Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 06 OGAN KOMERING ULU Oleh: Supiah (SD Negeri 06 OKU) Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06 Ogan Komering Ulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06 Ogan Komering Ulu. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA materi gaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terindikasi dari adanya peningkatan hasil tes belajar siswa yang rendah meningkat ke lebih tinggi, dibuktikan dengan peningkatan nilai KKM pada prasiklus 33,33% siswa yang tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 66,67% dengan rata-rata kelasnya adalah 57,50, pada siklus I. Pada siklus II sebanyak 75,00% siswa telah tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 25% dengan rata-rata kelasnya adalah 68,54. Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Demonstrasi THE INCREASING OF STUDENTS’ LEARNING OUTCOME BY USING DEMONSTRATION METHOD FOR SCIENCE LESSON FOR THE FIFTH GRADE STUDENTS AT STATE SD 06 OF OGAN KOMERING ULU Abstract The problem in this research is how the increase of the students’ learning outcome is as they were taught by using demonstration method for science lesson of the fifth grade students at SD N 06 Ogan Komering Ulu. The objective of this study was to find out and describe the increase of students’ learning outcome as they were taught by using demonstration method for science lesson of the fifth grade students at SD N 06 Ogan Komering Ulu. The method of this research was classroom action research. Based on the result gained in the topic discussed, there was an increase of students’ learning outcome. It was indicated from the increase of students’ scores from lower level into higher level. This was proved by the minimum scores gained was 33,33% (passed) in pre cycle, and 66,67% (remedial) with the average score was 57,50, in cylce I. At cycle II, 75,00% students passed the topic and those who were in remedial category was 25% with the average score was 68,54. Keywords: Learning Outcome, Demonstration Method 131
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
A. PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu hal pokok yang melekat pada siswa. Siswa disini mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai Perguruan Tinggi. Makin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka pelajar akan mempunyai beban belajar yang bertambah pula. Beban tersebut menjadi mudah apabila setiap siswa memiliki kesadaran akan arti penting dan hasil yang diperoleh dari belajar yang di laksanakan. Hasil yang baik dicapai siswa dengan usaha-usaha yang maksimal dan strategi yang tepat. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Setiap anak mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada di bawah semestinya (Hamalik, 2008:18). Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari 132
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Informasi yang diperoleh guru dipergunakan untuk menentukan langkah dan tindakan pengajaran termasuk penentuan metode pembelajarannya. Proses belajar mengajar IPA sesungguhnya tidaklah sulit, sebab setiap pelajaran termasuk juga pelajaran IPA memiliki GBPP yang membantu guru melaksanaan KBM. Di samping adanya acuan GBPP, guru juga harus bisa memilih dan menentukan metode belajar mengajar yang sesuai, sehingga proses belajar mengajar dapat efektif dan efisien dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Pada pengajaran klasikal, terdapat anggapan bahwa semua siswa mempunyai kemampuan dan kecepatan yang sama sehingga dalam waktu yang sama semua siswa dianggap akan mampu mencapai isi pelajaran yang sama yang diberikan oleh guru. Anggapan ini sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan, karena pada kenyataanya di dalam kelas selalu ada siswa yang cepat, siswa yang rata-rata, dan siswa yang lambat dalam mengikuti pelajaran. Pada kenyataannya selama pengajaran IPA diberikan dengan metode yang biasa dipergunakan guru ceramah, tanya jawab dan yang lain masih terdapat siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar. Hal ini dibuktikan persentasi keberhasilan belajar siswa kelas V SD Negeri 06 OKU menunjukkan bahwa 33,33 % siswa yang tuntas dan 66,67 % siswa belum tuntas (tidak mencapai KKM) pada pembelajaran materi IPA. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti berpendapat bahwa di kelas V SD Negeri 06 OKU guru perlu melakukan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Dengan penggunaan metode demonstrasi siswa diharapkan tidak mendapatkan kendala dalam menyimpulkan isi materi. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06 Ogan Komering Ulu. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah peningkatan hasil belajar 133
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06 Ogan Komering Ulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 06 Ogan Komering Ulu
B. KAJIAN TEORI 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan hubungan timbal balik dan fungsional antara individu dan individu, individu dan kelompok, serta kelompok dan kelompok. Keterlibatan dengan orang lain akan membuka kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman mereka. Dengan cara ini, diharapkan pengalaman dapat memberikan mekanisme penting bagi perkembangan pemikiran peserta didik. Untuk menciptakan pembelajaran yang bersifat konstruktivisme, seorang guru harus mempunyai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Vernon (dikutip Arsyad, 2011:3) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati. Slameto (2010:42) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai berikut. a. Faktor internal siswa Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi aspek fisiologis (aspek yang menyangkut tentang keberadaan siswa) dan aspek psikologis (aspek yang meliputi tingkat kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan perhatian).
134
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
b. Faktor eksternal siswa Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan siswa. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berkenaan dengan hasil
belajar
berupa
perubahan tingkah
laku,
diungkapkan pula dalam difinisi lain yang mengatakan bahwa belajar adalah semua aktifitas mental yang berlangsung secara interaksi aktif antara lngkungan, menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan,
pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relative, konstan dan berbekas. Sesuatu menjadi tahu konsep tersebut dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, disimpulkan bahwa perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut haruslah didasari oleh individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan yang lainnya. Selain itu tidak bersifat sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya. Abdillah (dikutip Aunurrahman, 2006:35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Ibrahim (2006:13) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa menyangkut semua perubahan perilaku yang dialami oleh siswa sebagai akibat proses belajar baik sebagai instructional effect maupun nurtuans effect. Tingkah laku yang dimaksud dapat berupa ketrampilan kognitif 135
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
(intelektual), keterampilan sosial maupun sikap. Anderson dan Krathwol (dikutip Novita, 2007:16) mengemukakan bahwa keterampilan kognitif sebagai berikut. 1) Mengingat (remember), yaitu kemampuan manusia untuk menggali kembali pengetahuan relevan yang tersimpan dalam memori jangka panjang. 2) Memahami (understand), seseorang dikatakan memahami bila dia mampu membangun pengertian dari pesan pembelajaran dalam bentuk kounikasi lisan, tulisan maupun gambar. 3) Menerapkan (apply), kemampuan seseorang untuk melakukan suatu prosedur pada situsi baru yang disediakan. 4) Menganalisis adalah kemampuan seorang untuk menerapkan suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan dapat menentukan bagaimana menentukan bagian-bagian berhubungan satu sama lain untuk membangun suatu struktur atau untuk mencapai tujuan tertentu. 5) Mengevaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat kepuptusan berdasarkan pada criteria atau standar. 6) Mencipta yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan unsureunsur secara bersama-sama sehingga koheren atau dapat berfungsi.
2. Prestasi Belajar (Depdiknas, 1997:787) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb. (Depdiknas, 1997:787) mengemukakan bahwa belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadaka perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan pada dirinya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, ataupun sikap (Arikunto, 1993:19). Berdasarkan uraian di atas, disimpukan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapi dari suatu pengajaran untuk mengadakan perubahan pada 136
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
dirinya baik berupa pengetahuan, ketrampilan, ataupun sikap. Prestasi belajar dan proses belajar adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar seorang peserta didik biasanya dilakukan evaluasi terhadap materi belajar yang telah diberikan. Peningkatan prestasi belajar adalah kemampuan menguasai pengetahuan dari suatu mata pelajaran setelah melakukan proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka dari guru. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat diukur melalui sebuah evaluasi yang sudah ditentukan oleh guru. Dengan evaluasi kita dapat melihat prestasi masingmasing siswa dalam belajar. Suatu pembelajaran dianggap berhasil apabila standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya SK dan KD, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyampaikan suatu pokok bahasan. Penilaian formatif ini untuk menetehui sejauh mana siswa mnguasai TIK. Djamarah (2006:105) mengemukakan bahwa yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut. a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Berkaitan
dengan
prestasi
belajar,
terdapat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam proses belajar mengajar. Faktor-faktor tersebut adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana evaluasi (Djamarah, 2006:109). Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi faktor internal dan eksternal. Sugihartono dkk. (2007:83) mengemukakan bahwa faktor internal ialah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstrnal ialah
137
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
faktor yang berasal dari luar individu. Faktor internal meliputi jasmaniah dan psikologis. Faktor jasmani meliputi kesehatan dan cacat tubuh, sedangkan faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakan kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi anter siswa, pelajaran, dan waktu sekolah. Faktor masyarakat dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan dalam masyarakat, dan media massa.
3. Metode Demonstrasi Metode merupakan cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan (Pasaribu, 1983:13). Sistematik ini merupakan bentuk kongkrit dari pada penerapan petunjuk-petunjuk umum pengajaran pada proses pengajaran tertentu. Metode yang digunakan berpegang pada pokok bahasan yang akan disampaikan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan pokok bahasan, sehingga tujuan dari penggunaan metode dapat tercapai. Bentuk pendidikan ada tiga yaitu bentuk pendidikan otoriter, libral, dan demokratis. Bentuk pendidikan demokratis ialah bentuk pendidikan yang memposisikan siswa dan guru dalam kedudukan yang seimbang (Siswoyo, 2007:142). Karena kedudukan siswa dan guru seimbang, maka metode yang digunakan biasanya metode diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, problem solving, dan berjalan dalam suasana yang dialogis. Metode demontrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210).
138
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2000:22). Sementara Djamarah (2000:2) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Syaiful (2008:210) mengemukakan bahwa metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakangerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi
peserta
didik
berkesempatan
mengembangkan
kemampuan
mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil simpulan-simpulan yang diharapkan. Dengan demikian, metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukan oleh guru atau sumber belajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan.
4. Hubungan Metode Demonstrasi dengan Hasil Belajar Dalam proses pembelajaran guru harus dapat mengembangkan berbagai teknik pembelajaran yang menarik dan disenangi siswa dengan menggunakan metode yang sesuai sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan metode demonstrasi sangat erat hubungannya akan terlihat siswa lebih percaya diri untuk melakukan tindakan yang menyenangkan dalam pembelajaran. Siswa akan mendapatkan ilmu dari peragaan metode demonstrasi tersebut pengalaman siswa akan bertambah. Dapat membuat gagasan-gagasan dan pendapat secara aktif sehingga akan tercapai hasil belajar yang kita harapkan. KTSP adalah kurikulum yang menuntut belajar tuntas. Kurikulum ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk 139
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
menetapkan pencapaian kompetensi sehingga memungkinkan siswa untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan.
C. METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini di kelas V SD Negeri 06 OKU Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada siswa kelas V pada semester II tahun pelajaran 2013—2014 mulai Januari hingga Mei 2014 atau selama 5 bulan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 06 OKU tahun pelajaran 2013—2014 sebanyak 24 orang yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 11 orang siswa perempuan. Siswa berasal dari lingkungan sekitar. Prosedur penelitian mencakup: (1) perencanaan tindakan yang akan digunakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi hasil tindakan yang telah dilakukan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) peristiwa atau kegiatan, yaitu proses kegiatan pembelajaran materi gaya dengan menggunakan metode demonstrasi, (b) pelaku peristiwa, yaitu informan atau narasumber, dan (c) dokumen berupa kurikulum dan perangkat pembelajaran guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan (1) pengamatan, (2) wawancara, dan (3) tes. Teknik analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dengan mendeskripsikan temuan data dan membandingkannya hasil siklus per siklus. Adapun indikator kinerja yang ditentukan apabila ada peningkatan jumlah siswa menguasai materi gaya (pada kondisi awal) dan apabila ada peningkatan jumlah siswa yang mampu menguasai materi gaya dengan menggunakan metode demonstrasi dengan baik pada akhir siklus.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data prasiklus sebanyak 0 siswa (0,00%) yang memperoleh nilai baik sekali, 1 siswa (4,17%) memperoleh nilai baik. 8 orang siswa 140
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
memperoleh nilai cukup (33,83%) dan 15 siswa (65,50%) memperoleh nilai kurang, sebagian besar siswa dikelas masih belum memahami materi gaya dengan baik. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I, diperoleh data nilai siswa, yaitu: siswa yang memperoleh nilai baik sekali sebanyak 2 siswa (8,33%), siswa yang memperoleh nilai baik sebanyak 6 siswa (25,00%), sedangkan yang memperoleh nilai cukup sebanyak 7 siswa (29,17%) dan yang memperoleh nilai kurang 9 siswa (37,50%). Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan hasil yang belum maksimal, maka pada pertemuan siklus II diadakan perbaikan-perbaikan dari perencanaan proses perbaikan pembelajaran secara menyeluruh. Pada siklus ini, diperoleh data nilai siswa yaitu : siswa yang memperoleh nilai baik sekali sebanyak 6 siswa (25,00%), siswa yang memperoleh nilai baik sebanyak 8 siswa (33,33%), sedangkan yang memperoleh nilai cukup sebanyak 10 siswa (41,67%) dan yang memperoleh nilai kurang 0 siswa (00,00%), serta siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa (75,00%) dan siswa yang tak mencapai KKM hanya 25%. Adapun perkembangan persiklus dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Perkembangan Hasil Belajar Tiap Siklus No. 1 2 3 4
Pra Siklus Jumlah (%) Siswa 87 -100 (baik sekali) 0 0,00 76 - 86 (baik) 1 4,17 65 - 75 (cukup) 8 33,33 <65 (kurang) 15 62,50 Jumlah 24 100 Skala Nilai
141
Siklus I Jumlah (%) Siswa 2 8,33 6 25,00 7 29,17 9 37,50 24 100
Siklus II Jumlah (%) Siswa 6 25,00 8 33,33 10 41,67 0 0,00 24 100
Wahana Didaktika Vol.14 No.1 Januari 2016 : 131-143
Grafik 1 Perkembangan Prestasi Siswa Persiklus 16 14 12 10
Baik Sekali
8
Baik
6
Cukup Kurang
4 2 0 pra Siklus
Siklus I
Siklus II
E. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA berjalan efektif dalam menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan daya ingat, sehingga kemampuan penyerapan materi oleh siswa meningkat. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA, dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terindikasi dari adanya peningkatan hasil tes belajar siswa yang rendah meningkat ke yang lebih tinggi, dibuktikan dengan peningkatan nilai KKM pada pra siklus 33,33% siswa yang tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 66,67% dengan rata-rata kelasnya adalah 57,50, pada siklus I dan pada siklus II sebanyak 75,00% siswa telah tuntas dan yang belum tuntas sebanyak 25,% dengan rata-rata kelasnya adalah 68,54. Berdasarkan simpulan di atas, dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan metode yang dapat memudahkan siswa
menyerap materi pelajaran, salah satunya adalah
menggunakan metode demonstrasi. 2. Hendaknya guru mempersiapkan kegiatan pembelajaran sebaik-baiknya agar proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Guru hendaknya melakukan perbaikan secara efektif apabila ditemukan kendala-kendala pembelajaran pada siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal hingga tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. 142
Peningkatan Hasil Belajar….(Supiah)
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Aunurrahman. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim dkk. 2006. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Novita. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. Pasaribu. 1983. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Siswoyo. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Syaiful. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
143