BIOEDUKASI Volume 6, Nomor 1 Halaman 49-62
ISSN: 1693-2654 Februari 2013 49
PENINGKATAN KREATIFITAS DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA MELALUI OUTDOOR LEARNING ACTIVITY Yuni Wibowo1), Asri Widowati1), Kurnia Rusmawati2) 1) Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2) SMPN 2 Bambanglipuro Bantul E-mail:
[email protected] Diterima 02 Desember 2012, disetujui 21 Januari 2013
ABSTRAK- Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan kemampuan kognitif siswa SMP N 2 Bambanglipuro Bantul melalui outdoor learning activity. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan mengikuti model dari Kemmis and Taggart meliputi tahap-tahap: perencanaan, pelaksanaan/tindakan dan observasi, serta refleksi yang berlangsung dalam 2 siklus pada materi fotosintesis yaitu uji ingenghouz dan uji sachz. Subjek dalam penelitian ini yaitu 30 siswa kelas VII E. Instrumen dalam penelitian terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian yaitu RPP, LKS, serta media pembelajaran melalui outdoor learning activity dengan model PBL dan instrumen pengambilan data berupa lembar observasi kegiatan pembelajaran, lembar observasi kemampuan kreativitas dan soal tes kemampuan kognitif siswa. Data kualitas proses pembelajaran dan kemampuan kreativitas siswa dianalisis secara deskriptif. Sementara itu, data kemampuan kognitif siswa dianalisis dengan menggunakan gain score. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kreativitas siswa dari kreativitas kurang sebanyak 42,38%, sedang 45,71% dan baik 11,91% pada siklus 1 menjadi kemampuan kreativitas kurang 27,14%, sedang 43,33% dan baik 29,53% pada siklus 2. Kemampuan kognitif juga terdapat peningkatan dari 54,67 pada pra siklus menjadi 80,67 pada siklus 1 dan 96,67 pada siklus 2 dengan gain score pada kriteria sedang. Kata kunci: kreativitas siswa, kemampuan kognitif siswa, outdoorlearning activity
ABSTRACT- The aims of this research is to improve students’ ceativity and cognitive achievments through outdoor learning activity at the SMPN 2 Bambanglipuro Bantul. This research is a classroom action research using Kemmis and Taggart Model. The phases are planning, acting, observing, and reflecting. The research had done in 2 cyclic under the topics “ingenhouz and sachz experiments”. Subject of this research were 30 students in grade VII E. The instruments were teaching guide, worksheet, instructional media, creativity observation sheet, and test of cognitive. Data of instructional process and students’ creativity were analized with descriptive analysis. Data of students cognitive was analyzed with gain score. The results showed that students’ creativity increased. There were three categories of students’ creativity, i.e. poor, fair, and good. In cyclic I, category of poor was 42,38%, fair was 45,17% and good 11,9%. In cyclic II, category of poor was 27,14%, fair was 43,33%, good was 29,53%. The students cognitive had increased from 54,67 in precyclic, 80,67 in cyclic I, and 96,67 in cyclic II with fair in gain score.
Keywords : students’ creativity, cognitive achievement, outdoor learning activity
tertinggi sebesar 28,65. Selain itu sekolah
Pendahuluan Sekolah
Menengah
Pertama
ini juga memiliki kategori baik. Hal ini
Negeri 2 Bambanglipuro Bantul berada di
tampak
Kabupaten Bantul, tepatnya di Desa
prestasi yang diraih sekolah diantaranya
Plebengan,
Sidomulyo,
terlibat aktif di dalam lesson study
Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten
FMIPA UNY, mengikuti lomba 4 mapel
Bantul. SMPN 2 Bambanglipuro Bantul
di TVRI, mengirimkan siswanya ke
berdiri pada areal seluas 10.500 m2 pada
olimpiade sains, dsb.
daerah
Kelurahan
yang
persawahan Sekolah
berbatasan
dan
ini
kantor
memiliki
dari
berbagai
program
dan
dengan
Penentuan kelas di SMP N 2
kecamatan.
Bambanglipuro Bantul dilakukan secara
lokal
kelas
sistematis sehingga siswa dalam satu
sebanyak 15 kelas, halaman upacara,
kelas diperoleh siswa yang memiliki
taman, kolam ikan, pendopo, dll. Siswa
kemampuan
yang belajar di SMP ini sebanyak 144
memiliki kemampuan tinggi dan kurang
siswa tersebar dari kelas VIII hingga
dikelompokkan menjadi satu kelas. Selain
kelas IX. Jumlah kelas untuk setiap
itu, dari 5 kelas yang ada dipilih satu
tingkat yaitu kelas VII, VIII, dan IX
kelas sebagai rintisan kelas berbasis
masing-masing sebanyak 5 kelas dengan
internasional yaitu kelas E. Siswa yang
dengan perincian setiap kelas terdapat 28-
dapat masuk kelas E harus lulus seleksi
30 siswa. SMP ini juga telah memiliki
internal sekolah pada sisi kemampuan
berbagai
sarana
kognitif siswa dan daya dukung orangtua.
kegiatan
pembelajaran
untuk
mendukung seperti
LCD,
Hasil
heterogen.
seleksi
Siswa
internal
yang
menunjukkan
perpustakaan, ruang laboratorium IPA,
bahwa secara umum kondisi siswa baik
laboratorium bahasa, laboratorium media,
motivasi belajar, kemampuan kognitif,
dan laboratorium komputer.
maupun daya dukung orangtua baik.
Secara umum siswa SMP N 2
Berdasarkan wawancara dengan
Bambanglipuro termasuk dalam kategori
guru pengampu mata pelajaran biologi
berkemampuan menengah keatas. Hal ini
siswa
ditunjukkan dari data Penerimaan Peserta
Bambanglipuro
Didik
yang
kemampuan kognitif yang baik, motivasi
menunjukkan nilai UN terendah yang
belajar yang tinggi serta perhatian yang
masuk ke SMP ini sebesar 21,05 dan
baik,
Baru
Tahun
2012
kelas
namun
VIIIE
SMP
Bantul
kemampuan
N
2
memiliki
kreativitas
masih terbatas. Hal ini terlihat dari variasi
51 tujuan pembelajaran pada ranah kognitif.
pendapat saat diskusi cenderung sama,
Bloom menyatakan bahwa kreatifitas
keberanian
pendapat
merupakan tingkatan kognitif pada level
masih terbatas pada siswa-siswa tertenu
C8 yaitu creation. Ini menunjukkan
dan
bahwa
menyampaiakan
kemampuan
komunikasi
belum
kreatifitas
merupakan
ujuan
maksimal. Selain itu, selama ini belum
pembelajaran pada tingkat yang tinggi
ada pembelajaran dengan
(high order thinking). Pengembangan
mendesain
tujuan pembelajaran pada tingkat high
penigkatan kreatiftas siswa. Tantangan dan persaingan hidup dimasa depan semakin berat. Berbagai ketrampilan
dibutuhkan
untuk
dapat
bertahan dalam persaingan global. Salah satu keterampilan yang sangat penting yaitu kreativitas. Ketrampilan ini harus
order thinking sangat diperlukan untuk bekal
kehidupan
di
masyarakat.
Kemampuan berpikir yang tinggi akan bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. Kemampuan
berpikir
tingkat
dikuasai oleh generasi penerus agar dapat
tinggi termasuk kreatifitas di dalamnya
berperan serta dalam pembangunan dan
perlu diajarkan kepada peserta didik.
eksis dimasa yang akan datang. Hal ini
Kreatifitas tidak muncul secara instan,
sesuai dengan amanat undang-undang
namun diperlukan latihan dan usaha yang
yang
bahwa
terus-menerus agar dapat muncul sikap
berfungsi
kreatif siswa. Untuk itu, diperlukan
tertuang
pendidikan
dalam
KTSP
nasional
dan
pendidikan yang dapat mengembangkan
membentuk watak serta peradaban bangsa
potensi kreatifitas pada siswa sejak dini.
yang
rangka
Latihan dan usaha yang terus-menerus
bangsa,
pada akhirnya akan dapat membentuk
bertujuan untuk mengembangkan potensi
sikap kreatif manusia. Latihan dan usaha
peserta didik agar menjadi manusia yang
tersebut perlu difasilitasi dalam kegiatan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan
pembelajaran di sekolah. Pembelajaran
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
yang tepat akan dapat mengembangkan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
potensi kreatif siswa. Sementara itu,
menjadi warga negara yang demokratis
pembelajaran yang tidak tepat justru
serta bertanggung jawab.
dapat mematikan potensi kreatif siswa.
mengembangkan
kemampuan
bermartabat
mencerdaskan
dalam
kehidupan
Bloom,
Paradigma pembelajran IPA pada
kreatifitas merupakan salah satu tingkatan
abad 21 ini adalah pembelajaran yang
Menurut
Taksonomi
52 and
berpusat pada siswa, kontruktivisme,
understanding,
kontekstual, melakukan penyelidikan, dan
organisational
mengutamakan
teamwork and the ability to apply their
Paradigma
pemecahan
belajar
ini
mengembangkan
masalah.
sesuai
kreatifitas
untuk
learning
in
siswa.
contextual”.
enterprise skills,
new
creativity,
and
challenging
Dierking and Falk (1997)
Melalui pembelajaran yang berpusat pada
juga menyatakan bahwa 96 % grup (128
siswa dengan menitik beratkan pada
anak-anak dan dewasa) dapat melakukan
penyelidikan dan pemecahan masalah
field trips pada tahun awal sekolah
sehari-hari maka siswa akan lebih banyak
mereka,
berpikir
mengambil
memberikan pengalaman belajar yang
merupakan
efektif, bukan membuang-buang waktu.
dan
keputusan.
berlatih
Kegiatan
ini
dan
field
trip
tersebut
bagian untuk memunculkan sikap kreatif
Pembelajaran IPA pada abad 21
siswa. Salah satu pembelajaran yang
ini seharusnya sudah sesuai dengan
sesuai dengan paradigma pembelajaran
semangat
abad 21 ini adalah aktivitas pembelajaran
Namun,
di luar kelas (outdoor learning activity).
dilapangan belum sesuai dengan harapan.
Pada
Pembelajaran di sekolah masih bersifat
pembelajaran
ini
siswa
akan
pembaruan fenomena
pembelajaran. yang
tampak
dihadapkan dengan objek belajar yang
tekstual
nyata, permasalahan, dan penyelidikan.
penguasaan
Melalui
tersebut
Berdasarkan wawancara dengan guru-
diaharapkan siswa akan lebih banyak
guru SMP di Kabupaten Bantul terungkap
berpikir dan mampu membuat keputusan
bahwa
atau
dominasi di dalam kelas dan belum
tiga
kegiatan
tindakan
dihadapi
pada
masalah
yang
sehinga kreativitasnya akan
dapat meningkat.
outdoor learning lebih
efektif untuk meningkatkan kemampuan kognitif daripada pembelajaran berbasis kelas. Sementara itu,
menitikberatkan
materi ajar
pembelajaran
memanfaatkan
pada
IPA
pada buku.
masih
lingkungan
di
sekolah
maupun lingkungan lokal secara optimal.
Eaton (2000) menyatakan bahwa pengalaman
yang
Selain
itu,
belum banyak
diungkap
pembelajaran yang menitikberatkan pada aspek kreatifitas anak. C. Tujuan Penelitian
Cameron (2007)
menyatakan “Through interdisciplinary activities of this kind, children and young people can develop their knowledge,
Berdasarkan
analisis
situasi
diatas, maka penelitian ini bertujuan:
53 1. Untuk
mengetahui
peningkatan
kreativitas siswa kelas VIII E SMP N 2 Bambanglipuro Bantul yang belajar melalui outdoor learning activity. 2. Untuk
mengetahui
peningkatan
kemampuan kognitiv siswa kelas VIII E SMP N 2 Bambanglipuro Bantul yang belajar melalui outdoor learning activity. Metode Penelitian
Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setting Penelitian
Jenis
penelitian
ini
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan (Depdiknas, berusaha
proses 1999).
pembelajaran. Penelitian
mengungkapkan
Penelitian ini dilaksanakan di
adalah
ini
SMPN
Bambanglipuro,
Bantul,
Yogyakarta pada bulan Agustus 2012 tahun ajaran 2012/2013 di kelas VIIIE dengan siswa sebanyak 30 orang.
proses
pembelajaran melalui outdoor learning
Rencana Tindakan Tahap-tahap
activity.
penelitian
yang
ditempuh terdiri dari 2 tahap kegiatan, Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart (dalam Depdiknas, 1999) yang berlangsung dalam 2 siklus. Alur kegiatan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: rencana tindakan (plan), pelaksanaan tindakan (action), observasi atau evaluasi (observation/ evaluation), dan refleksi (reflection). Alur kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
yaitu: tahap pra tindakan dan tahap tindakan. Tahap-tahap kegiatan penelitian sebagai berikut. 1.
Tahap Pra Tindakan
Pada tahap pra tindakan ini, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru IPA mengenai permasalahan dalam pembelajaran di sekolah dan tujuan melakukan penelitian serta membimbing guru menguasai pembelajaran melalui outdoor learning activity. 2.
Tahap Tindakan
Tahap
tindakan
berlangsung
dalam
2siklus.Kegiatansetiap
yaitu:
(1)
perencanaan,
siklus, dan
pelaksanaan
tindakan,
observasi/evaluasi,
dan
(4)
54 yang dipelajari pada siklus I adalah Fotosintesis, khususnya Uji Ingenhouz.
(2)
Pada siklus I pembelajaran dilakukan
(3)
sebanyak 2 pertemuan dengan alokasi
refleksi.
Kegiatantersebut akan diuraikan lebih
waktu setiap pertemuan 2 x 45 menit. 3) Observasi Observasi
lanjut.
dilakukan
selama
a. Siklus I
proses pembelajaran berlangsung dengan
1) Rencana Tindakan
melakukan
Pada
tahap
ini
dilakukan
pencatatan
keterlaksanaan
sintaks
terhadap oleh
guru,
RPP, media pembelajaran,
aktivitas, dan kreativitas siswa selama
dan LKS, serta instrumen penelitian yang
pembelajaran. Observasi oleh 2 (dua)
akan digunakan dalam pengumpulan data
orang dosen peneliti dan 4 (empat) orang
penelitian.
mahasiswa peneliti.
penyusunan
Pada
tahap
ini
peneliti
memberikan pelatihan singkat kepada observer
tentang
pengamatan
teknik
4) Refleksi. Setelah
pelaksanaan
menggunakan
lembar
proses
pembelajaran
selesai guru dan observer melakukan
observasi.
refleksi tindakan untuk mengevaluasi
2) Pelaksanaan Tindakan
kelemahan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan proses pembelajaran disesuaikan dengan
Rencana
ataupun
kekuatan
yang
ditemukan selama tindakan siklus I. b. Siklus II Hasil refleksi tindakan siklus I
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) melalui outdoor
sebagai
learning activity dengan model Project
tindakan lanjutan ke siklus II. Tahap-
Based Learning.Adapun tahap model
tahap pelaksanaan tindakan pada siklus II
Project Based Learning
meliputi: (1)
sama dengan tahap-tahap tindakan pada
topik/menentukan
siklus I. Materi yang dipelajari pada
permasalahan yang akan diteliti; (2)
siklus II adalah kelanjutan dari siklus I
Merencanakan tugas; (3) Melaksanakan
yaitu Fotosintesis, khususnya Uji Sach.
Mengidentifikasi
penyelidikan;
(4)
tolak
ukur
dilaksanakannya
Menentukan pesan
utama dari permasalahan
(interpretasi
data); (5) Merencanakan untuk presentasi;
Data dan teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam
(6) Mempresentasikan laporan akhir; (7)
penelitian
ini
meliputi:
(1)
data
Memberikan tanggapan. Materi pelajaran
keterlaksanaan sintaks pembelajaran, (2)
data observasi kemampuan kreativitas
55 berupa RPP dan LKS oleh tim peneliti
siswa, dan (3) data tes kemampuan
pada 24 dan 26 Juli 2012 serta melakukan
kognitif siswa.
ujicoba kegiatan praktikum berdasarkan
Teknik pengumpulan data yang
LKS yang telah dibuat tentang Uji
digunakan adalah melakukan observasi
Ingenhouz. Perangkat pembelajaran yang
keterlaksanaan
telah dibuat kemudian diimplementasikan
melakukan
sintaks
pretes
melakukan
pembelajaran,
dan postes,
observasi
serta
kemampuan
pada kegiatan pembelajaran yaitu pada tanggal 3 dan 6 Agustus 2012.
kreativitas siswa.
Kegiatan
pembelajaran
pada
pertemuan 1 diawali dengan pemberian pretes dan dilanjutkan dengan apersepsi
Analisis Data Teknik
analisis
dalam
tentang definisi fotosintesis. Langkah
penelitian ini dilakukan secara kualitatif
selanjutnya yaitu pembentukan kelompok
dan kuantitatif. Teknik analisis data
(5 orang) dan pembagian LKS. Guru
kualitatif ini, terdiri dari 3 kegiatan,
memberi keluasan
yaitu:1)
2)
mengerjakan apa yang ada di dalam LKS.
penyajian data berupa narasi, gambar atau
Tampak siswa masih kesulitan untuk
tabulasi
secara
mengerjakan LKS yang ada, namun
sistematis dan logis, dan 3) verifikasi dan
sebagian besar siswa tidak berupaya
penarikan kesimpulan data.
untuk mencari tahu, baik dengan bertanya
kegiatan
yang
data
reduksi
data,
ditampilkan
Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk
mengetahui adanya
bagi siswa untuk
kepada guru ataupun membuka buku sumber.
peningkatan kemampuan kognitif tiap
Beberapa
kelempok
mendapat
siklus digunakan rumus gain standarisasi
bantuan dari guru melalui pembimbingan
(David E. Meltzer, 2002:1260) sebagai
kelompok dengan memberikan kata-kata
berikut:
kunci yang penting. Hal ini dapat
Gain = rerata skor posttest – rerata skor pretest
membantu
Skor maksimum rerata skor pretest
Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi Proses Pembelajaran Deskripsi siklus 1 Kegiatan siklus 1 diawali dengan pembuatan
perangkat
pembelajaran
siswa
untuk
menyusun
rumusan masalah dan membuat desain gambar
penelitiannya.
menyita waktu
yang
Kegiatan
cukup banyak
sehingga
siswa
dapat
masalah
dan
merancang
penelitiannya.
ini
merumuskan desain
Kegiatan
selanjutnya
siswa
56 kegiatan pembelajaran baru tercapai 69%
memilih dan mengambil alat untuk
dari
percobaan
desain
dirancang. Kelemahan yang ada yaitu
penelitian yang dibuat. Tampak beberapa
mengidentifikasi topik atau permasalahan
kelompok mengambil alat lebih dari yang
yang
ada
presentasi dan memberikan tanggapan.
sesuai
dalam
Kemudian
dengan
desain
penelitiannya.
mereka
melakukan
penyelidikan di luar kelas. Ketika berada
langkah-langkah
akan
diteliti,
ideal
yang
merencanakan
Refleksi siklus 1
di luar kelas tampak ada beberapa
Kekurangan pada pembelajaran
kelompok yang kemudian melakukan
siklus 1 yaitu:
penyelidikan yang berbeda dengan desain
1) Penjelasan mengenai kegiatan yang
yang telah dibuat dalam LKS. Beberapa
akan dilaksanakan terlalu sedikit (kurang
kelompok mampu merangkai alat Uji
jelas)
Ingenhouz
namun
kesulitan dalam mengerjakan LKS. Pada
beberapa yang lain mengalami kesulitan
siklus ke-2 perlu diberi penjelasan yang
hingga waktu pelajaran hampir berakhir.
lebih jelas dengan contoh-contoh yang
Selain itu, hampir semua kelompok
nyata.
belum mampu membuktikan gas yang
2) Peralatan yang disiapkan guru terlalu
dihasilkan adalah O2.
banyak sehingga siswa cenderung ingin
dengan
benar,
Pertemuan ke 2 siklus 1 berupa
sehingga
siswa
mengalami
menggunakan semua peralatan walaupun
persiapan presentasi dan presentasi siswa.
tidak digunakan.
Satu kelompok siswa berani aktif untuk
3) Beberapa
maju secara sukarela, sementara itu
tersedia sehingga mengganggu kegiatan
kelompok yang lain harus didorong dan
pembelajaran.
ditunjuk oleh guru untuk presentasi ke
4) Ketika
depan kelas. Tanggapan dari siswa saat
dapat berubah dari desain yang sudah
presentasi masih kurang. Pembelajaran
dibuat sehingga muncul kegiatan yang
dilanjutkan dengan klarifikasi oleh guru
sifatnya trial and error. Untuk itu pada
mengenai hasil penelitian siswa dan
saat merancang desain penelitian perlu
diakhiri dengan evaluasi verbal dengan
disusun dengan cermat dan sungguh-
memberikan pertanyaan lisan oleh guru
sungguh.
kemudian ditutup dengan salam.
5) Pada saat presentasi belum dapat
Berdasarkan keterlaksanaan
lembar
sintaks
observasi
pembelajaran,
alat
ada
melakukan
yang
belum
penyelidikan
mengaitkan antara data yang diperoleh dengan literatur.
6) Beberapa kelompok juga belum aktif
57 setiap kelompok. Pada kegiatan ini
semuanya, untuk itu perlu dibentuk
diperlukan waktu yang cukup lama
kelompok baru dengan anggota yang
karena hasil uji sachz tidak secara jelas
lebih heterogen.
dapat menunjukkan gejala perbedaan
Hasil-hasil refleksi yang diperoleh pada
warna yang kontras sehingga cukup lama
siklus
menyita waktu.
1
dijadikan
dasar
untuk
memperbaiki pembelajaran pada siklus 2.
penelitian, tampak siswa tidak malu atau
Deskripsi siklus 2 Siklus ke 2 dilaksanakan pada hari kamis tanggal 9 Agustus 2012 pada jam ke 4-5 dan 7-8 mengenai materi uji sachz. Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan
Pada kegiatan presentasi hasil
lembar
observasi
keterlaksanaan sintaks pembelajaran oleh
ragu menyampaikan hasil penelitiannya. Selain itu, siswa juga aktif memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok yang lain. Setelah presentasi kegiatan dilanjutkan dengan klarifikasi oleh guru dan postes.
4 orang observer, sintaks pembelajaran
Refleksi siklus 2
dapat tercapai 100% sesuai rencana yang
1. Hal yang tampak menonjol pada
telah dibuat.
siklus 2 yaitu siswa telah berpikir
Sebelum melakukan penyelidikan, anak
melakukan
diskusi
untuk
secara sistematis tidak trial and error. 2. Penelitian yang dilakukan siswa telah
menentukan permasalahan yang akan
sesuai
diteliti. Tampak pada kegiatan ini siswa
diangkat dalam LKS.
dengan
persoalan
yang
aktif melakukan kegiatan diskusi dan dapat menentukan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu siswa juga dapat menuangkan ide penelitiannya dalam bentuk desain penelitian sederhana di
3. Pembimbingan guru baik sehingga siswa tidak bingung terhadap apa yang akan diteliti. 4. Pengelolaan waktu untuk siklus 2
dalam LKS yang ada. Namun beberapa
kurang
kelompok siswa belum menyelesaikan
pembelajaran mundur 30 menit.
rancangannya
terus
keluar
mencari
bahan-bahan
untuk
kegiatan
penyelidikan.
Kegiatan
dilanjutkan
dengan
melakukan
penelitian
sesuai
dengan variabel yang telah ditentukan
terbukti
kegiatan
Kemampuan Kreatifitas Aspek
kemampuan
kreatifitas
dijabarkan dalam 6 tahap Project Based Leaning
dalam
penerapan
Outdoor
Learning yaitu:
(1) Mengidentifikasi
topik/menentukan
permasalahan
58 (interpretasi data); (5)
permasalahan
yang
Merencanakan
presentasi;
akan diteliti; (2) Merencanakan tugas; (3)
Mempresentasi-kan
Melaksanakan
Memberikan
Menentukan
penyelidikan; pesan
(4)
utama
dari
(6)
laporan akhir; (7)
tanggapan.
Berikut
ini
kemampuan kreatifitas siswa.
Tabel 1. Persentase Kemampuan Kreatifitas Siswa Aspek
37
Siklus 1 S (%) 30
K (%) 33
B (%) 36,7
Siklus 2 S (%) 30
K (%) 33,3
27 10 0
40 80 70
33 10 30
16,67 40 26,7
46,67 60 40
36,67 0 33,3
0
76,7
23,3
30
43,3
26,7
3,3
10
87
40
40
20
6,67 11,91
13,3 45,71
80 42,38
16,7 29,53
43,3 43,33
80 27,14
B (%) Mengidentifikasi topik/menentukan permasalahan yang akan diteliti Merencanakan tugas Melaksanakan penyelidikan Menentukan pesan utama dari permasalahan (interpretasi data) Merencanakan untuk presentasi Mempresentasikan laporan akhir Memberikan tanggapan Total Keterangan: B: Baik S:Sedang K:Kurang
sehingga tidak ragu-ragu dalam meneliti Berdasarkan Tabel 1 di atas tampak
5
mengalami peningkatan, 1 aspek relatif sama dan 1 aspek mengalami penurunan. Peningkatan penyelidikan
dan dapat menangkap pesan yang ingin
aspek kreatifitas siswa
aspek dan
melaksanakan
menentukan
pesan
utama dari penyelidikan karena anak terlatih untuk melakukan penyelidikan
dicapai
melalui
penyelidikan.
Perencanaan presentasi juga mengalami peningkatan dengan adanya penugasan dari guru untuk melakukan studi referensi mengenai
apa
yang
akan
diteliti.
Presentasi hasil penelitian juga cenderung lebih sistematis. Beberapa siswa mampu menanggapi presentasi yang dilakukan
oleh siswa. Ini terjadi karena persiapan
59 guna memecahkan masalah yang sudah
siswa lebih baik dengan adanya tugas
disepakati dalam kelompok.
guru untuk melakukan studi referensi
3) Kelompok
siswa
berkreasi
dalam
yang berkaitan dengan topik yang akan
membuat tabel berdasarkan variabel-
dipelajari.
variabel yang mereka ubah dan ukur.
aspek
Kemampuan
kreatifitas
perencanaan
tugas
pada
mengalami
penurunan pada kriteria baik. Hal ini karena pada siklus 2 desain penelitian
4) Kelompok
siswa
mengembangkan
juga
berkreasi
masalah
baru
berdasarkan hasil kegiatan eksperimen yang mereka lakukan.
yang dibuat oleh beberapa kelompok relatif lebih sederhana daripada siklus `1. Desain
yang
disebabkan
sederhana
(biasa)
ini
pada siklus 2 tantangan
permasalahan
tidak
Kemapuan Kognitif siswa
setinggi
Kemampuan
kognitif
siswa
merupakan salah satu indikator capaian ketika
proses
permasalahan pada siklus 1 sehingga
dengan
baik.
siswa cenderung membuat desain yang
observasi sintaks kegiatan pembelajaran
hampir mirip.
tampak bahwa proses pembelajaran dari
Sementara berdasarkan
itu
secara
observasi
umum,
dari
hasil
siklus
1
ke
pembelajaran
berjalan
Berdasarkan
siklus
lembar
2
mengalami
peningkatan yang lebih baik. Peningkatan
pekerjaan LKS kelompok, kreativitas
proses
Siswa yang muncul dalam pembelajaran
mempengaruhi kemampuan kreativitas
outdoor, baik Ingenhouz maupun Uji
siswa. Kemampuan kreativitas siswa pada
Sachs
aspek-aspek
1) Setiap
siswa
berkreasi
dalam
menyusun masalah beserta hipotesis. Mereka melakukan sharing dengan teman dalam satu kelompok, Hipotesis yang dituliskan
merupakan
hipotesis
yang
siswa
berkreasi
peningkatan
ini
tertentu selama
juga
mengalami penelitian.
Peningkatan proses pembelajaran dan kreativitas siswa selama kegiatan dapat meningkatkan
kemampuan
kognitif
siswa. Selengkapnya data Kemampuan Kognitif siswa disajikan dalam Tabel 2
disepakati bersama oleh kelompok. 2) Kelompok
pembelajaran
dalam
merancang kegiatan yang akan dilakukan
sebagaimana berikut.
60 Tabel 2. Kemampuan Kognitif Siswa No Nilai . 1 Rerata 2 Persentase Siswa Lolos KKM (%) 4 Rerata gain score
Siklus 1 Pretes Postes 54,67 80,67 16,67 80
Siklus 2 Postes 96,67 100
Pretes 81,33 73,33
0,58 (sedang)
0,51 (sedang)
2 relatif sama yaitu pada kriteria sedang Berdasarkan data Tabel 2 tampak kemampuan
kognitif
siswa
selalu
mengalami peningkatan dari pretes ke postes. Selain itu postes siklus ke 2 lebih
walaupun pada siklus 1 lebih baik daripada siklus 2. Hal ini karena nilai pretes siklus 2 sudah baik. Peningkatan kemampuan kognitif pada siswa ini
baik daripada postes siklus ke 1. Namun
merupakan
tampak pada siklus ke 2 nilai pretes
kualitas
sudah tinggi. Hal ini karena siswa telah
terjadi.
belajar sebelumnya materi yang akan
pembelajaran yang berorientasi pada
dipelajari dengan adanya tugas dari guru
kreatifitas dapat merangsang kreatifitas
untuk mempelajari materi di rumah.
siswa. Hal ini didukung dengan kegiatan
Pencapaian kemampuan kognitif siswa
pembelajaran
selain juga disebabkan oleh adanya
antara
peningkatan
pelaksanaan
proses
dipelajari. Melalui pembelajaran outdoor
pembelajaran
dengan
strategi
siswa akan banyak bertemu dengan
indikator
proses
pembelajaran
Peningkatan
yang
siswa
meningkatnya
kualitas
yang proses
menginteraksikan
dengan
obyek
yang
pembelajaran outdoor learning model
obyek
Project Based Learning. Kemampuan
obyek biologi dapat dilakukan oleh siswa
siswa
mereka
dengan adanya LKS yang memandu
pembelajaran
siswa untuk memperoleh pengetahuan
ini
melaksanakan
memudahkan kegiatan
dan menangkap pesan pembelajaran.
melalui
biologi.
Penyelidikan dengan
pengamatan
obyek
belajar
Ditinjau dari persentase siswa
biologi. Akhirnya pemahaman yang baik
yang lolos KKM pada postes siklus ke 1
terhadap obyek dan persoalan yang
sudah mencapai 80,67% dan pada siklus
biologi dengan proses pembelajaran yang
ke 2 mencapai 100%. Ini menunjukkan
baik dapat meningkatkan kemampuan
bahwa siswa sudah menguasai materi
kognitif siswa.
pembelajaran dengan baik. Berdasarkan
Kesimpulan Dan Saran
nilai gain score tampak pada siklus 1 dan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan
dapat
disimpulkan
sebagai berikut: 1. Kemampuan kreatifitas mahasiswa pada siklus 1 cenderung keadaan
sedang
pada
dan
kurang,
sementara itu pada siklus 2
pada
keadaan sedang dan baik. 2. Kemampuan kognitif siswa pada pra siklus rata-rata sebesar 54,67 menjadi 80,67 pada siklus 1 dan 96,7 pada siklus 2 dengan gain score semuanya pada kondisi sedang. Berdasarkan penelitian
ini,
pelaksanaan maka
dalam
mengimplementasikan strategi outdoor learning 1.
Guru perlu menegaskan kerangka
permasalahan yang akan dipecahkan siswa 2.
Guru perlumengenal potensi lokal
sekolah
agar
pelaksanaan
outdoor
learning dapat berjalan lancar 3.
Pembelajaran mengasah kreatifitas
harus
dilakukan
secara
berkesinambungan.
Daftar Pustaka Anderson, L.W& Krathwohl, D.R., (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of
61 Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Arikunto, S. (2001). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cameron, D. (2007). Taking learning outdoors partnerships for excellence. Learning and Teaching Scotland. Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. (1975). Teaching science through discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publishing Company, Abell & Howell Company. Depdiknas. (2004). Standar Kompetensi Guru SMA. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), Jakarta: Depdiknas, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Dierking, L. D. and Falk, J. H. (1997) School field trips: assessing their long-term impact. Curator, 40(3), 211–218. Eaton, D. (2000) Cognitive and affective learning in outdoor education. Dissertation Abstracts International – Section A: Humanities and Social Sciences[versi tronik], 60, 10-A, 3595. Martin, et.al. (2005). Teaching science for all children: inquiry methods for constructing understanding3rd edition. Pearson education. Inc. Mary, et.al.(2002). Linking universities and k-12 through design of
outdoor learning environment. Papers from the 13 International Conference on College Teaching and Learning, (pp. 65-74). Diakses pada tanggal 22 Januari 2009dari www.glenninstitute.org.pdf. Meltzer, David E. (2002). “The Relationship Beetwen Mathemathic Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores.” American Journal of Physics 70 (12). Hlm 1259-1267. Oemar Hamalik. (2003). Pendekatan baru strategi belajar mengajar
62 berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo Bandung. Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Shellnut, Bonnie J.1996. John Keller A Motivating Influence in the Field of Instructional Systems Design (on line), (http://www.arcsmodel.com/pdf/Biographical%20Information.pdf, diakses tanggal 6 September 2008). WS
Winkel. (1987). Psikologi Pengajaran., Jakarta: PT Gramedia.