78
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DAN KOOPERATIF (MODEL PEMBELAJARAN KOKO) BAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA Oleh : Imam Gojali IKIP Widya Darma Surabaya
Abstrak: Pembelajaran saat ini mengarahkan pada pengembangan model pembelajaran KOKO pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk para siswa sekolah menengah atas. Produk yang dihasilkan adalah wujud KOKO dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, alat belajar dan instrumen. Pengembangan model pembelajaran KOKO telah disebut sebagai pemecahan masalah model pembelajaran yang diusulkan oleh Tjeerd Plomp terdiri dari lima tahap: 1.) pemeriksaan pendahuluan, 2.) tujuan, 3.) perwujudan, 4.) pengujian, evaluasi, dan revisi, dan 5.) implementasi. Hasilnya terdiri atas tiga tahap belajar yaitu aktivitas: pre-learning, whilst-learning, dan post-learning. Whilst-Learning terdiri dari empat langkah yaitu: perwujudan, operasional, refleksi, kontrak belajar. Ini menunjukkan bahwa model pelajaran KOKO telah digolongkan pada kategori baik dan mempunyai kebenaran, praktis dan efisien. Selain itu penerapan Model pembelajaran KOKO menjadi model pembelajaran yang berkualitas. Hasil pengesahan dari validators ke arah alat belajar, Validitas, Praktek dan tidak efektif. Kata Kunci: Model Pembelajaran KOKO
PENDAHULUAN Pelajaran bahasa Indonesia, siswa diharapkan memiliki kompetensi dalam mendengarkan, menulis, membaca, dan berbicara. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut, siswa harus memiliki pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sehingga siswa dapat mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengetahuannya
sendiri. Dalam mengonstruksi
pengetahuannya, siswa mudah berkomunikasi, berargumentasi, menjelaskan, dan menuliskan beberapa pengalamannya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Alternatif tindakan yang dilakukan oleh guru menggunakan pebelajaran konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan peluang terjadi proses aktif siswa mengonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, pemanfaatan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa berkolaborasi. Dalam penelitian ini telah mengembangkan model pembelajaran KOKO. Menurut Gojali (2010) pembelajaran KOKO berdasarkan teori konstruktivisme, teori Vygotsky, dan teori Piaget.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
78
79
Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas dengan perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai. Setiap model mengarahkan guru untuk mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Teori Pendukung dalam Pembelajaran KOKO Teori Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang memberikan peluang terjadi proses aktif siswa mengonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, pemanfaatan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang siswa berkolaborasi menurut Mustadji (dalam Gojali 2010). Martin (1994) menyatakan bahwa konstruktivisme lebih menekankan pada keaktifan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan menghubungkan antara hasil belajar sebelumnya dengan apa yang sedang dipelajari. Dengan demikian teori konstruktivisme menghendaki agar siswa belajar secara aktif untuk menyusun pengetahuan, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya, dan dapat menggunakannya untuk mendapatkan pemahaman baru. Teori Vygotsky Model pembelajaran KOKO dilandasi oleh teori Vygotsky secara kuat sebab model pembelajaran KOKO ini siswa dapat berinteraksi satu sama lain, saling menghargai, berbagai pengetahuan untuk saling melengkapi, saling membantu (Gojali, 2010). Bantuan yang diperoleh siswa dalam model ini dapat berasal dari teman dalam satu kelompok atau teman dalam kelompok lainnya, maupun bantuannya datang dari guru. Teori Piaget Piaget (Slavin, 1997) memandang bahwa setiap anak memiliki rasa ingin tahu untuk berintaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosialnya. Piaget meyakini bahwa pengalaman secara fisik dan manipulasi lingkungan akan mengembangkan kemampuannya. Ia juga mempercayai bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam mengemukakan ide dan berdiskusi akan membantunya memperjelas hasil pemikirannya dan menjadikan hasil pemikirannya lebih logis (Slavin, 1997).
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
80
Konstruktivisme Menurut Ahli Konstruktivisme menurut Piaget Matthews mengemukakan bahwa konstruktivisme Piaget termasuk konstruktivisme psikologis personal (Suparno,1997). Piaget lebih menekankan pada keaktifan individu dalam membentuk pengetahuan lebih dibentuk sendiri oleh anak yang sedang belajar. Piaget menyoroti bagaimana anak membentuk skema, mengembangkan skema, dan mengubah skema. Piaget menekankan bagaimana anak mengonstruksi pengetahuan dari berinteraksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Piaget juga mengemukakan tentang pengaruh lingkungan sosial dan perkembangan pemikiran anak, tetapi tidak secara jelas memberikan model bagaimana hal tersebut terjadi (Suparno,1997). Konstruktivisme Menurut Vygotsky Vygosky menekankan pada hakikatnya sosiokultural belajar (Slavin, 1997). Siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interkasi ini mengacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Menurut Vygotsky perkembangan intelektual anak dimajukan melalui interaksi mereka dengan individu-individu yang lebih maju dan lebih mampu (Ormorod, 1995). Model Pembelajaran KOKO pada Bahasa Indonesia yang Dikembangkan dalam Penelitian ini Dalam penelitian ini mengacu pada enam karakteristik model KOKO pembelajaran bahasa Indonesia sebagai berikut. Karakteristik Pertama Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa sehingga pengetahuan akan dikonstruksi siswa secara bermakna. Hal ini dapat menyediakan pengalaman belajar yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki siswa (Novak, 1985) Karakteristik Kedua Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan, sehingga siswa terlibat secara emosinal dan sosial (Brooks dan Brooks,1999). Karakteristik Ketiga Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar (Brooks dan Brooks,1999).
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
81
Karakteristik Keempat Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkungannya (Brooks dan Brooks,1999). Karakteristik Kelima Mendorong penggunaan berbagai representasi/media (Brooks dan Brooks,1999). Karakteristik Keenam Mendorong peningkatan kesadaran siswa dalam proses pembentukan pengetahuan melalui refleksi diri (Brooks dan Brooks,1999). METODE PENELITIAN Tahap-Tahap Pengembangan Model Pembelajaran KOKO Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan tipe pertama (prototypical studies), yaitu merancang, mengembangkan, dan mengevaluasi model pembelajaran KOKO pada bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah Menengah Atas. I M P L E M E N T A T I O N
Premlimery Investigation Desaign Realization/Construction Test, evaluation, Revision Implementation
Gambar 1. Model Pemecahan Masalah Pendidikan (Plomp, 1997). Keterangan : Artinya: proses kegiatan Artinya: arah kegiatan timbal balik anatara tahap pengembangan dengan implementasi pendidikan/pembelajaran yang sedang berjalan. Artinya: arah kegiatan balik ke tahapan pengembanagan sebelumnya Artinya: arah kegiatan tahapan pengembangan
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
82
Pengembangan model pembelajaran KOKO dilakukan bersamaan dengan pengembangan perangkat pembelajaran dan instrumenya. oleh karena itu, jika sewaktu validasi, model perlu direvisi maka segera dilihat kembali perangkat dan instrumennya tersebut apakah terpengaru dengan adanya revisi. Komponen-komponen Model Pembelajaran KOKO Dalam penelitian ini ada lima komponen model pembelajaran, yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, serta dampak instruksional dan dampak pengiring (Joice & Weil, 1992). Sintaks Dalam penelitian ini yang dimaksud sintaks adalah langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Sistem Sosial Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model KOKO ini pada kegiatan inti fase kesadaran dan fase operasional siswa difasilitasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia secara individu dulu, kemudian setelah itu siswa difasilitasi bekerja secara kooperatif pada fase reflektif dan fase penyusunan persetujuan. Prinsip Reaksi Perilaku guru sesuai dengan indikator-indikator/enam karakteristik pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran KOKO. Sistem Pendukung Sistem pendukung merupakan sarana, prasarana, bahan atau materi pembelajaran, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran KOKO. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan (Joice dan Weil, 1992). Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi (pengamatan), tes dan pemberian angket.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
83
Alur Kegiatan Pengembangan Draf Awal Model koko, Perangkat Pembelajaran, Instrumen Validasi
Fase 3
revisi Prototipe i
Ujicoba i
Fase 4
Kualitas baik ?
Prototipe Akir
Fase 5 Implementasi Terbatas
Gambar 2. Alur Kegiatan Pengembangan Model KOKO Keterangan: i=1,2,… Hasil
Menunjukkan urutan
Kegiatan
Menujukkan Siklus, jika diperlukan
Kualitas model pembelajaran KOKO Bahasa Indonesia ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen (1999) yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan yang dikembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut. Validitas Model Pembelajaran Menurut Nieveen aspek validitas dipenuhi jika memenuhi dua hal, yaitu: 1.) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoretik yang memadai; 2.) apakah terdapat kosistensi sacara internal. Kepraktisan Model Pembelajaran Nieveen menyatakan bahwa aspek kepraktisan dipenuhi jika memenuhi dua hal yaitu: 1.) Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model yang dikembangkan dapat diterapkan; 2.) Kenyataan menujukkan bahwa model yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
84
Keefektifan Model Pembelajaran Menurut Nieveen aspek keefektifan dipenuhi jika memenuhi dua hal yaitu: 1.) Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan tersebut efektif; 2.) Secara operasional bahwa apa yang dikembangkan tersebut memberikan hasil hasil sesuai harapan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kualitas Model pembelajaran KOKO Model KOKO ditetapkan dengan mengacu pada kriteria kualitas produk dari Nieveen, yang meliputi tiga aspek, yakni validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Ujicoba I Validitas Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil sebagai berikut: 1.) Menurut validator ahli dan pengamat bahwa model KOKO bahasa Indonesia berdasarkan pada teori belajar yang menurut teori konstruktivisme, teori Vygotsky, dan teori Piaget; 2) Menurut validator ahli dan pengamat bahwa komponen-komponen model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia berdasarkan teori konstruktivisme, teori Vygotsky, dan teori Piaget; 3.) Menurut validator bahwa model pembelajaran KOKO terdapat konsisten secara internal. Kepraktisan Model Pembelajaran Menurut Ahli dan praktisi menyatakan bahwa model KOKO bahasa Indonesia yang dikembangkan dapat diterapkan di kelas, karena validator menilai di atas 3. Keefektifan Model Pembelajaran Keefektifan Model Pembelajaran didapatkan hasil sebagai berikut: 1.) Ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan bahwa apa yang dikembangkan tersebut efektif; 2.) Secara operasional bahwa apa yang dikembangkan tersebut memberikan hasil hasil sesuai harapan oleh guru dan siswa. Dari hasil kajian tentang kualitas model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia di muka menunjukkan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia yang dikembangkan pada uji coba I ini memenuhi kriteria validitas, kepraktisan dan keefektifan. Dengan demikian hasil
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
85
uji coba I menunjukkan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia memiliki kualitas produk baik. Ujicoba II Keefektifan model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia untuk siswa SMA pada ujicoba II ini menujukkan bahwa 1.) terjadi peningkatan skor tes setelah kegiatan pebelajaran; 2.) lebih dari 75% siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia, dan guru memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa kriteria kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan untuk ujicoba II model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia dipenuhi, karena rata-rata hasil penilaian validator ahli adalah 3,50 di atas 3. Dengan demikian dari hasil ujicoba II dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia adalah berkualitas. Kesimpulan uraian di muka menujukkan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia yang dikembangkan pada ujicoba III ini memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan keefektifan. Dengan demikian hasil ujicoba II menujukkan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia memiliki kualitas produk yang baik. Fase Implementasi Terbatas Implementasi terbatas dikaji keefektifan model KOKO bahasa Indonesia antara lain: (a) kemampuan terbatas mengelola pembelajaran; (b) rata-rata aktivitas on-task siswa minimal 90 %; (c) rata-rata aktivitas aktif siswa minimal 42,5 %; (d) hasil tes, siswa pada setiap selesai kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia; (d) hasil pekerjaan siswa pada lembar kerja bahasa Indonesia (LKBIS) yang dikerjakan secara individu dengan baik karena respon siswa 100% mengatakan setuju; (f) 100%, siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia; (g) guru memberikan respon positif terhadap model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia. Dengan demikian, dari uraian mengenai keefektifan model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia pada implementasi terbatas ini menunjukkan bahwa semua kriteria keefektifan yang telah dikemukakan di muka, dipenuhi. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran KOKO bahasa Indonesia pada implementasi terbatas ini merupakan model pembelajaran yang efektif.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
86
Hasil pengembangan Sintaks Model Pembelajaran KOKO bahasa Indonesia untuk Siswa SMA Kegiatan pembelajaran Pada hasil kegiatan pembelajaran didapatkan hasil pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil Kegiatan Pembelajaran Aktivitas Guru
Aktivitas Belajar Siswa
Kegiatan Pendahuluan (5 menit) a. Guru membuka pembelajaran dengan a. Siswa menjawab salam mengucap salam b. Guru memeriksa persiapan belajar b. Siswa menyiapkan diri dalam belajar siswa, ruang belajar, dan media yang
serta membantu guru menyiapkan alat
akan digunakan dalam proses belajar
peraga dalam pembelajaran
mengajar. c. Guru
melakukan
ice c. Siswa mengikuti kegiatan ice breaking
breaking(permainan untuk melatih daya
kosentrasi
siswa
sekaligus
membawa mereka pada kondisi ‘siap’ untuk
mengikuti
kegiatan
pemelajaran). d. Guru menyediakan LKBIS dan MAS d. Wakil siswa mengambil dan membagi dan
sarana
pendukung
yang
LKBIS dan MAS pada kelas. Siswa
diperlukan. Guru menjelaskan atau
memperhatikan
penjelasan/informasi
menginformasikan tentang indikator
guru tentang indikator pembelajaran
pembelajaran dan tentang apa yang
dan tentang apa yang akan dipelajari
akan dipelajari siswa melalui LKBIS
melalui MAS
dan MAS e. Guru
memberikan
bertanya kepada siswa.
kesempatan e. Siswa menanyakan hal yang kurang jelas kepada guru, jika perlu.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
87
Kegiatan Inti, fase Kesadaran dan Operasional (30 menit) Siswa Belajar Bahasa Indonesia secara Individu Fase Kesadaran a. Guru
mengajak
siswa
untuk a. Siswa mengemukakan tentang apa
memahami materi bahasa Indonesia
yang telah diketahui yang berhubungan
dimulai dari apa yang berhubungan
dengan topik bahasa Indonesia yang
dengan topik bahasa Indonesia yang
akan dipelajari. Bisa melalui lisan
akan dipelajari. Kegiatan ini dapat
kalau kegiatan ini dengan tanya jawab
berlangsung
atau tulisan kalau kegiatan ini melalui
dengan
Tanya
jawab
secara lisan atau secara tertulis kalau
MAS dan LKBIS.
kegiatan ini melalui MAS dan LKBIS. b. Guru memberikan wawasan kepada b. Siswa
memberikan
pendapat
siswa tentang pentingnya kompetensi
komentar
dasar ini dalam kehidupan sehari-hari.
pribadi/prilaku
orang
bahasa
santun,
menarik
terhadap
yang
atau
pengalaman lain
dengan
runtut,
berdasarkan
dan
pengetahuan
yang dimiliki. c. Guru mengorentasikan siswa untuk c. Siswa siap dan memulai belajar bahasa belajar bahasa Indonesia melalui MAS
Indonesia melalui MAS dan LKBIS
dan lembar kegiatan bahasa Indonesia untuk siswa (LKBIS) yang tersedia Kegiatan Inti, Fase Kesadaran: Operasional a. Guru memberikan kesempatan siswa a. Siswa untuk
berpikir
secara
belajar
bahasa
Indonesia
individual,
melalui LKBIS dan MAS. Siswa
dalam hal ini siswa menuliskan
menulis respon secara individu pada
pekerjaannya pada LKBIS masing-
LKBIS dan MAS.
masing-pasing sesuai dengan apa yang diketahuinya. b.Guru mengelilingi kelas, melayani b. Siswa menanyakan hal yang kurang siswa jika ada pertanyaan, guru tidak segera
menjawabnya,
mengembalikan
kepada
jelas kepada guru, jika perlu.
tetapi siswa
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
88
misalnya
dengan
tersebut
untuk
meminta
siswa
mengemukakan
kembali pertanyaan dan mengarahkan siswa agar memahami sendiri lebih dulu tentang apa yang ditanyakan. c. Guru melakukan pancingan tentang c. Siswa mengonstruk pengetahuan yang materi
yang
pengetahuan
akan awal
dipelajari dimiliki siswa misalnya dapat menulis
siswa.
Guru pengalaman
pribadinya
menilai tulisan siswa tentang cerita dialami pengalaman
pribadi
menyenangkan,
(yang
siswa
yang
(cerita
pernah yang
lucu, menyenangkan, mengharukan serta cerita
mengharukan) yang lucu) dengan pilihan kata yang
dengan pilihan kata yang tepat.
tepat.
Kegiatan Inti, Fase: Reflektif dan Penyusunan Persetujuan (35 menit) Siswa Belajar Bahasa Indonesia Secara Kelompok Kooperatif Kegiatan Inti, Fase: Reflektif a. Guru
dipersilahkan
membentuk
a. Siswa membentuk kelompok sesuai
kelompok dengan permainan dag –dig
aturan yang diberikan oleh guru, agar
– dug – der – dor – sar – sir – sur - ser
tidak gaduh.
- sor- sep sehingga l kelompok belajar (4 – 4 – 4- 4 – 4 – 4 – 4 – 4 - 4). b. Guru
memersilakan
siswa
mendiskusikan permasalahan yang
b. Siswa
berdiskusi
dengan
teman
kelompoknya.
belum dikuasai oleh siswa. c. Guru
memersilakan
bercerita
di
depan
menceritakan
cerita
siswa
untuk
kelas
untuk
pengalaman
c. Siswa bercerita tentang pengalaman pribadinya (yang
yang lucu,
pernah
dialami
menyenangkan,
pribadi (yang lucu, menyenangkan,
mengharukan) dengan pilihan kata,
mengharukan) dengan pilihan kata
ekspresi, ekspresi, jeda, bahasa dalam
dan ekspresi yang tepat.
cerita mudah dimengerti, dan intonasi yang tepat dan siswa yang lain mendengarkan bercerita
cerita.
didepan
Pandangan
kelas
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
tertujuh
89
kesemua arah. d. Guru memersilakan salah satu atau
d. Siswa
menanggapi
pengalaman
beberapa kelompok siswa maju ke
pribadi yang presentasikan. Siswa
depan menjelaskan kepada siswa di
mengajukan
depan
klarifikasi,
kelas.
Siswa
menanggapi.
pertanyaan,
meminta
menjawab
pertanyaan
menjelaskan.
Dalam
Disini dapat terjadi adu argumentasi.
atau
Siswa yang berbeda pendapat dengan
menanggapi
siswa yang menjelaskan di depan,
bahasa
dapat maju untuk menjelaskan kepada
menyinggung perasaan orang lain
yang
siswa sopan
menggunakan agar
tidak
siswa. Jika tidak ada pertanyaan, atau siswa
tidak
merasa
mengalami
kesulitan, guru dapat mengajukan pertanyaan
kepada
siswa
untuk
menggali data apakah para siswanya sudah
memahami.
Dalam
setiap
mengajukan pertanyaan, guru selalu memberi waktu kepada siswa untuk berpikir. Sifat pertanyaan tidak hanya meminta jawaban ya atau tidak. Dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dan mengklasifikasi. Guru juga menanyakan kepada siswa apa yang sudah yang belum dikuasainya. e. Guru
mempersilakan
siswa e.
menyimpulkan tentang apa yang telah
Siswa menyimpulkan tentang apa yang telah dipelajari.
dipelajarinya. f. Guru menerima LKBIS yang telah f. dikerjakan siswa
Siswa mengumpulkan LKBIS yang telah
dikerjakan
dalam
kegiatan
pebelajaran tersebut. Kegiatan Penutup (20 menit) a. Guru menyediakan lembar tes dan a. Wakil siswa mengambil lembar tes dan lembar penilaian diri sendiri. Guru
lembar penilaian diri sendiri serta
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
90
mempersilahkan siswa mengerjakan
membagikan kepada temannya. Siswa
tes dan menuliskan penilaian sendiri
mengerjakan
secara mandiri (individual).
penilaian diri sendiri secara mandiri
tes
dan
menuliskan
(individual). b. Guru menerima lembar tes dan b. siswa mengumpulkan lembar tes dan lembar penilaian diri sendiri.
lembar penilaian diri sendiri.
c. Guru menutup pembelajaran dengan c. Siswa menjawab salam. mengucapkan salam.
KESIMPULAN Simpulan penelitian ini adalah 1.)
menghasilkan model pembelajaran KOKO bahasa
Indonesia yang berkualitas untuk siswa SMA; 2.) menghasilkan perangkat pembelajaran KOKO bahasa Indonesia yang berkualitas untuk siswa SMA. Perangkat yang dikembangkan berupa RPP, MAS, LKS. Hasil penilaian validator terhadap perangkat memenuhi kategori berkualitas untuk siswa SMA. DAFTAR PUSTAKA Brooks, G.J. & Brooks, M.1999. The Case For Coonstructivist Classroams. Virginia: Association for Supvition and Curriculum Development Alexandria. Gojali, Imam. 2010. “Pengembangan Model Pembelajaran KOKO bahasa Indonesia untuk siswa SMA. Tesis Magister tidak diterbitkan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Joyce, Bruce., & M. Weil 1992. Model of Teaching. Massachussentts: Allyn and Bacon Publishing Company. Martin, Ralp E,Jr.,et.al.1994. Teaching Science For All Children. Baston: Allyn and Bacon. Nieveen, Nienke. 1999. “Prototyping to Reach Product Qualitiy”. In Jan Van den Akker, RM Branch, K. Gustafson, N. Nieveen, & Tj Plomp (Eds). Design Approaches and Tools in Education and Training, 125-135. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer Academic Publishers. Novak, J.D.&Gowin, D.B.1985. Learning How to Learn. New York: Cambridge University Press. Ormrod, Jeanne Ellis. 1995. Human Learning. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall. Plomp, Tjeerd. 1997. Educational and Training System Design. Enschede, The Netherlands: University of Twente. JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013
91
Slavin, Robert E. 1997. Educational Psychology-Theory and Practice. Fifth edition. Boston: Allyn and Bacon. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
JURNAL WIDYALOKA IKIP WIDYADARMA SURABAYA | Vol. 1 |No. 1|Juli 2013