PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO MELALUI TEKNIK SCAFFOLDING SISWA KELAS IX SMP NEGERI 5 MOJOKERTO Apriyanti Khusnul Ch GuruSMPN5 Mojokerto Email :
[email protected]
Abstrak: Pembelajaran aspek menulis diarahkan untuk membekali siswa terampil berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar secara tertulis. Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa tulis untuk berkomunikasi, tidak dituntut lebih banyak menguasai pengetahuan tentang bahasa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kualitas pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas IX pada pembelajaran standar yang belum optimal. Hal itu ditunjukkan oleh (1) rendahnya capaian persentase ketuntasan klasikal, yaitu 9,09% dari kriteria minimal yang disyaratkan sebesar 75%, (2) rendahnya capaian nilai rata-rata kelas, yaitu 63,41 dari kriteria minimal yang disyaratkan sebesar 70,00, dan (3) belum optimalnya aktivitas, kreativitas, rasa senang, dan interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru tidak melakukan penahapan, tetapi langsung menyuruh siswa menulis teks pidato. Akibatnya, hasil dan proses pembelajaran pun tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis teks pidato siswa kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto melalui teknik scaffolding pada tahap prapenulisan, pengedrafan, perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus yang masingmasing meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengobservasian, dan perefleksian. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, angket, dan catatan lapangan, sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pembelajaran menulis teks pidato siswa. Sumber data berjumlah 22 siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks pidato dapat meningkat dengan digunakannya teknik scaffolding. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan kualitas hasil dan proses pembelajaran menulis teks pidato pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Kata Kunci:keterampilan menulis, teks pidato, teknik scaffolding
Salah satu kompetensi dasar (KD) mata pelajaran bahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa kelas IX SMP adalah menulis teks pidato dengan sistematis dan bahasa yang efektif (BSNP, 2003:13). Kompetensi ini dapat dicapai melalui indikator, antara lain, (1) menentukan tema pidato, (2) menentukan sasaran pidato, (3) ) menentukan tujuan pidato, (4) menentukan judul pidato (5), menyusun kerangka pidato secara sistematis, (6) mengembangkan kerangka pidato menjadi teks dengan bahasa yang efektif, (7) merevisi teks pidato, (8) menyunting teks pidato, dan (9) memublikasikan teks pidato. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa mampu menghasilkan sebuah teks pidato yang sistematis dengan bahasa yang efektif.
Pada kenyataannya, kemampuan menulis teks pidato siswa kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto masih rendah. Dari 22 orang siswa yang mengikuti pembelajaran standar, hanya 2 anak (9,09%) yang mendapatkan nilai di atas 70, sedangkan sebagian besar dari mereka memperoleh nilai di bawah 60 (59,09). Nilai rata-rata kelas pada pembelajaran tersebut mencapai 63,41. Dari hasil analisis diketahui bahwa rendahnya kemampuan menulis teks pidato tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh hal-hal sebagai berikut: (1) tema pidato kurang kontekstual, (2) tujuan pidato kurang spesifik, (3) kerangka pidato kurang padu dan sistematis, (4) kalimat-kalimat pengembangan pidato kurang efektif yang ditandai oleh ketidakruntutan gagasan dan seringnya terjadi pengulangan ide, (5) banyak kesalahan dalam 91
92 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 91-96
penggunaan ejaan dan tanda baca, (6) format teks kurang rapi. Di samping itu, dalam mengikuti pembelajaran, aktivitas, kreativitas, rasa senang, dan interaksi siswa dalam mengikuti pembelajaran belum optimal. Tugas yang diberikan guru masih bersifat “menyuruh” belum membelajarkan. Guru langsung meminta siswa menulis teks pidato. Siswa memang dapat melaksanakan tugas itu, tetapi teks pidato yang dihasilkan belum mencerminkan kemampuan yang optimal. Hal ini akan berbeda apabila pembelajaran menulis teks pidato disusun dengan penahapan yang benar sehingga secara perlahan siswa dapat memahami bahwa sebuah teks pidato yang baik harus sistematis strukturnya, komunikatif dan efektif kalimat-kalimatnya, dan tepat dalam penulisan ejaan dan tanda baca, serta rapi formatnya. Tugas yang diberikan guru masih bersifat “menyuruh” belum membelajarkan. Guru langsung meminta siswa menulis teks pidato. Siswa memang dapat melaksanakan tugas itu, tetapi teks pidato yang dihasilkan belum mencerminkan kemampuan yang optimal. Hal ini akan berbeda apabila pembelajaran menulis teks pidato disusun dengan penahapan yang benar sehingga secara perlahan siswa dapat memahami bahwa sebuah teks pidato yang baik harus sistematis strukturnya, komunikatif dan efektif kalimat-kalimatnya, dan tepat dalam penulisan ejaan dan tanda baca, serta rapi formatnya. Pembelajaran bertahap, pembelajaran yang dilakukan sedikit demi sedikit penting dilakukan untuk mencapai kompetensi yang kompleks seperti menulis pidato.Penahapan ini sangat diperlukan untuk siswa SMP Negeri 5 Mojokerto yang sebagian siswanya memiliki kemampuan di bawah rata-rata. Teknik pembelajaran bertahap atau pembelajaran yang dilaksanakan sedikit demi sedikit ini dikenal dengan istilah teknik scaffolding atau mediated learning. Scaffolding berpijak pada konsep pembelajaran yang disampaikan Vygotsky yang menyatakan bahwa scaffolding dapat
memotivasi kemampuan siswa, perhatian diberikan kepada siswa yang mempunyai masalah yang sulit dipecahkan. Dalam pembelajaran dengan teknik scaffolding, guru hanya bertugas mengarahkan dan menuntun siswa untuk belajar sehingga siswa akan menguasai dan mendalami kemampuan/pengetahuan yang lebih tinggi (Muslich, 2010:140). Berbagai penelitian telah dilakukan pada berbagai mata pelajaran berbeda menggunakan teknik scaffolding.Dari berbagai penelitian tersebut terungkap bahwa teknik scaffolding dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi pada bidang masing-masing secara signifikan. Hal itu semakin memperkuat alasan dilakukannya penelitian berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Pidato melalui Teknik Scaffolding Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto” ini. Sehubungan dengan fenomena di atas, maka permasalahan yang akan diajukan dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis teks pidato siswa kelas IX SMP N 5 Mojokerto melalui teknik scaffolding? METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Sejalan dengan pendapat Moleong (2007:9) bahwa dalam penelitian, manusia merupakan alat (instrumen), subjek penelitian ini adalah siswa Kelas IX A SMPN 5 Mojokerto yang berjumlah 22 siswa, terdiri atas 9 siswa putra dan 13 siswa putri. Kemampuan siswa di kelas ini sebagian besar berada di bawah nilai rata-rata siswa SMP sekitarnya. Setting Penelitian Setting penelitian ini adalah SMPN 5 Mojokerto yang beralamat di Jalan Meri Kota Mojokerto sebagai latar alamiah (Moleong, 2007:8).Setting penelitian ini dipilih atas dasar keinginan guru peneliti untuk terusmenerus berusaha memecahkan persoalan pembelajaran di sekolah tersebut, dan
Apriyanti Chusnul Ch,Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Melalui Teknik Scaffolding Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto| 93
berusaha meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Rancangan Penelitian Proses penelitian dilakukan melalui suatu siklus mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus penelitian dilakukan sebanyak tiga kali putaran untuk memperoleh hasil tindakan yang baik. Siklus I dan siklus II merupakan putaran utama karena melalui kedua siklus tersebut hasil penelitian ini sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan.Adapun siklus III merupakan putaran penguatan untuk lebih memantapkan hasil yang diperoleh pada siklus II. Dengan diperolehnya nilai pemantapan pada siklus III, penelitian ini pun diakhiri.
Rencana Tindakan Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dipakai siklus yang dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan semakin lama semakin menunjang hasil yang akan dicapai. Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah a) Observasi, b) Konsultasi dengan guru pamong, c) Identifikasi permasalahan dalam kegiatan menulis teks pidato, d) Mengkaji ulang teknik scaffolding, e) Menyiapkan metode pembelajaran. Penelitian ini diadakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama lebih kurang tiga bulan, yaitu mulai Maret hingga Juni 2014. Implementasi Tindakan
Identifikasi Masalah
Perencanaan I
Pelaksanaan
Refleksi SIKLUS I
Pengamatan
Permasalahan Baru Hasil Refleksi
Observasi dan Interpretasi
Perbaikan Perencanaan II
Refleksi
Pada langkah pelaksanaan, guru peneliti mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk tindakan pembelajaran nyata di kelas dengan bantuan teman sejawat. Kegiatan teknik scaffolding yang dilakukan berupa pemodelan oleh guru, peniruan oleh siswa, pengurangan bantuan bantuan oleh guru melalui kegiatan sharing siswa, dan tahap ahli berupa pembelajaran baru dan presentasi oleh siswa sesuai dengan tahapan proses menulis teks pidato, yaitu prapenulisan, pengedrafan, perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Jadwal pelaksanaan kedua siklus tersebut tercantum dalam lampiran.
Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan
Kegiatan observasi meliputi proses pengumpulan dan pengolahan (penganalisisan) data. Personalia kegiatan observasi adalah guru peneliti dan teman sejawat.Pada tahap observasi, langkahlangkah yang dilakukan guru peneliti dan teman sejawat. Analisis dan Refleksi
Dilanjutkan ke Siklus III
Gambar 1 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Iskandar, 2009:114)
Data yang dikumpulkan melalui observasi kemudian dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil
94 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 91-96
belajar siswa dalam menulis teks pidato yang diukur melalui tes kinerja, sedangkan data kualitatif berupa karakter dan proses kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran yang dijaring melalui angket dan lembar observasi. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini, peneliti disini menjadi instrumen utama yang dimaksudkan adalah dimana peneliti menjadi pengumpul data pada penelitian tindakan kelas, peneliti disini merupakan pengumpul data dan yang sangat penting peneliti juga menj adi perencana dan pelaksana tindakan kelas yang nantinya akan banyak terlibat langsung dengan siswa di dalam proses penelitian. Instrumen pendukung lain yang dapat digunakan untuk memperoleh data adalah lembar observasi dan skala penilaian terhadap siswa di dalam keaktifan berdiskusi dan mengerjakan tugas. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proes penelitian berlangsung diantaranya : a) Metode Observasi, b) Pendekatan Partisipatif, c) Skala Penelitian. HASIL PENELITIAN Deskripsi Kondisi Awal Dari 22 orang siswa kelas IX SMP Negeri 2 Lembeyan tahun pelajaran 2010/2011 yang terlibat dalam penelitian, baru 2 orang siswa atau 9,09% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) perorangan yang ditentukan, yaitu 70,00, sedangkan yang belum mencapai sejumlah 20 orang siswa atau 90,90%. Persentase 9,09% sekaligus menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal yang disyaratkan (75%) pun belum tercapai. Kondisi itu dapat diartikan bahwa pembelajaran menulis teks pidato di kelas tersebut belum berhasil. Uraian PenelitianSiklus I Memiliki urutan kegiatan :Perencanaan Prapenulisan, Perencanaan Pengedrafan, Perencanaan Perevisian, Perencanaan
Pengeditan, Perencanaan Pemublikasian. Rencana kegiatan tersebut memiliki tahapan pemodelan, peniruan, pengurangan bantuan, mandiri. Pencapaian kriteria ketuntasan minimal (nilai 70) sejumlah 6 siswa (27,27%), yang berarti terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 4 siswa (18,18%) dari kondisi awal sebesar 2 siswa (9,09%). Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 67,27 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 3,86 poin dari kondisi awal (67,27--63,41). Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, ketuntasan klasikal sebesar 27,27% berkategori sangat rendah dengan tingkat keberhasilan belum tuntas, sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 67,27 berkategori rendah dengan tingkat keberhasilan belum tuntas. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti pada siklus II. Uraian PenelitianSiklus II Berdasarkan beberapa temuan dalam refleksi di atas, maka pada siklus II akan dilakukan perbaikan-perbaikan pada perencanaan, pelaksanaan, pengamatan. Siklus II dilaksanakan dengan menerapkan RPP yang didesain mengacu pada kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali tatap muka untuk lima tahap penulisan. Pertemuan pertama (6 April 2014) untuk tahap prapenulisan dan pengedrafan, pertemuan kedua (8 April 2014) untuk tahap perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Siswa yang telah mencapai ketuntasan perorangan sejumlah 17 orang (77,27%) yang berarti bahwa kriteria ketuntasan klasikal telah tercapai. Nilai rata-rata hasil pembelajaran sebesar 78,39, yang berarti terjadi peningkatan nilai rata-rata sebesar 11,12 poin dari siklus I (78,39—67,27). Berdasarkan kriteria ketuntasan hasil pembelajaran yang ditetapkan, ketuntasan klasikal sebesar 77,27% memiliki kategori tinggi dengan tingakat keberhasilan tuntas, sedangkan nilai rata-rata hasil pembelajaran sebesar 78,39 juga memiliki kategori tinggi
Apriyanti Chusnul Ch,Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Pidato Melalui Teknik Scaffolding Siswa Kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto| 95
dengan tingkat keberhasilan tuntas. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap telah berhasil karena persentase ketuntasan klasikal di atas 75% dan nilai rata-rata hasil pembelajaran di atas 70. Untuk lebih memantapkan nilai hasil pembelajaran, penelitian ini masih diteruskan hingga siklus III. Uraian PenelitianSiklus III Berdasarkan beberapa temuan dari refleksi di atas, pada siklus III dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai upaya mendapatkan kualifikasi hasil dan proses pembelajaran yang mantap sebagai pengembangan siklus II. Siklus III dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.Pertemuan pertama (13 April 2014) difokuskan pada prapenulisan dan pengedrafan, sedangkan pertemuan kedua (15 April 2014) difokuskan pada perevisian, pengeditan, dan pemublikasian.Tiap tatap muka terdiri atas 120 menit dengan fokus tindakan yang berbeda. Siswa yang telah mencapai ketuntasan perorangan sejumlah 21 orang (95,45%), yang berarti kriteria klasikal menulis teks pidato telah tercapai. Peningkatan nilai rata-rata pada siklus III ini dari siklus sebelumnya 4,37 poin (82,76—78,39). PEMBAHASAN Penelitian yang telah dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III memberikan beberapa temuan pada kemampuan penulisan teks pidato siswa.Teknik scaffolding yang digunakan menunjukkan terjadinya peningkatan secara signifikan kualitas hasil pembelajaran penulisan teks pidato dari siklus I ke siklus II dan siklus III. Selain itu juga terjadi peningkatan secara signifikan kualitas proses pembelajaran (aktivitas, rasa senang, kreativitas, dan interaksi) dari siklus I ke siklus II dan siklus III. Siswa memahami adanya tahapan proses penulisan yang meliputi prapenulisan, pengedrafan, perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Pembelajaran dapat optimal bila siswa dapat
mengikuti dengan perasaan senang.Teknik scaffolding dapat membantu siswa membangkitkan semangat belajar bergotong royong yang terungkap dalam bentuk diskusi, sharing, dan presentasi.Dalam pembelajaran menulis, siswa menyamakan tahapan perevisian dengan tahapan pengeditan, padahal secara substansi keduanya berbeda. Proses penulisan teks pidato oleh siswa bisa terarah bila siswa ditunjukkan dengan rubrik penilaian beserta pedoman penskorannya. Siswa dapat menulis teks pidato dengan mudah bila dibantu pemodelan dari guru beserta bimbingan untuk menirukannya.Penyusunan dan pengembangan kerangka pidato menjadi mudah bila dilakukan dengan teknik sinkronis, sistematis, dan sederhana dalam bentuk matrik dengan mengoptimalkan prinsip 5W+1H.Siswa mampu menemukan ide tulisan bila tersedia sumber belajar yang memadai dan kontekstual.Penyusunan teks pidato bisa lancar bila dilakukan melalui diskusi.Pemberian tugas terbimbing dapat memungkinkan siswa tertantang untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang penelitian pembelajaran menulis teks pidato pada siswa kelas IX SMP Negeri 5 Mojokerto menggunakan teknik scaffolding , dapat disimpulkan bahwa : 1. Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran yang berupa capaian nilai rata-rata keterampilan menulis teks pidato 2. Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis teks pidato. Hal itu ditunjukkan oleh peningkatan persentase nilai ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata kelas dari siklus I hingga siklus III. 3. Tahapan teknik scaffolding yang dilakukan pada masing-masing siklus yaitu prapenulisan, pengedrafan, perevisisan, pengeditan, dan pemublikasian.
96 | Jurnal Karya Pendidikan Volume 2, Nomor 2, Maret 2016 hlm 91-96
SARAN Perlu sosialisasi kepada guru-guru tentang konsep teknik scaffolding sehingga guru-guru di sekolah dapat secara efektif menggunakan teknik tersebut guna mengatasi kesulitan siswa mencapai kompetensi pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis, hendaknya dibiasakan adanya kegiatan merevisi dan mengedit tulisan agar siswa dan
guru secara tegas dapat membedakan pengertian perevisian dan pengeditan. Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya mampu menyajikan pembelajaran menulis secara menarik sehingga siswa merasa senang. Untuk melatih keberanian dan kreativitas dalam pembelajaran, siswa perlu diakrabkan dengan kegiatan presentasi baik di hadapan teman maupun guru.
DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Contoh/Model Silabus Mata PelajaranBahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas (Materi Terintegrasi). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Pelatihan
Hakim, Rachman. 2010. Kiat Jitu Mahir Pidato. Yogyakarta: Shira Media. Haryati, Nas, dkk. 2008. Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah Kelas IX. Jakarta: Pusat Pebukuan. Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhammad, Hamid. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia (1). Jakarta: Depdiknas. Muslich, Masnur & Suyono. 2010. Aneka Model Pembelajaran Membaca dan Menulis. Malang: A3. Priyatmi, Endah Tri. 2009. Peningkatan Kompetensi Menulis Paragraf Siswa Kelas VIISMPK SANTA MARIA 2 Malang dengan Teknik Scaffolding (http://sastra.um.ac.id/wpcontent/uploads/2009/10/diakses 17 oktober 2010). Sukidin, dkk.2008.Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia. Sutirjo.2009. Menulis PTK Senikmat Minum Teh. Malang: UM Pres. Suwandi, Sarwidji dan Sutarmo. 2008. Bahasa Indonesia Kelas IX SMP(BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan. Trianto.2007a. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wiyono, Bambang Budi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang.