PENGGUNAAN DIKSI DALAM TEKS PIDATO PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA HARI ULANG TAHUN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh : Mentari Ade Fitri ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan diksi dalam teks pidato Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penggunaan diksi dalam teks pidato Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.Penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap dan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Pada tahap analisis data digunakan metode agih dengan teknik dasarnya teknik bagi unsur langsung (BUL) dan teknik lanjutannya adalah teknik ganti dan teknik lesap. Pada tahap penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa ada beberapa penggunaan diksi yang belum memenuhi kriteria dalam teks pidato Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2007 sampai 2011. Penggunaan diksi yang belum memenuhi kriteria kata tersebut, yaitu: penggunaan diksi yang belum tepat, penggunaan diksi yang belum cermat, dan penggunaan diksi yang belum serasi. Penggunaan diksi yang belum tepat dalam teks pidato ditemukan pada pembentukan kata yang belum tepat, yaitu kata yang mengalami proses afiksasi. Selain itu juga ditemukan penggunaan beberapa kata tugas yang belum tepat. Penggunaan kata tugas yang belum tepat adalah penggunaan namun sebagai konjungtor koordinatif, penggunaan karena, dan, sedangkan sebagai konjungtor antarkalimat, dan penggunaan preposisi di. Dalam teks pidato juga ditemukan penggunaan diksi yang belum cermat yang disebabkan oleh penggunaan kata dengan bentuk dan makna yang sama secara berganda (dapat tercapai, harus harus, seperti dan lain-lain, seperti dan sebagainya) dan kemubaziran yang disebabkan oleh penggunaan makna jamak secara berganda (para negara-negara, para lembagalembaga, para badan-badan). Selain penggunaan yang belum tepat dan belum cermat, dalam teks pidato juga ditemukan beberapa penggunaan diksi yang belum serasi. Ketidakserasian penggunaan diksi yang ditemukan berupa penggunaan pronomina penanya di mana, penggunaan diksi rehabilitasi, dan steril, diksi berupa konjungtor korelatif yang belum serasi (tidak hanya…, namun juga, bukan hanya.., tetapi, tidak saja..., namun juga, bukan hanya…, namun, bukan saja…, namun juga, tidak saja…, akan tetapi juga, baik…, ataupun, baik …, dan, serta maupun), dan penggunaan diksi berupa bentuk nonbaku (obyektif, olympiade, riel, disain, prosentase, ekstrim, paska, tak, pakta, konsekwen, tauladan, konkrit, bhakti, jaman, hutang, resiko).
1. PENDAHULUAN Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau gagasan. Penggunaan diksi akan sangat menentukan sampai atau tidaknya suatu gagasan atau pesan. Penyampaian gagasan atau pesan dapat berupa penyampaian melalui lisan dan tertulis. Salah satu penyampaian pesan secara lisan adalah dalam bentuk pidato. Dalam (KBBI, 2002:1071) dijelaskan bahwa pidato adalah “pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak”. Selain itu, dalam (KBBI, 2002:1071) juga dinyatakan bahwa pidato dapat diartikan sebagai “wacana yang disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak”. Pidato yang disampaikan dalam acara resmi perlu memperhatikan kriteria pemilihan kata agar gagasan, perasaan, dan pikiran dapat diungkap secara tepat. Pilihan kata dalam pidato juga harus menggunakan kata-kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan. Penyampaian pidato dalam acara formal kenegaraan harus memperhatikan pilihan kata yang sesuai dengan situasi formal, yaitu penggunaan bahasa resmi. Pidato
kenegaraan
yang
disampaikan
oleh
presiden
seharusnya
memperhatikan pilihan kata yang digunakan. Sebagai orang nomor satu di Indonesia sudah seharusnya pilihan kata yang digunakan benar-benar tepat, cermat, dan serasi karena secara tidak langsung akan menjadi acuan bagi masyarakat. Seorang kepala negara memiliki wibawa yang tinggi dan mempunyai pengaruh sangat kuat di mata masyarakatnya. Setiap arahannya selalu dijadikan landasan berpijak oleh aparat bawahannya dan dijadikan pedoman oleh seluruh warga negaranya. Mengingat begitu pentingnya pilihan kata yang digunakan dalam sebuah pidato, perlu dilakukan pembahasan mengenai penggunaan diksi pada teks pidato kenegaraan Presiden RI. Dalam hal ini adalah teks pidato kenegaraan dalam rangka HUT RI, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penggunaan diksi dalam teks pidato Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
2. TEORI 2.1 Diksi a. Pengertian Diksi Menurut Kridalaksana (2008:50), diksi adalah “pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang”. b. Kriteria Pemilihan Kata Mustakim (1994:42) menyatakan bahwa ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan kata agar dapat mengungkapkan gagasan, perasaan, dan pikiran secara tepat dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Ketiga kriteria tersebut, yaitu: ketepatan, kecermatan, dam keserasian. 2.2 Kata a. Pengertian Kata Kridalaksana (2008:110) menyatakan bahwa “kata adalah 1) morfem atau kombinasi morfem yang dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas; 2) satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal; 3) satuan terkecil dalam sintaksis yang berasal dari leksem yang telah mengalami proses morfologis”.
b. Kelas Kata Alwi (2003:87—309) membagi kelas kata bahasa Indonesia menjadi tujuh macam. Ketujuh kelas kata tersebut adalah sebagai berikut. 1. Verba 2. Adjektiva 3. Adverbia 4. Nomina 5. Pronomina 6. Numeralia
7. Kata Tugas
c. Proses Pembentukan Kata Ramlan (1987:51) mengemukakan bahwa ada tiga proses morfologis atau proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia, yaitu 1. proses pembubuhan afiks 2. proses pengulangan 3. proses pemajemukan
3. PEMBAHASAN Dari analisis data yang telah dilakukan, dalam teks pidato presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, ditemukan penggunaan pronomina penanya yang belum serasi. Penggunaan pronomina penanya yang belum serasi tersebut dapat dilihat pada contoh di bawah ini. 2)
Kita juga berhasil mengembangkan budaya politik baru yang demokratis, yang mengedepankan keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan akuntabilitas pada rakyat, di mana sekarang hukumlah yang menjadi panglima. Kita juga berhasil, dalam tahun-tahun terakhir ini, memperkokoh integritas NKRI : Aceh yang damai, Papua yang stabil, serta Maluku, Poso, dan Sampit yang tenteram. Kita berhasil mengatasi bencana alam paling dahsyat di dunia, yaitu tragedi tsunami tahun 2004, dengan semangat solidaritas dan gotong-royong. (Pidato HUT RI 2008)
Pronomina penanya di mana pada contoh di atas digunakan dalam konteks kalimat pernyataan. Hal ini merupakan bentuk penggunaan pronomina yang belum serasi.
Menurut
kaidah,
pronomina penanya seharusnya digunakan
untuk
mengungkapkan pertanyaan, sedangkan hubungan makna antarkata dalam kalimat tersebut tidak memerlukan kehadiran pronomina penanya karena bukan merupakan kalimat pertanyaan. Oleh karena itu, dalam kalimat yang bukan kalimat tanya pemakaian kata-kata penanya itu hendaknya dihindari. Untuk keserasian berbahasa diksi di mana tersebut lebih serasi jika diubah menjadi seperti berikut.
26a) Kita juga berhasil mengembangkan budaya politik baru yang demokratis, yang mengedepankan keterbukaan, kebebasan berpendapat, dan akuntabilitas pada rakyat, dan sekarang hukumlah yang menjadi panglima. Kita juga berhasil, dalam tahun-tahun terakhir ini, memperkokoh integritas NKRI : Aceh yang damai, Papua yang stabil, serta Maluku, Poso, dan Sampit yang tenteram. Kita berhasil mengatasi bencana alam paling dahsyat di dunia, yaitu tragedi tsunami tahun 2004, dengan semangat solidaritas dan gotong-royong.
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1) Dalam teks pidato pidato presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ditemukan penggunaan diksi yang belum tepat, yaitu kata yang mengalami afiksasi dan penggunaan kata tugas. Penggunaan kata tugas yang belum tepat, yaitu penggunaan namun sebagai konjungtor koordinatif, penggunaan karena, dan, sedangkan sebagai konjungtor antarkalimat, dan penggunaan preposisi di. 2) Penggunaan diksi yang belum cermat juga ditemukan dalam teks pidato. Hal ini disebabkan oleh penggunaan kata dengan bentuk dan makna yang sama secara berganda (dapat tercapai, harus harus, seperti dan lain-lain, seperti dan sebagainya) dan kemubaziran yang disebabkan oleh penggunaan makna jamak berganda (para negara-negara, para lembaga-lembaga, para badan-badan). 3) Selain ketidaktepatan dan ketidakcermatan, dalam teks pidato juga ditemukan penggunaan diksi yang belum serasi. Ketidakserasian penggunaan diksi ditemukan berupa penggunaan pronomina penanya yang belum serasi (di mana), penggunaan diksi yang belum serasi dalam kalimat (rehabilitasi, steril), diksi berupa penggunaan konjungtor korelatif yang belum serasi. Konjungtor korelatif yang seharusnya tidak hanya .,,, tetapi juga digunakan dalam berbagai bentuk yang belum serasi, yaitu tidak hanya .,,, namun juga, tidak saja.,,, namun juga, dan tidak saja.,,, akan tetapi juga. Hal serupa juga terjadi pada penggunaan konjungtor korelatif yang seharusnya bukan hanya.,,, melainkan juga digunakan dalam berbagai bentuk yang belum serasi, yaitu bukan hanya.,,,
tetapi juga, bukan hanya.,,, namun, bukan saja.,,, namun juga dan selain penggunaan konjungtor korelatif yang belum serasi juga ditemukan penggunaan diksi berupa bentuk nonbaku (obyektif, olympiade, riel, disain, prosentase, ekstrim, paska, tak, pakta, konsekwen, tauladan, konkrit, bhakti, jaman, hutang, resiko).
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi. 2009. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Akademika Pressindo. Arifin, E. Zaenal dan S. Amrantasai. 2000. Cermat Berbahasa untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Bahri, Daniel. 2010. “Diksi dan Gaya Bahasa Mario Teguh dalam Acara Mario Teguh Golden Ways di Metro TV”. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Skripsi. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. 2009. Diksi dan Gaya Bahasa. Terbitan ke-19. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2010. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Terbitan ke-4. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2005. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Masbiran, M. Iqbal. 1996. “Diksi dan Gaya Bahasa Surat-Surat Pembaca dalam Majalah Annida”. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Skripsi.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nadra. 2010. Bahasa dan Teknik Penulisan karya Ilmiah dan Surat Resmi. Padang: Andalas University Press. Novalia, Dina. 2005. “Diksi dalam Lirik Lagu Project Pop”. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Skripsi. Putrayasa, Ida Bagus. 2009. Kalimat Efektif Diksi Struktur dan Logika. Bandung: PT Refika Aditama. Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Sari, Ratna. 2002. “Diksi dan Gaya Bahasa dalam Cerpen Aneka Yess”. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Skripsi. Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Hudaya. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Press. Syasly, David. 2005. “Diksi dan Gaya Bahasa Romy Rafael dalam Acara Hipnotis di SCTV”. Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Skripsi. Widjono, H.S. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Cetakan ke-2. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Organisasi.org Komunitas & perpustakaan Online Indonesia. 2005. “Pengertian Pidato, Tujuan, Sifat, Metode, Susunan Dan Persiapan Pidato Sambutan”. http://organisasi.org Pengertian Pidato-Tujuan-Sifat Metode Susunan-danPersiapan-Pidato-Sambutan. Online, diakses pada 17 januari 2012/ 20:33 WIB. http://www.presidenri.go.id/ diakses pada 7 Januari 2012/ 20:33 WIB. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Portal Nasional Republik Indonesia. “Pidato Presiden”. http://www.indonesia.go.id/in/pidato/presiden.html Online, diakses pada 7 Januari 2012/ 20:40 WIB. Warsidi, Edi. 2005. Matabaca. Artikel: “Lebih Dekat Dengan Preposisi di dan pada". Halaman : 20.