PENGEMBANGAN MODEL SIMULASI DISKRIT PENGELOLAAN PENDAPATAN UNTUK MULTI DAN SINGLE KATEGORI PADA LOW COST CARRIER Nama mahasiswa NRP Pembimbing
: Patrisia Sherryl Santoso : 2510 100 058 : Dr. Eng. Ir. Ahmad Rusdiansyah, M.Eng, CSCP 1
ABSTRAK
Pada bisnis penerbangan, pendapatan merupakan hal yang paling penting. Persaingan antar maskapai sering terjadi terutama dalam maskapai low cost carrier yang bersaing untuk mendapatkan pendapatan semaksimal mungkin. Pengelolaan pendapatan pada penerbangan biasa disebut Airline Revenue Management (ARM), dimana salah satunya dilakukan dengan strategi dynamic pricing dengan mempertimbangkan customer behavior. Pada penelitian ini dynamic pricing dilakukan dengan membagi menjadi 2 strategi kategori yaitu multi dan single kategori. Multi kategori merupakan pembagian menjadi 3 kelas harga pada maskapai dimana tiap kelas memiliki subkelas. Sedangkan single kategori merupakan kelas harga yang dimiliki oleh maskapai. Selanjutnya dikembangkan model simulasi diskrit berdasarkan strategi kategori untuk memaksimalkan pendapatan. Perubahan parameter pemodelan menunjukan bahwa penurunan TER (Total Expected Revenue) bukan selalu dipengaruhi terjadinya pembatalan pemesanan oleh penumpang, tetapi dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu kedatangan entitas (calon penumpang) , batas periode pembukaan kelas harga, dan penetapan strategi single dan multi kategori. Kata kunci : Revenue management;Low-cost carriers; cancellations; multi and single category; customer behavior.
1. Pendahuluan Revenue management telah diterapkan pada industri-industri baik manufaktur maupun jasa, seperti hotel, retail, persewaan kendaraan, maupun pada maskapai penerbangan. Dimana pada maskapai penerbangan, revenue management diterapkan untuk meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan kursi penumpang. Perkembangan pada sektor industri penerbangan membuat terjadinya peningkatan persaingan antara maskapai penerbangan. Persaingan antar maskapai dalam menarik perhatian konsumen dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan melakukan
perubahan harga, misalnya memberikan harga promo. Persaingan tersebut sering terjadi terutama pada maskapai yang menerapkan sistem low-cost (bisnis biaya rendah). Maskapai low-cost biasanya hanya melayani rute point-to-point (single leg). Namun, banyak perusahaan penerbangan menghadapi masalah dalam melakukan penjualan inventory pada tanggal fixed, tanpa kemampuan untuk menyusun ulang dan tidak ada nilai sisa terhadap barang yang tidak terjual. Selain itu, ketidakpastian permintaan menjadi tantangan besar untuk maskapai penerbangan dalam melakukan Revenue management dimana pada maskapai
penerbangan pengelolaan pendapatan ini disebut Airline Revenue Management (ARM). Pada Airline Revenue Management, strategi yang diterapkan untuk memaksimalkan pendapatan adalah dengan menerapkan strategi seat inventory control dan dynamicpricing. Seat inventory control merupakan suatu metode untuk mengalokasikan kapasitas kursi pada setiap subclass pada maskapai penerbangan, dimana subclasses merupakan pembagian kursi penerbangan dengan harga tiket yang berbeda. Adanya penerapan subclass membuat penumpang membayar tiket dengan harga yang berbeda dibandingkan penumpang di subclass lain meskipun jasa yang diterima oleh penumpang-penumpang tersebut sama. Penerapan tersebut tidak menjadi masalah bagi konsumen jika harga yang ditetapkan tidak melebihi budget dari konsumen tersebut (customer willingness to pay). Sedangkan pada dynamic pricing, maskapai penerbangan akan menetapkan keputusan waktu penjualan kursi pada masing-masing subclass dalam selling horizon yang ada. Tujuan dari dilakukan Dynamic pricing adalah menyesuaikan antara permintaan dengan persediaan kursi yang akan menghasilkan total pendapatan yang maksimal yang dapat diperoleh dari penjualan tiket. Perkembangan jumlah penumpang membuat adanya peningkatan jumlah maskapai penerbangan, sehingga membuat ketatnya persaingan dalam bisnis penerbangan. Dimana persaingan tersebut membuat maskapai memiliki masalah dalam melakukan pengelolaan pendapatan terutama maskapai yang menerapkan sistem low-cost. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan respon terhadap maskapai pesaing dalam
penetapan kategori harga untuk menangkap konsumen agar pendapatan meningkat. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan kebijakan multi atau single kategori berdasarkan kategori yang ditetapkan oleh kompetitor dengan mempertimbangkan budget yang dimiliki oleh konsumen sebagai atribut. 2. Deskripsi Model Peneltian Model yang dikembangkan pada penelitian ini memiliki basis dynamic pricing untuk kedua maskapai penerbangan low-cost carrier yang saling bersaing. Terdapat dua macam yang dikembangkan yaitu multi kategori dan single kategori Dimana variabel keputusan dari model ini adalah kursi yang terpesan pada masing-masing subkelas harga. Banyaknya kursi yang terpesan atau terjual pada masing-masing subkelas harga akan menghasilkan pendapatan bagi maskapai. Semakin banyak kursi yang terjual maka pendapatan maskapai akan semakin maksimal. Model yang dikembangkan akan memaksimalkan pendapatan bagi maskapai penerbangan berdasarkan multi dan single kategori yang ditetapkan oleh kompetitor. Event yang muncul pada sistem ini adalah kedatangan calon penumpang yang akan memilih penerbangan. Kedatangan calon penumpang dipengaruhi oleh customer behavior yaitu berupa pemesanan dan pembatalan serta tidak melakukan pemesanan (null event). Terdapat tiga tipe penumpang yaitu tipe 1 merupakan penumpang yang loyal terhadap penerbangan A dan tipe 2 merupakan penumpang yang loyal terhadap penerbangan B. Sedangkan, tipe 3 merupakan penumpang yang flexible yaitu
dengan membandingkan harga terlebih dahulu.
C
3.Model Penelitian Model dibuat menggunakan metode simulasi dengan menggunakan software Arena.
Best Price
F
G
TNOW < Min(TCB,TLB)
TNOW < Min(TCA,TLA)
Kapasitas Max(TCA,TLA) tersedia?
Kapasitas Max(TCB,TLB) tersedia?
TNOW < Max(TCA,TLA)
ya ya
TNOW < Max(TCB,TLB)
ya
ya
Calon Penumpang ya
ya
Event
Tidak
Terima harga Max(TCA,TLA)?
Terima harga? Terima Harga A
Pesan
Terima harga Max(TCB,TLB)?
Tipe Penumpang
Tipe II
Tipe III Budget A
Budget A & B
Affordable class A
Masuk Kelas CA
Masuk Kelas LA
Masuk Kelas CB
Masuk Kelas LB
Cancel Kelas CA
Refund Kelas LA
Cancel Kelas CB
tidak Refund Kelas LB
Budget B
B
C
Best Price A
Terima Harga B
ya
ya
Tipe I
Terima harga? Terima Harga A
Terima Harga B
Flexible class A
D Dispose
TNOW
TNOW
TNOW
TNOW
Kapasitas CB ada?
Kapasitas CC ada?
Kapasitas CD ada?
Kapasitas CE ada?
Terima harga CB?
Terima harga CC?
Terima harga CD?
Terima harga CE?
Masuk Kelas CA
Masuk Kelas CB
Masuk Kelas CC
Masuk Kelas CD
Masuk Kelas CE
Cancel Kelas CA
Cancel Kelas CB
Cancel Kelas CC
Cancel Kelas CD
Cancel Kelas CE
TNOW
Figure 3 Penumpang tipe III
ya
Kapasitas CA ada?
4. Percobaan Numerik dan Analisa
ya
Terima harga CA? ya
4.1 Perubahan jumlah calon penumpang single VS multi kategori Jumlah
Load
TER
Calon Penumpang
A
B
A
B
300
70%
58%
44,908,000.00 41,287,000.00
400
91%
69%
61,355,000.00 48,764,000.00
500
97%
77%
66,604,000.00 56,072,000.00
600
100%
80%
67,157,000.00 59,172,000.00
Dispose
Figure 1 Kelas Best Price dan Affordable D
Figure 4 output multi kategori calon penumpang
Kelas Flexible A
TNOW
TNOW
TNOW
Kapasitas CF ada?
Kapasitas CG ada?
Kapasitas CH ada?
Terima harga CF?
Terima harga CG?
Terima harga CH?
Masuk Kelas CF
Masuk Kelas CG
Masuk Kelas CH
Cancel Kelas CF
Cancel Kelas CG
Cancel Kelas CH
Figure 5 gambar TER multi kategori perubahan jumlah penumpang
Dispose
Figure 2 Kelas Flexible
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa seiring dengan peningkatan jumlah penumpang yang masuk ke dalam sistem, pendapatan pada kedua maskapai (TER) juka meningkat. Namun peningkatan TER
pada maskapai A tidak seperti peningkatan pada maskapai B dimana pada maskapai B TER meningkat secara signifikan. Sedangkan pada maskapai A dari penumpang 500 ke penumpang 600, peningkatan TER tidak sebesar jumlah calon penumpang sebelumnya. Hal tersebut disebabkan pada kedatangan entitas sebesar 500 load maskapai A sudah terisi sebesar 97%. Sedangkan hasil pada single kategori: Jumlah
Load
TER
Calon Penumpang
A
B
A
B
300
82%
45%
55,206,000.00 35,031,000.00
400
98%
51%
67,359,000.00 38,089,000.00
500
97%
83%
65,325,000.00 63,618,000.00
600
99%
99%
66,740,000.00 77,918,000.00
Figure 6 output single kategori calon penumpang
pembukaan kelas untuk harga mahal diperpanjang periodenya 4.2 Perubahan periode pembukaan harga single VS multi kategori
Figure 8 perubahan periode gambar TER multi kategori
Berdasarkan gambar perbandingan dapat dilihat bahwa terdapat perpotongan TER mulai skenario 4 dimana maskapai A mengalami penurunan pendapatan dan maskapai B mengalami peningkatan pendapatan. Penurunan pendapatan pada maskapai A disebabkan karena berkurangnya periode untuk subkelas paling mahal dimana pada skenario 1 hingga skenario 3 periode untuk subkelas paling mahal adalah panjang.
Figure 7 gambar TER single kategori perubahan jumlah penumpang
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa seiring dengan peningkatan jumlah penumpang yang masuk ke dalam sistem, pendapatan pada kedua maskapai (TER) juka meningkat. Namun pada titik 500 terjadi perpotongan TER dimana B mengalami peningkatan secara signifikan sedangkan untuk maskapai A mengalami penurunan TER. Sehingga dapat dikatakan bahwa strategi single kategori baik untuk deterapkan saat off peak demand, karena pada peak demand terdapat banyak entitas yang masuk dan sebaiknya periode
Figure 9 gambar TER single kategori perubahan periode
Berdasarkan gambar perbandingan dapat dilihat bahwa terdapat perpotongan TER mulai skenario 2 dimana maskapai A mengalami penurunan pendapatan dimana awalnya pendapatan milik maskapai A lebih tinggi daripada maskapai B dan maskapai B mengalami peningkatan
pendapatan. Penurunan pendapatan pada maskapai A disebabkan karena terlalu besarnya periode kelas paling mahal dimana pada skenario 1 hingga skenario 2 periode untuk kelas paling mahal adalah normal. Hal itu menyebabkan terlalu pendeknya periode kelas sebelumnya, sehingga sebelum kapasitas dari maskapai tersebut penuh kelas-kelas sebelum kelas termahal sudah tutup sehingga banyak penumpang yang terdispose dari sistem. 5. Kesimpulan a. Pada penelitian ini telah dikembangkan model pengelolaan pendapatan untuk multi dan single kategori pada low-cost carrier dengan mempertimbangkan customer behavior b. Pada kondisi off peak demand, strategi yang sebaiknya diterapkan oleh maskapai penerbangan adalah strategi single kategori untuk mendapatkan pendapatan yang maksimum dibandingkan kompetitor. c. Pada kondisi peak demand, strategi yang sebaiknya diterapkan oleh maskapai penerbangan adalah strategi multi kategori untuk mendapatkan pendapatan yang maksimum dibandingkan competitor d. Pada multi kategori, periode pembukaan harga yang dibuka oleh maskapai sebaiknya lebih panjang untuk subkelas yang paling mahal agar pendapatan dapat maksimal e. Pada single kategori, periode pembukaan harga yang dibuka oleh maskapai sebaiknya terbagi secara rata untuk tiap kelasnya agar alokasi maksimum sehingga pendapatan maskapai juga maksimal.
6. Referensi Bazargan, M. (2004). Airline Operations and Schedulling . USA: Ashgate. BPS. (2013). BPS. Retrieved 2013, from http://www.bps.go.id/tab_sub/view. php?tabel=1&daftar=1&id_subyek =17¬ab=8 Burhanuddin, M. (n.d.). Simulasi Event Diskrit. Retrieved from http://alvinburhani.wordpress.com/ 2012/05/29/simulasi-event-diskrit/ Groß, S., & Schröder, A. (2007). Handbook of Low Cost Airlines. Berlin: Erich Schmidt Verlag GmbH & Co. Kelton, W. D., Shadows, R. P., & Shadows, D. A. (2003). Simulation with Arena. New York: McGraw Hill. Marcus, Benjamin, Chris K. Anderson. (2007). Revenue Management for Low-cost providers. European Journal of Operational Research , 258-272. Nisa, K. (2011). Perancangan Model Pengelolaan Pendapatan Pada Dua Penerbangan Paralel Dengan Mempertibangkan Perpindahan Penumpang Menggunakan Model Simulasi Diskrit. Tugas Akhir . Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Philips, R. (2005). Pricing and Revenue Optimization. Chicago: Stanford University Press. Pradana, D. R. (2013). Pengembangan Model Simulasi Diskrit untuk Pengelolaan Pendapatan Penerbangan dengan Mempertimbangkan Kebijakan Harga Tiket Kompetitor. Surabaya:
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Prasetyan, M. E. (2012). Pemodelan Pengukuran Performansi Kargo Udara Dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Tugas Akhir . Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Purwantini, S. (2012). Pengembangan model penetapan harga tiket pesawat terbang untuk penerbangan paralel pada low cost carrier dengan mempertimbangkan harga tiket kompetitor dan persediaan kursi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Tallury,Kalyan, Van T., Ryzin G. (2004). The Theory and Practice of Revenue Management. Boston: Kluwer Academic Publishers.