ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 PENYIAPAN BENIH TANAMAN PAKAN BERMIKORIZA Preparation of Micorrhizal Forage Seed Oleh: Taufan P. Daru dan Julinda R. Manullang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, Samarinda Gunung Kalua Samarinda Alamat korespondensi: Taufan P. Daru (
[email protected]) ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji tingkat infeksi fungi mikoriza arbuskula (FMA) pada benih tanaman pakan (Macroptilium atropurpureum) yang diselubungi oleh suspensi akar yang mengandung propagul FMA yang dibandingkan terhadap FMA dalam bentuk granular (mycofer) maupun yang tidak diinokulasi oleh FMA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman dan percobaan dilaksanakan di dalam gelas plastik yang berisi 100 g tanah pucuk per gelas plastik dan ditempatkan dalam rumah kaca. Setiap gelas plastik terdiri atas 4 tanaman. Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri atas 3 perlakuan jenis inokulan FMA untuk legum siratro, yaitu: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol), M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk granular (mycofer) (5 g.gelas plastik-1), dan M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk coating benih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 8 kali, sehingga setiap jenis tanaman masingmasing terdiri atas 24 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA dapat meningkatkan kolonisasi FMA pada akar tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Mycorrhizal inoculation effect (MIE) pada kedua perlakuan inokulasi FMA tersebut tinggi, yang mencerminkan efektifnya FMA yang bersimbiosis dengan akar siratro. Inokulasi FMA juga memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman siratro, dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan oleh berat kering tajuk, berat kering akar, berat kering tanaman, dan panjang akar. Kata kunci: Macroptilium atropurpureum, fungi mikoriza arbuskula, benih tanaman pakan
ABSTRACT
The purpose of this experiment was to examine the level of infection of arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) on forage seeds (Macroptilium atropurpureum) coated by root suspension containing propagules of AMF. These seeds were compared to seeds planted on AMF in granular form (mycophere) and to seeds uninoculated by the AMF. The experiment was conducted in the Laboratory of Animal Nutrition, Faculty of Agriculture, Mulawarman University. It was conducted in a plastic cups containing 100 g of top soil per cup and placed in the greenhouse. Each cup consisted of 4 plants. The experiment was arranged in completely randomized design (CRD) comprising three treatments that were M0 = siratro seeds without AMF inoculation (control), M1 = siratro seeds inoculated by AMF in granular form (mycophere) (5 g.cup - 1), and M2 = siratro seeds inoculated by AMF in the form of seed coating. Each treatment was replicated eight times. The results showed that AMF inoculation could increase the colonization of AMF on siratro roots, where the application in the form of seed coating and granular form showed no significant differences . Mycorrhizal inoculation effect (MIE) in both the AMF inoculation treatments were high, that was reflecting the effectiveness of AMF symbiosis with the siratro roots. Inoculation of AMF also performed a great influence on the growth and yield of siratro, where the application in the form of seed coating and in granular form showed no significant differences. This was indicated by shoot dry weight, root dry weight, plant dry weight, and root length. Keywords: Macroptilium atropurpureum, arbuscular mycorrhizal fungi, forage seed
pakan ternak yang sering digunakan
PENDAHULUAN Legum atropurpureum)
140
siratro
(Macroptilium
merupakan
tanaman
sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) pada lahan reklamasi paska tambang
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 (Potro 2000). Jenis tanaman ini memiliki
tanah liat, zeolit, atau pasir memerlukan
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi
ruang yang luas dan transportasi ekstra.
lingkungan yang buruk, terutama pada
Selain itu, apabila dalam aplikasinya
kondisi keasaman tanah yang tinggi (pH
dilakukan dengan cara disebar, maka besar
rendah). Agar tanaman ini memberikan
kemungkinan akan kontak dengan sinar
penutupan
matahari
lahan
yang
cepat
dengan
secara
langsung
yang
produksi hijauan yang maksimal untuk
mengakibatkan turunnya mutu inokulan
kepentingan ternak, maka perlu diberi
sehingga tidak efektif.
pembenah
tanah,
diantaranya
dengan
Kolonisasi akar oleh FMA dapat
inokulasi fungi mikoriza arbuskula (FMA.
berasal dari tiga sumber inokulum, yaitu
FMA adalah agen biologis yang
spora, potongan akar yang terinfeksi, dan
banyak membantu tanaman, teruatama
hifa; secara keseluruhan disebut propagul
dalam penyerapan nutrisi dari tanah. Sudah
(Smith & Read 1997; Dalpé &. Monreal
banyak
menunjukkan
2004). Setiap potongan akar tanaman yang
bahwa FMA memberikan hasil yang cukup
telah terkolonisasi oleh hifa FMA dapat
menggembirakan bagi tanaman pertanian
dikembangkan sebagai sumber inokulum.
baik
produksi
Infektifitas sumber inokulum yang berasal
dalam
dari akar yang terkolonisasi juga lebih
secara
tinggi dibandingkan yang berasal
penelitian
terhadap
maupun
yang
peningkatan potensinya
mengembangkan
pertanian
dari
berkelanjutan (Smith & Read 1997; Turk
spora. Infeksi dapat terjadi pada 1 – 2 hari
et al. 2006). Pertumbuhan dan produksi
setelah
bahan kering tajuk tanaman meningkat
Apabila potongan akar yang mengandung
setelah diinokulasi dengan FMA. Hal ini
hifa dirajang halus dengan menggunakan
berkaitan dengan efektifnya penyerapan
blender sehingga membentuk suspensi
unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium,
kemudian dicampur dengan benih tanaman
kalsium dan seng (Osonubi et al. 1991;
melalui tehnologi coating, maka ketika
Barea et al. 1992; Wetterauer & Killorn
benih mulai meretas akar mudanya akan
1996).
kontak langsung dengan potongan akar
Dalam skala yang luas, inokulasi
inokulasi
(Sieverding
1991).
pada suspensi yang menyelimuti benih,
FMA pada tanaman pertanian, termasuk
sehingga
tanaman pakan ternak, masih dihadapkan
menginfeksi akar tanaman. Berarti, dengan
pada
menggunakan
kendala
produksi
inokulasi,
hifa
secara
cepat
tehnologi dapat
coating
akan ini
penyimpanan dan aplikasinya. Sediaan
diharapkan
mengembangkan
FMA dalam bentuk jadi dengan media
tanaman bermikoriza dengan lebih mudah. 141
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 Penelitian ini merupakan percobaan tahap
pertama
dengan
gelas blender. Selanjutnya
untuk
ditambahkan air secukupnya. Suspensi
menguji tingkat infeksi fungi mikoriza
dipindahkan ke dalam beaker glass dan
arbuskula (FMA) pada benih tanaman
tambahkan soil fix sebanyak 1% dari berat
pakan (Macroptilium atropurpureum) yang
suspensi kemudian aduk hingga merata.
diselubungi oleh suspensi akar
yang
Benih
mengandung
yang
suspensi bermikoriza dan diaduk selama
dibandingkan terhadap FMA dalam bentuk
beberapa saat hingga suspensi benar-benar
granular (mycofer) maupun yang tidak
menempel pada benih. Benih dikeringkan
diinokulasi oleh FMA.
pada suhu ruang selama 2 hari. Setelah
propagul
tujuan
ke dalam
FMA
siratro
dimasukkan
ke
dalam
kering, benih siap untuk diuji coba. Percobaan dilaksanakan di dalam
METODE PENELITIAN Percobaan
di
gelas plastik yang berisi 100 g tanah pucuk
dan
per gelas plastik dan ditempatkan dalam
Fakultas
rumah kaca. Setiap gelas plastik terdiri atas
Mulawarman,
4 tanaman. Percobaan disusun dalam
Benih legum
rancangan acak lengkap (RAL), yang
siratro dan Sorghum sp. yang digunakan
terdiri atas 3 perlakuan jenis inokulan
merupakan benih lokal yang berasal dari
FMA untuk legum siratro, yaitu: M0 =
PT Kaltim Prima Coal, dan FMA dalam
Tanpa inokulasi FMA (kontrol); M1 =
bentuk granular (mycofer) merupakan
Inokulasi FMA dalam bentuk granular
produksi
Bioteknologi
(mycofer) (5 g.gelas plastik-1); M2 =
Hutan dan Lingkungan, Pusat Penelitian
Inokulasi FMA dalam bentuk coating
Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
benih. Setiap perlakuan diulang sebanyak 8
Laboratorium
Nutrisi
Laboratorium Pertanian
dilaksanakan Ternak
Agronomi, Universitas
Kampus Gunung Kelua.
Laboratorium
Akar Sorghum sp. umur 35 hari
kali, sehingga setiap jenis tanaman masing-
yang telah diuji persentase kolonisasinya
masing terdiri atas 24 satuan percobaan.
oleh
Data yang diamati meliputi berat kering
FMA,
diambil
akarnya
dan
dibersihkan dengan air mengalir. Akar
tajuk,
tanaman dirajang dengan ukuran sekitar 2
kolonisasi akar (Phillips & Hayman, 1970
cm. Sebagian rajangan akar digunakan
yang dimodifikasi oleh Setiadi dkk., 1992),
untuk pembuatan suspensi akar, dan
dan mycorrhizal inoculation effect (MIE)
sebagian lagi digunakan untuk perlakuan
(Bagyaraj, 1992). Untuk mendapatkan
potongan akar. Potongan akar yang akan
berat kering, bahan dioven pada suhu 70
dibuat suspensi ditimbang dan dimasukkan
o
142
C
berat
selama
kering
48
jam.
akar,
persentase
Analisis
data
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 menggunakan
sidik
ragam,
yang
yang tidak diberi FMA)., namun diantara
dilanjutkan dengan uji jarak berganda
tanaman yang mengandung FMA tidak
Duncan (DMRT) pada taraf 1%.
menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05).
menunjukkan
hasil
bahwa
percobaan
benih
siratro
bermikoriza memiliki kemampuan yang besar
dalam
ini
menunjukkan
bahwa
tanaman yang mengandung FMA memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
Hal
meningkatkan
produksi
peran yang penting bagi upaya penyerapan unsur hara. Mycorrhizal (MIE),
yang
inoculation
menunjukkan
pengaruh
berat kering tajuk, berat kering akar, dan
produksi
berat kering tanaman yang tidak berbeda
ditunjukkan oleh tanaman yang diberi
secara nyata (P < 0,05) pada perlakuan
FMA. Untuk tanaman yang diberi mycofer
benih yang ditanam pada media mycofer
(M1) besarnya MIE adalah 95,67% dan
(M1) dengan benih bermikoriza melalui
benih yang diselubungi oleh FMA adalah
tehnik
Namun
95,27%. Dengan demikian, sangat jelas
demikian kedua perlakuan tersebut berbeda
bahwa perlakuan pemberian FMA pada
secara nyata (P , 0,05) terhadap benih yang
siratro
ditanam pada media tanah pucuk tanpa
produksi
diberi imbuhan FMA (M0). Pada Tabel 1
berdasarkan perlakuan yang dicobakan
disajikan
disajikan pada Gambar 1, dan keragaan
besarnya
(M2).
perbedaan
antara
perlakuan yang dicobakan. Selain indikator
ditunjukkan
tersebut,
berat
sangat
FMA
besarnya
tanaman pakan. Hal ditunjukkan oleh hasil
penyelubungan
inokulasi
effect
kering
tanaman
berpengaruh
tanaman.
terhadap
Keragaan
juga
terhadap tanaman
panjang akar berdasarkan perlakuan yang oleh
Dalam hal kolonisasi FMA pada akar
imbangan akar/tajuk tanaman siratro juga
tanaman siratro, nampaknya memiliki pola
mendukung terhadap pentingnya kehadiran
yang sama sebagaimana halnya pada berat
FMA
terhadap
kering tajuk, berat kering akar, maupun
penyerapan unsur hara. Pada Tabel 2
panjang akar. Pada tanaman yang tidak
disajikan bahwa panjang akar tanaman
diberi FMA, rata-rata kolonisasinya pada
siratro yang bermikoriza, baik yang diberi
akar hanya mencapai 20,88% yang berbeda
mycofer
proses
nyata terhadap tanaman yang diinokulasi
penyelubungan, berbeda nyata (P < 0,05)
dengan FMA dalam bentuk mycofer
bila dibandingkan tanaman kontrol (benih
maupun dalam bentuk penyelubungan
kaitannya
maupun
melalui
akar
dicobakan disajikan pada Gambar 2.
dan
dalam
panjang
ketiga
143
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 Tabel 1. Berat kering tajuk, berat kering akar, dan berat kering tanaman siratro umur 30 Hari setelah tanam dengan sumber inokulasi FMA yang berbeda. Komponen yang diukur
Perlakuan M0 M1 M2 b a Berat kering tajuk (g) 0,19 0,557 0,520a Berat kering akar (g) 0,009b 0,102a 0,089a b a Berat kering tanaman (g) 0,28 0,660 0,609a Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan (coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT). Tabel 2. Panjang Akar, dan Imbangan Akar/Tajuk Tanaman Siratro Umur 30 Hari Setelah Tanam dengan Sumber Inokulasi FMA yang Berbeda. Komponen yang diukur
Perlakuan M0 M1 M2 b a Panjang akar (cm) 3,51 7,78 7,84a Imbangan akar/tajuk 0,48b 0,19a 0,17a Keterangan: M0 = Tanpa inokulasi FMA (kontrol) ; M1 = Inokulasi FMA dalam bentuk granular (mycofer); M2 = Inokulasi FMA dalam bentuk penyelubungan (coating) benih; Angka rata-rata yang didampingi superskrip yang sama dalam baris menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0.05) (DMRT).
M0 M1 M3 Gambar 1. Keragaan tanaman percobaan berdasarkan jenis inokulan.
M1 M0 M3 Gambar 2. Keragaan panjang akar berdasarkan perlakuan inokulasi FMA
144
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 benih
masing-masing,
dimana
akar
tanaman yang diinokulasi dengan mycofer
efektifitas
yang
diinokulasi
penyelubungan
dalam
benih
mencapai 70,88%.
FMA
terhadap
produksi yang dihasilkan.
kolonisasinya pada akar sebesar 77,19% dan
inokulasi
Efektifitas dalam hal ini menyangkut
bentuk
kemampuan FMA dalam memberikan
kolonisasinya
keuntungan bagi tanaman inang (Abbot et
Kedua perlakuan
al.
1992).
Efektifitas
dikelompokan
tersebut tidak menunjukkan perbedaan
menjadi 4 kategori, yaitu tidak efektif,
yang nyata. Grafik pada Gambar 3
efektifitas
rendah,
menyajikan besarnya kolonisasi FMA pada
(moderat),
dan
akar
Pengelompokan ini didasarkan kepada
siratro
berdasarkan
perlakuan
inokulasi FMA yang berbeda. Berdasarkan
hasil
efektifitas efektifitas
sedang tinggi.
hasil tanaman yang dibandingkan terhadap percobaan
tanaman
yang
tidak
menunjukkan bahwa kolonisasi FMA yang
terhadap
tinggi diperoleh pada akar tanaman siratro
(Sieverding 1991).
yang diinokulasi FMA baik dalam bentuk
Dalam
rata-rata
diinokulasi hasil
percobaan
ini,
dan
tanaman tingginya
granular (mycofer) maupun dalam bentuk
kolonisasi akar tanaman oleh FMA selaras
penyelubungan benih, meskipun tidak
dengan efektifitas yang tinggi. Inokulasi
berbeda nyata pada kedua perlakuan
FMA dalam bentuk granular maupun
inokulasi
FMA
tersebut.
penyelubungan benih memiliki nilai MIE
kolonisasi
FMA
ini
Tingginya dengan
yang tinggi, masing-masing 95,67 dan
tingginya berat kering tajuk, berat kering
95,27%. Dengan MIE yang tinggi tersebut
akar maupun berat kering seluruh tanaman.
menjamin
Kondisi
tanaman yang tinggi pula.
Kolonisasi FMA (%)
inipun 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
selaras
dicerminkan
oleh
77.19a
terjadinya
pertumbuhan
70.88a
20.88b
M0
M1 Perlakuan inokulasi FMA
M2
Gambar 3. Kolonisasi FMA pada akar siratro berdasarkan perlakuan inokulasi FMA yang berbeda.
145
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 Tinggi atau rendahnya efektifitas
dengan tanaman inang (Barker & Tagu
FMA dalam memberikan keuntungan bagi
2000). Hasil percobaan Fitze et al. (2005)
tanaman, dalam hal ini berat kering tajuk,
menunjukkan bahwa auxin bebas maupun
berat kering akar, maupun panjang akar,
yang berkonyugasi, secara lokal dan
nampaknya dipengaruhi oleh kecepatan
sistematis
FMA dalam kolonisasi akar tanaman
pembentukan
inang. Kolonisasi akar oleh FMA diawali
tanaman. Fitohormon ini dapat berasal dari
saat
eksudat akar tanaman atau dari bakteri
hifa
memfiksasi
akar
melalui
menginduksi
tahap
simbiosis
FMA
awal dengan
diikuti
oleh
Paenibacillus validus (Hildebrandt et al.
internal,
baik
2002).
interseluler maupun intraseluler,
yang
Perlakuan inokulasi FMA dalam
dalam perkembangan berikutnya akan
bentuk penyelubungan benih nampaknya
membentuk
arbuskula
memiliki kemampuan yang sama dengan
(Sieverding 1991; Barker et al. 1998).
inokulasi FMA dalam bentuk granular
Sebelum terjadinya fiksasi hifa ke dalam
(mycofer) dalamhal
akar tanaman, perlu adanya signaling yang
maupun
membantu pengenalan hifa terhadap akar
kolonisasi terjadi seiring dengan kecepatan
yang akan diinfeksi. Sinyal ini berasal dari
pertumbuhan akar (Sylvia 1992), yang
eksudat akar, berupa metabolit yang
dalam
diperlukan untuk menggertak pertumbuhan
membentuk
dan perkembangan FMA. Tahapan ini
terbentuk sel-sel auxilliary. Dengan adanya
merupakan
terjadi
vesikel dan sel-sel auxilliary, menunjukkan
kolonisasi pada akar tanaman inang.
adanya perluasan kontak antara tanaman
Menurut Buee et al. (2000) eksudat akar
dan
tanaman inang mengandung beberapa
adanya
senyawa lipolitik yang disebut branching
membentuk spora (Smith & Read 1997).
apresoria.
Tahapan
kolonisasi
hifa
ini
secara
vesikel
prasyarat
dan
agar
kolonisasi akar
efektifitasnya.
Selanjutnya
perkembangan
FMA
vesikel.
berikutnya
Selain
sekaligus
perkembangan
itu
juga
menggambarkan FMA
untuk
factor, yang memiliki aktivitas dalam
Panjang akar tanaman siratro yang
proliferasi sel FMA. Branching faktor
diinokulasi FMA memiliki panjuang akar
inilah yang kemudian menjadi sinyal yang
yang lebih panjang dibandingkan akar
diperlukan
menggertak
siratro yang tidak diinokulasi oleh FMA.
perkembangan FMA sebelum terjadinya
Hal ini menunjukkan bahwa hadirnya
kolonisasi. Selain itu, fitohormon juga
FMA dalam sistem pertumbuhan tanaman
berperan penting selaku molekul sinyal
bedrpengaruh terhadap morfologi akar.
selama
Morfologi akar tanaman
146
dalam
pembentukan
simbiosis
FMA
penting untuk
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 memaksimalkan penyerapan hara, sebab
dari fungi
sistem
area
hingga lebih dari 25 cm dari akar, dengan
permukaan dan volume yang tinggi akan
demikian akan meningkatkan kemampuan
lebih efisien menjelajah volume tanah
eksplorasi tanah untuk mendapatkan hara.
yang luas.
Oleh karena itu mikoriza
Oleh karena itu aliran P pada akar yang
penting pada tanaman, terutama dalam hal
berkoloni dengan fungi mikoriza 3 – 5 kali
penyerapan
ini
lebih cepat dibandingkan dengan akar yang
akar
tidak berkoloni dengan mikoriza dengan
perakaran
P,
dengan
karena
meningkatkan
ratio
mikoriza
kemampuan
mikoriza dapat menyebar
laju 10-11 mol m-1.s-1 (Smith & Read 1997).
mengeksplorasi tanah lebih luas. Rambut akar merupakan struktur
Pengambilan P oleh FMA selanjutnya
akar umum, dan peningkatan panjang serta
ditranslokasikan
jumlah rambut akar merupakan adaptasi
ke sel-sel akar tanaman.
tanaman
dalam
pengambilan P ketika
P
meningkatkan
dan kompetisi tanaman
tanaman
terbatas
melalui hifa, arbuskula
Tanaman
bermikoriza
mampu
mengambil P lebih efisien, bahkan mampu
untuk
mentransport P dengan jarak yang lebih
pertumbuhan. Peningkatan penyerapan P
jauh dari sistem perakaran terlebih pada
pada tanaman
kondisi deplesi P di rhizosfer.
diperoleh dari adanya
Hal ini
asosiasi dengan FMA (Brundrett, 2004).
karena hifa eksternal FMA dapat mencapai
Perkembangan hifa ekstraradikal FMA
1 – 20 m per gram tanah (Sylvia 2005).
meningkatkan penyerapan P oleh akar.
Simbiosis mutualistik FMA dan tanaman
FMA
P
memberikan keuntungan bagi tanaman
sehingga
yaitu pertumbuhan dan hasil meningkat,
meningkatkan efisiensi penggunaan nutrisi.
memperbaiki kebugaran tanaman atau
FMA simbiosis biasanya meningkatkan
kemampuan
fotosintesis dan biomasa tanaman, juga
meningkatkan luas permukaan absorbsi
membantu transport dan penyerapan P di
hara oleh tanaman karena diameter hifa
samping membantu pertumbuhan tanaman
FMA lebih kecil daripada akar tanaman
dan terlebih meningkatkan biomasa dan
(Sylvia 2005).
meningkatkan
melalui
hifa
pengambilan
ekstraradikal,
bereproduksi,
dan
hasil. Kebanyakan
tanaman
pertanian,
KESIMPULAN
rumput-tumputan, tanaman perkebunan,
1. Inokulasi FMA dapat meningkatkan
dan beberapa spesies tanaman hutan dapat
kolonisasi FMA pada akar tanaman
berasosiasi
dalam
siratro ((Macroptilium atropurpureum),
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hifa
dimana aplikasi FMA dalam bentuk
dengan
mikoriza
147
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Mycorrhizal inoculation effect (MIE) pada kedua perlakuan
inokulasi
FMA
tersebut
tinggi, yang mencerminkan efektifnya FMA yang bersimbiosis dengan akar siratro. 2. Inokulasi FMA memiliki pengaruh yang besar
terhadap
pertumbuhan
dan
produksi tanaman siratro (Macroptilium atropurpureum), dimana aplikasi FMA dalam bentuk penyelubungan benih dan FMA dalam bentuk granular tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan oleh berat kering tajuk, berat kering akar, berat kering tanaman, dan panjang akar. DAFTAR PUSTAKA Abbot LK, A.D. Robson, and C. Gazey. 1992. Selection of inoculant vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi. Di dalam: Norris JR, Read DJ, Varma AK, editor. Methods in microbiology volume ke-24, techniques for the study of mycorrhiza. London: Academic press. Bagyaraj DJ. 1992. Vesicular-arbuscular mycorrhiza: Apllication in agriculture. Di dalam: Norris JR, Read DJ, Varma AK, editor. Methods in microbiology volume ke24, techniques for the study of mycorrhiza. London: Academic press. Barea JM, R. Azcon, and C. AzconAguilar. 1992. Vesicular-arbuscular
148
mycorrhizal fungi in nitrogen-fixing systems. Di dalam: Norris JR, Read DJ, Varma AK, editor. Methods in microbiology volume ke-24, Techniques for the study mycorrhiza. London: Academic Press. Barker SJ, D. Tagu, and G. Delp. 1998. Regulation of root and fungal morphogenesis in mycorrhizal symbioses. Plant Physiology 116: 1201-1207. Barker SJ, and D. Tagu . 2000. The roles of auxin and cytokinins in mycorrhizal symbioses. Journal of Plant Regulator 19: 144-154. Brundrett M. 2004. Diversity and classification of mycorrhizal associations. Biology Review 79: 473-495. Buee M, M. Rossignol, A.Jauneau, R. Ranjeva, and G. Bécard. 2000. The pre-symbiotic growth of arbuscular mycorrhizal fungi is induced by branching factor partially purified from plant root exudates. Molecular Plant-Microbe Interactions 13: 693698. Dalpé, Y., and M. Monreal. 2004. Arbuscular mycorrhiza inoculum to support sustainable cropping systems. http://www.plantmanagementnetwor k.org/pub/cm/review/2004/ inoculant [25 Nov. 2005]. Fitze D, A. Wiepning, M. Kaldorf, and J. Ludwig-Müller. 2005. Auxins in the development of an arbuscular mycorrhizal symbiosis in maize. Journal of plant physiology 162: 1210-1219. Hildebrandt U, K. Janetta, and H. Bothe. 2002. Towards growth of arbuscular mycorrhizal fungi independent of a plant test. Applied Environmental Microbiology 68: 1919-1924.
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 17, No. 2, Oktober 2013 Osonubi O, K. Mulongoy, O.O. Awotoye, M.O. Atayese, and D.U. Okali. 1991. Effects of ectomycorrhizal and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi on drought tolerance of four leguminous woody seedlings. Plant and Soil 136: 131-143. Phillips JM, and D.S. Hayman. 1970. Improved procedures for clearing roots and staining parasitic and vesicular-arbuscular mycorrhizal fungi for rapid assesment of infection. Transactions of British Mycologia Society 55: 158-160. Potro S. 2000. Pengelolaan Lingkungan di PT KPC. Sangatta: Departemen Lingkungan PT KPC. Pusat Penelitian Tanah. 1983. Term of reference type AS. Bogor: P3MT PPT. Setiadi Y, I. Mansur, S.W. Budi, dan Ahmad. 1992. Petunjuk Laboratorium mikrobiologi tanah hutan. Bogor: PAU-Bioteknologi IPB.
Sieverding E. 1991. Vesicular-arbuscular mycorrhizas management in tropical agrosystem. Eschborn: Deutsche Gessellschaft für technische zusammenarbeit (GTZ). Smith SE,and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal symbiosis. San Diego: Academic Press. Sylvia DM. 1992. Quantification of external hyphae of vesiculararbuscular mycorrhizal fungi. Di dalam: Norris JR, Read DJ, Varma AK, editor. Methods in microbiology volume ke-24, techniques for the study of mycorrhiza. London: Academic press. Turk MA, T.A. Assaf, K.M. Hameed, and A.M. Al-Tawaha. 2006. Significance of Micorrhizae. World Journal of Agricultural Sciences 2: 16-20. Wetterauer DG,and R.J. Killorn. 1996. Fallow- and flooded soil syndromes, effects on crop production. Journal of Production Agriculture 9: 39-41.
149