PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SIDORAME TIMUR KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN Disusun Oleh:
Yessi T. Br. Karo 050903039
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA (S-1) ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………
i
DAFTAR TABEL …………………………………………………………
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………
vi
ABSTRAK …………………………………………………………………
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …….……………………………………...
1
B. Perumusan Masalah …………………………………………………
6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………
6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….
6
E. Kerangka Teori 1. Pengertian Sampah ……………………………………………...
7
1.1. Pengertian Rumah Tangga……………………………….......
8
1.2. Pengertian Sampah Rumah Tangga………………………….
9
1.3. Jenis-Jenis Sampah …………………………………………..
10
2. Pengelolaan ………………………………………………………
11
2.1. Pengelolaan Sampah ………………………………………....
11
2.1.1 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga …………………..
12
2.1.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga ……………………………….. F. Defenisi Konsep …………………………………………………….
20 22
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
G. Defenisi Operasional ………………………………………………..
22
H. Sistematika Penulisan ……………………………………………….
23
BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ……………………………………………………
25
B. Lokasi Penelitian …………………………………………………….
25
C. Informan …………..…………………………………………………
25
D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………. .
27
E. Teknik Analisa Data …………………………………………………
27
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah ………………………………………….
28
1. Sejarah Singkat Kelurahan Sidorame Timur ……………………...
28
2. Batas-Batas Wilayah ……………………………………………...
29
3. Topografi dan Luas Wilayah ……………………………………...
29
4. Iklim ……………………………………………………………….
29
B. Komposisi Penduduk dan Sarana ……………………………………...
30
1. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa ………………………
30
2. Komposisi Penduduk Menurut Usia ……………………………….
31
3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ……………….
31
4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………………
32
5. Komposisi Penduduk Menurut Agama …………………………….
33
6. Sarana Pendidikan ………………………………………………….
33
7. Sarana Rumah Ibadah ……………………………………………....
34
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
C. Manajemen Persampahan Kota Medan ………………………………..
35
1. Visi dan Misi Dinas Kebersihan ……………………………………
35
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan ………….
35
3. Manajemen Persampahan …………………………………………..
36
3.1. Tugas Pokok Lurah ……………………………………………..
37
3.2. Fungsi Lurah ……………………………………………………
37
4. Struktur Kelurahan Sidorame Timur ……………………………….
38
BAB IV PENYAJIAN DATA A. Wawancara Langsung Dengan Bapak Lurah (Bapak Mopul) ………..
40
B. Wawancara Langsung Dengan Petugas Kebersihan / Bestari (Bapak S. Lahagu) ……………………………………………………
43
C. Wawancara Langsung dengan Mandor Petugas Kebersihan (Bapak S. Suheri) ……………………………………………………..
46
D. Wawancara Langsung dengan Masyarakat …………………………..
49
BAB V ANALISIS DATA A. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur ………………………………………..
79
B. Sistem Penanganan Sampah oleh Pemerintah di Kelurahan Sidorame Timur ………………………………………..
81
1. Usaha Pemerintah Dalam Pengumpulan Sampah di Kelurahan Sidorame Timur ………………………………..
82
2. Usaha Pemerintah Dalam Pengangkutan Sampah Rumah Tangga Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
di Kelurahan Sidorame Timur ………………………………..
86
3. Usaha Pemerintah Dalam Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) …………………………
88
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………
90
B. Saran …………………………………………………………………..
92
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
94
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
96
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Suku Bangsa ………………………………………………………………...
30
Tabel 2. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Usia ……
31
Tabel 3. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Tingkat Pendidikan ……………………………………………………………
32
Tabel 4. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Mata Pencaharian ………………………………………………………….
32
Tabel 5. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Agama …
33
Tabel 6. Sarana Pendidikan di Kelurahan Sidorame Timur ……………………
33
Tabel 7. Sarana Rumah Ibadah di Kelurahan Sidorame Timur ………………..
34
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Drainase (parit) yang dijadikan tempat pembuangan sampah……...
85
Gambar 2 : Kondisi parit (drainase) yang sering dijadikan tempat pembuangan sampah ………………………………………………
85
Gambar 3 : Kondisi TPS Kelurahan Sidorame Timur di Jalan Madyo Santoso ……………………………………………………
87
Gambar 4 : Becak sampah banyak yang bertumpuk di lokasi TPS karena truk sampah tidak dapat menampung semua sampah …….
87
Gambar 5 : Sampah dikeluarkan dari truk setelah sampai di TPA ……………
89
Gambar 6 : Sampah diratakan dengan Bulldozer dan para pemulung masih memilih – milih sampah yang masih bisa dijual sebagai botot ….
89
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SIDORAME TIMUR KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA MEDAN Nama : Yessi Theresia Br. Karo Nim : 050903039 Pembimbing : Drs. Alwi Hasyim BatuBara, M.Si Pengelolaan sampah rumah tangga adalah kegiatan secara sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Sampah-sampah yang terdapat di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan belum teratur. Selain itu, masih banyak juga masyarakat yang membuang sampah ke saluran air (drainase) sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman untuk dilihat dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk itu, perlu dicermati pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat dan mengetahui sistem penanganan sampah rumah tangga oleh pemerintah di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan menggunakan pengamatan/observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Sedangkan teknik analisa data yang dipergunakan adalah analisa data kualitatif yakni dengan menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Berdasarkan data dan hasil analisa yang telah dilakukan diketahui bahwa pengelolaan sampah rumah tangga di Kelurahan Sidorame Timur belum berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya partisipasi masyarakat dalam membuang sampah ke tempat yang telah disediakan yang menyebabkan banyaknya sampah yang bertumpuk di parit (drainase) serta penanganan sampah yang dilakukan oleh pemerintah masih mengalami banyak hambatan terutama minimnya petugas sampah yang mengangkut sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. Hambatan lainya adalah jumlah truk sampah dari TPS ke TPA yang berjumlah hanya 1 buah sehingga tidak dapat menampung semua sampah yang bertumpuk di TPS sehingga mengakibatkan banyak sampah yang bertumpuk di TPS serta sistem pembuangan akhir sampah masih yang menggunakan sistem open dumping yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampah mempunyai nilai ekonomis, menyadarkan masyarakat agar membuang sampah ke tempat yang telah disediakan, membuat bak kontainer di TPS agar sampah tidak berserakan, menambah jumlah petugas kebersihan dan mengubah sistem pembuangan akhir menggunakan metode Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
pemisahan sampah sehingga sampah bernilai ekonomis dan tidak bertumpuk di atas lahan terbuka. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan lingkungan hidup akhir-akhir ini sudah semakin ramai dibicarakan. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya sudah tentu tidak lepas dari tujuan agar kehidupan manusia itu terdapat keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, baik itu kehidupan di antara sesamanya maupun dengan lingkungan alam. Tetapi cita-cita mulia yakni dambaan kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang itu tidak mudah diwujudkan mengingat masyarakat belum sepenuhnya sadar akan pentingnya lingkungan hidup tersebut. Masalah lingkungan telah menjadi perhatian internasional, bahkan kepopulerannya sering disejajarkan dengan masalah Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi. Lingkungan memang bagian integral dari kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun mereka berada. Lingkungan yang sehat akan membuat penduduknya berbahagia, sedangkan lingkungan yang rusak akan membuat penduduk menderita. Lingkungan memang harus menjadi ukuran keberhasilan suatu proses pembangunan bangsa dan umat manusia. Mengingat begitu pentingnya peranan lingkungan dalam kehidupan manusia dan pembangunan nasional, khususnya untuk negara berkembang yang umumnya dilanda oleh kehausan ekonomis dan kehausan materi, maka sudah tiba saatnya untuk mengingatkan Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
perlunya membangun lingkungan sehat bagi kepentingan masyarakat banyak yang seharusnya menjadi tanggung jawab semua pemerintahan negara berkembang. Dari berbagai masalah lingkungan hidup, masalah sampah merupakan masalah yang sangat kompleks dan erat kaitannya dengan tata kehidupan manusia, baik kehidupan perorangan maupun lingkungan masyarakat. Masalah sampah juga tidak hanya terjadi di Medan atau Indonesia, namun termasuk di dunia. Oleh karena itu, dalam pengaturan dan perbaikan lingkungan hidup telah menjadi perhatian dunia. Hal itu dimulai sejak 5 Juni 1972 telah disahkan sebagai hari lingkungan hidup sedunia pada konferensi PBB di Stocholm tentang mengelola lingkungan hidup (Pantodwijo, 1988). Sehubungan dengan itu, pemerintah dan rakyat Indonesia memperingati Hari Lingkungan Hidup setiap tanggal 5 Juni dengan menanamkan rasa kesadaran lingkungan di tengah masyarakat sebagai akibat masalah lingkungan termasuk di dalamnya sampah. Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya atau sulit diurai oleh proses alam. Penanganan dan pengendalian akan menjadi semakin kompleks dan rumit dengan semakin kompleksnya jenis maupun komposisi dari sampah sejalan dengan semakin majunya kebudayaan. Sehingga penanganan sampah di perkotaan relatif lebih sulit dibanding sampah di desadesa. Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang dipandang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif karena dalam penanganannya baik untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar. Setiap masyarakat dari berbagai golongan di manapun berada, bertanggung jawab terhadap kebersihan ligkungannya atau sampah yang dihasilkannya, dan sampah Rumah Tangga (RT) merupakan bagian terbesar dari sampah di kota-kota dan sebagian besar berasal dari sampah dapur dan sampah pekarangan. Setiap kegiatan baik produksi maupun konsumsi akan menghasilkan sampah yaitu benda yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Pada akhirnya, sampah inilah yang cukup besar andilnya dalam hal pencemaran dan merusak lingkungan sehingga sebagaimana yang terlihat sekarang sampah masih berserakan di mana- mana. Semakin banyak penduduk yang bermukim di kota atau suatu daerah, makin banyak pula sampah yang terkumpul, ini terjadi khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Tetapi keadaan ini sudah mengalami perubahan karena masalah sampah bukan hanya terjadi di kota-kota besar tetapi juga di kota-kota kabupaten dan kecamatan (Sudrajat, 2007:5). Kondisi ini memaksa pemerintah daerah memacu kemampuan untuk mengelola sampah dengan baik dan benar berdasarkan pengetahuan yang relative minim. Namun sayang, niat baik pemerintah itu masih jauh dari memadai bila diukur dari sistem dan metode pengelolaan sampah yang efektif, aman, sehat, ramah lingkungan, dan ekonomis. Bahkan pada umumnya penanganan sampah ini masih terkesan sesuatu yang business as usual dan rutin yang memandang sampah sebagai barang buangan yang menjijikkan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Sehingga penanganannya pun dipahami hanya sebatas urusan memindahkan, membuang, dan memusnahkan dengan cara yang sangat tidak aman dan cenderung mencemari lingkungan. Untuk itu pemerintah dengan segala upaya membuat strategi untuk mengatasi masalah lingkungan hidup itu dengan membuat suatu konsep yang bertujuan agar seluruh masyarakat dalam mengelola sumber daya alam tidak terlepas dalam pemeliharaan lingkungan itu sendiri. Untuk mengatasinya pemerintah melalui Dinas Kebersihan telah melakukan pengumpulan, pengangkutan, dan penanganan sampah dengan menambah armada angkutan dan tong sampah. Selain itu, telah diadakan peningkatan pelayanan, penyuluhan melalui gotong royong yang digerakkan oleh masing-masing kepala lingkungan. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatankegiatan yang melibatkan masyarakat untuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan. Dari kacamata pemerintahan, kerapkali pengelolaan sampah dipahami
sangat
sektoral, yakni hanya dikelola oleh Dinas Kebersihan saja, dan berorientasi keproyekan, yakni masalah sampah menjadi dasar dan alasan Dinas berwenang untuk memunculkan usulan-usulan proyek seputar pengelolaan sampah. Hal ini kerap diperparah oleh suatu pemahaman bahwa pengelolaan sampah hanya sebatas pada bagaimana menarik dana sebanyak mungkin dari retribusi sampah. Di lain pihak pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pembayar retribusi amat minim, misalnya keluhan lamban dalam pengumpulan sampah, di TPS dibiarkan beserakan, diangkut dengan truk yang berceceran dsb. Padahal Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
dalam pengelolaan sampah tidak hanya murni ekonomi dan bersifat komersial (profit motive), tetapi juga menghadirkan aspek pelayanan umum (public service) yang merupakan tanggung jawab pemerintah/instansi publik. Dengan demikian ada kejelasan tanggung jawab sosial (social responsibility), tanggung jawab hukum (liability), dan terpenuhinya kewajiban adanya akuntabilitas publik (public accountability). Peran serta masyarakat sangat penting dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Mutu peran serta masyarakat bergantung pada wawasannya terhadap lingkungan termasuk tingkat kesadaran, kekuatan dan kemampuan lembaga swadaya masyarakat serta kesempatan dan ruang gerak bagi prakarsa masyarakat. Keadaan yang dikemukakan di atas tidak jauh berbeda dengan keadaan di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan kota Medan. Penanganan sampah di kelurahan ini dilakukan oleh pemerintah yang dimulai dari pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dalam usaha pengumpulan sampah pemerintah telah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Untuk mengangkat sampah dari TPS ke TPA digunakan pengangkutan truk. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga tersebut juga didukung oleh masyarakat terutama dalam membuang sampah ke tempat-tempat yang telah disediakan serta pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang. Namun demikian, sampah-sampah yang terdapat di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan belum teratur, hal ini terlihat di sekitar TPS yakni disekitar rumah sampah masih berserakan. Selain itu, masih banyak juga masyarakat yang Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
membuang sampah ke saluran air (drainase) sehingga menimbulkan pemandangan yang tidak nyaman untuk dilihat dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk itu, perlu dicermati pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian penulis dalam penelitian ini adalah :”Bagaimanakah Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan?”
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah: 1. Mengetahui strategi pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. 2. Mengetahui sistem penanganan sampah rumah tangga oleh pemerintah di kelurahan Sidorame Timur kecamatan Medan Perjuangan kota Medan.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak diambil dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis bermanfaat untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa masalah-masalah pengelolaan sampah rumah
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
tangga serta menerapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah terhadap praktek lapangan. 2. Bagi pemerintah menjadi sumbangan pemikiran untuk dapat lebih meningkatkan pelayanan. 3. Bagi Fisip USU hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi suatu karya ilmiah. E. Kerangka Teori 1. Pengertian Sampah Pengertian tentang sampah telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Untuk memahaminya, ditelaah beberapa pengertian sampah. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Dalam pengertian lain sampah adalah segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat, ada yang mudah membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik, seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan sebagainya. Sedangkan yang tidak membusuk dapat berupa kertas, plastik, karet, logam, kaca, dan sebagainya. (Slamet, 1994) Sehubungan dengan hal di atas, maka Leonardo (1990), mengatakan bahwa limbah padat merupakan salah satu bentuk limbah yang terdapat di lingkungan masyarakat, orang awam menyebutnya dengan sampah. Sampah dalam ilmu kesehatan lingkungan sebenarnya hanya sebagian dari benda atau hal-hal yang dipandang tidak dapat digunakan lagi, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(Riyadi, 1986). Selanjutnya Widyadmoko (2002) mendefinisikan sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari berbagai macam jenis sampah. Sampah merupakan bagian yang tidak disukai dan secara ekonomis tidak ada harganya. Tergantung dari tingkat hidup masyarakat, sumber dan macamnya sampah itu berbeda-beda. Menurut Hamza (1987), mengatakan bahwa sampah baik kualitas maupun kuantitas sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dari taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sampah antara lain: (1) Jumlah penduduk, dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula sampah yang diproduksi. Pengelolaan sampah ini berpacu dengan lajur pertambahan jumlah penduduk. (2) Keadaan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, maka semakin banyak pula perkapita sampah yang dibuang. (3) Kemajuan teknologi, kemajuan teknologi akan menambah jumah ataupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang sangat beragam. Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin majunya tingkat kebudayaan masyarakat, maka semakin kompleks dan beragam pula sampah yang ditemui. Dari banyak pengertian sampah yang telah dikemukakan oleh beberapa pakar di atas maka sebelum mengetahui pengertian sampah rumah tangga terlebih dahulu harus diketahui pengertian rumah tangga yaitu :
1.1. Pengertian Rumah Tangga
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Menurut UU. No. 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga terdiri dari: (1) Suami, isteri, dan anak. (2) Orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga dengan orang sebagaimana dimaksud pada huruf a karena hubungan darah, perkawinan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga. (3) Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Dalam ilmu sosial, rumah tangga didefinisikan sebagai bagian terkecil dari masyarakat. Rumah tangga juga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.
1.2. Pengertian Sampah Rumah Tangga. Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). Selajutnya Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis sampah sebagai berikut: (1) Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(2) Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca, keramik, batubatuan, dan sisa kain. (3) Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung dan penggergajian kayu. (4) Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar, seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur. 1.3. Jenis-Jenis Sampah. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Sampah Anorganik/kering, contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami. 2. Sampah organik/basah, contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami. 3. Sampah berbahaya, contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dan lain-lain. Berdasarkan jenis dan sumbernya sampah dapat dibedakan atas beberapa bagian. Menurut Murthadjo (1997), sampah diklasifikasikan atas sampah domestik, sampah komersial, sampah industri dan limbah. Secara rinci uraiannya adalah sebagai berikut: a. Sampah domestik, yaitu sampah yang berasal dari pemukiman masyarakat. Jenis limbah ini sangat beragam tetapi pada umumnya berupa sampah dapur. b. Sampah komersial, yaitu sampah yang berasal dari lingkungan perdagangan atau jasa komersial baik warung, toko maupun pasar. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
c. Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari buangan proses industri. Oleh karena itu, jenis, jumlah dan komposisi limbah tergantung pada jenis industrinya. d. Limbah yang berasal dari selain yang disebutkan di atas, misalnya limbah dari pertambangan, pertanian dan bencana alam. Selain mengelompokkan jenis – jenis sampah rumah tangga, Widyadmoko (2002) juga mengelompokkan sampah sebagai berikut: a. Sampah komersil yaitu sampah yang berasal dari pasar, pertokoan, rumah makan, tempat hiburan, penginapan, bengkel, kios, dan sebagainya. b. Sampah bangunan, yaitu sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan termasuk pemugaran dan pembongkaran suatu bangunan, seperti semen, kayu, batu bata dan sebagainya. c. Sampah fasilitas umum, yaitu sampah yang berasal dari pembersihan dan penyapuan jalan, trotoar, taman lapangan, tempat rekreasi dan fasilitas umum lainnya.
2. Pengelolaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), kata pengelolaan berasal dari kata dasar ‘kelola’ yang artinya mengurus suatu bidang usaha (perusahaan, pertanian dan sesuatu yang mempunyai tujuan). Sedangkan pengertian pengelolaan adalah proses, cara, perbuatan mengelola; proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.1. Pengelolaan Sampah Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Menurut Poerdarminta (1991), bahwa pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan sampah. Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Slamet (1994) baik skala besar maupun skala kecil, apabila sudah tercapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat, maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah peran serta masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah sikap sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampai perbaikan kualitas sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah, sampai kepada penyediaan lahan dan pemusnahan sampah. Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat dengan melakukan pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta lingkungan yang sehat dan bersih. Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat pemerintah dalam menanggulangi masalah sampah yaitu dapat berupa memperbanyak tempat-tempat sampah yang besar dan dikelola dengan baik, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2.1.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli dan Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi: a. Pengurangan sampah 1. Pengurangan sampah meliputi kegiatan: (a) pembatasan timbulan sampah; (b) pendauran ulang sampah; dan/atau (c) pemanfaatan kembali sampah. 2. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan sampah dengan cara: (a) menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; (b) memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; (c) memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; (d) memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan (e) memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. 3. Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam. 4. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
b. Penanganan Sampah Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun 2008 meliputi: 1. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah. 2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. 3. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; 4. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau 5. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selanjutnya Pragoyo (1985), mengatakan bahwa penanganan sampah yang baik meliputi tiga hal yang penting yaitu: 1. Pengumpulan Sampah Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari sumber sampah (kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan lain-lain), ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah. Pada sistem ini, umumnya dilakukan dengan menggunakan jasa Bestari (istilah untuk Petugas Sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar sumber sampah tersebut. Retribusi yang ditarik biasanya dibayarkan kepada RT / Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
RW lingkungan tersebut. Tentu saja biaya ini harus mampu untuk membiayai biaya investasi gerobak sampah, cakar, pengki, hingga seragam dan gaji Bestari. Adapun syarat tempat pengumpulan sampah yang baik adalah: a. Dibangun di atas permukaan tanah setinggi kendaraan pengangkut sampah. b. Mempunyai dua buah pintu, satu tempat masuk sampah dan yang lainnya untuk mengeluarkan sampah. c. Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat untuk mencegah masuknya lalat. d. Tempat
tersebut
mudah
dicapai,
baik
oleh
masyarakat
yang
akan
mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah. 2. Pengangkutan SampahDari TPS ke TPA. Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) sampah. Lokasi TPS bila mungkin berada di dalam lingkungan lokasi sumber sampah. Namun, bila tidak memungkinkan maka harus diupayakan lokasinya berada di kecamatan. Setiap kecamatan sebaiknya memiliki 1 buah TPS ukuran 1.000 – 2.000 m2 yang dilengkapi oleh unit pengolahan sampah menjadi kompos (Sudrajat, 2007;56) Di Medan, seperti juga di berbagai kota besar di Indonesia, umumnya menggunakan truk untuk mengangkut sampah. Tidak optimalnya manajemen transportasi untuk sistem pengangkutan sampah, seringkali menyebabkan TPA harus beroperasi penuh 24 jam sehari. Masih sering ditemukan truk sampah yang memasuki TPA pada pukul 2 atau 3 dinihari. Minimnya kuantitas truk sampah yang baik operasi, volume sampah yang melebihi
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
kapasitas tampung truk sampah, serta penjadwalan dan rotasi pengangkutan sampah yang tidak ditentukan, mengakibatkan rendahnya kinerja pada sistem pengangkutan sampah. 3. Pembuangan Sampah ke TPA Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah-daerah tertentu, sehingga tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Dalam pembuangan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain: a. Tempat tersebut tidak dibangun dekat dengan sumber air minum atau sumber lainnya yang dipergunakan oleh manusia. b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir. c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia. Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari rumah penduduk, sekitar 15 km dari laut, sekitar 200 m dari sumber air (Azwar, 1990). Dalam pembuangan sampah tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara yang lazim dipergunakan pada saat ini yaitu: a. Open Dumping, yaitu membuang sampah secara terbuka di atas permukaan tanah. b. Dumping in water, yaitu pembuangan sampah dimana sampah itu dibuang begitu saja di air yaitu ke sungai dan laut. c. Burning in premise, yaitu pembakaran sampah di rumah-rumah. d. Garbage reduction, yaitu pembuangan sampah dimana sampah basah diadakan pemecahan melalui proses pemasakan sehingga diperoleh bahan makanan ternak maupun untuk penyuburan tanah. e. Hog feeding, yaitu pembuangan sampah yang sering dijadikan sebagai makanan hewan. f. Grinding system, yaitu pembuangan sampah basah yang berasal dari sisa makanan dengan menghancurkannya terlebih dahulu kemudian dibuang ke selokan pembuangan air kotoran untuk mengalami pembusukan. g. Incineration, yaitu pembuangan sampah dengan cara pembakaran. h. Sanitary landfill, yaitu suatu cara pembuangan sampah ke tempat-tempat rendah dan ditutupi dengan tanah untuk memenuhi persyaratan-persyaratan. (Depkes, 1987). Menurut Sudrajat (2007) pengolahan sampah di TPA harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. Memanfaatkan lahan TPA yang terbatas dengan efektif. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
b. Memilih teknologi yang murah, mudah dan aman terhadap lingkungan. c. Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat. d. Produk harus dapat terjual habis. e. Diupayakan jalan menuju TPA dibuat jalur sendiri dengan batas aman yang tidak boleh dibuat pemukiman selebar 100 m di kiri-kanan jalan. f. Mulai jarak 1 km mendekati lokasi TPA di kiri-kanan jalan dijadikan tempat pemikiman pemulung. Hal ini untuk pengamanan dari protes masyarakat, mendorong bisnis di sekitar TPA, dan meningkatkan taraf hidup miskin. g. TPA sebaiknya dialokasikan mengarah ke hilir, tetapi tidak terlalu dekat ke pantai karena untuk menghindari pencemaran perairan. Minimal jarak ke pantai adalah 10 km. Proses pengelolaan sampah juga dapat dilihat melalui beberapa aspek atau segi yaitu (Arianto, 2002): 1. Segi teknis : a. Pewadahan (1) Pewadahan individual disetiap rumah (single house) terdiri dari 2 unit dengan volume 100 – 200 liter (2 warna yang berbeda, untuk menampung sampah dapur dan sampah halaman) (2) Pewadahan komunal (container atau TPS) khusus untuk menampung berbagai jenis sampah seperti untuk sampah plastik, gelas, kertas, pakaian/tekstil, logam, sampah besar (bulky waste), sampah B3 (batu baterai, lampu neon dll) dan lain-lain. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
b. Pengumpulan (1) Pengumpulan sampah (door to door) dengan compactor truck berbeda untuk setiap jenis sampah. (2) Waktu pengumpulan door to door 1 X seminggu (3) Pengumpulan sampah juga dilakukan secara perpipaan (single house, apartemen maupun fasilitas publik). c. Daur Ulang Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain adalah : (1) Pemisahan setiap jenis kertas (10 kategori ), kertas hasil daur ulang seluruhnya di ekspor keluar negeri (2) Ban bekas dihancurkan dan digunakan sebagai bahan bakar incinerator (3) Plastik bekas digunakan sebagai bahan baku pakaian hangat (4) Kulkas bekas di pisahkan setiap komponen pembangunnya dan freon di daur ulang (5) Komputer bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam, plastik/kabel, baterai dll) (6) Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau dan gelap) dan dihancurkan. d. Composting (1) Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik untuk skala individual, komunal maupun skala besar (di lokasi landfill). (2) Sampah yang digunakan hanya sampah potongan tanaman dengan masa proses 3-6 bulan (windrow system). Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3) Sampah dari rumah tangga tidak digunakan (kualitas kompos yang dihasilkannya tidak sebaik kompos dari potongan tanaman). 2. Segi Institusi. Pada beberapa kota umumnya pengelolaan persampahan dilakukan oleh Dinas Kebersihan kota. Keterlibatan masyarakat maupun pihak swasta dalam menangani persampahan pada beberapa kota sudah dilakukan untuk beberapa jenis kegiatan. Masyarakat banyak yang terlibat pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah, sedangkan pihak swasta umumnya mengelola persampahan pada kawasan elit dimana kemampuan membayar dari konsumen sudah cukup tinggi. Umumnya Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola persampahan. Sebagai pengatur,
Dinas
Kebersihan
bertugas
membuat
peraturan-peraturan
yang
harus
dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas, fungsi Dinas kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sanksi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan, fungsi Dinas kebersihan sebagai pembina pengelolaan persampahan, adalah melakukan peningkatan kemampuan dari operator.
3. Segi Keuangan. Pada kawasan perkotaan dimana Dinas Kebersihan menjadi pengelola persampahan, dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan persampahan yang berasal dari masyarakat.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pada umumnya ketersediaan dana pemerintah untuk menangani persampahan sangat kecil, demikian juga retribusi yang diperoleh dari masyarakat sebagai konsumen juga sedikit. Jumlah perolehan retribusi tersebut masih jauh dari biaya pemulihan yang diperlukan untuk mengelola pelayanan sampah. Secara umum alokasi dana untuk pengelolaan sampah baik berupa dana investasi maupun operasi/pemeliharaan sepenuhnya berasal dari dana masyarakat. Dana retribusi 100 % digunakan untuk pengelolaan sampah. Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan pengelolaan sampah akan semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini menjadi semakin sulit karena denda terhadap penunggak retribusi tersebut tidak dilakukan, bila denda tersebut tidak juga dilakukan maka kecenderungan pelanggan tidak membayar akan meningkat. 4. Segi Peraturan. Jenis Peraturan Pengelolaan Sampah : 1. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. 2. Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2002 tentang Retribusi Sampah.
2.1.2. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Mengubah perilaku masyarakat kita terhadap sampah bukan hal mudah, tetapi langkah ini harus segera dilakukan karena individu masyarakat sebagai penghasil sampah sebagai akibat dari aktivitasnya dan merupakan ujung tombak dari keberhasilan penanganan
masalah
sampah
tersebut.
Hendaknya
pemerintah
terus-menerus
mensosialisasikan dan memotivasi, memfasilitasi untuk menyadarkan masyarakat, secara langsung maupun tak langsung, mengenai perlakuan masyarakat terhadap sampah sehariYessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
hari di rumah-rumah agar dapat memilah dan memisah sampah organik (sampah hijau) bakal kompos dan sampah non-organik (sampah biru) bakal bahan daur ulang. Solusi dalam mengatasi masalah sampah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah yang dimulai pada skala kawasan (tingkat kecamatan), kemudian dilanjutkan pada skala yang lebih luas lagi. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu : a) partisipasi pada tahap perencanaan, b) partisipasi pada tahap pelaksanaan, c) partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan, dan d) partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring. Masyarakat senantiasa ikut berpartisipasi terhadap proses-proses pembangunan bila terdapat faktor-faktor yang mendukung, antara lain : kebutuhan, harapan, motivasi, ganjaran, kebutuhan sarana dan prasarana, dorongan moral, dan adanya kelembagaan baik informal maupun formal. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10 tahun untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah.
Reduce (mengurangi), Reuse
(penggunaan kembali), Recycling (daur ulang), Replace (mengganti) adalah model relatif Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
aplikatif dan dapat bernilai ekonomis. Sistem ini diterapkan pada skala kawasan sehingga memperkecil kuantitas dan kompleksitas sampah (Rancangan Undang – Undang Pengelolaan Sampah). Model ini akan dapat memangkas rantai transportasi yang panjang dan beban APBD yang berat. Selain itu masyarakat secara bersama diikutsertakan dalam pengelolaan yang akan memancing proses serta hasil yang jauh lebih optimal daripada cara yang diterapkan saat ini. Cara penyelesaian yang ideal dalam penanganan sampah di perkotaan adalah dengan cara membuang sampah sekaligus memanfaatkannya sehingga selain membersihkan lingkungan, juga menghasilkan kegunaan baru. Hal ini secara ekonomi akan mengurangi biaya penanganannya (Murthadjo dan Said, 1987). Partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan masalah sampah rumah tangga sangat diperlukan, dengan cara aktif dalam membuang sampah pada tempat atau tong sampah yang telah disediakan. Sehingga dengan demikian tercipta lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman bagi masyarakat itu sendiri.
F. Defenisi Konsep Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989:33). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep yaitu: Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Sampah Rumah Tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun). 2. Pengelolaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 3. Pengelolaan sampah rumah tangga adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
G. Defenisi Operasional Berdasarkan pendapat Singarimbun (1995:46) defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk-bentuk indikatorindikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari suatu penelitian. Adapun indikator dari Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan adalah: 1. Partisipasi masyarakat yang dapat diukur dari peran serta aktif masyarakat dengan membuang sampah ke tempat sampah yang telah disediakan , ketaatan masyarakat dalam membayar retribusi sampah serta kemampuan masyarakat dalam mengenal pengelolaan sampah dengan sistem Reduce, Reuse, Recycling, Replace di kelurahan Sidorame Timur. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Pengumpulan Sampah yang dapat diukur dari frekuensi pengumpulan sampah, jumlah petugas, alat yang digunakan dan masalah – masalah yang dihadapi. 3. Pengangkutan Sampah yang dapat diukur dari jumlah pengangkutan dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) serta letak antara TPS ke TPA. 4. Pembuangan Sampah yang dapat diukur dari jarak TPA dari rumah penduduk dan cara pembuangan sampah yang dilakukan oleh pemerintah di TPA.
H. Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II
METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti melakukan penelitian.
BAB IV
PENYAJIAN DATA Bab
ini menguraikan
hasil penelitian
yang
diperoleh dan
dokumentasi hasil yang akan dianalisis. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB V
ANALISA DATA Bab ini berisi uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.
BAB VI
PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang dilakukan.
BAB II METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi. Penelitian ini tidak menguji hipotesa melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan yang diteliti. Dengan demikian dapat ditegaskan kembali bahwa penelitian ini juga ditempuh berdasarkan tujuan untuk memahami fenomena yang ada pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur.
B. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada daerah Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan.
C. Informan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim dengan kebaikannya dan kesukarelaannya informan tersebut dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses serta kebudayaan yang menjadi latar penelitian tersebut (Moeloeng, 2004;132). Dengan demikian, penulis menetapkan pihak-pihak yang menjadi Informan Kunci (Key Informan) pada penelitian ini secara sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive), yakni dengan perincian sebagai berikut: 1. Lurah
: 1 orang
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Petugas Kebersihan
: 1 orang
Petugas kebersihan yang diteliti di Kelurahan Sidorame Timur merupakan petugas kebersihan yang berasal dari Dinas Kebersihan yang melakukan pengumpulan sampah di Kelurahan Sidorame Timur. 3. Mandor Petugas Kebersihan (TPS)
: 1 orang
Mandor petugas kebersihan merupakan salah satu informan yang memberikan informasi terhadap pengelolaan sampah mulai dari pengumpulan sampah dari rumah ke rumah hingga ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). 4. Masyarakat
: 15 orang
Jumlah informan (masyarakat) ditetapkan dengan menggunakan teknik snow ball yaitu penggalian data melalui wawancara mendalam dari satu informan ke informan lainnya dan seterusnya sampai peneliti tidak menemukan informasi baru lagi (informasi jenuh), yang dalam pengertian bahwa kebanyakan informan telah memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan yang diberikan tentang masalah yang diteliti (Hamidi, 2004;75). Dengan demikian, ditetapkan jumlah informan masyarakat adalah sebanyak 15 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian dengan cara:
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. Pengamatan/ Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap sejumlah acuan yang berkenaan dengan topik penelitian ke lokasi penelitian. b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait. 2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu: a. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatancatatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian. b. Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, dan laporan penelitian, serta yang lainnya.
E. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif, yakni dengan menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan lalu dilakukan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan sebelumnya. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta-fakta, data dan informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian diambil kesimpulan dari peneliti. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
A. Gambaran Umum Wilayah 1. Sejarah Singkat Kelurahan Sidorame Timur Pada tahun 1965 Sidorame Timur dikenal dengan sebutan desa Sidorame Timur yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang bernama Achmad Bachri. Kemudian pada tahun 1981 sebutan desa berubah status menjadi kelurahan Sidorame Timur. Kelurahan Sidorame Timur merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Medan Perjuangan. Kecamatan Medan Perjuangan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Medan Timur yang kemudian tahun 1992 disahkan menjadi kecamatan Medan Perjuangan. Selanjutnya Kecamatan Medan Perjuangan membawahi 9 kelurahan yaitu : - Kelurahan Sidodadi - Kelurahan Tegal Rejo - Kelurahan Sidorame Timur - Kelurahan Sei Kera Hilir - Kelurahan Sei Kera Hilir II - Kelurahan Sei Kera Hulu - Kelurahan Durian - Kelurahan Sidorame Barat II - Kelurahan Sidorejo Hilir. Setelah kelurahan Sidorame Timur berdiri di bawah kecamatan Medan Perjuangan, kelurahan Sidorame Timur terdiri dari 15 lingkungan dengan jumlah kepala keluarga 2.211
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
serta jumlah jiwa sebanyak 9.535 jiwa, dimana laki – laki berjumlah 4.899 jiwa dan perempuan berjumlah 4.626 jiwa.
2. Batas-Batas Wilayah Secara administratif kelurahan Sidorame Timur berbatasan sebagai berikut : -
Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Tegal Rejo
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sidodadi
-
Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Sidorame Barat 1
-
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Sei Kera Hilir.
3. Topografi dan Luas Wilayah Topografi adalah keadaan tinggi rendahnya suatu wilayah terhadap permukaan laut dan kemiringan lereng daerah. Keadaan topografi kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan berada pada ketingggian 12 m dari permukaan laut, sedangkan fotografi berada pada daratan dan jarak dari pusat pemerintahan kelurahan ke pusat pemerintahan kecamatan adalah sepanjang 2 km. Luas wilayah kelurahan Sidorame Timur adalah lebih kurang seluas 50 Ha.
4. Iklim Iklim adalah gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau merupakan rata-rata cuaca dalam jangka waktu tertentu. Iklim di wilayah ini tidak terlepas dari daerah sekitarnya, dan juga tidak terlepas dari iklim di Indonesia pada umumnya. Sehingga kelurahan Sidorame Timur memiliki iklim topis dengan curah hujan yang tinggi. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
B. Komposisi Penduduk dan Sarana 1. Komposisi Penduduk Menurut Suku Bangsa. Komposisi penduduk menurut suku bangsa di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Suku Bangsa. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Suku Bangsa Jumlah Jawa 1.037 Batak Toba 4.099 Batak Selatan 2.283 Nias 232 Aceh 278 Batak Karo 95 Melayu 279 Batak Simalungun 428 Minang 765 Sunda 56 Jumlah 9.535 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 10,87 42,98 23,93 2,43 2,91 0,98 2,92 4,48 8,02 0,57 100
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa penduduk di kelurahan Sidorame Timur terdiri dari suku Jawa berjumlah 1.037 jiwa (10,87 persen), suku Batak Toba berjumlah 4.099 jiwa (42,98 persen), suku Batak Selatan berjumlah 2.283 jiwa (23,92 persen), suku Nias berjumlah 232 jiwa (2,43 persen), suku Aceh berjumlah 278 jiwa (2,91 persen), suku Batak Karo berjumlah 95 jiwa (0,98 persen), suku Melayu berjumlah 279 jiwa (2,92 persen), suku Batak Simalungun 428 jiwa (4,48 persen), suku Minang berjumlah 765 jiwa (8,02 persen), dan suku Sunda berjumlah 56 jiwa (0,57 persen). Sehingga mayoritas penduduk di kelurahan Sidorame Timur adalah suku Batak Toba yaitu sebanyak 4.099 jiwa (42,98 persen).
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Komposisi Penduduk Menurut Usia. Komposisi penduduk menurut usia di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Usia. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Usia
Jumlah 0 - 12 bulan 281 13 bulan – 4 tahun 487 5 – 6 tahun 496 7 – 12 tahun 666 13 – 15 tahun 648 16 – 18 tahun 676 19 – 25 tahun 937 26 – 35 tahun 1.451 36 – 45 tahun 1.286 46 – 50 tahun 1.037 51 – 60 tahun 999 61 – 75 tahun 459 76 tahun ke atas 112 Jumlah 9.535 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 2,96 5,01 5,20 6,99 6,80 7,10 9,83 15,22 13,50 10,89 10,49 4,82 1,18 100
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut golongan usia adalah 9.535 jiwa dan yang paling banyak penduduk berada pada usia produktif yaitu pada usia 26 – 35 tahun sebanyak 1.451 jiwa (15,22 persen).
3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 3. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Tingkat Pendidikan. No 1
Tingkat Pendidikan Belum sekolah
Jumlah 1.476
Persen (%) 15,49
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2 3 4 5 6
TK 481 SD Sederajat 629 SMP Sederajat 2.796 SMA sederajat 3.737 Perguruan Tinggi 416 Jumlah 9.535 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009
5,04 6,60 29,32 39,19 4,36 100
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk kelurahan Sidorame Timur masih menduduki tingkat pendidikan SMA Sederajat yaitu sebanyak 3.737 jiwa (39,19 persen) dan yang belum bersekolah sebanyak 1.476 jiwa (15,49 persen).
4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Mata Pencaharian. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Mata Pencaharian Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) 195 ABRI 18 Pegawai BUMN 28 Pegawai Swasta 293 Pensiunan PNS 102 Pensiunan ABRI 17 Pensiunan BUMN 20 Bidan 6 Dokter 14 Perawat 18 Guru 60 Wiraswasta 1.573 Jumlah 2.344 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 8,32 0,77 1,19 12,5 4,35 0,73 0,85 0,26 0,60 0,77 2,56 67,10 100
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa penduduk di kelurahan Sidorame Timur dilihat dari tingkat mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah bermata pencaharian sebagai Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
wiraswasta yaitu sebanyak 1.573 jiwa (67,10 persen) dan minoritas penduduknya adalah bermata pencaharian sebagai bidan yaitu sebanyak 6 jiwa (0,26 persen).
5. Komposisi Penduduk Menurut Agama. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5. Komposisi Penduduk Kelurahan Sidorame Timur Menurut Agama. No 1 2 3 4 5
Agama
Jumlah Islam 4.852 Kristen Protestan 4.524 Kristen Katolik 143 Hindu 3 Budha 13 Jumlah 9.535 Sumber : Data Monogafi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 50,89 47,44 1,50 0,03 0,14 100
Dari tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa agama mayoritas yang dianut oleh penduduk kelurahan Sidorame Timur adalah agama Islam yaitu sebanyak 4.852 jiwa (50,89 persen) dan yang minoritas adalah agama Hindu yaitu sebanyak 3 jiwa (0,03 persen).
6. Sarana Pendidikan Sarana pendidikan di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 6. Sarana Pendidikan di Kelurahan Sidorame Timur No 1. 2 3 4
Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) SMP Sederajat Swasta 1 SD Negeri 2 SD Swasta 1 TK 2 Jumlah 6 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 16,67 33,33 16,67 33,33 100
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pendidikan merupakan unsur yang tidak kalah penting dalam menunjang kehidupan suatu masyarakat. Dengan pendidikan yang tinggi maka akan meningkatkan status seseorang dalam masyarakat. Untuk itu, sarana pendidikan harus ada di setiap daerah untuk menunjang kehidupan penduduknya. Kelurahan Sidorame Timur memiliki sarana pendidikan yang terdiri dari SMP / Sederajat Swasta sebanyak 1 unit, SD Negeri sebanyak 2 unit, SD Swasta sebanyak 1 unit, TK sebanyak 2 unit
7. Sarana Rumah Ibadah Sarana rumah ibadah di kelurahan Sidorame Timur dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 7. Sarana Rumah Ibadah di Kelurahan Sidorame Timur No 1 2
Sarana Rumah Ibadah Jumlah (unit) Mesjid 5 Gereja 7 Jumlah 12 Sumber : Data Monografi Kelurahan Sidorame Timur, 2009.
Persen (%) 41,67 58,33 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelurahan Sidorame Timur memiliki sarana rumah ibadah yaitu mesjid sebanyak 5 unit dan gereja sebanyak 7 unit. Dalam hal ini tampak bahwa meskipun mayoritas penduduk di kelurahan Sidorame Timur adalah beragama Islam namun sarana ibadah yang paling banyak adalah gereja, namun penduduk di kelurahan Sidorame Timur tetap hidup bertoleransi.
C. Manajemen Persampahan Kota Medan. 1. Visi dan Misi Dinas Kebersihan Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Visi Dinas Kebersihan kota Medan adalah terwujudnya Medan bersih yang berwawasan lingkungan. Sedangkan misi Dinas Kebersihan yaitu : a. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur guna membentuk aparatur Dinas Kebersihan berdedikasi tinggi dan profesional dalam pelayanan kepada masyarakat. b. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi, berdaya guna dan berhasil guna dalam penyapuan, pengumpulan, pewadahan, pengangkutan, pemusnahan sampah serta pengelohan dan pemanfaatan sampah menjadi bernilai ekonomis guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan kota yang berwawasan lingkungan. c. Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) dengan meningkatkan peran serta masyarakat untuk membayar retribusi pelayanan kebersihan guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan.
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan Dinas Kebersihan adalah unsur pelaksana pemerintah Kota Medan dalam pengelolaan kebersihan yang dipimpin oleh seorang kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada daerah melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan surat keputusan Walikota Medan No. 10 tahun 2002, tugas pokok dan fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan adalah sebagai berikut : a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang pengelolaan kebersihan dan memberikan bimbingan teknis pengelolaan kebersihan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
b. Melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan perkembangan yang ada agar tidak terjadi pencemaran. c. Menyelenggarakan penelitian dan menyusun program pengembangan sistem pengelolaan kebersihan secara efisien dan efektif. d. Memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap instansi pemerintah, swasta serta masyarakat dalam usaha meningkatkan bersih, tertib, rapi dan indah. e. Melaksanakan seluruh kewengan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya. f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah.
3. Manajemen Persampahan. Metode yang diterapkan dalam pengelolaan kebersihan kota Medan adalah penerapan manajemen persampahan plus kebijakan Walikota Medan tentang pemberdayaan kelurahan yang dalam implementasinya Dinas Kebersihan bekerjasama dengan Camat, Lurah, dan Kepala lingkungan dalam menciptakan kebersihan kota Medan. Selanjutnya dalam impelementasi operasional kebersihan tersebut, di samping tugas Dinas Kebersihan juga merupakan tugas Camat, Lurah dan Kepala Lingkungan ikut berperan aktif dalam menciptakan kebersihan kota Medan melalui kegiatan sebagai berikut: a. Kepala Lingkungan berperan menghimbau dan mengkoordinir pewadahan sampah. b. Lurah berperan mengendalikan pengangkutan, pengumpulan sampah ke TPS. c. Camat berperan mengendalikan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. d. Dinas Kebersihan kota Medan berperan menyusun program kebersihan kota, melakukan pengawasan dan pengelolaan TPA. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Lurah selain berperan sebagai pengendali dan pengumpulan sampah ke TPS, namun lurah juga mempunyai tugas pokok serta fungsi. Adapun tugas pokok dan fungsi Lurah adalah sebagai berikut :
3.1. Tugas Pokok Lurah. SK Walikota Medan No.63 Tahun 2001 tanggal 13 November 2001 pasal 3 menyebutkan bahwa Lurah mempunyai tugas membantu Camat dalam bidang pemerintahan dan ketertiban pembangunan, kesejahteraan masyarakat serta melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Daerah.
3.2. Fungsi Lurah : 1. Melaksanakan atau menyelenggarakan pelimpahan sebagai kewenangan di bidang pemerintahan, ketertiban pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tanggung jawab kelurahan. 2. Menyelenggarakan pelayanan teknis kesekretariatan. 3. Melaksanakan pelayanan administrasi publik yang menjadi tanggung jawab kelurahan. 4. Meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat khususnya dalam memelihara kebersihan lingkungan. 5. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
4. Struktur Kelurahan Sidorame Timur Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN KELURAHAN SIDORAME TIMUR DENGAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 44 TAHUN 1980
KEPALA KELURAHAN
SEKRETARIS
KASIE UMUM
KASIE KEUANGAN
KASIE EKBANG
KEPLING I
KEPLING II
KEPLING III
KEPLING IV
KEPLING V
KEPLING VI
KEPLING VII
KEPLING VIII
KEPLING IX
KEPLING X
KEPLING XI
KEPLING XII
KEPLING XIII
KEPLING XV
KEPLING XV
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB IV PENYAJIAN DATA
Dalam bab ini akan diuraikan hasil wawancara yang Penulis coba sajikan dalam bentuk hasil wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara tertulis ini merupakan salinan atas wawancara yang pernah dilakukan di lapangan penelitian terhadap Informan Kunci (Key Informan) pada penelitian tentang pengelolaan sampah runah tangga di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Pertanyaan – pertanyaan yang diajukan kepada para informan merupakan pertanyaan yang berasal dari panduan wawancara yang Penulis susun sebagai instrumen dalam penelitian ini. Akan tetapi daftar pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baku, di dalam pelaksanaan wawancara yang telah Penulis lakukan pertanyaan – pertanyaan tersebut mengalami perkembangan yang Penulis sesuaikan dengan permasalahan penelitian ini. Pelaksanaan wawancara langsung dengan informan yang telah Penulis lakukan ini dilakukan kurun waktu selama 2 minggu dengan melibatkan informan sebagaimana yang telah direncanakan pada proposal penelitian ini yaitu : 1. Lurah
: 1 orang
2. Petugas Kebersihan Dinas Kebersihan
: 1 orang
3. Mandor Petugas Kebersihan
: 1 orang
4. Masyarakat (Ibu Rumah Tangga / Pembantu)
: 15 orang
Berikut hasil wawancara tersebut :
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
A. Wawancara Langsung Dengan Bapak Lurah (Bapak Mopul). (1)
Pertanyaan tentang bagaimana peraturan pemerintah tentang pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. “Ada dalam bentuk Surat Keputusan (SK) Walikota no. 141 tahun 2001 tentang pemberdayaan kelurahan dan kecamatan” Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa dalam pengelolaan sampah
rumah tangga tidak saja hanya dilakukan oleh pihak Dinas Kebersihan, namun dengan adanya SK Walikota no.141 tahun 2001 dikeluarkan suatu kebijakan yaitu pemberdayaan kelurahan dimana kelurahan juga turut serta dalam melaksanakan tugas yang diemban oleh Dinas Kebersihan yaitu dalam memelihara kebersihan lingkungan terutama dalam pengelolaan sampah rumah tangga. (2)
Pertanyaan tentang bagaimana fungsi pihak kelurahan dalam menangani sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. “Dalam SK Walikota no.141 tahun 2001 tersebut dijabarkan bahwa fungsi kita sebagai pihak kelurahan adalah sebagai pengawas terhadap kebersihan di kelurahan. Pihak kelurahan membantu petugas sampah (Bestari) dalam pelaksanaan pengangkutan sampah dari rumah ke rumah dengan memberikan fasilitas kepada petugas sampah (Bestari) seperti : kadangkadang memberi petugas kebersihan uang makan siang, apabila ban becak sampah bocor maka pihak kelurahan akan memberikan biaya tempel ban dll. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa pihak kelurahan tidak hanya
sebagai pengawas terhadap pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan (Bestari) dari rumah – rumah hingga ke TPS namun pihak kelurahan juga memberikan biaya operasional kepada petugas kebersihan (Bestari) apabila mereka memberitahukan kerusakan pada becak sampah mereka. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3)
Pertanyaan tentang bagaimana swadaya masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya melihat masyarakat melakukan swadaya dalam mengelola sampah rumah tangga melalui penyediaan tempat sampah di depan rumah, sekitar tahun 2002 masyarakat membeli tempat sampah yang berupa ember yang pakai tutup dari Dinas Kebersihan. Namun belakangan ini, masyarakat hanya menggunakan goni sebagai tempat sampah”. Dapat diketahui dari kutipan di atas bahwa dalam rangka mengelola sampah rumah
tangga masyarakat juga melakukan swadaya yaitu dalam penyediaan tempat sampah untuk menampung sampah rumah tangga sebelum diangkut oleh petugas kebersihan. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana petugas sampah yang menangani sampah rumah tangga yang berada di kelurahan Sidorame Timur berasal dari Dinas Kebersihan atau dari Swasta. “Petugas sampah yang berada di kelurahan Sidorame Timur adalah petugas sampah yang berasal dari Dinas Kebersihan yang dikenal dengan sebutan Bestari. Petugas sampah yang melakukan pengumpulan sampah di kelurahan Sidorame Timur berjumlah 3 orang dengan 1 orang mandor yang melakukan pengawasan di TPS”. Dari penjelasan informan di atas diketahui bahwa petugas sampah di kelurahan
Sidorame Timur berasal dari Dinas Kebersihan bukan dari pihak swasta dan mandor petugas kebersihan juga berasal dari Dinas Kebersihan dimana mereka menerima gaji dari pemerintah. (5)
Pertanyaan tentang berapa kali sehari sampah di kelurahan Sidorame Timur diangkut oleh petugas kebersihan. “Sampah setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan, biasanya pengumpulan sampah dilakukan dari pagi hari sampai sore dari gang ke gang dengan berbagi tugas lingkungan yang sampahnya akan diangkut antara setiap petugas”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa meskipun hari libur petugas kebersihan tetap melakukan pengumpulan sampah, dimana setiap petugas berbagi tugas untuk setiap lingkungan yang ada di kelurahan sehingga dalam sehari terkadang ada lingkungan yang sampahnya tidak diangkut. (6)
Pertanyaan tentang letak Tempat Penampungan Sementara (TPS) di kelurahan Sidorame Timur. “Untuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur akan dibawa ke TPS yang berada di Pusat Pasar dan ke Jalan Madyo Santoso. TPS yang terletak di jalan Madyo Santoso merupakan TPS yang dimiliki oleh Kecamatan Medan Timur, kita hanya menumpang karena kebetulan daerah Medan Perjuangan dengan Medan Timur berdekatan”. Dapat diketahui dari kutipan di atas bahwa Kecamatan Medan Perjuangan tidak
memiliki Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), sehingga sebagian kelurahan khususnya kelurahan Sidorame Timur yang berada di bawah kecamatan Medan Perjuangan mengangkut sampah rumah tangga yang dikutip dari setiap rumah tangga ke TPS yang berada di Jalan Madyo Santoso. (7)
Pertanyaan tentang bagaimana kendala yang dihadapi oleh pihak kelurahan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dari setiap lingkungan yang terdapat di keluahan Sidorame Timur. “Selama ini kendala yang sering kita hadapi adalah jumlah petugas kebersihan yang disebut dengan nama Bestari sangat minim. Kondisi Bestari yang hanya berjumlah 3 orang tidak maksimal dalam melayani pengangkutan sampah setiap rumah tangga di setiap lingkungan. Hal ini terjadi karena mereka dijatah untuk setiap lingkungan dalam satu hari dalam hal pengangkutan sampah rumah tangga. Sehingga Bestari tidak maksimal dalam beroperasi sehingga sering terkendala di masyarakat”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa terdapat sebuah permasalahan dalam hal pengangkutan sampah runah tangga dari setiap keluarga yang terdapat di lingkungan kelurahan Sidorame Timur. Kendala yang dimaksud adalah bahwa jumlah petugas kebersihan (Bestari) di kelurahan Sidorame Timur sangat minim yaitu hanya berjumlah 3 orang, yang apabila dilihat dari komposisi penduduk di kelurahan Sidorame Timur dengan jumlah kepala keluarga yaitu sebanyak 2.211 maka jumlah petugas kebersihan tersebut sangat minim.
B. Wawancara Langsung Dengan Petugas Kebersihan / Bestari
(Bapak
S. Lahagu). (1)
Pertanyaan tentang jumlah petugas kebersihan yang mengakut sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. “Jumlahnya sebanyak 3 orang dan kami dikenal dengan sebutan Bestari yaitu petugas kebersihan yang melakukan pengumpulan sampah rumah tangga”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa jumlah petugas kebersihan
yang mengangkut sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur hanya berjumlah tiga orang. Apabila di lihat dari luas wilayah kelurahan Sidorame Timur maka jumlah petugas kebersihan ini sangat sedikit. (2)
Pertanyaan tentang berapa kali petugas kebersihan melakukan pengambilan sampah di kelurahan Sidorame Timur. “Kami dari pagi sudah mulai melakukan pengambilan sampah dari rumah ke rumah dengan berbagi tugas dengan petugas lainnya yaitu dalam satu hari kami mengangkut sampah rumah tangga dari tiap 2 lingkungan. Sehingga dalam sehari kami melakukan pengambilan sampah sebanyak 2 kali hingga sore hari”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dapat diketahui dari kutipan di atas bahwa petugas kebersihan setiap hari nelakukan pengambilan sampah rumah tangga, dimana pengambilan sampah rumah tangga di mulai dari pagi hingga sore hari. Meskipun petugas kebersihan melakukan pengambilan sampah setiap hari, namun tidak semua lingkungan sampah rumah tangganya dapat diangkut. Hal ini terjadi karena sistem yang diterapkan oleh petugas sampah dalam melakukan pengambilan sampah rumah tangga dilakukan secara bergiliran untuk setiap lingkungan mengingat kondisi jumlah petugas kebersihan yang berjumlah hanya 3 orang. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana alat yang digunakan oleh petugas kebersihan dalam mengumpulkan sampah di kelurahan Sidorame Timur. “Biasanya dalam mengumpulkan sampah kami menggunakan alat berupa cangkar untuk mengeruk sampah dari tempat sampah, sapu untuk menyapu sampah yang berserakan setelah diangkat serta goni tempat sampah yang digunakan sebagai tempat sampah apabila muatan dalam becak atau gerobak sampah telah penuh”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa alat – alat yang digunakan
oleh petugas kebersihan dalam melakukan pengumpulan sampah rumah tangga dari rumah ke rumah yaitu berupa cangkar untuk mengeruk sampah dari tempat sampah, sapu untuk menyapu sampah yang masih berserakan setelah diangkat ke becak atau gerobak sampah serta goni tempat sampah yang digunakan sebagai tempat sampah apabila muatan dalam becak atau gerobak sampah telah penuh. Alat yang digunakan petugas kebersihan masih sederhana, hal ini dapat dilihat dari jenis dan fungsi dari alat tersebut. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah pengangkutan sampah yang digunakan oleh petugas kebersihan dalam melakukan pengumpulan sampah dari rumah – rumah
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
warga ke TPS dan pengangkutan sampah apa yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA. “Pengangkutan sampah yang kami gunakan dalam mengangkut sampah rumah tangga dari rumah – rumah warga hingga ke TPS berjumlah 3 buah yaitu 2 buah becak sampah dan 1 buah gerobak sorong yang penggunaannya dengan cara ditarik. Sedangkan sampah rumah tangga yang dari TPS diangkut menggunakan truk untuk dibuang ke TPA, dimana setiap hari jumlah truk yang mengangku sampah dari TPS ke TPA hanya berjumlah 1 unit”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa jumlah pengangkutan sampah yang digunakan oleh petugas kebersihan dalam melakukan pengumpulan sampah dari rumah warga hingga ke TPS hanya berupa 2 buah becak sampah dan 1 buah gerobak. Jumlah pengangkutan yang hanya berjumlah 3 buah kurang efektif dan efisien dalam melayani pengambilan sampah rumah tangga dari rumah warga dan jenis pengangkutan juga kurang mendukung karena pelayanan kebersihan juga berjalan semakin lamban mengingat jenis becak sampah dan gerobak hanya digerakkan menggunakan tenaga manusia. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA juga jumlahnya sangat minim karena 1 truk belum mampu untuk menampung kapasitas sampah rumah tangga dari beberapa kelurahan yang telah ditumpuk sebelum truk datang ke TPS yang menyebabkan banyak sampah yang bertumpuk di TPS. (5)
Pertanyaan tentang bagaimana jasa atau gaji yang diterima oleh petugas kebersihan dan berapa jumlahnya. “Gaji kami berasal dari pembayaran retribusi sampah masyarakat. Masyarakat membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan kemudian Kepala Lingkungan menyetor kepada Lurah dan Lurah menyetor kepada Camat baru kemudian dari Camat disetor kepada Dinas Kebersihan. Setiap bulannya mandor akan mengambil gaji kami ke Dinas Kebersihan lalu membayarkannya kepada kami. Gaji yang kami terima perbulan
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
tergantung pengumpulan sampah yang kami lakukan yaitu sebesar Rp.900.000, namun apabila ada hari libur maka gaji kami akan dipotong lagi”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa petugas kebersihan memperoleh gaji dari Dinas Kebersihan yang diterima oleh petugas kebersihan setiap bulannya melalui mandor. Besarnya gaji yang diterima oleh petugas kebersihan yaitu sebesar Rp.900.000,00, namun apabila petugas kebersihan tidak bekerja atau libur maka gajinya akan dipotong lagi. Jumlah gaji yang diterima oleh petugas kebersihan masih kurang apabila dilihat dari pekerjaan yang mereka yang berat yaitu mengangku sampah dari rumah ke TPS menggunakan becak atau gerobak.
C. Wawancara Langsung dengan Mandor Petugas Kebersihan (Bapak S. Suheri) (1)
Pertanyaan tentang jumlah petugas kebersihan yang mengangkut sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. “Jumlah petugas kebersihan yang mengangkut sampah di kelurahan Sidorame Timur sebanyak 3 orang. Mereka adalah Shokiato Lahagu, Alwi dan Otnielis Lahagu”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa jumlah petugas yang
melakukan pengumpulan sampah di kelurahan Sidorame Timur berjumlah 3 orang, dimana ketiganya adalah lak-laki. Jumlah petugas yang sangat minim akan menyebabkan terkendalanya pengangkutan sampah rumah tangga di setiap lingkungan yang ada di kelurahan Sidorame Timur. (2)
Pertanyaan tentang berapa kali petugas kebersihan melakukan pengambilan sampah di kelurahan Sidorame Timur.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
“Mereka mempunyai kawasan masing – masing dalam melakukan pengumpulan sampah. Setiap petugas kebersihan mengambil 2 lingkungan untuk setiap gang sebanyak 2 kali dalam sehari. Setiap hari mereka melakukan pengumpulan sampah tetapi berbeda lingkungan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa petugas kebersihan setiap hari melakukan pengumpulan sampah rumah tangga dengan kontinuitas 2 kali pengutipan setiap hari . Pengumpulan sampah rumah tangga tersebut dilakukan secara bergilir oleh setiap petugas dimana setiap petugas melakukan pengumpulan sampah untuk 2 lingkungan setiap harinya. Sehingga sampah rumah tangga setiap lingkungan tidak dapat diangkut setiap hari oleh petugas kebersihan karena keterbatasan anggota. (3)
Pertanyaan tentang berapa jumlah pengangkutan sampah yang digunakan oleh petugas kebersihan dalam melakukan pengumpulan sampah dari rumah – rumah warga ke TPS dan pengangkutan sampah apa yang digunakan untuk mengangkut sampah dari TPS ke TPA serta berapa jarak antara TPS ke TPA “Pengangkutan sampah yang digunakan oleh Bestari hanya berupa 2 becak sampah dan 1 gerobak sorong. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA Dinas Kebersihan hanya menyediakan armada berupa 1 truk pengangkut sampah setiap harinya. Namun, armada pengangkutan untuk ke TPA masih kurang untuk menampung kuantitas sampah dari TPS karena sampah rumah tangga yang berada di TPS bersumber dari beberapa kelurahan yang mengakibatkan banyaknya penumpukan sampah di TPS. Dan letak TPA dengan TPS berjauhan sekitar 15 km.”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa dalam melakukan
pengumpulan sampah pengangkutan yang digunakan oleh Bestari hanya berupa 2 becak sampah dan 1 gerobak sampah. Jumlah pengangkutan yang minim mengakibatkan terkendalanya pengumpulan sampah rumah tangga di setiap lingkungan. Untuk armada pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, Dinas Kebersihan memberikan sebuah truk Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
pengangkut sampah. Truk ini setiap hari beroperasi di TPS, namun karena keterbatasan muatan truk maka sampah rumah tangga yang berada di TPS tidak dapat semuanya diangkut yang mengakibatkan penumpukan sampah di TPS. Serta letak TPA yang terlalu jauh mengakibatkan truk beroperasi hanya sekali dalam sehari di TPS. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana cara yang digunakan oleh pemerintah dalam melakukan pembuangan sampah rumah tangga di TPA. “Hingga saat ini pemerintah menggunakan cara pembuangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir sampah dengan menumpuk sampah di atas lahan kosong (open dumping)”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa metode atau cara
pembuangan sampah di TPA adalah dengan menumpuk sampah pada lahan terbuka. Cara ini dikenal dengan nama open dumping. Cara ini sebenarnya berbahaya karena sampah yang ditumpuk akan menimbulkan suatu bibit penyakit yang akan menyebar melalui udara. (5)
Pertanyaan tentang bagaimana jasa atau gaji yang diterima oleh petugas kebersihan dan berapa jumlahnya. “Petugas kebersihan atau Bestari merupakan Tenaga Hari Lepas. Mereka memperoleh gaji dari Dinas Kebersihan, dimana gaji dihitung berdasarkan hari kerja yaitu sebesar Rp.30.000,00/hari” Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa petugas kebersihan atau Bestari
merupakan tenaga
hari lepas yang memperoleh gaji
dari Dinas Kebersihan. Cara
perhitungan gaji Bestari didasarkan pada hari kerja yaitu sebesar Rp.30.000,00/hari. Apabila dilihat dari sudut ekonomi gaji yang diterima sekitar Rp.900.000,00/bulan sudah sewajarnya, namun apabila dilihat dari proses pengangkutan sampah dari rumah – rumah
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
warga hingga ke TPS menggunakan becak sampah atau gerobak sorong memerlukan tenaga yang besar dan sangat melelahkan sehingga gaji yang diterima masih kurang. (6)
Pertanyaan tentang kendala apa saja yang dihadapi oleh petugas sampah dalam melakukan pengumpulan sampah. “Kendala yang kami hadapi adalah keterbatasan jumlah pengangkutan yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di setiap rumah tangga karena keterbatasan anggota sehingga tidak mampu melayani kebutuhan warga. Untuk di TPS juga armada pengangkutan truk yang berjumlah hanya 1 unit mengakibatkan banyaknya sampah yang menumpuk di lahan TPS”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui terdapat sebuah permasalahan yang
dihadapi oleh petugas kebersihan maupun warga sebagai penghasil sampah rumah tangga. Keterbatasan jumlah pengangkutan mengakibatkan penumpukan sampah baik di rumah warga maupun di TPS.
D. Wawancara Langsung Dengan Masyarakat. a. Ibu Fatimah (Lingkungan I) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang ada di rumah seperti sisa sayuran, botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak akan saya kumpulkan dan letakkan pada tempat sampah yang telah disediakan berupa goni sebelum sampah tersebut diangkut oleh petugas kebersihan” Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu mengelola
sampah rumah tangga yaitu dengan cara mengumpulkan sampah – sampah yang berupa sisa sayuran, , botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam goni ke dalam goni sebelum diangkut oleh petugas kebersihan. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Dalam melakukan pengumpulan sampah rumah tangga, petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Sehingga saya harus banyak menyediakan goni atau kantongan besar sebagai tempat pengumpulan sampah sebelum diangkut oleh petugas”.
Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Hal ini menyebabkan banyak sampah yang bertumpuk di halaman rumah yang menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Uang retribusi sampah saya bayarkan ke Kepala Lingkungan sebesar Rp 5.000,00,/bulan sesuai dengan surat keterangan dari lurah bahwa setiap rumah tangga harus membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000,00/bulan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa setiap rumah
tangga membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan bukan kepada petugas kebersihan yaitu sebesar Rp 5.000,00 yang sesuai dengan surat keterangan dari lurah. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Sampai sejauh ini belum pernah ada denda apabila membuang sampah di drainase hanya saja mendapat teguran dari Kepala Lingkungan karena apabila ada denda pastinya warga tidak akan membuang sampah lagi keparit”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa apabila membuang sampah ke parit / drainase tidak dikenakan denda, hanya saja mendapat teguran apabila dilihat oleh Kepala Lingkungan. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang akan membuang sampah ke parit karena tidak ada peraturan yang mengikat. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya pernah mendengar istilah 4 R, namun dalam penerapannya saya hanya menggunakan prinsip pemakaian kembali terhadap sampah yang berupa botol – botol bekas utuk dijadikan sebagai tempat minuman dan sampah – sampah lain yang masih bisa dijual ke botot akan saya kumpulkan”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahaw pengenalan ibu tersebut
terhadap sistem 4 R hanya sebatas penggunaan kembali terhadap sampah yang disebut dengan Reuse untuk ketiga lagi ibu tersebut belum mampu untuk melakukannya. Cara lain yang dilakukan ibu tersebut adalah dengan menjual sampah yang masih bernilai ekonomis apabila dijual ke botot. b. Ibu R. Napitupulu (Lingkungan II). (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang ada di rumah seperti sisa sayuran, botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak akan saya kumpulkan dan letakkan pada tempat sampah yang telah disediakan berupa goni sebelum sampah tersebut diangkut oleh petugas kebersihan. Namun, untuk sampah yang berbau busuk seperti perut ikan, makanan busuk akan saya buang ke parit (drainase) yang terdapat di ujung jalan”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu mengelola sampah rumah tangga yaitu dengan cara mengumpulkan sampah – sampah yang berupa sisa sayuran, , botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam goni ke dalam goni sebelum diangkut oleh petugas kebersihan. Untuk sampah rumah tangga yang berbau busuk seperti perut ikan, makanan busuk akan dibuang ke parit (drainase) yang terdapat di ujung jalan. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Dalam melakukan pengumpulan sampah rumah tangga, petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Sehingga saya harus banyak menyediakan goni sebagai tempat pengumpulan sampah sebelum diangkut oleh petugas”. Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Hal ini menyebabkan banyak sampah yang bertumpuk di halaman rumah masyarakat yang menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Uang retribusi sampah saya bayarkan ke Kepala Lingkungan sebesar Rp 5.000,00,/bulan sesuai dengan surat keterangan dari lurah bahwa setiap rumah tangga harus membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000,00/bulan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa setiap rumah
tangga membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan bukan kepada petugas kebersihan yaitu sebesar Rp 5.000,00 yang sesuai dengan surat keterangan dari lurah. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Sampai sejauh ini belum pernah ada denda apabila membuang sampah di drainase, hanya saja apabila dilihat oleh Kepala Lingkungan maka saya akan mendapatkan teguran”. Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa apabila membuang sampah ke parit /
drainase tidak dikenakan denda, hanya saja mendapat teguran apabila dilihat oleh Kepala Lingkungan. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang akan membuang sampah ke parit karena tidak ada peraturan yang mengikat. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya hanya mengenal sistem pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum dan plastik – plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan saya jual ke botot karena lumayan uangnya untuk jajan anak – anak”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu hanya
mengenal sistem pengelolaan sampah rumah tangga yaitu melalui pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum. Namun untuk sampah rumah tangga lainnya yang berupa plastik –plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan dijual ke botot. c. Ibu R. Br. Simanjuntak (Lingkungan III) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Usaha yang saya lakukan dalam mengelola sampah adalah dengan mengumpulkan sampah rumah tangga pada kantongan plastik hingga penuh.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Setelah sampah ini penuh maka kemudian saya akan menyuruh anak saya untuk membuang sampah ke parit yang terletak di sebelah kuburan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa usaha yang dilakukan oleh ibu tersebut dalam mengelola sampah rumah tangga adalah dengan membuang sampah ke parit yang terdapat di sebelah kuburan. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukkan sampah pada parit (drainase). (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan saya ini sehingga saya kurang memperhatikannya. Apalagi pekerjaan saya berjualan di pasar sehingga saya tidak tahu kapan mereka datang”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan ibu tersebut sehingga ibu tersebut menjadi cuek terhadap pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Saya tidak tahu jumlah retribusi sampah karena mereka jarang melakukan pengumpulan sampah rumah tangga saya maka saya tidak mau membayar. Dulu sekitar tahun 2004, petugas kebersihan sering datang melakukan pengumpulan sampah dan saya membayar retribusi sampah langsung kepada petugas”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut tidak
mengetahui jumlah retribusi sampah karena petugas kebersihan jarang melakukan pengumpulan sampah sehingga ibu tersebut tidak mau membayar uang retribusi. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit).
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
“Sampai sejauh ini belum pernah ada penerapan denda terhadap siapa yang membuang sampah ke parit, hanya saja ada himbauan dari Kepala Lingkungan agar tidak membuang sampah ke parit”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa tidak pernah ada denda apabila masyarakat membuang sampah ke parit, yang ada hanya berupa himbauan dari Kepala Lingkungan. Sehingga masyarakat tidak jera untuk membuang sampah ke parit karena tidak ada sanksi yang tegas. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya belum pernah mendengar prinsip 4 R dan menurut saya sampai saat ini belum ada penerapan terhadap prinsip 4 R karena masyarakat mengelola sampah hanya dengan cara yang sederhana yaitu melakukan pengumpulan lalu membuangnya ke parit atau diangkut oleh petugas kebersihan”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut belum
mengenal prinsip 4 R dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Ibu tersebut menganggap sampah sebagai barang yang tidak memiliki nilai ekonomis dan harus dibuang. d. Ibu Evita (Lingkungan IV) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Usaha saya dalam mengelola sampah adalah dengan melakukan pemisahan sampah yaitu antara sampah kering dan basah dimana sampah yang kering akan saya bakar di pekarangan rumah dan sampah yang basah akan saya buang ke parit (drainase)” Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa ibu tersebut
melakukan pemisahan terhadap sampah rumah tangga yang dihasilkan yaitu dengan membakar sampah kering dan membuang sampah basah ke parit. Cara pemisahan yang Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
dilakukan oleh ibu tersebut sudah baik namun dalam pengelolaan melalui proses pembakaran dan pembuangan ke saluran air dapat menimbulkan pencemaran baik udara maupun air. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Belakangan ini saya tidak pernah melihat petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah. Dulu sebelum walikota kita ditangkap, petugas kebersihan selalu melakukan pengumpulan sampah dan Kepala Lingkungan juga sering menghimbau masyarakat untuk melakukan gotong royong kebersihan lingkungan, namun sekarang hal tersebut tidak pernah lagi dilakukan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut belakangan ini tidak pernah melihat petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah. Ibu tersebut juga menceritakan keadaan dahulu sebelum walikota Medan ditangkap petugas kebersihan selalu melakukan pengumpulan sampah dan Kepala Lingkungan juga sering menghimbau masyarakat untuk melakukan gotong royong kebersihan lingkungan, namun sekarang hal tersebut tidak pernah lagi dilakukan. Sehingga mengakibatkan banyaknya penumpukkan sampah di (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Saya tidak mau membayarkan uang retribusi karena sampah saya tidak pernah diangkut oleh petugas kebersihan” Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas adalah ibu tersebut tidak mau
membayarkan retribusi sampah karena sampahnya tidak pernah diangkut. Hal ini
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
menyebabkan munculnya rasa yang tidak memiliki terhadap tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dalam memelihara lingkungan. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Dahulu apabila membuang sampah ke parit akan langsung ditegur oleh Kepala Lingkungan karena di dekat parit terdapat himbauan berupa plank dengan tulisan dilarang membuang sampah. Namun, sekarang apabila membuang sampah ke parit tidak lagi ditegur”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa tidak ada denda untuk
warga yang membuang sampah ke parit. Apabila warga ketahuan membuang sampah ke parit maka akan mendapat teguran dari Kepala Lingkungan. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya pernah mendengar prinsip 4 R dari televisi, namun untuk saya penerapan 4 R belum pernah saya lakukan karena tidak ada sosialisasi dari pemerintah”. Dapat diketahui dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut hanya pernah
mendengar prinsip 4 R dari televisi, namun untuk penerapannya belum pernah dilakukan karena tidak ada sosialisasi dari pemerintah. e. Ibu M. Br. Pane (Lingkungan V). (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang saya hasilkan dari sisa – sisa dapur atau sisa – sisa makanan akan saya kumpulkan dalam satu plastik seteleh plastik tersebut penuh maka akan saya buang ke parit yang ada di dekat rumah. Dan sampah – sampah yang berupa kaleng – kaleng bekas, botol – botol bekas, koran – koran bekas akan saya kumpulkan hingga banyak lalu dijual ke botot”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa dalam mengelola sampah rumah tangga ibu tersebut melakukan pemisahan terhadap sampah kering dan sampah basah, dimana sampah basah seperti sampah dari sisa – sisa dapur atau sisa – sisa makanan akan dikumpulkan dalam satu plastik seteleh plastik tersebut penuh maka akan dibuang ke parit yang ada di dekat rumah dan sampah kering seperti kaleng – kaleng bekas, botol – botol bekas, koran – koran bekas akan dikumpulkan hingga banyak lalu dijual ke botot. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Akhir – akhir ini saya jarang melihat petugas kebersihan datang melakukan pengumpulan sampah, kadang – kadang mereka lewat dari depan rumah saya namun mereka tidak mengambil sampah saya sehingga saya memutuskan untuk membuang sampah ke parit”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut kurang mengetahui berapa kali petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah karena jarangnya petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah sehingga mengakibatkan ibu tersebut membuang sampah ke parit. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Karena sampah saya tidak pernah dikumpulkan oleh petugas kebersihan maka saya tidak mau membayar retribusi kebersihan, kebetulan juga petugas kebersihan maupun Kepala Lingkungan tidak pernah menagih uang retribusi kepada saya”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa ibu tersebut
enggan membayar retribusi karena sampahnya tidak pernah diangkut oleh petugas kebersihan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Saya tidak pernah kena denda apabila membuang sampah ke parit, namun apabila ada denda maka saya akan membuang sampah saya ke petugas kebersihan dengan syarat petugas harus melakukan pengumpulan sampah setiap hari karena sampah yang bertumpuk selama berhari – hari di rumah akan menimbulkan bau yang tidak sedap”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa tidak ada sanksi yang tegas
apabila membuang sampah ke parit yang menyebabkan ibu tersebut ketagihan membuang sampah ke parit, meskipun membuang sampah ke parit dapat menimbulkan pencemaran air. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya pernah mendengar istilah 4 R, namun dalam penerapannya saya hanya menggunakan prinsip pemakaian kembali terhadap sampah yang berupa botol – botol bekas utuk dijadikan sebagai tempat minuman dan sampah – sampah lain yang masih bisa dijual ke botot akan saya kumpulkan”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahaw pengenalan ibu tersebut
terhadap sistem 4 R hanya sebatas penggunaan kembali terhadap sampah yang disebut dengan Reuse untuk ketiga lagi ibu tersebut belum mampu untuk melakukannya. Cara lain yang dilakukan ibu tersebut adalah dengan menjual sampah yang masih bernilai ekonomis apabila dijual ke botot. f. Ibu A Br. Siregar (Lingkungan VI). (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Usaha saya dalam mengelola sampah adalah dengan melakukan pemisahan sampah yaitu antara sampah kering dan basah dimana sampah yang kering yang berupa daun – daun, plastik yang tidak layak pakai, kertas – kertas
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
yang telah robek akan saya bakar di pekarangan rumah dan sampah yang basah yang berupa perut – perut ikan, sisa – sisa sayuran dan sebagainya akan saya buang ke parit (drainase)” Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa ibu tersebut melakukan pemisahan terhadap sampah rumah tangga yang dihasilkan yaitu dengan membakar sampah kering dan membuang sampah basah ke parit. Cara pemisahan yang dilakukan oleh ibu tersebut sudah baik namun dalam pengelolaan melalui proses pembakaran dan pembuangan ke saluran air dapat menimbulkan pencemaran baik udara maupun air. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Belakangan ini saya jarang melihat petugas kebersihan datang melakukan pengumpulan sampah, kadang – kadang mereka lewat dari depan rumah saya namun mereka tidak mengambil sampah saya sehingga saya memutuskan untuk membakar smpah dan sebagian lagi dibuang sampah ke parit”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut kurang mengetahui berapa kali petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah karena jarangnya petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah sehingga mengakibatkan ibu tersebut mambakar sampahnya dan sebagian lagi dibuang sampah ke parit. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Saya tidak tahu jumlah retribusi sampah karena mereka jarang melakukan pengumpulan sampah rumah tangga saya maka saya tidak mau membayar. Dulu sekitar tahun 2004, petugas kebersihan sering datang melakukan pengumpulan sampah dan saya membayar retribusi sampah langsung kepada petugas”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut tidak mengetahui jumlah retribusi sampah karena petugas kebersihan jarang melakukan pengumpulan sampah sehingga ibu tersebut tidak mau membayar uang retribusi. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Dahulu apabila membuang sampah ke parit akan langsung ditegur oleh Kepala Lingkungan karena di dekat parit terdapat pengumuman berupa plank dengan tulisan dilarang membuang sampah ke parit. Namun, sekarang apabila membuang sampah ke parit tidak lagi ditegur karena Kepala Lingkungan sudah malas”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa tidak ada denda untuk
warga yang membuang sampah ke parit. Apabila warga ketahuan membuang sampah ke parit maka akan mendapat teguran dari Kepala Lingkungan, meskipun belakangan ini Kepala Lingkungan sudah malas menegur warga karena warganya selalu melanggar aturan. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya hanya mengenal sistem pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum dan plastik – plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan saya jual ke botot karena dapat menghasilkan uang”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu hanya
mengenal sistem pengelolaan sampah rumah tangga yaitu melalui pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum. Namun untuk sampah rumah tangga lainnya yang berupa plastik –plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan dijual ke botot sehingga bernilai ekonomis. g. Ibu R. Br. Panjaitan (Lingkungan VII) Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Usaha yang saya lakukan dalam mengelola sampah adalah dengan mengumpulkan sampah rumah tangga pada kantongan plastik hingga penuh. Setelah sampah ini penuh maka kemudian saya akan menyuruh anak saya untuk membuang sampah ke parit yang terletak di sebelah kuburan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa usaha yang dilakukan oleh
ibu tersebut dalam mengelola sampah rumah tangga adalah dengan membuang sampah ke parit yang terdapat di sebelah kuburan. Hal ini dapat mengakibatkan penumpukkan sampah pada parit (drainase). (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan jarang sekali datang terkadang dalam 2 minggu baru sekali muncul melakukan pengumpulan sampah sehingga saya memutuskan untuk membuang sampah ke parit”. Dari penejelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa petugas kebersihan jarang sekali datang terkadang dalam 2 minggu baru sekali muncul melakukan pengumpulan sampah sehingga ibu tersebut harus membuang sampah ke parit. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Kadang – kadang Kepala Lingkungan meminta uang retribusi kepada saya, namun saya tidak mau membayar karena saya menganggap mereka hanya mau menerima uang saja padahal kinerjanya tidak bagus”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut tidak mau
membayar retribusi kebersihan meskipun terkadang Kepala Lingkungan menagih kepada
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
ibu tersebut. Hal ini diakibatkan karena petugas jarang melakukan pengumpulan samah sehingga ibu tersebut menganggap kinerja petugas kebersihan tidak bagus. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Sampai saat ini saya belum pernah dikenakan denda apabila membuang sampah di parit hanya saja saya pernah mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan ketika ketahuan membuang sampah di parit”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak pernah
kena denda apabila membuang sampah ke parit. Ibu tersebut hanya mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Peringatan tidak akan membuat masyarakat jera maka diperlukan suatu peraturan yang tegas bagi yang melanggaar peraturan akan dikenakan sanksi. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya hanya mengenal sistem pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum dan plastik – plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan saya jual ke botot karena lumayan uangnya untuk jajan anak – anak”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu hanya
mengenal sistem pengelolaan sampah rumah tangga yaitu melalui pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum. Namun untuk sampah rumah tangga lainnya yang berupa plastik –plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan dijual ke botot. h. Ibu Hotmaida (Lingkungan VIII)
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Pengelolaan sampah yang saya lakukan adalah dengan mengumpulkan sampah kering di halaman depan rumah saya lalu setiap sore akan saya bakar. Untuk sampah yang basah berupa sisa – sisa sayuran, perut – perut ikan, makanan yang telah basi akan saya buang ke parit” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh ibu tersebut adalah dengan mengumpulkan sampah kering di halaman depan rumah lalu dibakar setiap sore dan untuk sampah basah berupa sisa – sisa sayuran, perut – perut ikan, makanan yang telah basi akan dibuang ke parit. Ibu tersebut telah melakukan usaha pemilahan terhadap sampah rumah tangga, namun cara yang dilakukan dapat menyebabkan pencemaran baik udara maupun air. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan saya ini sehingga saya kurang memperhatikannya”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan ibu tersebut sehingga ibu tersebut menjadi cuek terhadap pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Karena sampah saya tidak pernah dikumpulkan oleh petugas kebersihan maka saya tidak mau membayar retribusi kebersihan, kebetulan juga petugas kebersihan maupun Kepala Lingkungan tidak pernah menagih uang retribusi kepada saya”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa ibu tersebut enggan membayar retribusi karena sampahnya tidak pernah diangkut oleh petugas kebersihan. Sehingga ibu tersebut melupakan tanggung jawabnya sebagai masyarakat dalam hal membayar retribusi. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Sampai sejauh ini saya belum pernah dikenakan denda apabila membuang sampah di parit hanya saja saya pernah mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan ketika ketahuan membuang sampah di parit”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak pernah
kena denda apabila membuang sampah ke parit. Ibu tersebut hanya mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Peringatan tidak akan membuat masyarakat jera maka diperlukan suatu peraturan yang tegas bagi yang melanggaar peraturan akan dikenakan sanksi. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya pernah mendengar prinsip 4 R, namun sebagai masyarakat saya tidak dapat melakukan daur ulang, pemindahan tempat terhadap sampah dengan cara manual. Yang dapat saya lakukan adalah dengan melakukan pengurangan sampah dengan cara membuang dan membakar sampah yang ada dirumah dan untuk botol – botol bekas saya jadikan sebagai tempat minuman” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut sebenarnya
telah melakukan usaha yang sesuai dengan prinsip 4 R yaitu melalui penggunaan kembali sampah rumah tangga berupa botol – botol bekas dan melakukan pengurangan sampah meskipun cara yang digunakan tidak sesuai dengan peraturan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
i. Ibu T. Br. Pohan(Lingkungan IX) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah rumah tangga yang ada di rumah saya akan saya buang langsung ke parit karena kebetulan rumah saya letaknya di pinggir parit” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut mengelola
sampah rumah tangga dengan membuang sampah tersebut ke parit. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan saya ini mungkin karena rumah kita terletak di pinggir parit”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa petugas kebersihan jarang datang ke lingkungan ibu tersebut sehingga ibu tersebut menjadi cuek terhadap pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Sampah saya tidak pernah dikumpulkan oleh petugas kebersihan maka saya tidak mau membayar retribusi kebersihan, kebetulan juga petugas kebersihan maupun Kepala Lingkungan tidak pernah menagih uang retribusi kepada saya”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa ibu tersebut
enggan membayar retribusi karena sampahnya tidak pernah diangkut oleh petugas kebersihan. Sehingga ibu tersebut melupakan tanggung jawabnya sebagai masyarakat dalam hal membayar retribusi.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Sampai sejauh ini saya belum pernah dikenakan denda apabila membuang sampah di parit hanya saja saya pernah mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan ketika ketahuan membuang sampah di parit, makanya agar tidak ketahuan dengan Kepala Lingkungan saya membuang sampah ke parit pada malam hari”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak pernah
kena denda apabila membuang sampah ke parit. Ibu tersebut hanya mendapat peringatan dari Kepala Lingkungan agar tidak mengulangi perbuatan yang sama. Peringatan tidak akan membuat masyarakat jera maka diperlukan suatu peraturan yang tegas bagi yang melanggaar peraturan akan dikenakan sanksi. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya hanya mengenal sistem pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum dan plastik – plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan saya jual ke botot karena lumayan uangnya untuk jajan anak – anak”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu hanya
mengenal sistem pengelolaan sampah rumah tangga yaitu melalui pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum. Namun untuk sampah rumah tangga lainnya yang berupa plastik –plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan dijual ke botot. j. Ibu M. Br. Harahap (Lingkungan X) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
“Sampah yang saya hasilkan akan saya kumpulkan dalam sebuah kantongan yang besar hingga akhirnya diangkut oleh petugas kebersihan” Dapat ditangakap dari penjelasan informan di atas bahwa dalam melakukan pengelolaan sampah ibu tersebut melakukan pengurangan sampah rumah tangga dengan membuangnya ke dalam sebuah kantongan besar hingga akhirnya diangkut oleh petugas kebersihan. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Dalam mengumpulkan sampah rumah tangga, petugas kebersihan hanya datang mengangkut sampah satu kali dalam 2 minggu. Saya terkadang merasa keberatan karena sampah terlalu lama bertumpuk di depan rumah saya”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa petugas kebersihan dalam dua minggu hanya sekali melakukan pengumpulan sampah sehingga ibu tersebut keberatan sampahnya terlalu lama bertumpuk di depan rumah. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Uang retribusi sampah saya bayarkan ke Kepala Lingkungan sebesar Rp 5.000,00,/bulan sesuai dengan surat keterangan dari lurah bahwa setiap rumah tangga harus membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000,00/bulan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa setiap rumah
tangga membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan bukan kepada petugas kebersihan yaitu sebesar Rp 5.000,00 yang sesuai dengan surat keterangan dari lurah. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit).
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
“Di daerah ini terdapat sebuah parit (drainase) yang dikenal dengan sebutan parit busuk karena banyak sampah yang bertumpuk di dalamnya. Namun sampai hari ini belum ada denda yang harus dibayar kepada warga yang telah membuang sampah ke parit” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa tidak ada denda yang dikenakan
kepada warga apabila warga membuang sampah ke parit sehingga
mengakibatkan masyarakat terus membuang sampah ke parit. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya pernah mendengar prinsip 4 R yaitu melakukan pengelolaan sampah melalui pengurangan, pendaur ulangan, pemindahan tempat dan penggunaan kembali sampah yang telah digunakan. Karena saya tahu sampah dapat di daur ulang maka sampah saya yang berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas akan saya kumpulkan lalu saya jual ke botot”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut telah mengenal
prinsip 4 R yaitu dengan melakukan pengelolaan sampah dengan cara mengumpulkan sampah berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas lalu dijual ke botot. Hal tersebut dilakukan oleh ibu tersebut karena ibu tersebut mengetahui sampah yang dijualnya kepada botot dapat di daur ulang. k. Ibu Yurin (Lingkungan XI) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang ada di rumah seperti sisa sayuran, botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak akan saya kumpulkan dan letakkan pada tempat sampah yang telah disediakan berupa goni sebelum sampah tersebut diangkut oleh petugas kebersihan”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu mengelola sampah rumah tangga yaitu dengan cara mengumpulkan sampah – sampah yang berupa sisa sayuran, , botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam goni ke dalam goni sebelum diangkut oleh petugas kebersihan (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Dalam melakukan pengumpulan sampah rumah tangga, petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Sehingga saya harus banyak menyediakan goni sebagai tempat pengumpulan sampah sebelum diangkut oleh petugas”. Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya 2 kali dalam seminggu. Hal ini menyebabkan banyak sampah yang bertumpuk di halaman rumah masyarakat yang menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak sedap. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Uang retribusi sampah saya bayarkan ke Kepala Lingkungan sebesar Rp 5.000,00,/bulan sesuai dengan surat keterangan dari lurah bahwa setiap rumah tangga harus membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000,00/bulan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa setiap rumah
tangga membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan bukan kepada petugas kebersihan yaitu sebesar Rp 5.000,00 yang sesuai dengan surat keterangan dari lurah. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit).
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
“Sampai sejauh ini belum pernah ada denda apabila membuang sampah di drainase hanya saja mendapat teguran dari Kepala Lingkungan karena apabila ada denda pastinya warga tidak akan membuang sampah lagi keparit”. Dapat ditangkap dari penjelasan di atas bahwa apabila membuang sampah ke parit / drainase tidak dikenakan denda, hanya saja mendapat teguran apabila dilihat oleh Kepala Lingkungan. Hal ini mengakibatkan semakin banyaknya masyarakat yang akan membuang sampah ke parit karena tidak ada peraturan yang mengikat. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Iya, saya pernah mendengar prinsip 4 R. Sampah yang masih berguna akan saya pakai kembali seperti plastik, botol – botol minuman, kaleng – kaleng, namun apabila sampah yang telah saya gunakan sudah tidak bisa dipakai lagi seperti botol – botol, kaleng – kaleng, koran – koran maka saya akan menjualnya ke botot karena katanya sampah tersebut dapat di daur ulang”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut bahwa ibu
tersebut telah mengenal prinsip 4 R sehingga ibu tersebut telah melaksanakan pemakaian kembali terhadap sampah yang masih bisa dipakai dan untuk sampah yang dapat di daur ulang maka ibu tersebut akan menjualnya ke botot. l. Ibu T. Br. Simanjuntak (Lingkungan XII) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Dalam mengelola sampah rumah tangga saya menyediakan sebuah tempat beupa goni beras, sampah yang telah saya hasilkan akan saya masukkan ke dalam karung goni dan setelah petugas kebersihan datang maka sampah saya akan diangkut oleh petugas”
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh ibu tersebut adalah dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan seperti goni lalu sampah tersebut akan diangkut oleh petugas kebersihan. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Dalam melakukan pengumpulan sampah, petugas kebersihan datang melakukan pengumpulan sampah ke rumah saya sebanyak dua kali dalam seminggu. Namun apabila petugas kebersihan datangnya jarang maka saya akan meletakkan sampah saya ke tong sampah yang ada di jalan besar depan rumah karena akan diangkut oleh truk” Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa dalam melakukan pengumpulan sampah, petugas kebersihan datang melakukan pengumpulan sampah ke rumah ibu tersebut sebanyak dua kali dalam seminggu. Namun apabila petugas kebersihan datangnya jarang maka ibu tersebut akan meletakkan sampah saya ke tong sampah yang ada di jalan besar depan rumah karena akan diangkut oleh truk. Hal ini menunjukkan bahwa ibu tersebut peduli terhadap kebersihan lingkungan. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Saya membayar retribusi kebersihan langsung kepada petugas sampah dan jumlahnya tidak tentu sesuai dengan waktu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut langsung
membayar retribusi kebersihan kepada petugas kebersihan sesuai dengan waktu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Saya tidak tahu tentang denda untuk membuang sampah ke parit karena parit yang sering disebut orang sebagai parit busuk jauh dari rumah saya”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak tahu
tentang denda yang diberlakukan kepada warga yang telah membuang sampah ke parit. Hal ini disebabkan karena rumah ibu tersebut berjauhan dengan letak parit. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya mengenal prinsip 4 R yaitu melakukan pengelolaan sampah melalui pengurangan, pendaur ulangan, pemindahan tempat dan penggunaan kembali sampah yang telah digunakan. Karena saya tahu sampah dapat di daur ulang maka sampah saya yang berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas akan saya kumpulkan lalu saya jual ke botot”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut telah mengenal
prinsip 4 R yaitu dengan melakukan pengelolaan sampah dengan cara mengumpulkan sampah berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas lalu dijual ke botot. Hal tersebut dilakukan oleh ibu tersebut karena ibu tersebut mengetahui sampah yang dijualnya kepada botot dapat di daur ulang. m. Ibu Novi (Lingkungan XIII) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang ada di rumah seperti sisa sayuran, botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak akan saya kumpulkan dan letakkan pada tempat sampah yang telah disediakan berupa goni sebelum sampah tersebut diangkut oleh petugas kebersihan”
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu mengelola sampah rumah tangga yaitu dengan cara mengumpulkan sampah – sampah yang berupa sisa sayuran, , botol – botol bekas yang sudah tidak layak pakai, kaleng – kaleng yang sudah hancur, kertas yang sudah koyak, plastik koyak dikumpulkan terlebih dahulu ke dalam goni ke dalam goni sebelum diangkut oleh petugas kebersihan. (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan kadang datang ke rumah saya dua kali dalam seminggu dalam hal pengumpulan sampah rumah tangga. Namun, apabila petugas kebersihan datangnya hanya sekali dalam seminggu maka saya akan mengumpulkan sampah ke dalam tong sampah yang terdapat di pasar depan rumah saya”. Dari penjelasan informan di atas bahwa petugas kebersihan kadang datang dua kali dalam seminggu dan kadang datang sekali dalam seminggu sehingga apabila petugas datang terlalu lama maka ibu tersebut akan membuang sampah di tong sampah yang terdapat di pasar depan rumah ibu tersebut. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Biaya retribusi untuk pengumpulan sampah sebesar Rp 5.0000,00/bulan dan Kepala Lingkungan akan mengutipnya ke rumah” Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa biaya retribusi yang wajib
dibayarkan adalah sebesar Rp 5.000,00 dan dikutip oleh Kepala Lingkungan setiap bulannya.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Saya melihat sampai sejauh ini tidak pernah ada denda bagi warga yang membuang sampah ke parit sehingga warga selalu membuang sampah rumah tangga” Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa tidak pernah ada denda
bagi warga yang membuang sampah ke parit. Sehingga warga terus membuang sampah ke parit yang mengakibatkan penumpukan sampah di parit. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya hanya mengenal sistem pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum dan plastik – plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan saya jual ke botot karena lumayan uangnya untuk jajan anak – anak”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu Napitupulu hanya
mengenal sistem pengelolaan sampah rumah tangga yaitu melalui pemakaian kembali sampah rumah tangga seperti botol – botol bekas dipakai sebagai tempat air minum. Namun untuk sampah rumah tangga lainnya yang berupa plastik –plastik, kertas, kaleng – kaleng bekas akan dijual ke botot. n. Ibu Juliati Sitepu (Lingkungan XIV) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Usaha yang saya lakukan adalah dengan membuang semua sampah ke parit busuk (drainase) dengan menggunakan plastik”.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa usaha yang dilakukan ibu tersebut dalam melakukan pengelolaan sampah rumah tangga adalah dengan membuang semua sampah ke parit busuk (drainase). (2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Saya jarang melihat petugas kebersihan datang ke lingkungan saya dalam melakukan pengumpulan sampah yang menyebabkan banyak sampah yang bertumpuk di gang ini” Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut jarang melihat petugas kebersihan datang ke lingkungannya dalam melakukan pengumpulan sampah yang mengakibatkan ibu tersebut tidak peduli dengan pengangkutan sampah yang dilakukan oleh petugas. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Saya tidak tahu jumlah retribusi sampah karena mereka jarang melakukan pengumpulan sampah rumah tangga saya maka saya tidak mau membayar”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut tidak
mengetahui jumlah retribusi sampah karena petugas kebersihan jarang melakukan pengumpulan sampah sehingga ibu tersebut tidak mau membayar uang retribusi. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Saya tidak pernah dikenakan denda apabila membuang sampah ke parit tetapi dahulu saya pernah melihat papan pengumuman di pinggir parit
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
berupa larangan membuang sampah ke parit. Namun sekarang papan tersebut tidak ada lagi, mungkin sudah dicabut oleh masyarakat”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak pernah dikenakan denda apabila membuang sampah di parit yang mengakibatkan ibu tersebut selalu membuang sampah ke parit. (5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya sebenarnya tidak mengenal dan memahami secara langsung prinsip 4 R karena menurut saya sampah tidak bernilai ekonomis. Namun belakangan ini saya melihat banyak tetangga yang mengumpulkan botol – botol bekas, kaleng – kaleng bekas lalu dijual ke botot dan saya pun mengikuti yang dilakukan oleh tetangga. Ternyata sampah dapat dijual dan saya dengar dapat di daur ulang”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa secara tidak langsung ibu
tersebut telah melakukan prinsip 4 R dengan mengumpulkan botol – botol bekas, kaleng – kaleng bekas untuk dijual ke botot, dimana nantinya sampah tersebut dapat di daur ulang. o. Ibu T. Br. Simangunsong (Lingkungan XV) (1)
Pertanyaan tentang bagaimana usaha masyarakat (rumah tangga) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Sampah yang saya hasilkan dari rumah akan saya kumpulkan dalam satu goni baik itu sampah basah maupun sampah kering sehingga diangkut oleh petugas kebersihan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diketahui bahwa ibu tersebut mengelola
sampah rumah tangga dengan mengumpulkan sampah basah dan sampah kering dalam satu goni hingga akhirnya diangkut oleh petugas kebersihan.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(2)
Pertanyaan
tentang
bagaimana
kontinuitas
petugas
kebersihan
dalam
mengumpulkan sampah rumah tangga. “Petugas kebersihan datang sekali dalam dua minggu. Saya kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh petugas karena saya juga tiap bulan harus membayar retribusi sampah sementara petugas kebersihan hanya datang sekali dalam dua minggu yang mengakibatkan sampah saya sudah berbau busuk”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa petugas kebersihan melakukan pengumpulan sampah hanya sekali dalam dua minggu yang mengakibatklan penumpukkan sampah di depan rumah warga sehingga ibu tersebut kecewa dengan pelayanan petugas kebersihan. (3)
Pertanyaan tentang bagaimana jumlah retribusi kebersihan dan harus dibayarkan kepada siapa. “Uang retribusi sampah saya bayarkan ke Kepala Lingkungan sebesar Rp 5.000,00,/bulan sesuai dengan surat keterangan dari lurah bahwa setiap rumah tangga harus membayar retribusi sampah sebesar Rp 5.000,00/bulan”. Dari penjelasan informan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa setiap rumah
tangga membayar retribusi sampah kepada Kepala Lingkungan bukan kepada petugas kebersihan yaitu sebesar Rp 5.000,00 yang sesuai dengan surat keterangan dari lurah. (4)
Pertanyaan tentang bagaimana denda yang dikenakan apabila masyarakat membuang sampah ke drainase (parit). “Saya tidak tahu tentang denda untuk membuang sampah ke parit karena parit yang sering disebut orang sebagai parit busuk jauh dari rumah saya”. Dari penjelasan informan di atas dapat ditangkap bahwa ibu tersebut tidak tahu
tentang denda yang diberlakukan kepada warga yang telah membuang sampah ke parit. Hal ini disebabkan karena rumah ibu tersebut berjauhan dengan letak parit. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(5)
Pertanyaan tentang apakah masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Replace, Recycling) dalam mengelola sampah rumah tangga. “Saya mengenal prinsip 4 R yaitu melakukan pengelolaan sampah melalui pengurangan, pendaur ulangan, pemindahan tempat dan penggunaan kembali sampah yang telah digunakan. Karena saya tahu sampah dapat di daur ulang maka sampah saya yang berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas, karton – karton akan saya kumpulkan lalu saya jual ke botot”. Dapat ditangkap dari penjelasan informan di atas bahwa ibu tersebut telah mengenal
prinsip 4 R yaitu dengan melakukan pengelolaan sampah dengan cara mengumpulkan sampah berupa plastik, botol – botol, kaleng – kaleng, kertas – kertas, karton – karton lalu dijual ke botot. Hal tersebut dilakukan oleh ibu tersebut karena ibu tersebut mengetahui sampah yang dijualnya kepada botot dapat di daur ulang.
BAB V ANALISA DATA
Pada bab ini akan dikemukakan tentang hasil analisis terhadap temuan – temuan yang Penulis dapatkan di lapangan. Adapun data – data ini dianalisis secara kualitatif yang
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
dikelompokkan berdasarkan kerangka operasional yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.
A.
Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan aspek yang terpenting
untuk diperhatikan dalam sistem pengelolaan sampah secara terpadu. Cohen dan Uphof (1977) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam suatu proses pembangunan terbagi atas 4 tahap, yaitu : a) Partisipasi pada tahap perencanaan. Berdasarkan hasil observasi, partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga pada tahap perencanaan adalah dengan menetapkan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan yaitu berupa goni untuk beberapa lingkungan, namun sebagian masyarakat dari lingkungan yang berbeda tidak memiliki perencanaan dalam pembuangan sampah karena mereka membuang sampah di parit (drainase). b) Partisipasi pada tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan berdasarkan hasil observasi partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat adalah dengan melakukan pengumpulan sampah di goni yang telah disediakan sebelum diangkut oleh petugas kebersihan dan sebagian masyarakat lagi membuang sampah rumah tangga ke parit. c) Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil-hasil pembangunan.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pada tahap ini berdasarkan hasil observasi masyarakat berpartisipasi dengan memelihara tempat sampah yang digunakan sebagai tempat pengumpulan. Apabila goni tersebut rusak atau koyak maka masyarakat akan menggantinya sendiri. d) Partisipasi dalam tahap pengawasan dan monitoring. Pada tahap ini, masyarakat juga ikut melakukan pengawasan dan monitor terhadap pengumpulan sampah oleh petugas kebersihan. Apabila petugas tidak pernah datang maka masyarakat akan menanyakan hal ini terlebih dahulu kepada Kepala Lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya masyarakat (8 orang informan) menjawab bahwa mereka membuang sampah ke parit (drainase) yang terdapat di kelurahan Sidorame Timur. Hal ini berarti mayoritas masyarakat di kelurahan Sidorame Timur belum berperan aktif dalam membuang sampah rumah tangga pada tempat yang telah disediakan. Hal ini menunjukkan ketidakpedulian masyarakat dalam mengelola masalah sampah rumah tangga atau rendahnya tingkat kesadaran atau pemahaman mereka terhadap kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara hanya 7 informan yang membuang sampah mereka ke tempat yang telah disediakan sehingga hanya sebagian kecil masyarakat yang masih membuang sampah rumah tangga mereka ke tempat yang telah disediakan. Dan bagi masyarakat yang membuang sampah ke parit (drainase), mereka tidak mau membayar uang retribusi sampah karena mereka merasa tidak dilayani dengan baik dalam hal pengangkutan sampah rumah tangga. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor untuk menanggulangi persoalan sampah perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin kompleks. Pemerintah Jepang saja membutuhkan waktu 10 tahun Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
untuk membiasakan masyarakatnya memilah sampah.
Reduce (mengurangi), Reuse
(penggunaan kembali), Recycling (daur ulang), Replace (mengganti) adalah model relatif aplikatif dan dapat bernilai ekonomis (Rancangan Undang – Undang Pengelolaan Sampah). Sistem pengurangan sampah oleh masyarakat di kelurahan Sidorame Timur belum berjalan secara efektif. Sampah rumah tangga yang dibuang oleh masyarakat yaitu berupa sisa sayuran, plastik, kaleng bekas, botol minuman, sisa makanan. Sebagian masyarakat ada yang masih memanfaatkan sampah rumah tangga melalui penggunaan kembali terhadap botol bekas dan plastik, ada juga sebagian masyrakat yang menjual botol – botol minuman, plastik, kaleng – kaleng bekas, kertas kepada botot, namun ada juga sebagian masyarakat yang membuang semua sampah rumah tangga mereka tanpa melakukan pengurangan terhadap sampah karena mereka menilai sampah sebagai barang yang tidak memiliki nilai ekonomis. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penduduk di kelurahan Sidorame Timur sebagian besar belum berperan aktif dalam mengelola sampah rumah tangga.
B.
Sistem Penanganan Sampah oleh Pemerintah di Kelurahan Sidorame Timur. Apabila dilihat dari bab sebelumnya dapat kita ketahui menurut Undang – Undang
No. 18 Tahun 2008 bahwa sistem penanganan sampah yang dilakukan oleh pemerintah meliputi 5 hal yaitu pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, pengolahan
sampah
dan
pemrosesan
akhir.
Dan
kemudian
Pragoyo
(1985)
mengelompokkan sistem penanganan sampah ke dalam lingkup yang lebih sederhana lagi yaitu yang meliputi 3 hal yaitu pengumpulan sampah, pengangkutan sampah dan pembuangan sampah ke TPA. Di bawah dapat dilihat hasil analisis terhadap sistem penanganan sampah rumah tangga oleh pemerintah. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Usaha Pemerintah Dalam Pengumpulan Sampah di Kelurahan Sidorame Timur. Menurut Pragoyo (1985) pengumpulan sampah didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari sumber sampah (kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan lain-lain), ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah. Pada sistem ini, umumnya dilakukan dengan menggunakan jasa Bestari (istilah untuk Petugas Sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar sumber sampah tersebut. Kelurahan Sidorame Timur merupakan salah satu daerah penghasil sampah karena jumlah penduduk kelurahan Sidorame Timur tinggi yaitu sebanyak 9.535 jiwa dengan jumlah rumah tangga yaitu sebanyak 2.211 rumah tangga. Jenis sampah yang dihasilkan yaitu sampah rumah tangga seperti sisa makanan, sayuran, botol, kaleng, plastik dan sebagainya. Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah (petugas kebersihan) dalam melakukan pengumpulan sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur yakni mengumpulkan sampah mulai dari pengangkutan sampah ke gang – gang rumah penduduk dengan menggunakan becak sampah atau gerobak sorong hingga ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Pendekatan yang dilakukan adalah mencermati secara langsung frekuensi dan waktu pengumpulan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan setiap harinya, mengamati jumlah petugas dan alat – alat yang digunakan serta masalah yang dihadapi oleh petugas. a. Frekuensi dan Waktu Pengumpulan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Sidorame Timur. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Dari hasil observasi menunjukkan bahwa frekuensi pengumpulan sampah yang dilakukan petugas kebersihan di kelurahan Sidorame Timur hanya dua kali dalam sehari yaitu mulai pukul 7 pagi hingga pukul 10 pagi. Hal ini dikuatkan dengan hasil wawancara dengan mandor petugas kebersihan sebagai informan yang mengatakan bahwa pengumpulan sampah dilakukan setiap hari mulai dari pengangkutan dari gang – gang rumah warga dari setiap lingkungan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh para anggota petugas kebersihan sebagai pembagian kerja petugas kebersihan dalam satu hari dengan menggunakan becak sampah atau gerobak sorong sampai ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). b. Jumlah Petugas dan Alat yang Digunakan. Jumlah petugas kebersihan di kelurahan Sidorame Timur adalah sebanyak 3 orang dan semuanya adalah laki – laki. Setiap petugas kebersihan dilengkapi dengan alat yang digunakan untuk mengangkut sampah yakni sapu lidi untuk penyapuan sampah yang berserakan, kemudian cakar untuk memasukkan sampah ke becak atau gerobak sorong serta goni untuk sampah kering yang akan digantung di becak apabila kapasitas dalam becak sudah penuh dan kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). TPS ini berlokasi di jalan Madyo Santoso. Setelah truk pengangkut sampah tiba maka sampah akan dipindahkan oleh petugas kebersihan ke truk yang kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
c. Masalah yang Dihadapi oleh Petugas Kebersihan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil observasi, masalah yang sering terjadi adalah masih sering terlihat sampah yang berserakan. Hal ini disebabkan oleh : 1. Penduduk atau masyarakat yang tinggal di sekitar TPS sering membuang sampah rumah tangganya ke TPS yang terkadang berserakan di sekitar lokasi tersebut. 2. Para pemulung sering mengacak – acak sampah di TPS dan parit untuk mencari barang yang masih bisa mereka jual sehingga menimbulkan bau dan pemandangan yang tidak enak. 3. Sebagian warga yang tinggal dekat dekat dengan drainase sering membuang sampah ke parit (drainase) sering disebut dengan nama parit busuk yang terletak di sebelah
timur
kelurahan
Sidorame
Timur
sehingga
menimbulkan
pemandangan dan bau yang tidak sedap. 4. Kurangnya perhatian petugas kebersihan dalam mengumpulkan sampah yang berserakan di sekitar TPS. Dari hasil wawancara langsung dengan petugas kebersihan mengatakan apabila mereka melihat sampah berserakan, mereka juga membiarkannya dengan alasan bahwa pekerjaan itu bukan merupakan tugas mereka karena mereka hanya bertugas mengangkut sampah dari gang – gang rumah penduduk ke TPS dan mengangkutnya ke truk untuk dibawa ke TPA. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sistem pengumpulan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh petugas kebersihan masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa masih terdapat permasalahan – permasalahan yang terjadi pada petugas kebersihan tersebut yaitu jumlah petugas yang terlalu sedikit yang menyebabkan tidak maksimal dalam Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
menangani sampah rumah tangga, alat yang digunakan masih sederhana merupakan salah satu kendala bagi petugas kebersihan dalam melakukan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, serta perilaku masyarakat yang masih membuang sampah secara sembarangan yang menimbulkan sampah berserakan di parit dan TPS.
Gambar 1 : Drainase (parit) yang dijadikan tempat pembuangan sampah
Gambar
2
:
Kondisi
parit
(drainase)
yang
sering
dijadikan
tempat
pembuangan sampah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
2. Usaha Pemerintah
Dalam Pengangkutan Sampah Rumah Tangga di
Kelurahan Sidorame Timur. Menurut Pragoyo (1985) bahwa pengangkutan sampah rumah tangga didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA ) sampah. Menurut Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 pengangkutan sampah rumah tangga merupakan pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir. Pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam melakukan pengangkutan sampah di Kelurahan Sidorame Timur yakni dengan mengamati jumlah pengangkutan yang digunakan serta letak antara TPS ke TPA. Jarak kelurahan Sidorame Timur menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan) mencapai sekitar 15 km. Jumlah angkutan yang digunakan petugas dari TPS menuju TPA sebanyak 1 unit dengan truk Tiper, dimana kondisinya dalam keadaan baik dan layak dioperasionalkan. Dari keterangan yang diperoleh dapat dilihat bahwa jarak antara Tempat Penampungan Sementara ke Tempat Pembuangan Akhir sangat jauh yang mengakibatkan pengoperasian truk di Tempat Penampungan Sementara hanya dapat melayani pengangkutan sekali saja. Jumlah pengangkutan sampah dari TPS ke TPA hanya berjumlah 1 buah yang mengakibatkan banyak sampah yang bertumpuk di TPS karena tidak tertampung lagi kapasitas sampah di dalam truk. Sehingga pengangkutan sampah rumah
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
tangga dari TPS hingga ke TPA masih kurang baik karena masih terdapat masalah – masalah dalam penanganan sampah tersebut.
Gambar 3 : Kondisi TPS Kelurahan Sidorame Timur di Jalan Madyo Santoso
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 4 : Becak sampah banyak yang bertumpuk di lokasi TPS karena truk sampah tidak dapat menampung semua sampah.
3. Usaha Pemerintah Dalam Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menurut Pragoyo (1985) pembuangan sampah rumah tangga biasanya dilakukan di daerah-daerah tertentu, sehingga tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Dalam menangani masalah sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur, pemerintah telah menyediakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berlokasi di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Daerah ini dipilih karena merupakan daerah terbuka. Berdasarkan hasil observasi, sistem pembuangan sampah di TPA ini adalah menggunakan sistem Open Dumping yaitu pembuangan sampah secara terbuka di atas permukaan tanah dan sebagian sampah yang kering yang tidak dapat lagi digunakan dibakar oleh para pemulung. Pembuangan sampah di TPA dilakukan dengan cara mengeluarkan sampah dari truk oleh kernet. Sampah yang dikeluarkan dari dalam truk diratakan dengan bulldozer. Namun pada saat truk memasuki lokasi TPA para pemulung sudah banyak menanti untuk mencaricari sampah yang masih bisa untuk dijual sebelum sampah tersebut diratakan oleh bulldozer. Penduduk yang bermukim di sekitar daerah TPA adalah penduduk yang bermata pencaharian sebagai pemulung yang bekerja dengan memilih sampah yang masih dapat dimanfaatkan seperti plastik, kaleng, kardus, botol, aqua dan lain sebagainya yang masih bisa untuk dijual.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Menurut Azwar (1990), syarat – syarat yang harus diperhatikan dalam pembuangan sampah diantaranya adalah 2 km dari rumah penduduk, 15 km dari laut dan 200 m dari sumber air minum. Namun, berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangan jarak antara TPA dengan pemukiman adalah sekitar 200 m dan daerah TPA sudah dekat dengan laut yaitu dengan pelabuhan Belawan. Sistem pembuangan sampah yang menggunakan metode open dumping dapat menyebabkan munculnya suatu bibit penyakit yang dapat menyebar melalui udara. Ditambah lagi dengan lokasi TPA yang dekat pemukiman penduduk mengakibatkan suatu kondisi yang kurang nyaman. Sehingga keadaan ini menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian pemerintah kota Medan agar lokasi TPA diperhatikan.
Gambar 5 : Sampah dikeluarkan dari truk setelah sampai di TPA
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 6 :
Sampah diratakan dengan Bulldozer dan para pemulung masih memilih – milih sampah yang masih bisa dijual sebagai botot.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur belum berjalan dengan baik. Hal ini di dasarkan pada beberapa hal setelah dilaksanakan penelitian yaitu : 1. Strategi pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Sidorame Timur adalah dengan berpartisipasi membuang sampah rumah tangga ke tempat yang telah disediakan, membuang sampah rumah tangga ke parit (drainase) yang terletak di kelurahan Sidorame Timur, membayar retribusi sampah serta melakukan pengurangan sampah dengan penggunaan kembali sampah rumah tangga yang masih bisa dimanfaatkan. Strategi pengelolaan sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur masih belum berjalan dengan baik karena masih terdapat permasalahan yaitu masih banyak masyarakat yang membuang sampah mereka ke parit (drainase) yang terdapat di kelurahan Sidorame Timur serta masyarakat telah mengenal prinsip 4 R (Reduce, Reuse, Recycling, Replace), namun dalam pelaksanaannya masyarakat hanya melakukan pemanfaatan terhadap sampah rumah tangga seperti penggunaan kembali terhadap sampah yang masih layak pakai seperti Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
kaleng-kaleng, botol-botol minuman, plastik-plastik. Untuk sampah rumah tangga yang tidak layak pakai lagi seperti koran-koran, kertas-kertas, kalengkaleng rusak, botol-botol pecah akan dijual ke botot. 2. Sistem penanganan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh pemerintah meliputi usaha pemerintah dalam pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir sampah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur. Sistem penanganan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh pemerintah di kelurahan Sidorame Timur juga belum berjalan dengan baik, yang dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu: a. Sistem pengumpulan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh petugas kebersihan
masih
kurang
baik.
Masih
terdapat
permasalahan
–
permasalahan yang terjadi pada pengumpulan sampah yaitu pada petugas kebersihan dengan jumlah petugas yang terlalu sedikit yang menyebabkan tidak maksimal dalam menangani sampah rumah tangga, alat yang digunakan masih sederhana merupakan salah satu kendala bagi petugas kebersihan dalam melakukan pelayanan kebersihan kepada masyarakat, serta perilaku masyarakat yang masih membuang sampah secara sembarangan yang menimbulkan sampah berserakan di parit dan TPS. b. Jarak antara TPS ke TPA sangat jauh yaitu sekitar 15 km yang mengakibatkan pengoperasian truk hanya dapat melayani pengangkutan sampah rumah tangga dari TPS ke TPA sekali saja dalam sehari. Jumlah pengangkutan sampah berupa truk dari TPS ke TPA hanya berjumlah 1 buah Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
yang mengakibatkan banyak sampah yang bertumpuk di TPS karena tidak tertampung lagi kapasitas sampah di dalam truk. Sehingga pengangkutan sampah rumah tangga dari TPS hingga ke TPA masih kurang baik karena masih terdapat masalah – masalah dalam penanganan sampah tersebut. c. Sistem pembuangan sampah yang menggunakan metode open dumping dapat menyebabkan munculnya suatu bibit penyakit yang dapat menyebar melalui udara. Ditambah lagi dengan lokasi TPA yang dekat pemukiman penduduk mengakibatkan suatu kondisi yang kurang nyaman. Sehingga keadaan ini menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian pemerintah kota Medan agar lokasi TPA diperhatikan.
B. Saran 1. Strategi pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat harus diubah dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampah mempunyai nilai ekonomis dengan menerapkan prinsip 4 R ((Reduce, Reuse, Recycling, Replace) serta dengan melakukan penyadaran kepada masyarakat bahwa membuang sampah ke parit (drainase) akan menimbulkan banyak masalah baik dari masalah kesehatan maupun lingkungan hidup. 2. Dalam pengumpulan sampah yang dilakukan oleh pemerintah di kelurahan Sidorame Timur masih banyak sampah yang bertumpuk di parit begitu juga masih banyak sampah yang berserakan di sekitar TPS. Oleh karena itu, sudah sewajarnya pemerintah menyediakan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) berupa bak container agar sampah tidak berserakan. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
3. Pengangkutan yang digunakan dari gang – gang rumah penduduk yaitu berupa becak sorong dan gerobak perlu diganti menggunakan becak mesin atau ditambah agar pelayanan terhadap kebersihan dapat berjalan secara maksimal mengingat jumlah rumah tangga di kelurahan Sidorame Timur sebanyak 2.211 rumah tangga sedangkan jumlah pengangkutan sampah dari gang ke gang rumah penduduk menuju ke TPS hanya tersedia 3 unit. 4. Jarak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) ke tempat pemukiman penduduk belum memenuhi syarat untuk kesehatan. Kondisi demikian harus mendapat perhatian dari pihak pemerintah agar meninjau kembali pemukiman penduduk yang pada umumnya dihuni oleh para pemulung.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Apriadji, Wied H. 2005. Memproses Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya. Arianto. 2004. Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu. Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Mutiara. Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : UMM Press. Leonardo. 1990. Memerangi Sampah Dengan Sebuah Penghargaan. Bandung : PT. Alumni. Mutardjo, Djuli dan Said, E.G. 1997. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Padat. Jakarta : Madyatama Sarana Perkasan. Moeloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Pantodwidjo. 1988. Masalah Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan. Bogor : Pusdiklat PSL IPB. Riyadi, Slamet. 1986. Pengantar Kesehatan Dimensi dan Tinjauan. Surabaya : Usaha Nasional. Singarimbun, Masri, dkk. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Soemarwoto, Otto. 1991. Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sudrajat,H. 2007. Mengelola Sampah Kota. Jakarta : Swadaya. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : PT Alfabeta. Widyadmoko, H dan Sintorini. 2002. Menghindari, Mengolah dan Menyingkirkan Sampah. Jakarta : Abdi Tandur.
Peraturan Perundang-undangan: UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah UU. No. 23 Tahun 2004 tentang Rumah Tangga Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2002 tentang Retribusi Sampah. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 44 Tahun 1980 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan. SK Walikota Medan No.63 Tahun 2001 tentang Pemberdayaan Kelurahan.
Sumber-Sumber Lain: Depkes. 1987. Pembuangan Sampah. Jakarta : Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitase Pusat. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997. Pengelolaan. Surabaya: Kartika.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
: Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Lampiran II
: Peta Kelurahan Sidorame Timur
Lampiran III : Panduan Wawancara Lampiran IV : Surat Rencana Skripsi Lampiran V
: Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran VI : Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran VII : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran VIII : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi Lampiran IX : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran X
: Berita Acara Seminar Rencana Usulan Penelitian
Lampiran XI : Surat Izin Penelitian dari FISIP
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran XII : Surat Rekomendasi / Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara Lampiran XIII : Surat Keterangan / Izin Penelitian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Kota Medan Lampiran XIV : Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Medan Perjuangan Lampiran XV : Surat Keterangan Penelitian dari Kelurahan Sidorame Timur
LAMPIRAN I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam; b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan; Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat; d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk UndangUndang tentang Pengelolaan Sampah; Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Definisi Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
1. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 2. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. 3. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. 4. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah. 5. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 6. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 7. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. 8. Tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. 9. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah. 10. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum. 11. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar. 12. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 13. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang terkait. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasal 2 (1) Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas: a. sampah rumah tangga; b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan c. sampah spesifik. (2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. (3) Sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. (4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi: a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; b. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; c. sampah yang timbul akibat bencana; d. puing bongkaran bangunan; e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau f. sampah yang timbul secara tidak periodik. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. BAB II ASAS DAN TUJUAN Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 3 Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Pasal 4 Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. BAB III TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAHAN Bagian Kesatu Tugas Pasal 5 Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Pasal 6 Tugas Pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 terdiri atas: a. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah; b. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan penanganan sampah; c. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah; d. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah; e. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah;
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
f.
memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang pada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah; dan
g. melakukan koordinasi antarlembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah. Bagian Kedua Wewenang Pemerintah Pasal 7 Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah, Pemerintah mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah; b. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sampah; c. memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antardaerah, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah; d. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, dan pengawasan kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan e. menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antardaerah dalam pengelolaan sampah. Bagian Ketiga Wewenang Pemerintah Provinsi Pasal 8 Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan provinsi mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi dalam pengelolaan sampah sesuai dengan kebijakan Pemerintah; b. memfasilitasi kerja sama antardaerah dalam satu provinsi, kemitraan, dan jejaring dalam pengelolaan sampah; c. menyelenggarakan koordinasi, pembinaan, kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah; dan
dan
pengawasan
kinerja
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
d. memfasilitasi penyelesaian perselisihan antarkabupaten/antarkota dalam 1 (satu) provinsi.
pengelolaan
sampah
Bagian Keempat Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota Pasal 9 (1) Dalam menyelenggarakan pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai kewenangan: a. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi; b. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah; c. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain; d. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah; e. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6 (enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka yang telah ditutup; dan f. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya. (2)
Penetapan lokasi tempat pengolahan sampah terpadu dan tempat pemrosesan akhir sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan sistem tanggap darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f diatur dengan peraturan menteri. Bagian Kelima Pembagian Kewenangan Pasal 10
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pembagian kewenangan pemerintahan di bidang pengelolaan sampah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Hak Pasal 11 (1) Setiap orang berhak: a. mendapatkan pelayanan dalam pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau pihak lain yang diberi tanggung jawab untuk itu; b. berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah; c.
memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. mendapatkan pelindungan dan kompensasi karena dampak negatif dari kegiatan tempat pemrosesan akhir sampah; dan e. memperoleh pembinaan agar dapat melaksanakan pengelolaan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penggunaan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya.
Bagian Kedua Kewajiban Pasal 12
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(1) Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah. Pasal 13 Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Pasal 14 Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau produknya. Pasal 15 Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Pasal 16 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyediaan fasilitas pemilahan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, tata cara pelabelan atau penandaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dan kewajiban produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diatur dengan peraturan pemerintah. BAB V PERIZINAN Pasal 17 (1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari kepala daerah sesuai dengan kewenangannya. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Pemerintah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya. Pasal 18 (1) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan kepada masyarakat. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang mendapatkan izin dan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah. BAB VI PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN SAMPAH Bagian Kesatu Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pasal 19 Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas: a. pengurangan sampah; dan b. penanganan sampah. Paragraf Kesatu Pengurangan Sampah Pasal 20 (1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi kegiatan: a. pembatasan timbulan sampah; b. pendauran ulang sampah; dan/atau c. pemanfaatan kembali sampah. (2)
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu; b. memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; c. memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; d. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan e. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. (3)
Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(4)
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.
(5)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan peraturan pemerintah. Pasal 21
(1)
Pemerintah memberikan:
a. insentif kepada setiap orang yang melakukan pengurangan sampah; dan b. disinsentif kepada setiap orang yang tidak melakukan pengurangan sampah. (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, bentuk, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. Paragraf Kedua Penanganan Sampah Pasal 22
(1)
Kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf b meliputi:
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu; c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir; d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah sesuai dengan kewenangannya. Bagian Kedua Pengelolaan Sampah Spesifik Pasal 23
(1) Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. BAB VII PEMBIAYAAN DAN KOMPENSASI Bagian Kesatu Pembiayaan Pasal 24 (1)
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membiayai penyelenggaraan pengelolaan sampah.
(2)
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. Bagian Kedua Kompensasi Pasal 25
(1)
Pemerintah dan pemerintah daerah secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat memberikan kompensasi kepada orang sebagai akibat dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat pemrosesan akhir sampah.
(2)
Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. relokasi; b. pemulihan lingkungan; c. biaya kesehatan dan pengobatan; dan/atau d. kompensasi dalam bentuk lain.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai dampak negatif dan kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah. (4)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah. BAB VIII KERJA SAMA DAN KEMITRAAN Bagian Kesatu Kerja Sama Antardaerah Pasal 26
(1)
Pemerintah daerah dapat melakukan kerja sama antarpemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan sampah.
(2)
Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam bentuk kerja sama dan/atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman kerja sama dan bentuk usaha bersama antardaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri. Bagian Kedua Kemitraan Pasal 27
(1)
Pemerintah daerah kabupaten/kota secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah.
(2)
Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk perjanjian antara pemerintah daerah kabupaten/kota dan badan usaha yang bersangkutan.
(3) Tata cara pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
BAB IX PERAN MASYARAKAT Pasal 28 (1) Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. (2) Peran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui: a. pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada Pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. perumusan kebijakan pengelolaan sampah; dan/atau c. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa persampahan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah dan/atau peraturan daerah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
BAB X LARANGAN Pasal 29 (1)
Setiap orang dilarang:
a. memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. mengimpor sampah; c. mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun; d. mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; e. membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan; f. melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir; dan/atau g. membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. (2)
Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf c, dan huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.
(3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
(4)
Peraturan daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat menetapkan sanksi pidana kurungan atau denda terhadap pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, huruf f, dan huruf g. BAB XI PENGAWASAN Pasal 30
(1) Pengawasan terhadap kebijakan pengelolaan sampah oleh pemerintah daerah dilakukan oleh Pemerintah.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(2) Pengawasan pelaksanaan pengelolaan sampah pada tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh gubernur. Pasal 31 (1)
Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pengelola sampah dilakukan oleh pemerintah daerah, baik secara sendirisendiri maupun secara bersama-sama.
(2)
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada norma, standar, prosedur, dan kriteria pengawasan yang diatur oleh Pemerintah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan daerah. BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 32 (1) Bupati/walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: a. paksaan pemerintahan; b. uang paksa; dan/atau c. pencabutan izin. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan daerah kabupaten/kota. BAB XIII PENYELESAIAN SENGKETA Bagian Kesatu Umum Pasal 33 Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(1) Sengketa yang dapat timbul dari pengelolaan sampah terdiri atas: a. sengketa antara pemerintah daerah dan pengelola sampah; dan b. sengketa antara pengelola sampah dan masyarakat. (2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui penyelesaian di luar pengadilan ataupun melalui pengadilan. (3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Bagian Kedua Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Pasal 34 (1) Penyelesaian sengketa di luar pengadilan dilakukan dengan mediasi, negosiasi, arbitrase, atau pilihan lain dari para pihak yang bersengketa. (2) Apabila dalam penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai kesepakatan, para pihak yang bersengketa dapat mengajukannya ke pengadilan. Bagian Ketiga Penyelesaian Sengketa di Dalam Pengadilan Pasal 35 (1) Penyelesaian sengketa persampahan di dalam pengadilan dilakukan melalui gugatan perbuatan melawan hukum. (2) Gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mensyaratkan penggugat membuktikan unsur-unsur kesalahan, kerugian, dan hubungan sebab akibat antara perbuatan dan kerugian yang ditimbulkan. (3) Tuntutan dalam gugatan perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berwujud ganti kerugian dan/atau tindakan tertentu. Bagian Keempat Gugatan Perwakilan Kelompok Pasal 36 Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Masyarakat yang dirugikan akibat perbuatan melawan hukum di bidang pengelolaan sampah berhak mengajukan gugatan melalui perwakilan kelompok. Bagian Kelima Hak Gugat Organisasi Persampahan Pasal 37 (1)
Organisasi persampahan berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan pengelolaan sampah yang aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
(2)
Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu, kecuali biaya atau pengeluaran riil.
(3) Organisasi persampahan yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: a. berbentuk badan hukum; b. mempunyai anggaran dasar di bidang pengelolaan sampah; dan c. telah melakukan kegiatan nyata paling sedikit 1 (satu) tahun sesuai dengan anggaran dasarnya. BAB XIV PENYIDIKAN Pasal 38 (1) Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pengelolaan persampahan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2)Penyidik pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a.
melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang berkenaan dengan peristiwa tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan dan barang hasil kejahatan yang dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang pengelolaan sampah; dan f. meminta bantuan ahli dalam pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pengelolaan sampah. (3) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. (4) Penyidik pejabat pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 39 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah). (2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan dan/atau mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal 40 (1)
Pengelola sampah yang secara melawan hukum dan dengan sengaja melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma,
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
standar, prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). (2)
Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal 41
(1)
Pengelola sampah yang karena kealpaannya melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan tidak memperhatikan norma, standar, prosedur, atau kriteria yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan masyarakat, gangguan keamanan, pencemaran lingkungan, dan/atau perusakan lingkungan diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang mati atau luka berat, pengelola sampah diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Pasal 42 (1)
Tindak pidana dianggap sebagai tindak pidana korporasi apabila tindak pidana dimaksud dilakukan dalam rangka mencapai tujuan korporasi dan dilakukan oleh pengurus yang berwenang mengambil keputusan atas nama korporasi atau mewakili korporasi untuk melakukan perbuatan hukum atau memiliki kewenangan guna mengendalikan dan/atau mengawasi korporasi tersebut.
(2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh atau atas nama korporasi dan orang-orang, baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkungan korporasi, tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada mereka yang bertindak sebagai pemimpin atau yang memberi perintah, tanpa mengingat apakah orang dimaksud, baik berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain, melakukan tindak pidana secara sendiri atau bersama-sama.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
(3)
Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi, panggilan untuk menghadap dan penyerahan surat panggilan ditujukan kepada pengurus pada alamat korporasi atau di tempat pengurus melakukan pekerjaan yang tetap.
(4) Jika tuntutan dilakukan terhadap korporasi yang pada saat penuntutan diwakili oleh bukan pengurus, hakim dapat memerintahkan pengurus agar menghadap sendiri ke pengadilan. Pasal 43 Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, dan Pasal 42 adalah kejahatan. BAB XVI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 44 (1) Pemerintah daerah harus membuat perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. (2)
Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini. Pasal 45
Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya yang belum memiliki fasilitas pemilahan sampah pada saat diundangkannya Undang-Undang ini wajib membangun atau menyediakan fasilitas pemilahan sampah paling lama 1 (satu) tahun. BAB XVII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 46 Khusus untuk daerah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 29 ayat (3) dan ayat (4), serta Pasal 32 merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 47 (1)
Peraturan pemerintah dan peraturan menteri yang diamanatkan UndangUndang ini diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak UndangUndang ini diundangkan.
(2)
Peraturan daerah yang diamanatkan Undang-Undang ini diselesaikan paling lama 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 48
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Pasal 49 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Mei 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 69
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH
I. UMUM Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi. Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan UndangUndang ini diperlukan dalam rangka: a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan; b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah; d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan daerah dalam pengelolaan sampah; dan e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas
Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah tangga. Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat hiburan. Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya, kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri strategis, dan pengembangan teknologi tinggi. Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti asuhan, dan panti sosial. Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan umum, stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat pemberhentian kendaraan umum, taman, jalan, dan trotoar. Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit, klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga. Ayat (4) Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 3 Yang dimaksud dengan asas "tanggung jawab" adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab pengelolaan sampah dalam mewujudkan hak masyarakat terhadap lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Yang dimaksud dengan asas "berkelanjutan" adalah bahwa pengelolaan sampah dilakukan dengan menggunakan metode dan teknik yang ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan, baik pada generasi masa kini maupun pada generasi yang akan datang. Yang dimaksud dengan asas "manfaat" adalah bahwa pengelolaan sampah perlu menggunakan pendekatan yang menganggap sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Yang dimaksud dengan asas "keadilan" adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintah daerah memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam pengelolaan sampah. Yang dimaksud dengan asas "kesadaran" adalah bahwa dalam pengelolaan sampah, Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong setiap orang agar memiliki sikap, kepedulian, dan kesadaran untuk mengurangi dan menangani sampah yang dihasilkannya. Yang dimaksud dengan asas "kebersamaan" adalah bahwa pengelolaan sampah diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Yang dimaksud dengan asas "keselamatan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus menjamin keselamatan manusia. Yang dimaksud dengan asas "keamanan" adalah bahwa pengelolaan sampah harus menjamin dan melindungi masyarakat dari berbagai dampak negatif. Yang dimaksud dengan asas "nilai ekonomi" adalah bahwa sampah merupakan sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan sehingga memberikan nilai tambah.
Pasal 4 Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Cukup jelas
Pasal 5 Cukup jelas
Pasal 6 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Hasil pengolahan sampah, misalnya berupa kompos, pupuk, biogas, potensi energi, dan hasil daur ulang lainnya. Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas
Pasal 7 Cukup jelas Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 8 Cukup jelas
Pasal 9 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas Huruf b Penyelenggaraan pengelolaan sampah, antara lain, berupa penyediaan tempat penampungan sampah, alat angkut sampah, tempat penampungan sementara, tempat pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan akhir sampah. Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 10 Cukup jelas
Pasal 11 Cukup jelas
Pasal 12 Cukup jelas
Pasal 13 Kawasan permukiman meliputi kawasan permukiman dalam bentuk klaster, apartemen, kondominium, asrama, dan sejenisnya. Fasilitas pemilahan yang disediakan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
Pasal 14 Untuk produk tertentu yang karena ukuran kemasannya tidak memungkinkan mencantumkan label atau tanda, penempatan label atau tanda dapat dicantumkan pada kemasan induknya.
Pasal 15 Yang dimaksud dengan mengelola kemasan berupa penarikan kembali kemasan untuk didaur ulang dan/atau diguna ulang.
Pasal 16 Cukup jelas
Pasal 17 Ayat (1) Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Cukup jelas Ayat (2) Lingkup perizinan yang diatur oleh Pemerintah, antara lain, memuat persyaratan untuk memperoleh izin, jangka waktu izin, dan berakhirnya izin. Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 18 Cukup jelas
Pasal 19 Cukup jelas
Pasal 20 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Pemerintah menetapkan kebijakan agar para produsen mengurangi sampah dengan cara menggunakan bahan yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam. Kebijakan tersebut berupa penetapan jumlah dan persentase pengurangan pemakaian bahan yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam dalam jangka waktu tertentu. Huruf b Teknologi ramah lingkungan merupakan teknologi yang dapat mengurangi timbulan sampah sejak awal proses produksi. Huruf c Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud bahan produksi dalam ketentuan ini berupa bahan baku, bahan penolong, bahan tambahan, atau kemasan produk. Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas
Pasal 21 Ayat (1) Huruf a Insentif dapat diberikan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan produksi yang dapat atau mudah diurai oleh proses alam dan ramah lingkungan. Huruf b Disinsentif dikenakan misalnya kepada produsen yang menggunakan bahan produksi yang sulit diurai oleh proses alam, diguna ulang, dan/atau didaur ulang, serta tidak ramah lingkungan. Ayat (2) Cukup jelas
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 22 Ayat (1) Huruf a Pemilahan sampah dilakukan dengan metode yang memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, lingkungan, kenyamanan, dan kebersihan. Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah dimaksudkan agar sampah dapat diproses lebih lanjut, dimanfaatkan, atau dikembalikan ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Huruf e Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 23 Cukup jelas
Pasal 24 Cukup jelas
Pasal 25 Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Ayat (1) Kompensasi merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap pengelolaan sampah di tempat pemrosesan akhir yang berdampak negatif terhadap orang. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 26 Cukup jelas
Pasal 27 Cukup jelas
Pasal 28 Cukup jelas
Pasal 29 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Hal-hal yang diatur dalam peraturan pemerintah memuat antara lain jenis, volume, dan/atau karakteristik sampah. Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas
Pasal 30 Cukup jelas
Pasal 31 Cukup jelas
Pasal 32 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Huruf a Paksaan pemerintahan merupakan suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memulihkan kualitas lingkungan dalam keadaan semula dengan beban biaya yang ditanggung oleh pengelola sampah yang tidak mematuhi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan. Huruf b Uang paksa merupakan uang yang harus dibayarkan dalam jumlah tertentu oleh pengelola sampah yang melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-undangan sebagai pengganti dari pelaksanaan sanksi paksaan pemerintahan. Huruf c Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 33 Ayat (1) Sengketa persampahan merupakan perselisihan antara dua pihak atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya atau diduga adanya gangguan dan/atau kerugian terhadap kesehatan masyarakat dan/atau lingkungan akibat kegiatan pengelolaan sampah. Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 34 Ayat (1) Penyelesaian sengketa persampahan di luar pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu guna menjamin tidak akan terjadinya atau terulangnya dampak negatif dari kegiatan pengelolaan sampah. Ayat (2) Cukup jelas
Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Yang dimaksud dengan tindakan tertentu dalam ayat ini, antara lain, perintah memasang atau memperbaiki prasarana dan sarana pengelolaan sampah.
Pasal 36 Gugatan perwakilan kelompok dilakukan melalui pengajuan gugatan oleh satu orang atau lebih yang mewakili diri sendiri atau mewakili kelompok.
Pasal 37 Ayat (1) Organisasi persampahan merupakan kelompok orang yang terbentuk atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat yang tujuan dan kegiatannya meliputi bidang pengelolaan sampah. Ayat (2) Yang dimaksud dengan biaya atau pengeluaran riil adalah biaya yang secara nyata dapat dibuktikan telah dikeluarkan oleh organisasi persampahan. Ayat (3) Cukup jelas
Pasal 38 Cukup jelas
Pasal 39 Cukup jelas
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 40 Cukup jelas
Pasal 41 Cukup jelas
Pasal 42 Cukup jelas
Pasal 43 Cukup jelas
Pasal 44 Cukup jelas
Pasal 45 Cukup jelas
Pasal 46 Cukup jelas
Pasal 47 Cukup jelas
Pasal 48 Cukup jelas Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009
Pasal 49 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4851.
Yessi T. Br. Karo : Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan, 2009. USU Repository © 2009