151
PENILAIAN PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT TENTANG EFEKTIVITAS SISTEM RUJUKAN MATERNAL DI KOTA SURABAYA ASSESSMENT OF HEALTH CENTERS AND HOSPITALS ABOUT THE EFFECTIVENESS OF MATERNAL REFERRAL SYSTEM IN SURABAYA DISTRICT Stevie Yonara, Ratna Dwi Wulandari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail:
[email protected]
ABSTRACT More than 80.0% maternal deaths occured in hospital in Surabaya between 2012-2014. Most of them who died in hospital were referral patients from midwife, private clinics, and public health centers. This study assessed the effectiveness of maternal referral system based on perspective of public health centers and hospitals in Surabaya. This was a descriptive cross sectional study. Samples were 43 public health centers in Surabaya and two main referral destination hospitals. Data was collected by interviewing one representative midwife in each public health center and hospital. This study showed that a total of 81.4% health centers assess that maternal referral system in Surabaya District was quite effective. While, one of the hospital assessed quite effective, and the other assessed less effective. The reason was because public health centers difficulty to contacting hospitals about referral, hospitals often rejected referral case, pregnant women often do self-referral to hospital, and incompatibility referral reason by most of public health centers. So it was necessary to repair maternal referral system at Surabaya based on identification of each variables in effectiveness of maternal referral system. Keywords: effectiveness, hospitals, maternal refferal system, public health center
PENDAHULUAN
target yang ingin dicapai adalah menurunkan
Kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi
perhatian
pemerintah
dalam
rangka
AKI
(Angka Kematian Ibu) sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 dan 2015.
meningkatkan pembangunan negara. Oleh karena
Pada tahun 2012, kota Surabaya berada
itu, pembangunan di bidang kesehatan sangatlah
pada peringkat ke-6 se-Jawa Timur dengan AKI
penting. Perhatian terhadap kesehatan tidak hanya
sebesar 144,64 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
menjadi perhatian negara Indonesia saja, melainkan
tersebut masih jauh dari target MDGs yaitu sebesar
juga menjadi perhatian dunia internasional.
102 per 100.000 kelahiran hidup. Selain data AKI,
Pada bulan September tahun 2000, 189
juga didapat data proporsi tempat kematian ibu di
negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Kota Surabaya, di mana diketahui bahwa kematian
mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Milenium di New
ibu paling banyak terjadi di rumah sakit yaitu sebesar
York. Dalam konferensi ini, semua negara yang hadir
88,3% pada tahun 2012, 85,7% pada tahun 2013,
mendeklarasikan
dan 94,9%
Millenium
Development
Goals
pada tahun 2014. Berdasarkan data
(MDGs) yang merupakan paradigma pembangunan
tersebut,
global. Berdasarkan tujuan yang tertera dalam
kematian ibu di rumah sakit menurun pada tahun
MDGs, kesehatan ibu merupakan salah satu hal
2013, terjadi kenaikan yang tajam di tahun 2014
yang
tujuan
hingga mencapai 94,9%. Rumah sakit merupakan
meningkatkan kesehatan ibu. Dalam tujuan tersebut,
fasilitas kesehatan tingkat lanjut, sehingga dapat
menjadi
perhatian,
yaitu
pada
bisa
disimpulkan
dilihat
bahwa
bahwa
sebagian
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
meskipun
besar
ibu
jumlah
yang
152
meninggal di rumah sakit tersebut merupakan pasien
sarana yang dibutuhkan, waktu dan jarak tempuh,
rujukan
maupun
serta tingkat kegawatan penderita. Seperti yang
Puskesmas. Oleh karena itu, masalah yang diangkat
telah disebutkan di atas, waktu adalah salah satu hal
dalam
penting
dari
bidan,
dalam
klinik
penelitian
ini
swasta,
adalah
terjadinya
peningkatan yang tajam pada jumlah kematian ibu di
yang
harus
diperhatikan
dalam
melaksanakan rujukan.
rumah sakit di Kota Surabaya pada tahun 2014, dari
Langkah-langkah
dilakukan
dalam
2014.
dengan Pedoman Rujukan Medik Puskesmas tahun 1990
adalah
rujukan
harus
85,7% pada tahun 2013 menjadi 94,9% pada tahun
Penelitian ini mengidentifikasi efektivitas
melaksanakan
yang
menentukan tempat
informasi
kepada
sesuai
kegawatdaruratan
sistem rujukan maternal di Puskesmas dan rumah
penderita,
sakit di Kota Surabaya berdasarkan penilaian bidan
memberikan
Puskesmas dan rumah sakit. Hasil dari penelitian ini
keluarganya, mengirimkan informasi pada tempat
diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk
rujukan yang dituju, mempersiapkan penderita dan
meningkatkan efektivitas sistem rujukan maternal di
mengirimkan penderita menuju tempat rujukan.
Kota Surabaya.
menentukan
maternal
tujuan
rujukan,
penderita
dan
Untuk mengetahui efektivitas dari sistem rujukan maternal, indikator yang dapat digunakan
PUSTAKA
adalah appropriate dan timely (Rowland, McLeod, &
Berdasarkan KMK No.604 tahun 2008
Froese-Burns, 2012). Berdasarkan hasil penelitian
tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal
Yonara (2015), diketahui pula bahwa indikator
pada Rumah Sakit Umum Kelas B dan C, disebutkan
appropriate dan timely dapat digunakan sebagai
bahwa fasilitas kesehatan maternal perinatal dibagi
indikator pengukuran efektivitas sistem rujukan
dalam tiga tingkat, yaitu primer (Puskesmas, Bidan),
maternal. Appropriate (Kesesuaian) adalah tentang
sekunder (Rumah Sakit), dan tersier (Rumah Sakit
kesesuaian dari rujukan yang dilakukan. Ada 2 hal
rujukan dengan fasilitas perawatan intensif dan
yang perlu diperhatikan, yaitu by-passing dan non
superspesialis). Karena perbedaan kemampuan dan
compliance with refferal advice (Murray & Pearson,
fasilitas
pemberi
2006). By-passing adalah rujukan yang dilakukan
pelayanan kesehatan maternal, maka dilakukan
tidak sesuai dengan tahapan rujukan yang telah
rujukan maternal ke fasilitas kesehatan maternal
ditentukan, yaitu melewati fasilitas kesehatan yang
yang lebih mampu menangani sesuai dengan hirarki
lebih rendah. Dari mana asal rujukan penting untuk
rujukan yang telah disebutkan.
diperhatikan, apakah sudah sesuai dengan alur
yang
dimiliki
masing-masing
Dalam melaksanakan rujukan, ada hal-hal
rujukan atau belum. Selain itu, hal ini juga bisa
yang
disebabkan karena adanya self-refferal (rujukan
menyangkut tingkat kemampuan tempat rujukan,
yang dilakukan oleh ibu hamil sendiri, di mana ibu
yang
perlu
diperhatikan,
yaitu
hal-hal
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
153
hamil tersebut langsung datang pada fasilitas
ada di kota Surabaya. Berdasarkan pelayanan
kesehatan yang berada di tingkat yang lebih tinggi,
maternal yang diberikan, Puskesmas dibedakan
tanpa ke fasilitas kesehatan tingkat rendah terlebih
menjadi Puskesmas PONED dan Non PONED. Ada
dahulu).
8 Puskesmas PONED di Kota Surabaya. Kedelapan Non compliance with refferal advice adalah
Puskesmas
tersebut
yang
menjadi
sampel
rujukan yang seharusnya tidak perlu dilakukan.
penelitian. Selain itu, ada 54 Puskesmas Non
Untuk
dilakukan
PONED di kota Surabaya. Dari 54 Puskesmas
pemeriksaan pada pendaftaran pasien di fasilitas.
tersebut dilakukan sampling dengan menggunakan
Dari setiap rujukan yang dilakukan, pasti ada alasan
metode simple random sampling, sehingga didapat
mengapa ibu hamil tersebut dirujuk. Alasan rujukan
35 Puskesmas Non PONED yang menjadi sampel
tersebut
penelitian.
mengukur
harus
indikator ini
sesuai
harus
dengan
alasan
rujukan
berjenjang, tidak boleh ada rujukan dengan alasan yang tidak jelas.
Rumah
sakit
yang
menjadi
sampel
penelitian adalah rumah sakit yang paling sering
Indikator kedua yang digunakan adalah
menjadi tujuan rujukan maternal oleh Puskesmas.
timely (Tepat Waktu). Timely (tepat waktu) ini
Mayoritas
berkaitan dengan beberapa hal, yaitu response time
menyebutkan bahwa rumah sakit yang paling sering
for
of
menjadi tujukan rujukan oleh Puskesmas adalah
complication. Response time for communication ini
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie sebesar 58,1%,
meliputi seberapa lama waktu yang diperlukan untuk
RSUD Bhakti Dharma Husada sebesar 27,9%, RS
berkomunikasi dengan fasilitas tempat ibu hamil
Haji sebesar 6,9%, RSI sebesar 4,8%, serta RS Pura
akan dirujuk. Semakin cepat tentunya menunjukkan
Raharja sebesar 2,3%. Oleh karena itu, RSUD Dr.
bahwa sistem rujukan efektif. Komunikasi ini juga
Mohamad Soewandhie dan RSUD Bhakti Dharma
meliputi bagaimana kondisi ibu hamil yang akan
Husada
dirujuk.
Puskesmas dan rumah sakit yang menjadi sampel
communication
Timely
dan
timely
treatment
of
treatment
complication
ini
Puskesmas
diambil
dilihat
yang
sebagai
sebagai
diwawancarai
sampel
organisasi,
penelitian.
merupakan kecepatan dalam penanganan kasus
penelitian
sehingga
komplikasi di fasilitas kesehatan rujukan. Semakin
nantinya akan dilakukan pengumpulan data pada
cepat penanganan, maka semakin efektif pula sistem
satu bidan koordinator atau bidan lain yang paham
rujukan.
tentang rujukan maternal sebagai perwakilan dari setiap Puskesmas dan rumah sakit.
METODE Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan ini
merupakan
penelitian
Januari
sampai
akhir bulan
Juli
tahun
2015.
dengan
cara
deskriptif dengan desain cross-sectional. Populasi
Pengumpulan
penelitian adalah Puskesmas dan rumah sakit yang
wawancara pada satu bidan pada setiap Puskesmas
data
dilakukan
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
154
dan satu bidan pada setiap rumah sakit yang
complication. Response time adalah kecepatan
menjadi sampel penelitian. Data yang didapat dari
respon komunikasi rumah sakit tempat merujuk saat
wawancara kemudian dikelompokkan berdasarkan
Puskesmas menghubungi untuk melakukan rujukan
variabel yang digunakan. Ada 2 variabel yang
berdasarkan persepsi bidan Puskesmas. Sedangkan
digunakan untuk mengidentifikasi efektivitas sistem
timely treatment of complication adalah kecepatan
rujukan maternal, yaitu appropriate dan timely.
penanganan kasus rujukan yang dilakukan oleh
Appropriate merupakan variabel pada rumah sakit
rumah sakit tempat merujuk berdasarkan persepsi
sedangkan
bidan Puskesmas.
timely
merupakan
variabel
pada
Puskesmas. Setelah itu dilakukan pengkategorian
Indikator pertama yang digunakan adalah
efektivitas sistem rujukan maternal berdasarkan
response time. Berdasarkan Tabel 1 diketahui
jawaban pada variabel.
bahwa masih ada bidan Puskesmas yang menjawab sangat
lambat,
yaitu
sebesar
2,3%.
Hal
ini
HASIL & PEMBAHASAN
dikarenakan
beberapa
Penilaian Efektivitas Sistem Rujukan Maternal
Puskesmas
menelepon
pada Puskesmas
rujukan, harus menunggu hingga paling lama 20
Identifikasi maternal identifikasi
pada
efektivitas
Puskesmas
variabel
Timely
terjadi
rumah
mendapat
saat
sakit
konfirmasi
bidan
penerima
sistem
rujukan
menit
dilakukan
dengan
menerima rujukan. Selain itu, bidan tersebut juga
(ketepatan
waktu).
menyatakan bahwa ada rumah sakit yang susah
Indikator yang digunakan pada variabel timely
untuk
kali
kesediaan
dihubungi, terutama pada malam hari.
adalah response time dan timely treatment of Tabel 1 Distribusi Frekuensi Penilaian Bidan Puskesmas Terhadap Kecepatan Respon Komunikasi (Response Time) Berdasarkan Klasifikasi Puskesmas dan Rumah Sakit Penerima Rujukan Maternal Terbanyak di Kota Surabaya Fasilitas Kesehatan Maternal Puskesmas PONED Non PONED Total Rumah Sakit RSUD Dr. Mohamad Soewandhie RSUD Bhakti Dharma Husada RS Haji RSI RS Pura Raharja
Sangat Cepat
Cepat
Lambat
Sangat Lambat n %
n
%
Total
n
%
n
%
n
%
0 2 2
0,0 4,7 4,7
5 26 31
11,7 60,5 72,2
3 6 9
6,9 13,9 20,8
0 1 1
0,0 2,3 2,3
8 35 43
18,6 81,4 100,0
2
8,0
18
72,0
4
16,0
1
4,0
25
100,0
0
0,0
8
66,7
4
33,3
0
0,0
12
100,0
2 0 0
66,7 0,0 0,0
1 2 1
33,3 100,0 100,0
0 0 0
0,0 0,0 0,0
0 0 0
0,0 0,0 0,0
3 2 1
100,0 100,0 100,0
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
155
Selain itu, masih ada Puskesmas yang
puskesmas perujuk. Atau bisa juga dengan membuat
mengatakan lambat, yaitu sebesar 16,0% pada
line (nomor telepon) komunikasi khusus untuk
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie, serta 33,3% pada
rujukan maternal, sehingga arus komunikasi yang
RSUD Bhakti Dharma Husada. Bahkan masih ada
masuk tidak sibuk. Dalam kaitannya dengan komunikasi, follow
2,3% bidan Puskesmas yang mengatakan sangat lambat,
yaitu
pada
RSUD
Dr.
Mohamad
up
sangat
penting
untuk
dilakukan
dalam
Soewandhie. Hal ini dikarenakan beberapa kali
pelaksanaan sistem rujukan (Antonelli, McAllister &
terjadi saat bidan Puskesmas menelepon rumah
Pop, 2009). Sebagian besar bidan Puskesmas
sakit penerima rujukan, harus menunggu hingga
mengatakan bahwa setelah pasien rujukan diterima
paling lama 20 menit untuk mendapat konfirmasi
oleh rumah sakit penerima rujukan, maka pasien
kesediaan menerima rujukan.
tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab
Salah satu syarat dari sistem rujukan yang
dari rumah sakit yang menerima rujukan. Karena
efektif adalah sistem komunikasi yang baik (Murray,
bukan tanggung jawabnya lagi, maka bidan pun
Davies, Phiri, & Ahmed, 2001). Komunikasi yang
merasa tidak perlu melakukan follow up tentang
dimaksud
keadaan pasien selama penanganan.
adalah
komunikasi
dalam
rangka
pelayanan kasus rujukan maternal, antara pelayanan
Pemikiran
tersebut
kesehatan maternal primer, sekunder dan tersier.
koordinasi antar organisasi atau interorganizational
Terutama untuk kasus rujukan maternal, kecepatan
coordination
respon komunikasi dari rumah sakit penerima
komunikasi
rujukan merupakan hal yang krusial, dikarenakan
terciptanya IOC yang efektif (Antonelli, McAllister &
kondisi ibu yang gawat membutuhkan penanganan
Pop, 2009). Tanpa IOC yang baik, tentu saja sistem
yang cepat.
rujukan maternal pun tidak dapat berjalan dengan
(IOC). ini
tidak
sesuai
Karena
berperan
dengan
dalam penting
teori
teori
IOC,
untuk
bisa
Salah satu faktor yang mempengaruhi
baik. Jika komunikasi saja buruk, pasti IOC pun
tingginya angka kematian ibu adalah proses rujukan
buruk. Karena efektivitas IOC ini berpengaruh
yang terlambat
(Irasanty, Hakimi, & Hasanbasri,
terhadap efektivitas sistem rujukan maternal, maka
Masih adanya Puskesmas perujuk yang
tentu saja sistem rujukan maternal juga menjadi
menyatakan bahwa respon dari rumah sakit lambat,
buruk. Sebaiknya dibuat kesepakatan frekuensi
maka perlu ditinjau kembali bagaimana sistem
waktu untuk melakukan follow up keadaan ibu yang
komunikasi dalam pelaksanaan rujukan. Padahal
dirujuk, misalnya sehari sekali selama 3 hari berturut-
kecepatan respon dalam keadaan darurat sangatlah
turut.
2008).
penting dan krusial (Kapucu, 2006). Sebaiknya
Selain
itu,
bidan
rumah
sakit
pun
rumah sakit penerima rujukan bisa memperbaiki jalur
menyatakan bahwa kedua bidan rumah sakit tidak
komunikasinya
pernah melakukan feedback pada bidan Puskesmas
agar
mudah
dihubungi
oleh
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
156
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Penilaian Bidan Puskesmas Terhadap Kecepatan Penanganan Kasus Rujukan Berdasarkan Klasifikasi Puskesmas dan Rumah Sakit Penerima Rujukan Maternal Terbanyak di Kota Surabaya Fasilitas Kesehatan Maternal Puskesmas PONED Non PONED Total Rumah Sakit RSUD Dr. Mohamad Soewandhie RSUD Bhakti Dharma Husada RS Haji RSI RS Pura Raharja
Sangat Cepat
Cepat
Lambat
Sangat Lambat
Total
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
0 6 6
0,0 14,0 14,0
8 29 37
18,6 67,4 86,0
0 0 0
0,0 0,0 0,0
0 0 0
0,0 0,0 0,0
8 35 43
18,6 81,4 100,0
4
16,0
21
84,0
0
0,0
0
0,0
25
100,0
1
8,3
11
91,7
0
0,0
0
0,0
12
100,0
1 0
33,3 0,0
2 2
66,7 100,0
0 0
0,0 0,0
0 0
0,0 0,0
3 2
100,0 100,0
0
0,0
1
100,0
0
0,0
0
0,0
1
100,0
perujuk. Padahal berdasarkan Permenkes No.001
evaluasi pelayanan kesehatan maternal (Antonelli,
tahun 2012 tentang Jaminan Kesehatan, disebutkan
McAllister & Pop, 2009). Indikator
bahwa penerima rujukan wajib memberikan informasi
selanjutnya
adalah
timely
kepada perujuk mengenai perkembangan keadaan
treatment of complication. Berdasarkan Tabel 2,
pasien setelah selesai memberikan pelayanan.
diketahui bahwa persentase jawaban terbanyak
Feedback penting untuk dilakukan oleh rumah sakit
pada Puskesmas untuk indikator timely treatment of
penerima
mempunyai
complication adalah cepat yaitu sebesar 86,0%. Hal
informasi yang cukup untuk nantinya melanjutkan
ini berarti kecepatan penanganan pada rumah sakit
perawatan
penerima
rujukan
dari
supaya
pasien
perujuk
setelah
perawatan
di
rujukan
sudah
baik
dan
perlu
pelayanan kesehatan penerima rujukan selesai
dipertahankan. Diketahui pula bahwa tidak ada
(Antonelli, McAllister & Pop, 2009). Follow up atau
rumah sakit penerima rujukan yang dinilai lambat
feedback dari rumah sakit penerima rujukan ini
maupun sangat lambat dalam menangani kasus
penting
untuk
rujukan.
dengan
kepuasan
dilakukan perujuk
karena dalam
berhubungan pelaksanaan
Dalam
kaitannya
dengan
komunikasi
koordinasi rujukan (Forrest, Glade, Baker, Bocian,
rujukan, ada pula bidan Puskesmas yang bercerita
Schrader, & Starfield, 2000).
bahwa pernah terjadi saat bidan Puskesmas merujuk
Oleh karena itu, perlu dibuat ketentuan
ibu hamil prematur tetapi semua penerima rujukan di
yang jelas dan tertulis tentang komunikasi yang
Surabaya yang dihubungi menolak untuk menerima
seharusnya dilakukan antara perujuk dan penerima
dengan alasan tidak mampu menangani. Padahal
rujukan di Kota Surabaya. Minimal harus ada
menurut bidan Puskesmas seharusnya penerima
pedoman yang jelas agar dapat menjadi bahan
rujukan mampu menangani kasus tersebut dilihat dari tenaga dan fasilitas yang tersedia di sana. Pada
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
157
akhirnya,
bidan
Puskesmas
menghubungi
rumah sakit, rumah sakit di Indonesia berkewajiban
penerima rujukan di daerah Sidoarjo, dan beruntung
untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat
penerima rujukan tersebut mau menerima. Menurut
24 jam sehari (Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati,
bidan
dibandingkan
2013). Begitu pula dengan dokter spesialis obgyn di
berdasarkan tenaga dan fasilitas yang tersedia
rumah sakit tersebut yang hanya ada pada jam dinas
seharusnya penerima rujukan di Surabaya lebih
saja.
mampu bahkan sangat mampu menangani kasus
internal rumah sakit, terutama ketersediaan fasilitas
rujukan
dan sumber daya yang memadai untuk menunjang
Puskesmas
tersebut.
tersebut,
Tentunya
pun
jika
hal
ini
membuat
penanganan ibu menjadi lama, sehingga bisa terjadi penanganan yang tidak tepat waktu (timely).
Hal ini perlu diperhatikan oleh manajemen
pelayanan kesehatan. Dalam kaitannya dengan timely treatment of
Permasalahan di atas dapat disebabkan
complication, diketahui pula bahwa terkadang bidan
karena ketidakjelasan dalam prosedur penerimaan
Puskesmas
dan penolakan rujukan, yaitu kasus rujukan apa saja
penanganan kasus rujukan menjadi tidak tepat
yang dapat diterima oleh rumah sakit penerima
waktu. Berdasarkan pernyataan bidan rumah sakit,
rujukan. Prosedur dan acuan yang jelas tentang
hal ini dikarenakan data kondisi ibu yang dirujuk oleh
identifikasi komplikasi yang dapat diterima oleh
Puskesmas dinilai tidak jelas. Ketidakjelasan data
rumah sakit penerima rujukan harus ada agar
kondisi ibu ini terjadi karena seringkali terjadi pasien
tercipta sistem rujukan yang efektif (Murray, Davies,
rujukan tidak diantar oleh bidan perujuk, serta sering
Phiri, & Ahmed, 2001).
pula terjadi bahwa apa yang tertulis pada data
Keterlambatan dalam penanganan kasus rujukan sangat
berpengaruh
itu
sendiri
yang
menyebabkan
kondisi ibu tidak sesuai dengan realita kondisi ibu.
terhadap kejadian
Ada beberapa perujuk yang sengaja membaik-
kematian ibu (Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati,
baikkan kondisi ibu agar diterima oleh rumah sakit.
2013).
dapat
Ternyata setelah diterima oleh rumah sakit, ibu yang
menyebabkan timbulnya masalah-masalah lain yang
dirujuk tersebut sangat gawat dan rumah sakit tidak
lebih rumit. Dalam kaitannya dengan variabel timely,
mampu menangani. Pada akhirnya ibu yang dirujuk
UGD di rumah sakit tentunya memegang peranan
tadi harus diestafet ke penerima rujukan lain yang
penting dalam pelaksanaan sistem rujukan. Harus
mampu menangani. Hal ini tentu saja membuang-
tersedia pelayanan yang cepat dan tepat di UGD
buang waktu, padahal untuk kasus darurat, waktu
(Simbolon, Chalidyanto, & Ernawati, 2013).
merupakan hal yang krusial.
Keterlambatan
penanganan
ibu
Masih berkaitan dengan UGD, berdasarkan
Setelah
mengidentifikasi
indikator
dari
penuturan bidan Puskesmas ada salah satu rumah
variabel timely, maka dilakukan identifikasi variabel
sakit penerima rujukan yang ruang operasinya belum
timely. Tetapi, karena hanya satu indikator yang
beroperasi 24 jam. Padahal sebagai salah satu ijin
digunakan pada Puskesmas, maka identifikasi
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
158
Tabel 3 Distribusi Kategori Efektivitas Sistem Rujukan Maternal di Kota Surabaya Puskes-mas PONED
Kategori Efektif Cukup Efektif
Puskes-mas Non PONED
Total
n 0
% 0,0
n 7
% 16,3
n 7
% 16,3
8
18,6
27
62,8
35
81,4
Kurang Efektif
0
0,0
1
2,3
1
2,3
Total
8
18,6
35
81,4
43
100,0
Tabel 4
Penilaian Bidan Rumah Sakit Terhadap Kesesuaian Tahapan dan Alasan Rujukan yang Dilakukan (Appropriate) oleh Puskesmas Perujuk di Kota Surabaya
Indikator Kesesuaian Tahapan Rujukan Kesesuaian Alasan Rujukan
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie
RSUD Bhakti Dharma Husada
Tidak Sesuai Sesuai
Tidak Sesuai Tidak Sesuai
variabel timely ini digunakan untuk mengidentifikasi
bidan rumah sakit terhadap kesesuaian tahapan dan
efektivitas sistem rujukan maternal dengan cara
alasan rujukan yang dilakukan (appropriate) oleh
menjumlahkan
Puskesmas perujuk.
skor
tiap
indikator
dan
mengkategorikan dalam kategori kurang efektif, cukup efektif, dan efektif.
untuk indikator kesesuaian tahapan rujukan kedua
Dari Tabel 3 di atas, diketahui bahwa berdasarkan
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa
persentase
terbanyak,
Puskesmas
rumah
sakit
menyatakan
tidak
sesuai.
Ketidaksesuaian tahapan rujukan ini disebabkan
PONED maupun Puskesmas Non PONED berada
karena
pada kategori cukup efektif, dengan persentase
melakukan rujukan sendiri tanpa memperhatikan
sebesar 81,4%. Perlu dilakukan perbaikan pada
tahapan rujukan. Ibu hamil yang melakukan rujukan
pelaksanaan sistem rujukan maternal.
sendiri ini disebut self-referral. Adanya self-referral ini
Efektivitas Sistem Rujukan Maternal pada Rumah
menunjukkan bahwa terjadi by-passing, yaitu rujukan
Sakit
yang melompati tahap rujukan yang lebih rendah Untuk mengukur efektivitas sistem rujukan
maternal
digunakan
appropriate. dalam
Appropriate
pelaksanaan
(tidak
masih
dengan tahapan
pengukuran
Ketidaksesuaian
merupakan
kesesuaian
merugikan
rumah
sakit
ibu
hamil
tahapan rujukan
yang
rujukan). ini
penerima
dapat rujukan
Untuk
dikarenakan rumah sakit penerima rujukan dapat
dua
terbebani dengan jumlah rujukan yang ada (Murray,
indikator, yaitu kesesuaian tahapan rujukan dan
Davies, Phiri, & Ahmed, 2001). Padahal sumber
kesesuaian alasan rujukan berdasarkan penilaian
daya yang ada di rumah sakit penerima rujukan juga
bidan rumah sakit terhadap kasus rujukan maternal
terbatas. Jika hal ini sering terjadi dan terjadi terus-
mengukur
variabel
appropriate
maternal.
beberapa
sesuai
variabel
rujukan
ada
digunakan
yang diterima secara umum. Berikut ini penilaian Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
159
menerus, maka sistem rujukan yang ada menjadi
identifikasi variabel appropriate ini digunakan untuk
tidak efektif.
mengidentifikasi efektivitas sistem rujukan maternal
Perlu dibuat sebuah prosedur/mekanisme
dengan cara menjumlahkan skor tiap indikator dan
untuk memastikan ibu hamil tidak melakukan by-
mengkategorikan dalam kategori kurang efektif,
passing. Prosedur/mekanisme yang dibuat dapat
cukup efektif, dan efektif. Berdasarkan penjumlahan
berupa pemberian informasi pada ibu hamil, dan
skor yang dilakukan, diketahui bahwa RSUD Dr.
sistem pengecualian (Murray, Davies, Phiri, &
Mohamad Soewandhie berada kategori cukup efektif
Ahmed, 2001). Pemberian informasi pada ibu hamil
dan RSUD Bhakti Dharma Husada pada kategori
berupa informasi tentang tahapan rujukan yang
kurang efektif.
seharusnya, bahwa rujukan harus dilakukan dari fasilitas
kesehatan
tingkat
pertama.
Selain
SIMPULAN
pemberian informasi, sistem pengecualian juga
Sebagian besar Puskesmas menilai bahwa
harus dibuat. Sistem pengecualian ini meliputi
sistem rujukan maternal di Kota Surabaya adalah
kondisi apa saja yang menjadi syarat pengecualian
cukup efektif. Hal ini dikarenakan ada Puskesmas
dalam pelaksanaan rujukan yang berjenjang. Adanya
yang sulit dalam menghubungi rumah sakit penerima
syarat yang jelas, dapat mengurangi terjadinya by-
rujukan untuk melakukan rujukan. Selain itu, masih
passing dalam pelaksanaan rujukan maternal.
sering pula terjadi penolakan rujukan dengan alasan
Selain itu, diketahui pula bahwa bidan
rumah sakit tidak mampu menangani, padahal jika
RSUD Bhakti Dharma Husada memberi jawaban
dilihat dari fasilitas dan sumber daya yang tersedia,
tidak sesuai untuk indikator kesesuaian alasan
rumah sakit tersebut mampu menangani kasus
rujukan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,
rujukan tersebut. Begitu juga dengan rumah sakit,
ketidaksesuaian ini terjadi karena seringkali perujuk
RSUD Dr. Mohamad Soewandhie menilai bahwa
salah diagnosa dan analisa, sehingga ibu yang
sistem rujukan maternal di Kota Surabaya adalah
seharusnya tidak dirujuk tetapi malah dirujuk, dan
cukup efektif, serta RSUD Bhakti Dharma Husada
sebaliknya.
terjadi
menilai kurang efektif. Hal ini dikarenakan masih
perbedaan antara realita kondisi ibu dengan data
sering terjadi self-referral oleh ibu hamil, serta
kondisi ibu. Ketelitian bidan Puskesmas perujuk
ketidaksesuaian alasan rujukan.
Selain
itu
juga
seringkali
harus lebih ditingkatkan lagi, agar tidak terjadi lagi alasan rujukan yang tidak sesuai. Setelah
mengidentifikasi
Dalam
rangka
peningkatan
efektivitas
sistem rujukan maternal di kota Surabaya sebaiknya indikator
dari
rumah sakit penerima rujukan memperbaiki jalur
variabel appropriate, maka dilakukan identifikasi
komunikasinya
variabel appropriate. Tetapi, karena hanya satu
Puskesmas perujuk. Rumah sakit dapat membuat
indikator yang digunakan pada rumah sakit, maka
line (nomor telepon) komunikasi khusus untuk
agar
mudah
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015
dihubungi
oleh
160
rujukan maternal, sehingga arus komunikasi yang masuk tidak sibuk. Sebaiknya dibuat sebuah kesepakatan di antara
Puskesmas
perujuk
dan
rumah
sakit
penerima rujukan tentang kasus rujukan dengan kondisi yang seperti apa yang dapat diterima oleh sebuah
fasilitas
kesehatan
penerima
rujukan.
Kesepakatan tersebut harus dituliskan berdasarkan tenaga dan fasilitas yang ada di fasilitas kesehatan penerima rujukan tersebut. Sebaiknya dibuat pula ketentuan yang jelas mengenai penolakan kasus rujukan oleh rumah sakit, dalam arti dengan keadaan seperti apa saja sebuah fasilitas kesehatan penerima rujukan (rumah sakit) dapat menolak kasus rujukan. Selain itu, sebaiknya pelaksanaan
dilakukan
evaluasi
aturan
rujukan
maternal
oleh
dan Dinas
Kesehatan. Terutama dengan adanya BPJS, perlu dilakukan penataan ulang jejaring rujukan dan sosialisasi pada Puskesmas tentang daftar rumah sakit penerima rujukan yang bekerja sama dengan BPJS yang berada paling dekat dengan Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA Antonelli, R. C., McAllister, J. W., & Popp, J. (2009). Making Care Coordination A Critical Component of The Pediatric Health System: A Multidisciplinary Framework. US: The Commonwealth Fund Press. Forrest, C. B., Glade, G. B., Baker, A. E., Bocian, A., Schrader, S. v., & Starfield, B. (2000). Coordination of Specialty Referrals and Physician Satisfaction With Referral Care. JAMA Pediatrics, 499-506. Irasanty, G. D., Hakimi, M., & Hasanbasri, M. (2008). Pencegahan Keterlambatan Rujukan Maternal di Kabupaten Majene. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 122-129. Kapucu, N. (2006). Interagency Communication Networks During Emergencies. American Review of Public Administration, 207-225. Murray, S. F., Davies, S., Phiri, R. K., & Ahmed, Y. (2001). Tools for Monitoring The Effectiveness of District Maternity Refferal Systems. Health Policy and Planning, 353361. Murray, S., & Pearson, S. C. (2006). Maternity Referral Systems in Developing Countries: Current Knowledge and Future Research Needs. Social Science & Medicine, 22052215. Rowland, T., McLeod, D., & Froese-Burns, N. (2012). Comparative Study of Maternity System. Wellington: Malatest Press. Simbolon, D., Chalidyanto, D., & Ernawati. (2013). Determinan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di Rumah Sakit Pemerintah Indonesia (Analisis Data Rifaskes 2011). Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 202-2014. Yonara, S. (2015). Analisis Hambatan Pada Pelaksanaan Rujukan Maternal Kota Surabaya Berdasarkan Teori Interorganizational Coordination. Skripsi. Universitas Airlangga, Surabaya.
Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 3 Nomor 2 Juli-Desember 2015