JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERORIENTASI KECERDASAN SPIRITUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS DI SMA EMAH KHUZAEMAH
PENDAHULUAN
sastra
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
dalam
kurikulum
Indonesia
maupun
di
menengah
tingkat
dasar
adalah
siswa
2006
memiliki kemampuan dan keterampilan
meliputi empat aspek, yaitu membaca,
menggunakan bahasa Indonesia untuk
menyimak,
dan
menulis.
berbagai keperluan. Dalam praktiknya,
itu,
pola
ada hal yang kurang diperhatikan oleh
pembelajarannya harus secara terpadu.
guru, yaitu pembelajaran menulis yang
Artinya, ketika guru menyajikan materi
bermakna dan menyenangkan.
Keempat
sastra,
berbicara, aspek
penerapannya
kepada
siswa
Hal ini selaras dengan undang-
harus melalui empat aspek itu. Keempat
undang nomor 20 tahun 2003 tentang
aspek
itu
Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat
merupakan satu kesatuan yang tak
(1) undang-undang nomor 20 tahun
terpisahkan. Mana yang lebih penting
2003 menyebutkan bahwa pendidikan
dari
tersebut?
adalah usaha sadar dan terencana untuk
Jawabannya, keempatnya sama penting.
mewujudkan suasana belajar dan proses
Apakah bisa, seorang siswa terampil
pembelajaran yang efektif agar peserta
menulis tanpa membaca atau terampil
didik
berbicara
potensi dirinya untuk kekuatan spiritual
keterampilan
keempat
tanpa
berbahasa
aspek
membaca
dan
secara
aktif
mengembangkan
menyimak? Tentu saja tidak. Dengan
keagamaan,
demikian, keterampilan berbahasa yang
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
satu menunjang keterampilan berbahasa
serta keterampilan yang diperlukan
lainnya. Pola pembelajaran bahasa yang
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
sifatnya teoretis harus diubah menjadi keterampilan berbahasa. Tuntutan pembelajaran bahasa dan
pengendalian
Berdasarkan
diri,
undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional di atas, hal perlu kita pikirkan dan kita rumuskan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
adalah bagaimana mewujudkan suasana
Dalam proses pembelajaran Bahasa
belajar dan proses pembelajaran yang
Indonesia,
efektif agar peserta didik secara aktif
tuntutan kurikulum belum menyentuh
mengembangkan potensi dirinya untuk
isi kurikulum secara hakiki. (Hasnum,
kekuatan
guru
hanya
memenuhi
spiritual
keagamaan,
2005). Artinya, guru bukan sekedar
diri,
kepribadian,
memperkenalkan materi menulis, tetapi
pengendalian kecerdasan,
akhlak
mulia,
serta
bagaimana
materi
dipahami,
masyarakat, bangsa, dan negara.
dipraktikkan dengan bermakna dan
juga
halnya
dalam
diterapkan,
dapat
keterampilan yang diperlukan dirinya,
Demikian
dihayati,
menulis
dan
menyenangkan sehingga potensi peserta
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
didik
pembelajaran hendaknya dilaksanakan
Menulis bagi seseorang bukanlah hasil
berdasarkan prinsip bahwa potensi,
warisan. Kemampuan menulis diperoleh
perkembangan, dan kondisi peserta
melalui proses belajar, latihan, usaha,
didik
dan kerja keras seseorang. Untuk itu,
diarahkan
untuk
menguasai
dapat
kompetensi yang berguna bagi dirinya.
praktik
Dalam hal ini peserta didik harus
diberikan
mendapatkan
mungkin.
yang
pelayanan
bermutu,
kesempatan
serta
untuk
pendidikan memperoleh
berkembang
menulis
maksimal.
diupayakan
kepada
siswa
Kenyataannya
dapat
semenarik
siswa
masih
mengekspresikan
mengeluhkan bahwa kegiatan menulis
dirinya secara bebas, dinamis dan
membosankan dan tidak menyenangkan.
menyenangkan.
Mereka mengatakan bahwa menulis itu
Dalam GBPP Bahasa dan Sastra
sulit. Mereka merasa kesulitan dalam
Indonesia, materi pembelajaran menulis
menemukan ide tulisan. Kalaupun ide
di SMA mulai kelas X sampai kelas XII
sudah
lebih kurang berjumlah 42 materi.
menuliskannya, kalimat apa dulu yang
Mencermati materi menulis yang ada
harus ditulis, dan menyusun kalimatnya
dalam GBPP SMA dan pola pembelajaran
seperti apa. Itulah keluhan-keluhan yang
guru, ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
ada,
bagaimana
mulai
[November 2012]
banyak
disampaikan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
siswa
ketika
mereka mau menulis. Minimnya jumlah penulis muda
Pembelajaran
menulis
bagaimanakah
yang
yang mampu
membangkitkan semangat siswa? Untuk
menunjukkan bahwa setelah tamat SMA,
itu,
siswa belum banyak yang mau dan
pengembangan
mampu menulis sesuai ukuran mereka.
yang
Ini
bahwa
menggugah
belum
siswa untuk menulis. Spiritual siswa
adalah
sebuah
pembelajaran
indikasi
menulis
menyentuh kebutuhan pendidikan dan kebutuhan siswa itu sendiri. Menurut
menulis
pola
pembelajaran menulis
bermakna
yang
semangat
mampu
dan
motivasi
perlu dibangkitkan.
(2007),
selama
ini
berkisar pada pengembangan model, penerapan
sendiri. Menurut beliau, belajar menulis
menulis,
harus santai. Siswa tidak boleh merasa
kesalahan
takut, capai, stress, apalagi frustrasi.
menulis,
Menulis
kemampuan
dimulai
dengan
tentang
menulis yang ada selama ini baru
dipersulit oleh pembelajar atau gurunya
sebaiknya
sebuah
Penelitian-penelitian
Alwasilah
pembelajaran
diperlukan
teknik
tertentu
dalam
aspek-aspek menulis, analsis berbahasa atau
siswa
dalam
mendeskripsikan
menulis
Siddik
menyapa “afektif” untuk kemudian ke
(2005)
“psikomotorik”,
menyapa
Model Pembelajaran Menulis Deskripsi
“kognitif”. Kesalahan pendidikan selama
untuk Siswa Kelas IV SD, Fuad (1990)
ini adalah keberpihakan sistem kepada
meneliti
“kognitif”,
Linguistik dalam Keterampilan Menulis,
baru
sehingga
lalu
sedikit
sekali
pembelajar yang gemar menulis. Menghadapi kenyataan tersebut,
misalnya,
siswa.
Sapani
Aspek
Logika
(1986)
Kesalahan
mengembangkan
meneliti
Bahasa
Karangan
kelemahan, mengeluhkan kekurangan,
(1987)
tetapi bagaimana mencari penyelesaian
Keterampilan Menulis Mahasiswa IKIP
masalah tersebut. Bagaimana agar para
Bandung.
pembelajar
berupaya
menulis?
meneliti
SMA,
Analisis
Siswa
gemar
II
dalam
Aspek
kita tidak cukup hanya memaparkan
kita
Kelas
dan
Suriamihardja
Kemampuan
Penelitian
menulis
menumbuhkan
dan
yang
motivasi
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
menulis dari dalam diri pembelajar
dalam sejarah umat manusia. Bahaya
belum
yang
pernah
dilakukan.
Dalam
mengancam
kehidupan
ras
penelitian ini diupayakan untuk dapat
manusia dan ketidakmampuan kaum
menghasilkan sebuah produk model
intelektual
pengembangan menulis yang mengelola
mengatasinya. Untuk itu, diperlukan
kecerdasan
dalam
nilai-nilai yang mampu memberdayakan
pembelajaran menulis. Melalui model ini
potensi kacakapan hidup manusia yang
diharapkan motivasi menulis dari dalam
setinggi-tingginya.
spiritual
diri siswa dapat berkembang maksimal.
mencari
jalan
keluar
Jarang sekali guru atau dosen
Kecerdasan spiritual merupakan
menjadikan aspek kecakapan personal
potensi kemanusiaan yang tertinggi.
siswa seperti tanggung jawab, kerjasama
Menurut Capra (1988), umat manusia
dengan teman, kepedulian terhadap
sedang memasuki masa transisi global
lingkungan,
besar yang menuntut pemberdayaan
komitmen, visi, kreativitas, ketahanan
potensi kemanusiaan yang lebih besar
mental, kebijaksanaan, keadilan, dan
lagi.
penguasaan
Tanpa
pemberdayaan
kemanusiaan
diri
kejujuran,
dijadikan
sebagai
maksimal
bagian dari prestasi siswa. Padahal
dikhawatirkan akan terjadi krisis global
konsep kecerdasan otak (intelegensi),
yang serius. Capra (1998 dalam Tafsir,
seperti NEM (Nilai Ebtanas Murni) dan
2006) secara rinci menjelaskan, krisis
IPK (Indeks Prestasi Siswa) yang tinggi
global yaitu suatu krisis yang kompleks
kurang
dan multidimensional yang segi-seginya
seseorang. Hasil penelitian mutakhir
menyentuh setiap aspek kehidupan,
menunjukkan
kesehatan, mata pencaharian, kualitas
emosional dan spiritual jauh lebih
lingkungan
sosial
berperan bagi keberhasilan seseorang.
ini
Pendidikan yang mengabaikan aspek-
dimensi-
aspek mental dan spiritual peserta didik,
dimensi intelektual, moral, dan spiritual.
maka hanya akan melahirkan generasi
Suatu krisis yang belum pernah terjadi
muda yang bermental rendah. Inilah
ekonomi, merupakan
secara
potensi
integritas,
hidup, dan
hubungan
politik.
krisis
dalam
Krisis
berperan
bagi
bahwa
keberhasilan
kecerdasan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
salah satu penyebab mengapa Indonesia
kemampuan diri peserta didik setelah
subur dengan KKN (korupsi, kolusi, dan
diberikan pengetahuan, baik di dalam
nepotisme) yang membawa bangsa ini
maupun di luar kelas. Kemampuan-
pada krisis moral, politik, dan ekonomi
kemampuan yang dibutuhkan adalah
yang dahsyat pada akhir abad ke -20 dan
kemampuan
awal abad ke-21 ini.
berkomitmen
Kondisi
demikian
menguasai
diri
terhadap
untuk kegiatan
menuntut
menulis, tekun, sungguh-sungguh, tidak
penanaman nilai-nilai spiritual melalui
mudah berputus asa, mampu bekerja
pendidikan dan pembelajaran. Dengan
sama, dan terus meningkatkan kualitas
penanaman nilai-nilai spiritual, potensi
diri dalam menulis.
kemanusiaan
yang
diberdayakan.
tertinggi
Mereka
akan
dapat hidup
Untuk
mencapai
kompetensi
tersebut, diperlukan pembelajaran yang
sebagai layaknya manusia, aktif, kreatif,
bermakna.
sadar lingkungan, sadar situasi, sadar
pendidikan dan pengajaran di sekolah,
akan diri sendiri, sadar nilai dan tujuan
harus lebih kreatif dalam melaksanakan
yang berkulminasi dalam tindakannya
pembelajaran bahasa Indonesia sesuai
yang
bertanggung
Guru
sebagai
pelaksana
jawab.
Sebagai
dengan kondisi lingkungan sekolah dan
akan
dimensi
kemampuan peserta didik. Oleh karena
pertanggungjawabannya yang sekaligus
itu, pemilihan materi ajar yang akan
menyiratkan dimensi komunikasinya,
dilaksanakan di kelas harus berada pada
baik yang horizontal, yang vertikal,
konteks
maupun yang mendalam.
memperhatikan aspek emosional dan
manusia
ia
sadar
Tema-tema masalah
dan
kematangan
penanggulangan pengembangan
peserta
didik
dengan
spiritual siswa. Model
pembelajaran
kooperatif
berorientasi
kecerdasan
spiritual
pribadi
dapat
dalam
kegiatan
merupakan model pembelajaran yang
siswa
mampu
berorientasi pada pemberdayaan siswa
menyampaikan gagasan tersebut kepada
dalam berinteraksi secara aktif dan
pembaca secara tepat dituntut berbagai
positif dalam kelompok yang dilandasi
dikomunikasikan menulis.
Agar
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
dengan nilai-nilai spiritual yang juga menyangkut eksternal
aspek
internal
siswa.
Aspek
dan
internal
Melalui pembelajaran kooperatif berorientasi
kecerdasan
kecenderungan
sikap
spiritual,
individualistis,
berhubungan dengan emosi, motivasi,
sikap tertutup terhadap teman, kurang
tata nilai dan ketahanan diri siswa,
memberikan perhatian kepada teman
sedangkan aspek eksternal berhubungan
sekelas, bergaul hanya dengan orang
dengan lingkungan sosial, budaya, dan
tertentu, ingin menang sendiri, dan
geografis tempat peserta didik berada.
sebagainya
Guru dapat menghadirkan suasana nyata
demikian
ke
dapat
membentuk warga negara yang egois,
untuk
inklusif,
dalam
kelas.
mendorong
Guru
peserta
juga didik
dapat jika
terkikis.
Sikap
dibiarkan
akan
introvert,
kurang
bergaul
membuat hubungan antara pengetahuan
dengan masyarakat, acuh tak acuh
dengan penerapannya dalam kehidupan
dengan tetangga dan lingkungan, kurang
sehari-hari.
demikian
menghargai orang lain, serta tidak mau
diharapkan pembelajaran menulis akan
menerima kelebihan dan kelemahan
lebih bermakna, menyenangkan, dan
orang lain. Gejala seperti ini sudah
sesuai dengan kebutuhan siswa.
terlihat pada masyarakat kita. Dengan
Dengan
Dengan kooperatif
model
pembelajaran
berorientasi
kecerdasan
demikian, melalui model pembelajaran Kooperatif
berorientasi
kecerdasan
spiritual, siswa memiliki tiga tanggung
spiritual diharapkan akan lahir generasi
jawab, yaitu tanggung jawab terhadap
yang kreatif, inovatif, kooperatif, dan
dirinya
religius sehingga proses pembelajaran
sendiri,
tanggung
jawab
membantu sesama anggota kelompok,
menjadi lebih bermakna.
dan tanggung jawab terhadap Tuhan.
Berdasarkan latar belakang di atas,
Siswa belajar bersama dalam satu
maka perlu dilakukan pengembangan
kelompok
model
menunjukkan kelompoknya.
dan
mereka
kemampuan
harus diri
dan
pembelajaran
menulis
yang
bermakna dan mampu menumbuhkan motivasi, kreativitas, dan kerjasama yang baik sehingga setiap pembelajar
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
mampu
menghasilkan
karya
tulis
dapat
disimpulkan
terbaik. Model ini perlu diujicobakan
merupakan
keefektifannya
dalam
melalui
sebuah
bahwa
kemampuan
menulis seseorang
mengekspresikan
pikiran,
penelitian. Ada pun judul penelitian ini
perasaan, dan gagasan melalui bahasa
adalah
tulis dengan tepat.
“Peningkatan
Kemampuan
Menulis Karangan Narasi melalui Model Pembelajaran
Kooperatif
Berorientasi
Kecerdasan Spiritual”.
Adapun karangan narasi menurut Keraf
(2001)
adalah
cerita
yang
dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Beberapa Pengertian yang Digunakan
Narasi yang berisi fakta disebut narasi
1) Menulis Karangan Narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang
Pengertian
menulis
menurut
berisi fiksi disebut narasi sugestif.
kamus besar bahasa Indonesia adalah
Contoh
melahirkan
biografi,
pikiran
atau
perasaan
narasi
ekspositoris
autobiografi,
atau
adalah kisah
(seperti mengarang, membuat surat)
pengalaman. Sedangkan contoh narasi
dengan
sugestif adalah novel, cerpen, cerbung,
tulisan:
~
roman
(cerita),
mengarang cerita; ~ surat membuat surat; berkirim surat. Tarigan (2000) mengartikan
menulis
Dalam penelitian ini, tulisan yang
suatu
dihasilkan siswa adalah berupa kisah
keterampilan memanfaatkan grafologi,
pengalaman pribadi. Oleh karena itu,
struktur bahasa, dan kosa kata secara
narasi yang dimaksudkan adalah narasi
produktif
ekspositoris
dan
sebagai
ataupun cergam.
ekspresif
dalam
berkomunikasi secara tidak langsung. Adapun Suparno (2008) mendefinisikan
yang
tentunya
bersifat
faktual. Tujuan
menulis
narasi
secara
menulis sebagai kegiatan penyampaian
fundamental ada dua, yaitu (1) hendak
pesan
dengan
memberikan informasi atau wawasan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat
dan memperluas pengetahuan pembaca,
atau medianya.
dan (2) memberikan pengalaman estetis
(komunikasi)
Dari beberapa pendapat di atas,
kepada pembaca sehingga pembaca
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
memperoleh makna atas tulisan yang disusun pengarang.
2) Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah bentuk
Dari kedua tujuan menulis narasi
pembelajaran
yang
menggambarkan
di atas, dalam penelitian ini lebih
kegiatan dari awal sampai akhir yang
menekankan pada tujuan yang yang
disajikan secara khas oleh guru. Dalam
kedua, yaitu memberikan pengalaman
model pembelajaran terdapat strategi
estetis
pencapaian kompetensi peserta didik
kepada
pembaca
pembaca
memperoleh
sehingga
makna
atas
tulisan yang disusun pengarang. Namun, tidak
menutup
kemungkinan
dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tertentu.
untuk
Ciri model pembelajaran yang baik
memberikan wawasan dan pengetahuan
adalah adanya keterlibatan intelektual-
sebagaimana
emosional
tujuan
yang
pertama.
peserta
didik
Pengalaman estetis yang dimaksud pada
kegiatan
penelitian ini adalah pengalaman yang
berbuat,
diangkat dari kehidupan nyata yang
adanya
keikutsertaan
ditulis dengan menggunakan bahasa
secara
aktif
yang menggugah sehingga pembaca
pelaksanaan model pembelajaran; guru
memperoleh hikmah dan makna dari
bertindak
tulisan itu. Dengan demikian jenis
koordinator, mediator, dan motivator
tulisan yang dihasilkan siswa adalah
kegiatan belajar peserta didik; serta
narasi yang bersifat faktual.
penggunaan berbagai metode, alat dan
Dengan
demikian,
kemampuan
menulis karangan narasi dalam tulisan ini diartikan sebagai kemampuan siswa dalam
menciptakan
berdasarkan
suatu
pengalaman
cerita
hidupnya
mengalami,
melalui
dan
menganalisis,
pembentukan peserta
dan
kreatif
sebagai
sikap; didik selama
fasilitator,
media pembelajaran (Joyce dan Weil, 2009). Adapun cooperative mengandung pengertian mencapai
bekerja tujuan
bersama bersama.
dalam Dalam
dengan menggunakan bahasa tulis yang
kegiatan kooperatif terjadi pencapaian
baik dan alur cerita yang menarik.
tujuan
secara
bersama-sama
yang
sifatnya merata dan menguntungkan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
setiap anggota kelompoknya. Pengertian
kelompok, yang terdiri dari empat orang
pembelajaran
adalah
atau lebih, keberhasilan kerja sangat
dalam
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
kooperatif
pemanfaatan proses
kelompok
kecil
pembelajaran
memungkinkan
kerja
yang
sama
dalam
menuntaskan permasalahan. Sehubungan
dengan
anggota kelompok itu sendiri.
3) Kecerdasan Spiritual pengertian
Menurut Danah Zohar dan Ian
tersebut, Slavin (2005) menyatakan
Marshall (2001), Spiritual Quetient (SQ)
bahwa
Cooperative
mempunyai beberapa arti yaitu :
suatu
model
Learning
adalah yang
Suatu keperluan penting yang dimiliki
melibatkan pebelajar aktif belajar dan
oleh para hamba Tuhan untuk dapat
bekerja
berhubungan dengan Tuhannya
pembelajaran
sama
dalam
kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
terdiri
(empat)
kebenaran yang paling dalam yaitu
sampai 6 (enam) orang, dengan struktur
mewujudkan hal yang terbaik, utuh
kelompok
dan paling manusiawi dari dalam
yang
Selanjutnya keberhasilan tergantung
dari
bersifat
4
Kemampuan untuk menghidupkan
heterogen.
dikatakan belajar pada
dari
pula, kelompok
kemampuan
dan
aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok. Dengan pembelajaran suatu
bentuk
demikian, kooperatif
model merupakan
pembelajaran
batin Merupakan gagasan, energi, nilai, visi, dorongan dan arah panggilan hidup bersama cinta SQ adalah pencarian manusia akan makna motivasi
hidup utama
dan dalam
merupakan hidupnya.
yang
Kearifan spiritual adalah sikap hidup
berupaya menciptakan kondisi belajar
arif dan bijak secara spiritual yang
yang menekankan sikap atau perilaku
cenderung mengisi lembaran hidup
bersama dalam bekerja dan belajar atau
kita menjadi lebih bermakna dan
membantu di antara sesama dalam
bijak, bisa menyikapi segala sesuatu
sruktur kerja sama yang teratur dalam
secara lebih jernih dan benar sesuai
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
hati nuraninya, itulah kecerdasan
senantiasa bermuara kepada kehakikian,
spiritual
keabadian,
(Viktor
Frank-Psikolog
dalam Zohar, 2001)
dan
ruh.
Spiritualitas
merupakan inti (core) dari kemanusiaan
SQ akan membimbing manusia dalam
itu
sendiri.
Dorongan
membuat
spiritual
merencanakan sesuatu yang menjadi
senantiasa
tujuan hidupnya, yaitu hidup yang
membawa dimensi material manusia
penuh kedamaian secara spiritual.
kepada
Mendidik hati menjadi benar.
keilahian).
dimensi
kemungkinan
spiritualnya
Caranya
adalah
(ruh, dengan
(2001)
memahami dan menginternalisasi sifat-
spiritual
sifat-Nya dan meneladani rosul-Nya.
sebagai kecerdasan untuk menghadapi
Tujuannya adalah memperoleh ridlo-
dan memecahkan persoalan makna dan
Nya, menjadi “sahabat” Allah, “kekasih”
nilai,
untuk
Allah. Inilah manusia yang suci, yang
menempatkan perilaku dan hidup dalam
keberadaannya membawa kegembiraan
konteks makna yang lebih luas dan kaya,
bagi manusia-manusia lainnya (Tobroni,
kecerdasan
2010). Begitu pun dengan Agustian
Zohar
dan
mendefinisikan
yaitu
Marshal
kecerdasan
kecerdasan
untuk
menilai
bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang
dalam
lebih bermakna dari pada yang lain.
kecerdasan spiritual adalah kemampuan
Zamroni (2011) mendefinisikan
Dakir
(2011),
menurutnya
untuk memberi makna ibadah terhadap
sebagai
setiap perilaku, tindakan, dan kegiatan
manusia
melalui langkah-langkah dan pemikiran
bahwa
yang bersifat fitrah, menuju manusia
bersinggungan
seutuhnya, manusia yang cenderung
dengan sesamanya, makhluk lain, dan
pada kebenaran (hanif) dan memiliki
alam sekitar yang didasari oleh kekuatan
pola pikiran tauhid (integralistik), serta
iman kepada Allah. Senada dengan
berprinsip
pendapat
(Agustian, 2008, Dakir, 2011: 73).
kecerdasan
spiritual
kemampuan berdasarkan
akal
budi
kepekaan
keberadaannya
di
mendefinisikan
selalu
atas,
hati
Tobroni
kecerdasan
(2010) spiritual
sebagai kemampuan manusia untuk
hanya
karena
Allah
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan
bahwa
definisi
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
kecerdasan spiritual adalah kemampuan
yang
potensial
setiap
menjadikan
ia
diterapkan
adalah
kerja
tim
manusia
yang
(teamwork), kepedulian terhadap mutu
senantiasa
dapat
(quality), perancangan ulang proses
menyadari dan menentukan makna,
kerja
nilai, moral, serta cinta kepada Allah
kepedulian
Swt. dan sesama makhluk hidup karena
(environmentalism), penghargaan pada
merasa sebagai bagian dari keseluruhan
keragaman
dari setiap kegiatan dan perilakunya,
pemberdayaan manusia (empowerment)
sehingga
(Hendrawan, 2009).
membuat
manusia
dapat
menempatkan diri dan hidup lebih positif
dengan
kebijaksanaan,
penuh
keikhlasan,
kedamaian,
dan
kebahagiaan yang hakiki.
(work
redesign),
pada
lingkungan
(diversity),
dan
Melalui penerapan prinsip-prinsip ini diharapkan proses pembelajaran mampu membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian) sehingga
4) Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual Dari beberapa pengertian di atas, model
process
pembelajaran
mampu
mengilhami,
mencerahkan,
membersihkan
hati
nurani,
menenangkan
jiwa
dan
pembelajar. Menurut Agustian (2008),
kooperatif
pengasahan kecerdasan spiritual yang
spiritual
baik akan memberikan landasan kuat
(PKBKS) diartikan sebagai sebuah model
bagi terbangun ketangguhan pribadi
pembelajaran
manusia. Inilah yang diharapkan dari
berorientasi
kecerdasan
yang
menciptakan
kondisi
menekankan
sikap
berupaya belajar
atau
yang
perilaku
pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual.
bersama dalam bekerja dan belajar atau membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam kelompok dengan menerapkan prinsipprinsip
spiritual
sebagai
asas
pembelajaran. Prinsip-prinsip spiritual
KERANGKA BERPIKIR Pendidikan
dirancang
untuk
manusia. Oleh karena itu, rancangan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
pendidikan harus selaras dengan hakikat
makna
manusia. Hakikat manusia menurut
memahami
Alquran sebagaimana penjelasan As-
berbagi pengalaman melalui kegiatan
Shaibani
menulis
dan
Quthb
dalam
Tafsir
hidup.
Siswa
berbagai
akan
mampu
peristiwa
karangan
narasi.
dan
Dengan
(2006:18) bahwa manusia itu memiliki
demikian,
tiga potensi yang sangat esensial yaitu
mencapai hidup bermakna yang didasari
jasmani, akal, dan ruhani. Ruhani adalah
dengan kecerdasan spiritual yang baik.
bagian yang inti yang mewarnai kualitas akal
dan
jasmaninya.
Jika
ruhani
siswa diarahkan
Kecerdasan cukup
untuk
intelektual
belum
manusia
dalam
membekali
manusia baik, tidak tercemar, maka akal
kehidupannya.
dan jasmani manusia itu pun akan baik.
manusia, sesuai dengan hakikat manusia
Di sinilah unsur spiritual itu menjadi
itu sendiri, membutuhkan kecerdasan
sangat
emosional dan spiritual. Kecerdasan
penting
karena
menurut
Dalam
kehidupan
Thobroni (2010:5) spiritualitas dalam
intelektual
hanyalah
mampu
diri manusia itu merupakan inti (core)
menganalisis
kemanusiaan itu sendiri yang bermuara
antarperistiwa atau suatu permasalahan.
kepada keabadian dan ruh.
Tetapi,
hubungan
bagaimana
logis
menyelesaikan
Pembelajaran hendaknya mampu
permasalahan itu, diperlukan kreativitas
memanusiakan manusia. Oleh karena
yang tinggi, kemampuan bersosialisasi,
itu, ruhani sebagai inti manusia harus
serta kebijaksanaan. Semua itu tidak
mampu dibina melalui pembelajaran
dapat
termasuk pembelajaran bahasa.
intelektual.
Keterampilan
Hal
oleh itu
kecerdasan
hanya
dapat
sebagai
dilakukan oleh kecerdasan emosional
bagian dari pembelajaran berbahasa
dan spiritual. Oleh karena itu, dalam
merupakan
kehidupan
mengikat Melalui
menulis
dilakukan
aktivitas makna
aktivitas
yang
mampu
(Hernowo,
dan spiritual.
narasi mengenai pengalaman hidup
Melalui
siswa
mampu
menggali
sangat
membutuhkan kecerdasan emosional
karangan
diharapkan
menulis
2009).
manusia
pengalaman
aktivitas pribadi,
siswa
menulis dituntut
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
untuk dapat memahami suatu peristiwa
pembelajaran yang kooperatif seperti
yang telah dialaminya. Siswa berupaya
digambarkan di atas, seseorang akan
untuk menggali dan memperoleh makna
menjadi cerdas, baik cerdas emosional
yang dalam dari pengalaman hidupnya
maupun spiritual. Dengan kecerdasan
sehingga
yang
emosional dan spiritual yang baik,
lalu
seseorang akan menjadi manusia yang
menjadi
berharga.
pelajaran
Siswa
juga
mengekspresikan semua itu ke dalam
mampu
mencapai
hidup
sebuah tulisan. Dalam aktivitas tersebut,
Itulah
manusia
paripurna
siswa
dinantikan oleh bangsa ini.
melakukan
pengasahan
bermakna. yang
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sekaligus. Menulis sebagai salah satu bentuk komunikasi
dapat
memberikan
pengalaman emosional dan spiritual. Emosi yang dimiliki oleh setiap manusia menjadi sesuatu yang sangat penting dalam
menata
pengalaman
hidup
seseorang. Demikian juga halnya dengan kecerdasan
spiritual.
Kecerdasan
spiritual seseorang akan terasah apabila ia berusaha merasakan, menghayati, dan mengevaluasi
makna
dari
interaksi
dengan lingkungan. Melalui kegiatan menulis pengalaman pribadi dan berbagi pengalaman dengan teman sekelompok, siswa dilatih untuk dapat memahami dan
merasakan
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERORIENTASI KECERDASAN SPIRITUAL (MPKBKS)
berbagai
peristiwa
dalam hidup ini. Dengan demikian, melalui kegiatan menulis dalam proses
Pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual meletakkan siswa pada proses penyadaran. Pembelajaran harus mampu mengantarkan siswa ke berbagai tingkat kesadaran. Melalui penanaman nilai-nilai spiritual, motivasi yang senantiasa diberikan, cerita-cerita hikmah, dan kisah tentang pengalamanpengalaman
spiritual,
diharapkan
mampu membuka kesadaran siswa akan makna hidup secara hakiki. Pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual didasari tiga dasar filosofis. Pertama, proses pembelajaran harus memperhatikan proses perpaduan antara tubuh dan jiwa. Hal-hal yang bersifat
fisik
berpengaruh
besar
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
terhadap
proses
psikologis,
seperti
pada tahap awal, pendidik harus mampu
persepsi, kognisi, konsep diri, dan
menggugah
sebagainya.
sama,
menulis.
jiwa
ternama,
pikiran-
Pada
yang
manusia-
saat
yang
mempengaruhi
mempengaruhi
semangat
Pilih
siswa
model-model
sampaikan
dalam penulis
prestasi
dan
proses
kesuksesan mereka, tanamkan pada diri
sekaligus.
siswa bahwa pekerjaan menulis adalah
Kedua, manusia memiliki kemampuan
pekerjaan yang mulia. Banyak orang
yang hampir tidak ada batasnya. Tubuh
yang menjadi hebat dan terhormat
dan jiwa manusia dapat berkembang
karena
jauh
kita
guru terlalu banyak mengkritik tulisan
bayangkan. Pembelajaran berorientasi
siswa. Guru hendaknya lebih banyak
kecerdasan spiritual ini harus berusaha
memberikan motivasi dari pada kritik.
mengoptimalkan seluruh potensi ini.
Bahkan sebaiknya guru memberikan
Ketiga,
dalam
penghargaan pada setiap akhir proses
kehidupan manusia harus dikembalikan
pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan
lagi dalam situasi belajar. Sepanjang
guru
sejarah,
berlangsung
psikologis
dan
lebih
fisiologis
tinggi
dari
dimensi
agama
sistematis
yang
mistikal
memberikan
selama
proses atau
Janganlah
pembelajaran
selama
program
memperoleh
kegiatan menulis diterapkan. Dalam
pengalaman mistikal, maka kita dapat
proses pembelajaran di kelas, guru
merujuk pada ajaran-ajaran agama yang
menerapkan
bersifat
yang
Hendrawan (2009), yaitu kerja tim
yang
(teamwork), kepedulian terhadap mutu
mengantarkan anak didik pada proses
(quality), perancangan ulang proses
kembali
kerja
mensucikan
untuk
jalan
tulisan-tulisannya.
mistikal. adalah
kepada
Agama agama
tuhan
yang
prinsip-prinsip
(work
process
spiritual
redesign),
membimbing mereka dalam kerinduan
kepedulian
mereka untuk kembali kepada tuhan.
(environmentalism), penghargaan pada
(Rahmat, 2007:38-39).
keragaman
Dalam
pembelajaran
menulis
berorientasi kecerdasan spiritual ini,
pada
lingkungan
(diversity),
dan
pemberdayaan manusia (empowerment) dan
prinsip-prinsip
pembelajaran
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
kooperatif oleh Roger dan Johnson (Lie,
2. Sintaksis
2008).
a. Tahap
Pertama:
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa 1. Orientasi Model Model
Tujuan dari tahap ini adalah siswa
PKBKS
ini
merupakan
memiliki motivasi yang kuat untuk
perpaduan dari model kooperatif dan
melaksanakan
prinsip-prinsip
secara
spiritual.
Model
kegiatan
teratur.
Siswa
dapat
kooperatif yang dianut dalam penelitian
menyadari
ini berorientasi pada teori Robert Slavin
penting, mampu mengendalikan diri
(2005), adapun prinsip spiritualnya
terhadap kebiasaan-kebiasaan yang
diambil dari Hendrawan (2009). Model
tidak
ini menurut pengelompokan Bruce Joyce
memutuskan mata rantai tingkah lku
dan Marsha Weil (2009) termasuk ke
yang menghambat menulis.
dalam
kelompok
Model
Pengajaran
bahwa
menulis
menulis
menguntungkan
itu
dan
b. Tahap Kedua: Menyajikan Informasi
Sosial. Tujuan umum dari model ini
Pada tahap ini siswa memperoleh
adalah
komunitas
informasi tentang contoh karangan
pembelajaran, membimbing siswa dalam
narasi yang bermuatan nilai-nilai
melakukan proses menulis, menelusuri
spiritual,
berbagai perspektif dalam pembelajaran
spiritual,
menulis, dan mengkaji bersama agar
tokoh-tokoh ternama. Tujuan dari
menguasai keterampilan menulis yang
tahap ini adalah siswa memahami
secara simultan model ini juga dapat
nilai-nilai spiritual dalam kehidupan
mengembangkan
sehingga
membangun
kompetensi
sosial
pentingnya dan
nilai-nilai
pengalaman
mampu
hidup
memaknai
siswa. Guru mengelola dan menertibkan
pengalaman hidupnya yang kemudian
proses kelompok tersebut, membantu
ia ekspresikan ke dalam sebuah
siswa
karangan
menemukan
makna
dan
mengelola pengalaman hidupnya untuk diekspresikan ke dalam sebuah tulisan.
narasi yang bermuatan
nilai spiritual.
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
c. Tahap
Ketiga:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok
Kelompok
terbaik
mendapatkan
penghargaan.
belajar Pada tahap ini siswa diorganisasikan menjadi beberapa kelompok belajar.
3. Sistem Sosial Model ini menuntut siswa memiliki
Mereka saling mengoreksi, bertukar
kebersamaan,
pendapat, dan mengomentari tulisan
menerima
teman sekelompoknya.
menghargai perbedaan, dan memiliki
d. Tahap
Keempat:
membimbing
kelompok bekerja dan belajar
keterbukaan pendapat
dalam
orang
lain,
semangat untuk bekerja sama. Prinsip-prinsip
spiritual
Pada tahap ini guru diharapkan
Hendrawan (2009) yaitu kerja tim,
mampu membimbing siswanya untuk
kepedulian terhadap mutu, perancangan
dapat melaksanakan tugas kelompok
ulang proses kerja, kepedulian pada
secara
lingkungan,
maksimal.
Siswa
mampu
penghargan
pada
bekerja sama, menghargai perbedaan,
keragaman, dan pemberdayaan manusia
keragaman, dan kebersamaan dalam
diupayakan untuk dapat diterapkan
mengerjakan tugas kelompok. Pada
dalam proses pembelajaran.
tahap ini siswa mampu melakukan
Berkaitan dengan prinsip-prinsip
transisi secara efektif dan efisien
spiritual di atas, model PKBKS pada
bekerja dan belajar serta berdiskusi
dasarnya memberi kesempatan kepada
dan
siswa
bekerja
sama
menunjukkan
untuk
karya
dapat terbaik
kelompoknya.
bersama
siswa
melakukan
terbaik kelompok. Keenam:
penghargaan
membangun
mengoreksi
penilaian dalam menentukan karya
f. Tahap
bekerja
sama
pemahaman
dalam dan
keterampilan menulis dengan saling
e. Tahap Kelima: evaluasi Guru
untuk
dan
memberi
masukan
dalam kegiatan kelompoknya. Selain hal di atas, model ini juga menuntut guru untuk dapat mendidik
memberikan
dengan hatinya. Saat guru memberi motivasi, menjelaskan makna spiritual,
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
dan membimbing siswa hendaknya guru
keilmuan tentu akan jauh lebih baik. Hal
mampu melakukan itu semua dengan
ini tentunya akan lebih memberdayakan
sepenuh hatinya. Segala sesuatu yang
dirinya. Pengajar juga harus mampu
dilakukan dengan sepenuh hati akan
membimbing siswa dalam melakukan
lebih mengena. Hati siswa pun akan
kolaborasi kegiatan menulis agar siswa
lebih
mampu mengoreksi dan menilai tulisan
mudah
tersentuh
sehingga
kesadaran siswa akan mudah terbuka.
teman-teman sekelompoknya.
Model ini lebih menekankan pada
Pada
tahap
awal,
peran aktif siswa dalam bekerja sama,
diharapkan
saling mengoreksi, memberi masukan,
semangat siswa untuk senang membaca
dan
dan menulis. Kendali diri siswa terhadap
penilaian. Peran
guru sebagai
motivator, fasilitator, dan supervisor.
mampu
pengajar menggugah
prilaku-prilaku negatif akan lebih baik. Dengan demikian diharapkan tumbuh
4. Prinsip Reaksi
kesadaran siswa untuk merencanakan
Dalam model PKBKS, kegiatan
dan melaksanakan program-program
belajar berpusat pada siswa. Dengan
menulisnya.
demikian, pendidik harus cepat tanggap
memprioritaskan
dan
ditempuh siswa dan tidak menuntut
tepat
dalam
memberi
reaksi
Pengajar
yang
hendaknya
proses
yang
sempurna.
telah
terhadap tindakan peserta didik dalam
hasil
kegiatan belajarnya. Pendidik harus
berkewajiban menawarkan bimbingan
mampu berperan sebagai motivator
kepada
yang baik. Ia harus mendorong murid
program menulisnya.
siswa
dalam
Pengajar
melaksanakan
bahwa kegiatan menulis akan dapat meningkatkan kualitas diri pembelajar. Seseorang
yang
membiasakan
diri
menulis, tentu akan termotivasi juga
5. Aplikasi
untuk selalu membaca. Ketika budaya
Model
ini
digunakan
untuk
baca tulis sudah melekat dalam diri
menumbuhkan motivasi menulis dari
seseorang,
dalam diri siswa. Mereka yang semula
kualitasnya
di
bidang
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
beranggapan menulis sebagai sesuatu
mereka
yang sulit, membosankan, dan hanya
waktunya
buang-buang
mereka sebelumnya tentang kesulitan
waktu
yang
membuat
mau
menyisihkan
untuk
menulis
Melalui model ini, diharapkan siswa
sebelumnya bahwa mereka tidak dapat
dapat mengubah sikap dan kebiasaan
menulis dengan baik, berangsur-angsur
mereka.
menyukai
dapat berubah. Mereka akhirnya dapat
menulis. Mereka menjadi beranggapan
melakukan kegiatan menulis dengan
bahwa menulis itu penting dan mampu
penuh kesenangan.
menjadi
anggapan
Frustasi
mereka malas menulis, menjadi berubah.
Mereka
dan
menulis.
sebagian
mereka
memberi mereka kepuasan. Akhirnya dengan penuh kesadaran, setiap hari pentingnya memiliki
menulis
dan
membaca,
selfesteem,
dan
membuka
kesadaran individu akan makna yang 6. Dampak
Instruksional
dan
Penyerta
dari
kegiatan
menulis
dan
membaca. Selain itu, melalui model ini
Secara digunakan
dalam
langsung untuk
model
ini
meningkatkan
diharapkan siswa mampu menghargai sesama,
menghargai
perbedaan
kemampuan menulis karangan narasi
pendapat, melakukan kerjasama yang
siswa. Dengan motivasi yang tinggi dari
baik sehingga sifat-sifat individualistis,
dalam diri siswa untuk melakukan
ingin menang sendiri, dan tidak peduli
aktivitas
terhadap
menulis,
aktivitas
menulis
siswa akan lebih tinggi pula, dan ini akan lebih
mempercepat
siswa
memiliki
orang
lain
mampu
diminimalkan. Dalam
tabel
berikut
ini,
kemampuan menulis yang baik. Model
digambarkan dampak instruksional dan
ini juga mempunyai dampak penyerta.
penyerta
Model ini mengajarkan bahwa individu
menulis
yang dapat mengendalikan diri dan
spiritual.
memiliki kesadaran yang baik akan
dari
model
pembelajaran
berorientasi
kecerdasan
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Tabel 2.4 Dampak Instruksional dan Penyerta Model PKBKS Meningkatkan motivasi menulis siswa Meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BERORIENTASI KECERDASAN SPIRITUAL
Meningkatkan kecerdasan spiritual Meningkatkan minat baca Memiliki self esteem Menumbuhkan kesadaran akan makna yang dalam dari menulis Menghargai sesama dan mampu bekerjasama Memiliki kepedulian yang baik terhadap sesama Tumbuhnya rasa pengendalian diri dalam beraktivitas Tumbuhnya rasa harga diri dan percaya diri sendiri
Model
ini
diharapkan
mampu
Seseorang dapat berubah ketika ia
mengubah anggapan siswa terhadap
menyadari akan kekurangannya dan
kegiatan menulis. Menulis yang pada
berkeinginan
awalnya
berperan
dianggap
sebagai
beban
untuk
untuk
berubah.
meyadarkan
Guru siswa,
menjadi kegiatan yang menyenangkan.
sesudah itu siswa akan lebih aktif
Bahkan
bahwa
melakukan kegiatan menulisnya dengan
menulis adalah bagian terpenting dalam
terus dimotivasi guru. Siswa dapat
hidupnya. Motivasi siswa untuk menulis
memaksakan pengaruh atas prilakunya
diharapkan muncul dari dalam dirinya.
sendiri dengan menerapkan pada diri
Pengendalian diri siswa semakin baik
sendiri hukuman, reinforcement, atau
dan tumbuh rasa percaya diri dalam
prosedur lain.
menulis.
siswa
beranggapan
Siswa
dapat
mengadakan
self-
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
reinforcement dengan membuat janji
dibuat dalam program kegiatan. Model
untuk diri sendiri, misalnya „saya harus
ini termasuk bentuk pengajaran yang
terus menulis agar karyaku bisa masuk
berpusat
koran, aku akan terkenal“. Pernyataan
membantunya untuk membuat pilihan
ini akan mendorong siswa lebih giat
dan
berlatih menulis.
dengan
Janji pada diri sendiri merupakan
pada
urutan
siswa.
kegiatan
Guru
yang
memperkenalkan
hanya
dimulai berbagai
kemungkinan pilihan dengan tujuan
pendorong utama pengendalian diri.
yang
akan
dicapai.
Pengendalian diri, tampaknya perlu
menyadari terlebih dahulu pentingnya
disertai menghukum dan mengganjar
menulis
diri serta berjanji mentaati program
dicapainya
yang dibuatnya. Menghukum diri berarti
kegiatan yang disusun sejalan dengan
pula mencoba mengekang diri untuk
tujuan tersebut.
dan
Siswa
tujuan
agar
yang
harus
akan
langkah-langkah
mentaati segala ketentuan yang telah Secara umum kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi sudah baik. Siswa
sudah mampu membuat
judul karangan dengan menarik. Judul HASIL PENELITIAN
karangan sesuai dengan tema yang
Pada bagian ini diuraikan hasil
dipilih dan isi karangan yang ditulisnya.
penelitian yang meliputi kemampuan
Bahkan dari judul-judul yang ditulis
siswa dalam menulis karangan narasi,
siswa
kemampuan siswa dalam menerapkan
spiritual. Sebagian besar siswa sudah
nilai spiritual, motivasi menulis siswa,
mampu membawa pembaca ke arah
dan tanggapan guru dan siswa terhadap
keterlibatan pribadi dan emosi dalam
model PKBKS.
watak-watak dan perbuatan sehingga
sudah
tercermin
nilai-nilai
membuat pembaca terbawa emosinya. 1. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi
Teknik penceritaan siswa pada umumnya sudah teratur. Siswa sudah
[November 2012]
mampu
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
menuturkan
dan
baik. Organisasi karangan yang disusun
mengungkapkan pengalamannya secara
pada umumnya sudah komunikatif dan
kronologis. Isi hatinya sudah mampu ia
terorganisasi dengan baik.
ungkapkan
dengan
baik.
Teknik
Subhanallah…tiba-tiba ada seorang
penceritaan juga sebagian besar sudah
Bapak yang mendekap dan membawa
mulai ada variasi, tidak datar-datar saja.
lari aku dari tengah jalan. Allah telah
Sebagian besar siswa sudah mampu
mengirimkan
menuturkan dengan cara yang menarik
menyelamatkan aku dari kejadian yang
dalam menyajikan peristiwa-peristiwa
membuatku bisa kehilangan nyawa. Aku
yang terjadi pada kisahnya. Beberapa
mengucapkan
siswa sudah mampu menyampaikan
alamin, segala puji hanya milik-Mu ya
cerita dengan cara yang agak kompleks.
Allah, dzat yang menguasai alam ini.
Berdasarkan tinjauan terhadap isi karangan
yang
ditulis
Bapak
yang
Alhamdulillahirobbil
Kemudian aku langsung melakukan sujud
pada
syukur sebagai tanda bersyukur kepada
umumnya penguasaan siswa terhadap
Allah Swt. dan tak lupa aku ucapkan
masalah yang ditulisnya sudah baik.
terima kasih kepada seorang Bapak yang
Siswa terlihat sudah mampu memotret
telah menyelamatkanku. Karena tidak
pengalamannya dan memaparkannya
tega dengan keadaanku, Bapak tersebut
secara lengkap. Gagasan sudah terlihat
mempersilakan
jelas dengan deskripsi yang cukup baik.
motornya dan mengantarkan aku sampai
Penalaran
ke rumahku. (KN.T.Ak.KE.22).
siswa,
siswa,
seorang
sebagian
besar
mengalami peningkatan.
aku
untuk
naik
ke
Dalam hal kemampuan mekanik
Dalam hal kemampuan menata
menulis,
kemampuan
siswa
cukup
organisasi karangan, pada umumnya
memadai. Sebagian besar siswa sudah
karangan siswa sudah mulai tertata
menguasai aturan penulisan yang benar.
dengan
yang
Sedikit sekali terlihat kesalahan dalam
disajikan cukup jelas dan memiliki
penggunaan ejaan, tanda baca, penulisan
keterkaitan
huruf dan penggunaan huruf kapital.
baik.
Pokok
yang
pikiran
baik.
Struktur
karangan siswa sudah tersusun dengan
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Penulisan paragraf juga sebagian besar
sudah memahami nilai spiritual, kosa
sudah kohesif dan koheren.
kata yang mengandung nilai spiritual tampak
2. Kemampuan
Siswa
dalam
Menerapkan Nilai Spiritual
terlihat.
Ungkapan-
ungkapan sebagai bentuk dari rasa syukur,
Pemahaman siswa terhadap nilai-
jelas
takjub,
ungkapan
ataupun
lain
yang
ungkapan-
menunjukkan
nilai spiritual mengalami perubahan
implementasi dari nilai-nilai tersebut
yang luar biasa. Nilai-nilai spiritual
dalam kehidupan mereka terungkap
benar-benar
dalam karangan sebagian besar siswa.
siswa
mampu
dalam
menginspirasi mengembangkan
Nilai-nilai
spiritual
seperti
karangannya. Sebagian besar siswa juga
kebersamaan,
sudah
secara
tanggung jawab, rasa berterima kasih,
mendalam pengalaman hidup yang telah
kesabaran, ketulusan, kasih sayang, dan
dilaluinya.
kesungguhan sudah mampu dipahami
mampu
memaknai
Mereka
sudah
mampu
menuturkan pengalaman yang telah dialaminya dengan pemaknaan yang
saling
rasa
menghormati,
dan dimaknai secara mendalam. Berdasarkan
analisis
terhadap
siswa,
nilai-nilai
baik dan pengembangan tulisan yang
seluruh
cukup menarik, sarat dengan nilai
spiritual yang berhasil digali siswa
spiritual.
mampu
berdasarkan pengalaman hidup yang
nilai-nilai
telah dilaluinya terdapat 450 kalimat.
Siswa
sudah
mengimplementasikan spiritual
yang
dalam
Kalimat-kalimat tersebut, terbagi ke
mampu
dalam 27 nilai spiritual. Nilai-nilai
memetik hikmah dan pelajaran yang
spiritual yang telah diungkapkan siswa
berharga dari pengalaman yang telah
tersebut
adalah:
dilaluinya. Dari judul yang mereka tulis
menjadi
lebih
sebagaimana sudah dipaparkan di atas,
kesadaran
sudah
kewajiban
kehidupan.
dipahaminya
karangan
Siswa
sudah
mencerminkan
pemahaman
spiritual yang sangat baik. Karena
pada
umumnya
kesadaran baik
untuk (30
(19
untuk
kalimat),
melaksanakan
kalimat),
kesadaran
menggunakan waktu dengan baik (5 siswa
kalimat),
kesadaran
untuk
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
memperhatikan kehidupan yang abadi
menulis.
(14
(21
kesulitan dan hambatan yang mungkin
kebutuhan
dialaminya. Siswa juga sudah menyadari
ruhani (12 kalimat), bersikap ikhlas (8
bahwa untuk menjadi penulis yang
kalimat),
menyampaikan
(3
profesional membutuhkan latihan yang
kalimat),
peduli
(52
terus-menerus. Siswa juga siap untuk
kalimat),
kalimat),
bersikap
sabar
memperhatikan
dan
ilmu
berbagi
Mereka
kalimat), kesadaran untuk menuntut
mengikuti
ilmu
(18
siap
menghadapi
kegiatan-kegiatan
kalimat),
bersyukur
(33
untuk
menyadari
kesalahan
(54
menulis mereka. Motivasi siswa yang
kalimat), mendekatkan diri dengan Yang
sudah demikian tinggi setelah mengikuti
Maha Kuasa (40 kalimat), kelembutan
pembelajaran dengan model PKBKS ini
hati (15 kalimat), tanggung jawab (4
tentu perlu mendapat perhatian yang
kalimat), takut siksa Allah (3 kalimat),
berkelanjutan demi mempertahankan
pantang
kalimat),
motivasi yang sudah baik ini. Sangat
menghormati orang tua (30 kalimat),
disayangkan apabila semangat menulis
menyadari kekuasaan dan kebesaran
yang sudah baik ini menjadi melemah
Allah (19 kalimat), memetik hikmah dari
atau
ujian kehidupan (11 kalimat), berpikir
mendapatkan pembinaan yang baik.
kalimat),
menyerah
(11
meningkatkan
ilmiah
bahkan
hilang
kemampuan
karena
serangkaian
tidak
positif (3 kalimat), pengendalian diri (16
Dari
kalimat), visioner (6 kalimat), kesadaran
penelitian
religius (3 kalimat), cinta karena Allah (8
diperoleh beberapa temuan yang sangat
kalimat), kebenaran hakiki (5 kalimat),
berarti bagi pengembangan keilmuan
dan kebersamaan (7 kalimat).
bidang pendidikan bahasa Indonesia.
yang
telah
kegiatan dilakukan,
Adapun hasil atau temuan-temuan itu 3. Motivasi Menulis Siswa Motivasi siswa untuk melakukan
dapat dirumuskan ke dalam beberapa kata-kata kunci yang menjadi ciri khas
aktivitas menulis sudah sangat tinggi.
dari model PKBKS ini.
Siswa sudah memiliki kesiapan yang
1. Motivasi
sangat baik untuk melakukan aktivitas
[November 2012]
Motivasi
menjadi
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
bagian
yang
menjadi kegiatan istimewa dan bernilai
sangat penting dalam penerapan model
istimewa
PKBKS. Motivasi yang diberikan bukan
pelakunya sebagai orang yang istimewa.
motivasi biasa, namun motivasi yang
Dengan didasari oleh nilai-nilai spiritual,
bernilai spiritual. Pada proses inilah
siswa akan menyadari bahwa menulis
siswa
adalah kegiatan yang bernilai tinggi.
dikenalkan
spiritual
yang
dengan
mampu
nilai-nilai menggugah
serta
Dengan
akan
menulis
menjadikan
derajatnya
kedudukannya
akan
kesadaran spiritual siswa. Sesuatu hal
meningkat,
menjadi
yang biasa saja akan bernilai tinggi
mulia, dan kehidupannya menjadi sangat
apabila diberi sentuhan spiritual.
bermakna.
Peristiwa minum segelas air putih
Dengan menulis, seseorang mampu
adalah hal yang sepele, tetapi akan
mengikat makna yang dipahaminya, dan
bernilai tinggi bagi seseorang yang
ia memberikan
memiliki kecerdasan spiritual yang baik.
pembaca.
Seseorang yang memiliki kecerdasan
memperoleh makna sehingga pembaca
spiritual yang baik, ketika akan minum
mampu
segelas air putih akan memanjatkan puji
bermakna. Betapa indah kehidupan ini
syukur ke hadirat Allah atas limpahan
apabila yang dikejar oleh manusia dalam
nikmat-Nya dapat menikmati air itu dan
hidupnya adalah makna hidup, bukan
berharap dengan segelas air tersebut
kekuasaan, kemewahan, dan kesenangan
tenaganya pulih dan badannya sehat
sesaat.
sehingga dapat melaksanakan tugas-
2. Modelling
tugas hidup dengan baik sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi ini. Pada
proses
Pembaca
mengambil
pun
tindakan
akan
yang
Model karangan merupakan hal yang sangat penting dalam penerapan
diperlukan
model PKBKS. Dengan adanya model
kelihaian guru dalam menggugah kalbu
karangan, pemahaman siswa tentang
siswa. Kegiatan menulis bukan kegiatan
karangan yang bernilai spiritual menjadi
biasa, apalagi ketika didasari dengan
semakin baik. Siswa akan memperoleh
nilai-nilai
kejelasan
spiritual.
inilah
makna itu kepada
Menulis
akan
dalam
mengembangkan
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
karangan yang dimaksud. Siswa juga
menggali pengalaman hidupnya itu dan
menjadi jelas dalam mengembangkan
mengembangkannya ke dalam sebuah
nilai-nilai spiritual melalui karangannya.
karangan yang bermakna. Oleh karena
Model karangan juga akan sangat membantu
siswa
pengalaman
dalam
itu,
hendaknya
penulis
teks
yang
menggali
dijadikan sebagai contoh itu adalah
sebagai
penulis yang baru menginjak dewasa
kehidupannya
pelajaran yang sangat berharga. Model
sehingga
yang diberikan kepada siswa harus
ingatannya kisah-kisah masa remaja
mampu memberikan gambaran yang
yang telah dilaluinya.
jelas tentang hikmah kehidupan dari
4. Saling mengoreksi dan memberi
pengalaman nyata yang telah terjadi
umpan balik
pada diri penulisnya.
masih
hangat
dalam
Koreksi dan masukan dari sesama
3. Teks yang dijadikan contoh dapat
teman kelompok memberikan semangat
dipahami siswa
tersendiri kepada siswa. Siswa terlihat
Teks yang dijadikan sebagai contoh
tertawa bahagia, kadang-kadang muncul
atau model karangan bagi siswa adalah
senda gurau yang membuat suasana
teks yang dapat dipahami oleh siswa
riang saat menemui hal-hal yang lucu
dengan baik. Teks yang dijadikan contoh
atau kesalahan dari tulisan temannya.
hendaknya sesuai dengan kemampuan
Siswa yang diolok pun tidak marah
berpikir
pengalaman
bahkan ia pun turut tertawa menyadari
kehidupan remaja. Dengan teks yang
kekeliruan yang telah diperbuatnya.
mudah dipahami ini, akan memudahkan
Suasana kelas pun menjadi hangat dan
siswa dalam mengembangkan nilai-nilai
menyenangkan.
siswa
dan
spiritual yang telah dihayatinya ke
Masukan dari teman-temannya
dalam karangannya. Karena peristiwa
memberi
kehidupan yang menjadi contoh adalah
dapat menampilkan karangan terbaik
peristiwa kehidupan yang mirip dan
yang dapat ia kembangkan.
berdekatan
5. Demokrasi
dengan
dirinya
akan
membuat siswa mudah pula dalam
motivasi
tersendiri
untuk
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Adanya penilaian bersama dan musyawarah terbaik
untuk
memilih
kelompok,
karya
memberikan
pengaruh yang baik pada diri siswa.
unsur paksaan atau pengaruh dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. 6. Apresiasi
Keputusan untuk menentukan karya
Apresiasi terhadap karangan siswa
terbaik adalah berdasarkan kesepakatan
menjadi bagian yang sangat penting
kelompok.
dalam
Setelah
membaca
mereka
karya
saling
penerapan
model
PKBKS.
teman-teman
Pemberian apresiasi terhadap karya
sekelompoknya mereka pun berdiskusi
siswa memberikan motivasi tersendiri.
dan berunding untuk menentukan karya
Siswa
yang
acuan
diberdayakan dengan adanya apresiasi
penilaian menulis karangan narasi dan
ini. Ketika karangan siswa dibaca oleh
diskusi kelompok akhirnya kelompok
teman-temannya,
menyepakati sebuah karya terbaik dari
diberi masukan-masukan, bagi siswa hal
setiap kelompok.
ini adalah sebuah penghargaan. Apalagi
terbaik.
Berdasarkan
Pemilihan karya terbaik kelas pun ditentukan
berdasarkan
kesepakatan kelas
merasakan
dirinya
dikomentari,
lebih
dan
ketika diberi hadiah dan penghargaan
hasil
sebagai karangan terbaik. Pada proses
bersama semua warga
inilah siswa merasakan bahwa dia
setelah
setiap
karya
terbaik
benar-benar
diberdayakan.
Ada
kelompok itu dipresentasikan. Setelah
kebanggaan dan semangat tersendiri
karya
dalam diri siswa. Inilah yang menjadi
terbaik
kelompok
itu
dipresentasikan diadakan diskusi untuk
alas an
menentukan karya terbaik kelas. Semua
penerapan model PKBKS.
pendapat
7. Tema yang ditulis adalah hal-hal
dan
argumentasi
peserta
ditampung oleh moderator. Dari hasil diskusi itulah akhirnya ditetapkan karya
pentingnya apresiasi
pada
biasa Tema-tema
yang
ditulis
siswa
terbaik kelas. Proses seperti ini tentu
melalui penerapan model PKBKS ini
saja melatih siswa untuk menerapkan
bukanlah tema-tema yang sulit. Siswa
demokrasi yang baik dan bersih, tanpa
diberi kebebasan untuk menuliskan
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
pengalaman hidupnya tentang tema-
kali. Dalam model PKBKS ini, siswa
tema kehidupan sehari-hari yang telah
melakukan koreksi dan revisi melalui
dialaminya.
kolaborasi. Kritik dan masukan dari
sederhana
Peristiwa-peristiwa dan
biasa
yang
mampu
teman-teman
adalah
temuan
yang
dikembangkan siswa menjadi cerita
sangat berharga demi mencapai hasil
yang menarik dan bermakna. Peristiwa
yang maksimal.
saat siswa jatuh dari sepeda motor
9. Pendekatan induktif
misalnya, dapat dikembangkan siswa menjadi
karangan
yang
menggugah
Penerapan melatih
pendekatan
kemampuan
induktif
siswa
dalam
kesadaran pembaca. Di situlah siswa
menarik suatu kesimpulan berdasarkan
memunculkan nilai-nilai spiritual yang
fakta-fakta yang ada. Dalam penerapan
dihayatinya,
menyadari
model PKBKS, siswa melakukan diskusi
kesalahan karena tidak patuh pada
dalam kelompok-kelompok kecil lalu
nasihat orang tua, lupa menunaikan
diambil kesepakatan. Setelah itu, mereka
kewajiban shalat, dan lain-lain. Melalui
pun merembukkannya dalam kelompok
model PKBKS siswa diarahkan untuk
besar
mampu
tersebut,
misalnya
mengambil
pelajaran
yang
berharga dari pengalaman hidupnya. 8.
Revisi berulang
Adanya
revisi
memberikan
pelajaran
Dari
diambil
diskusi
pula
kelas
kesepakatan
bersama. Proses belajar semacam ini merupakan proses pembelajaran yang
berulang
menerapkan
pendekatan
induktif.
sangat
Melalui proses ini, siswa dilatih untuk
Siswa
berpikir kritis dalam menelaah sebuah
menyadari bahwa seorang penulis yang
tulisan atau menyaring pendapat dan
sudah profesional sekalipun tidak akan
masukan teman-temannya.
sekali menulis langsung jadi. Perbaikan
10. Pendekatan proses
berharga
kepada
yang
(kelas).
siswa.
atau revisi sangat diperlukan bagi
Penerapan
pendekatan
kesadaran
seorang penulis, apalagi penulis pemula.
membuka
Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang
proses adalah hal yang sangat penting
baik perlu adanya perbaikan beberapa
untuk
mencapai
siswa
proses
sesuatu.
bahwa
Untuk
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
mencapai sesuatu diperlukan langkah
kesungguhan,
demi langkah. Tindakan yang terarah
penjiwaan guru dalam menerapkan
dan berkelanjutan merupakan sebuah
model;
proses yang harus ditempuh. Untuk
model
menjadi
profesional
spiritual; dan motivasi guru yang
mulailah dengan menulis sekarang juga.
mengena dan menggugah hati siswa.
Saat
Untuk
penulis
pertama
yang
kali
menulis
tentu
ketulusan,
dan
contoh karangan sebagai karangan
itu,
yang
motivasi
bernilai
yang
harus
mengalami banyak kesulitan. Di sinilah
diberikan guru pada kegiatan awal
siswa diarahkan bahwa makin sering
pembelajaran
menulis akan makin mudah dalam
khusus sebagai pedoman bagi guru
mengekspresikan ide, makin lancar pula
dalam penerapan model PKBKS ini.
dalam
menghadirkan
ide-ide
baru.
2 Model
dirumuskan
pembelajaran
secara
kooperatif
Kesulitan demi kesulitan akan mampu
berorientasi
kecerdasan
tertangani dengan baik. Oleh karena itu,
sangat efektif dalam membangkitkan
menulis, menulis, dan teruslah menulis.
motivasi
Itulah proses yang harus ditempuh oleh
model
seorang penulis untuk menghasilkan
berorientasi
sebuah karya terbaik.
siswa dapat bekerja sama dengan
menulis
spiritual
siswa.
pembelajaran kecerdasan
Melalui
kooperatif spiritual,
baik, saling mengoreksi, memberi KESIMPULAN DAN SARAN
masukan, menghargai karya teman,
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
memaknai dan menilai karya teman,
disimpulkan beberapa hal berikut.
berbagi pengalaman, dan memberi
1. Penerapan
pembelajaran
masukan-masukan yang membangun
kooperatif berorientasi kecerdasan
demi terciptanya sebuah karya yang
spiritual dalam pembelajaran menulis
sarat
di kelas X SMA dapat berhasil dengan
pembelajaran
baik apabila ditunjang oleh beberapa
siswa terlihat antusias, menantang,
faktor.
Keberhasilan
dan menyenangkan dalam melakukan
model
ini
model
penerapan
ditentukan
oleh:
aktivitas
dengan
makna. demikian
menulis.
Proses membuat
Selain
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
meningkatkan
motivasi
menulis
lebih baik (19 kalimat), kesadaran
siswa, model PKBKS ini memiliki
untuk melaksanakan kewajiban (30
efektivitas
yang
kalimat),
membina
karakter
memiliki
kepedulian
tinggi
dalam
siswa yang
kesadaran
menggunakan
yang
waktu dengan baik (5 kalimat),
baik
kesadaran
untuk
memperhatikan
dengan sesama, bukan generasi yang
kehidupan yang abadi (14 kalimat),
egois
bersikap
dan
hanya
mementingkan
sabar
(21
kalimat),
kepentingan diri sendiri. Keadaan
memperhatikan
demikian tentu saja sangat berguna
(12 kalimat), bersikap ikhlas (8
bagi perkembangan generasi bangsa
kalimat),
yang
dan
kalimat), peduli dan berbagi (52
lebih
kalimat), kesadaran untuk menuntut
mengutamakan kepentingan orang
ilmu (18 kalimat), bersyukur (33
banyak daripada kepentingan dirinya
kalimat), menyadari kesalahan (54
sendiri, serta siap menjadi generasi
kalimat), mendekatkan diri dengan
penerus yang jujur, amanah, dan
Yang Maha Kuasa
terpercaya.
kelembutan
mampu
bertindak
berperilaku
yang
3 Kemampuan menulis siswa kelas X SMA
setelah
diterapkan
kebutuhan
menyampaikan
hati
ruhani
ilmu
(3
(40 kalimat), (15
kalimat),
tanggung jawab (4 kalimat), takut
model
siksa Allah (3 kalimat), pantang
pembelajaran kooperatif berorientasi
menyerah (11 kalimat), menghormati
kecerdasan
spiritual
mengalami
orang tua (30 kalimat), menyadari
peningkatan
yang
Kalimat-
kekuasaan dan kebesaran Allah (19
kalimat yang diungkapkan oleh siswa
kalimat), memetik hikmah dari ujian
menunjukkan kesadaran atas nilai-
kehidupan (11 kalimat), berpikir
nilai spiritual yang sebaiknya selalu
positif (3 kalimat), pengendalian diri
diperhatikan dalam setiap langkah
(16 kalimat), visioner (6 kalimat),
manusia. Nilai-nilai spiritual yang
kesadaran religius (3 kalimat), cinta
telah diungkapkan siswa tersebut
karena Allah (8 kalimat), kebenaran
adalah: kesadaran untuk menjadi
hakiki (5 kalimat), dan kebersamaan
baik.
[November 2012]
(7 kalimat).
Begitu
kemampuan
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
pun dengan
model PKBKS, ada beberapa saran yang
siswa
dalam
dapat peneliti sampaikan.
karangan
narasi.
1. Guru hendaknya mampu mendidik
Siswa mampu mengembangkan tema
dengan hati, penuh penjiwaan, tulus,
karangan ke dalam alur penceritaan
dan
yang baik, penuh penjiwaan dengan
mengembangkan
runtutan peristiwa yang bermakna
didiknya. Guru yang melaksanakan
dengan penampilan karakter tokoh
tugasnya dengan sepenuh hati akan
yang jelas.
lebih
mengembangkan
4 Model
pembelajaran
berorientasi
kooperatif
kecerdasan
spiritual
sangat efektif dalam membangkitkan motivasi model
menulis
siswa.
pembelajaran
berorientasi
kecerdasan
Melalui
kooperatif
sungguh-sungguh
mengena
sehingga
potensi
pada
dalam anak
hati
siswa
motivasi-motivasi
yang
diberikannya akan menggugah hati siswa. 2. Guru
hendaknya
mampu
mengembangkan
proses
spiritual,
pembelajaran
dengan
siswa dapat bekerja sama dengan
berkelompok
dan
baik, saling mengoreksi, memberi
mengarahkan
masukan, menghargai karya teman,
tersebut untuk melakukan kerjasama
memaknai dan menilai karya teman,
yang baik.
berbagi pengalaman, dan memberi
cara mampu
kelompok-kelompok
3. Agar siswa memiliki kemampuan
masukan-masukan yang membangun
menulis
demi terciptanya sebuah karya yang
pembelajaran menulis yang dilalui
sarat
Proses
siswa hendaknya bermakna, terarah,
membuat
dan berkelanjutan. Kegiatan menulis
siswa terlihat antusias, menantang,
menjadi bermakna bagi siswa jika
dan menyenangkan dalam melakukan
proses yang ditempuh siswa dalam
aktivitas menulis.
aktivitas
dengan
pembelajaran
Sehubungan
makna. demikian
dengan
beberapa
temuan penelitian dalam penerapan
dengan
yang
baik,
menulisnya kebutuhan
proses
itu
sesuai siswa.
Sesungguhnya pencarian makna bagi
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
[November 2012]
setiap
manusia
adalah
sebuah
fisiknya, nurani dan hatinya tidak
kebutuhan hidup. Jika apa yang
mendapatkan
dilakukan siswa mampu mengisi sisi-
maka
sisi terdalam kebutuhan jiwanya,
manusia-manusia yang tidak memiliki
siswa akan memperoleh kepuasan
hati
dan kebahagiaan tersendiri dalam
memikirkan kepentingan pribadinya
melakukan aktivitas menulisnya.
bahkan berani merampas hak orang
4. Pengalaman adalah guru yang terbaik.
hanya
nurani.
perhatian
maksimal,
akan
melahirkan
Ia
hanya
akan
lain. Manusia-manusia yang tidak
Melalui kegiatan menulis pengalaman
bermoral
pribadinya, siswa diharapkan mampu
perusak di muka bumi ini. Sebaliknya,
memetik pelajaran yang berharga dari
manusia yang berkarakter baik dan
peristiwa
dialaminya.
kuatlah yang akan mampu menjadi
Pemaknaan yang dalam terhadap
khalifah di muka bumi ini. Untuk itu,
sebuah
akan
pembinaan hati dan aspek kekuatan
terpatri dan memberi pengaruh yang
spiritual, hendaknya menjadi dasar
besar
bagi pelaksanaan pendidikan.
yang
telah
pengalaman
terhadap
seseorang.
hidup
perubahan
Oleh
karena
hendaknya
kegiatan
pengalaman
pribadi
diterapkan
dalam
diri
hanya
akan
menjadi
itu,
6. Potensi yang dimiliki peserta didik
menulis
harus dapat diberdayakan secara
dapat
maksimal. Untuk itu, guru hendaknya
ini
pembelajaran
menulis di kelas.
mampu
mengenali
didiknya.
potensi
Perhatikan
anak proses
5. Siswa adalah manusia. Pendidikan
pembelajaran yang dilakukan siswa.
hendaknya mampu memanusiakan
Berilah siswa motivasi pada setiap
manusia. Untuk menjadi manusia
kegiatan
seutuhnya, berbagai aspek yang ada
penghargaan atas setiap usaha yang
dalam
telah ditempuh siswa.
diri
manusia
hendaknya
mendapat pembinaan yang seimbang. Ketika
pendidikan
memperhatikan
aspek
hanya akal
dan
7. Dalam
pembelajaran.
penerapan
model
Beri
PKBKS,
hendaknya guru mampu memahami dan
menerapkan
prinsip-prinsip
[November 2012]
spiritual proses
dengan
langkah-langkah
pembelajaran
ditentukan.
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Sebelum
yang
telah
model
ini
diterapkan pelajarilah dengan hati yang bersih dan niat yang mulia sehingga
ruhnya
mampu
Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat.
dijiwai
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar. 2003. Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta: Arga Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1995 Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Akhadiyah, Sabarti, dkk. 1997. Pengembangan Kemampuan Bernalar, Kreativitas, dan Budaya Tulis melalui Jalur Pendidikan dalam Peningkatan SDM dalam Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000. Jakarta: Depdikbud. Akhmadi, dkk. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia, Pengantar Wacana dan Jenis Tipe-tipenya. Malang: Departemen Bahasa Indonesia, FKSS IKIP Malang
Alwasilah, A. Chaedar. 2008. Pokoknya BHMN, Ayat-ayat Pendidikan Tinggi. Bandung: UPI Press. Ambarjaya, Beni S. 2008. Model-model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas Publishing Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Anwar. 2004. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta Avery, Jon dan Hasan Askari. 1995. Menuju Humanisme Spiritual. Surabaya: Risalah Gusti. Bain, C.E.& Beaty J. & Hunter J.P.1993. The Norton Introduction to Literature. New York: W.W. Norton & Company Inc. Bastian, Aulia Reza. 2002. Reformasi Pendidikan. Yogyakarta: Lappera Pustaka Utama Basukiyatno. 2003. Pembinaan Kecerdasan Spiritual dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya). Disertasi. Bandung: SPS UPI Bandung. Beach, R. 1984. A Teacher’s Introduction a Reader-Response Theories. Urbana: National Council of Teachers of English
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Bowdon, Tom Butler. 2005. 50 Spiritual Classics, Meraih Kebijaksanaan dalam Pencerahan dan Tujuan Batin melalui 50 buku Legendaris Dunia. Jakarta: PT BIP Brown, Douglas. 2001. Teaching by Principles, an Interactive Approach to Language Pedagogy. New York: Longman. Carole, Cox. 1998. Teaching Language Art. Boston, London: Allyn and Bacon. Chaer, Abdul dan Leonie Agustin. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta Chatib, Munif. 2011. Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa. Dardowidjojo. 2008. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Dakir dan Sardini. 2011. Pendidikan Islam dan ESQ, Komparasi Integratif Upaya Menuju Stadium Insan Kamil. Semarang: Rasail Media Group Departemen Pendidikan Nasional, Pendidikan Dasar dan Menengah. 2000. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa. Bandung: P3GT. Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Duff.
1993. Another Book at Interlanguage Talk, Taking Task to Task. Mass: Newbury House Efendi, Anwar. 2008. Bahasa dan Sastra dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana Elbow, Peter. 1973. Writing without Teacher. London: Oxford University Press Ferris, Dana R. 1997. The Influence of Teacher Commentary on Student Revision. TESOL Quarterly, 31: 31539 Forrester, E.M. 1972. Aspect the Novel. London Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif- Interaktif. Bandung: Refika Aditama Gie,
The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi
Hamalian, Leo dan Karel Frederiok. 1967. The Shape of Fiction. Nem York: Naograw-Hill Book Company Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Harmer, Jeremy. 2007. How to Teach Writing. Malaysia: Stenton Associates Hendrawan, Sanerya. 2009. Spiritual Manajemen. Bandung: Mizan Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat Untuk
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Learning Center. Hernowo. 2009. Mengikat Makna Up Date, Membaca dan Menulis yang Memberdayakan. Bandung: Mizan Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa Bandung: remaja Rosdakarya Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching & Learning, Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center. Johnson. 2002. Constructive Evaluation of Literate Activity. New York: Longman Joyce, Bruce & Marsha Weil. 2000. Models of Teaching. Amerika: A. Pearson Education Company Kasupardi, Endang. 2003. Kemampuan Siswa Menulis Karangan Narasi. Bandung: Tesis SPS UPI
of Islamic Thought (ITT) Mukri, Ridwan. 2007. ESQ Kisah untuk Remaja. Jakarta: Arga Publishing Norton, D.E. and Norton S. 1994. Language Art Activities for Children. New York: Mcmillan College Publishing Company. Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology, A Texbook For Teachers, New York: Prentice Hall International. Nurgiyantoro, Burhan.1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Palinscar, A.S., and Brown, A.L., and Martin, S.M. 1987. Peer Interaction in Reading Comprehension Instruction. Educational Psychology,22, 231-253 Rakhmat, Jalaluddin.2007. SQ for Kids. Bandung: Mizan Raimes.1987. Teaching Writing, Annual Review of Applied Linguistics. New York: Longman Reid, Joy.M. 1994. Teaching ESL Writing. Englewood Cliffs Nj: Prentice Hall Regents
Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi, Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Richard dan David Nunan. 1990. The language Teaching Matrix. Combridge: University Press
Mubarok, Achmad. 2003. Sunnatullah dalam Jiwa Manusia, Sebuah Pendekatan Psikologi Islam. Jakarta: The International Institute
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada
[November 2012]
JURNAL SCIENTIAE EDUCATIA VOLUME 1 EDISI 2
Salinger, Terry. 2001. Literate Environment. School Improvement in Maryland. (online).http://www.mdk12.org/p ractices/good_instruction/projectb etter/elangarts/ela-62-63.html) Scharbach, A. 1995. Critical Reading and Writing. New York: Mac Grow-Hill Books Company. Shih,
May. 1986. Content-Based Approaches to Teaching Academic Writing. TESOL Quarterly 20: 61748
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Soelaeman, M.I. 1988. Suatu Telaah tentang ManusiaReligiPendidikan. Jakarta: Depdikbud. Suparno dan Muhammad Yunus.2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka Tafsir, Ahmad. 2006. Filsafat Pendidikan Islami. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Tarigan, Henry Guntur. 1982 Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Thoha, Zainal Arifin. 2009. Aku Menulis maka Aku Ada. Yogyakarta: Kutub Wacana
Tompkins. 1990. The Language Art. New York: Longman Tompkins, Gail E. 1993. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York: Macmillan College Publishing Company Umiarso dan Zamroni. 2011. ESQ dan Model Kepemimpinan Pendidikan, Konstruksi Sekolah Berorientasi Spiritual. Semarang: Rasail Media Group. Uno, Hamzah B. dan Masri Kuadrat. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran, Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara. Wattimena, David dan Priatno H. Martokoesoemo.2011. Spiritual Happiness. Bandung: Mizania Wellek, Rene and Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Yusuf, Syamsu. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Rosdakarya. Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2000. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung: Mizan