleksibel Seperangkat kurikulum yang dipersiapkan dan akan dilaksanakan bersifat lentur dan mampu menyesuaikan diri sesuai dengan perkembangan dan kemajuaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Dunia Usaha dan Industri, dengan memperhatikan kedudukan kurikulum inti dan kurikulum institusional berbagai kompetensi. Lulusan yang telah menerima kurikulum tersebut diharapkan akan berkemampuan dalam hal pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai dan terpuji. Diharapkan lulusan dapat melakukan sesuatu pekerjaan dengan baik dan akan memperoleh hasil kerja sesuai dengan yang diinginkan oleh industry, selanjutnya memberikan umpan baik kepada institusi pendidikan. Kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki ciri-ciri: a. Dasar Pengembangan Kurikulum merupakan Respon terhadap: 1. Kebijakan pemerintah dan adanya Globalisasi 2. Kemajuan IPTEK (Teknologi Informasi) 121
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
3. Memenuhi dunia usaha dan industri terhadap kebutuhan tenaga kerja. 4. Perubahan sosial dan ekonomi. 5. Perubahan idiologi, politik dan tujuan pendidikan (secara filosofis) 6. Kemajuan dalam teknologi pendidikan dan perubahan pendidikan itu sendiri. b. Dasar Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum yaitu : 1. Peraturan pemerintah yang berlaku (PP No. 60 tahun 1999) 2. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (kepmen.232/U/200 0 dan kepmen 045/U/2002) sebagai kurikulum inti. 3. Peraturan-peraturan daerah dan keunggulan daerah sebagai kurikulum institusional. 4. Informasi dari dunia usaha dan dunia industri (perkembangannya) .
Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
5. Informasi dari para Alumni yang bekerja di industri. c. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang diharapkan akan Adaptif dan Fleksibel yang Berbasis Kompetensi, yaitu: 1. Orientasi dunia usaha dan dunia industri diperlukan peningkatan kolaborasi. 2. Keunggulan kedaerahan (Potensi daerah yang dimiliki). 3. Sinergi penyusunan (Industri, Institusi, Pakar Kurikulum, Alumni) yang mempunyai kredibilitas tinggi. 4. Menekankan pada ketrampilan, kejujuran dan kedisiplinan. 5. Orientasi terhadap perkembangan IPTEK (Teknologi Informasi). 6. Mempunyai sifat dan sikap penguatan integritas nasional; keimanan, nilai dan budi pekerti luhur, keseimbangan etika, logika dan estetika, kesamaan memperoleh 122
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
kesempatan/pemerat aan, dan belajar sepanjang hayat. 4. Meningkatkan Fasilitas Praktek
Kebutuhan
Kebutuhan fasilitas praktek menjadi prioritas utama dalam mencetak lulusan yang trampil dan profesional. Di samping kebutuhan praktek yang sesuai dengan bidang / jurusan masing-masing, tentunya untuk memenuhi kebutuhan kemajuan IPTEK, sebuah keharusan fasilitas kebahasaan (laboraturium Bahasa Inggris) dan Komputerisasi diperlukan. Bahasa Inggris (TOEFL) dan computer menjadi dasar pertimbangan utama dalam rekruitmen tenaga kerja. Usaha untuk meningkatkan kebutuhan Fasilitas Praktek, antara lain meliputi : a. Operasionalisasi dan proses menggunakan fasilitas praktek (dilengkapi Job Sheet, manual dan sebagainya). b. “Maintenance and repair “ fasilitas praktek yang sudah ada (dalam rangka Efisiensi). c. Pengadaan fasilitas baru dengan skala prioritas berdasarkan kebutuhan, sesuai dengan kurikulum.
Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
d. Upaya mencari bantuan dari pihak luar (Industri). e. Optimalisasi pemberdayaan terhadap asset fasilitas praktek. 5. Meningkatkan Kualitas Kuantitas SDM
dan
Kuantitas SDM (Dosen dan Staf Administrasi) yang mencukupi, dengan perbandingan jumlah dosen dengan mahasiswa, untuk eksakta 1:20 dan non eksakta 1:30. Jumlah ini ditunjang oleh staf administrasi dan laboran yang mencukupi dan kualitas SDM yang baik/tinggi sangat diperlukan dalam rangka mencetak lulusan yang berkualitas. SDM yang tersedia (Dosen) harus mempunyai kompetensi professional, baik bidang disiplin ilmunya maupun proses dan evaluasi pengajarannya. Usaha Meningkatkan Kemampuan / Kualitas SDM meliputi hal-hal : a. Program studi lanjut (knowledge : Cognitive, affective dan psychomotoric). b. Program pendidikan dan pelatihan (Training & Re-Training). c. Program-program seminar, lokakarya & Workshop.
123
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
d. Program pemantauan kerja (disiplin & peraturan-peraturan). e. Program kode etik Dosen (SDM) dan evaluasinya. f. Program evaluasi kerja (oleh ahli/pimpinan). g. Program rutin penulisan karya-karya ilmiah. h. Program “fit & property test” bagi dosen yang akan menduduki jabatan struktural. 6. Meningkatkan Daya Saing
Kemampuan
Globalisasi menuntut kita untuk dapat eksis menjadi unggulan, baik itu keunggulan kompetitif maupun keunggulan komparatif di berbagai hal/bidang ataupun SDM nya. Usaha meningkatkan kemampuan bersaing (daya saing) meliputi: a. Peningkatan kreativitas, produktivitas, dan inovasi: 1. Pengembangan kurikulum dan silabus kuliah 2. Pengembangan bahan ajar 3. Lokakarya pengajaran serumpun/program studi 4. Perbaikan proses belajar mengajar 5. Penelitian mandiri/kelompok Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
b. Pengembangan kegiatan yang terfokus dan terarah c. Kerjasama untuk meningkatkan kualitas (internal) d. Menyiapkan buku ajar yang lebih baik. e. Meningkatkan kualitas perkuliahan/PBM. 7. Membekali Kewirausahaan Lulusan Politama tidak hanya “pencari kerja” tetapi sangat diharapkan mampu mencetak lapangan kerja. Oleh karena itu, perlu pembekalan kuliah kewirausahaan. Kuliah kewirausahaan (KWU) untuk : a. Mewujudkan calon pengusaha muda pemula terdidik. b. Menumbuh kembangkan budaya kewirausahaan. c. Memperkenalkan dunia wirausaha. Kuliah kewirausahaan (KWU) dilaksanakan untuk : memberikan pengetahuan dan pengalaman berwirausaha serta mendorong tumbuhnya motivasi untuk berwirausaha, sehingga mahasiswa tergugah untuk menciptakan lapangan kerja. Tujuan Kuliah Kewirausahaan untuk : a. Meningkatkan pemahaman dan penjiwaan kewirausahaan dikalangan mahasiswa agar menjadi wirausaha berbasis pada ilmu yang dimiliki. 124
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
b. Meningkatkan pemahaman manajemen (organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran). c. Memahami, membuat jaringan kemitraaan. d. Mampu membuat rencana bisnis (Wahyu Hidayat, 2007)
Maret 2010
RUJUKAN -
-
PENUTUP Paradigma pengembangan PTS (Politama) yang telah dipaparkan singkat seperti di atas akan mempunyai dampak yang signifikan positif terhadap eksistensi PTS tersebut. Semakin komitmen terhadap penerapan paradigma tersebut akan semakin kredibel dimata masyarakat. Kemudian hasil yang dapat diraih adalah para alumni akan cepat mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidangnya di samping kredibilitas PTS akan semakin nyata positif dan mencapai perkembangannya.
-
-
-
-
-
-
-
Paradigma Pengembangan…
Calhrum, Calfrey C. & Finch, Alton V (1982). Vocational Education: Concepts and Operations. California Wordsworth. Darwanto, Djoko (2002). Makalah: kompetensi Tenaga teknik ATKI. Bandung. Depdikbud. (1982). Materi Dasar Pendidikan Akta Mengajar V-B, Profesionalisasi Jabatan Guru. Jakarta: Dirjen Dikti. Gagne, Robert and Brigs, Lestic J. (1978). Principles and design of Instructional. New York: USA. Hidayat, Wahyu .(2007). Program Kuliah Kewirausahaan, (Makalah Pelatihan) Hilda Taba (1982) . Curriculum Development Theory and Practice. New York : Willard B. Spalding. London, H.H (1973). Principles and techniques of Vocational Guidance. USA: Bell and Howell Company. Mulyasana, Dedi. (2001). Konsep manajemen strategik dalam system pendidikan, Bandung: Pasca Sarjana Rudi Suardi (2003) . Sistem Manajemen Mutu ISO. Jakarta : PPM Sulaiman, (2002) Konsep Manajemen strategic dalam manajemen berbasis sekolah.Raya Karya, Tahun XX. No.1 April 2002. 125
POLITEKNOSAINS VOL. IX NO. 1
Paradigma Pengembangan…
Maret 2010
126