PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAGNETIS PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF GLOBAL SALATIGA TAHUN 2011
SKRIPSI Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.)
Oleh: Andar Ifazatul Nurlatifah 11507009
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012 i
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI PGMI Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323433 Kode Pos 50721 Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
NOTA PEMBIMBING
Lampiran : 4 eksemplar Hal : Naskah Skripsi Saudari Andar I. N.
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudari: Nama : NIM : Jurusan : Program Studi : Judul :
Andar Ifazatul Nurlatifah 11507009 Tarbiyah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAGNETIS PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF GLOBAL SALATIGA TAHUN 2011
Dengan ini mohon agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Salatiga, 12 Januari 2012 Pembimbing
Peni Susapti, M. Si. NIP. 197004032000032002 ii
KEMENTRIAN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI PGMI Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706 Fax (0298) 323455 Kode Pos 50721 Wesite: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAGNETIS PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF GLOBAL SALATIGA TAHUN 2011 Oleh: ANDAR IFAZATUL NURLATIFAH NIM: 11507009 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada tanggal 26 Januari 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.). Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd. __________________
Sekretaris Penguji : Miftachurrif’ah, M. Ag.
__________________
Penguji I
: Dra. Siti Farikhah, M. Pd.
__________________
Penguji II
: Siti Rukhayati, M. Ag.
__________________
Penguji III
: Peni Susapti, M. Si.
__________________ Salatiga, Februari 2012 Ketua STAIN Salatiga
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Andar Ifazatul Nurlatifah
NIM
: 11507009
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul Skripsi
: PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
IPA
MELALUI
PENGGUNAAN ALAT PERAGA MAGNETIS PADA SISWA KELAS VI MI MA’ARIF GLOBAL SALATIGA TAHUN 2011 Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 12 Januari 2012 Yang menyatakan,
Andar Ifazatul Nurlatifah NIM. 11507009
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
.... ... ... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.... (Al Qashas, 28:77)
berpijaklah di bumi selayaknya memiliki empat kaki a big girl in a big world
PERSEMBAHAN
Teruntuk ayah dan ibuku: Annas Abidin dan Andariyanti, juga untuk saudara yang menjadi rumah dan guruku; kenangan atasmu yang senantiasa menyisakan syukur.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puja dan puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya dalam penyusunan skripsi berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Alat Peraga Magnetis pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun 2011. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhamad yang telah menerangi dunia dengan kesempurnaan agama Islam. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I.) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas untuk mengetahui keberhasilan penggunaan alat peraga magnetis dalam meningkatkan hasil belajar IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Analisis data dilakukan terhadap temuan data pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang pada akhirnya dapat mencapai ketuntasan hasil belajar optimal. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga,
2.
Suwardi, M. Pd. sebagai Ketua Jurusan Tarbiyah, Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
vi
Miftachurrif’ah, M. Ag. sebagai Wakil Ketua Program Studi PGMI, dan Miftahuddin, M. Ag. selaku dosen pembimbing akademik, 3.
Peni Susapti, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi,
4.
Drs. Ibrahim Alfian selaku Kepala MI Ma’arif Global Salatiga, segenap guru, karyawan, dan siswa MI Ma’arif Global,
5.
Ayah dan ibu, Annas Abidin dan Andariyanti,
6.
Semua pihak yang telah menjadi guru bagi Penulis: termasuk dosen, karyawan, Muhammad Shohib, Heni Aryani, Maisarah Husnah, Titik P. L. (alm), F. Syukriyah, Grahna, Suhendro, J. Hakim, Martina, Hariyudha, M. Amin, M. N. Aziz, Mulyanto, Maryati, Indriastuti, Septiarsih, Al-Rasyid, Yunita, Irma, Hidayati, Priyanto, Pratiwi, Sundari, U. Azmi, Silvi L., Saidah, Mutholingah, Diana, Alfiah, Munif “Keker”, Chandra H., Abah, serta yang tidak dapat disebutkan satu per satu,
7.
Pembaca yang budiman,
8.
Yang terakhir disebutkan, tetapi tidak menjadi yang terakhir dalam kenangan: Keluarga Besar Teater Getar, who gave me home here. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para Pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 12 Januari 2012 Penulis vii
ABSTRAK
Nurlatifah, Andar Ifazatul. 2011. Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Alat Peraga Magnetis pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni Susapti, M. Si. Kata Kunci: peningkatan, IPA, alat peraga magnetis, gerakan bulan, pasang surut
Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan inovasi pembelajaran IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut melalui penggunaan alat peraga magnetis pada siswa madrasah ibtidaiyah kelas VI. Siswa pada tingkatan tersebut masih menggunakan cara berpikir konkret dalam memproses informasi sehingga alat peraga magnetis akan memudahkan penerimaan pembelajaran. Keberhasilan upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan alat peraga magnetis pada materi tersebut menjadi kajian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan langkah perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut dilakukan dalam tiga siklus pada penelitian ini secara berkesinambungan antara satu siklus dan siklus yang lain. Temuan data dan hasil analisis mengenai penggunaan alat peraga magnetis pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga menunjukkan hasil yang positif. Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA kelas VI MI Ma’arif Global pada tahun 2011 adalah 5,57 untuk teori dan 5,96 untuk praktik, tetapi pada penelitian ini dibulatkan menjadi 6,00. Tingkat ketuntasan siswa dalam KKM tersebut mencapai 80% pada siklus I dengan rata-rata kelas 67,33 dan meningkat menjadi 86,67% pada siklus II dengan rata-rata kelas 74,00. Pada akhir siklus III, rata-rata kelas mencapai 82,67 dengan tingkat ketuntasan 100%. Berdasarkan hasil tersebut keberhasilan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga magnetis semoga dapat memberi dorongan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas dan keberanian berinovasi dalam pembelajaran. Guru pada tataran selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sebagai wadah pembentukan generasi penerus bangsa.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
i
NOTA PEMBIMBING ......................................................................................
ii
PENGESAHAN ................................................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................
v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi ABSTRAK ......................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ............................
6
E. Manfaat Penelitian .........................................................................
8
F. Definisi Operasional ......................................................................
9
G. Metode Penelitian .......................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan .................................................................... 20 BAB II KAJIAN PUSTAKA .......................................................................... 22 A. Hasil Belajar IPA ........................................................................... 22 1. Hasil Belajar ............................................................................ 22 a. Pengertian .......................................................................... 22 b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............. 23 c. Ranah-Ranah Hasil Belajar ................................................ 26 d. Evaluasi Hasil Belajar ........................................................ 29
ix
2. Pembelajaran IPA .................................................................... 32 a. Landasan Pembelajaran IPA .............................................. 32 b. Dimensi Pembelajaran IPA ................................................ 35 c. Tujuan Pembelajaran IPA .................................................. 36 d. Fungsi Pembelajaran IPA................................................... 37 e. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA .................................... 38 f. Metode Pembelajaran IPA ................................................. 39 3. Hasil Belajar IPA ..................................................................... 40 B. Gerakan Bulan dan Pengaruhnya terhadap Pasang Surut Air Laut ................................................................................................ 41 1. Landasan Materi dan Standar Isi Kurikulum ........................... 41 2. Isi Materi .................................................................................. 42 C. Alat Peraga Magnetis ..................................................................... 47 1. Alat Peraga ............................................................................... 47 a. Perbedaan Alat Peraga, Media Pembelajaran, dan Alat Pengajaran .......................................................................... 47 b. Urgensi Penggunaan Alat Peraga ....................................... 48 c. Jenis-Jenis Alat Peraga ...................................................... 49 d. Fungsi Pokok dan Nilai Penggunaan Alat Peraga ............. 50 e. Prinsip Penggunaan Alat Peraga ........................................ 51 f. Pemilihan Alat Peraga ........................................................ 52 g. Mengevaluasi Alat Peraga ................................................. 53 2. Alat Peraga Magnetis ............................................................... 54 a. Pengertian .......................................................................... 54 b. Pembuatan Alat Peraga Magnetis ...................................... 55 c. Cara Kerja .......................................................................... 57 d. Alat Peraga Magnetis dalam Materi Gerakan Bulan dan Pengaruhnya terhadap Pasang Surut Air Laut ................... 58 e. Kelebihan dan Kelemahan Alat Peraga Magnetis.............. 59
x
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................................... 60 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 60 B. Waktu Penelitian ........................................................................... 63 C. Subjek Penelitian .......................................................................... 64 D. Pelaksanaan Penelitian.................................................................. 65 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 75 A. Siklus I .......................................................................................... 75 B. Siklus II......................................................................................... 81 C. Siklus III ....................................................................................... 86 D. Perbandingan antara Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ................. 90 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 97 A. Kesimpulan ................................................................................... 97 B. Saran ............................................................................................. 100 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................ 106 RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................................... 144
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas VI Semester II ...........................................................
42
Daftar Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012 .......................................................................
64
Tabel 4.1
Daftar Nilai Siswa pada Siklus I .................................................
75
Tabel 4.2
Rata-Rata dan Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus I .....
76
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ...........................
77
Tabel 4.4
Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus I ........................................................................................
78
Tabel 4.5
Daftar Hasil Observasi terhadap Guru pada Siklus I ..................
79
Tabel 4.6
Daftar Nilai Siswa pada Siklus II ...............................................
81
Tabel 4.7
Rata-Rata dan Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus II ...
82
Tabel 4.8
Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus II ...........
83
Tabel 4.9
Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus II .......................................................................................
84
Tabel 4.10
Hasil Observasi terhadap Guru pada siklus II ............................
84
Tabel 4.11
Daftar Nilai Siswa pada Siklus III ..............................................
86
Tabel 4.12
Rata-Rata dan Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus III ..
87
Tabel 4.13
Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus III .........
88
Tabel 4.14
Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus III .....................................................................................
88
Tabel 4.15
Daftar Hasil Observasi terhadap Guru pada Siklus III ...............
89
Tabel 4.16
Rata-Rata Kelas, Ketuntasan, dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus I, II, dan III .......................................................................
91
Perbandingan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Siklus I, II, dan III ..............................................................
92
Tabel 3.1
Tabel 4.17
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Bagan Alur Pelaksanaan Siklus-Siklus dalam PTK ...............
16
Gambar 2.1
Fase-Fase Bulan .....................................................................
44
Gambar 2.2
Proses terjadinya Pasang Surut Air Laut ................................
46
Gambar 2.3
Pasang Purnama dan Pasang Perbani .....................................
46
Gambar 4.1
Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus I ................................................................
77
Gambar 4.2
Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ....
78
Gambar 4.3
Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus II ...............................................................
83
Gambar 4.4
Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ...
84
Gambar 4.5
Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus III .............................................................
87
Gambar 4.6
Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III..
89
Gambar 4.7
Histogram Rata-Rata Kelas, Ketuntasan, dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus I, II, dan III ....................
91
Histogram Perbandingan Aspek Kognitif Siswa pada Siklus I, II, dan III .............................................................................
92
Histogram Perbandingan Aspek Afektif Siswa pada Siklus I, II, dan III .............................................................................
94
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus I, II, dan III ..................................................................
95
Gambar 4.8
Gambar 4.9
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Struktur Organisasi MI Ma’arif Global Salatiga ....................
106
Lampiran 2
RPP Siklus I ...........................................................................
107
Lampiran 3
RPP Siklus II ..........................................................................
113
Lampiran 4
RPP Siklus III.........................................................................
119
Lampiran 5
Hasil Nilai Siswa pada Siklus I, II, dan III ............................
125
Lampiran 6
Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus I ...
126
Lampiran 7
Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus II ..
127
Lampiran 8
Lembar Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus III .
128
Lampiran 9
Lembar Observasi terhadap Guru pada Siklus I ....................
129
Lampiran 10
Lembar Observasi terhadap Guru pada Siklus II ...................
130
Lampiran 11
Lembar Observasi terhadap Guru pada Siklus III .................
131
Lampiran 12
Foto ........................................................................................
132
Lampiran 13
Gambar Tiruan Bulan dari Bola .............................................
134
Lampiran 14
Model Alat Peraga Magnetis ..................................................
135
Lampiran 15
Surat Ijin Penelitian ................................................................
136
Lampiran 16
Surat Keterangan Penelitian ...................................................
137
Lampiran 17
Surat Tugas Pembimbing Skripsi ...........................................
138
Lampiran 18
Lembar Konsultasi Skripsi .....................................................
139
Lampiran 19
SKK ........................................................................................
141
Lampiran 20
Pedoman Pengkodean ............................................................
143
Lampiran 21
Riwayat Hidup Penulis...........................................................
144
xiv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau natural science selalu berkembang dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah dan teori-teori radikal baru yang diciptakan oleh para ilmuwan (Kuhn, 2000:52). Cepatnya perkembangan ini salah satunya disebabkan pengetahuan alam lebih bersifat empiris sehingga lebih mudah diukur dibandingkan dengan ilmu pengetahuan sosial yang senantiasa berkaitan dengan banyak faktor yang sifatnya fluktuatif. Bukti perkembangan IPA tampak pada banyaknya penemuan dan penelitian untuk menguak rahasia di dasar lautan, puncak gunung, kutub, dan bahkan di luar angkasa. Adanya penemuan planet Kepler 22-b di zona Goldilocks oleh NASA melalui teropong Kepler menjadi salah satu bukti berkembangnya penelitian manusia (Republika, 7 Desember 2011:1; Suara Merdeka, 7 Desember 2011:8). Planet berukuran 2,4 kali ukuran bumi ini berpotensi dihuni makhluk hidup karena suhunya sekitar 22oC dimana air tidak membeku dan tidak mendidih. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk mengetahui angkasa, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar Rahman (55:33) sebagai berikut (Departemen Agama RI, 2000:425):
1
2
Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Sebagian mufassir mengartikan kata sulthon sebagai ilmu pengetahuan (http://quran.al-shia.org/),
demikian
pula
dalam
Adz-Dzikraa
(Surin,
1991:2315) yang mengartikan bahwa manusia akan dapat melintasi ruang angkasa dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Ayat ini berhubungan dengan Q.S. Al Insyiqaq (84:19) sebagai berikut (Surin, 1991:2635):
―kamu pasti mengendarai wahana antariksa pangkalan demi pangkalan‖ . Allah memberi kesempatan manusia untuk mencapai pangkalan demi pangkalan, dapat mengacu pada pangkalan secara fisik ataupun pangkalan secara nonfisik berupa tahap-tahap ilmu pengetahuan
(Surin, 1991:2635-
2637). Keinginan manusia untuk mengetahui jawaban atas rahasia itu dapat dilakukan dengan melakukan kajian yang mendalam terhadapnya, yakni dengan menggunakan ilmu pengetahuan. Perkembangan yang terjadi dalam bidang ilmu pengetahuan harus diikuti dengan adanya jembatan lintas generasi agar pengetahuan tidak terhenti sebatas generasi tertentu. Kebutuhan tersebut memunculkan mata pelajaran IPA sebagai salah satu upaya untuk melanjutkan dan mengembangkan wawasan ilmiah kepada generasi selanjutnya (Ariasti, dkk., 1995:1). Mata pelajaran IPA diajarkan sejak tingkat sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, baik secara tematik maupun sebagai mata pelajaran tersendiri (sains/IPA), sampai
3
sekolah lanjutan yang sudah dipisahkan menjadi mata pelajaran biologi, fisika, dan kimia. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tataran sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sangat mempengaruhi pembentukan dan pengembangan cara berpikir anak yang akan berpengaruh pada mindset remaja dan dewasanya kelak. Hal ini menjadi alasan pentingnya mengajarkan IPA sebagai sesuatu yang mampu dipahami, bukan sekadar materi yang harus dihafalkan. Hafalan semata akan membuat pendengar tidak aktif berpikir meskipun siswa terkesan cepat dan mudah menangkap materi. Siswa hafal materi, tetapi sesungguhnya belum memahami konsepnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa guru memiliki peran strategis dalam menghindari pembelajaran yang ensiklopedik tersebut. Kesuksesannya terletak pada kemampuan guru dalam memahami konsepkonsep, hukum-hukum atau azas-azas, dan teori-teori (Garnida dan Rudi, 2002:1). Konsep, hukum, dan teori itu selanjutnya dikemas sedemikian rupa agar siswa mampu memahami apa yang disampaikan guru. Kesulitan terjadi manakala guru dihadapkan pada materi yang bersifat jauh dan abstrak, misalnya pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Materi ini menuntut guru untuk tidak hanya mengandalkan metode ceramah saja karena ceramah lebih bersifat hafalan. Hafalan dari penjelasan guru dan buku semata membuat pengetahuan seolaholah tidak ada kaitannya dengan pengalaman aktual dan penalaran diri (Walters, 2004:7-8). Materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut harus dikuasai guru, diambil intinya, kemudian disesuaikan
4
dengan karakter dan kemampuan siswa. Proses tersebut memerlukan kreativitas dan karakter open minded, terutama dalam memilih media maupun alat peraga yang sesuai dengan perkembangan cara berpikir siswa. Siswa usia 7-11 tahun memiliki cara berpikir konkret/concrete operation sehingga memerlukan alat peraga dalam pembelajaran (Hill, 2009:162-163; Uno dan Kuadrat, 2009:5). Sekarang ini siswa kelas 6 SD/MI umumnya berusia 11-12 tahun. Siswa tersebut harus belajar materi secara konkret terlebih dahulu, kemudian mereka akan dapat mengembangkan gagasan abstrak dari pengalaman konkret tersebut. Guru hendaknya menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut yang bersifat abstrak. Alat peraga ini dirancang sedemikian rupa untuk menggambarkan fenomena tersebut. Hal ini diharapkan dapat memudahkan siswa untuk memahami bahwa bulan yang berjarak 384.000 km dan sebesar
ukuran bumi (Farndon, 2004b:12;
Kanginan, 2000:115) itu berpengaruh terhadap terjadinya pasang surut air laut. Menilik besarnya fenomena gerakan bulan dan pasang surut air laut, perlu adanya aksi kreatif untuk membuat alat peraga yang menggambarkan hal tersebut. Salah satu alternatifnya adalah alat peraga magnetis. Alat ini memanfaatkan gaya magnet yang dirancang secara sederhana sehingga guru dapat membuatnya dengan mudah sesuai dengan kreativitas dan inovasi masing-masing. Penggunaan alat peraga ini memungkinkan siswa untuk menyaksikan ilustrasi gerakan bulan dan proses terjadinya pasang surut air laut
5
yang dipengaruhi oleh gravitasi bulan sehingga dapat menghindari adanya verbalisme dalam pembelajaran. Wujud pemikiran kreatif berupa penggunaan alat peraga magnetis dalam mata pelajaran IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut merupakan suatu lompatan maju dalam pembelajaran IPA. Meskipun demikian, hal tersebut masih harus dikaji manfaatnya dalam praktik di lapangan, yakni di MI Ma’arif Global Salatiga. Madrasah ini memiliki guruguru dengan wawasan kekinian luar biasa, murid-murid yang gemar membaca, dan interaksi pembelajaran yang fleksibel dan menarik. Madrasah tersebut memiliki nilai rata-rata kelas sebesar 7,24. Hanya saja nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajaran IPA tergolong cukup rendah, yaitu 5,57 untuk nilai teori dan 5,96 untuk nilai praktik. Nilai KKM tersebut dibulatkan menjadi 6,00 untuk memudahkan proses penghitungan dalam penelitian ini. Adanya kontradiksi antara keadaan sehari-hari yang dinamis dan rendahnya nilai KKM tentu menarik untuk diteliti. Penelitian ini hadir untuk mengungkapkan salah satu gagasan kreatif penggunaan alat peraga magnetis sekaligus melakukan kajian terhadap penerapannya di MI Ma’arif Global Salatiga. Mengingat hal tersebut, penelitian yang berjudul Peningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Alat Peraga Magnetis pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun 2011, dikhususkan pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut, menarik dan penting untuk dilakukan.
6
B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah merupakan ringkasan atau pernyataan mengenai suatu masalah yang berfungsi sebagai penuntun langkah-langkah yang akan dilakukan (Suyadi, 2011:76; Suryabrata, 1995:65). Hal ini membuat proses penelitian menjadi terarah sehingga dapat membuahkan hasil sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan hasil belajar IPA dalam materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011? Hasil belajar IPA dalam rumusan masalah tersebut didasarkan pada taksonomi Bloom, yaitu meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan hasil belajar IPA dalam materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011.
D. HIPOTESIS TINDAKAN DAN INDIKATOR KEBERHASILAN 1. Hipotesis Tindakan Asal kata hipotesis terdiri dari kata hipo dan thesis, hipo berarti kurang atau lemah dan thesis berarti teori yang disajikan sebagai bukti (Basrowi dan Suwandi, 2008:90). Nurboko dan Achmadi (2008:28)
7
menyebutkan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya, sedangkan Arikunto (1996:67) mengartikannya sebagai suatu jawaban
sementara
atas
permasalahan
penelitian
sampai
terbukti
validitasnya. Hipotesis dalam Penelitian Tindakan Kelas disebut sebagai hipotesis tindakan, yaitu suatu dugaan sementara tentang suatu hal yang akan terjadi apabila suatu tindakan dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011. 2. Indikator Keberhasilan Tolak ukur keberhasilan penelitian terinci dalam indikator keberhasilan yang berfungsi menghindari kerancuan dalam menentukan standar keberhasilan. Upaya meningkatkan hasil belajar IPA diindikasikan dari nilai hasil belajar siswa dibandingkan dengan nilai KKM. KKM mata pelajaran IPA kelas VI semester II di MI Ma’arif Global Salatiga sebesar 6,00. Indikator keberhasilan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada materi yang bersangkutan, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Nilai siswa diperoleh dari pretest dan postest pada siklus I, siklus II, dan siklus II, sedangkan sikap siswa diperoleh dari hasil pengamatan oleh guru pengamat. b. Ketuntasan pada akhir siklus penelitian mencapai 75%.
8
E. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan hipotesis yang telah ditentukan, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat teoritis dan praktis tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberi sumbang sih yang kreatif dan inovatif tentang penggunaan alat peraga magnetis untuk menjelaskan materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Alat ini dapat dijadikan sebagai alat peraga alternatif yang mudah dalam hal pembuatan dan cara kerjanya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Penggunaan alat peraga magnetis memudahkan siswa dalam memahami materi yang bersifat abstrak dan jauh sehingga menjadi materi yang konkret dan dapat dilihat secara nyata. 2) Penjelasan materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut yang biasanya berupa hafalan konsep dapat ditingkatkan menuju pemahaman terhadap konsep tersebut. 3) Penggunaan alat peraga magnetis menarik perhatian siswa sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara lebih dinamis. b. Bagi Guru 1) Penggunaan alat peraga mampu menjangkau sebagian besar siswa sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
9
2) Memudahkan guru dalam menjelaskan materi yang abstrak sehingga dapat menghindari verbalisme. 3) Memberi semangat dan dorongan untuk selalu kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan benda-benda di lingkungan sekitar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Bagi Sekolah/Madrasah 1) Penelitian ini memberi inspirasi untuk bertukar ilmu di bidang pembelajaran
dalam
rangka
turut
membantu
meningkatkan
kualitas
sekolah/madrasah. 2) Penelitian
ini
sekolah/madrasah
dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi yang bersangkutan. d. Bagi Para Peneliti dan Pengembang Keilmuan 1) Penelitian ini dapat mendorong dan mengilhami para peneliti lain untuk mengembangkan ide kreatif dan inovatifnya dalam melakukan penelitian. 2) Penelitian ini dapat dijadikan kajian yang perlu ditelaah lebih lanjut untuk
ditingkatkan
kualitasnya
dalam
penelitian-penelitian
selanjutnya.
F. DEFINISI OPERASIONAL Definisi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa latin definio dan definitio yang secara berturut-turut berarti membatasi, memberikan, menetapkan dan berarti tepi, pinggir, penentuan arti (Komaruddin dan
10
Komaruddin, 2006:46). Ada berbagai macam pendefinisian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah, salah satunya adalah definisi operasional yang didasarkan atas pengamatan terhadap sifat-sifat dari hal yang didefinisikan (Suryabrata, 1995:76). Pendefinisian tersebut disesuaikan dengan variabel yang akan didefinisikan dengan cara memberi arti atau menggambarkannya secara spesifik. Pendefinisian berguna untuk menghindari penafsiran yang berbeda antara pesan yang ingin disampaikan peneliti dan pesan yang ditangkap pembaca. Definisi operasional yang digunakan dalam variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil Belajar IPA Hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dan dijadikan oleh usaha (KBBI, 2007:391). Usaha tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya pengerahan pikiran ataupun tenaga yang dilakukan seseorang. Bidikan dalam penelitian ini adalah hasil belajar sehingga pengukuran dilakukan terkait dengan kegiatan belajar. Belajar merupakan usaha memperoleh kepandaian dengan menghafal dan melatih diri (KBBI, 2007:17). Para ahli psikologi pendidikan mengartikannya sebagai suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995:2). Proses belajar tersebut tentu dapat terjadi dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Namun, penelitian ini dikhususkan pada proses belajar yang
11
terjadi antara guru dan siswa dalam pendidikan formal, baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar disebut sebagai hasil belajar (Sudjana, 2010:22). Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam mata pelajaran IPA. IPA disebut juga sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan/kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori yang dibentuk melalui proses kreatif dan sistematis (inkuiri) yang dilanjutkan dengan proses observasi (empiris) terus menerus (Kadaryanto, dkk., 2006:2). Luasnya ruang lingkup IPA membuat penelitian ini dikhususkan pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Konsep ini merupakan salah satu isi materi Bumi dan Semesta dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diajarkan pada siswa SD/MI kelas VI semester II (KTSP, 2007:94). Substansinya menjelaskan gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang dan surut air laut. Pasang berarti naik dan surut berarti berkurang atau susut (KBBI, 2007:833,1110). Siswa diarahkan pada kesimpulan bahwa perubahan level ketinggian air laut dipengaruhi oleh gerakan bulan. Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan di atas, peningkatan hasil belajar IPA dapat diartikan sebagai peningkatan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa dalam pembelajaran IPA pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Hal-hal tersebut diukur dari nilai dan sikap siswa dalam pembelajaran materi tersebut.
12
2. Alat Peraga Magnetis Alat peraga merupakan alat untuk memperlihatkan pelajaran (Saliman dan Sudarsono, 1994:178). Benda ini biasa digunakan untuk menjelaskan suatu ide, prinsip, ataupun hukum alam. Kata magnetis merupakan bentukan dari kata dasar magnet. Akhiran –is pada kata magnetis bermakna memiliki sifat-sifat seperti magnet. Jadi, alat peraga magnetis adalah alat peraga yang memiliki sifat-sifat magnet. Sifat-sifat magnet digunakan sebagai upaya mempermudah penjelasan materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Alat peraga magnetis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat peraga yang memiliki alas berupa papan dan di atasnya terdapat ilustrasi daratan dan lautan. Daratan dibuat dari bubur kertas yang dikeringkan, sedangkan lautan digambarkan dengan kain yang dibentangkan secara longgar. Peniti-peniti disematkan di balik kain tersebut sehingga akan tertarik magnet yang mendekat. Magnet ini diilustrasikan sebagai bulan. Kejadian tersebut akan mengangkat kain tempat peniti disematkan sehingga seolah-olah air laut sedang mengalami pasang.
G. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan informasi dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sukmadinata, 2008:52). Hal ini menjadi panduan urutan penelitian yang akan dilakukan. Isinya meliputi
13
rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. 1. Rancangan Penelitian Penelitian diserap dari kata research dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh para ahli dengan kata riset. Re berarti kembali dan to search dapat diartikan dengan mencari, sehingga gabungan antara keduanya bermakna mencari kembali (Upe dan Damsid, 2010:26). Penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis. Menurut penggunaan metodenya, penelitian yang ada di hadapan Anda ini termasuk dalam ketegori Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Suyadi, 2011:22-23). Penelitian ini idealnya dilakukan oleh seorang guru terhadap pembelajaran di kelasnya sendiri. Lebih baik lagi jika dilakukan tanpa mengubah jadwal dan situasi pembelajaran sehingga dapat meminimalisir faktor luar yang mempengaruhi perubahan sikap siswa selama penelitian. Hal ini mempertimbangkan kenyataan bahwa siswa, terutama pada tingkat sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah, masih memiliki ikatan emosional yang kuat dengan gurunya sehingga perubahan mendadak dalam hal tersebut membuat penelitian berlangsung secara tidak alami sesuai dengan kondisi keseharian yang ada.
14
Menurut Suyadi (2011:23-29), PTK memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis penelitian lain. Proses penemuan masalah dimulai dari panggilan jiwa guru untuk menyadari adanya masalah dalam pembelajaran yang harus dipecahkan. Proses pemecahannya dikembangkan ke tahap refleksi terhadap pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas selama interaksi pembelajaran berlangsung. Semua tahapan itu dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam tiap siklusnya. 2. Tempat, Subjek, dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini bertempat di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Global Salatiga. Madrasah ini terletak di Kecamatan Sidorejo, tepatnya di Jalan Fatmawati Km. 02, Blotongan, Salatiga, Kode Pos 50715. Letak bangunannya sekitar 50 meter dari jalan raya. Subjek penelitian meliputi seluruh siswa kelas VI pada tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 15 anak, terdiri dari 9 lelaki dan 6 perempuan. Hampir seluruh siswa merupakan penduduk sekitar madrasah. Mereka memiliki latar belakang ekonomi dan keluarga yang beragam. Keragaman hal ini
dapat dilihat dari adanya beberapa siswa yang tinggal di panti
asuhan dan beberapa siswa yang memiliki handphone canggih pribadi. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dengan cara memecah materi dalam siklus I, siklus II, dan siklus III. Jumlah siklus ditetapkan pada awal penelitian. Penetapannya sudah dapat dinyatakan sah karena dilakukan lebih dari dua siklus (Arikunto, dkk., 2008:20-22). Tanggal pelaksanaan
15
penelitian disesuaikan dengan jadwal dan kesepakatan yang terjadi antara peneliti dan pihak madrasah, yaitu pada hari Selasa tanggal 13 September 2011 pada saat les IPA pukul 14.00 sampai dengan pukul 15.00, hari Rabu tanggal 14 September 2011 pada saat les IPA pukul 14.00 sampai dengan pukul 15.00, dan hari Kamis tanggal 15 September 2011 pada jam mata pelajaran IPA pukul 09.00 sampai dengan pukul 09.35 dan dilanjutkan lagi pukul 09.35 sampai dengan pukul 10.10. 3. Langkah-Langkah Penelitian Ciri khusus PTK terletak pada langkahnya, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Suyadi, 2011:49-67). Hal pertama yang dilakukan dalam perencanaan adalah pengidentifikasian masalah, perumusan masalah, ide untuk memecahkan masalah, dan pembuatan perangkat penelitian. Apabila penelitian dinilai penting dan dapat dilakukan, maka rencana itu dilaksanakan (acting). Hasil pelaksanaan dicatat selengkap-lengkapnya untuk mendukung proses selanjutnya. Proses pelaksanaan penelitian bersamaan dengan observasi sehingga diperlukan pembagian tugas antara seorang guru yang sedang melakukan tindakan dan seorang pengamat. Seorang pengamat hendaknya membuat catatan-catatan untuk memudahkan guru dalam melakukan refleksi terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan. Refleksi ini merupakan kegiatan introspeksi/evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran.
16
Proses perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi disebut sebagai satu siklus kegiatan dalam PTK. Siklus I dapat dilanjutkan dengan siklus II apabila diperlukan. Jika siklus II belum menunjukkan tanda-tanda perubahan dalam kegiatan pembelajaran, maka penelitian dapat dilanjutkan kembali ke siklus selanjutnya sampai data yang diperoleh dirasa telah cukup. Menurut Arikunto (Arikunto, dkk., 2011:16), hubungan antara siklus-siklus tersebut dapat diperlihatkan pada gambar 1.1.
Planning Reflecting
SIKLUS I
Acting
Observing
Planning Reflecting
SIKLUS II
Acting
Observing
? Gambar 1.1 Bagan Alur Pelaksanaan Siklus-Siklus dalam PTK
4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang dimiliki peneliti dalam mengumpulkan data (Arikunto, 1996:150). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
17
a. Silabus, berasal dari bahasa Latin syllabus yang dapat diartikan sebagai uraian tentang materi pelajaran yang akan disajikan pada suatu kegiatan pembelajaran (Hartono, 2004:239). b. RPP mengenai rencana pembelajaran materi bumi dan alam semesta khususnya untuk materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. c. Lembar Pengamatan terhadap Aktivitas Siswa, berupa ceklis yang digunakan untuk mencatat keadaan siswa selama pembelajaran berlangsung. d. Lembar Pengamatan terhadap Guru, berupa ceklis yang diisi oleh pengamat untuk mencatat performance guru selama pembelajaran. e. Tes, merupakan soal-soal untuk keperluan pretest dan postest. 5. Pengumpulan Data Pengumpulan data diperlukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder untuk keperluan penelitian. Data primer adalah data yang berasal dari sumber pertama, sedangkan data sekunder merupakan data yang telah tersusun dalam bentuk suatu dokumen (Suryabrata, 1995:84-85). Pengumpulan data dalam PTK dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian
(Kunandar,
2011:142).
Metode
yang
digunakan
untuk
mendapatkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan metode participatory observation, maksudnya peneliti terlibat dan berpartisipasi
18
aktif dalam kegiatan yang diobservasi (Sukmadinata, 2008:220). Teknik pelaksanaan pada bagian-bagian tertentu menggunakan pengamatan langsung dan adakalanya menggunakan pengamatan berstruktur. Pengamatan langsung dilakukan tanpa menggunakan alat, misalnya dalam mengamati suasana sekolah secara umum. Pengamatan dalam pembelajaran dilakukan dengan teknik pengamatan berstruktur, yaitu dengan menyajikan ceklis terhadap aspek-aspek yang telah ditentukan sebelumnya. b. Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, intelegensi, atau kemampuan yang dimiliki oleh individu (Arikunto, 1996:138). Kisi-kisi soal yang digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan materi yang diajarkan, yaitu pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Variasi soal yang dipakai berupa tes tidak tertulis dengan cara tanya jawab dan tes tertulis berupa pilihan ganda, benar-salah (B-S), dan isian singkat. c. Documentary study Studi dokumenter atau documentary study digunakan dalam pengumpulan data sekunder untuk diurutkan berdasar kesesuaian isi. Dokumen-dokumen
ini
kemudian
dianalisis,
dibandingkan,
dan
dipadukan untuk menyajikan suatu kajian yang sistematis dan utuh (Sukmadinata, 2008:221-222).
19
6. Analisis Data Menganalisis data dapat dilakukan dengan memecah data mentah ke dalam kelompok tertentu, mengategorikan, dan menelaahnya. Teknik analisis data dalam PTK terdiri atas tiga komponen dasar berupa reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan (Kunandar, 2011:101). Penarikan kesimpulan dalam hal ini berbeda dengan kesimpulan yang ada pada bab V. Kesimpulan yang dimaksud adalah penarikan kesimpulan pada saat refleksi di akhir tiap siklus sebagai bahan pertimbangan siklus selanjutnya. Pola analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data mentah yang diperoleh, yaitu berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif cenderung bersifat deskriptif dan diukur secara tidak langsung dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Data digambarkan dan disajikan dalam bentuk naratif sesuai dengan hasil keadaan yang ditemukan. Isinya menggambarkan situasi dan kondisi pada saat penelitian berlangsung. Data kuantitatif yang diperoleh dari nilai hasil belajar siswa dibandingkan dengan KKM mata pelajaran IPA pada kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011 yaitu sebesar 6,00. Siswa dinyatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih dari dan sama dengan 6,00 (>6,00) dalam materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Nilai keseluruhan siswa dalam kelas tersebut merupakan dasar perhitungan rata-
20
rata kelas yang diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hartono, 2004:30):
Keterangan: Mx
: rata-rata nilai kelas
∑X : jumlah keseluruhan nilai siswa N
: jumlah siswa Persentase suatu frekuensi terhadap jumlah siswa secara keseluruhan
dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hartono, 2004:18):
Keterangan: p
: persentase
f
: frekuensi
N
: jumlah siswa
H. SISTEMATIKA PENULISAN Skripsi berjudul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Alat Peraga Magnetis pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun 2011 ditulis dalam lima bab. Sistematika penulisannya dapat diuraikan sebagai berikut:
21
BAB I
Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
Kajian Pustaka A. Tinjauan tentang hasil belajar IPA yang dipecah dalam hasil belajar, pembelajaran IPA, dan hasil belajar IPA. B. Materi Gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut, meliputi landasan materi dan standar isi kurikulum serta isi materi. C. Alat peraga magnetis, dirinci dalam alat peraga dan alat peraga magnetis.
BAB III Pelaksanaan Penelitian, berisi gambaran umum lokasi penelitian, waktu penelitian, subjek penelitian, dan pelaksanaan penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi siklus I, siklus II, siklus III, dan perbandingan antara siklus I, siklus II, dan siklus III BAB V
Penutup, bagian ini berisi kesimpulan dan saran.
22
BAB II KAJIAN PUSTAKA
I. HASIL BELAJAR IPA 1. Hasil Belajar a. Pegertian Kegiatan belajar meliputi dua segi, yaitu proses dan hasil, yang saling berkaitan dalam membentuk hasil belajar. Hasil diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha (KBBI, 2007:391). Hasil belajar muncul karena adanya usaha belajar berupa pengerahan tenaga, pikiran, maupun materil yang dimiliki siswa. Proses tersebut akan menimbulkan perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Slameto, 1995:2). Sudjana (2010:22) mengartikan hasil belajar sebagai kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Beberapa pengertian di atas membawa pada definisi tentang hasil belajar sebagai sesuatu yang diperoleh setelah melakukan usaha mengubah tingkah laku lewat peristiwa yang dialami siswa dalam interaksi pembelajaran. Pengalaman belajar meliputi pengalaman yang dilakukan siswa secara langsung, maupun pengalaman yang didapat dengan memperhatikan orang lain. Pengalaman yang diperoleh siswa dapat berupa pengalaman tentang materi pembelajaran maupun pengalaman berinteraksi
dengan
orang
lain.
22
Pengalaman
berinteraksi
yang
23
ditimbulkan proses pembelajaran juga memberi pengaruh dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Hal tersebut dapat dicontohkan dengan adanya kehangatan interaksi antara guru dan murid yang akan membuat siswa belajar dengan lebih tenang sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek kehidupan siswa. Prosesnya melibatkan banyak hal yang berkaitan dengan aktivitas ini sehingga hasil belajar dipengaruhi oleh bermacam faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (intern) maupun dari luar siswa (ekstern). 1) Faktor Intern Belajar merupakan perbuatan mengubah tingkah laku siswa secara sadar
yang melibatkan segala aspek dalam dirinya.
Keberhasilan pembelajaran sangat tergantung pada aspek-aspek tersebut, terutama pada aspek kemampuan siswa yang menyumbang sebesar 70% dari keberhasilan pembelajaran, sementara faktor ekstern mempengaruhi 30% sisanya (Sudjana, 2008:39). Slameto menyatakan (1995:54-60) bahwa kemampuan siswa yang berperan penting dalam pembelajaran meliputi jasmaniah, psikologis, dan kelelahan. Keadaan jasmaniah siswa mempengaruhi hasil belajar yang akan diperolehnya karena gangguan pada hal ini akan menghambat proses penyerapan pelajaran. Siswa yang mengalami gangguan
24
kesehatan akan kurang berkonsentrasi, kurang waktu belajar karena sakit, dan merasa tidak nyaman dalam belajar. Cacat tubuh juga menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan seseorang, terlebih lagi dalam pelajaran yang membutuhkan kecakapan gerak. Siswa yang menderita miopi akan terganggu saat membaca tulisan di papan tulis sehingga penjelasan guru kurang dapat diserap secara optimal. Hasil belajarnya pun menjadi kurang optimal. Faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi berbagai hal kompleks, termasuk tingkat intelegensi yang sangat berpengaruh dalam penerimaan pelajaran. Namun, hal tersebut tidak menjadi satu-satunya penjamin keberhasilan belajar siswa. Perhatian siswa juga turut andil dalam masalah ini karena perhatian akan membuat siswa lebih fokus dalam pelajaran, apalagi jika menyangkut hal-hal yang diminatinya. Minat akan memunculkan motif
intern
yang
mendorong
siswa
untuk
belajar
dengan
menyenangkan dan tanpa paksaan. Hasil yang dicapai pun menjadi lebih baik daripada belajar dalam keadaan tertekan. Faktor intern ketiga yang mempengaruhi hasil belajar adalah kelelahan fisik dan kelelahan rohani. Apabila merasa telah lelah dalam belajar hendaknya aktivitas tersebut dihentikan sejenak. Istirahat, makan makanan yang bergizi, obat, dan suplemen dapat dijadikan alternatif untuk meredakan kelelahan fisik, sedangkan
25
kelelahan rohani dapat diatasi dengan berrekreasi dan beribadah kepada Tuhan. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat (Slameto, 1995:60-72). Keluarga merupakan faktor ekstern yang paling dekat dengan siswa sehingga tidak dapat dipungkiri jika keadaan keluarga berpengaruh kepada siswa, termasuk pada hasil belajarnya. Cara mendidik orang tua membentuk cara berpikir anak yang akan dibawa hingga dewasa kelak. Orang tua diharapkan dapat memberi keamanan, kenyamanan, dan mendidik anak untuk mandiri. Hubungan sehari-hari yang terjalin dengan harmonis sangat membantu dan mendorong anak dalam belajar. Kesejahteraan ekonomi keluarga juga mempengaruhi kemudahan anak dalam memperoleh fasilitas belajarnya, misalnya buku, alat-alat sekolah, dan komputer. Perpaduan hal-hal tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil
belajar
tidak
dapat
dipisahkan
dengan
proses
pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Kualitas pengajaran dipengaruhi oleh kualitas guru dan karakteristik kelas (Sudjana, 2008:40-43). Semakin berkualitas guru dan semakin kondusif kelas, maka semakin optimal pula hasil belajar anak. Iklim yang terbangun di sekolah juga turut andil dalam masalah ini. Hubungan yang baik dan harmonis antarwarga sekolah akan menciptakan suasana yang
26
nyaman untuk belajar sehingga hasil belajar siswa dapat menjadi lebih optimal. Lingkungan tempat tumbuh kembang anak, kegiatan siswa di masyarakat, dan teman bermain juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Lingkungan yang masyarakatnya memperhatikan pendidikan dan gemar belajar secara tidak langsung menanamkan nilai pada anak akan pentingnya pendidikan dan belajar. Lingkungan tersebut akan mendorong anak untuk belajar. c. Ranah-Ranah Hasil Belajar Hasil belajar dalam tujuan kurikuler dan tujuan instruksional diklasifikasikan menurut teori Bloom menjadi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terbagi menjadi kognitif tingkat rendah dan kognitif tingkat tinggi (Sudjana, 2010:22). Kognitif tingkat rendah meliputi hafalan dan pemahaman. Hafalan menjadi syarat kemampuan pemahaman. Indikator siswa memahami pelajaran ditunjukkan dengan menjelaskan sesuatu
dengan
bahasanya
sendiri,
memberi
contoh,
atau
menggunakannya untuk memecahkan kasus lain. Ranah kognitif yang termasuk dalam tingkat tinggi adalah tipe hasil belajar aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Sudjana, 2010:25-29). Siswa
menerapkan ide, teori, atau petunjuk teknis
27
dalam situasi baru pada tahap aplikasi. Tahap analisis dapat dilakukan dengan cara memilah pemahaman yang diperoleh siswa berdasarkan susunannya sehingga terbentuk pemahaman yang integral. Kebalikan dari proses analisis adalah proses sintesis, yaitu menyatukan unsurunsur ke dalam bentuk menyeluruh. Cara berpikir yang digunakan dalam proses sintesis adalah cara berpikir divergen yang setingkat lebih sulit dibandingkan dengan cara berpikir konvergen. Tipe tertinggi pada ranah kognitif dilakukan dengan meminta siswa untuk mengevaluasi ketepatan suatu karya ataupun membandingkannya dengan karya lain. 2) Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau nilai yang ditunjukkan siswa setelah menerima suatu pembelajaran. Tipe ini memiliki hubungan berbanding lurus dengan ranah kognitif, terutama pada anak usia sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Kategori dalam ranah afektif dapat dirinci sebagai berikut (Sudjana, 2010:30): a)
Receiving/attending, adalah kepekaan menerima stimulus.
b) Responding, reaksi yang diberikan siswa terhadap stimulus dari luar. c)
Valuing, kesediaan menerima nilai dan kepercayaan terhadap stimulus yang diterima.
28
d) Organisasi, yaitu pengembangan nilai-nilai yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga membentuk suatu sistem yang mengatur hubungan antara satu nilai dan nilai lainnya. e)
Internalisasi nilai, yaitu kepaduan semua nilai yang dimiliki siswa sehingga tampak pada kepribadian dan tingkah lakunya.
3) Psikomotor Ranah psikomotor meliputi hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, dimulai dari tingkat keterampilan paling dasar berupa gerak refleks kemudian merambah pada gerakan-gerakan dasar (Sudjana, 2010:30-33). Ranah ini mencakup kemampuan konseptual yang dilakukan dengan cara membedakan visual, auditif, dan motoris. Kemampuan siswa di bidang fisik mulai dari gerakan sederhana menuju
ke
berkomunikasi
tingkat dengan
yang
lebih
kompleks
menggunakan
dan
gerakan
kemampuan
ekspresif
juga
merupakan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor. Ketiga ranah hasil belajar berupa kognitif, afektif, dan psikomotor dapat dibedakan satu sama lain, tetapi hal ini tidak berarti bahwa ketiganya berdiri terpisah. Setiap perkembangan dalam salah satu ranah akan mempengaruhi perkembangan ranah lain. Tingkat kematangan siswa di bidang kognitif akan meningkatkan kemampuan dalam ranah afektif dan psikomotornya. Seorang siswa yang mengetahui kegunaan mikroskop akan menumbuhkan rasa tertariknya untuk mempelajari benda-benda
berukuran
kecil.
Ketertarikan
itu
membuat
siswa
29
memperhatikan penjelasan guru mengenai materi yang bersangkutan. Kemampuannya dalam menyerap konsep cara penggunaan mikroskop akan mempengaruhi kecakapannya dalam mengoperasikan alat tersebut. d. Evaluasi Hasil Belajar Tingkat pencapaian tujuan pembelajaran dapat diukur dengan adanya evaluasi hasil belajar. Pembelajaran tanpa evaluasi akan mengalami kesulitan dalam melihat kelebihan dan kekurangan pada pembelajaran, tingkat pencapaian siswa, maupun dalam menentukan langkah perbaikan yang akan dilakukan. Evaluasi hasil belajar ini memiliki fungsi sebagai berikut (Sudjana, 2008:111): 1) untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, terutama tujuan pembelajaran khusus, 2) untuk mengetahui keefektifan proses pembelajaran yang dilakukan guru. Evaluasi hasil belajar memberi manfaat bagi siswa, guru, sekolah, dan orang tua siswa. Siswa dapat mengetahui tingkat kemampuan yang dicapainya, sementara guru mengetahui efektivitas pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat menentukan langkah selanjutnya. Sekolah pun mampu mengetahui kualitas siswanya sehingga dapat menaikkan daya jual kepada masyarakat. Hasil evaluasi yang disusun dalam format laporan akan memberi informasi kepada orang tua mengenai prestasi anak secara individu maupun dalam kelasnya.
30
Sasaran evaluasi belajar harus dilakukan terhadap ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang ditetapkan secara jelas untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi dan proses pelaksanaannya. Alat evaluasi hasil belajar ini dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non-tes. a. Tes Tes sebagai alat evaluasi ada yang sudah distandardisasi dan ada yang belum distandardisasi (Sudjana, 2008:113-114). Contoh tes yang sudah distandardisasi adalah ujian nasional, sedangkan tes yang dibuat oleh guru sendiri biasanya merupakan tes yang belum distandardisasi. Penggunaan tes sebagai alat evaluasi hasil belajar harus memenuhi prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar. Prinsip-prinsip tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Purwanto, 2010:23-25): 1) Tes harus dapat mengukur hasil belajar secara jelas sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan 2) Soal yang disajikan harus mampu merepresentasikan hasil belajar siswa 3) Pemilihan bentuk tes yang tepat untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan aspek-aspeknya 4) Tes didesain sesuai dengan tujuan pembuatan tes tersebut, misalnya untuk penempatan, diagnostik, dsb. 5) Tes yang digunakan memiliki tingkat keandalan yang tinggi. 6) Tes digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru.
31
Tes menurut tujuan dan jangka waktunya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes formatif dan tes sumatif (Purwanto, 2010:27). Tes formatif bertujuan untuk mendapat umpan balik (feed back) pada akhir pembelajaran maupun pada akhir materi tertentu. Hasil tes ini digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan tes tersebut, guru mengambil keputusan apakah pembelajaran harus diteruskan atau diulang. Berbeda dengan itu, tes sumatif adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu. Siswa yang lulus dan yang tidak lulus dapat terlihat melalui tes ini. Guru kemudian memutuskan apakah siswa tersebut dapat melanjutkan pelajaran ataukah harus mengulangnya. Tes dapat dibagi berdasarkan respon yang dikehendaki, yakni tes lisan, tes tertulis, dan tes tindakan (Sudjana, 2008:114). Tes lisan adalah tes yang membutuhkan ragam bahasa lisan sebagai responnya, misalnya tanya jawab. Tes tindakan menghendaki siswa untuk melakukan
suatu
perbuatan,
misalnya
memperagakan
cara
penggunaan mikroskop. Tes tertulis adalah tes yang menghendaki jawaban secara tertulis. Siswa diberi soal oleh guru, kemudian siswa menuliskan jawabannya. Soal dalam tes tertulis dapat berbentuk uraian maupun pilihan objektif. Soal uraian dijawab dengan bahasa siswa sendiri sehingga lebih leluasa mengungkapkan pendapatnya. Kelemahan tes ini adalah
32
tidak bisa mencakup banyak materi sekaligus. Pengoreksiannya membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tipe pilihan objektif. Pilihan objektif dapat dikoreksi dalam waktu yang relatif singkat dan dapat mencakup banyak materi sehingga penyebaran soal dapat merata. Namun, pilihan jawaban yang sudah disediakan dalam tes pilihan objektif membuka peluang bagi siswa untuk melakukan trial and error. b. Non-tes Evaluasi
hasil
belajar
siswa
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan teknik non-tes yang cocok untuk mengukur ranah afektif siswa. Macam-macam teknik ini berupa observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, dan cek lis. Siswa bisa saja tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dinilai oleh guru sehingga memungkinkan untuk memperoleh hasil yang mendekati keadaan sebenarnya. Teknik non-tes untuk mengetahui tingkat afektif siswa dalam pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan mengamati perhatian siswa terhadap pelajaran tersebut. Teknik ini sebaiknya dilakukan oleh guru IPA yang biasa bersinggungan dengan siswa. Biasanya guru sudah hafal terhadap karakter siswa sehingga dapat memonitor perubahan dan perkembangannya. 2. Pembelajaran IPA a. Landasan Pembelajaran IPA
33
1) Landasan Psikologis Pembelajaran IPA dibangun untuk mengubah perilaku siswa, termasuk untuk menanamkan pola berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah (Sumaji, dkk., 2009:35). Pembelajaran dapat mencapai hasil yang optimal apabila dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada dalam diri siswa. Pengetahuan mengenai aspek-aspek tersebut terkandung dalam ranah psikologi sehingga prinsip-prinsip psikologi inilah yang menjadi salah satu landasan dalam pembelajaran IPA. Tidak hanya sebatas mengenai perbedaan individual siswa, tetapi juga tentang psikologi dalam belajar. Guru harus menyelami psikologi siswa bahwa setiap individu memiliki karakteristik masing-masing terkait dengan pengalaman dan faktor yang dibawa sejak lahir (Sulistyorini, 2007:7). Suatu informasi yang disampaikan guru pada waktu, situasi, dan kondisi yang sama dapat diartikan bermacam-macam oleh siswa. Oleh karena itu, guru harus mengembangkan pembelajaran yang dapat mencakup bermacam jenis perbedaan tersebut. Usia dan perkembangan siswa menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan guru. Piaget menyatakan bahwa siswa yang berusia 7-11 tahun memiliki cara berpikir konkret/concrete operation (Hill, 2009:162-163)
sehingga
proses
pembelajaran
IPA
sebaiknya
dilakukan dengan menyajikan materi konkret dalam menjelaskan
34
suatu konsep. Konsep tersebut akan dapat dihayati dan bermakna bagi siswa, tidak hanya sekadar menjadi hafalan semata. 2) Landasan Filosofis Landasan filosofis berkenaan dengan nilai-nilai yang dimiliki maupun yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA di SD/MI. Salah satu
nilai
tersebut
dapat
dikembangkan
dari
cara
pandang
konstruktivisme dan sistem belajar aktif (Sulistyorini, 2007:7-8). Pandangan tersebut menyatakan bahwa siswa bukan merupakan gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Setiap siswa sudah membawa kemampuan
dan
pengalaman
masing-masing
sebelum
suatu
pembelajaran dilakukan sehingga mereka dapat mengolah informasi yang disampaikan sesuai dengan cara mereka sendiri. Siswa
ditempatkan
bukan
sebagai
objek
pembelajaran
melainkan sebagai subjek yang mempunyai kesempatan untuk aktif melakukan sesuatu sementara guru lebih bertindak sebagai fasilitator. Guru berperan membantu dan menyediakan wadah bagi siswa untuk menggali
dan
menemukan
masalah
sekaligus
mengeksplorasi
kemampuan dirinya untuk memecahkan masalah tersebut. 3) Landasan Pedagogis Landasan pedagogis untuk mencapai pembelajaran yang optimal adalah sebagai berikut (Sulistyorini, 2007:8-9): a) Pembelajaran harus memberi kesempatan siswa untuk aktif b) Pembelajaran harus menggunakan metode yang menyenangkan
35
c) Pembelajaran
memberi
keleluasaan
kepada
siswa
untuk
mengeksplorasi lingkungan dan memperoleh sumber belajar lain. b. Dimensi Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA harus mencakup tiga dimensi belajar IPA. Ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut (Sulistyorini, 2007:9-11; Sumaji, dkk., 1998:140): 1) IPA sebagai Produk 2) IPA sebagai Proses 3) IPA sebagai Pemupukan Sikap IPA sebagai produk menekankan kemampuan siswa dalam memahami konsep, hukum, dan teori IPA yang ditunjukkan melalui pengetahuan IPA dalam pembelajaran. Rangkuman produk IPA ini dapat diperoleh dari buku teks, warta berita, maupun penjelasan guru. Proses dalam mempelajari IPA sangat mempengaruhi sikap siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasainya. Siswa tidak memperoleh keterampilan ini dari penjelasan guru, melainkan memperolehnya dengan cara mencari dan mengembangkan cara berpikir. Proses ini akan membentuk keterampilan berpikir secara ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupannya kelak. Proses-proses yang dilalui siswa dalam pembelajaran IPA merupakan jalan pemupukan sikap ilmiah. Siswa dapat memupuk sikap ini melalui inquiri, bertanya, memecahkan masalah, dan bekerja sama.
36
Menurut Harlen dan Darmodjo (Sulistyorini, 2007:10), sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI meliputi sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru, sikap bekerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, dan sikap kedisiplinan diri. c. Tujuan Pembelajaran IPA Sarkim (Sumaji, dkk., 1998:135-141) mengutarakan bahwa tujuan pembelajaran IPA secara garis besar mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. IPA pada awalnya menekankan aspek praktis/terapan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pada masa itu. Reformasi pemikiran dilakukan sehingga penekanan IPA beralih pada aspek-aspek teoritis. Sekarang ini pembelajaran IPA bertujuan untuk memajukan masyarakat lewat cara berpikirnya. Tidak hanya terbatas pada masyarakat yang memilih karir dalam bidang IPA, tetapi juga pada masyarakat yang berkecimpung dalam bidang lainnya. Pembelajaran IPA merupakan sarana memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dan semesta, menanamkan sikap dan cara berpikir ilmiah, memberi pengetahuan tentang IPA itu sendiri, dan menyadari kekuasaan Tuhan atas alam ini. Kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia menentukan bahwa pembelajaran IPA bertujuan untuk membangun siswa agar memiliki kemampuan sebagai berikut (Sulistyorini, 2007:40):
37
1) Memperoleh
keyakinan
terhadap
kebesaran
Tuhan
melalui
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptan-Nya 2) Mengembangkan konsep-konsep IPA sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupkan sehari-hari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu (curiousity), sikap positif, dan kesadaran tentang hubungan IPA dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk mempelajari alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan 5) Meningkatkan kesadaran untuk berpartisipasi dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7) Memperoleh pengetahuan dasar, konsep, dan keterampilan IPA sebagai bekal untuk melanjutkan jenjang pendidikan di SMP/MTs. d. Fungsi Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA dilakukan untuk memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut (Sumaji, dkk., 2009:35): 1) Memberi bekal pengetahuan dasar, baik sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 2) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep IPA
38
3) Menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah 4) Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala keindahan alam sehingga mendorongnya untuk mengagungkan Tuhan sebagai penciptanya 5) Memupuk kreativitas dan inovasi siswa 6) Membantu siswa dalam memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi 7) Memupuk dan mengembangkan minat siswa terhadap IPA Pembelajaran IPA tidak hanya berfungsi dalam kepentingan IPA secara an sich, tetapi juga masuk pada aspek individu, lingkungan, teknologi, dan keagamaan siswa. Pembelajaran yang dilakukan secara kelompok akan mampu memupuk aspek-aspek sosial siswa. Siswa diharapkan memiliki kemampuan, keterampilan, dan cara berpikir ilmiah untuk membantu memecahkan masalah dalam kehidupannya. e. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Ruang lingkup pembelajaran IPA secara umum meliputi pengetahuan tentang makhluk hidup, aspek-aspek fisik dan fenomena alam, serta kimia. Namun, ruang lingkup pembelajaran IPA di tingkat SD/MI meliputi bahan kajian berikut ini (Sulistyorini, 2007:40): 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
39
2) Benda/materi meliputi sifat-sifat dan kegunaannya yang mencakup benda cair, padat, dan gas 3) Energi dan perubahannya yang meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta yang meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit f. Metode Pembelajaran IPA Metode memiliki tingkat efektivitas yang berbeda-beda sesuai dengan materinya, artinya tidak ada metode yang paling baik dalam pembelajaran IPA (Sumaji, dkk., 2009:141-143). Suatu metode yang efektif untuk menjelaskan materi tertentu belum tentu memiliki tingkat efektivitas yang sama jika diterapkan pada materi lain. Metode yang dipilih pada prinsipnya harus memperhatikan tujuan pembelajaran, materi, keadaan siswa, keadaan guru, dan alokasi waktu dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi dalam pembelajaran. Sebisa mungkin pembelajaran IPA menggunakan metode yang memberi keleluasaan pada siswa untuk aktif dalam pembelajaran, misalnya siswa melakukan eksplorasi dengan menggunakan alat peraga IPA dalam pembelajaran materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Kegiatan eksplorasi akan memberikan pengalaman kepada siswa, selanjutnya guru menggabungkan pengalaman siswa dengan materi yang akan diajarkan. Kegiatan yang dilakukan dengan cara
40
tersebut tidak menjadi sekadar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. 3. Hasil Belajar IPA Istilah hasil belajar IPA tidak dapat dipisahkan dari pengertian hasil belajar dan pembelajaran IPA. Wicaksono (2010:30), dalam skripsinya menyatakan bahwa hasil belajar IPA adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA adalah kemampuan seseorang setelah mendapat pengalaman dalam pembelajaran IPA. Pengalaman pembelajaran IPA di tingkat SD/MI meliputi makhluk hidup, benda, energi, serta bumi dan antariksa. Hasil belajar IPA berhubungan erat dengan hakikat IPA sebagai produk, proses, dan pemupukan sikap ilmiah. Siswa memperoleh kemampuan menguasai produk IPA berupa teori, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip. Keterampilan dan sikap juga termaktub dalam hakikat IPA tersebut. Hasil yang diperoleh siswa harus mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini dipertegas oleh Samatowa dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar bahwa hasil belajar IPA adalah (1) kebiasaan (2) keterampilan (3) himpunan tanggapan (4) hafalan (5)
kemampuan
menganalisis
(6)
sikap
dan
rujukan
(http://repository.upi.edu/). Tanggapan, hafalan, dan analisis termasuk dalam ranah kognitif. Keterampilan merupakan aspek psikomotor siswa, sedangkan kebiasaan, sikap, dan rujukan sebagai aspek afeksinya.
41
Skripsi yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar IPA sebagian besar membahas mengenai media. Wicaksono (2010) menggunakan media film untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan Ikhwan (2010) menggunakan kartu mainan sebagai medianya. Kedua penelitian tersebut berhasil membuktikan bahwa media dapat meningkatkan nilai rata-rata kelas. Siklus I, II, dan III dengan menggunakan media film menghasilkan rata-rata kelas sebesar 7,9; 8,3; dan 8,5. Hasil penggunaan kartu mainan selama tiga siklus berturut-turut menghasilkan rata-rata kelas 74,2; 78,3; dan 82,3. Hubungan antara penelitian tentang media di atas dan penggunaan alat peraga dalam penelitian ini bahwa keduanya memiliki kedudukan yang sangat dekat dengan materi. Media dan alat peraga tidak dapat dibedakan secara benda, perbedaan hanya pada taraf fungsi saja. Peningkatan hasil belajar melalui penggunaan media dapat merepresentasikan peningkatan yang akan terjadi pada penggunaan alat peraga peraga magnetis dalam penelitian ini.
J. GERAKAN BULAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PASANG SURUT AIR LAUT 1. Landasan Materi dan Standar Isi Kurikulum Landasan untuk mengajarkan materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut adalah standar isi yang ditetapkan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006 (Sulistyorini, 2007:22). Standar isi mata
42
pelajaran IPA kelas VI semester II dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut (KTSP, 2007:94): Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas VI Semester II
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya 7. Mempraktikkan pola 7.1 Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara penggunaan dan gaya dan gerak (model jungkat jungkit, ketapel/model perpindahan energi traktor sederhana energi pegas) 7.2 Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik 8. Memahami pentingnya 8.1 Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan penghematan energi berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari 8.2 Membuat suatu karya/model yang menggunakan energi listrik (bel listrik/alarm/model lampu lalu lintas/kapal terbang/ mobil-mobilan/model penerangan rumah) Bumi dan Alam Semesta 9. Memahami matahari 9.1 Mendeskripsikan sistem dan posisi penyusun tata surya sebagai pusat tata 9.2 Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi, surya dan interaksi dan revolusi bulan bumi dalam tata surya 9.3 Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari 9.4 Menjelaskan perhitungan kalender Masehi dan Hijriah
Silabus yang dipakai oleh sekolah/madrasah dikembangkan oleh guru yang
bersangkutan.
Apabila
guru
belum
mampu
melakukannya,
pengembangan dilakukan oleh tim guru yang mengampu mata pelajaran yang sama. Guru-guru di tingkat madrasah ibtidaiyah/sekolah dasar mengembangkan silabus secara bersama-sama antara guru kelas I sampai dengan guru kelas VI. 2. Isi Materi a. Keadaan Bulan Bulan adalah satelit alam bumi yang berukuran dengan massa
ukuran bumi,
dari massa bumi, dan gaya gravitasinya dari gravitasi
43
bumi (Kanginan, 2000:115). Bunyi tidak dapat merambat di tempat ini karena tidak ada udara sebagai perantaranya. Maka dari itu, keadaan di bulan sangat lengang. Bulan memantulkan cahaya dari matahari sehingga benda ini terlihat dari bumi sebagai benda langit paling terang pada malam hari. b. Gerakan Bulan Sama seperti benda langit lainnya, bulan juga bergerak di angkasa. Gerakan yang dilakukannya adalah rotasi, revolusi, dan bersama dengan bumi mengelilingi matahari (Kanginan, 2000:118-119; Sulistyanto dan Wiyono, 2008:124; Rositawati dan Muharam, 2008:147; Hadiat, dkk., 1998:79). Perputaran bulan pada porosnya dilakukan dengan arah perputaran negatif, yaitu berlawanan dengan arah jarum jam, demikian pula dengan arah revolusinya. Perputaran bulan mengelilingi bumi melintasi orbit yang berbentuk elips sehingga ada kalanya bulan terlihat dekat dari bumi dan ada kalanya terlihat sangat jauh. Allah telah membuat bulan beredar dalam lintasannya sesuai dengan firman Allah Q.S. Al Anbiya’ (21:33) sebagai berikut (Surin, 1991:1340):
―Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya‖. Penelitian telah membuktikan kesesuaian ayat tersebut dengan ilmu pengetahuan (http://baguse-rek.blogspot.com/). Allah juga menerangkan salah satu gerakan yang dilakukan bulan, yaitu mengelilingi matahari.
44
Bulan bersama-sama dengan bumi mengiringi matahari, sehingga dapat dikatakan bahwa bulan juga bergerak mengelilingi matahari. Hal tersebut telah diterangkan dalam Al Quran surat Asy-Syams (91:1-2) berikut ini (Al Maragi, 1993:292):
٢
۱
1 ―Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2 dan bulan apabila mengiringinya‖ c. Fase-Fase Bulan Kala rotasi dan revolusi bulan untuk melaju dari satu fase sampai kembali ke fase itu lagi membutuhkan waktu 29
hari (Kanginan,
2000:118). Hal ini disebut sebagai fase sinodik. Persamaan antara waktu rotasi dan revolusi bulan mengakibatkan wajah bulan yang terlihat dari bumi selalu sama, sementara separuh wajah lainnya tetap tersembunyi karena tidak mendapat cahaya matahari. Perbedaaan arah datang sinar matahari dan kedudukan bulan menyebabkan perbedakan kenampakan bulan dari bumi. Hal ini dikenal sebagai fase-fase bulan yang terlihat dalam
gambar
2.1
(Kanginan,
2000:120-121; Ariasti, Dirghantara, Malasan, Gambar 2.1 Fase-Fase Bulan (Sumber: www.google.co.id)
1995:32-33;
Admiranto,
2000:143; Farndon, 2004b:12).
45
Awal bulan dalam kalender Hijriah ditandai dengan munculnya bulan baru (new moon) pada tanggal 1 dimana sinar matahari dalam gambar 2.1 berasal dari arah kiri sehingga permukaan bulan yang terlihat dari bumi tidak mendapat cahaya matahari. Penampakan bulan semakin membesar seiring dengan revolusi bulan. Tanggal 7 ditandai dengan fase bulan separuh (last quarter) yang terus membesar hingga mencapai puncaknya pada bulan purnama tanggal 15 (full moon). Urutan fase-fase bulan secara lengkap adalah sebagai berikut: (1) bulan baru (2) bulan sabit (3) bulan separuh (4) bulan bungkuk/bulan benjol (5) bulan purnama (6) bulan bungkuk/bulan benjol (7) bulan separuh dan (8) bulan sabit. Hal tersebut sesuai dengan hukum yang telah Allah ciptakan mengenai fase-fase bulan, sesuai dengan Q.S. Yasin (36:39) sebagai berikut (Departemen Agama RI, 2000:353):
٩٣ي ِ َوالْقَ َم َر قَد َّْرَنَ ُه َمنَ ِاز َل َح ََّّت عَا َد ََكلْ ُع ْر ُج ِ ون الْقَ ِد ―Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua‖. d. Dampak Revolusi Bulan Fase-fase bulan mengindikasikan besar-kecilnya dampak revolusi bulan terhadap aktivitas pasang surut air laut di bumi. Pasang surut air laut adalah peristiwa naik dan turunnya permukaan air laut (Kanginan, 2000:126; Sulistyanto dan Wiyono, 2008:126). Penyebab utama peristiwa tersebut adalah adanya gravitasi bulan. Sebenarnya gaya gravitasi matahari jauh lebih besar daripada gravitasi bulan. Namun,
46
bumi
jaraknya yang jauh membuat hal air bulan
tersebut kurang dirasakan. Proses terjadinya pasang surut air laut
C
A B
tersebut dapat dilihat dalam gambar
Gambar 2.2 Proses terjadinya Pasang Surut Air Laut
Pada
waktu
bulan
2.2 (Farndon, 2004a: 31).
melintasi
bumi, gaya
gravitasi
bulan
mempengaruhi bumi. Air lebih mudah tertarik daripada daratan sehingga air laut tertarik mendekati bulan (Sulistyanto dan Wiyono, 2008:126). Hal ini mengakibatkan bagian A mengalami pasang. Tahap selanjutnya, bumi juga tertarik mendekati bulan (B) sehingga air pada bagian C tertinggal. Air yang tertinggal tersebut juga mengalami pasang.
Gambar 2.3 Pasang purnama dan pasang perbani (Sumber: www.google.co.id)
Pasang tertinggi terjadi pada saat bulan burnama dan bulan baru (spring tide). Kedudukan matahari berada di belakang bulan sehingga gaya gravitasi matahari dan gravitasi bulan bersama-sama mempengaruhi bumi. Pasang terrendah (neap tide) terjadi pada saat bulan dan matahari membentuk garis 90o yang menghasilkan fase bulan separuh. Posisi tersebut menjadikan air laut tertarik gravitasi bulan dan di sisi lain juga tertarik oleh gravitasi matahari sehingga pasang yang disebabkan
47
gravitasi bulan menjadi kurang tinggi (Admiranto, 2000:143-144; Kanginan, 2000:127-128).
K. ALAT PERAGA MAGNETIS 1. Alat Peraga a. Perbedaan Alat Peraga, Media Pembelajaran, dan Alat Pengajaran Alat peraga dan media pembelajaran memiliki perbedaan tipis yang kadang disamakan satu sama lainnya. Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam pembelajaran (http://sites.googles.com). Wujudnya dapat berupa benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala, atau hukum alam. Alat peraga digunakan guru untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme dalam pembelajaran. Berbeda tipis dengan alat peraga, media muncul sebagai bentuk jamak dari kata medium, sebuah kata dalam bahasa Latin yang berarti perantara atau pengantar (Sadiman, dkk., 1993:6). Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan/isi, merangsang pikiran/perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran (Ibrahim dan Syaodih, 1996:112). Kedua pengertian yang telah diutarakan seolah tidak menunjukkan perbedaan di antara keduanya. Hal tersebut wajar karena perbedaan
48
antara alat peraga dan media pembelajaran bukan terletak pada bendanya, tetapi lebih pada fungsinya. Televisi menjadi sebuah media apabila berisi program tentang suatu pelajaran. Jika pembelajaran dilakukan pada televisi tersebut, misalnya dengan menunjukkan bagian-bagian dan komponen televisi, maka dalam peristiwa ini televisi merupakan alat peraga. Alat peraga dan media pembelajaran selalu mengandung pesan atau isi pelajaran. Keduanya memiliki unsur bahan pembelajaran yang akan disampaikan (software) dan alat penampil (hardware). Hal inilah yang membedakannya dengan alat pengajaran. Alat pengajaran tidak mengandung pesan/isi pembelajaran (Ibrahim dan Syaodih, 1996:122). Alat pengajaran ini terbagi menjadi dua, yaitu yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Alat pengajaran yang bersifat umum dapat digunakan dalam semua mata pelajaran, misalnya kapur dan papan tulis, sedangkan alat pengajaran yang bersifat khusus hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu, misalnya busur derajat dalam pembelajaran matematika. b. Urgensi Penggunaan Alat Peraga Anak usia sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah memiliki cara berpikir konkret sehingga pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan cara berpikir tersebut. Alat peraga hadir untuk memberi pengalaman konkret dan menanamkan konsep dengan benar sehingga apa yang diajarkan menjadi lebih mudah diingat (Asnawir dan Usman, 2002:14).
49
Siswa selanjutnya dapat menyusun gagasan-gagasan abstrak bertolak dari pengalaman konkret yang telah diajarkan. Guru yang memiliki keterbatasan dalam mengajar, misalnya kurang bisa menjelaskan pengertian sesuatu, akan terbantu dengan adanya alat peraga. Verbalisme yang sering terjadi dalam materi hafalan dapat dihindari. Masalah lupa dan kurang aktifnya murid pada batas-batas tertentu juga dapat diperbaiki. Mengajar dengan menggunakan alat peraga merupakan salah satu cara meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran. c. Jenis-Jenis Alat Peraga Alat peraga memiliki wujud yang bermacam-macam. Bahan yang dipakai dapat berupa gambar, benda alam yang diawetkan, atau model suatu benda. Alat peraga juga dapat diklasifikasikan menjadi kelompokkelompok berdasarkan dimensi dan proyeksinya sebagai berikut (Sudjana, 2008:100-104): 1) Alat peraga dua dimensi Alat peraga dua dimensi adalah alat peraga yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Bagan, grafik, poster, gambar mati, dan peta datar termasuk dalam jenis alat peraga ini. 2) Alat peraga tiga dimensi Alat peraga tiga dimensi memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Peta timbul dan model merupakan contoh dari alat peraga tiga dimensi ini.
50
3) Alat peraga yang diproyeksikan Alat peraga yang diproyeksikan adalah alat peraga yang menggunakan proyektor sehingga menampakkan gambar pada layar. Film merupakan serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar dengan kecepatan tertentu sehingga menjadikan gambar berjalan terus dan tampak bergerak normal. Slide/filmstrip juga termasuk dalam kategori alat peraga yang diproyeksikan. d. Fungsi Pokok dan Nilai Penggunaan Alat Peraga Penggunaan alat peraga dapat memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat sehingga nampak lebih jelas. Menurut Sudjana (2008:99-100), fungsi pokok alat peraga adalah sebagai berikut: 1) Sebagai alat bantu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif. 2) Membantu guru mengembangkan unsur dalam situasi pembelajaran karena alat peraga merupakan bagian integral dalam pembelajaran. 3) Penggunaan alat peraga mendukung tujuan dan materi pelajaran. 4) Proses belajar menjadi lebih menarik perhatian siswa. 5) Mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menangkap suatu konsep. 6) Pembelajaran menjadi lebih lama diingat siswa. Penggunaan alat peraga mempunyai nilai-nilai positif yang patut dikembangkan. Nilai-nilai penggunaan alat peraga tersebut adalah menghindari
verbalisme,
menarik
minat
dan
perhatian
siswa,
51
memantapkan
hasil
belajar,
memberi
pengalaman
konkret,
menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan, membantu perkembangan pemikiran dan kemampuan berbahasa, dan membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar (Sudjana, 2008:100). Penggunaan alat peraga secara optimal dan tepat sasaran akan memunculkan pembelajaran yang mudah dipahami siswa. Pembelajaran juga dapat menjadi lebih bermakna sehingga menimbulkan minat untuk mempelajarinya. e. Prinsip-Prinsip Penggunaan Alat Peraga Prinsip penggunaan alat peraga menurut Hoover (Usman, 1995:32) patut menjadi sikap dasar dalam menggunakan alat peraga. Prinsipprinsip dalam penggunaan alat peraga tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tidak ada alat peraga yang dianggap paling baik. 2) Alat-alat tertentu lebih tepat daripada alat lain, tergantung hubungannya dengan tujuan pembelajaran. 3) Alat peraga dan sumber-sumber yang digunakan merupakan bagian integral dari pembelajaran 4) Perlu adanya persiapan yang matang oleh guru dan siswa 5) Siswa menyadari tujuan alat peraga dan merespon data yang diberikan 6) Perlu diadakan kegiatan lanjutan 7) Alat peraga dan sumber-sumber yang digunakan untuk melancarkan komunikasi memungkinkan belajar lebih baik.
52
Setiap alat peraga memiliki kelebihan dan kelemahan masingmasing. Alat peraga yang cocok untuk menjelaskan materi tertentu belum tentu cocok untuk menjelaskan materi lain. Guru harus menyesuaikan penggunaan alat peraga dengan tujuan yang hendak dicapai. Alat peraga digunakan untuk membantu mencapai tujuan, bukan menjadi tujuan itu sendiri. Penggunaannya dalam pembelajaran harus dapat dikontrol agar tidak mengaburkan informasi yang akan disampaikan. Guru harus menentukan jenis peraga yang tepat, menyesuaikannya dengan keadaan siswa, menyajikannya dengan teknik yang tepat, dan memperlihatkannya pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat pula agar penggunaan alat peraga dapat mencapai hasil optimal. Langkah-langkah penggunaan alat peraga adalah sebagai berikut (Sudjana, 2008:105-106): 1) menetapkan tujuan mengajar dengan menggunakan alat peraga 2) persiapan guru meliputi pemilihan alat peraga dan persiapannya 3) persiapan kelas dengan mengondisikan siswa 4) penetapan langkah penyajian pembelajaran oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik 5) pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang dilakukan di dalam atau di luar kelas 6) evaluasi pelajaran dan penggunaan alat peraga f. Pemilihan Alat Peraga Pemilihan alat peraga tidak bisa berdiri sendiri, melainkan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi
53
pelajaran, tingkat perkembangan siswa, sarana dan prasarana, efisiensi biaya dan waktu (Asnawir dan Usman, 2002:15-16). Pemilihan alat peraga juga harus disesuaikan dengan ketersediaan tenaga dan kemampuan guru. Burton (Usman, 1995:32) menambahkan bahwa alat peraga hendaknya juga harus tepat, memadai, dan mudah digunakan. Alat peraga harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa terlebih dahulu kemudian disertai kelanjutannya seperti diskusi, analisis, dan evaluasi penggunaan alat peraga dalam pembelajaran. Pemilihan alat peraga tanpa memperhitungkan hal-hal di atas dapat menghambat proses pembelajaran. Salah sasaran dapat terjadi apabila alat peraga diposisikan sebagai tujuan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang sesungguhnya menjadi kabur. Kondisi tersebut membuat
siswa
mengalami
kebingungan
menentukan
fokus
pembelajaran yang harus dikuasainya. g. Mengevaluasi Alat Peraga Pembelajaran harus melewati proses evaluasi, begitu pula dengan alat peraga yang digunakan. Evaluasi dalam penggunaan alat peraga dapat dilakukan dengan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif (Sadiman, dkk., 1993:182-183; Asnawir dan Usman, 2002:167). Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi alat peraga untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki alat peraga agar dapat digunakan secara lebih efektif dan efisien. Evaluasi sumatif dilakukan dengan meneliti kembali apakah alat
54
peraga yang sudah diperbaiki tersebut dapat digunakan dalam situasisitusi tertentu ataukah tidak. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran harus diperhatikan keberhasilannya. Apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan menggunakan suatu alat peraga, maka penggunaan alat peraga tersebut harus dikaji ulang. Ketidakberhasilan suatu pembelajaran apakah terletak pada penggunaan alat peraga tersebut ataukah disebabkan faktor lain. Apabila disebabkan oleh penggunaan alat peraga, evaluasi dilanjutkan untuk mengetahui tahap mana yang masih kurang tepat. Apakah terletak pada cara pemakaian, jalan pengajaran, ataukah pada aktivitas yang dilaksanakan. 2. Alat Peraga Magnetis a. Pengertian Kata magnetis merupakan kata jadian dari asal kata magnet yang memperoleh akhiran –is. Akhiran –is dalam kata magnetis memiliki makna bersifat seperti magnet (KBBI, 2007:695). Kata alat peraga diartikan sebagai alat-alat yang digunakan pendidik dalam pembelajaran untuk membantu dan memperagakan sesuatu (http://sites.googles.com). Saliman dan Sudarsono (1994:178) menambahkan pengertian bahwa alat peraga merupakan alat untuk memperlihatkan pelajaran. Berdasarkan ketiga pengertian di atas, alat peraga magnetis adalah alat yang memanfaatkan sifat-sifat magnet untuk membantu memperagakan sesuatu dalam pembelajaran.
55
Sifat-sifat magnet yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah sebagai berikut (Soetarno, 2000:191): 1) Tidak semua benda dapat ditarik magnet. Benda yang tertarik magnet biasanya mengandung besi, nikel, atau kobalt. 2) Gaya tarik paling kuat terletak pada kutub-kutubnya. 3) Magnet memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. 4) Apabila bergerak bebas, kutub utara magnet menunjuk ke arah kutub selatan bumi, sedangkan kutub selatan magnet menunjuk ke arah kutub utara bumi. 5) Kutub-kutub yang sejenis akan tolak menolak apabila didekatkan, sedangkan kutub yang berbeda akan tarik menarik. 6) Gaya magnet dapat menembus benda-benda tipis. b. Pembuatan Alat Peraga Magnetis Alat-alat yang dibutuhkan dalam proses pembuatan alat peraga magnetis antara lain gunting, penggaris, dan gergaji besi. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuatnya adalah sebagai berikut: 1) Papan tripleks 2) Bubur kertas 3) Cat tembok, cat minyak, atau cat poster 4) Kain tipis 5) Peniti 6) Lem kayu, lem kanji, dan lem kain
56
Langkah-langkah yang dilakukan setelah alat dan bahan terkumpul adalah sebagai berikut: 1) Papan tripleks dipotong sesuai ukuran yang diinginkan. Papan yang terlalu besar akan merepotkan untuk perpindahannya, sedangkan papan yang terlalu kecil kurang jelas untuk ditampilkan di depan kelas. Penelitian ini menggunakan papan 95 x 65 cm. 2) Pembuatan adonan bubur kertas untuk membuat sebuah model yang mirip tanah liat dapat dilakukan dengan cara berikut ini (Sudjana dan Rivai, 1997:175-176): (a) Kertas koran disobek kecil-kecil kemudian direndam di dalam air panas selama beberapa jam. Adonan kertas koran yang sudah lumat diperas dan diaduk sehingga menjadi bubur kertas. (b) Campur bubur kertas dengan lem kanji. Proses pencampurannya dilakukan dengan menuang lem kanji terlebih dahulu, baru kemudian bubur kertas dimasukkan. Uleni sampai adonan liat. Bubur kertas siap digunakan. 3) Buat sketsa lautan dan daratan di atas permukaan tripleks yang telah dipotong. Sketsa daratan diolesi dengan lem kayu untuk merekatkan bubur kertas yang akan ditempel. 4) Tempelkan bubur kertas di atas sketsa daratan yang telah diolesi lem kayu. Bentuk menjadi peta timbul dengan memperhatikan ketinggian daerah dalam peta tersebut, kemudian tripleks yang telah ditempeli bubur kertas dikeringkan dengan cara dijemur.
57
5) Sambil menunggu peta timbul kering, sematkan peniti secara merata pada bagian dalam kain tipis. Pasang kain tersebut untuk menutupi sketsa lautan di atas tripleks secara longgar sehingga menimbulkan kerutan. Rekatkan dengan lem kain dan potong bagian-bagian yang tidak diperlukan. 6) Tahap terakhir adalah mewarnai alat peraga magnetis agar terlihat lebih menarik. c. Cara Kerja Alat peraga magnetis digunakan dengan cara mendekatkan magnet pada kumpulan peniti yang disematkan pada kain. Peniti di dekat magnet akan tertarik oleh magnet. Semakin tinggi magnet diangkat, semakin tinggi pula kain terangkat. Kain menjadi terkumpul di bagian ini, sementara kerutan kain di bagian lain menipis. Cara kerja alat peraga magnetis memanfaatkan beberapa sifat yang ada pada magnet, yaitu sebagai berikut: 1) Ketika magnet didekatkan pada alat peraga tersebut, magnet akan menarik peniti yang tersemat di kain. Proses ini memanfaatkan sifat magnet bahwa magnet dapat menarik benda-benda tertentu, terutama yang mengandung besi, nikel, atau kobalt. 2) Magnet dapat menembus benda-benda tipis. Magnet dalam alat peraga ini dapat menarik peniti yang disematkan di balik kain.
58
3) Kekuatan magnet terbesar ada pada kutub-kutubnya. Kain dapat terangkat lebih tinggi ketika peniti ditarik oleh kutub-kutub magnet dibandingkan ketika ditarik oleh badan magnet. d. Alat
Peraga
Magnetis
dalam
Materi
Gerakan
Bulan
dan
Pengaruhnya terhadap Pasang Surut Air Laut 1) Gerakan Bulan Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi, dan bersama bumi mengelilingi matahari. Rotasi bulan ditunjukkan dengan merotasikan sebuah bola di atas alat peraga magnetis. Bola yang merepresentasikan bulan tersebut diedarkan melintasi alat peraga magnetis sehingga menunjukkan gerakan revolusi bulan terhadap bumi. Gerakan ketiga ditunjukkan dengan alat peraga magnetis dan tiruan bulan yang diimajinasikan sedang mengelilingi sesuatu, misalnya mengelilingi guru yang membawa alat tersebut. 2) Fase-Fase Bulan Fase-fase bulan ditunjukkan dengan bantuan bola yang separuhnya berwarna kuning dan separuh yang lain berwarna gelap. Pegangi bola tersebut di atas alat peraga magnetis dengan memperlihatkan warna kuningnya secara keseluruhan. Apabila dilihat dari arah alat peraga magnetis, demonstrasi tersebut akan menunjukkan terjadinya peristiwa bulan purnama. Fase bulan yang lain dapat ditunjukkan dengan mengubah letak bola dan memutarnya untuk memperlihatkan komposisi warna kuning yang berbeda.
59
3) Gerakan Bulan dan Pengaruhnya terhadap Pasang Surut Air Laut Alat peraga magnetis merepresentasikan proses terjadinya pasang surut air laut yang dipengaruhi oleh revolusi bulan. Kain yang terangkat ketika peniti tertarik magnet menggambarkan keadaan air laut yang sedang pasang. Kerutan kain di bagian lain menipis karena kain berkumpul di bagian yang tertarik magnet. Semakin tinggi kain di bagian magnet, semakin teregang pula kain di bagian lainnya. Peristiwa menipisnya kain di bagian tersebut merepresentasikan air laut yang sedang surut. e. Kelebihan dan Kelemahan Alat Peraga Magnetis Sama halnya dengan alat peraga lain, alat peraga magnetis juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Penggunaan alat peraga magnetis dapat (1) memberi pengalaman konkret kepada siswa sehingga mudah diingat, (2) meminimalisir keterbatasan penyampaian guru, (3) mempercepat proses pembelajaran, (4) menghindari verbalisme, (5) menarik perhatian dan minat siswa sehingga turut aktif dalam pembelajaran, (6) dan dapat mencakup siswa dengan berbagai gaya belajar, tidak hanya siswa dengan gaya belajar auditori saja, tetapi juga meliputi gaya belajar visual dan kinestetik. Namun, alat peraga magnetis cukup rumit dibuat sehingga guru harus menambah waktu, tenaga, dan biaya. Ukurannya yang cukup besar juga menyulitkan mobilisasinya. Orientasi pembelajaran dapat menjadi kabur apabila guru lebih menekankan penggunaan alat peraga daripada tujuan pembelajaran.
60
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
L. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Profil Madrasah Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di MI Ma’arif Global Salatiga (Islamic Global Elementary School) yang beralamatkan di Jalan Fatmawati Km. 02 Blotongan, Salatiga, Kode Pos 50715. Madrasah yang akrab disebut MI Global ini didirikan oleh Lembaga Pendidikan MI Ma’arif NU Kota Salatiga pada tanggal 1 Agustus 1966, tetapi sudah mulai beroperasi sejak 1 Januari 1966. Tahun ini MI Ma’arif Global terakreditasi B. Profil madrasah secara lengkap adalah sebagai berikut: a. Nama Madrasah
: Madrasah Ibtidaiyah Ma'arif Global
b. Alamat
: Jl. Raya Fatmawati Km. 02 Salatiga
c. Nomor Identitas Madrasah : 110010 d. Nomor Induk
: 083
e. Nomor Statistik Madrasah : 15.2.03.62.01.001 f. Tahun Berdiri
: 1 Agustus 1966
g. Tahun Beroperasi
: 1 Januari 1966
h. Lembaga Pendiri
: Lembaga Pendidikan Ma'arif NU Kota Salatiga
i. Akte Notaris Yayasan
: Joenues E. Maogimons, S. H. No. 103
j. Kepala Sekolah
: Drs. Ibrahim Alfian
60
61
Visi dan misi yang dicanangkan oleh MI Ma’arif Global adalah sebagai berikut (www.miglobalsalatiga.sch.id): Visi
: Terwujudnya generasi Islam yang terampil qiroqh, tekun beribadah, berakhlaqul karimah, dan unggul dalam prestasi.
Misi
: a. Menyelenggarakan
pendidikan
yang
berkualitas
dalam
pencapaian prestasi akademik dan nonakademik. b. Mewujudkan
pembelajaran
dan
pembiasaan
dalam
mempelajari Al Qur’an dan menjalankan ajaran agama Islam. c. Mewujudkan pembentukan karakter Islami yang mampu mengaktualisasikan diri dalam masyarakat. d. Meningkatkan
pengetahuan
dan
profesionalisme
tenaga
kependidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan. e. Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. 2. Kegiatan Siswa Kegiatan tambahan yang dilakukan siswa meliputi kegiatan rutin harian dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan rutin yang menarik untuk diikuti adalah ikrar pagi dan ikrar siang karena petugas ikrar dipilih bergantian dari kelas III hingga kelas VI. Jalannya ikrar dipimpin oleh seorang komandan, sedangkan pembacaan ikrar dipandu oleh siswa yang bertugas pada kesempatan itu. Teks ikrar berupa teks bahasa Arab-Indonesia untuk hari Jumat dan teks bahasa Arab-Inggris untuk hari lainnya. Siswa juga mendengarkan pidato singkat yang dibawakan oleh petugas pada
62
kesempatan ini. Materi pidato dibuat oleh siswa di bawah bimbingan guru berdasarkan tema yang sudah ditentukan sebelumnya. Kegiatan rutin ini merupakan ajang latihan bagi siswa untuk berbicara di depan umum. Lima kali dalam seminggu siswa mengaji secara rutin setelah ikrar pagi sebelum pelajaran dimulai. Mereka melaksanakan shalat dhuha berjamaah pada kesempatan tersebut. Kegiatan dilanjutkan dengan membaca wajib di kelas masing-masing, kemudian barulah pelajaran dimulai. Siang harinya siswa kelas III s.d. VI berjamaah shalat dhuhur bersama guru dan melaksanakan ikrar sore seusai sekolah. Kegiatan keagamaan lain yang diikuti siswa berupa hafalan doa-doa harian, hafalan surat-surat pendek, hafalan asmaul husna, tahlil, tadarus, kajian kitab Hidayatus Syibyan, kitab Ta'limul Muta'alim, dan kitab Aqidatu 'Awam. Siswa diberi wadah untuk mengembangkan minatnya dalam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di MI Ma’arif Global adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pramuka yang bertujuan menanamkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kemandirian, melatih hidup bersahaja, dan melatih keterampilan. b. Kegiatan komputer untuk memperkenalkan siswa terhadap teknologi dan informasi serta melatih keterampilan di bidang informatika dan komputer.
63
c. Kegiatan beladiri untuk mendidik murid memiliki akhlakul karimah, melatih kepercayaan diri, memiliki keterampilan beladiri, menjaga kesehatan, dan melatih untuk bersikap disiplin. d. Kegiatan seni tari untuk menyalurkan minat, bakat, dan keterampilan siswa,
mendidik
untuk
menghargai
seni
dan
budaya,
serta
membudayakan seni islami. e. Kegiatan dokter kecil untuk menanamkan kesadaran dan kepedulian terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan serta melatih siswa agar mampu memberikan pertolongan pertama pada sesama.
M.
WAKTU PENELITIAN Penelitian dimulai pada tanggal 18 Agustus tahun 2011, bertepatan
dengan bulan Ramadhan sehingga kegiatan pembelajaran dipadatkan. Penelitian yang dilakukan pada tahap ini berupa observasi terhadap kegiatan MI Ma’arif Global Salatiga. Pembelajaran diliburkan mulai tanggal 24 Agustus 2011 sampai dengan 7 September 2011 berkenaan dengan hari raya idul fitri. Hal tersebut membuat kegiatan pembelajaran untuk kepentingan penelitian baru bisa dilakukan setelah libur hari raya. Kegiatan pembelajaran untuk kepentingan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam siklus I, II, dan III. Siklus pertama dilakukan pada hari Selasa, 13 September 2011 yaitu dengan memanfaatkan jadwal les IPA pukul 14.00 s.d. 15.00. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 September 2011, juga pada saat les IPA pukul 14.00 s.d. pukul 15.00. Pemilihan waktu les
64
tersebut dimaksudkan agar pelaksanaan penelitian tidak mengganggu jalannya pembelajaran kelas VI mengingat bahwa mereka dibebani dengan adanya Ujian Nasional. Siklus III dilakukan pada jam pembelajaran IPA hari Kamis tanggal 15 September 2011 pukul 09.00 s.d. pukul 10.10.
N. SUBJEK PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui penggunaan alat peraga magnetis pada siswa tersebut. Subjek penelitian berjumlah 15 siswa, terdiri dari 9 laki-laki dan 6 perempuan. Daftar siswa kelas VI dapat dilihat dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun Ajaran 2011/2012
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Siswa AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah Total
Jenis Kelamin L P 9 6 15
65
O. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Rincian pelaksanaan dalam tiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan (Planning) Kegiatan perencanaan yang dilakukan untuk persiapan pembelajaran pada hari Selasa, 13 September 2011 pukul 14.00 s.d. 13.00 adalah sebagai berikut: 1) Pembuatan alat peraga magnetis 2) Pembuatan bulan tiruan dari bola 3) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4) Pembuatan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 5) Penyusunan soal b. Pelaksanaan (Acting) 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal dilakukan dengan alokasi waktu 10 menit berupa pengucapan salam, berdoa sebelum pembelajaran, dan melakukan presensi siswa. Guru dan siswa selanjutnya menyiapkan bahan ajar yang akan digunakan dalam pembelajaran. Guru melakukan pretest untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa sebelum penggunaan alat peraga magnetis dalam pembelajaran dengan cara menanyakan soal-soal mendasar terkait materi, kemudian siswa menuliskannya pada secarik kertas yang telah disiapkan guru.
66
2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dilakukan sekitar 40 menit berupa kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a) EKSPLORASI (1) Guru
menunjukkan
alat
peraga
kit
IPA
yang
merepresentasikan gerakan bulan dan memberi stimulasi pertanyaan. (2) Siswa melakukan aktivitas terhadap alat peraga tersebut dan mengajukan jawaban atas pertanyaan guru. b) ELABORASI (1) Siswa memberi contoh ilustrasi gerakan rotasi dan revolusi yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. (2) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai gerakan bulan yang diperjelas dengan menggunakan alat peraga magnetis dan bulan tiruan. (3) Siswa memperhatikan penjelasan guru. (4) Tiga siswa melakukan permainan dengan berperan sebagai bulan, matahari, dan bumi. (5) Siswa mengerjakan soal yang telah disediakan guru. c) KONFIRMASI (1) Siswa mengutarakan pendapat mengenai aktivitas dalam memerankan permainan gerakan bulan.
67
(2) Siswa dan guru melakukan pembahasan singkat mengenai soalsoal yang telah dikerjakan. (3) Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dilakukan dengan alokasi waktu 10 menit. Siswa menerima pujian atas semangat belajar yang telah ditunjukkan dan siswa yang belum aktif menerima motivasi dari guru. Guru menyimpulkan pembelajaran dan menginformasikan materi yang akan datang kepada siswa kemudian menutup pertemuan dengan bacaan hamdalah dan salam. c. Observasi (Observing) Kegiatan observasi dilakukan dengan dibantu guru mata pelajaran IPA, yaitu oleh IA. Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Pengamatan yang dilakukan meliputi performance guru dalam melakukan pembelajaran dan kondisi kelas saat hal tersebut berlangsung. d. Refleksi (Reflecting) Kegiatan pembelajaran siklus I didukung oleh kehadiran IA selaku guru mata pelajaran IPA. Penggunaan alat peraga magnetis dalam siklus I ini mampu menarik perhatian siswa, meskipun sebagian besar masih malu. Beberapa siswa bergumam menjawab pertanyaan. Hal ini disebabkan pembelajaran tidak dilakukan oleh guru yang biasa mengajar
68
sehingga siswa merasa malu, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari NKS dan RA usai pembelajaran. Ide perbaikan dari pengalaman siklus I adalah pembelajaran yang akan datang sebaiknya dibuat lebih ringan dengan menambah humor untuk mencairkan suasana. Penggunaan alat peraga magnetis juga dapat lebih dioptimalkan lagi untuk menarik keaktifan siswa. 2. Siklus II a. Perencanaan (Planning) Perencanaan untuk persiapan pembelajaran siklus II hari Rabu tanggal 14 September 2011 yang akan dilaksanakan pada saat les IPA pukul 14.00 s.d. 15.00 meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Membuat bulan tiruan dengan menggunakan bola yang dicat separuh sisinya 2) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3) Pembuatan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa 4) Penyusunan soal b. Pelaksanaan (Acting) 1) Kegiatan Awal Kegiatan awal dialokasikan sekitar 10 menit, yaitu dilakukan dengan
pengucapan
salam,
pembacaan
doa,
presensi,
dan
pengondisian kelas. Guru dan siswa kemudian menyiapkan bahan ajar untuk pembelajaran yang akan dilakukan. Poin-poin pelajaran yang lalu diulas secara sekilas kemudian dilanjutkan dengan prestest untuk
69
pertemuan kali ini. Guru memberi pertanyaan mendasar pada siswa, selanjutnya mereka menuliskan jawabannya pada selembar kertas. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dalam siklus II dilakukan dalam waktu 40 menit. Rincian kegiatan meliputi eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a) EKSPLORASI (1) Guru memberi stimulasi dengan melakukan demonstrasi menggunakan alat peraga magnetis untuk menunjukkan terjadinya fase bulan purnama disertai dengan memberi pertanyaan mengenai aktivitas yang dilakukan. (2) Siswa mengajukan pendapat dan jawaban atas pertanyaan guru. b) ELABORASI (1) Guru memperjelas demonstrasi penggunaan alat peraga magnetis dengan menunjukkan gambar fase-fase bulan yang sudah jadi. (2) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai fase-fase bulan. (3) Siswa bermain-main mendemonstrasikan terjadinya fase-fase bulan dengan menggunakan alat peraga magnetis. (4) Siswa mengerjakan soal yang telah disediakan guru. c) KONFIRMASI (1) Siswa mengutarakan pendapatnya mengenai demonstrasi yang telah dilakukan.
70
(2) Guru dan siswa membahas secara sekilas mengenai soal-soal yang telah dikerjakan. (3) Siswa mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dialokasikan selama 10 menit. Siswa membuat kesimpulan materi yang diajarkan, kemudian bersama-sama dengan guru
merefleksi
kegiatan
pembelajaran.
Siswa
yang
belum
berpartisipasi aktif mendapat motivasi dari guru. Guru selanjutnya menginformasikan mengenai materi yang akan datang kemudian menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah dan salam. 4) Observasi (Observing) Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan dengan meminta bantuan guru mata pelajaran IPA, yaitu IA. Beliau mencatat jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Pengamatan terhadap guru dilakukan pada aspek persiapan, pembukaan pembelajaran dan apersepsi, penguasaan materi, metode, evaluasi, dan penutup. Kondisi kelas diamati dengan mencatat tingkat kemampuan, keaktifan, dan perhatian siswa. 5) Refleksi (Reflecting) Kondisi kelas pada siklus II lebih aktif daripada siklus I. Siswa terlihat asyik bermain dengan alat peraga magnetis bersama temantemannya. Beberapa siswa bekerjasama mengedarkan bulan dan siswa
71
lainnya mengamati perubahan penampakan bulan apabila dilihat dari arah alat peraga magnetis. Apabila guru memberi pertanyaan yang ditujukan secara klasikal, sebagian besar siswa menjawabnya dengan jawaban yang lantang. Tingkat kebenaran jawabannya hampir mencapai 100%. Namun, siswa masih terlihat kurang aktif dalam menjawab soal yang ditujukan secara perorangan. Mereka menjawab dengan bergumam saat siswa lain diberi soal, tetapi urung mengucapkannya apabila dia diminta
menjawabnya
sendiri.
Meskipun
begitu,
hal
tersebut
menunjukkan tingkat pembelajaran yang lebih baik dibanding dengan pembelajaran pada siklus I. Ide perbaikan untuk pertemuan selanjutnya adalah mempertahankan suasana kelas yang sudah hidup dan meningkatkan keaktifan siswa secara perorangan. 3. Siklus III a. Perencanaan (Planning) Kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus III untuk pembelajaran IPA hari Kamis tanggal 15 September 2011 pukul 09.00 s.d. 10.10 adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 2) Pembuatan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. 3) Penyusunan soal. 4) Pelaksanaan (Acting) 1) Kegiatan Awal
72
Alokasi waktu untuk kegiatan awal pada siklus III adalah 10 menit. Kegiatan ini dimulai dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, melakukan presensi, dan mengondisikan kelas. Guru dan siswa menyiapkan bahan ajar yang akan digunakan. Guru kemudian memberikan soal sebagai langkah pretest. Guru selanjutnya memberi gambaran sekilas mengenai pembelajaran yang akan dilakukan. 2) Kegiatan Inti (50 menit) a) EKSPLORASI (1) Guru
menunjukkan
alat
peraga
magnetis
yang
merepresentasikan terjadinya pasang surut air laut. (2) Guru melakukan demonstrasi dengan menggunakan alat peraga magnetis tersebut kemudian mengajukan pertanyaan mengenai aktivitas yang dilakukan. (3) Siswa mengajukan pendapat dan jawaban atas pertanyaan guru. b) ELABORASI (1) Guru menjelaskan kaitan antara alat peraga magnetis dengan materi pengaruh gerakan bulan terhadap pasang surut air laut. (2) Siswa menyimak peragaan guru mengenai pengaruh gerakan bulan terhadap pasang surut air laut. (3) Siswa bermain-main dan bekerjasama membuat pasang surut air laut dengan menggunakan alat peraga magnetis dan magnet yang telah disediakan guru. (4) Siswa mengerjakan soal yang telah disiapkan guru.
73
c) KONFIRMASI (1) Siswa mengajukan pendapat mengenai kegiatan demonstrasi yang telah dilakukan. (2) Siswa dan guru membahas soal yang telah dikerjakan. (3) Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dikuasai. 3) Kegiatan Akhir Kegiatan akhir dialokasikan selama 10 menit, ditandai dengan pembuatan kesimpulan materi oleh siswa. Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana dan memotivasi siswa untuk aktif. Guru selanjutnya menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah dan salam. 4) Observasi (Observing) Kegiatan pembelajaran pada siklus III diamati oleh IA selaku guru pengampu mata pelajaran IPA dengan melakukan pengamatan terhadap guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar suasana pembelajaran juga dilakukan pada siklus III ini. Fungsi tersebut dijalankan oleh kawan peneliti yang bernama W. Hal tersebut dimaksudkan agar tugas guru dan pengamat tidak terganggu dengan adanya kebutuhan pengambilan gambar. 5) Refleksi (Reflecting) Siswa bersedia menjawab pertanyaan dan melakukan demonstrasi sederhana secara perorangan pada siklus III. Keaktifan siswa dalam
74
menggunakan alat peraga magnetis terlihat dengan jelas. Namun, kelemahan dalam siklus III adalah situasi kelas menjadi kurang terkendali dengan berkurangnya perhatian siswa pada saat-saat tertentu. Salah seorang siswa merasa bosan dengan penggunaan alat peraga magnetis. Siswa tersebut juga ikut dalam kerumunan anak-anak yang hendak menggunakan alat peraga magnetis, tetapi malah mencolek-colek dan mengganggu teman-temannya di kerumunan tersebut. Beberapa siswa sempat terinduksi dengan ulahnya. Menurut pendapat K, seorang guru sekaligus walikelas pada saat mereka kelas V, siswa tersebut memang tergolong luar biasa. Penerimaannya dalam pembelajaran akademis yang tergolong lambat salah satunya disebabkan oleh tingkat perhatian dan kefokusannya yang lemah. Siswa ini kesehariannya gemar bergerak dan sangat aktif dari segi kinestetiknya. Sebagian besar siswa lain tetap terlihat antusias dengan diperbolehkan bermain-main menggunakan alat peraga magnetis dan magnet yang disediakan guru. Mereka berebut magnet yang jumlahnya terbatas agar dapat melakukan percobaan pasang surut air laut. Kerjasama di kalangan siswa juga terjalin dengan baik. Beberapa siswa terlihat bersama-sama menggabungkan magnet untuk menciptakan gaya tarik yang lebih besar sehingga mampu menghasilkan pasang yang lebih tinggi.
75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
P. SIKLUS I 1. Hasil Belajar Siswa Pembelajaran IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siklus I membuahkan nilai hasil belajar siswa. Nilai tersebut dituangkan pada tabel 4.1 yang membandingkan perolehan nilai pretest dan postest. Kolom keterangan membandingkan nilai postest dengan KKM mata pelajaran IPA yang berlaku untuk kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011/2012 yaitu sebesar 6,00. Nilai postest yang lebih dari dan sama dengan 6,00 (>6,00) dinyatakan tuntas (T) dalam pembelajaran, sedangkan nilai postest yang kurang dari KKM (<6,00) dinyatakan tidak tuntas (TT). Tabel 4.1 Daftar Nilai Siswa pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama Siswa AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Nilai Pretest 40 0 60 50 30 20 50 50 60 60 70 70 60 60 90 770
75
Postest 60 40 80 70 50 40 70 60 60 80 90 80 60 70 100 1010
Keterangan T TT T T TT TT T T T T T T T T T
76
Tabel 4.1 merupakan dasar untuk menghitung nilai rata-rata kelas dan persentase ketuntasan siswa pada pretest dan postest yang telah dilakukan. Nilai rata-rata kelas yang berhasil dicapai pada siklus I dihitung dengan
menggunakan
rumus:
Langkah
selanjutnya
data
disubtitusikan pada rumus tersebut sehingga menghasilkan perhitungan sebagai berikut: Nilai rata-rata pretest: Rata-rata nilai postest: Persentase ketuntasan siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus
.
Tidak tuntas dalam pretest: Tuntas dalam pretest: Tidak tuntas dalam postest: Tuntas tuntas dalam postest: Hasil dari perhitungan di atas dapat disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Rata-Rata Kelas dan Persentase Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus I Test
N
Pretest Postest
15 15
Nilai Jumlah Mean Nilai 770 51,33 1010 67,33
Tidak Tuntas f % 7 46,67 3 20
Kelulusan Tuntas F % 8 53,33 12 80
Jumlah f % 15 100 15 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga magnetis pada siklus I meningkatkan rata-rata kelas sebesar 16 poin, yaitu dari 51,33 menjadi 67,33. Jumlah siswa yang tidak tuntas mengalami penurunan dari 7
77
siswa menjadi 3 siswa. Persentase siswa yang tuntas pada akhir pembelajaran cukup tinggi, yaitu mencapai 80% dari jumlah siswa yang ada. Perubahan yang dicapai dapat dilihat dengan jelas melalui gambar 4.1.
80 60 40 20 0
Pretest Postest Rata-Rata
Ketidaktuntasan Ketuntasan (%) (%)
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus I
2. Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Observasi terhadap aktivitas siswa dilakukan oleh guru mata pelajaran IPA selaku pengamat. Hasil observasi dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Kemampuan Siswa K C B 0 5 10
Aspek yang Diamati Keaktifan Perhatian Siswa Siswa K C B K C B 1 6 8 0 2 13
78
Persentase ketuntasan siswa dari tabel 4.3 dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
. Analisis terhadap hasil observasi
aktivitas siswa dapat dilihat secara ringkas pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4 Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus I No
Aspek yang Diamati
1. 2. 3.
Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa
Kurang f % 0 0 1 6,67 0 0
Skala Penilaian Cukup Baik f % f % 5 33,33 10 66,67 6 40 8 53,33 2 13,33 13 86,67
Jumlah F
%
15 15 15
100 100 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki tingkat kemampuan yang baik, yaitu mencapai 66,67% dari seluruh siswa yang ada. Sejumlah 8 siswa aktif mengikuti pelajaran, 6 siswa cukup aktif, dan seorang siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Tingkat perhatian siswa tergolong tinggi, yaitu tampak pada 13 siswa yang memperhatikan pelajaran dengan baik dan sisanya cukup memperhatikan. Tidak ada siswa yang tidak menaruh perhatian pada pembelajaran siklus I. Visualisasi kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini:
15 Kurang
10
Cukup 5
Baik
0 Kemampuan
Keaktifan
Perhatian
Gambar 4.2 Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
79
3. Hasil Observasi terhadap Guru Observasi terhadap guru dilakukan dengan pengamatan berstruktur. Hasil pengamatan oleh guru pengamat pada pembelajaran siklus I hari Selasa tanggal 13 September 2011 dapat terlihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Daftar Hasil Observasi terhadap Guru pada Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek Kecakapan/Kemampuan Guru Persiapan guru dalam mengajar Ketepatan guru untuk membuka pelajaran dan melakukan apersepsi Kemampuan guru menguasai materi pelajaran Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran Melaksanakan evaluasi pembelajaran Menutup pelajaran Jumlah
Skala Penilaian Kurang Cukup Baik 0
3
3
4. Refleksi Pretest salah seorang siswa pada siklus I memperoleh nilai 0. Tidak dapat diprediksi apakah hal tersebut karena ketidakmampuan siswa atau merupakan aspek keengganan siswa dalam mengerjakan soal. Kertas yang dibagi kepada siswa untuk keperluan pretest dikembalikan dalam keadaan kosong. Lain halnya dengan salah seorang siswa yang lain. Siswa tersebut memperoleh nilai 90 dalam pretest. Hal ini termasuk tinggi untuk ukuran pretest. Berdasarkan pengamatan siswa tersebut memang tergolong luar biasa, baik dalam IPA maupun dalam pelajaran lainnya. Hasil kedua siswa tersebut menggambarkan rentangan nilai pada siklus I tergolong sangat jauh. Tingkat perbedaan individual siswa kelas VI tergolong tinggi sehingga diperlukan penanganan khusus terhadap situasi tersebut. Siswa yang kurang
80
mampu sebaiknya mendapatkan bimbingan mandiri secara intensif. Namun, secara umum data yang ada menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I memiliki kelebihan sebagai berikut: a. Penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan kemampuan siswa, dibuktikan dengan perbandingan nilai antara pretest dan postest yang telah dilakukan. b. Kemampuan siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga dalam menyerap pelajaran pada umumnya tergolong cepat. c. Penggunaan alat peraga magnetis mampu menarik perhatian dan memicu keaktifan siswa dalam menggunakan alat peraga. Pembelajaran yang dilakukan pada siklus I juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan dalam pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: a. Siswa mampu menjawab pertanyaan secara bersama-sama, hanya saja masih malu-malu. Hal ini dikarenakan guru pengajar pada siklus I bukanlah guru yang biasa mengajar mata pelajaran IPA sehingga siswa masih merasa canggung. b. Pembelajaran berlangsung secara kaku karena kurangnya humor guru yang menjadikan pembelajaran terkesan teknis dan tidak alami. Terdapat 3 siswa yang belum tuntas mata pelajaran IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siklus I, sehingga sebaiknya diadakan pembelajaran siklus II. Kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran IPA siklus I dijadikan bahan pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. Penggunaan alat peraga magnetis pada siklus
81
II diharapkan dapat dioptimalkan untuk memancing perhatian dan keaktifan siswa dalam menunjukkan keterampilan menggunakan alat peraga. Guru hendaknya menambah sentuhan humor agar aktivitas pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih santai.
Q. SIKLUS II Pembelajaran siklus II pada hari Rabu tanggal 14 September 2011 membuahkan temuan data berupa nilai hasil belajar siswa, hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa, dan hasil pengamatan terhadap guru. 1. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus II disajikan pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Daftar Nilai Siswa pada Siklus II No. 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Siswa AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Nilai Pretest 40 30 60 60 50 50 50 60 60 60 70 70 60 50 90 860
Postest 60 50 70 90 80 70 50 60 80 70 90 90 90 70 90
Keterangan T TT T T T T TT T T T T T T T T
1110
Data hasil nilai siswa apabila dibandingkan dengan KKM mata pelajaran IPA kelas VI MI Ma’arif Global sebesar 6,00 akan diperoleh tabel
82
4.7. Nilai rata-rata kelas pada tabel 4.7 dihitung dengan menggunakan rumus
.
Nilai rata-rata pretest: Rata-rata nilai postest: Persentase ketuntasan siswa dapat dihitung menggunakan rumus . Tidak tuntas dalam pretest: Tuntas dalam pretest: Tidak tuntas dalam postest: Tuntas dalam postest:
Tabel 4.7 Rata-Rata dan Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus II
Test
N
Pretest Postest
15 15
Nilai Tidak Tuntas Jumlah Mean Nilai f % 860 57,33 6 40 1110 74 2 13,33
Ketuntasan Tuntas f % 9 60 13 86,67
Jumlah F % 15 100 15 100
Pretest pada siklus II menunjukkan bahwa siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 anak, sedangkan pada postest berkurang menjadi sejumlah 2 anak. Ketuntasan belajar mencapai 86,67% dengan rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 16,67; yaitu dari 57,33 menjadi 74. Capaian siswa berupa nilai rata-rata kelas maupun ketuntasan belajar pada akhir siklus II secara umum tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.3.
83
100 Pretest
50
Postest 0 Rata-Rata
Ketidaktuntasan Ketuntasan (%) (%)
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus II
2. Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan, keaktifan, dan perhatian siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus II. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus II
No. 1. 2. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Kemampuan Siswa K C B 0 5 10
Aspek yang Diamati Keaktifan Perhatian Siswa Siswa K C B K C B 0 4 11 0 4 11
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa yang diamati oleh guru mata pelajaran IPA, dapat dibuat tabel 4.9 berikut ini:
84
Tabel 4.9 Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus II No
Aspek yang Diamati
1. 2. 3.
Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa
Kurang f % 0 0 0 0 0 0
Skala Penilaian Cukup Baik f % f % 5 33,33 10 66,67 4 26,67 11 73,33 4 26,67 11 73,33
Jumlah f
%
15 15 15
100 100 100
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa tidak terdapat siswa yang termasuk dalam kategori kurang pada aspek kemampuan, keaktifan, dan perhatian siswa. Hal ini merupakan prestasi tersendiri pada pembelajaran siklus II. 66,67% siswa memiliki kemampuan yang baik; 73,33% aktif dalam pembelajaran; dan 77,33% siswa memperhatikan penjelasan guru.
15
Kurang
10
Cukup
5
Baik
0 Kemampuan
Keaktifan
Perhatian
Gambar 4.4 Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
3. Hasil Observasi terhadap Guru Hasil observasi terhadap guru dirangkum dalam tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Hasil Observasi terhadap Guru pada Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Aspek Kecakapan/Kemampuan Guru Persiapan guru dalam mengajar Ketepatan guru untuk membuka pelajaran dan melakukan apersepsi Kemampuan guru menguasai materi pelajaran Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran Melaksanakan evaluasi pembelajaran Menutup pelajaran Jumlah
Skala Penilaian Kurang Cukup Baik 0
3
3
85
4. Refleksi Kegiatan pembelajaran pada siklus II berlangsung lancar dengan rentangan nilai tertinggi dan nilai terendah lebih kecil dibandingkan hasil pada siklus I. Kelebihan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga magnetis pada siklus II dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Siswa senang bermain alat peraga magnetis dan melakukan percobaanpercobaan sederhana menggunakan alat peraga ini. Mereka bekerjasama memperhatikan terjadinya fase-fase bulan. 3) Sebagian besar siswa berpartisipasi aktif dalam penggunaan alat peraga magnetis sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. 4) Siswa menjawab serempak atas pertanyaan guru yang dialamatkan pada seisi kelas. Kelemahan pembelajaran siklus II adalah kebanyakan siswa masih canggung untuk menjawab pertanyaan yang dialamatkan secara perorangan. Hanya sebagian kecil siswa yang bersedia menjawab soal secara perorangan. Masih terdapat 2 siswa yang belum lulus dalam siklus II, meskipun jumlahnya menurun apabila dibandingkan dengan siklus I. Maka dari itu, siklus III hendaknya dilakukan untuk memantabkan hasil penelitian. Hal yang harus diperbaiki pada pembelajaran siklus III yang akan datang adalah meningkatkan keaktifan siswa untuk menjawab soal secara perorangan sekaligus mengecek tingkat ketuntasan siswa.
86
R. SIKLUS III Pembelajaran pada siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 September 2011 pukul 09.00 s.d. 10.10. Proses pembelajaran tersebut membuahkan hasil berupa nilai hasil belajar siswa, observasi terhadap aktivitas siswa, dan observasi terhadap aktivitas guru. 1. Hasil Belajar Siswa Perolehan nilai siswa pada pembelajaran siklus III dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11 Daftar Nilai Siswa pada Siklus III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nilai
Nama Siswa
Pretest 60 50 80 90 70 70 70 60 90 70 90 90 70 70 100 1130
AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Postest 70 60 100 90 80 80 60 70 100 90 90 90 80 80 100 1240
Keterangan T T T T T T T T T T T T T T T
Nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran siklus III dapat disusun dalam sebuah tabel untuk membandingkannya dengan KKM mata pelajaran IPA. Hasil nilai siswa apabila dibandingkan dengan KKM tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12. Nilai rata-rata pretest dan postest dalam tabel 4.12 dihitung
menggunakan rumus:
.
87
Nilai rata-rata pretest: Rata-rata nilai postest: Persentase ketuntasan dihitung menggunakan rumus
.
Data yang ada selanjutnya disubtitusikan ke dalam rumus tersebut. Tidak tuntas dalam pretest: Tuntas dalam pretest: Tidak tuntas dalam postest: Tuntas tuntas dalam postest:
Tabel 4.12 Rata-Rata dan Ketuntasan Nilai Pretest dan Postest Siklus III
Test
N
Pretest Postest
15 15
Nilai Tidak Tuntas Jumlah Mean Nilai f % 1130 75,33 1 6,67 1240 82,67 0 0
Ketuntasan Tuntas f % 14 93,33 15 100
Jumlah f % 15 100 15 100
Hanya ada 1 anak yang tidak tuntas pada pretest pembelajaran siklus III. Namun, siswa tersebut dapat menyusul ketertinggalannya pada postest. Terbukti ketuntasan siswa mencapai angka 100% pada tes akhir pembelajaran. Hal tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.5.
100 Pretest
50
Postest 0 Rata-Rata
Ketidaktuntasan (%)
Ketuntasan (%)
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Pretest dan Postest Siklus III
88
2. Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa Observasi terhadap siswa pada siklus III dilakukan oleh guru pengamat yang merupakan guru mata pelajaran IPA. Hasil dari pengamatan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nama AAY ACA AA HR IAN MI MRFS NKS NDN RA SP TM PTN VA ZM Jumlah
Aspek yang Diamati Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa K C B K C B K C B 0 5 10 0 4 11 1 5 9
Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus III dapat dimasukkan dalam tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14 Pengolahan Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus III No 1. 2. 3.
Aspek yang Diamati Kemampuan Siswa Keaktifan Siswa Perhatian Siswa
Kurang f % 0 0 0 0 1 6,67
Skala Penilaian Cukup f % 5 33,33 4 26,67 5 33,33
Jumlah Baik f 10 11 9
% 66,67 73,33 60
f
%
15 15 15
100 100 100
Data tersebut memperlihatkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan dengan kategori baik adalah sebesar 66,67%, sisanya memiliki
89
kemampuan yang cukup. Siswa yang aktif menggunakan alat peraga mencapai 73,33%, sementara lainnya dalam kategori cukup aktif. Ada seorang siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru, 5 siswa cukup memperhatikan, dan 9 siswa lain memperhatikan pelajaran dengan baik. Visualisasi kondisi tersebut dapat dilihat pada gambar 4.6.
15 Kurang
10
Cukup 5
Baik
0 Kemampuan
Keaktifan
Perhatian
Gambar 4.6 Histogram Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus III
3. Hasil Observasi terhadap Guru Hasil observasi terhadap guru dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Daftar Hasil Observasi terhadap Guru pada Siklus III No.
Aspek Kecakapan/Kemampuan Guru
1. Persiapan guru dalam mengajar 2. Ketepatan guru untuk membuka pelajaran dan melakukan apersepsi 3. Kemampuan guru menguasai materi pelajaran 4. Ketepatan guru menggunakan metode pembelajaran 5. Melaksanakan evaluasi pembelajaran 6. Menutup pelajaran Jumlah
Skala Penilaian Kurang Cukup Baik 0
3
3
4. Refleksi Kelebihan pembelajaran pada siklus III adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan alat peraga magnetis pada siklus III dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
90
2) Siswa bersedia melakukan tugas-tugas demonstrasi dari guru secara perorangan. Kelemahan pembelajaran dalam siklus III adalah suasana kelas yang kurang terkendali pada saat penggunaan alat peraga magnetis. Salah seorang siswa merasa bosan dengan penggunaan alat yang sama sehingga memilih untuk mengganggu temannya yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari seorang guru berinisial K, siswa tersebut memang tergolong berbeda dalam bidang kemampuan akademis dan kemampuan untuk memperhatikan sesuatu.
Siswa tersebut gemar
melakukan aktivitas fisik sementara guru menerangkan pelajaran, kadang berjalan-jalan, tiduran, bermain-main dengan sesuatu, melempar kertas, dsb. Perlakuan yang ditunjukkan siswa tersebut dapat dijadikan refleksi untuk membatasi penggunaan alat peraga yang sama, mengingat siswa usia SD/MI cepat tertarik terhadap sesuatu dan cepat bosan dalam hal tersebut. Penggunaan alat peraga yang sama selama beberapa hari menjadikan pembelajaran terkesan mudah ditebak. Terlepas dari hal itu, sebagian besar siswa masih terlihat antusias dengan diperbolehkannya bermain-main menggunakan alat peraga magnetis. Mereka berebut dan bersemangat dalam menarik-narik alat peraga magnetis menggunakan magnet.
S. PERBANDINGAN ANTARA SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III Hasil perhitungan yang telah dilakukan per siklus ada baiknya dibandingkan antara ketiganya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui
91
adanya peningkatan ataupun penurunan yang terjadi di antara ketiga siklus tersebut. 1. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Apabila dibandingkan dengan KKM, hasil belajar siswa pada siklus I, II, dan III dapat dilihat dalam tabel 4.16. Tabel 4.16 Rata-Rata, Ketuntasan, dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus I, II, dan III KKM = 6,00
Rata-rata Kelas Tuntas (>6,00) Tidak Tuntas (<6,00 ) Jumlah
Siklus I f
% 67,33
12 3 15
80 20 100
Siklus II % 74,00 13 86,67 2 13,33 15 100 f
Siklus III f % 82,67 15 100 0 0 15 100
Visualisasi tabel 4.16 dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini:
100
Rata-Rata Kelas
50
Tuntas Tidak Tuntas
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4.7 Histogram Rata-Rata Kelas, Ketuntasan, dan Ketidaktuntasan Siswa pada Siklus I, II, dan III
Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Ketidaktuntasan siswa semakin menurun dari 20%, menjadi 13,33%, hingga pada akhirnya tidak ada siswa yang tidak tuntas pada siklus III. 2.
Perbandingan Sikap Siswa Kemampuan siswa berdasarkan hasil pengamatan guru mata pelajaran IPA tidak mengalami perubahan pada ketiga siklusnya. Segi
92
afektif berupa perhatian siswa mengalami penurunan dan segi psikomotor berupa keaktifan menggunakan alat peraga mengalami peningkatan dari siklus I menuju siklus II, kemudian tetap pada hasil tersebut di siklus III. Hubungan antara siklus I, II, dan III dapat dilihat pada tabel 4.17.
Tabel 4.17 Perbandingan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa pada Siklus I, II, dan III Siklus
Kategori
I
Kognitif (Kemampuan) Afektif (Perhatian) Psikomotor (Keaktifan) Kognitif (Kemampuan) Afektif (Perhatian) Psikomotor (Keaktifan) Kognitif (Kemampuan) Afektif (Perhatian) Psikomotor (Keaktifan)
II
III
Kurang f % 0 0 0 0 1 6,67 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,67 0 0
Skala Penilaian Cukup Baik f % f % 5 33,33 10 66,67 2 13,33 13 86,67 6 40 8 53,33 5 33,33 10 66,67 4 26,67 11 73,33 4 26,67 11 73,33 5 33,33 10 66,67 5 33,33 9 60 4 26,67 11 73,33
Jumlah f
%
15 15 15 15 15 15 15 15 15
100 100 100 100 100 100 100 100 100
Hasil perhitungan pada tabel 4.17 selanjutnya dirinci menurut aspek-aspeknya, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor berikut ini: a. Segi kognitif Perkembangan tingkat kognitif pada siklus I, II, dan III dapat digambarkan melalui gambar 4.8 sebagai berikut:
10 Kurang 5
Cukup Baik
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Aspek Kognitif Siswa pada Siklus I, II, dan III
93
Aspek kognitif siswa pada bagian ini dikhususkan pada kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal lisan yang diberikan guru selama pembelajaran berlangsung. Hal ini diamati oleh guru pengamat sehingga penilaiannya tidak mencakup soal pretest dan postest yang hasilnya baru diketahui seusai pembelajaran. Kemampuan siswa menurut pengamatan guru terlihat sama, baik pada siklus I, siklus II, maupun siklus III. Siswa yang kemampuannya tergolong baik berjumlah 10 siswa, yaitu mencapai 66,67%. Sisanya memiliki kemampuan yang cukup, yaitu sebanyak 5 siswa (33,33%) dari total 15 siswa yang ada. Berdasarkan pengamatan guru mata pelajaran IPA, kemampuan siswa bersifat stagnan. Ada indikasi bahwa guru pengamat sudah terbiasa bersinggungan dengan siswa. Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki guru, tetapi di sisi lain sifat ini menimbulkan kekaburan pengamatan dalam penelitian. Ukuran pengamatan yang disampaikan guru dipengaruhi oleh pendapat mengenai kemampuan-kemampuan keseharian siswa dalam
pembelajaran
IPA,
termasuk
pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Sudah terbentuk anggapan bahwa si A baik dalam pelajaran IPA dan si B baik sekali dalam pelajaran IPA. Inilah yang menjadikan pengamatan guru tentang aspek kemampuan siswa bersifat stagnan. Hal ini bersifat wajar dan biasa terjadi. Apalagi untuk mengukur kemampuan siswa yang ditunjukkan dalam aktivitas pembelajaran, tentu sulit untuk mengukur secara pasti apabila hanya
94
berdasarkan jawaban yang diberikan siswa secara lisan. Lebih rumit lagi karena siswa sering menjawab pertanyaan secara serempak. Pertanyaan yang ditujukan secara perorangan tidak efektif jika harus mencakup seluruh kelas, sementara pertanyaan bebas lebih sering dijawab oleh beberapa siswa yang memang aktif menjawab pertanyaan. Maka dari itu, alternatif lain untuk mengukur kemampuan siswa adalah dengan melihat nilai hasil pretest dan postest siswa selama siklus I, II, dan III. Berdasarkan nilai hasil belajar siswa pada ketiga siklus tersebut, ternyata kemampuan siswa mengalami peningkatan. b. Segi afektif Perkembangan segi afektif pada siklus I, II, dan III dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar 4.9.
15 Kurang
10
Cukup
5
Baik
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Aspek Afektif Siswa pada Siklus I, II, dan III
Aspek afektif yang diukur dari tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran mengalami penurunan tiap siklusnya. Hasil pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan dengan baik sebanyak 13 siswa, menurun di siklus II mejadi 11 orang, dan turun
95
lagi menjadi 9 siswa di siklus III. Golongan siswa yang memiliki perhatian yang cukup mengalami peningkatan jumlahnya pada tiap siklus, yaitu 2, 4, dan 5 berturut-turut untuk siklus I, II, dan III. Hasil yang diperoleh pada siklus III menunjukkan adanya seorang siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran. Penurunan segi afektif siswa wajar terjadi dalam ketiga siklus pembelajaran dengan menggunakan alat peraga yang sama. Hal ini salah satunya dipengaruhi kebosanan siswa terhadap penggunaan alat peraga tersebut. Ditambah lagi dengan adanya seorang siswa yang luar biasa dalam kelas VI. Siswa ini memiliki tingkat mobilisasi yang tinggi, cenderung cepat bosan, dan memiliki energi yang berlebih sehingga sulit untuk berdiam diri dalam jangka lama. Hal ini mengganggu kefokusannya dalam mengikuti pelajaran. Sikapnya diwujudkan dalam aktivitas mencolek-colek dan mengganggu teman yang lain sehingga perhatian temannya pun berkurang. c. Psikomotor Perkembangan tingkat psikomotor pada siklus I, II, dan III dapat ditunjukkan dengan menggunakan gambar 4.10 sebagai berikut:
15 Kurang
10
Cukup
5
Baik
0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Aspek Psikomotor Siswa pada Siklus I, II, dan III
96
Tingkat psikomotor siswa mengalami perkembangan pada siklus I dan II. Siswa yang aktif dalam pembelajaran siklus I, II, dan III berturut-turut berjumlah 8, 11, dan 11 siswa. Terdapat seorang siswa yang kurang aktif menggunakan alat peraga dalam siklus I. Namun, pada siklus II dan III siswa tersebut sudah dapat mengejar ketertinggalannya oleh siswa lain. Aspek psikomotor siswa pada siklus II dan III terlihat sama, baik dalam segi jumlah maupun pelakunya. Hal ini dikarenakan proses peningkatan keaktifan siswa dalam menggunakan alat peraga telah mencapai hasil yang sesuai dengan sifat dasar masing-masing. Siswa yang kurang aktif pada saat observasi memang memiliki sikap kurang aktif dalam pembelajaran sehari-hari. Pengulangan dalam jangka pendek akan membuahkan hasil yang relatif sama, kecuali apabila dilakukan dalam jangka panjang setelah diadakan penanganan khusus terhadap siswa yang kurang aktif.
97
BAB V PENUTUP
T. KESIMPULAN Penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Penggunaan Alat Peraga Magnetis pada Siswa Kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga Tahun 2011 menghasilkan kesimpulan bahwa penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar siswa Rata-rata nilai siswa pada siklus I sebesar 67,33 kemudian mengalami peningkatan sebesar 6,67 menjadi 74,00 pada siklus II. Kegiatan pada akhir siklus III menghasilkan rata-rata nilai siswa sebesar 82,67. Hal tersebut mempengaruhi ketuntasan yang semakin meningkat, yaitu 80%, 86,67%, dan 100% pada siklus I, II, dan III berturut-turut. 2. Aspek kognitif berupa kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan Hasil kemampuan siswa menurut observasi oleh guru pengamat pada siklus I, II, dan III bersifat stagnan, yaitu 33,33% siswa memiliki kemampuan yang cukup, dan 66,67% memiliki tingkat kemampuan yang baik. Hasil pengamatan yang kurang selaras dengan perolehan nilai siswa ini disebabkan adanya kekaburan penilaian dalam pengamatan. Hal ini wajar
97
98
terjadi karena guru pengamat sudah terbiasa bersinggungan dengan siswa sehingga membuat pengamatan bersifat subjektif. Pengamatan kemampuan siswa pada saat penelitian dipengaruhi oleh pendapat guru mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran sehari-hari. Faktor lain yang turut berpengaruh adalah tingkat kesulitan guru untuk mengukur kemampuan siswa secara detail. Hal ini didasarkan pada kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan, padahal siswa sering menjawab pertanyaan guru secara
serentak.
Penyajian
pertanyaan
untuk
tiap
individu
akan
menghabiskan terlalu banyak waktu sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif. Dengan demikian, stagnannya aspek kognitif dalam pengamatan ini tidak mengindikasikan stagnannya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai siswa dalam mengerjakan soal-soal postest siklus I, II, dan III. 3. Aspek afektif berupa perhatian siswa Sejumlah 13,33% siswa cukup memperhatikan pembelajaran pada siklus I, sementara 86,87% lainnya memperhatikan pelajaran dengan baik. Tingkat perhatian tersebut mengalami penurunan pada siklus II, yaitu menjadi
26,67%
yang
cukup
memperhatikan
dan
73,33%
yang
memperhatikan pelajaran dengan baik. Persentase pada siklus III berubah menjadi 6,67% siswa yang kurang memperhatikan pelajaran, 33,33% cukup memperhatikan pelajaran, dan 60% lainnya masih memperhatikan pelajaran dengan baik.
99
Tingkat penurunan perhatian siswa pada taraf tertentu tidak mengindikasikan kekurangtepatan penggunaan alat peraga magnetis pada materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut. Hal ini lebih dikarenakan faktor kebosanan siswa pada penggunaan alat peraga yang sama dalam tiga hari berturut-turut. Penggunaan alat peraga magnetis pada siklus I tentu berbeda efeknya dengan penggunaannya pada siklus III. 4. Aspek psikomotor siswa berupa keaktifan menggunakan alat peraga magnetis Sejumlah 6,67% siswa kurang aktif menggunakan alat peraga magnetis pada siklus I, 40% cukup aktif, dan 53,33% aktif. Kegiatan dilanjutkan pada siklus II dengan hasil tidak ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran ini, 26,67% cukup aktif, dan 73,33% aktif. Hasil pengamatan pada siklus III tidak berbeda dengan siklus II. Hal ini dikarenakan pengamatan terhadap tingkat keaktifan siswa pada siklus III telah sampai pada sifat keseharian masing-masing siswa. Keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus II dan III sudah sesuai dengan sifat yang ditunjukkan dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari sehingga pengulangan dalam jangka pendek terhadap hal ini akan membuahkan hasil yang relatif sama. Hasil pembelajaran IPA pada umumnya mengalami peningkatan, terlebih pada nilai hasil belajar dan aspek psikomotor siswa. Tingkat kelulusan yang mencapai 100% pada siklus III menunjukkan keberhasilan penggunaan alat peraga magnetis, sedangkan penurunan perhatian siswa masih dalam taraf
100
wajar dan masuk akal. Penggunaan alat peraga magnetis dapat dikatakan berhasil secara optimal, meskipun secara umum tidak mencapai 100%. Berdasarkan hal tersebut, maka benar adanya bahwa penggunaan alat peraga magnetis dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi gerakan bulan dan pengaruhnya terhadap pasang surut air laut pada siswa kelas VI MI Ma’arif Global Salatiga tahun 2011.
U. SARAN Saran yang dapat disampaikan berdasarkan temuan data dan hasil analisis data adalah sebagai berikut: 1. bagi Kementerian Agama a. Perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan seminar dan lokakarya untuk meningkatkan mutu pendidikan, terutama di tingkat madrasah ibtidaiyah. b. Kebutuhan madrasah atas sarana dan prasarana, termasuk alat peraga, hendaknya lebih diperhatikan mengingat pentingnya kualitas pendidikan madrasah ibtidaiyah sebagai dasar pembentukan karakter bangsa. 2. bagi Madrasah Ibtidaiyah a. Madrasah ibtidaiyah hendaknya mandiri dan turut berperan aktif dalam upaya memenuhi kebutuhan di lingkup madrasah. b. Madrasah ibtidaiyah diharapkan memberi keleluasaan kepada guru untuk mengembangkan potensi dan kreativitas dalam pembelajaran demi meningkatkan kualitas pendidikan.
101
c. Madrasah ibtidaiyah diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga dapat mendayagunakan potensi masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa. 3. bagi Guru a. Iklim pembelajaran sudah tercipta secara kondusif terlihat dari kedekatan hubungan antara guru dan siswa. Hal tersebut sebaiknya ditingkatkan. b. Pembelajaran membutuhkan adanya proses pemaknaan agar bermanfaat dalam
kehidupan.
Pembelajaran
yang sifatnya
jauh
hendaknya
didekatkan pada aspek-aspek dalam diri siswa. c. Materi yang bersifat abstrak masih sulit diterima oleh siswa usia 7 s.d. 11 tahun. Guru diharapkan menggunakan contoh-contoh dan pendekatan yang konkret dalam mengajarkan materi tersebut. d. Perlu adanya penanganan-penanganan khusus dalam menyikapi siswa yang luar biasa dan berbeda dengan siswa lainnya. 4. bagi Siswa Siswa pembelajaran,
diharapkan terutama
dapat dalam
berpartisipasi proses
aktif
eksplorasi,
dalam
kegiatan
sehingga
dapat
meningkatkan cara berpikir dan melatih siswa untuk bersikap kritis dalam menyikapi segala sesuatu. Keaktifan ini dapat mempermudah pengukuran kemampuan siswa sehingga dapat diketahui langkah pembelajaran yang tepat baginya.
102
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto, Gunawan. 2000. Tata Surya dan Alam Semesta. Yogyakarta: Kanisius. Al Maragi, Ahmad Mustafa. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maragi: Juz xxviii. Semarang: CV Toha Putra. Ariasti, Adriana Wisni; Dirghantara, Fajar; Malasan, Hakim Luthfi. 1995. Perjalanan Mengenal Astronomi. Bandung: Penerbit ITB. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Asnawir dan Usman, Basyaruddin. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta Selatan: Ciputat Pers. Basrowi dan Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas: Referensi Utama PTK untuk Guru serta Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Departemen Agama RI. 2000. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Diponegoro. Farndon, John. 2004a. Grolier Science Library: Planet Earth. China: Milles Kelly Publishing Ltd. ———. 2004b. Grolier Science Library: Space. China: Milles Kelly Publishing Ltd. Garnida, Dadang dan Rudi B. 2002. Buku Pedoman Guru Mata Pelajaran IPA MI. Jakarta: Ditjen Binbaga Departemen Agama. Hartono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Hill, Winfred F. 2009. Theories of Learning; Teori-Teori Pembelajaran, Konsepsi, Komparasi, dan Signifikansi. Bandung: Nusa Media. Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
103
Ikhwan, Kholil. 2010. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Menggolongkan Hewan Menggunakan Media Kartu Mainan (PTK Siswa Kelas IV MI Al Mahmud Kumpulrejo 01 Dsn. Promasan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi I Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan: SMP Kelas VII. Jakarta: Yudhistira. Kanginan, Marthen. 2000. Fisika 2000 Jilid 2A untuk SMU Kelas 2. Jakarta: Erlangga. Komaruddin dan Komaruddin, Yooke Tjuparmah. 2006. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Kuhn, Thomas S. 2000. The Structure of Scientific Revolutions; Peran Paradigma dalam Revolusi Sains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nurboko, K. dan Achmadi, A. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sadiman, dkk. 1993. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Saliman dan Sudarsono. 1994. Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soetarno. 2000. RPAL (Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap) untuk Sekolah Dasar Kelas IV, V, dan VI. Semarang: Aneka Ilmu. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1997. Media Pengajaran (Penggunaan dan Pembuatannya). Bandung: CV Sinar Baru. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
104
Sulistyorini, Sri. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Surin, Bachtiar. 1991. Adz-Dzikraa: Terjemah dan Tafsir Alqur’an dalam Huruf Arab dan Latin. Bandung: Angkasa. Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada. Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press. Uno, Hamzah B. dan Kuadrat, Masri. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran; Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Upe, Ambu dan Damsid. 2010. Asas-Asas Multiple Researches. Yogyakarta: Tiara Wacana. Usman, Moh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Walters, J. Donald. 2004. Educational for Life. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wicaksono, Kukuh Wahyu. 2010. Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Media Film pada Siswa Kelas III SD Negeri Susukan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Republika. Rabu, 7 Desember 2011/1 Muharam 1433 H. ―Planet Bumi 2.0 Menjanjikan Kehidupan‖, halaman 1. Nomor 318/Tahun ke-19. Ed. Rahmad Budi Harto. Suara Merdeka. Rabu, 7 Desember 2011. ―NASA Temukan Planet Kembaran Bumi‖, halaman 8. Nomor 289/Tahun ke-62. http://baguse-rek.blogspot.com/2011/09/apa-kata-al-quran-tentang-bulan.html: (diunduh pada tanggal 25 September 2011 pukul 17.32) http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php: Pengertian Magnetis (diunduh pada 17 September 2011 pukul 10.33) http://quran.al-shia.org/id/metode/02.htm: pendayagunaan ilmu (diunduh pada tanggal 25 September 2011 pukul 17.33)
pengetahuan
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pgsd_0701556_chapter2.pdf: Hasil Belajar IPA (diunduh pada tanggal 20 September 2011 pukul 11.39)
105
http://sites.google.com/site/tirtayasa/sumber-belajar-media-dan-alat-peraga: (diunduh pada tanggal 17 September 2011 pukul 10.29) http://www.google.co.id/imgres?q=fasefase+bulan&hl=id&biw=1280&bih=605&gbv=2&tbm=isch&tbnid=G66T o9WlzY2RJM:&imgrefurl=http://ipa-smk.blogspot.com/2009/03/gambarfase-bulan.html&docid=gPg6dcrXPk0wM&w=320&h=240&ei=IwZ0TsSoEoHPrQeY5YXAAw&zoo m=1: Fase-Fase Bulan (diunduh pada tanggal 17 September 2011 pukul 10.07) http://www.google.co.id/imgres?q=pasang+perbani+pasang+purnama&hl=id&bi w=1280&bih=605&gbv=2&tbm=isch&tbnid=9QkuBl172etenM:&imgrefu rl=http://sukaastro.blogspot.com/2011/02/bumi.html&docid=DHhTCdHtG raVKM&w=300&h=361&ei=PwZ0TrndFpHIrQem19i_Aw&zoom=1: Pasang Purnama, Pasang Perbani (diunduh pada tanggal 17 September 2011 pukul 10.15) http://www.miglobalsalatiga.sch.id/ (diunduh pada tanggal 25 September 2011 Pukul 17.30)
