PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA KAWASAN MANGROVE BERBASIS KONSERVASI DI KOTA PEKALONGAN, JAWA TENGAH
RINDAH AMALIYAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Kegiatan Wisata Kawasan Mangrove Berbasis Konservasi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2017
Rindah Amaliyah NIM C24120061
ABSTRAK RINDAH AMALIYAH. Pengembangan Kegiatan Wisata Kawasan Mangrove Berbasis Konservasi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan TARYONO. Taman Mangrove Pekalongan dibangun dengan tujuan untuk memperbaiki atau merehabilitasi kawasan pesisir yang terus mengalami abrasi. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan wisata di Taman Mangrove Pekalongan yang sesuai dengan ekowisata. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis potensi ekosistem mangrove, menganalisis penilaian sumberdaya dan permintaan wisata untuk menentukan pengembangan kawasan di Taman Mangrove Pekalongan. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April hingga Juni 2016. Analisis yang digunakan yaitu kesesuaian wisata, daya dukung kawasan, travel cost method, dan willingness to Pay. Total daya dukung kawasan adalah 48 orang/hari. Tingkat kunjungan Taman Mangrove Pekalongan dipengaruhi secara negatif oleh biaya perjalanan. Faktor yang mempengaruhi pengunjung dalam melakukan wisata ke Taman Mangrove Pekalongan adalah jarak. Pengembangan yang dilakukan di Taman Mangrove Pekalongan adalah penetapan harga tiket masuk, meningkatkan fasilitas dan melibatkan masyarakat lokal dalam mendukung kegiatan wisata dan perluasan area mangrove. Kata kunci: ekowisata, mangrove, pengembangan, Taman Mangrove Pekalongan ABSTRACT RINDAH AMALIYAH. Mangrove tourism activiteis development based on conservation in Pekalongan City, Central Java. Supervised by FREDINAN YULIANDA and TARYONO. Pekalongan mangrove park had been built in order to repair or rehabilitate coastal areas that continuously getting abrasion. Therefore, the mangrove park needs to be developed based on ecotourism to decrease the abrasion. The purpose of this study is to analyze the potential of mangrove ecosystems, resource assessments and tourism demand to determine the development of Pekalongan Mangrove Park. This research was conducted from April to June 2016. Analysis of data used in this study are travel suitability, carrying capacity, travel cost method, and willingness to pay. Total carrying capacity for tourism activities at Pekalongan Mangrove Park is 48 people / day. Maximum visitors in Pekalongan Mangrove Park has been influenced by distance. The development at Pekalongan Mangrove Park is improving the facilities, and involving the local society in order to support tourism activities and mangrove area development. Keywords: development, ecotourism, mangrove, Pekalongan Mangrove Park
PENGEMBANGAN KEGIATAN WISATA KAWASAN MANGROVE BERBASIS KONSERVASI DI KOTA PEKALONGAN, JAWA TENGAH
RINDAH AMALIYAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Manajemen Sumberdaya Periaran
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Kegiatan Wisata Kawasan Mangrove Berbasis Konservasi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Depertemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Institut Pertanian Bogor yang telah bersedia memberikan kesempatan untuk menempuh studi di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 2. Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan atas izin dan data pendukung yang telah diberikan. 3. Dr Agustinus M Samosir selaku dosen Pembimbing Akademik 4. Dr Ir Fredinan Yulianda, MSc dan Dr Taryono, SPi MSi yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis. 5. Ir Agustinus M Samosir, MPhil selaku dosen penguji luar komisi pendidikan dan Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen perwakilan dari program studi atas saran dan masukannya kepada penulis. 6. Seluruh Dosen dan Staf Tata Usaha Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan 7. Keluarga, Bapak (Tarsiono), Ibu (Aminah), dan adik (Malinda Nur Aifiyah), dan seluruh keluarga yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan selama ini. 8. Tira, Rohniadita, Aan, Amal, Anggita, Nurman, Teguh, Suci, dan Nana yang telah membantu penulis selama proses penulisan. 9. Teman teman MSP 49 atas doa, motivasi, dan bantuan yang diberikan. 10. Semua pihak yang membantu dalam penelitian dan proses penyusunan skripsi. Demikian skripsi ini dibuat dengan harapan agar dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2017
Rindah Amaliyah
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN METODE Waktu dan Lokasi Pengumpulan Data Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii ix ix ix 1 2 2 3 3 6 6 15 18 18 18 19 21
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pengumpulan data penelitian Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove Potensi pengunjung (k) dan panjang area kegiatan (Lt) Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove Kerapatan mangrove di Taman Mangrove Pekalongan Kondisi pasang surut, salinitas dan substrat yang terdapat di TMP Karakteristik responden Taman Mangrove Pekalongan Fasilitas dan sarana yang diharapkan pengunjung Hasil analisis regresi linier berganda Kesediaan membayar untuk berwisata Komponen pengelolaan Taman Mangrove Pekalongan
3 4 5 5 9 9 11 12 14 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Lokasi penelitian mangrove di kawasan Taman Mangrove Pekalongan Ekosistem mangrove (a) yang telah membentuk hutan, (b) yang baru ditanam Fasilitas yang terdapat di Taman Mangrove Pekalongan : (a), gazebo (b) track mangrove Komposisi jenis yang terdapat di Taman Mangrove Pekalongan Kesesuaian wisata Taman Mangrove Pekalongan Penilaian pengunjung terhadap objek wisata Hubungan biaya perjalaan dengan rata – rata kunjungan Kurva permintaan wisata Taman Mangrove Pekalongan
3 7 8 8 10 12 13 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Kuisoner pengunjung Indeks kesesuaian wisata Taman Mangrove Pekalongan Daya dukung kawasan Taman mangrove Pekalongan Fasilitas di Taman Mangrove Pekalongan
21 25 27 27
PENDAHULUAN Latar Belakang Ekosistem mangrove merupakan suatu komunitas dari tumbuhan atau hutan yang mampu beradaptasi dengan salinitas dan pasang surut (Romadhon 2008). Komposisi dan struktur vegetasi mangrove berbeda beda baik secara spasial maupun temporal. Perbedaan kondisi ekosistem mangrove dipengaruhi oleh bentuk fisiografi pantai. Perubahan fisik di dalam ekosistem mangrove seperti alih fungsi lahan dapat menyebabkan perubahan habitat mangrove. Ekosistem mangrove mempunyai fungsi ekologis antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan, pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota. Selain itu fungsi ekonomi dari mangrove yaitu : penghasil keperluan rumah tangga dan penghasil keperluan industri (Setyawan dan Winarno 2006). Banyaknya fungsi ekonomi mangrove membuat pemanfaatan mangrove sangat tinggi yang menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove di daerah pesisir. Penyebab kerusakan ekosistem mangrove di Indonesia adalah konversi untuk area tambak, reklamasi dan sedimentasi (Setyawan 2005). Program yang dilakukan pemerintah melalui Kementian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2010 untuk merestorasi dan merehabilitasi mangrove adalah penanaman satu miliar pohon mangrove di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki peningkatan luasan mangrove melalui program tersebut adalah Jawa Tengah. Menurut data statistik dari KLHK (2014), peningkatan luasan melalui program rehabilitasi mangrove di Jawa Tengah mencapai 600 ha pada tahun 2013. Kota Pekalongan menjadi salah satu yang turut andil mengikuti program rehabilitasi mangrove guna memperbaiki daerah pesisir yang terancam rusak. Upaya yang dilakukan pemerintah Kota Pekalongan pada tahun 2011 untuk merehabilitasi mangrove adalah membangun Taman Mangrove Pekalongan (TMP). Pembangunan TMP merupakan strategi pelestarian lingkungan guna meminimalisir dan memperbaiki kerusakan mangrove. Pemerintah Kota Pekalongan mempersiapkan 5,7 ha lahan yang sudah dibebaskan untuk pembangunan TMP. Pengembangan TMP berfungsi untuk memperbaiki funsi kawasan pesisir Pekalongan yang terus mengalami abrasi. Potensi yang ada pada kawasan TMP dapat dijadikan sebagai alternatif wisata berbasis ekosistem atau lebih sering dinamakan ekowisata. Ekowisata dapat mengoptimalkan potensi ekosistem mangrove di TMP yang memperhatikan keberlanjutan ekologi dan menciptakan kawasan wisata pesisir bernilai ekonomi. Permintaan akan wisata yang tinggi belum didukung dengan sarana dan prasarana penunjang di TMP. Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai potensi mangrove untuk kegiatan ekowisata dengan pendekatan daya dukung kawasan dan analisis permintaan wisata. Kajian ini nantinya dapat digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan wisata mangrove di Kota Pekalongan.
2 Perumusan Masalah Minimnya pengetahuan masyarakat akan mangrove membuat ekosistem mangrove semakin menurun akibat pemanfaatan berlebih. Permasalahan yang terjadi pada TMP adalah belum adanya kesadaran pengunjung akan pentingnya ekosistem mangrove. Tingginya permintaan pengunjung tidak sebanding dengan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan. Banyaknya pengunjung yang berwisata, dikhawatirkan dapat menggangu upaya rehabilitasi mangrove yang sedang dilakukan. Pemanfaatan dan pengelolaan di TMP belum di arahkan pada pengembangan ekowisata untuk menjaga fungsi kawasan dan kelestarian area mangrove. Ekowisata merupakan salah satu alternatif pengembangan kawasan wisata pesisir yang berbasis konservasi dengan memanfaatkan potensi sumberdaya dan melibatkan masyarakat lokal (Muhaerin 2008). Potensi sumberdaya mangrove harus dikaji berdasarkan kesesuaian kawasan serta daya dukung ekosistem. Penilaian ekonomi perlu dilakukan menggunakan pendekatan konsep kesediaan membayar terhadap lokasi wisata sebagai acuan dalam menentukan harga tiket masuk. Analisis biaya perjalanan dan fungsi permintaan wisata dapat dikaji dengan biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam melakukan wisata. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disusun suatu strategi untuk pengembangan ekowisata mangrove secara lestari. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis potensi ekosistem mangrove dan menganalisis permintaan wisata untuk menentukan pengembangan kawasan di Taman Mangrove Pekalongan
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2016. Penelitian ini dilakukan di Taman Mangrove Pekalongan, Desa Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Letak geografis Taman Mangrove Pekalongan berada pada koordinat 06°51,495” lintang selatan dan 106°40,512” Bujur Timur. Pengambilan data ekologi mangrove dilakukan pada beberapa stasiun pengamatan. Stasiun yang ditetapkan sebagai area pengamatan terdiri atas enam titik. Penetapan stasiun tersebut berdasarkan keterwakilan ekosistem mangrove di lokasi pengamatan (Gambar 1).
3
Gambar 1 Lokasi penelitian mangrove di kawasan Taman Mangrove Pekalongan Pengumpulan Data Data primer yang dikumpulkan meliputi ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, salinitas, tipe substrat, biota asoisasi, dan sosial ekonomi pengunjung. Sementara itu, data sekunder yang diambil berupa data pasang surut dan data pendukung dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan Kota Pekalongan (Tabel 1). Tabel 1 Pengumpulan data penelitian Parameter Ketebalan mangrove Kerapatan mangrove Jenis mangrove Salinitas Substrat Biota Pasang Surut Karakteristik pengunjung Persepsi pengunjung TCM WTP
Alat GPS Transek kuadrat Transek kuadrat Refraktometer Visual Visual Kuisioner
Pengumpulan data Data Primer Data Primer Data Primer Data Primer Data Primer Data Primer Data Sekunder Data Primer
Kuisioner Kuisioner Kuisioner
Data Primer Data Primer Data Primer
Analisis Data Kerapatan mangrove Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan mangrove. erapatan mangrove
4 Keterangan: : Jumlah total Individu seluruh spesies A : Luas area pengambilan contoh (transek) Indeks kesesuaian wisata Indeks kesesuaian wisata (IKW) merupakan indeks penentuan kesesuaian suatu tempat untuk dijadikan kawasan wisata. Indeks kesesuaian wisata didapatkan dari nilai parameter (bobot x skor) dibagi dengan nilai maksimum dari kategori wisata dikalikan 100%. Indeks Kesesuaian wisata didapatkan dari rumus berikut ini (Yulianda 2007) :
aks
100
Keterangan: IKW : Indeks Kesesuaian Wisata Ni : Nilai Paramater ke-i (Bobot x Skor) Nmaks : Nilai Maksimum kategori wisata Kesesuaian wisata pantai kategori wisata mangrove mempertimbangkan lima parameter dengan empat klasifikasi penilaian (Tabel 2). Parameter kesesuaian wisata kategori wisata mangrove antara lain: ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut, dan obyek biota. Kategori kesesuaian dapat dikelompokkan menjadi Sangat Sesuai (S1), Sesuai (S2) dan Tidak Sesuai (TS). Tabel 2 Indeks Kesesuaian Wisata Mangrove No 1
Parameter Ketebalan mangrove (m)
Bobot 5
2
Kerapatan mangrove (100 m2)
3
3
Jenis mangrove
3
4
Pasang surut (m)
1
5
Objek biota
1
Sumber : Yulianda 2007
Kategori > 500 200 -500 50 – 200 < 50 > 15 -20 10 – 15 5-10 <5 >5 3–5 1–2 0 0–1 >1–2 >2–5 >5 Ikan, udang, kepiting,moluska, reptil, burung Ikan, udang, kepiting, moluska Ikan, moluska Salah satu biota air
Skor 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0 3 2 1 0
5 Keterangan: Nilai maksimum S1 S2 TS
: 39 : Sangat sesuai, dengan nilai 75 % - 100 % : Sesuai, dengan nilai 50% -75 % : Tidak Sesuai, dengan nilai < 50 %
Daya dukung kawasan Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan wisata pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007). Penentuan daya dukung kawasan dapat di formulasikan sebagai berikut : p t
t p
Keterangan: DDK : daya dukung kawasan K : potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : panjang area yang dapat dimanfaatkan (m) Lt : panjang area untuk kategori tertentu (m) Wt : waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam/hari) Wp : waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam/hari) Tabel 3 Potensi pengunjung (k) dan panjang area kegiatan (Lt) Jenis kegiatan
K (Pengunjung) Panjang area (Lt)
Wisata Mangrove
1
50 m
Keterangan Dihitung panjang track, tiap orang sepanjang 50 m
Sumber : Yulianda 2007 Tabel 4 Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan wisata mangrove Jenis kegiatan Wisata Mangrove
Waktu yang dibutuhkan (Wp) (jam/hari) 2
Total Waktu 1 hari (Wt) (jam/hari) 8
Sumber : Yulianda 2007 Setiap satu orang pengunjung dapat memanfaatkan panjang area yang optimum dalam berwisata adalah 50 m (Tabel 3). Waktu kegiatan pengunjung (Wp) merupakan rata - rata waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt) (Tabel 4). Metode biaya perjalanan (travel cost method) Cara untuk menghitung penilaian individu terhadap sumberdaya atau bentuk penghargaan terhadap alam adalah dengan menghitung biaya perjalanan wisatawan (Centeno dan Prieto 2000). Biaya tersebut termasuk biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya makan dan lain-lain. Besarnya biaya
6 perjalanan total yang dikeluarkan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: BPT = BT + BK + BD + + BP + BL Keterangan: BPT : Biaya perjalanan total (Rp/orang) BT : Biaya transportasi (Rp/orang) BK : Biaya konsumsi (Rp/orang) BD : Biaya dokumentasi (Rp/orang) BP : Biaya parkir (Rp/orang) BL : Biaya lain-lain (Rp/orang) Kesediaan membayar (Willingness to pay) Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Willingness to pay dapat digunakan untuk memperkirakan nilai ekologis dari ekosistem yang diukur dengan nilai moneter dari barang dan jasa (Jala dan Nandagiri 2015). Nilai rata rata yang dikeluarkan oleh responden yang bersedia membayar dapat dihitung menggunakan rumus : n
TP ∑
TPi
i 0
Keterangan: EWTP : Rata – rata nilai WTP konsumen (Rp) WTPi : Besar WTP yang bersedia dibayarkan (Rp) i : Kelas ke-1 n : jumlah responden
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Profil Taman Mangrove Pekalongan Taman Mangrove Pekalongan (TMP) terletak di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Area TMP memiliki luas 5,7 ha. Secara umum konsep wisata yang ditawarkan di TMP sama dengan wisata mangrove di daerah lain. Pengunjung dapat menikmati ekosistem mangrove baik dengan berjalan sepanjang track yang disediakan maupun menggunakan perahu. Selain mangrove, pengunjung juga dapat melihat interaksi berbagai biota yang berasosiasi pada ekosistem mangrove.
7
(a)
(b)
Gambar 2 Ekosistem mangrove (a) yang telah membentuk hutan, (b) yang baru ditanam Wisata mangrove di TMP merupakan jenis wisata berbasis alam yang baru dikembangkan di Pekalongan. Keunikan yang menjadi daya tarik tersendiri di TMP adalah lokasi wisata ini merupakan wisata mangrove yang sengaja ditanam oleh pengelola. Hal ini membuat ekosistem mangrove yang ada di TMP beragam mulai dari mangrove yang membentuk hutan hingga ekosistem muda dapat dinikmati oleh pengunjung (Gambar 2). Keunikan tersebut yang membuat TMP cukup menjadi destinasi wisata baru yang cukup popular untuk kalangan masyarakat. Akses menuju ke TMP dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Lokasi wisata ini cukup strategis karena berada kurang lebih 5 km dari pusat Kota Pekalongan. Akses jalan yang dapat dilalui untuk menuju ke TMP adalah jalanan beraspal dengan kondisi yang cukup baik. Beberapa papan petunjuk juga telah dibuat untuk memudahkan pengunjung dalam menuju ke TMP. Pengunjung yang melakukan aktivitas wisata di TMP belum dikenakan tiket masuk wisata, namun hanya dikenakan tiket parkir sebesar Rp 2 000 untuk motor dan Rp 5 000 untuk mobil. Pengunjung yang ingin berperahu mengelilingi TMP dikenakan biaya sebesar Rp 10 000 untuk dewasa dan Rp 5 000 untuk anak anak. Pemasukan ini dikelola oleh masyarakat yang ikut terlibat dalam mengelola TMP untuk mengoptimalkan kegiatan wisata atas izin dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan (DPPK) Kota Pekalongan. Fasilitas yang telah dibangun di TMP antara lain, tempat parkir, gazebo, menara pandang, pintu masuk kawasan mangrove, track mangrove, toilet, dermaga kapal, area pembibitan dan kapal motor (Gambar 3). Fasilitas pendukung lainnya yaitu tempat duduk dan tempat sampah, namun jumlahnya masih sedikit. Papan informasi mengenai nama jenis mangrove, tahun penanaman, dan cara penanaman telah disediakan di berbagai lokasi. Pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak informasi mengenai mangrove maupun TMP, terdapat pula gedung pusat informasi yang menyimpan berbagai buku maupun sejarah pembangunan TMP hingga saat ini.
8
(a) (b) Gambar 3 Fasilitas yang terdapat di Taman Mangrove Pekalongan : (a), gazebo (b) track mangrove Struktur vegetasi mangrove Jenis mangrove yang di temukan di TMP sebanyak 8 jenis. Mangrove yang mendominasi di TMP adalah Rhizophora sp. dan Avicennia sp. sedangkan beberapa jenis lain merupakan mangrove yang baru ditanam sehingga jumlahnya masih relatif sedikit (Gambar 4).
9%
3%
2%
Rhizophora stylosa
5%
37%
Rhizophora apiculata Avicennia officinalis
8%
Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora mucronata Avicennia marina Bruguiera sexangula Sonneratia alba 22% 14%
Gambar 4 Komposisi jenis yang terdapat di Taman Mangrove Pekalongan Ekosistem mangrove di TMP dapat dikatakan sebagai ekosistem muda. Hal ini dilihat dari kerapatan mangrove yang paling mendominasi adalah mangrove dalam kelompok anakan. Perbedaan tingkat kerapatan pada masing masing lokasi menunjukkan pengaruh pola adaptasi serta keterlibatan manusia pada ekosistem mangrove di TMP (Tabel 5).
9 Tabel 5 Kerapatan mangrove di Taman Mangrove Pekalongan Stasiun 1 2 3 4
5
6
Jenis
Pohon (Ind/100 m2) 0 26 0 8 21 0 0 5 0 0 18 10 10 17 24 0
Avicennia marina Rhizophora stylosa Avicennia marina Rhizophora apiculata Rhizophora stylosa Avicennia officinalis Avicennia officinalis Bruguiera gymnorhiza Bruguiera sexangula Sonneratia alba Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Avicennia officinalis Rhizophora stylosa Avicennia officinalis
Kerapatan Anakan (Ind/25m2) 12 17 11 11 10 27 13 20 9 6 11 3 4 2 8 11
Semai (Ind/1m2) 8 10 6 4 7 7 6 8 4 2 8 4 5 4 10 4
Kondisi pasang surut, salinitas dan substrat di Taman Mangrove Pekalongan Kondisi lingkungan perairan yang diamati merupakan parameter yang mempengaruhi keberlangsungan hidup mangrove, serta kelayakan suatu lingkungan untuk kegiatan wisata mangrove. Kondisi pasang surut di TMP relatif aman bagi pengunjung maupun pertumbuhan mangrove. Lokasi TMP yang berbatasan dengan Laut Jawa membuat salinitas perairan berkisar antara 29 - 30 ppt (Tabel 6). Substrat yang menjadi habitat mangrove di TMP merupakan lumpur dengan warna coklat kehitaman. Kondisi substrat ini cukup baik bagi pertumbuhan mangrove di TMP. Tabel 6 Kondisi pasang surut, salinitas dan substrat yang terdapat di TMP Parameter Pasang Surut Salinitas Tipe substrat
Satuan m
S1
ppt -
30 ± 0
S2
S3
S4
S5
S6
30 ± 0,5
29 ± 0
0,6* 30 ± 0
30± 0,5 29 ± 0,5 Lumpur
Sumber : P3SDLP 2016* Kesesuaian wisata Sumberdaya mangrove di TMP merupakan suatu potensi yang dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata berbasis ekosistem. Kategori kesesuaian wisata mangrove di TMP termasuk dalam ketegori sesuai (S2) dan tidak sesuai (TS). Lokasi taman mangrove Pekalongan yang sesuai untuk kegiatan wisata sepanjang 569 m (Gambar 5). Lokasi yang sesuai untuk kegiatan wisata merupakan ekosistem yang didominasi oleh pohon dan anakan yang rapat. Sedangkan lokasi yang tidak sesuai merupakan ekosistem baru yang masih dalam kategori mangrove anakan.
10
Gambar 5 Kesesuaian wisata Taman Mangrove Pekalongan Daya dukung kawasan untuk kegiatan ekowisata TMP dapat menampung pengunjung maksumum pada tiap harinya adalah 48 orang. Pembatasan pengunjung ini nantinya dapat dibagi kedalam 4 trip (12 orang/trip) dengan maksimum waktu berwisata 2 jam/trip. Penetapan jumlah tersebut mengacu pada panjang pemanfaatan mangrove yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata di TMP. Karakteristik pengunjung Taman Mangrove Pekalongan Pengunjung yang berwisata ke TMP 67% merupakan masyarakat yang berasal dari Kota Pekalongan (Tabel 7). Sedangkan pengunjung dari luar kota sebanyak 33% berasal dari Tegal, Cirebon, Batang dan Pemalang. Para pengunjung dari luar kota, sengaja datang ke TMP bersama keluarga maupun teman. Hal yang mendasari pengunjung dari luar kota datang ke TMP karena, wisata ini merupakan wisata yang baru dan cukup populer di sosial media. Ini yang membuat masyarakat rela jauh jauh berkunjung ke TMP. Sebagian besar pengunjung TMP merupakan pelajar/mahasiswa yang berusia antara 16–25 tahun. Pelajar umumnya datang ke TMP pada sore hari atau pada saat hari libur. TMP merupakan lokasi favorit bagi mereka untuk berfoto yang nantinya akan di unggah pada sosial media. Sebagian besar pelajar yang berkunjung ke TMP mengajak teman untuk berwisata. Pengunjung yang datang berwisata ke TMP 50% memiliki anggaran tersendiri pada setiap bulannya untuk berwisata dan sebagian yang lain tidak. Anggran wisata ini cukup bervariasi pada setiap orangnya antara 0 hingga lebih dari Rp 100 000 tiap bulannya. anggran wisata ini menurut pengunjung dipengaruhi oleh pendapatan. Pengunjung yang memiliki anggaran wisata adalah pengunjung yang telah memiliki penghasilan pada setiap bulannya, namun ada pula yang tidak. Sedangkan bagi pelajar/mahasiswa sebagian besar tidak menganggarkan biaya wisata.
11 Tabel 7 Karakteristik responden Taman Mangrove Pekalongan No
Karakteristik
Skala
1
Jenis Kelamin
2
Asal
3
Umur (Th)
4
Pendidikan terakhir
Laki – laki Perempuan Kota Pekalongan Luar Kota < 20 21 – 30 32 – 40 41 -50 SD SMP SMA
5
Pekerjaan
6
Penghasilan
7
8.
Jarak Rumah (Km)
Perguruan tinggi Pelajar/Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Petani Wiraswasta Lain – Lain < Rp 500 000 Rp 500 000 – Rp 1 500 000 Rp1 500 000 – Rp 2 500 000 Rp 2 500 000 – Rp 3 500 000 > Rp 3 500 000 <1 1–2 3–4 4–5 >5
Anggaran Wisata (Rp) < Rp. 10.000 Rp. 10.000 – Rp. 50.000 Rp. 51.000 – Rp. 100.000 > Rp 100.000 Tidak dianggarkan
Jumlah (Orang) 28 24 35 17 14 24 5 9 2 4 26
Persentase (%) 54 46 67 33 27 46 10 17 4 8 50
20 17 8 9 1 10 7 18 10 15 4 5 4 11 9 3 25
38 33 15 17 2 19 13 35 19 29 8 10 8 21 17 6 48
4 7 8 7 26
8 13 15 13 50
Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Pengunjung menilai bahwa beberapa aspek yang mendukung kegiatan wisata di TMP dalam kondisi yang cukup baik (Gambar 6). Penilaian yang mendapatkan nilai tertinggi adalah akses menuju lokasi wisata dan kemanan. Lokasi yang strategis membuat TMP merupakan lokasi wisata yang mudah dijangkau. Akses pendukung seperti jalan utama menuju TMP juga telah dibangun untuk mendukung kegiatan wisata. Selain akses, keamanan juga
12
Pengunjung
dianggap penting bagi pengunjung untuk melakukan wisata. Pengunjung menilai bahwa keamanan di TMP sudah baik dari segi keamanan untuk pengunjung maupun kendaraan yang dibawa. Lokasi TMP yang berbatasan dengan laut membuat tempat wisata ini dianggap indah. Faktor lain seperti tataruang, bentuk bangunan, lokasi penanaman dan kebersihan menjadi pendukung suatu keindahan keindahan di TMP. Fasilitas di TMP masih dirasakan masih perlu perbaikan, penambahan maupun perawatan yang baik. Fasilitas mendapat penilaian yang kurang baik dari pengunjung TMP karena lokasi wisata tersebut masih dalam pembangunan dan penyempurnaan fasilitas yang ada. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
5.8
26.9 13.5 42.3
30.8 75.00 Kurang Baik
82.7
67.3
80.8
Baik
55.8 67.3 11.5
5.8
5.8
1.9
1.9
25.00
Sangat Baik
Aspek yang dinilai Gambar 6 Penilaian pengunjung terhadap objek wisata Fasilitas yang di harapkan pengunjung Tingginya minat masyarakat dalam berwisata perlu didukung dengan fasilitas yang memadai. Penambahan dan perbaikan fasilitas diharapkan dapat memberikan kepuasan pengunjung dalam menikmati kegiatan wisata di TMP. Fasilitas yang terdapat di TMP dapat memudahkan pengunjung dalam melakukan kegitan wisata. Fasilitas di TMP yang telah dibangun antara lain toilet, tempat parkir, tempat sampah, tempat duduk, gazebo, track mangrove, jalur perahu dan perahu sudah dapat digunakan oleh pengunjung. Tabel 8 Fasilitas dan sarana yang diharapkan pengunjung Fasilitas Toilet Mushola Kantin Tempat parkir Tempat sampah Tempat duduk Gazebo Perahu Track mangrove Jalur perahu
Perlu Perbaikan
Belum Ada
13 Kondisi fasilitas yang terdapat di TMP perlu diperbaiki maupun ditambah (Tabel 8). Fasilitas seperti toilet, gazebo, tempat duduk dan perahu dianggap masih kurang nyaman bagi para pengunjung. Fasilitas lain yang perlu di perluas dan diperbanyak adalah tempat parkir dan tempat duduk. Selain itu, pengunjung mengharapkan perbaikan sarana seperti track mangrove dan jalur kapal sehingga pengunjung dapat mengelilingi area TMP tanpa mengganggu keberlangsungan hidup mangrove yang ada. Fasilitas yang dianggap perlu ada di TMP adalah musholah dan kantin. Kedua fasilitas ini dianggap perlu sebagai tempat ibadah serta tempat istirahat bagi pengunjung yang berwisata. Travel Cost Method (TCM)
Rata - Rata Kunjungan
Faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata Travel cost method dapat menentukan nilai ekonomi suatu kawasan wisata dengan melihat biaya yang dikeluarkan selama melakukan wisata (biaya perjalanan). Rata – rata biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata di taman mangrove Pekalongan sebesar Rp 18 654. Pengunjung mengeluarkan biaya berwisata sebesar Rp 10 000 – Rp 15 000 memiliki intensitas kunjungan rata – rata sebanyak 3 kali (Gambar 7). 4 3 2 1 0
Biaya Perjalanan (Rp)
Gambar 7 Hubungan biaya perjalaan dengan rata – rata kunjungan Pengunjung yang melakukan wisata ke suatu kawasan dapat mengeluarkan biaya perjalanan. Keterkaitan biaya perjalanan dengan kunjungan ke TMP digambarkan dalam bentuk model Y= 9671X-0,85. Hubungan biaya perjalanan dengan kunjungan di TMP hanya sebesar 22,2% (Gambar 8). Nilai R2 yang rendah disebabkan terdapat faktor lain yang lebih besar pengaruhnya terhadap kunjungan seperti jarak, asal, umur, pendidikan, pekerjaan dan anggaran wisata. Fungsi permintaan wisata dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan diestimasi menggunakan regresi linier berganda. Model yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan travel cost method (TCM) diketahui
14 bahwa jarak merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap kunjungan. Hasil analisis regresi tersebut dipengaruhi secara signifikan oleh jarak sebesar 37,5% (Tabel 9). Tabel 9 Hasil analisis regresi linier berganda Variabel Konstanta Biaya Perjalanan (x1) Asal (x2) Umur (x3) Pendidikan (x4) Pekerjaan (x5) Jarak (x6) Anggaran (x7) R square (R2) R square adjusted F hit F tab Model
Koefisien
P-Value
4,167 -0,0000244 -0,592 -0,013 0,059 0,387 -0,436 0,584
0,001 0,316 0,224 0,532 0,445 0,393 0,010* 0,144
0,37 0,27 3,78 2,22 Y = 4,167 - 0,0000244x1 - 0,592x2 – 0,013x3 + 0,059x4 + 0,387x5 - 0,436x6 + 0,584x7+ e
Keterangan : *taraf nyata pada α
10 ,
6
Kunjungan (kali)
5 4
Y = 9671 X-0,85 R² = 22,2 %
3 2 1 0 0
20000
40000 60000 Biaya Perjalanan (Rp)
80000
Gambar 8 Kurva permintaan wisata Taman Mangrove Pekalongan Kesediaan membayar (Willingness to pay) Setiap pengunjung yang datang ke TMP akan memaksimalkan kunjungannya untuk pendapatan suatu kepuasan. Tingkat kepuasan ini, nantinya yang akan menjadi dasar pengunjung bersedia mengeluarkan dana terhadap lokasi wisata tersebut. Rata-rata uang yang ingin dibayarkan oleh pengunjung untuk berwisata ke TMP sebesar Rp 4 385 (Tabel 10). Nilai Willingness to pay ini
15 berdasarkan penilaian pengunjung terhadap kondisi sumberdaya, sarana, prasarana dan keadaan disekitar TMP saat ini. Tabel 10 Kesediaan membayar untuk berwisata Kategori Rata – rata Minimum Maksimum
Besaran (Rp) 4 385 1 000 10 000
Analisis pengembangan Taman Mangrove Pekalongan Konsep wisata TMP menggunakan basis ekowisata sehingga berbagai komponen pengembangan harus sesuai dengan kemampuan sumberdaya dalam menerima beban wisata. Menurut Bjork (2000) ekowisata merupakan wisata yang pengelolaannya terdapat komponen yang mendukung keberlanjutan suatu sumberdaya. Sumberdaya mangrove yang ada di TMP perlu dikembangkan berdasarkan potensi sehingga keberlanjutannya dapat terjaga. Pengembangan yang disarankan di TMP yaitu pengelolaan tiket masuk, perbaikan fasilitas, pelibatan masyarakat lokal dan penanaman mangrove (Tabel 11). Tabel 11 Komponen pengembangan Taman Mangrove Pekalongan Komponen pengelolaan Tiket masuk
Status
Sarana dan prasarana
Tidak terawat, tidak lengkap, beberapa fasilitas jumlahnya masih sedikit Belum banyak yang terlibat langsung dalam pengelolaan kegiatan wisata Relatif ekosistem muda
Partisipasi masyarakat
Sumberdaya mangrove
Belum diberlakukan
Peranan dalam pengelolaan wisata Media untuk mendata pengunjung, mengontrol dan sebagai pemasukan untuk pengembangan wisata Pendukung kegiatan wisata
Sebagai sistem dalam pengelolaan untuk penyedia fasilitas maupun jasa wisata Objek dan sumberdaya wisata
Rekomendasi Pengelolaan tiket masuk berbasis pada daya dukung kawasan wisata
Melengkapi dan memperbaiki fasilitas sesuai dengan kebutuhan Kawasan Melibatkan masyarakat lokal untuk terlibat dalam seluruh komponen pengelolaan kegiatan wisata Penanaman dan pemeliharaan mangrove agar dapat tumbuh dengan baik
Pembahasan Taman Mangrove Pekalongan (TMP) didominasi oleh jenis mangrove Rhizophora sp. dan Avicennia sp. Menurut Hartoko et al. (2013) biji dari pohon Rhizophora sp yang jatuh ke substrat akan mengalami perkembangan akar yang cukup cepat untuk menjadi individu baru. Kelimpahan Rhizophora sp dan
16 Avicennia sp yang cukup tinggi di TMP dikarenakan banyaknya pohon yang mampu beregenerasi membentuk keturunan dalam jumlah yang melimpah. Faktor lain yang menyebabkan kedua mangrove tersebut mendominasi karena penanaman yang dilakukan di TMP untuk memperluas area mangrove difokuskan pada jenis tersebut. Pasang surut merupakan faktor yang mempengaruhi kesesuaian wisata di suatu kawasan (Yulianda 2007). Lokasi TMP memiliki pasang surut yang relatif aman bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata. Kesesuaian wisata ditentukan oleh parameter yang memperhatikan kenyamaan dan keamanan pengunjung (Moscardo 2003). Pasang surut juga dapat mengoptimalkan pertumbuhan mangrove serta biota yang berasosiasi pada ekosistem tersebut. Keanekaragaman jenis maupun biota dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung yang berwisata. Setiap kegiatan wisata memiliki parameter sumberdaya yang berbeda untuk menentukan tingkat kesesuaian kawasan (Setyawan 2015). Kondisi TMP termasuk dalam kategori sesuai (S2) yang dapat diartikan lokasi wisata tersebut dapat digunakan untuk kegiatan wisata nemun, masih terdapat parameter kesesuaian wisata yang harus di tingkatkan yaitu ketebalan mangrove. Ketebalan mangrove di TMP berkisar antara 24 – 118 m sedangkan ketebalan yang optimal untuk wisata adalah lebih dari 500 m. Upaya peningkatan ketebalan mangrove dengan penanaman mangrove yang terus dilakukan oleh pengelola yaitu dengan cara penanaman mangrove di berbagai lokasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kesesuaian mangrove untuk kegiatan wisata serta mengoptimalkan kembali peran mangrove bagi pesisir. Jumlah pengunjung yang dapat berwisata ke TMP adalah 48 orang pada setiap harinya. Menurut Salerno et al. (2013), pembatasan pengunjung dapat mengurangi efek negatif terhadap objek wisata serta memberikan ruang kepada pengunjung untuk mendapatkan kepuasan berwisata. Pembatasan pengunjung di TMP diharapkan dapat menciptakan keberlanjutan terhadap sumberdaya mangrove yang dimanfaatkan sebagai objek wisata. Pengunjung yang beriwisata dapat melakukan kegatan wisata dengan baik apabila maksimum pengunjung di TMP tiap harinya dapat dipenuhi. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kunjungan di TMP adalah jarak (Tabel 9). Menurut Faizal (2015), masyarakat lebih memilih wisata yang berada di dekat tempat tinggalnya karena waktu yang ditempuh relatif lebih singkat dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih rendah. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik pengunjung TMP yang memilih berwisata yang berjarak dekat dengan tempat tinggal. Sebagian pengunjung menganggap bahwa jarak suatu objek wisata dari tempat tinggal merupakan faktor utama yang diperhitungkan dalam berwisata. Kesediaan mambayar dari pengunjung di TMP berkisar Rp 1 000 hingga Rp 10 000. Nilai wilingness to pay dipengaruhi oleh penghasilan dan ketertarikan terhadap potensi lokasi wisata (Reynisdottir et al. 2008). Besarnya nilai wilingness to pay dipengaruhi oleh pendapatan. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengunjung yang sebagian besar adalah pelajar/mahasiswa yang memiliki penghasilan kurang dari Rp 500 000/bulannya. Kisaran nilai tersebut cukup sesuai dengan kemampuan yang dimiliki pengunjung TMP. Penetuan
17 WTP oleh pengunjung didasarkan pada kondisi sumberdaya, atraksi, dan fasilitas yang ada di TMP saat ini. Pengembangan wisata di TMP dilakukan untuk mendukung upaya konservasi mangrove, memanfaatkan potensi sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat untuk mendukung kegiataan wisata. Pengembangan harus melibatkan berbagai aspek yang saling berhubungan baik, baik aspek ekologi, sosial maupun ekonomi (Buckley 2003). Rekomendasi pengembangan yang TMP diharapkan dapat memperbaiki kawasan pesisir serta meningkatkan nilai ekonomi pesisir Kota Pekalongan. Mengacu pada ketiga aspek tersebut, berikut merupakan empat strategi. Keempat strategi pengembangan wisata di TMP, yaitu sebagai berikut : Pertama, Pengelolaan tiket masuk berbasis pada daya dukung kawasan wisata. Wisatawan yang berkunjung di TMP kurang lebih 50 orang pada tiap harinya. Jumlah tersebut melebihi daya dukung di TMP yang berjumlah 48 orang perhari. Adanya tiket masuk diharapkan dapat mengontrol pengunjung yang berwisata ke TMP pada setiap harinya. Selain itu, adanya tiket masuk juga dapat memberikan pemasukan terhadap TMP. Pembatasan pengunjung dapat mengoptimalkan kepuasan pengunjung namun tetap menjaga supaya kawasan wisata yang digunakan tetap lestari (Damanik dan Weber 2006). Besarnya biaya tiket masuk yang dikenakan dapat mengacu pada willingness to pay yaitu sebesar Rp 4 385 tiap pengunjung yang berwisata di TMP. Kedua, Melengkapi dan memperbaiki fasilitas sesuai dengan kebutuhan kawasan. Penambahan fasilitas toilet, tempat sampah dan perluasan lahan parkir perlu dilakukan. Jumlah toilet yang berjumlah 1 dianggap kurang optimal bagi suatu lokasi untuk kegiatan wisata. Pengadaan tempat sampah setiap 50 m di TMP berguna untuk menjaga lokasi wisata serta memudahkan pengunjung dalam membuang sampah. Fasilitas gazebo di TMP berjumlah 4 buah yang didalamnya terdapat tempat duduk untuk lokasi istirahat pengunjung. Lahan yang cukup sempit membuat TMP perlu pengoptimalan ruang untuk berbagai fasilitas yan dibutuhkan pengunjung (Lampiran 4). Fasilitas utama untuk mendukung kegiatan wisata mangrove di TMP adalah penyediaan track mangrove dan perahu. Pengunjung yang berwisata dapat menikmati wisata mangrove dengan berjalan disepanjang track mangrove yang disediakan. Track mangrove yang dibangun tidak boleh di lokasi mangrove yang baru ditanam. Selain itu, pengunjung juga dapat mengelilingi area TMP menggunakan perahu. Jalur perahu perlu dibuat sehingga pengunjung dapat mengelilingi TMP tanpa merusak mangrove yang baru ditanam. Ketiga, Melibatkan masyarakat lokal untuk terlibat dalam seluruh komponen pengelolaan kegiatan wisata. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat baik individual maupun kelompok secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan wisata (Tambunan et al. 2005). Terdapat satu kelompok masyarakat (10 orang) yang ikut mengelola TMP saat ini. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tersebut adalah monitoring mangrove, mengelola tempat parkir, pengendara kapal, petugas kebersihan dan membantu penanaman. Pengembangan wisata yang berkelanjutan dapat melibatkan masyarakat lokal yang memiliki peran sangat penting dalam menghadapi ancaman rusaknya suatu ekosistem (Frapolli et al. 2008). Partisipasi masyarakat yang terlibat
18 langsung dalam kegiatan wisata di TMP perlu ditambah untuk jasa pemandu wisata. Pemandu wisata harus telah mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan baik dalam bahasa, informasi mengenai mangrove dan lingkungan serta mengenai TMP tersendiri. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar TMP dapat terlibat kegiatan wisata dengan menyediakan fasilitas pendukung wisata ataupun fasilitas yang belum ada di lokasi taman mangrove yaitu mushola, toilet, tempat makan maupun membuat usaha souvenir. Keempat, Penanaman dan pemeliharaan mangrove agar dapat tumbuh dengan baik. Pengelola TMP hingga saat ini terus mengupayakan perluasan daerah penanaman mangrove pada 5,7 ha luas lahan yang disediakan. Penanaman mangrove di TMP tidak hanya melibatkan pengelola, namun juga LSM, pelajar/mahasiswa dan masyarakat dalam kegiatan tertentu. Perluasan dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan awal TMP yaitu konservasi mangrove kawasan pesisir Pekalongan yang terancam rusak. Tidak hanya memberikan keuntungan bagi lingkungan, perluasan area mangrove juga data menjadi keuntungan untuk kegiatan wisata. Ekosistem mangrove yang semakin luas di TMP akan meningkatkan luas mangrove yang digunakan untuk kegiatan wisata.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Potensi ekosistem mangrove di Taman Mangrove Pekalongan (TMP) dapat digunakan untuk kegiatan wisata. Pengunjung yang berwisata di TMP maksimal 48 orang/hari. Lokasi TMP yang sesuai untuk kegiatan wisata sepanjang 569 m. Biaya yang dikeluarkan pengunjung untuk melakukan wisata di TMP cenderung rendah berpengaruh terhadap banyaknya kunjungan disebabkan jarak lokasi wisata dengan jarak rumah pengunjung yang dekat.
Saran Pembatasan pengunjung yang berwisata ke TMP yaitu sebanyak 48 orang/hari, adanya penetapan harga tiket masuk yang berkisar Rp 1000 hingga Rp 10 000 /orang untuk mendukung pengembangan kegiatan wisata di TMP dan perlu adanya pemandu wisata yang telah diberikan pelatihan khusus untuk mendukung kegiatan wisata.
19
DAFTAR PUSTAKA Bjork P. 2000. Ecotourism from a conceptual perspective, an extended definition of a unique tourism form. International Journal Of Tourism Research.2: 189-202. Buckley Ralf. 2003. Ecological indicators of tourist impacts in parks. Journal of Ecotourism. 2(1): 54-66. Centeno BC, Prieto LCH. 2000. The travel cost method applied to the valuation of the historic and cultural heritage of the castile-león region of Spain. 40th Congress of the European Regional Science Association. Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM & Andi Offset. Faizal MA. 2015. Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan wisata ke Pantai Kartini, Jepara [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro. Frapolli GE, Victor MT, Joan MA. 2008. Adaptations of a yucatec maya multiple-use ecological management strategy to ecotourism. Journal of Ecology and Society. 13(2): 31. Hartoko A, Hendrarto IB, Widiyanti AMD. 2013. Perubahan luas vegetasi mangrove di Pulau Parang, Kepulauan Karimun Jawa menggunakan citra satelit. Journal Of Management Of Aquatic Resources. 2(2): 12–27. Jala, Nandagiri L. 2015. Evaluation of economic value of Pilikula Lake using travel cost and contingent valuation methods. Aquatic Procedia. 4:1315 – 1321 Statistik [KLH] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2014. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jakarta (ID): KLH. Moscardo G. 2003. Interpretation and sustainable tourism: functions, examples and principles. Tourism Studies. 14(1): 112-123 Muhaerin M. 2008. Kajian sumberdaya ekosistem mangrove untuk pengelolaan ekowisata di Estuari Perancak, Jembrana, Bali. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [P3SDLP] Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2016. Prediksi elevasi air laut. [Internet]. [diunduh 2016 Mei 29]. Tersedia pada : p3sdlp.litbang.kkp.go.id Reynisdottir M, Song H, Agrusa J. 2008. Willingness to pay entrance fees to natural attractions: an Icelandic case study. Tourism Management. 29:1076– 1083 Romadhon. 2008. Kajian nilai melalu inventarisasi dan nilai penting (INP) mangrove terhadap perlindungan lingkungan kepulauan kagean. Jurnal Embryo. 5(1): 82–97 Salerno F, Viviano G, Manfredi EC, Caroli P, Thakuri S, Tartari G. 2013. Multiple carrying capacities from a management-oriented perspective to operationalize sustainable tourism in protected areas. Journal of Environmental Management. 128: 116–125.
20 Setyawan AD, Indrowuryanto, Wiryanto, Winarno K, Susilowati A. 2005. Tumbuhan mangrove di pesisir Jawa Tengah: 2 komposisi dan struktur vegetasi. Biodiversitas. 7(3): 282–291. Setyawan AD, Winarno. 2006. Pemanfaatan langsung ekosistem mangrove di Jawa Tengah dan penggunaan lahan di sekitarnya: kerusakan dan upaya restorasinya. Biodiversitas. 7(3): 282-291. Setyawan E. 2015. Kesesuaian daya dukung kawasan untuk ekosistem mangrove di Desa Pasarbanggi, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Tambunan R, Harahap RH, Lubis Z. 2005. Pengelolaan hutan mangrove di Kabupaten Asahan. Jurnal Studi Pembangunan. 1(1) : 55-69. Yulianda F. 2007. Ekowisata bahari sebagai alternatif pemanfaatan semberdaya pesisir berbasis konservasi [paper]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisoner pengunjung Taman Mangrove Pekalongan Kuisioner penelitian : Pengembangan Kegiatan Wisata Kawasan Mangrove Berbasis Ecotourism Di Kota Pekalongan. Oleh : Rindah Amaliyah (C24120061). Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Nomor Kode : Hari/Tanggal wawancara : Nama Responden : Jenis Kelamin : Tempat tinggal (Kabupaten/Kota) : I. Tingkat Kunjungan 1. Anda sudah berkunjung ke Taman Mangrove Pekalongan ini sebanyak : a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali d. 4 kali e. > 4 kali 2. Tingkat Penghasilan rata-rata per bulan : a. Kurang dari Rp. 500.000,00 b. Rp. 500.000,00 – 1.500.000,00 c. Rp. 1.500.000,00 – Rp. 2.500.000,00 d. Rp. 2.500.000,00 – Rp. 3.500.000,00 e. Lebih dari Rp. 3.500.000,00 3. Umur Anda : a. ≤ 20 tahun b. 21 – 30 tahun c. 31 – 40 tahun d. 41 – 50 tahun e. ≥51 tahun 4. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Lulus SD b. SD c. SLTP d. SMU/SMK e. Perguruan Tinggi/Akademi 5. Pekerjaan Utama a. Pelajar/Mahasiswa b. PNS c. TNI/POLRI d. Pegawai Swasta e. Petani f. Pengusaha/Wiraswasta
22
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
g. Lain-lain (Ibu Rumah Tangga, Honorer) Jarak rumah ke tempat wisata a. < 1km b. 1 - 2 km c. 3 – 4 km d. 4 – 5 km e. > 5 km Waktu yang anda butuhkan dari tempat tinggal menuju ke lokasi wisata ini…. a. < 30 menit b. 30 menit – 1 jam c. 1 – 1,5 jam d. 1,5 – 2 jam e. ≥ 2 jam Apakah saudara bersedia membayar tiket masuk ke Situ Burung ini? a. sangat tidak bersedia b. tidak bersedia c. kurang bersedia d. bersedia e. sangat bersedia Menurut saudara apakah harga tiket yang ditetapkan sudah layak dengan atraksi dan fasilitas yang ada di Situ Burung ini? a. sangat tidak layak b. tidak layak c. kurang layak d. layak e. sangat layak Jika harga di naikkan dengan fasilitas tambah bagus apakah layak dengan harga tiket yang ada? a. sangat tidak layak b. tidak layak c. kurang layak d. layak e. sangat layak Berapa harga tiket yang layak jika fasilitas tambah bagus? a. Rp. 1.000 – Rp. 2.000 b. Rp. 3.000 – Rp. 4.000 c. Rp. 5.000 – Rp. 6.000 d. Rp. 7.000 – Rp. 8.000 e. Rp. 9.000 – Rp. 10.000 Berapa anggaran rekreasi perbulan? a. < Rp. 10.000 b. Rp. 10.000 – Rp. 50.000 c. Rp. 51.000 – Rp. 100.000 d. > Rp 100.000 e. Tidak dianggarkan Mengetahui keberadaan lokasi wisata dari mana? a. Teman b. Saudara
23 c. d. e.
Rambu penunjuk Media sosial lainnya...
II. Biaya Perjalanan 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Apa tujuan anda datang ke lokasi wisata ini? a. Memancing b. Duduk santai c. Berperahu Bagaimana sifat kedatangan Anda? a. Sengaja datang b. Hanya mampir Dengan siapa anda datang ke lokasi wisata ini? a. Sendiri (individu) b. Dengan keluarga/teman (berkelompok) Seberapa sering anda datang ke lokasi wisata ini? a. Rutin b. Insidental Kendaraan yang anda gunakan ke tempat ini adalah : a. Kendaraan Pribadi b. Kendaraan Sewa/Carteran c. Kendaraan Umum Berapa biaya yang anda keluarkan selama berekreasi ke tempat ini? a. Transportasi : Rp……………………… b. Konsumsi : Rp……………………… c. Tiket masuk : Rp……………………… : Rp……………………… d. Dokumentasi e. Toilet : Rp……………………… f. Parkir : Rp……………………… g. Lainnya h. .......... : Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . . i. .......... : Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . . j. .......... : Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . . k. Jumlah : Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bagaimana pendapat anda tentang biaya yang dikeluarkan selama berwisata di kawasan ini? a. Sangat mahal b. Mahal c. Tidak mahal
III. Penilaian Responden Terhadap Obyek Wisata Dan Pelayanan 1.
Bagaimana menurut anda kondisi jalan menuju tempat ini? a. Sangat baik b. Baik c. Kurang baik
24 2.
Bagaimana menurut anda kemudahan dalam menjangkau (aksesibilitas) ke lokasi wisata ini : a. Sangat Mudah b. Mudah c. Sulit 3. Secara umum bagaimana menurut anda keindahan alam di sekitar kawasan ini? a. Sangat indah b. Indah c. Kurang indah 4. Bagaimana menurut anda keadaan keamanan kawasan ini? a. Sangat aman b. Aman c. Kurang aman 5. Bagaimana menurut anda sistem tata ruang di kawasan ini? a. Sangat baik b. Baik c. Kurang baik 6. Menurut Anda bagaimana kebersihan di kawasan ini? a. Sangat baik b. Baik c. Kurang baik 7. Bagaimana menurut anda fasilitas yang tersedia di kawasan ini, seperti Pelayanan Informasi, Tempat Beribadah, Rumah Makan, Tempat Sampah, Jalan Setapak, Fasilitas Pendukung, dll………. a. Sangat lengkap b. Lengkap c. Kurang lengkap 8. Apa saja fasilitas yang anda butuhkan selama berwisata di kawasan ini? a. ... b. ... c. ... d. ... e. ... 9. Apakah harapan dan keinginan anda untuk kemajuan tempat ini? a. Melengkapi fasilitas yang ada b. Menciptakan kondisi dan situasi yang nyaman 10. Bagaimana tingkat kepuasan anda setelah melakukan wisata di kawasan ini? a. Sangat puas b. Puas c. Kurang puas 11. Adakah keinginan kembali untuk berwisata ditempat ini? a. Ada b. Tidak ada Alasan :........
25 Lampiran 2 Indeks kesesuaian wisata Taman Mangrove Pekalongan Stasiun 1 2 3 4 5 6
Indeks Kesesuaian Wisata 61,53 74,35 38,46 43,58 58,97 71,79
Keterangan Sesuai (S1) Sesuai (S1) Tidak Sesuai (TS) Tidak Sesuai (TS) Sesuai (S1) Sesuai (S1)
Hasil Indeks Kesesuaian Wilayah
No Parameter 1 ketebalan mangrove (m) kerapatan mangrove 2 (100 m2) 3 jenis mangrove 4 pasang surut (m)
5
objek biota
Bobot 5 3 3 1
Stasiun 1 Hasil 47 26 7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska, Burung
1
Skor 0
Ni 0
3 3 3
9 9 3
3
3 24 61,53 S2
Total IKW tingkat kesesuaian
No 1 2 3 4
Parameter ketebalan mangrove (m) kerapatan mangrove (100 m2) jenis mangrove pasang surut
5
objek biota
Bobot 5 3 3 1
1 Total IKW tingkat kesesuaian
Stasiun 2 Hasil 118 27 7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska, Burung
Skor 1
Ni 5
3 3 3
9 9 3
3
3 29 74,35 S2
26 Lampiran 2 (lanjutan) stasiun 3 No
2 3 4
Parameter ketebalan mangrove (m) kerapatan mangrove (100 m2) jenis mangrove pasang surut
5
objek biota
1
Bobot
Hasil
Skor
Ni
5
24
0
0
3 3 1
0 7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska, Burung
0 3 3
0 9 3
3
3 15 38,46 TS
Skor
Ni
1 Total IKW tingkat kesesuaian
No parameter ketebalan mangrove 1 (m) kerapatan mangrove 2 (100 m2) 3 jenis mangrove 4 pasang surut
Stasiun 4 hasil
Bobot
5
objek biota
no 1 2 3 4
parameter ketebalan mangrove (m) kerapatan mangrove (100 m2) jenis mangrove pasang surut
5
objek biota
5
49
0
0
3 3 1
5 7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska, Burung
1 3 3
3 9 3
2
2 18 43,58 S2
Skor 0
Ni 0
3 3 3
9 9 3
2
2 23 58,97 S2
1 Total IKW tingkat kesesuaian
Stasiun 5 hasil 37
Bobot 5 3 3 1
55 7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska
1 total IKW tingkat kesesuaian
27 Lampiran 2 (Lanjutan) no
Parameter
1
3 4
ketebalan mangrove (m) kerapatan mangrove (100 m2) jenis mangrove pasang surut
5
objek biota
2
Stasiun 6 Hasil 106
Bobot 5
Skor 1
Ni 5
3
24
3
9
3 1
7 0,3 - 0,4 Ikan, Ular, Kepiting, Moluska
3 3
9 3
2
2
1
total IKW tingkat kesesuaian
28 71,79 S2
Lampiran 3 Daya dukung kawasan Taman mangrove Pekalongan Kegiatan K Lp Lt Wp Wt DDK wisata (orang) (m) (m) (Jam) (Jam/Hari) (Orang/Hari) Wisata 1 590 50 2 8 48 Mangrove Lampiran 4 Fasilitas di Taman Mangrove Pekalongan
Gazebo
Pos penjagaan
Gedung pusat informasi mangrove
Pintu gerbang
28 Lampiran 4 (lanjutan)
Perahu
Track Mangrove
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 12 Desember 1994, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Tarsiono dan Aminah. Pendidikan formal pertama diawali dari TK Baruna (1998-2000), SD Negri Wonokerto Kulon 1 (2000–2006), SMP AL-Irsyad Pekalongan (2006–2009), SMA Muhammadiyah 1 Pekalongan (2009–2012). Pada tahun 2012 Penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) ;dan diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Insttut Pertanian Bogor. Semasa menjadi mahasiswa Penulis pernah berkesempatan menjadi asisten Kualitas Air (2015). Penulis juga aktif dalam organisasi kemahasiswaan, di antaranya anggota PSDM BEM FPIK periode (2014), sebagai Sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) periode (2015) dan sebagai anggota Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Pekalongan– Batang.