PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNARUNGU CStndi Kasns DI SLD NURllSIH CIPUTl\TJ
Oleh: FARID AH INDRIY AN! 100071020106
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2004 1\1 I 1425 H
PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNARUNGU (STUDI KASUS DI SLB NURASIH CIF'UT AT) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psiko/ogi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Oleh: FAR!DAH INDRIYANI NIM : 0071020106
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
Pembimbing I
DR. Lily Suravya Eka Putri
Ora. Agustyawati,
NIP:
. Phil. Sne
N!P: 132 121 898
FAKUL TAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JAKARTA 1425 H/ 2004
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNARUNGU (STUDI KASUS DI SLB NURASIH CIPUTAT)
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikilogi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi
)
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua me a gkap anggota
M.Si
Sekretaris merangkap anggota
Ora. H'. Zahr tun NIP. 150 238 773
Anggota Penguji I
Ora. H'. Zahra NIP.150238 73
Pembimbing I
DR Lily Sur vva Ekaputri
Penguji II
DR. Lily Suravva Ekaputri
Pembimbing II
Ora. Agustyawati, M. Phil. Sne NIP. 132 121 898
KATA PENGANTAR
~ )\ 0-=>-)\ ...& I ~ Segala puji dan syukur ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, para sahabat serta kaum muslimin yang masih berpegang teguh kepada risalahnya sehingga hari akhir.
Dalarn proses penyusunan skripsi ini tentunya rnelibatkan banyak pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin rnenyampaikan ucapan terirna kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada sernua pihak yang telah rnernbantu rnenyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :
1. lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si dan lbu Dra. Hj. Zal1rotun Nihayah, M. Si , Dekan dan Pernbantu Dekan pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. lbu DR. Lily Surayya Eka Putri dan lbu Dra. Agustyawati, M. Phil. Sne, selaku pernbirnbing yang ditengah kesibukannya, telah rnernberikan saran, petunjuk dan birnbingannya kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Mustam. R, Kepala Sekolah SLB NURASIH Ciputat ::Ian seluruh stafnya yang telah memberikan kemudahan dalam pencarian data-data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini. 4. Wali Murid SLB/B NURASIH Ciputat yang telah bersedia menjadi responden, dan telah memberikan kemudahan dalam memperoleh datadata yang diperlukan untuk penyusunan skripsi ini. 5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Psikologi dab Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta, yang telah banyak memberi kemudahan bagi penulis untuk menelusuri literatur yang penulis butuhkan. 6. Terima kasih yang tak terhingga kepada Abah, my beloved single parent, atas kasih sayang serta mau'izhoh hasanah yang menjadi motivator bagi penulis untuk rnenyelesaikan skripsi ini. No father like you . .. Juga untuk Almarhummah lbunda, semoga dilapangkan kuburnya, I miss you
mom ..... 7. Kakakku Azi.zah Alawiyyah dan Ulfah Shihah, terirna kasih alas segala dukungannya ..... maz adi. .. you are my unforgetable prince and never
forget our we spend together.
8. Sahabat/sahabati angkatan 2000 Fakultas Psikologi. Dwi, Popon, Niqo, Aka ... .. glad you are my best friend, Ai, Eri, Aci kapan kita janjian lagi.
Penulis hanya bisa berdoa kepada Allah swt semoga amal baik mereka diterima di sisi-Nya dan diberikan balasan yang berlipat ganda serta sei-noga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Jaza kumul/ah khoiron katsiron
Jakarta, Juli 2004
Penulis
111
ABSTRACT
A Fakultas Psikologi B. Jakarta, 9 Juli 2004 C. Faridah lndriyani D. Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak Tunarungu (Studi Kasus Di SLB Nurasih Ciputat) E. x + 89 Halaman F. Latar belakang: Kelahiran anak dalam keluarga merupakan suatu karunia sekaligus amanat dari Tuhan. Disebut sebagai karunia, karena ditinjau secara psikologis maupun sosiologis bahwasanya anak menempati posisi yang sangat penting, mengingat ia dapat menjadi hiasan dan tumpuan kasih sayang bagi rumah tangga. Disebut sebagai amanat dari Tuhan, karena orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar untuk mengasuh, memelihara, membimbing dan terutama mendidik anak dengan sebaik-baiknya. Tujuan: Mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam mengasuh anak tunarungu dan mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya yang tunarungu. Sampel: Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah anak penyandang tunarungu yang tergolong tuli dan orang tua yang tidak bekerja (ibu rumah tangga). Menurut Strauss, tidak ada ketentuan baku mengenai jumlah minimal subyek yang harus dipenuhi di dalam suatu penelitian kuaiitatif (Poerwandari,2001 ). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 3 orang yaitu 20% dari jumlah populasi sebanyak 15 orang. Hasil: Pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan baik secara fisik, psikis maupun sosial. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak akan mengalami kemajauan sesuai dengan kemampuan anak tersebut. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara kurang maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak menjadi terhambaUterlambat. G. Bahan Bacaan: 21( 1975-2003)
JV
ABSTRACT A. Faculty Of Psychology B. Jakarta, 9 July 2004
C. Faridah lndriyani D. Mothering [ofl Old Fellow To Child Hearing lmparment (Case Study [In] SLB Nurasih Ciputat) E. x + 89 Page;Yard F. Background: Birth [of] Child in family represent a[n grant from above at the same time commendation from God. Conceived of [by] grant from above, because evaluated psychologically and also sosiologis its it[him] child occupy very important position, considering he earn to become affection fulcrums and decoration to household. Conceived of [by] commendation from God, because old fellow have very big responsibility and duty to take care of, to looking after, guiding and especially educate child as well as possible Target: Knowing how old fellow role in mothering hearing imparment child and know the effort any kind of which [is] [done/conducted] [by] old fellow in mothering its child which [is] Hearing lmparment. Sample : Characteristic Subyek in this research [is] deaf pertained hearing imparment child and old fellow which [do] not work (housewife). According to Strauss, [there] no standard rule [regarding/ hit] minimum amount [of] subyek which must fulfill in a research qualitative ( Poerwandari,2001 ). In this research [is] amount of taken [by] sample counted 3 people that is 20% from amount of population counted 15 people Result: Mothering [of] old fellow to hearing imparment child very required in each;every life aspect either through physical, social and also psychical. If mothering [of] old fellow to hearing imparment child [done/conducted] maximally, hence growth and growth [at] child will experience of progress as according to ability [of] the child. If mothering [of] old fellow to hearing imparment child (done/conducted] lessly maximal, hence growth and growth [at] child become to be pursued is I overdue G. Materials Reading: 21 ( '1975-2003)
v
DAFTAR ISi
KATA PENGANTAR ABSRTRACT
v
DAFTAR ISi
vi
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB1
1-6
PENDAHULUAN
1. 1. Latar belakang masalah ............................................. 1 1. 2. ldentifikasi masalah .................................................... 3 1. 2. 1. Pembatasan masalah ..................................... 4 1. 2. 2. Perumusan masalah ................................. 4 1. 3. Tujuan dan kegunaan penelitian .......................... 4 1. 3. 1. Tujuan Penelitian ..................................... 4 1. 3. 2. Kegunaan Penelitian............................... 4 1. 4. Sistematika penulisan ................................................. 5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
7-37
1. 2. Deskripsi Teori. ........................................................... 7 2. 1. 1. Pengertian anak tunarungu ............................. 7', 2. 1. 2. Klasifikasi Tunarungu ................................... 11 VI
BAB 3
2. 1. 3. Penyebab Tunarungu...................................
15
2 1. 4. Karakteristik anak Tunarungu.. .... ... ... ... .... .. .
18
2 2. Hakikat Orang Tua.................... . . .. ... ... .. ... ... ... ...
22
2. 3. Hakikat Pengasuhan... .. ... ... ... ... .... ... ... ..... ... ... ..... ...
29
2. 4. Kerangka berfikir.. ..... ....... ... ... ... .. ...... ... .. ... .... .. . ... .. ...
36
METODOLOGI PENELITIAN
38-46
3. 1. Pendekatan penelitian ..................................... .
38
3. 1. 1. Jen is Penelitian.... .. ... .. . ...... ... ... . .... . .... .. . .. ... . 38 3. 1. 2. Metode Penelitian ............................. .
38
3. 2. Variabel penelitian .......................................... .
39
3. 3. Populasi dan sampel. ......................................... .
39
3. 3. 1. Populasi. .. .. .... ... ... .. ... ... ... .. ... ... .. ........ ... .... .. .
39
3. 3. 2. Sampel.. .. . ........... ... ... ... .. ... .. .... ... .. .... ... ...
39
3. 4. Metode pengumpulan data..................................
40
3. 5. lnstrumen penelitian. .. .. .... ...... ... ... ...... ... . ..... .... ... ...
42
3. 6. Analisa data.....................................................
43
3. 7. Prosedur penelitian ........................................ .
44
3. 7. 1. Tahapan persiapan penelitian ..
44
3. 7. 2. Tahapan pelaksanaan Penelitian ............. .
45
VII
BAB 4
BAB 5
HASIL PENELITIAN
47-87
4. 1. Gambaran umum subyek penelitian..............
47
4. 2. Analisis kasus.... ...... .. .......... ............ .... .. .... ........ ......
49
4. 2. 1. Kasus Adit.. .. ........... ...... . .... ......
49
4. 2. 2. Kasus Mawar..................................... .
58
4. 2. 3. Kasus Melati. .. .
66
4. 3. Perbandingan Lintas kasus ........... ..
74
KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
89-94
5. 1. Kesimpulan ................................... .
89
5. 2. Saran ........................... ..
91
5. 3 Diskusi... ...... .... ..... .......... .. ............................... ..
93
DAFT AR PUST AKA LAMPI RAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
Tabel 4.1. 1. Date Anak .................................... .
....... .49
Tabel 4. 1. 2. Data Orang Tua(lbu)...... .. . . .. .. . .. . . .. . .
..49
Bagan 4. 2. 1. Kasus 1 (Adil) .............................................. 75 Bagan 4. 2. 2. Kasus 2 (Mawar).. . . . .
. . . .. .. .. . . .. .. . .. .
Bagan 4. 2. 3. Kasus 3 (Melati).. . .. . .. . . . . . . . . . .. . .
. .76 77
Tabel 4. 3. Tabel Perbandingan Lintas Kasus ..................... .78
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pernyataan kesediaan 2. Lembar Pedoman wawancara 3. Lembar Observasi 4. Surat lzin pelaksanaan Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN
1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH
Keinginan kebanyakan orang tua yang pertama dan terpenting adalah melakukan yang terbaik bagi anak-anak mereka, tak ada orang tua yang dengan sengaja rnenjadi orang tua yang buruk, semua ingin anaknya bahagia. Bahkan saat ada orang tua yang melakukan kesa\ahan, biasanya itu bukan disebabkan oleh ketidakpedulian mereka, melainkan malah karena mereka terlalu peduli.
Kelahiran anak dalam keluarga merupakan suatu karunia sekaligus amanat dari Tuhan. Disebut sebagai karunia, karena ditinjau secara psikologis maupun sosiologis bahwasanya anal< menempati posisi yang sangat penting, mengingat ia dapat menjadi hiasan dan tumpuan kasih sayang bagi rumah tangga. Disebut sebagai amanat dari Tuhan, karena orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar untuk mengasuh, memelihara, membimbing dan terutama mendidik anak dengan sebaik-baiknya.
Ketunarunguan adalah sebagai suatu keadaan kehilangan penden9C11 an yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya (Ora. H. T. Sutjahati
2
somantri, psych: 1996). Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan seseorang dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi Jagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tan pa menggunakan alat bantu dengar (Andreas Dwidjosumarto: 1990)
Anak dengan gangguan pendengaran (tunarungu) seringkali menimbulkan masalah tersendiri, terutama masalah komunikasi. Ketidakmampuannya untul< berkomunikasi berdampak luas, baik pada segi ketrampilan bahasa, membaca, menulis maupun penyesuaian social serta prestasi sekolahnya. Nai;nun derriikian apabila dicermati, sebenarnya bukan hanya aspek-aspek itu saja yang terpengaruh melainkan seluruh aspek perkembangannya dan aspek kehidupanya juga terpengaruh.
Ketidakmampuannya menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, kebutuhan dan kehendaknya pada orang lain, sehingga menimbulkan dampak kebutuhan mereka tidak terpuaskan secara sempurna. Disamping tidak dimengerti orang lain, anak tunarungu pun sukar memahami orang lain '
'
,:Lo'
0
.J
sehingga tidak jarang mereka merasa terkucil atau terisolasi dari lingkungan sosialnya.
Orang tua adalah orang pertama yang memikul tanggung jawab pengasuhan untuk anak-anaknya terutama pada anak penyandang tunarungu. Peran orang tua sangat penting dalam mengasuh anaknya terutama bagi anak penyandang tunarungu agar seorang anak tunarungu dapat berkembang secara maksimal.
Berdasarkan fenomena diatas, dimana peranan orang tua sangat penting dalam mendidik anak penyandang tunarungu. Peneliti merasa tertarik untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai peranan orang tua dalam mengasuh anak penyandang tunarungu, yang peneliti tuangkan dalam judul : "PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP ANAK TUNARUNGU DI SLB NURASIH CIPLJTAT".
1. 2. MASALAH 1. 2. 1. ldentifikasi Masalah
masalah yang menjadi fokus penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: a. Bagaimana pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu? b. Adakah kesulitan yang dialami orang tua dalam mengasuh anak tunarungu?
4
c. Bagaimana hasil dari usaha orang tua dalam mengasuh anak tunarungu?
1. 2. 2. Batasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut: a. Pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dibatasi pada ibu yang tidak bekerja diluar rumah. b. Anak tunarungu yang dimaksud adalah yang tergolong tuli sejak lahir.
1. 2. 3. Rumusan Masalah
Dengan mengetahui batasan masalah tersebut diatas, maka penulis menetapkan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu di SLB NURASIH Ciputat ? b. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya yang tunarung1J ?
1. 3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. 3. 1. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5
a. Mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam mengasuh anaknya yang tunarungu . b. Mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anaknya yang tunarungu.
1. 3. 2. Kegunaan Penelitian a. Memberikan pengalaman berharga bagi peneliti, karena dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu psikologi serta metode penelitian dalam praktek sebenarnya b. Memberikan manfaat bagi orang tua dalam mengasuh, merawat, membimbing dan mendidik anaknya yang menyandang
tunaruna·~
dengan
sebaik-baiknya.
1. 4. Sisternatika Penulisan Sistematika penulisan skripsi merupakan gambaran singkat dari masingmasing bagian atau bab agar diperoleh kejelasan secara keseluruhan dari isi skripsi. Skripsi i:ii dibagi menjadi lima bagian/bab dan masing-masing bRb dibagi lagi menjadi sub bab, dan dilengkapi dengan kata pengantar, daftar isi, lampiran, serta daftar pustaka. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
6
Bab 1
PENDAHULUAN meliputi latar belakang masalah/alasan memilih
judul,
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab 2
KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis rnenguraikan tentang landasan teori yang digunakan, rneliputi deskripsi teoritik yaitu pengertian tunarungu, klasifikasi tunarungu, factor penyebab tunarungu, definisi orang tua, definisi pengasuhan, ke•angka berfikir dan hipotesis.
Bab 3
METODE PENELITIAN Pada bab ini, penulis menguraikan tentang desain penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan analisis data.
Bab 4
HASIL PENELITIAN Pada bab ini, penulis menguraikan tentang gambaran umum penelitian. riwayat kasus, analisa kasus.
Bab 5
PENUTUP Pada bab ini, penulis menyimpulkan apa yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya serta dikemukakan saran-saran yang sifatnya konstruktif.
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1. DESKRIPSI TEORI 2.1. 1. Pengertian dan Konsep Dasar Anak Tunarungu
Banyak istilah yang kita kenal untuk anak yang mengalami kelainan pendengaran, misalnya dengan istilah: "tuli, bisu, tunawicara, cacat dengar, kurang dengar ataupun tunarungu". lstilah-istilah dan pandangan tersebut tidak sernuanya benar, sebab pengertiannya masih kabur dan tida.k menggambarkan keadaan yang sebenarnya. lstilah yang sekarang lazim digunakan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan luar biasa adalah tunarungu (Dra.H. T.Sutjati Somantri: 1996).
lstilah tunarungu diambil dari kata "Tuna" dan "Rungu" tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ia tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar suara (Ora. H. T. Sutjati Somantri: 1996).
Be.rbagai batasan telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian tunarungu atau dalam bahasa asingnya "Hearing Impairment" yang meliputi The Deaf (tuli) dan Hard of Hearing (kurang dengar), diantaranya menurut Daniel F. Hallahan dan James H.Kauffman (1991):
8
"Hearing imparment. A generic ter indicating a hearing disability that may range in severity from mi/cf lo profounnd it includes the subsets of deaf and hard of hearing. A deaf person in one whose hearing disability precludes succesful proccessing of linguistic information trough audition, with or' without hearing aid. A hard of hearing is one who generally with use of hearing aid, has residual hearing sufficient to enable successful processing of linguistic information trough audition"
Dari pernyatan tersebut diatas dapat diartikan bahwa tunarungu adalah suatu istilah umum yang menunjukan kesulitan mendengar, yang meliputi keseluruhan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, digolongkan kedalam bagian tuli dan kurang dengar.
Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses informasi bahasa melalui pendengaran, baik memakai ataupun tidak memakai alat bantu mendengar. Sedangkan seseorang yang kurang dengar adalah seseorang biasanya dengan menggunakan alat bantu mendengar, sisa pendengarannya cukup memungkinkan keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran.
9
Menurut Donald F. Morres, orang tuli adalah seseorang yang ke:hi1angan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB ISO atau lebih sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Orang kurang dengar adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB sampai 69 dB ISO sehingga ia mengalami kesulitan untuk menge1·ti pembicaraan orang lain melalui pendengarannya sendiri, tanpa atau denga alat bantu mendengar.
Andreas Dwijosumarto dalam seminar ketunarunguan di Bandung (1988) mengemukakan "Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai perangsang terutama melalui indera pendengaran".
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut ternyata didasarkan pada beberapa sudut pandang ada yang melihat dari segi pedagogis dan medis, ada yang berdasarkan pengelompokan dengan batas yang telah ditentukan secara internasional, ada pula yang mengelompokan tetapi menentukan batas kehilangan kemampuan pendengarannya namun menjelaskan secara gamblang bahwa seseorang dalam kondisi tertentu dikatakan tunarungu.
10
Dari beberapa batasan yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian anak tunarungu, maka dapat disimpu/kan bahwa pengertian tunarungu adalah seseorang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau se/uruhnya yang diakibatkan karena tidak berfungsinya sebagian atau se/uruh a/at pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara komplek.
Dampak terhadap kehidupannya secara komplek mengandung arti bahwa akibat ketunarunguan maka perkembangan anak menjadi terhambat, sehingga menghambat terhadap perkembangan kepribadian secara keseluruhan misalnya perkembangan intelegensi, emosi dan sosial.
Akibat kurang berfungsinya pendengaran, anak tunarungu mengalihkan pengamatannya kepada mata, me/alui mata anak tunarungu memahami bahasa lisan atau oral, selain melihat gerakan dan ekspresi wajah lawan bicaranya mata anak tunarungu juga digunakan untuk membaca gerak bibir orang yang berbicara. Pada anak mendengar ha/ tersebut tidak terla/u penting, tetapi pada anak tunarungu untuk dapat memahami bahasa orang lain sangatlah penting. Dengan a/asan tersebut anak tunarungu /ebih banyak membutuhkan waktu. Berapa waktu yang dibutuhkan o/eh anak tunarungu untuk be/ajar memahami bahasa orang lain dan untuk be/ajar berbicara ?, hal
ll
ini tergantung kepada kernarnpuan rnasing-masing individu serta bantuan dari orang-orang disekelilingnya.
Kelainan pendengaran atau ketunarunguan secara fisik tidak terlihat dengan jelas jika dibandingkan dengan tunanetra dan tunadaksa. Hal ini kadangkadang rnenguntungkan tetapi kadang-kadang rnerupakan teka-teki bagi orang yang tidak ada hubungannya dengan anak tunarungu, sehingga seringkali rnenirnbulkan sikap yang rnerugikan , rnenyakiti atau sikap kejarn terhadap anak.
2.1. 2. l
Seperti halnya pengertian tunarungu. klasifikasi dan jenis-jenis ketunarunguan juga telah banyak dikernukakan oeh para ahli baik dalarn negeri rnaupun luar negeri pada urnurnnya klasifikasi anak tunarungu dibagi alas dua golongan atau kelornpok besar, yaitu tuli dan kurang dengar. Untuk tujuan pendidikan anak-anak penderita kelainan pendengaran diklasifikasikan se.suai dengan tingkat pendengarannya.
Orang tuli adalah seseorang yang rnengalarni kehilangan kernarnpuan rnendengar sehingga rnengharnbat proses inforrnasi bahasa rnelalui pendengaran, baik itu rnernakai ataupun tidak rnernakai alat bantu rnendengar.
12
Orang kurang dengar adalah seseorang yang mengalami kehilangan sebagian kemampuan mendengar, akan tetapi ia masih mempunyai sisa pendengaran dan pemakaian alat bantu mendengar memungkinkan keberhasilan serta membantu proses informasi bahasa melalui pendengaran.
Definisi yang bersifat kuantitatif secara khusus menunjuk pada gangguan pendengaran sesuai dengan hilangnya pendengaran yang dapat diukur dengan alat audiometric. Audiometric merupakan alat yang dapat mengukur seberapa besar hilangnya pendengaran dan ditunjukkan dalam satuan desibel (dB). Klasifikasi anak tunarungu menurut Samuel A. Kirk: a. 0 dB
menunjukan pendengaran yang optimal
b. 0-26 dB
menunjukkan ses,eorang yang masih mempunyai pendengaran
c. 27 -· 40 dB
yang normal
mempunyai kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan).
d.41-55dB
mengerti bahasa oercakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (\ergolong tunarungu sedang).
e.56-- 70 dB
hanya bisa mendengar suara dari jarak yang dekat,
13
masih mempunyai sisa pndengaran untuk belajar bahasa dan bicara dengan menggunakan alat bantu mendengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu agak berat). f. ?·t-90d8
hanya bisa mendengar suara dari jarak yang sangat dekat, kadang-kadang dianggap tuli, membutuhkan pendidikan luar biasa yang inter:sit, membutuhkan alat bantu dengar dan latihan bicara secara khusus (tergolong tunarungu berat).
g. 91dB keatas
mungkin sadar akan adanya bunyi atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengaran untuk proses menerima informasi, dan yang bersangkutan dianggap tuli ( tergolong tunarungu berat sekali).
Kelainan pendengc,iran meskipun banyak kemungkinannya baik dalam struktur maupun fLi1ngsi, dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan anatomi fisiologis, yaitu: a. Tunarungu Ha~taran (konduksi), ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atauI tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran suara pada telinga ba;gian tengah. Ketunarunguan konduksi (A conductive hearing loss)
t~rjadi
karena pengurangan intensitas bunyi yang mencapai
14
telinga bagian dalam, dimana syaraf pendengaran berfungsi. Gelombang suara itu melewati terusan pendengaran menuju kegendang telinga, getaran diteruskan oleh suatu rangkaian struktur tulang telinga tengah (malleus, incus, stapes) kemudian diteruskan sampai ketelinga bagian dalam. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah: gendang telinga pecah atau bocor, getaran tulang telinga tengah mungkin terhalang atau keadaan lain yang mengganggu urutan getaran atau menghalangi getaran untuk mencapai syaraf pendengaran. Tunarungu konduksi jarang menyebabl
15
2. 1. 3. Penyebab Tunarungu
Secara umum penyebab ketunarunguan dapat terjadi sebelum lahir (prenatal), ketika lahir (natal) dan sesudah lahir (post natal). Banyak para ahli yang mengungkap tentang penyebab ketulian dan ketunarunguan,
Trybus (1985) mengemukakan enam penyebab ketunarunguan pada anak-
anak di Amerika Serikat yaitu: a. Keturunan b. Campak ,Jerman dari fihak ibu c. Komplikasi selama kehamilan clan kelahiran d. Radang selaput Otak e. Otitis media (radang pada bagian telinga tengah) f.
Penyakit anak-anak, radang dan Iuka-Iuka
Untuk lebih jelasnya faktor-faktor penyebab ketunarunguan dapat dikelompokl
16
Transmisi yang disebabkan oleh gen yang dominan represif C:c.11 berhubungan dengan jenis kelamin. Meskipun sudah menjadi pendapat umum bahwa ketunarunguan merupakan salah satu penyebab ketunarunguan, namun belum ada kepastian berapa persen ketunarunguan yang disebabkan oleh faktor keturunan, hanya perkiraan Moores (1982) adalah 30 sampai 60 persen. 2) lbu yang sedang mengandung menderita penyakit Campak Jerman (Rubella). Penyakit Rubella pada masa kandungan tign bu Ian pertama akan berpengaruh buruk pada janin. Hardy (1968), melaporkan 199 anak-anak yang ibunya terkena virus Rubella selagi mengandunga selama masa tahun 1964 sampai 1965, 50% dari anak-anak tersebut mengalami kelainan pendengaran. Rubella dari fihak ibu merupakan penyebab yang paing umum yang dikenal sebagai penyebab ketunarunguan. 3) lbu yang sedang mengandung menderita keracunan darah atau Toxaminia, hal ini bisa mengakibatkan kerusakan pada plasenta yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan janin. Jif:a hal tersebut menyerang syaraf atau alat-alat pendengaran maka anak tersebut akan lahir dalam keadaan tunarungu.
17
b. Faktor luar Diri Anak 1) Anak mengalami infeksi pada saat dialahirkan atau kelahiran. Misalnya anak terserang Herpes lmplex, jika infeksi ini menyerang alat kelamin ibu dapat menular pada saat anak dilahirkan. Demikian pula dengan penyakit kelamin yang lain, dapat ditularkan melalui terusan jika virusnya masih dalam keadaan aktif. Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh ibu kepada anak yang dilahirkannya dapat menimbulkan infeksi yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat-alat atau syaraf pendengaran. 2) Meningitis atau Radang Selaput Otak Dari hasil penelitian para ahli tentang ketunarunguan yang disebabkan karena meningitis antara lain penelitian yang dilakukan oleh Vermon (1968), sebanyak 8,1%, Ries (1973), melaporkan 4,9%, sedangkan Trybus (1985), memberi keterangan sebanyak 7,3%.
3) Otitis Media Otitis media adalah radang pada telinga bagian tengah, sehingga menimbulkan nanah, dan nanah tersebut mengumpul dan mengganggu hantaran bunyi. Jika kondisi ini kronis dan tidak segera diobati, penyakit ini bisa menimbulkan kehilangan pendengaran yang tergolong ringan sampai sedang. Otitis media adalah salah satu penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak sebelum mencapai usia 6 tahun. Anak-anak secara berkala harus mendapat
18
pemeriksaan dan pengobatan yang teliti sebelum memasuki sekolah karena kemungkinan penderita ototitis media yang menyebabkan ketunarunguan. Ketunarunguan yang disebabkan otitis media adalah tunarungu tipe konduktif. Otitis media biasanya terjadi karena penyakit pernapasan yang berat sehingga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran. Davis dan Flower mengatakan bahwa nanah yang ada ditelinga bagian tengah lebih sering menjadi penyebab hilangnya pendengaran daripada yang diturunkan oleh orang tua. Otitis media juga dapat ditimbulkan karena infeksi pernafasan atau pilek dan penyakit anak-anak seperti campak. 4) Penyakit lain atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian tengah dan dalam.
2. 1. 4. Karakteristik Anak Tunarungu
Jika dibandingkan der.gan ketunaan yang lain ketunarunguan tidak tampak jelas, karena sepintas fisik mereka tidak kelihatan mengalami kelainan. Tetapi sebagai dampak dari ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas. Berikut ini diuraikan karakteristik anak tunarungu dilihat dari segi inteligensi, bahasa dan bicara, serta emosional serta sosial.
19
a. Karakteristik Dalam Segi lnteligensi Pada dasarnya kemampuan intelektual anal< tunarungu sama seperti anak yang normal pendengarannya. Anak tunarungu ada yang memiliki inteligensi tinggi, rata-rata dan rendah.
Pada umumnya anak tunarungu memiliki inteligensi normal atau rata-rata, akan tetapi karena perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu akan menampakkan inteligensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa. Anak tunarungu akan mempunyai prestasi lebih rendah jika dibandingkan dengan anak normal atau anak mendengar untuk materi pelajaran yang diverbali.odsikan. Tetapi untu!< materi yang tidak diverbalisasikan, prestasi anak tunnarungu akan seimbang dengan anak yang mendengar. Perkembangan inteligensi anak tunarungu tidak sama cepatnya dengan mereka yang mendengar. Anak yang mendengar belajar banyak dari apa yang didengarnya. sedangkan hal tersebut tidak terjadi pada anak tunarungu. Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan intelektualnya yang rendah, tetapi pada umumnya disebabkan karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang dengan maksimal. Tidak semua aspek inteligensi anak tunarungu terhambat, tetapi hanya yang bersifat verbal, misalnya dalam merumuskan pengertian, menarik kesimpulan dan rneramalkan kejadian. Aspek inteligensi yang bersumber
20
pada penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan, bahkan dapat berkembang cepat.
b. Karakteristik dalam Segi Bahasa dan Bicara
Kemampuan berbicara dan bahasa anak tunarungu berbeda dengan anak yang mendengar, hal ini disebabkan perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.
Perkembangan bahasa dan bicara pada anak tunarungu sampai masa meraban tidak mengalami hambatan karena meraban merupakan kegiatan alami pernafasan dan pita suara. Setelah masa meraban perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu berhenti. Pada masa meniru anak tunarungu terbatas pada peniruan yang sifatnya visual yaitu gerak dan isyarat. Perkembangan bicara selanjutnya anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain. Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan perasaannya, serta termasuk didalamnya kemarnpuan untuk mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasa serta penerapannya. Kemampuan membaca, menulis, berbicara dan mendengar merupakan alat komunikasi bahasa. Anak yang mendengar pada umumnya memperoleh kemampuan berbahasa
21
dengan sendirinya bila dibesarkan dalam lingkungan berbahasa. Dengan sendirinya anak akan mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasanya.
Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila tidak dididik atau dilat;h :;ccara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak yang mndengar dengan usia yang sama, maka perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal.
Salah satu aspek
l~emampuan
berkomunikasi ialah kemampuan berbicara.
Pada anak tunarungu kemampuan bicara akan berkembang dengan sendirinya, tetapi memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan secara profesional. Dengan cara demikianpun masih banyak diantara mereka yang tidak dapat berbicara seperti orang yang mendengar pada umumnya, baik suara, irama dan tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan ana normal. Hal ini terjadi karena mereka tidak pernah atau sedikit sekali mendapatkan umpan balik untuk mengontrol suara dan ucapannya sendiri melalui pendengarannya. Umpan balik yang mereka peroleh untuk mengontrol bicaranya hanya diperoleh secara visual atau mungkin ditambah perabaan dan gerak.
22
c. Karakteristik dalam Segi Emosi dan Sosial
Ketunarunguan dapat mengakibatkan !erasing dari pergaulan sehari-hari, yang berarti mereka !erasing dari pergaulan atau aturan sosial yang berlaku dalam masyarakat dimana ia hidup. Keadaan ini menghambat perkembangan kepribadian anak menuju kedewasaan. Akibat dari keterasingan tersebut dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti: 1) Egosentrisme yang melebihi anak normal 2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas 3) Ketergantungan terhadap orang lain 4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan 5) Mereka umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak masalah 6) Mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung.
2. 2. Hakikat Orang Tua
Orang tua merupakan teladan pertama bagi anak untuk ditiru. Sikap, pandangan dan pendapat orang tua akan dijadikan model untuk si' anak dan hal ini kemudian menjadi sebagian dari tingkah laku si anak itu sendiri (Singgih Gunarsa: 1984)
Orang tua adalah orang dewasa pertama yarig memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya
23
berada ditengah-tengah ayah dan ibunya dan dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Pemaknaan ini didukung oleh hadist Nabi: "Setiap anak tidak dilahirkan kecua/i dalam kondisi fitrah (suci). Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, Majusi, atau Musyrik"
(HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Orang tua memiliki cinta kasih kepada anaknya sebab anak itu dihasilkan dari perpaduan cinta kasih antara kedua orang tuanya, seperti dikemukakan oleh Kartini Kartono (1985) bahwa cinta kasih orang tua yang sebenarnya adalah perpaduan antara cinta kasih seorang ibu dan cinta kasih seorang ayah. Cinta kasih ibu sifatnya memberi kehangatan, menumbuhkan rasa diterima dan rasa aman. Sedangkan cinta kasih ayah sifatnya mengembangkan kepribadian, menanamkan disiplin, memberi arah dan dorongan serta bimbingan agar si anak berani menghadapi kehidupan. Firman Allah SWT: Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari segumpal tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpa/ darah, kemudian dari segurnpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan karni tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan (QS. Al-Hajj:5)
Sikap yang dimiliki oleh orang tua terhadap anak mereka merupaka proses belajaryang terus menerus tentang anak. Dikatakan demikian karena sikap -.·~'.'
yang ditampilkan or<mg tua dibangun dan berlangsung sepanjang proses interaksi yang terjadi dengan anak. Proses interaksi ini memungkinkan orang
24
tua memiliki pembahc:ruan pemahaman mengenai diri anak, memiliki perasaan suka atau tidak suka terhadap apa yang ditampilkan oleh anak, serta mendorong orang tua untuk menampilkan kecenderungan tingkah laku yang didasarkan pada pengharapan akan sesuatu yang lebih baik. Banyak faktor yang ikut menentukan sikap apa yang dipelajari, yang paling umum diantaranya menurut Hurlock (1990) ialah: Pertama, konsep "anak idaman" yang terbentuk sebelum kelahiran anak sangat diwarnai romantisme dan didasarkan atas gambar anak ideal orang tua itu. Kedua, pengalaman awal dengan anak mewarnai sikap orang tua terhadap anaknya sendiri. Ketiga, nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak baik secara otoriter, demokratis maupun permisif akan mempengaruhi sikap orang tua. Keempat, orang tua menyukai peran orang tua, merasa bahagia dan mempunyai penyesuaian yang baik terhadap perkawinan, mempunyai sikap yang mencerminkan penyesuaian yang baik terhadap anak mereka. Kelima, bila orang tua merasa mampu berperan sebagai orang \ua kepada anaknya lebih baik, demikian pula sebaliknya. Keenam, orang tua yang merasa puas dengan jenis kelamin, jumlah dan ciriciri watak anaknya mempunyai sikap yang lebih baik menguntungkan daripada orang tua yang merasa tidak puas.
25
Ketujuh, kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan keluarga akan menentukan sikap orang tua.
Kedelapan, alasan orang tua untuk mendapatkan keturunan akan mempengaruhi sikap orang tua dibandingkan dengan yang hanya sekedar kepuasan dalam perkawinan.
Kesembilan, cara anal< bereaksi terhadap orang tuanya mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak.
Dari sembilan faktor yang mempengaruhi sikap orang tua terhadap anak ini, dapat digambarkan bahwa sebagian besar pengaruh berasal dari diri anak secara menyeluruh. Selain itu pengalaman yang terjadi dalam interaksi antara oarang tua dengan anak akan semakin memperkokoh sikap yang dimiliki orang tua terhadap anaknya.
Hurlock (1990) memberikan beberapa sikap orang tua yang khas terhadap anak-anaknya, seperti: a.
melindungi secara berlebihan, perlindungan orang tua yang berlebihan mencakup pengasuha:i dan pengendalian
b.
pennisivitas, permisivitas terlil1at pada orang tua yang membiarkan anak berbuat sesuka hati dengan sedikit kekangan.
c.
memanjakan, permisivitas berlebihan memanjakan membuafanak egois, menuntut dan sering tiranik
26
d.
penolakan, penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikankesejahteraan anak atau dengan menuntut terlalu banyak dari anak dan sikap bermusuhan.
e.
penerimaan, penerimaan orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak. Orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan perhitungan minat anak.
f.
dominasi, anak yang didominasi oleh salah satu atau kedua orang tua bersifat jujur, sopan dan berhati-hati, tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi orang lain, mengalah dan sensitif.
g.
tunduk pada anak, orang tua yang tunduk pada anaknya membiarkan anak mendominasi mereka dan rumah mereka.
h.
favoritisme, meskipun mereka berkata bahwa mereka mencintai semua anak dengan sama rata, kebanyakan orang tua mempunyai favorit. Hal ini membuat mereka lebih rnenuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga.
i.
ambisi orang tua, ambisi ii sering dipengaruhi oleh ambisi orang tua yang tidak tercapai dan hasrat orang tua supaya anak mereka naik ditangga status sosial.
Sik<tp orang tua terhadap anak ini selanjutnya akan diwujudkan dalam cara memperlakukan anak dalam kehidupan sehari-hari. Jika sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan jauh lebih baik
27
ketimbang bila sikap orang tua tidak positif. Jika sikap ini cenderung bertahan, bahkan dalam bentuk terselubung, dan mempengaruhi hubungan orang tua dengan anak sampai pada masa dewasa. Oleh karenanya orang tua hendaknya berusaha memahami diri mereka serta menampilkan sikap yang berdampak positif pada perkembangan anak-anaknya.
Semua orang tua menghendaki anak-anaknya terlahir dengan keadaan yang ideal seperti yang dibayangkan, sehingga mereka memiliki tuntutan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu, orang tua sering mengamati dan membandingkan kondisi anaknya dengan anak yang lain. Bila mereka menyadari kenyataan bahwa anaknya tidak setara atau sama dengan yang mereka yakin semestinya ada pada anaknya. Amat banyak reaksi secara emosianal yang ditampilkan orang tua, respon kaget, penolakan, kesedihan yang mendalam, kemarahan dan berbagai macam reaksi spontan sering ditujukan pada mereka. Pada sebagian orang tua yang segera menyadari kenyataan yang ada akan lebih baik, namun tidak semua orang tua mau menerima dan menyadarinya. Setiap orang tua akan melalui serangkaian proses untuk dapat menerima dan menyadari kondisi anaknya dengan segala keterbatasannya. Rentang waktu dalam proses yang dilalui orang tua beragam, tentunya semakin cepat tahapan-tahapan dapat mereka. lalui dan akhirnya menerimanya sebagai kenyataan akan membantu anak menjadi optimal.
28
Pasangan orang tua yang memiliki tahapan proses lebih cepat biasanya akan lebih segera pula dalam mengolah anak Jebih optimal. Ketika orang tua terus merasa sedih dan merasa selalu kasihan kepada anaknya maka ia tidak akan sanggup melakukan bimbingan atau terapi bagi anaknya, kesabaran, kekonsistenan, ketegasan dan kerjasama antar keluarga adalah ha! yang akan menjadi kunci apabila ingin anak mereka menjadi Jebih baik.
Hal utama yang menjadi upaya dalam pendampingan pada anal< dengan masalah tLinarungu dari keluarga adalah memberikan bantuan untuk memperkecil kemungkinan kesenjangan yang ada dalam tuntutan perkembangannya. Oleh karenanya penting adanya tahapan yang dipersiapkan orang tua adalah sebagai berikut: a. mengenali anak secara menyeluruh adalah tahapan awal bagi orang tua untuk melihat "potret" sesungguhnya mengenai diri anak. b. memiliki keterbukaan dalam mempersiapkan pola dukungan bagi anak. Ha!.ini terkait dengan pihak praktisi atau ahli, lingkungan sekolah ataupun persiapan internal keluarga. c. mempersiapkan program bersama dengan pihak terkait dengan memilikki pemahaman dalam melaksanakan program terpadu.
Orang tua sangat berperan dalam pengembangan diri anak serta dalam pembentukan kepribadian kearah positif. Peran orang t1;a lerhadap anak
29
sangat dibutuhkan dalarn setiap aspek kehidupan baik secara fisik, psikis rnaupun sosial. Peran orang tua terhadap anak ini akan jelas terlihat dalarn cara rnengasuh dan dalarn rnengernbangkan pola hubungan antara orang tua dan anak. Peran orang tua terhadap anak hendaknya dipaharni oleh setia orang tua ketika rnereka rnulai rnernbentuk sebuah keluarga dan rnerniliki anak.
Dari uraian diatas dapat dipaharni bahwa keluarga rnerniliki fungsi-fungsi tertentu dan fungsi-fungsi tertentu harus dilaksanakan sesuai dengan kernarnpuan dan kesanggupan orang tua dalarn rnelaksanakan serta dapat rnembantu anaknya dalam mengasuh dan membimbing serta melatih komunikasi pada anak tunarungu agar mereka dapat lebih mampu berkomunil
2. 3. Hakikat Pengasuhan Keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak, karena keluarga merupakan lembaga pertarna dalam kehidupan anak; tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai rnakhluk sosial. Pengalaman anak didalarn hubungannya dengan sesama anggota keluarga merupakan faktor yang sangat penting didalam perkembangan kepribadiannya. Dari keluarga pula memperoleh kepuasan eriosionalnya.
30
Dalam pengasuhan anak, akan terjadi suatu interaksi antara orang tua dengan anak. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pengasulian/pola asuh, sebaikanya kita mengetahui maksud atau pengertian dari pengasuhan/pola asuh itu sendiri.
Menurut Harrington dan Whiting seperti yang dikutip oleh Gibson bahwa praktek-praktek pengasuhan anak (pola asuh) adalah: "Pengasuhan anak merupakan suatu keseluruhan interaksi antara orang tua( pengasuh) dengan anaknya(yang diasuh), interaksi ini tidak saja pada aspek perawatan, seperti memberi makan, rnenjagakebersihan, maupun melindungi tetapi termasuk pula aspek sosialisasi (mengajarkan tingkah laku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat). Selain itu, didalam pengasuhan anak ini tercakup pula bermaca-macam cara yang digunakan oleh orang lain (pengasuh) untuk mengkomunikasikan segala yang ada padanya kepada anak (pihak yang diasuh).
Dalam hampir semua keluarga, .kehadiran seorang anak cacat ditengah mereka merupakan suatu pengalaman yang sangat unik. Tidak seorangpun mampu mempelajari apa yang sebaiknya harus dilakukan dengan hanya mengandalkan sedikit kasih sayang dan bakat. Juga tidak terdapat, kecuali karena suatu kebetulari yang menyenangkan namun hal ini jarang terjadi,
31
pertolangan yang temmpil dan pengertian yang memadai yang dibutuhkan bagi perkembangan seorang anak penyandang cacat oleh orang tuanya.
Tujuan pengasuhan bagi penderita cacat dalam hal ini anak tunarungu yang kini diterima adalah mereka seharusnya diasuh untuk lebih dapat menerima keadaan riel mereka senormal mungkin, dalam kondisi pendengaran yang mereka miliki itu, dari pada hanya diperlakukan sebagai suatu kelompok khusus yang diarahkan untuk hidup di komunitas tertutup dan menyendiri bersama anak-anak penderita cacat lainnya.
Dalam mengasuh anak, orang tua cenderung untuk menggunakan cara-cara tertentu yang dianggapnya paling baik bagi si anak. Cara-cara tersebut biasanya digunakan secara dominan dalam pengasuhan anak, dimana orang tua cenderung bertindak sebagai model bagi si anak. Jadi didalam interaksi tersebut orang tua memberikan contoh tingkah laku yang dianggapnya baik dan perlu untuk dipelajari oleh si anak. Hal ini biasanya disesuaikan pula dengan tuntutan dari masyarakat terhadap anak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian pengasuhan adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anaknya dimana orang tua bermaksud menstimuli anaknya dengan mentransmisikan tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua agar
32
anak dapat memperoleh yang terbaik dalam perjalannya menuju kedewasaan.
Hubungan yang esensi antara anak dengan orang tua sangat diteritukan oleh sikap orang tua dalam mengasuh anak dan prilaku yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Menurut Erikson (dikutip dari Bigner, 1997) alasan orang menjadi orang tua ialah adanya perasaan berhasil (sense of generality)_ yang muncul ketika seseorang mencapai kedewasaan dengan berbagai rangsang fisik, psikologis dan sosial. Menjadi orang tua berarti menjadi pengasuh (bigner, 1979). Artinya, menjadi orang tua berarti menjalankan fungsi mendidik pengetahuan dan keterampilan anaknya agar dikemudian hari benar-benar dapat menjadi dewasa.
Diana Barmind (dalam Berns, 1997) mengemukakan sikap terhadap menjacli orang tua dengan pola pengasuhan menurutnya, ada tiga macam pola pengasuhan, yaitu: a. Pola asuh authoritarian/ otoriter Pola asuh authoritarian atau disebut juga dengan pola ash otoriter adalah orang tua berusaha mE)mbentuk, mengontrol dan menilai sikap clan prilaku anaknya berdasarkan tata aturan yang stanclar dan biasanya bersifat absolut, menuntut anak selalu menurut, patuh dan berusaha mengendalikan tingkah
I '" •
laku anak. Kebiasaan lain ialah memberi hukuman fisik bila anak melanggar ketentuan orang tua dan anak kehilangan otonomi.
Perilaku orang tua dalam interaksi dengan anak bercirikan, suka menghukum, tidak simpatik, anak-anak dipaksa untuk patuh terhadap nilai yang dianut orang tua dan cenderung mengekang keinginan anaK. Hal ini dapat menyebabkan anak kurang berinisiatif, suka ragu, mudah gugup, suka membangkang bahkan mungkin bisa menjadi penakut maupun terlalu penurut. Akibat lain adalah emosinya Jabil, penyesuaian diri terhambat, tidak simpatik, tidak puas dan mudah curiga dan kurang bijaksana dalam pergaulan. Akibat seringnya mendapat hukuman dari orang tua dapat menyebabkan anak menjadi agresif, nakal.
b. Pola asuh permissive/ permisif Orang tua yang senantiasa mernberikan kebebasan pada anak untuk mengatur dirinya sendiri, si anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak diberi hak yang sama seperti orang dewasa merupakan ciri dari pola asuh permissive. Pola asuh permissive adalah orang tua cenderung mendorong anak untuk bersikap otonom, mendidik anak berdasarkan logika (bukan kekuasaan), memberi kebebasan pada anak untuk menentukan tingkah laku dan kegiatannya dan tidak bersikap otoriter.
34
Perilaku orang tua dalam pola asuh permisif ini adalah memberi kebebasan sebanyak mungkin. Anak diberi kebebasanuntuk mengatur dirinya baik dalam belajar, bermain maupun lainnya. Anak tidak dituntut tanggung jawab, tidak banyak dikontrol bahkan munkin tidak diperdulikan. Akibat orang tua yang demikian menyebabkLin perilaku anak cenderung negatif, perkembangannya tidak matang, penuh ketergantungan , kurang percaya diri, emosi tidak stabil, sulit menghargai orang lain, mudah frustasi, kurang bersahabat, tidak bahagia, agresif dan selalu merasa tidak puas.
c. Pola asuh authoritative/ otoritatif Sikap tegas yang diiringi dengan kehangatan dan penuh pengertian, memberikan aasan kepada anak atas tindakan yang dilakukan oleh orang tua, tahap demi setahap melatih anak untuk bertanggung jawab sertya antara orang tua dengan anak saling memiliki hak dan kewajiban merupakan ciri dari pola asuh authoritative.
Pola asuh authoritative (otoritatif) adalah merupakan kombinasi dari pola asuh authoritatrian dan pola asuh permissive. Anak mendapat kebebasan terbatas. Orang ua berkomunikasi dengan anak mengenai apa yang boleh dan yang dilarang, menciptakan salaing pengertian dan orang tua bertibdak sesuai kebutuhan. Menurut Hurlock (1973), pola asuh ini disebut juga dengan demokratik.
35
Berdasarkan pengertian diatas dan macam/ jenis pola pengasuhan tcrsebut, maka ciri-ciri khas masing-masing pola pengasuhan itu adalah sebagai berikut: a. Pola asuh permissive memiliki ciri khas ebagai berikut : 1. anak dominan 2. bimbingan dan pengarahan dari orang tua tidak ada 3. orang tua memberikan kebasan dan kelonggaran 4. orang tua sangat tidak memperhatikan dan tidak mengontrol
b. Pola asuh authoritarian memiliki ciri khas sebagai berikut: 1. orang tua berkuasa dan dominan 2. orang tua senantiasa menghukum anal< jika tidak patuh/ mengikuti 3. anak tidak diakuui sebagai pribadinya 4. orang tua dalam mengontrol anaknya sangat ketat dan strengh/ keras
c. Pola asuh demokrasi memiliki ciri khas sebagai berikut: I. terjalin kerjasama antara anak dengan orang tua 2. bimbingan dan pengarahan dari orang tua tercipta/ ada 3. anak diakui sebagai pribadi 4. orang tua dalam mengontrol anaknya tidak kaku.
36
2. 2. Kerangka Berfikir
tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang rnengakibatkan seeorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Definisi dari ketunarunguan adalah kondisi dimana individu tidak mampu mendengar dan ha! ini tampa dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas.
Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya sehingga ia mengalami harnbatan dalam perkembangan bahasanya. la memerlukan pengasuhan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layal<.
Pengasuhan anal< merupakan keseluruhan interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anaknya (yang diasuh), interaksi ini tidak saja pada aspek perawatan, seperti memberi makan, menjaga kebersihan, maupun melindungi tetapi termasuk pula aspek sosialisasi (mengajarkan) tingkah laku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu didalam pengasuhan anak ini tercakup pula bermacam-macam cara yang digunakan oleh orang lain (pengasuh) untuk menkomunikasikan segala yang ada padanya kepada anak (pihak yang diasuh).
37
Orang tua merupakan sumber pendidikan pertama dan utama dalam
.
pengasuhan anak dalam keluarganya, terutama bagi orang tua yang memiliki anak tunarungu. Mengasuh anak tunarungu tidaklah sama seperti mengasuh anak normal lainnya, karena anak tunarungu memiliki kemampuan yang terbatas terutama pada pendengarannya.
Pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan baik secara fisik, psikis maupun sosial. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak akan mengalami kemajauan sesuai dengan kemampuan anak tersebut. Jika pengasuhah orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara kurang maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak menjadi terhambat/terlambat.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metodologi adalah model yang mencakup prinsip-prinsip teoritis maupun kerangka pandang yang menjadi pedoman mengenai bagaimana riset akan dilaksanakan dalam konteks paradigma tertentu. Jadi metodologi penelitian adalah metode atau tekhnik yang berisi standar dan prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman'penelitan (Poerwandari, 2001 ).
3. 1 Pendekatan Penelitian 3. 1. 1. Jenis Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang digambarkan melalui penelitian deskriptif yang menekankan pentingnya konteks, setting serta kerangka pemikiran subyek itu sendiri (moleong, 1997). Penelitian kualitataif yakni dimana data hasilnya tidak diolah dan disajikan dengan menggunakan angka. Penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau iisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya atau sebagai mana adanya (natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan. (Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, 1994)
39
3. 1. 2 Metode Penelitian
penelitian yang kami laksanakan menggunakan metode studi kasus yang merupakan bagian dari penelitian kualitatif yakni data/hasilnya tidak diolah dan disajikan dengan menggunakan angka-angka atau data statistik melainkan menganalisis dan mengolah data yang sifatnya deskriptif.
Studi kasus merupakan metode pengumpulan data yang bsrsifat integrative artinya penelitian dilaksanakan rnenggunakan berbagai teknik pendekatan dan bersifat komperehensif artinya bahwa data yang dikumpulkan peneliti meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.
3. 2. Variabel Penelitian Dari masalah dan sub masalah ternyata yang ada hanyalah variabel tunggal. Variabel tersebut adalah pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu.
3. 3. Populasi dan Sampel 3. 3. 1. Populasi Populasi penelitian (universe) adalah keseluruhan dari unit analisis yang ciricirinya akan diduga (Singarimbun dan Effendi, 1982: 108). Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. (Dr. I Made Putrawan, 1990). Populasi penelitian ini adalah orang tua (ibu) yang tidak bekerja diluar rumah yang memiliki anak
40
tunarungu yang tergolong tuli di SLB/B Nurasih Ciputat, populasi berjumlah 15 orang.
3. 3. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi sehingga sampel yang representatif, benar-benar mencerminkan ciri-ciri populasinya.(Dr. I Made Putrawc.11J. Sampel merupakan bagian dari populasi, bagian dimana memiliki segala sifat utama populasi (Moleong, 1990). Prosedur pengambilan sample penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik yang diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian dan tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah/peristiwa acak) melainkan pada kecocokan konteks (Poerwandari, 2001).
Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah anak penyandang tunarungu yang tergolong tuli dan orang tua yang tidak bekerja (ibu rumah tangga). Menurut Strauss, tidak ada ketentuan baku mengenai jumlah minimal subyek yang harus dipenuhi di dalam suatu penelitian kualitatif (Poerwandari,2001 ). Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 3 orang yaitu 20% dari jumlah populasi.
41
3. 4 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan da!am pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Dengan menggunakan metode ini diharapkan untuk mendapatkan data-data yang mendalam mengenai pengasuhan orang tl!a terhadap anak tunarungu
wawancara Wawancara ada!ah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pi\1ak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan ltu. (DR. Lexy. J. Moleong, 1990).
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dan seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.(DR. Deddy Mulyana, 2003).
W9wancara dilakukan dengan menggunakan jenis interview bebas terpimpin, dalam arti bahwa peneliti maih dapat mengembangkan variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi yang ada.
42
Alasan peneliti menggunakan jenis interview bebas terpimpin ini kcrc:na: a. Dengan kebebasan akan dicapai kewajaran secara maksimal dan dapat diperoleh data secara mendalam. b. Bentuk kebebasan akan dapat dicapai dengan interview guide yang tidak ready made, melainkan sekedar catatan-catatan mernokok yang rnasih rnernungkinkan variasi-variasi penyajian pertanyaan yang disesuaikan dengan selera situasi yang ada. Hal ini penting karena akan menjadi kriterium pengontrolan sesuai tidaknya isi interview. c. Kebebasan akan mernberikan kesempatan untuk mengontrol kekakuan dan kebekuan proses interview.
Observasi Peneliti juga rnenggunakan metode observasi sebagai metode penunjang dalam penelitian ini, dengan maksud ingin mencatat semua yang terjadi dilapangan ternpat wawancara pada saat wawancara berlangsung.
Observasi disebut pula dengan pengarnatan , meliputi keg1atan pernusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera, observasi bertujuan sebagai alat yang mendukung alat yang lainnya (Moleong, 1997).
4·' 0
3. 5 lnstrumen Penelitian a. Pedoman wawancara, digunakan sebagai pedoman bagi pewawancara agar tetap pada tujuan peneitian, juga berfungsi untuk mengingatkan akan topik-topik yang ingin digali serta apa yang belum dan sudah ditanyakan serta memudahkan kategorisasi dalam melakukan analisis data. Pedoman wawancara ini di susun sedemikian rupa agar dapat mengumpulkan data yang diperlukan yang nantinya dapat menjawab pertanyaan penelitian ini. Kerangka pedoman wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Kondisi keluarga secara um urn atau lingkungan keluarga subyek 2) Profit anal< yang menyandang tunarungu. 3) Hubungan dengan keluarga. 4) Hubungan dengan masyarakat atau sosialisasi di luar. b. Lembar Observasi dan Catalan Subyek Digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dapat membantu menerangkan lebih lanjut data yang diperoleh/mendapatkan data yang utuh. Hal ini berguna untuk meminimalkan bias yang mungkin terjadi. c. Alat Bantu Pengumpulan Data
44
Agar rnemperoleh data yang lengkap dan akurat maka digunakan alat perekam sebagai alat Bantu agar tidak terdapat data yang terlewatkan, alat ini juga memudahkan peneliti mengulang kembali hasil wawancara agar dapat diperoleh data yang utuh.
3. 6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Analisis data, menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Bogman dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang rnenerima usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk rnemberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (DR. Lexy. J. Moleong,
1990). Dalam penelitian kualitatif, analisis data dititik beratkan pada usaha memahami kondisi kelemahan, kekurangan, kekeliruan atau ketidaksempurnaan sebagai masalah dilingkungan obyek penelitian. Selanjutnya jika kondisi masalah sudah dipahami dalam konteknya sebagai suatu kesatuan, maka pengolahan data dapat diarahkan pada usaha mencari kekurangan atau kekeliruan pokok dan memisahkannya dari kekurangan atau kekeliruan pengiring yang tidak prinsipil untuk diselesaikan. Pada giliran berikutnya pengolahan/analisis data difokuskan pada usaha mengungkapkan
45
alasan-alasan terjadinya kekurangan/kekeliruan utama yang menjadi masalah dilingkungan obyek penelitian.
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis induktif, analisis ini digunakan dengan alasan, pertama; proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagai yang terdapat dalam data. Kedua; analisis induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti-responden
menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akontabel. Ketiga; analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusankeputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada suatu latar lciinnya. Keempat; analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan dan terakhir analisi demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. (DR. Lexy. J. Moleong, 1990).
Tekhnik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik deskriptif kualitatif yaitu pengolahan data kualitatif yang telah diperoleh melalui penggambaran fakta-fakta/ karakteristik yang sebenarnya.
46
3. 7. Prosedur Penelitian 3. 7. 1. Tahapan Persiapan Penelitian a.
Pengurusan surat izin ke fakultas
b.
Peneliti menyusun pedoman wawancara kepada pembimbing
c.
Menunjukkan pedoman wawancara kepada pembimbing penelitian sebagai uji awal dan face validity terhadap keabsahan bentuk batasan.
d.
Menghubungi calon-calon responden yang sesuai dengan karakteristik sample.
e.
Menjelaskan mengenai penelitian dan meminta kesediaan untuk menjadi responden.
f.
Melakukan wawancara terhadap satu subyek sebagai uji coba dan mendapatkan gambaran awal mengenai wawancara selanjutnya.
g.
Membuat catatan dan ringkasan hasil uji coba wawancara catatan ini kemudian ditunjukkan kepada pembimbing penelitian untuk ,
mendapatkan masukan tambahan. Hal ini sebagai upaya untuk menjajaki kembali keabsahan bentuk batasan sebelum memasuki tahap pengumpulan data. h.
Membuat perbaikan pedoman wawancara. Berdasarkan masukan dari pembimbing serta hasil uji coba wawancara dilakukan perbaikan yang dirasa perlu.
BAB4
HASIL PENELITIAN
Pada bab 4 ini peneliti akan menguraikan hasil penjelasan data yang meliputi gambaran umum subyek penelitian, riwayat kasus se'rta analisis kasus.
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah orang tua (ibu) yang tidak bekerja, berjumlah tiga orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, usia orang tua (ibu) mulai dari 30 tahun sampai usia 51 tahun, sedangkan pada anakanak adalah usia anak-anak akhir sampai dengan masa remaja. Usia anak pada masa itu mulai dari usia 7 tahun sampai 17 tahun (Hurlock, 1980).
Nama-nama subyek ini sengaja disamarkan, sehingga kerahasiaan subyek dapat terjaga sesuai dengan kode etik penelitian.
49
Gambaran Umum Subyek
Tabel 4. 1. 1. Data Anak No
Nam a
Jen is
Usia
Kelamin
1
Adil
Laki-laki
Anak
Sekolah
Ke-
7 tahun
1
SLB/B Nurasih
- - -·
2
Mawar
Perempuan
12
1
SLB/B
tahun
-3
Melati
Perempuan
15
Nurasih
5
SLB/B
tahun
Nurasih
Tabel 4. 1. 2. Data Orang Tua No
Nam a
Jen is
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
30
SLTA
lbu
Kelamin
1
Atun
Perempuan
tahun
Rumah Tangga
2
Sumi
Perempuan
40
SD
tahun
lbu Rumah Tangga
3
Tanti
Perempuan
51 tahun
SD
lbu Rumah Tangga
50
4. 2. ANALISIS KASUS 4. 2. 1. Kasus Adit A. Data Pribadi a) Anak
Adit dilahirkan di Jakarta , 18 Februari 1997. Usia Adil sekarang adalah 7 tahun ia duduk di kelas salu SLB/ B Nurasih Cipulal. Bertempal linggal di daerah Binlaro Jakarta Selalan. Adil merupakan anak lunggal dari pasangan lbu Atun dan Bapak Dodi.
b) Orang Tua
lbunya bernama lbu Alun lahir di Jakarta, 23 Juni 1974. lbu Alun adalah seorang lamatan SLTA Menikah ketika berusia 23 lahun dan melahirkan Adil kelika usia 23 tahun, suami lbu Alun bekerja sebagai supir laksi di sebuah perusahaan laksi lernama di daerah Ciputat. Untuk mengisi kekosongan waklu lbu Alun berjualan gado-gado selelah pulang menganlarkan Adil sekolah. Pasangan suami isleri ini asli suku Belawi.
B. Perkembangan Ketunarunguan
Kelunarunguan Adil lerdeleksi kelika Adil berusia salu lahun selengah; lalu dibawa ke RS. Fatmawali unluk diperiksa, karena peralalan di RS. Falmawali lidak lengkap maka Adil dibawa ke RS. Ciplo Mangunkusumo di bagian THT, hasil pemeriksaan dokler adalah Adil mengalami gangguan pada saraf
51
pendengarannya, secara 111edik Adit tidak dapat dise111buhkan, Adil hanya dapat 111enjalani lerapi-lerapi. Adil 111engala111i gangguan saraf pendengaran sejak dalam rahim. lnisialif orang lua Adil untuk memeriksakan Adil adalah adanya kelerlambalan Adil dalam merespon sesualu, kelika diajak berbicara alaupun terhadap suara Adil acuh lak acuh, hanya kelika disenluh Adil baru merespon.
Perkembangan molorik pada Adil berjalan normal seperti anak-anak normal lainnya, bisa tengkurap pada usia empal bulan, bisa duduk pada usia lujuh bulan, merangkak pada usia anlara delapan dan sepuluh bulan, dan bisa berjalan lanpa banluan pada usia empal belas bulan. Adil hanya mengalami gangguan pada perkembangan bicaranya, pada usia salu selengah lahun belum bisa mengucapkan sesualu, lidak berespon kelika dipanggil ataupun ketika lbu bertepuk langan Adil lidak berespon.
Selelah diperiksa ke dokler lbu Atun lidak melakukan terapi khusus unluk Adil, Adil dibawa ke Santi Rama untuk memeriksa tes IQ, hasil pemeriksaan IQ.Adil adalah 100. Pemeriksaan ini dilakukan ketika Adil berusia em pat lahun, menurul kelerangan yang diberikan psikolog Adil mempunyai daya ingal yang linggi. Dari pihak saudara ada yang lunarungu, yailu sepupu lbu Alun. Unluk masalah komunikasi lbu Alun lidak mengalami kesulilan, lbu Alun selalu
52 . J .•
mengerti apa yang disampaikan Adil dan Adil pun mengerti apa yang disampaikan !bu Atun. !bu Atun tidak mempelajari secara khusus mengenai bahasa isyarat, untuk berkomunikasi dengan Adil lbu Atun menggunakan komunikasi total, dia mengucapkan dengan lisan dan memperagakan dengan bahasa tubuh. Sekali waktu !bu Atun belajar bahasa isyarat dari sekolah Adil.
Kesulitan yang dialami oleh !bu Atun adalah ketika pagi hari harus membangunkan Adil untuk pergi ke sekolah, untuk membangunkan Ad it butuh waktu yang lama. Mulai dari dibangunkan dengan cara baik-baik sampai kadang dicubit dulu karena kemarahan lbu Atun yang memuncak. Untuk bangun pagi dan pergi ke sekolah lbu Atun selalu kesulitan tetapi ketika ada acara dari sekolah untuk pergi berwisata Adil bangun pagi dan bersemangat untuk pergi ke sekolah. Untuk mempermudah Adil untuk pergi ke sekolah lbu Atun memberi reward akan diajak pergi untuk berenang, karena Adil suka berenang atau akan dibelikan sesuatu.
Kesulitan yang lain adalah ketika Adil meminta sesuatu, segala permintaannya harus dituruti. Apabila pennintaannya tidak dituruti Adit akan mengamuk dengan melempar barang-barang yang ada didekatnya, menangis dan berteriak-teriak. Hal ini akan berhenti dilakukan Adil ketika pennintaannya dipenuhi. Adil menyampaikan keinginannya dengan bahasa
isyarat dan ketika lbunya tidak mengerti keinginannya, Adit akan menggambar benda atau barang yang diiginkannya.
Sosialisasi dengan teman-temannya tidak bermasalah, setelah pulang sekolah Adit selalu bermain dengan teman-temannya, pergi mengaji dan sholal bersama-leman-lemannya. Unluk dilingkungan baru Adil membuluhkan waklu cukup lama untuk beradaplasi, seperti kelika masuk sekolah, selama dua bulan lbu Atun mendampingi Adit disampingnya. Begitu juga ketika Adil mengikuti terapi di Santi Rama, lbu Alun harus mendampinginya selama dua bulan.
Rasa percaya diri Adit rendah, misalnya kelika mengerjakan tugas-tugas sekolah. Adil selalu melihat ibunya kelika akan menjawab soal. Adil dapat mengerjakan lugas-lugas sekolahnya letapi harus selalu didampingi ibunya. Menurul informasi dari guru kelasnya, Adil dapat mengerjakan tugas sekolahnya tetapi Adil sangat malas. Adil sangat bergantung pada ibunya. Kalau !bu Alun berhalangan unluk rnengantarkan Adil ke sekolah Aditpun tidak rnasuk sekolah. Kemauan untuk sekolah sangat rendah mungkin karena lelak sekolah yang jauh. lbu Alun pernah bertanya kenapa Adil sangal malas untuk pergi ke sekolah, apakah ada masalah di sekolah. Menurul gurunya Adit tidak ada masalah di sekolah. Ketika di sekolah Adil biasa saja, hanya bermasalah kelika akan berangkat ke sekolah. Kemungkinan karena leman-
54
temannya perempuan semua dan hanya Adit yang laki-laki, Adit malas sekolah. Disekolah Adit sangat cengeng tidak seperti dirumah. Dicubit temannya menangis, didorong temannya menangis, setelah menangis besoknya tidak mau masuk sekolah. Waktu TK dia rajin, mungkin karena ada teman laki-lakinya jadi dia mau sekolah. Prestasi diseko!ah baik, sudah bisa menggambar, mewarnai, menghitung, pengena!an abjat dengan bahasa isyarat, Adil kesulitan pada penggunaan bahasa isyarat karena belum hafal. Satu tahun yang !a!u dia dicampur · dengan anak-anak tunagrahita karena keterbatasan kelas, sekarang dia ke!as satu dengan tem'Om-teman yang tunarungu semua, tetapi Ad it jarang masuk seminggu kadang hanya dua sampai tiga kali masuk. Hal ini disebabkan Adit yang susah bangun, ka!au dipaksa malah marah-marah. Kalau dibujuk untuk sekolah dia sela!u bilang dengan menggunakan bahasa isyarat bahwa sekolahnya tutup.
Ketika mengerjakan PR, Adil t1dak mau dibantu. Ketika mengerjakan soa! dan jawabannya salah Adil tidak mau dibetulkan, jadi sebisa dia mengerjakan tidal< peduli salah atau benar. Untuk pendidikan lbu Atun menginginkan sekolah .. ,,- . yang mendidik Ad it lebih kebidang keterampilan. Adil sangat suka menulis, menulis nama dia, nama ibu dan ayahnya, nama teman-temannya disekolah, Bisa mengirim sms. Daya ingat Adil sangat tinggi.
55
Usia liga sampai empal lahun sangal agresif, suka menggigil dan menyerang. Ledakan amarah sering disertai dengan lindakan merusak benda-benda disekilarnya, lidak perduli milik sendiri alau milik orang lain kelika ada yang menggangu alau keinginannya lidak dipenuhi, unluk mengalasinya orang lua Adil mengurung Adil dirumah. Sampai sekarang sikap ini semakain bertambah lelapi lidak menggigil dan menyerang lagi. Orang lua Adil selalu menuruli keinginan Adil kelika barang yang diiginkan dapal lerjangkau. Apabila barang yang diginkan lidak terjangkau, orang tua Adil mengalihkan ke hal lain seperti mengajaknya jalan-jalan.
Waklu khusus yang disediakan unluk Adil adalah ketika mau tidur, ibunya melalih Adil unluk berbicara. Adil mempunyai rasa ingin lahu yang besar, dia selalu mencerilakan apa yang dilihatnya alau selalu bertanya lentang apa saja. Kelika dia bertanya dan pertanyaannya belum lerjawab, dia akan bertanya lerus. Adil suka mengulak-alik barang-barang, seperti mobilmobilan yang dibongkar-bongkar, sepeda dibongkar-bongkar.
Unluk kesehalan, Adil lidak pernah sakit. Unluk makan dia tidak mau makan lahu lempe minimal unluk dia makan lelur, ayam, ikan. Kalau lidak ada lelur, ayam alau ikan dia lidak mau makan. Suka membanlu pekerjaan rumah, kalau diperinlah dia malah lidak mau, Adil mengerjakan pekerjaan kelika dia
56
mau apalagi kelika ibunya memberi reward dengan memberi uang. Acara lelevisi yang paling dia suka adalah film Dono.
C. Pola Pengasuhan Orang Tua/ lbu
Kondisi ke\uarga sangat baik, lergo\ong dalam kelompok ekonomi menengah. Adit ada\ah anak semata wayang ke\uarga ini. Orang tua Adit sangat memperhalikan perkembangan Adit, walaupun pada awa\nya orang lua Adit tidak ciapal menerima kondisi Adit yang tunarungu . Pola pengasuhan yang di\akukan \bu Atun cenderung menggunakan pola pengasuhan permissive, \bu Atun senanliasa memberikan kebebasan pada adil untuk menentukan lingkah laku dan kegiatannya sendiri baik da\am be\ajar, bermain maupun lainnya. Adil lidak diluntut tanggung jawab, tidak banyak dikontrol dan \bu Atun tidak bersikap otoriter. Wa\aupun terkadang \bu Atun memberikan hukuman berupa cubitan ketika Adil susah diatur.
Kesu\itan pertama dalam mengasuh Adil adalah masalah komunikasi, dalam ha\ ini Adil tidak dapat menyampaikan keinginannya secara jelas, sehingga orang tuapun kesulilan unluk memahami apa yang disampaikan Adil. Tetapi hal ini tidak ter\a\u sering terjadi, unluk sehari-hari Adil dan ibunya dapat berkomunikasi dengan baik. Adit sangal bergantung pada ibunya, lerulama ketika diseko\Clh. Untuk mengatasinya \bu Atun me\atih Adil dengan tidak
57
masuk ke kelas setiap mengantarkannya. lbu Alun hanya
mem:n9~u
diluar
kelas.
Kesulitan yang kedua adalah Adit mempunyai keinginan dan keinginannya harus dipenuhi. Kelika keinginannya lidak dipenuhi, dia akan bertindak sangat agresif yailu dengan melempar barang-barang yang ada didekalnya tidak perduli barang itu miliknya alau milik orang lain dia juga akan menangis dan lidak akan berhenli menangis sampai keinginannya lerpenuhi. Unluk mengalasi hal ini lbu, apabila barang yang diiginkan bisa lerjangkau lbu Alun akan membelikannya, apabila barang yang diigikannya tidak dapal dipenuhi, !bu Atun mengalihkan ke hal lain seperti menjanjikan untuk mengajaknya pergi jal,an-jalan, ketika usaha !bu Alun tidak berhasil, lbu Atun hanya mendiamkan Adil. Kelika masih kecil Adil sangat nakal dan sampai sekarangpun masik nakal, !bu Atun sering memarahi dan kadang mencubil Adil agar tidak nakal. Adil hanya takut kepada lbunya.
Kesulitan yang keliga yailu kelika harus membangunl\an Adil unluk pergi ke sekolah, sehingga dalam seminggu waktu sekolah Adil tidak pernah satu minggu penuh sekolah, ada saja hari dimana Adit lidak masuk sekolah. Kalau dipaksa malah lidak
~au
sekolah, sehingga lbu Atun lebih sering mengikuli
kemauan Adit. Unluk menyiasati hal ini lbu Atun selalu memberi reward untuk
58
mengajak Ad it jalan-jalan atau berenang sehingga Ad it mau berangkat sekolah.
D. Harapan Orang Tua lbu Atun mempunyai keinginan untuk menyekolahkan Adit khusus dibidang keterampilan, sehingga kelak ketika besar nanti Adit punya keahlian untuk bekal hidupnya agar tidak bergantung kepada orang lain.
Perkembangan anak tunarungu banyak ditentukan oleh hubungan antara anpk dan orang tua terutama ibunya. Lebih-lebih pada masa awal perkembangannya. Sikap menerima akan anaknya yang tunarungu memberi motivasi tersendiri untuk merencanakan kesejahteraan kehidL1pan Adit yang layak sesuai kemampuan dan kebutuhannya sebagai individu, sebagai keluarga maupun sebagai anggota masyarakat.
59
4. 2. 2. Kasus Mawar
A. Data Pribadi a) Anak
Mawar lahir di ,Jakarta, 11 November 1992, anak pertama dari dua bersaudara. Pasangan suami istri Bapak H. Nasir (aim) dan lbu Sumi. Sekarang berusia 12 tahun, duduk dikelas tiga SLB/B Nurasih Ciputat.
b) Orang Tua
lbu Sumi wanita kelahiran Jepara 46 tahun yang silam, menikah ketika usia 17 tahun. Melahirkan anak pertama yaitu Mawar ketika berusia 34 tahun, suaminya meninggal ketika Mawar berusia 6 tahun karena sakit kanker tulang belakangnya.
8. Perkembangan Ketunarunguan
Ketunarunguan Mawar terdeteksi ketika usia lima tahun, proses kelahiran Mawar normal dan perkembangan Mawar satu setengah tahun pertama berjalan normal bisa tengkurap pada usia empat bulan, bisa duduk pada usia tujuh bu Ian, rnerangkak pada usia antara delapan dan sepuluh bulan, keterlambatan terjadi pada perkembangan jalan, Mawar dapat berjalan ketika usia tiga tahun. Kesehatan Mawar ketika kecil sangat buruk, mulai dari usia satu setengah tahun sampai usia enam tahun dia sering sakit panas ya.ng tinggi disertai kejang-kejang, hal ini terjadi hanya pada malam hari. Satu
60
minggu atau sepuluh hari Mawar pasti mengalami hal ini. Orang tua Mawar memeriksakan Mawar ke dokter spesialis anak di RS. Fatmawati dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa ada flek hitam di paru-paru Mawar. Mawar dapat menangis seperti anak normal lainnya. Ketika usia lima tahun, Mawar dibawa kedokter spesialis THT di RS. Mangga Dua, hasil pemeriksaan dokter bahwa Mawar mengalami kerusakan pada saraf pendengarannya yang disebabkan karena seringnya sakit panas yang tinggi disertai kejang-kejang yang dialami Mawar. Orang tua Mawar sangat memperhatikan kesehatan dan perkembangan Mawar, untuk mengobati ketunarunguan Mawar orang tua Mawar membawa ke dokter ataupun ke pengobatan alternatif.
Sebelum masuk ke SLB/B Nurasih, Mawar terlebih dulu belajar sekolah di Kramat Sentiong selama dua bulan, sebulan sebanyak empat kali ·pertemuan dan lbu Sumi selalu mendampinginya. Di sini IQ Mawar diperiksa dan hasilnya IQ Mawar 101, dari Kramat Sentiong Mawar mendapat rekomondasi untuk melanjutkan sekolah. Mawar masuk sekolah ketika usia delapan .tahun, masuk TKLB/B Nurasih dan sampai sekarang kelas tiga SLB/B Nurasih Ciputat. Untuk dua tahun pertama lbu Sumi selalu mengantarkan Mawar ke sekolah, baru ketika masuk kelas satu Mawar diantar oleh pembantunya dan sekarang Mawar berangkat sendiri diantar jemput oleh tukang ojek. Sosialisasi dengan teman-temannya berjalan baik, Mawar suka menolong orang lain. Mawar suka mentraktir teman-temannya, mungkin karena takut
61
tidak ada temannya. Sosialisasi dengan keluargapun berjalan baik, dia. sayang dengan adiknya. Dengan teman-temannya disekolah Mawar mempunyai hubungan yan baik. lbu Sumi tidak selalu mendampingi Mawar ketika sedang bermain, dia hanya mengecek keberadaan Mawar saja.
Kornunikasi yang digunakan oleh Mawar adalah bahasa isyarat dan diikuti gerakan mulut, ibunya tidak mempelajari komunikasi anak tunarungu secara khusus, karena untuk masalah komunikasi lbu Sumi tidak mengalami kesulitan. lbu Sumi mengerti apa yang disampaikan Mawar dan Mawarpun mengerti apa yang disampaikan ibunya, adik Mawarpun mengerti apa yang disampaikan kakaknya, sehingga diapun tidak mempelajari secara khusus bahasa isyarat.
Selain disekolah lbu Sumi tidak menjalani terapi-terapi untuk ketunarunguan Mawar. Prestasi di sekolah Mawar baik, menurut informasi dari guru kelasnya Mawar dapat mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik, Mawar memiliki daya ingat yang tinggi. Dia selalu mengerjakan tugas sekolahnya sendiri tidak mau dibantu. Disekolah Mawar adalah anak yang rajin, tidak seperti di rumal1. Pelajaran yang dia suka adalah menggambar dan mewarnai.
Dengan adiknya Mawar mempunyai rasa iri yang tinggi, ketika adiknya dibelikan sesuatu diapun harus dibelikan, kalau tidak dibelikan barang yang
62
sama dia akan marah-marah. Mawar mudah marah dan cepat tersingung terutama ketika dia mempunyai keinginan dan keinginannya belum terpenuhi, ibunya selalu memenuhi segala keinginan Mawar. Tidak perduli mahal atau murah, lbu Sumi selalu memenuhi keinginan Mawar walaupun tidak pada waktu itu langsung dipenuhi. Setiap mempunyai keinginan, Ma11var selalu menagih sampai keinginannya terpenuhi, dia selalu marah dan diam dikamar. Mawar mempunyai keinginan untuk jajan yang kuat.
Mawar mau membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah ketika moodnya sedang baik, dia tidak mau disuruh tapi kalau sedang rajin dia mau mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, menyapu dan mengepel tanpa disuruh. Kalau dirumah orang Mawar rajin, seperti ketika ada tetangganya yang hajatan dia mau rnemliantu mengerjakan hal-hal ringan tidak seperti dirumah.
Hal yang paling sulit dihadapi oleh lbu Sumi adalah ketika pagi hari dia harus lll~r.nbangunkan
Mawar untuk pergi ke sekolah, dari cara baik-baik yang tidak
berpengaruh sampai kadang lbu Sumi memukulnya dengan sapu, kadang untut< mengakalinya lbu Sumi mernpercepat jarum jam setengah jam lebih cepat, tetapi hal ini tidak berpengaruh karena Mawar tahu dia dibohongi oleh ibunya. Ketika kekesalan lbu Sumi rnemuncak, dia hanya diam dan masuk kamar untuk tiduran menghilangkan kekesalan.
63
Untuk berpakaian Mawar tennasuk anak yang tomboy, dia tidak mau memakai rok selalu pakai celana hanya ketika sekolah dia memakai rok, dia tidak mau memakai anting. Mawar sudah mulai berdandan, dia dandan sendiri tidak mau di danclani ibunya. Tahun ini Mawar sudah tiga kali menstruasi, dia mencuci sendiri celana dalamnya yang terkana darah mensnya. Dia suka main hujan, acara televisi yang paling dia suka adalah sepak bola dan rally motor atau mobil.
Semakin bertambahnya usia Mawar, Mawar lebih bisa diatur dan lebih mandiri tidal< seperti waktu kecil susah diatur dan paling sulit ketika menghadapi Mawar ketika meminta sesuatu tidak bisa ditunda, benda apa saja yang didekatnya dilempar, berteriak-teriak. Sekarang karena mungl
C. Pengasuhan Orang Tua/ lbu Kondisi keluarga lbu Sumi sangat baik, Walaupun telah ditinggal suaminya dia optimis menjalani hidup. Tergolong dalam kelas ekonomi menengah, sehingga lbu Sumi selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Pola pengasuhan yang dilakukan lbu Atun adalah pola asuh permissive, :uu.Atun selalu memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada Mawar untuk
64
mengatur dirinya. lbu Atun cenderung memanjakannya dan tidak pernah memarahi Mawar
Untuk mengisi kekosongan waktunya, lbu Sumi membuka toke kelontong untuk membiayai anak-anaknya. Toke itu dijaga oleh pembantunya, dia hanya mengawasi. Mengasuh kedua anak perempuannya terkadang sangat berat, karena dia diiinggal meninggal suaminya.
Untuk mengasuh kedua anaknya terutama Mawar yang tunarungu, lbu Sumi berusaha untuk selalu membuat anak-anaknya senang, caranya dengan memenuhi segala keinginan anak-anaknya terulama Mawar. lbu Sumi selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya, dia berpikir ketika dia tfdak memenuhi keinginan Mawar takutnya Mawar memikirkan dan melakukan sesuatu yang buruk.
lbu Sumi tidak pernah memarahi Mawar ketika Mawar tidak patuh kepadanya, dia mebiarkan Mawar melakukan hal apa saja walaupun kadang menjengkelkan, ketika kemarahan lbu Sumi memuncak dia hanya diam dan masuk ke kamar untuk tidur menghilangkan kekesalan.
lbu Sumi sangat memperhatikan pendidikan Mawar, dia akan terus rr.enyekolahkan Mawar sampai tingkat akhir. lbu Sumi ingin menyekolahkan
65
Mawar disekolah yang \ebih menekankan pada pelajaran keterampilan, agar Mawar mempunyai keterampilan agar bisa mandiri ketika sudah besar. Kemajuan yang dialami Mawar sangat baik ketika dia bersekolah, seperti lebih mudah diberi pengertian ketika keinginannya tidak dapat dipenuhi dalam waktu dekat, tidak lagi melempar-lempar benda-benda didekatnya ketika marah dia hanya diam dikamar ketika marah dan mengunci pintu kamar, kadang sampai tertidur.
Mawar bisa mengerjakan kebutuhannya sendiri, seperti mandi sendiri atau terkadang dia masak sendiri ketika makanan yang disediakan tidak sesuai dengan seleranya, dia bisa menggoreng telur sendiri. Dia lebih bisa merawat dirinya dan memperhatikan penampilannya, suka menyisir rambutnya, memakai bedak dan lain-lain.
Dia selalu mendengarkan apa yang diceritakan Mawar, Mawar se\alu menceritakan kejadian apa saja yang dialami. Ketika lbu Sumi ingin menunjukkan rasa sayangnya dengan mencium atau memeluknya, Mawar selalu menolaknya. \bu Sumi selalu berusaha mempelakukan Mawar seperti anak normal biasa tidak pernah menyisihkannya, seperti sering diajak ke acara-acara keluarga.
66
D. Harapan Orang Tua
lbu Sumi sangat peduli terhadap pengasuhan dan pendidikan anak tunarungLJ. lbu Sumi beranggapan bahwa anak tunarungu memiliki potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan formal yang sangat berguna bagi kehidupannya dimasa mendatang.
Harapan lbu Sumi, dia selalu berdoa agar selalu diberi kekuatan untuk dapat menyekolahkan Mawar, kmena dengan sekolah Mawar mempunyai keterampilan yang dapat digunakan Mawar untuk bekal hidupnya ketika sudah dewasa sehingga tidak bergantung kepada orang lain.
67
4. 2. 3. Kasus Melati A. Data pribadi a) Anak Melati dilahirkan di Jakarta, 21 Desember 1989. Usia Melati sekarang adalah 15 tahun, duduk di kelas Jima SLB/B Nurasih Ciputat. Anak pasangan suami istri Bapak Abbas dan \bu Tanti merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, Melati mempunyai tiga kakak perempuan dan satu kakak lakilaki.
b) Orang Tua lbu Tanti wanita kelahiran 51 tahun yang lalu ini memiliki lima anak, dan Melati adalah anak bungsu lbu Tanti. Suaminya tinggal dan bekerja di Bandung. \bu Melati merupakan orang as\i Jakarta. \bu Tanti memiliki keah\ian memijat sehingga terkadang pergi untuk memijat orang. Tergolong dalam kelas ekonomi menengah ke bawah.
B. Perkenbangan ketunarunguan Lahir di rumah sakit, perawat rumah sakit mengatakan bahwa Melati ker;nungkinan besar tidak dapat mendengar, ketika dilahirkan Melati tidak menangis. Ketika mengandung lbu Tanti sering terjatuh karena mempunyai penyakit hipertensi sehingga keseimbangannya sering tergangu. Pada hari keempat puluh kelahirannya, telinga Melati mengeluarkan darah lalu lbu Tanti
68
memeriksakan anaknya di klinik spesialis anak Raifa di daerah Kampung Utan, hasil pemeriksaan Melati hanya sakit biasa, Melati diberi obat da.n sembuh. Kemudian tidak lama setelah itu jari-jari tangan Melati mengalami pembengkakan dengan kuku seperti akan copot, lalu lbu Tanti memeriksakan kembali Melati ke kllinik Raifa dan mendapatkan obat lalu sembuh. Ketika masih balita Melati sering jatuh, pernah mengalami panas yang tinggi disertai kejang-kejang. Mengetahui anaknya tidak bisa mendengar, lbu Tanti mengikuti terapi di RDK (Rehabilitasi Dalam keluarga), RDK merupakan cabang dari YPAC. Sebelum masuk RDK, Melati dibawa ke RS. Cipto Mangunkusurno spesialis THT untuk pemeriksaan lebih lengkap mengenai ketunarunguannya, hasil pemeriksaan bahwa Melati mengalami kerusakan pada saraf telinganya. Perkembangan motorik pada Melati berjalan normal seperti anak-anak normal lainnya, bisa tengkurap pada usia empat bulan, bisa duduk pada usia tujuh bulan, merangkak pada usia antara delapan , dan bisa berjalan tanpa bantuan pada usia lima belas bulan. Ketika bayi Melati jarang menangis.
Ketika kecil Melati merupakan anak yang hiperaktif cenderung nakal, ketika usia tiga sampai empat tahun Melati sangat agresif, suka menyerang dengan menggigit orang yang mengganggunya. Ketika itu Melati mempunyai seekor kucing, karena sayang atau mungkin gemes kucing itu dicekiknya sampai mati. Sikap agresif ini juga terlihat ketika dia meminta sesuatu dan
69
permintaannya tidak dipenuhi, selain agresif ketika permintaannya tidak dipenuhi diapun akan sakit panas dan akan sembuh jika permintaannya terpenuhi. Dengan bertambahnya usia Melati tidak lagi agresif ketika menyampaikan amarahnya. Sosialisasi dengan teman-temannya sangat baik, selalu pergi mengaji bersama teman-temannya ketika sore hari, Melati tidak mempunyai rasa minder. Hubungan dengan keluargapun berjalan baik, saudara-saudaranya selalu mengalah untuk Melati. Dia sangat sayang dengan anak kecil terutama dengan keponakannya, anak-anak kecilpun dekat dengan Melati.
Melati dapat mengikuti pelajaran disekolahnya, hafal dengan bahasa-bahasa isyarat. Melati mempunyai daya kreatif yang tinggi, seperti membuat jadwal pelajaran sendiri, mernbuat bunga-bunga dari kertas dan bisa menjahit bajunya yang robek. Ketika mengerjakan tugas sekolahnya kadang dibantu kakaknya. Melati hafal alfabet bahasa isyarat sehingga ia dapat rnemberi pelajaran kepada kakaknya dan guru mengajinya.
Melati senang membantu melakukan pekerjaan rumah tangga, seperi mencuci piring, menyapu, merapikan rak buku dan sebagainya, hal ini dilakukan ketika rnoodnya sedang baik dan tanpa disuruh. Ketika disuruh M~!ati
malah tidak mau mengerjakannya. Untuk makanan Melati tidak mau
70
makan tahu tempe, dia suka makan mie goreng memakai telur, ayam atau ikan. Ketika masakan yang disediakan tidal< sesuai keinginannya dia akan masak sendiri. Terapi yang dilakukan oleh lbu Tanti adalah berbicara didepan kaca dan Melati duduk diantaranya sambil memperhatikan gerakan mulut, lbu Tanti juga melakukan pijat muka. Hal ini dilakukan ketika Melati masih kecil, sekarang lbu Tanti hanya menyekolahkan saja di SLB/B.
Emosi Melati masih tinggi, terutama ketika keinginannya tidak segera dikabulkan. Tetapi sekarang Melati lebih mau mengerti ketika diberi pengertian, dia bisa menabung ketika ingin membeli sesuatu. Rasa iri dengan saudara-saudaranya sangat tinggi, sehingga saudara-saudaranya harus mengalah untuk Melati. Dia suka curiga dengan orang lain, terutama orang yang baru ditemuinya. Dia akan bilang suka dengan seseorang atau tidak suka dengan seseorang. Pola emosi Melati sekarang berbeda dengan ketika Melati masih kecil, sekarang tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, tidak mau berbicara . Selain sekolah Melati juga mengikuti pengajian dilingkungan rumahnya, walaupun sedikit-sedikit dia bisa membaca Al. Qur'an. Hal ini dilakukan pada waktu sore hari, dia mengerti apa itu puasa, dan biasa mengerjakan so)at di
71
n:iusholla. Dengan ikut pengajian Melati lebih bisa diberi pengertian karena .. sering mendengarkan nasehat dari guru mengajinya.
Untuk berkomunikasi dia sudah dapat menyampaikan maksud ucapannya dengan jelas sehingga mudah dimengerti oleh orang lain. Memasuki usianya yang remaja, Melati sudah mendapat menstruasi sebanyak tiga kali. Dia mengerti apa yang harus dilakukannya karena sudah terbiasa melihat kakaknya, sebelum menstruasi biasanya badan Melati sedikit panas dan pegal-pegal, keluhan ini selalu disampaikan kepada ibunya atau kakaknya. Diapun mencuci sendiri celana dalam yang terkena darah menstruasi. Dia sangat memperhatikan penampilan melebihi anak-anak normal, seperti memakai parfum, memalrni bedak, rambut yang dihiasi jepitan. Dia selalu tampil rapi, memakai baju pun tidak mau asal-asalan.
Hal yang paling disukai Melati adalah menggambar, dia suka menggambar apa saja. Kegiatan yang disukainya adalah jalan-jalan ke super market dia senangfoto box. Acara televisi yang digemari adalah konser AF!, dia selalu menceritakan tentang salah satu peserta AF! yang disenanginya kepada kakaknya.
Tingkat kemandirian Melati sudah tinggi, dia tidak mau lagi diantar pergi ke sekolah. Dia akan marah ketika ibunya ikut ke sekolah walaupun untuk
72
keperluan lain. Seperti ketika akan pergi berwisata ke pantai Anyer, guru di sekolahnya menyarankan agar anggota keluarganya ada yang mendampingi, tetapi Melati tidak mau diantar karen sudah besar. Diusia Melati yang remaja ini, Melati tidak lagi menjadi beban untuk lbu Tanti. Melati tidak harus selalu melayani segala kebutuhannya, karena Mel;iti sudah bisa dan mau mengerjakan sendiri apa yang dMawarginkannya, tidak bergantung lagi kepada ibunya.
C. Pengasuhan Orang Tua /lbu.
Pola pengasuhan yang dipakai oleh lbu Tanti lebih menggunakan pola asuh authoritative, sikap tegas yang diiringi dengan kehangatan dan penuh pengertian, memberikan alasan kepada anak alas tindakan yang dilakukan oleh orang tua, tahap demi setahap melatih anak untuk bertanggung jawab. Mawar mendapatkan kebebasan terbatas, artinya Mawarpun akan mendapat hukuman ketika tindakannya tidak benar.
Merniliki keluarga yang harmonis, lbu Tanti selalu berusaha untuk ·memenuhi segala kebutuhan anaknya terutama Melati. Ketika meminta sesuatu , perrnintaan Melati harus selalu dituruti, bila tidak dituruti dia akan marah, walaupun pola emosi Melati sekarang berbeda dengan ketika Melati masik kecil, sekarang tidak lagi mengungkapkan amarahnya dar: dengan cara yang meledak-ledak, melempar-lempar barang yang ada didekatnya, menangis
73
dan berteriak melainkan dengan menggerutu dan
tida~.
mau berbicara. Ketika
permintaannya tidak dikabulkan Melati akan sakit panas dan akan sembuh jika permintaannya dikabulkan. Sekarang Melati mulai pandai menabung untuk membeli keingiriannya.
lbu Tanti selalu menekan emosinya ketika menghadapi Melati yang nakal, walaupun kadang meledak dengan memukulnya. Namun lbu Tanti selalu sadar mengasuh anak tunarungu adalah tidak mudah, harus penuh kesabaran. Ketika masih kecil susah dibangunkan untuk pergi ke sekolah, sekarang ini Melati tidak lagi susah untuk dibangunkan. Dia bisa bangun pagi untuk pergi ke sekolah. Dia paling suka pelajaran menggambar dan mewarnai dan pelajaran keterampilan seperti menyulam dan memasak. Sekali waktu di sekolahnya ada pelajaran praktek memasak, dia membawa perlengkapan masak dari rumah untuk praktek di sekolah. Hal ini mempermudah !bu Tanti, karena Melati bisa memasak sehingga ketika Melati ingin makan dia akan memasak makanan yang diginkannya sendiri. Melati juga bisa menjahit pakaian dia yang robek.
D. Har;ipan Orang Tua
!bu Tanti selalu memberi kesempatan bermain seluas mungkin, ka.rena menurut lbu Tanti bermain merupakan sarana untuk belajar. Dengan bermain
74
bersama anak-anak normal Melati bisa be\ajar untuk bergaul dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dengan bermain bersama anak-anak normal Me\ati lebih bisa berkomunikasi, karena teman-temannya selalu memberi tahu ketika Melati tidak mengerti tentang suatu ha\. Seperti orang tua lain yang mempunyai anak tunarungu, lbu Tanti ingin Melati bersekolah ditempat khusus yang menekankan pada bidang keterampi\an, ha\ ini dimaksudkan agar ketika besar nanti Melati mempunyai keahlian untuk bekal hidupnya agar tidak bergantung dengan orang lain.
75
Bagan 4.2.1 Kasus 1 ·runa rungu d isebabkan karena f'aktor ge netik clan < ! - - kerusakan pad a saraf
--
Ad it
RSCM spesialis TllT. diberi obat dan ___.._ l·ekomendasi untuk terapi
pendeng:1raa seja k iahir
f
lbu ru1nah tangga, 1\yah beke~ja
--i
Bertindak agrcsi I' ketika kcinginannya tidal; dituru~J
i lvlemenuhi permintaannya bila terjangkc;u,
rnengalihkan keinginannya ke hal lain seperti akan diajak ja!an-ja!an at au 1nendia111kan saja
1
I
j
bertindak agresit: n1enangis dan berteriak-teriak bila keinginannya tidak dipenuhi Masih
J-1
Sulit dibangunkan clan 1nalas pcrgi kc sckolah
Diberi re\vard agar bangun untuk sekolah yaitu pergi berenang dan terkadang clicubit
j ivfasih sulit untuk bangun tetapi sedikit berkurang
Tcrapi
di
Santi
Raina
se!an1a 2 bulan
Sekolah di SLB/B Nurasih kelas I (satu)
. Sedikit n~:.~:,d1 diatur, pandai rnenulisdan 1nenghitung
76
Bagan 4. 2. 2 Kasus 2 Tuna rungu disebabkan kerusakan pada saraf karena panas yang tinggi dan kejang-kejang.
<1---[
RS r-v1angga Dua spcsia!is THT, diberi obat dan reko1nendasi untuk terapi
Mawar
~
lbu run1ah tangga
1 i'vlarah dengan berdian1 diri di kamar tidak bertindak agresif.
untuk
Terapi di l(ran1at Sentiong se\an1a 2 bulan
Selalu n1e1nenuhi
Mc1npercepa1 angka jaru111
keinginannya
1a111
Sekolah di SLB/B Nuraslh kelas 111 (tiga)
Walaupun tetap 1nv.rah, tetapi \ebih bisa diberi pengertian ketika keingina!lnya tidak dapat dipenuhi.
Sulit dibangunkan pergi ke sekolah
ivtasih sulit untuk bangun tetapi scdikit bcrkurang
Lebih nutndiri dalan1 n1engcrjakan scsuatu dan lebih nnidah cliberi pengertian
77
Bagan 4. 2. 3 Kasus 3 Tuna
rungu
kerusakan
disebabkan pad a saraf
pendengaran sejak dalan1 kandungan, ibu scnng
Mela ti
~
RSCM spesialis THT, diberi obat dan reko1ncndasi untuk tcrapi
jatuh dan hipcrlcnsi
lbu run1ah tangga
!
Pennintaan yang harus selalu dipenuhi, jika tidak ciia akan sakit panas
Men1enuhi pennintaannya jika dapat te1jangkau, jika tidak terjangkau hanya cliberi pengertian
l au 111enabung untuk embcli keperluannya dan pat diberi pengertian.
1 "rerapi di f(rarnat Sentiong sela1na 2 bulan clan di RDK (Rehabilitasi J)ala1n Ke!uarga) sa1npai sckarang
Sekolah di SL.ll/B Nurasih kclas V (lima)
l Mudah diatur clan lebih n1andiri
78
4. 3. Perbandingan Lintas Kasus Setelah dilakukan analisis terhadap tiap kasus, yang akan dilakukan selanjutnya adalah adalah analisis banding lintas kasus yang digambarkan dalam alur tabel yang berfungsi untuk membandingkan kasus satu dengan yang lainnya guna mengetahui sejauhmana kesamaan, perbedaan, saling melengkapi, dan kontradiksi diantara kasus tersebut.
Tabel 4.3 Perbandingan lintas kasus ~,---------lndikator --~
·------~--·-
Ad it _JlbuAtun)
Mawar llbuSumil
Melati llbuTantil
Penyebab Ketunandraan '
./
- Intern ( faktor sejak lahir)
- - - - - - - - ~----··./ ./
--~-----
- Ekstern
.
f - - - · - f--
2.
Hubungan dengan keluarga ..
./
- Baik
!
- Kurang Baik
r-----
3.
./
./ ..
~--
Hubungan dengan lingkungan social ./
- Baik ./
- Kurang Baik
./
--
f--
4.
Hubungan dengan sekolah ./
- Baik ./
- Kurang Baik 5.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penaasuhan Pengetahuan tentangtunarungu
-
Baik
./
-~
-
·-
./
79
-
,/
,/
- Cukup kurang
----
Peneriman orana tua - Menerima - Tidak Menerima
-
,/
,/
----··
,/
---
-·
- Tingkat sosial ekonomi - Menengah Ke bawah - Menengah Ke atas Pola r:iengasuhan
6.
Authoritative
,/
-
Cara atau usaha ,/
·-
./
,/
,/
- Mengikuti terapi-terapi
7.
,/
./
'" Mencari informasi tentang tunarungu
f----·
,/
- - - - - - ·---------
- Authoritarian - Permissive
-
/
,/
-
,/
/-
,/
,/
./
- Mengasuh anak tunarungu seperti anak normal -Kesuiitan-kesulitan
,/
,/
./
- Miskin akan bahasa/ sulit berkomunikasi - Rendahnya tingkat prestasi
,/
,/
,/
,/
,/
./--
,/
,/
,/
- Ketergantungan kepada orang lain
,/
,/
- Sulit dibangunkan ketika pagi hari
./
,/
./
- Lebih mudah marah dan tersing_gun_g - Egosentrisme yang melebihi anak normal - Sikap agresif yang tinggi
,/
./
,/
,/
,/
./
,/
,/
- Pendidikan formal
,/
- Melatih keterampilanberkomunikasi
I - Daerah
pengarnatan yang kecil
-
··--~
~----·----
Dari label ini dapat disimpulkan bahwa ketiga subyek mengalami tunarungu sejak lahir atau faktor intern. Ketiga subyek mempunyai hubungan yang baik
--
-
80
dengan keluarga mereka dan mempunyai hubungan yang kurang baik dengan lingkungan sosial mereka walaupun itu adalah masa lalu mereka. Untuk hubungan mereka dengan sekolah Mawar dan Melati memiliki hubungan yang baik dan sehat, baik dengan teman-temannya dan gurugurunya, sedangkan untuk Adit sedikit mengalami masalah dengan temantemannya karena dalam satu kelas hanya dia siswa putra.
Pengasuhan anak merupakan keseluruhan interaksi antara orang tua (pengasuh} dengan anaknya (yang diasuh), interaksi ini tidak saja pada aspek perawatan, seperti memberi makan, menjaga kebersihan, maupun melindungi tetapi termasuk pula aspek sosialisasi (mengajarkan) tingkah laku yang umum dan dapat diterirna oleh masyarakat. Selain itu didalam pengasuhan anak ini tercakup pula bermacam-macam cara yang digunakan oleh orang lain (pengasuh) untuk menkomunikasikan segala yang ada padanya kepada anak (pihak yang diasuh).
Orang tua merupakan sumber pendidikan pertama dan utama dalam pengasuhan anal< dalam keluarganya, terutama bagi orang tua yang memiliki anak tunarungu. Mengasuh anak tunarungu tidaklah sama seperti '"!:engasuh anak normal lainnya, karena anak tunarungu memiliki kemampuan yang terbatas terutama pada pendengarannya.
81
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terulama anak lunarungu. Anak ini mengalami hambalan sehingga mereka akan sulil menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada bimbingan dan pengaruh keluarga. Tidaklah mudah bagi orang lua untuk menerima kenyalaan bahwa anaknya menderila tunarungu adalah rnerasa terpukul dan bingung. Sikap-sikap orang tua ini rnempunyai pengaruh yang sangal besar terhadap perkembangan kepribadian anaknya. Sikap-sikap yang kurang mendukung akan keadaan anaknya maka tentu saja akan menghambat perkembangan anaknya.
Dari keliga kasus yang dipaparkan, kila juga dapal menemukan perbedaan cara pengasuhan yang dilakukan orang lua lerhadap anaknya yang lunarungu. Perbedaan yang didapal adalah: Unluk kasus pertama, cara pengasuhan yang dilakukan orang lua Adil menggunakan pola asuh permissive, orang tua Adit memberi kebebasan pada Adil untuk menentukan tingkah laku dan kegialannya, cenderung pasrah akan keadaan Adit yang tunarungu. Orang lua adil lidak bersikap oloriler.
Unluk kasus kedua, cara pe:igasuhan yang dilakukan orang lua Mawar menggunakan pola asuh permissive, lebih penyabar alau pemanja, segala
82
sesuatu berpusat pada kepentingan anak. Hal ini terlihat ketika lbu Sumi lebih memilih diam dikamar dari pada memarahi Mawar ketika Mawar melakukan tindakan yang menjengkelkan. Terkadang terkesan jangan sampai mengecewakan anak atau yang penting anak jangan sampai menangis, segala kebutuhan Mawar selalu dipenuhi.
Untuk kasus ketiga, cara yang dilakukan orang tua Melati adalah menggunakan pola asuh authoritative atau disebut juga pola asuh demokratik, sikap yang tegas yang diiringi dengan kehangatan dan penuh pengertian alas tindakan yang dilakukan orang tua, lbu Tanti akan memberi hukuman ketika Melati melakukan kesalahan, dan akan memberikan pujian ketika Melati melakukan pekerjaan dengan baik, tahap demi setahap melatih anak untuk bertanggungjawab. Hal ini didukung oleh sikap telaten orang tua Melati yang selalu mengikuti terapi-terapi yang dilaksanakan di Rehabilitasi Dalam Keluarga (RDK).
Dengan bertambahnya usia anak dan pendidikan yang mereka peroleh dari sekolah maupun lingkungan baik keluarga atau masyarakat disekitar mereka, anak tunarungu dapat berkembang dan tumbuh secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki jika semua pihak mendukung keberadaannya. Tujuan pengasuhan anak tunarungu yang kini diterima
83
adalah mereka seharusnya diasuh untuk lebih dapat menerima keadaan real mereka senormal mungkin, dalam
kondisi
pendengaran
yang
mereka
miliki
itu,
daripada
hanya
diperlakukan sebagai suatu kelompok khusus yang diarahkan untuk hidup di komunitas tertutup dan menyendiri bersama anak-anak penderita cacat lainnya.
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak tunarungu. Anak tunarungu mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima norma lingkungannya. Berhasil tidaknya anak tunarungu melaksanakan tugasnya sangat tergantung pada pengasuhan orang tua. Tidaklah mudah bagi orang tua untuk mengasuh anaknya yang tunarungu, reaksi pertama saat orang tua mengernhui bahwa anaknya menderita tunarungu adalah merasa terpukul dan bingung. Sikap-sikap orang tua ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadar perkembangan kepribadian anaknya. Sikapsikap yang kurang mendukung akan keadaan anaknya maka tentu saja akan menghambat perkembangan anaknya, begitu juga sebaliknya, sikap-sikap orang tua yang mendukung akan keadaan anaknya yang tunarungu akan membawa kemajuan pada perkembangan anak tunarungu.
84
Kesulitan yang dialami orang tua dalam mengasuh anak tunarungu antara lain; Pada umumnya anak tunarungu memiliki inteligensi normal atau ratarata, akan tetapi karena perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa maka anak tunarungu akan menampakkan inteligensi yang rendah disebabkan oleh kesulitan memahami bahasa. Rendahnya tingkat prestasi anak tunarungu bukan berasal dari kemampuan intelektualnya yang rendah, tetapi pada umumnya disebabkan karena inteligensinya tidak mendapat kesempatan untuk berkembang secara maksimal.
Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasnya tidak akan berkembang, akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak yang mendengar dengan usia yang sama, maka perl<.ernbangan bahasanya akan jauh tertinggal.
Daerah pengamatan anak tunarungu lebih kecil jika dibandingkan dengan anak yang mendengar. Salah satu unsur pengamatan yang terpenting ialah pendengaran. Sedangkan anak tunarungu tidak memiliki hal itu, ia hanya memiliki unsur penglihatan, bagi anak tunarungu dunia menjadi sepi dan amat "keci/", karena besarnya peranan penglihatan dalam pengamatan, maka anak tunarungu mempunyai sifat "sangat ingin tahu", seolah-olah mereka selalu haus untuk melihat, dan hal ini menambah besar
85
egosentrisnya. Hal ini dapat dilihat pada ketiga subyek yang selalu bertanya apa saja yang dilihatnya dan selalu menceritakan semua kejadian yang dialaminya tentunya dengan bahasa mereka.
Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka putus asa dan selalu mencari bantuan orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kasus Adil, adit tidak akan pergi ke sekolah apabila ibunya tidak mengantarnya ke sekolah
Karena seringnya mengalami kekecewaan yang timbul dari kesukaran menyampaikan perasaan dan fikirannya kepada orang lain dan sulitnya dia mengerti apa yang disampaikan oleh orang lain kepadanya, hal ini menyebabkan anak tunarungu lebih mudah marah dan tersinggung. Hal ini dapat dilihat keti!
Para orang tua sebagai pengasuh pada penelitian ini menyadari dan peduli terhadap pengasuhan dan perkembangan anak mereka yang tunarungu, mereka beranggapan bahwa anak tunarungu memiliki potensi yang dapat dikembangkan salah satunya yaitu dengan menyekolahkan mereka secara formal. Meref\a menyadari bahwa pada hakekatnya anak tunarungu mempunyai berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan
86
forrnal yang sangat berguna bagi kehidupannya di masa mendatang. Kendala yang dihadapi dalam hal ini adalah biaya pendidikan yang semakin mahal.
Dengan kesadaran yang dimiliki oleh orang tua, anak tunarungu dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Sikafl positif yang dituntut dari orang tua adalah sikap menerima sebagaimana adanya yaitu sikap yang bijaksana yang mencerminkan ketulusan terhadap kehendak llahi, sehingga dapat membahagiakan anak tunarungu. Sikap menerima ini berarti adanya pengakuan eksistensi anak tunarungu sebagai makhluk Tuhan dan anggota keluarga yan sederajat dan berhak memperoleh kasih sayang seperti halnya anaknya yang lain.
Pengasuhan or2ng tua terhadap anak tunarungu sangat dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan baik secara fisik, psikis maupun sosial. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak akan mengalami kemajauan sesuai dengan kernampuan anak tersebut. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara kurang maksimal, maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak menjadi terhambat/terlambat.
87
Dari ketiga kasus yang di paparkan, pengasuhan yang dilakukan orang tua Melati adalah pengasuhan yang mendekati pengasuhan ideal. Pola pengasuhan yang diterapkan dalam mengasuh Melati adalah pola asuh authoritative atau pola asuh demokratik dimana orang tua sebagai pengasuh mempunyai sikap tegas yang diiringi kehangatan dan penuh pengertian. Pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua Melati tentang cara-cara mengasuh anak tunarungu cukup baik, pengetahuan ini diperoleh melalui wadah yang bernama RDK (Rehabilitasi Dalam Keluarga) yaitu satu instansi yang merupakan cabang dari YPAC. Pengetahuan tentang karakteristik anak tunarungu orang tua Melati cukup baik sehingga orang tua Melati dapat memahami setiap tindakan yang dilakukan Melati. Orang tua Melati mengasuh Melati seperti mengasuh anak normal, maksudnya orang tua Melati bersikap sama terhadap anak-anaknya. Adapun caranya bisa berbeda disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak tunarungu. Orang tua Melati juga memberikan kesempatan bermain seluas mungkin, "Bermain adalah salah adalah aktivitas belajar juga" . Banyak permainan yang secara tidak langsung mempersiapkan diri anak agar kelak dapat hidup bermasyarakat. Bermain juga mengembangkan fisik dan mental, dengan bermain bersama anak-anak normal anak tunarungu dapat belajar mengatasi kesulitannya bergaul sebaliknya anak yang normal diberi penjelasan bahwa teman bermainnya tunarungu dan diberitahukan bagaimana caranya berkomunikasi. Hal terpenting dalam pengasuhan anak tunarungu adalah
88
sikap menerima tidak berarti menyerah kepada nasib dirinya maupun anaknya yang tunarungu tanpa memikirkan dan merencanakan prospek kehidupan masa depan anaknya. Sikap menerima justru mendorong motivasi untuk merencanakan kesejahteraan kehidupan lahir batin yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya sebagai individu, sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat
BAB 5 KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN
Bagian ini merupakan bagian akhir dari sistematika penelitian. Pada bagian bab ini selain memuat kesimpulan dan saran juga membahas mengenai diskusi antara hasil analisis data yang ditulis dalam bab 4 serta teori-teori yang dijelaskan dalam bab 2. dalam kesimpulan dimuat uraian tentang pernyataan singkat, padat tentang hasil penelitian sebagai jawaban alas tujuan dan rnasalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya. Sedangkan dalam saran memuat tentang pandangan dan pernyataan objektif untuk pihak-pihak terkait atau untuk kepentingan penelitian lebih lanjut.
5. 1. KESIMPULAN 5. 1. 1. Pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu Pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu sangat dibutuhka1, aalam setiap aspelz kehidupan baik secara tisik, psikis maupun sosial. Jika pengasuhan orang tua terhadap anal<. tunarungu dilakukan secara maksimal, maka perkembangan dan pert.umbuhan pada anak akan mengalami kemajauan sesuai dengan kemampuan anak tersebut. Jika pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu dilakukan secara kurang maksimal,
90
maka perkembangan dan pertumbuhan pada anak menjadi terhambaUterlambat.
5. 1. 2. Usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam mengasuh anak tunarungu. Para orang tua sebagai pengasuh menyadari bahwa pada hakekatnya anak tunarungu mempunyai berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan formal yang sangat berguna bagi kehidupannya di masa mendatang. Dengan kesadaran yang dimiliki oleh orang tua, anak tunarungu dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Usahausaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh anaknya yang tunarungu diantaranya: a. Mengasuh anak tunarungu seperti mengasuh anak yang mendengar, maksud;1ya orang tua bersikap sama terhadap anak-anaknya. Adapun caranya bisa berbeda disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan anak tunarungu. b.
Melibatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga, Tidak mengasingkan anak tunarungu. Orang tua kadang-kadang secara tidak sadar telah mengasingkan anak tunarungu. Kalau ha! seperti ini sering terjadi anak tunarungu akan merasa terasing dari keluarganya.
91
c. Tidak rnemanjakan anak tunarungu secara berlebihan. Para orang tua kadang-kadang keliru dalam memperiakukan anak tunarungu. Maksudnya ingin menyatakan "rasa sayangnya" atau lebih tepat "rasa kasihan" kepada anak tunarungu dengan berusaha mencukupi segala kebutuhannya dan bahkan membiasakan anak tunarungu diberi sesuatu melebihi anaknya yang mendengar, akibatnya anak tunarungu terhambat menjadi dewasa/mandiri . d. Memberikan anak tunarungu kesempatan bermain seluas mungkin. Bermain adalah aktivitas belajar, banyak permainan yang secara tidak langsung mempersiapkan diri anak agar kelak dapat hidup bermasyarakat. e. Anak tunarungu perlu dilatih agar senang membantu pekerjaan rumah tangga, seperti membereskan permainannya, menyapu, merapikan rak buku/lemari pakaian, mencuci piring dan sebagainya. Mengerjakan tugas-tugas kecil yang rutin seperti itu merupakan permulaan belajar menerima tanggung jawab.
5. 2. DISKUSI Dalam penelitian ini ingin diketahui bagaimana pengasuhan orang tua terhadap anak tunarungu. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan interview mendalam terhadap tiga responden.
92
Seperti dalam teori yang dipaparkan dalam bab 2, bahwa pengasuhan anak merupakan suatu keseluruhan interaksi antara orang tua(pengasuh) dengan anaknya(yang diasuh), interaksi ini tidak saja pada aspek perawatan, seperti memberi makan, menjaga kebersihan maupun me\indungi tetapi termasuk pula aspek sosia\isasi(mengajarkan tingkah laku yang umum dan dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu dalam pengasuhan anak ini tercakup pu\a bermacarn-macam cara yang digunakan oleh orang lain(pengasuh) untuk mengkornunikasikan segala yang ada padanya kepada anak(pihak yang diasuh). (Gibson, 1979)
Dalam menngas;Jh anak, orang tua cenderung untuk menggunakan cara-cara tertentu yang dianggapnya baik bagi si anak. Cara-cara tersebut biasanya digunakan secara dorninan dalam mengasuh anak, ada yang menggunakan pola asuh authoritarian/otoriter, pola asuh permissive atau ada yang menggunakan pola asuh authoritative atau pola asuh demokratik. Seperti dalam teori Diana Barmind(dalam Berns, 1997) pola pengasuhan menurutnya, ada tiga macam pola pengasuhan, yaitu pola asuh authoritarian/otoriter, pola asuh permissive dan pola asuh authoritarian/dernokratik.
Hubungan yang esensi antara anak dengan orang tua sangat ditentukan oleh sikap orang ua dalam mengasuh anak dan prilaku yang dilakukan orang tua
93
terhadap anaknya. Menjadi orang tua berarti menjadi pengasuh(Bigner, 1979). Artinya, menjadi orang tua berarti menjalankan fungsi mendidik
pengetahuan dan keterampilan anaknya agar dikemudian hari benar-benar dapat menjadi dewasa.
Mengasuh anak tunarungu tidaklah sama seperti mengasuh anak normal lainnya, karena anak tunarungu memiliki kemampuan yang terbatas terutama pada pendengarnnnya. Kesulitan yang sering dialami oleh orang tua yang memiliki anak tunarungu adalah egosentrisme yang melebihi anak normal, mereka lebih mudah marah dan cepat tersinggung dan ketergantungan terhadap orang lain. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak tunarungu yang diungkapkan oleh 1-1. T Sutjati Somantri (1996).
5. 3. SARAN Dalam penelitian ini ada beberapa yang bermanfaat untuk peneliti dan juga bermanfaat bagi yang ingin melakukan penelitian serupa. Maka dari itu peneliti menyarankan kepada siapapun yang akan meneliti hal serupa agar lebih mendalam dan lebih efektif.
l.
Pengumpulan data selain menggunakan tekhnik wawancara sebaiknya d1tambahkan dengan pengisian angket, diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih banyak mengenai permasalahan yang tidak terungkap
94
dalam wawancara, kemudian langsung mereduksi data tersebut agar tidak terjadi kerancuan. 2.
Diharapkan peneliti mencoba menggali lebih dalam dengan melihat dan berinteraksi dengan anak penyandang tunarungi
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir. (2002). Nuansa-Nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Berns, R., M., (1997). Child, Family, School, Community: Sosialization and Support Fourt Edition. Holt Rinehart and Winston, Inc. New York.
Bigner, J. B. (1979). Parent Child Relation, an Introduction To Parenting, Mac Millan Publishing Co., New York.
Deddi Mulyana. (2003). Metodologi Penefitian Kulalitatif: Paradigma Baru I/mu Komunikasi dan I/mu Sosial Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Departemen P dan K (1989),Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Balai Pustaka.
E. Kristi Poerwandari. (1998). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP3, UI.
Mardiati Busono. (1988). Diagnosis Oalam Pendidikan. Jakarta: Departemen P & K Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Lexy. J . Moleong,. (1990). Metodo/ogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hadari Nawawi. (1994). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hurlock,B Elizabeth (1980),Devolopmental Psycology; A Life Span Approach, Fifth Edition,Psikologi Perkembangan;Suatu Pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan.lstiwidayati Soejarwo (terj)(1980) Jakarta: Erlangga
Kerlinger.Fred N Landung R Simatupang (terj).1990. Foundation Of Behavioral Research, Asas--asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
M. Iqbal Hasan. (2002). Pokok-Pokok Materi metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Miller C Jamie. (2003). Mengasah Kecerdasan Moral Anak. Bandung : Kaifa
Miftahul Jannah. (2003). Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak Retardasi Mental. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta
Kartono Kartini. (1988). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga
Perrnanarian Somad, Tati Hernawati. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen P & K, direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Paul Henry Mussen (et. al). (1998). Child Development and Personality, Perkembangan dan Kepribadian anak. Jakarta: Arcan
H. T. Sutjadi Somantri. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Oepartemen P & K, direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Rohman Natawidjaya, Zaenal Alimin. (1996). Penelitian Bagi Guru Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Departemen P & K, direktorat Jenderal Pendidikan tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Guru.
Winarno Surachmand. (1975). Dasardan Tekhnik Research: Pengantar Metodologi /fmiah. Bandung: CV. Tarsito
W. D. Wall. (1993). Pendidikan Bagi Kelompok-Kelompok Khusus: AnakAnak Cacat dan Yang Menyimpang. Jakarta: Balai Pustaka.
BIODATA SUBYEK
ama sia gama uku endidikan terakhir ekerjaan sia perkawinan umlah anak enis kelamin anak .gama akultas Psikologi Universitas Islam l\legeri Syarif Hidayatullah Jaka1ia, .ismillahirrohmanirrohim '8salamu'alaikum Wr. Wh. 1alam rangka penyelesaian pendidikan di Fakultas Psikologi UIN Syarif lidayatullah Jakarta, saya bermaksud mengadakan penelitian mengenai engasuhan orang tua terhadap anak tunarungu.
>leh karena itu saya rnengharapkan kesediaan anda untuk di wawancarai dan ntuk menjadi responden penelitian ini. Atas kesediaan dan bantuan anda, saya iengucapkan banyak terirr,a kasih. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan ahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua . Amin. Vassalamu'alaikum Wr. Wb
Peneliti
PERNYATAAN KESEDIAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nam a l\lamat Tempat Tanggal Lahir Pendidikan Pekerjaan Status Suku Bangsa Ag ama Menyatakan bahwa
1. Saya bersedia me11jadi responden penelitian yang dilakukan oleh saudari Faridah lndriyani. 2. Data dijamin kerahasiaan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian semata.
Jakarta, 12 Juni 2004 Tandatangan
Pedoman Wawancara Berapa usia anda ketika melahirkan? Dimana anak anda dilahirkan? Anak keberapa? Berapa berat dan panjangnya ketika dilahirkan? Apakah anda rnengalami gangguan pada kandungan anda, ketika sedang mengandung anak anda? Jika ada gangguan, gangguan apakah yang anda alami? berapakah usia kandungan anda saat itu? Bagaimanakah proses kelahiran anak anda, normal atau melalui operasi caesar? Kapan anda dapat mendeteksi ketunarunguan pada anak anda? Bagaimana anda dapat mengetahui bahwa anak anda tunarungu? Dari pihak keluarga anda, adakah yang tunarungu? Bagaimana perasaan anda ketika mengetahui anak anda tunarungu? 0. Siapakah yang merawat dan mengasuh anak anda selama ini? 1. Adakah orang lain yang anda tugaskan untuk merawat dan mengasuh anak anda, seperti baby sitter atau pengasuh? 2. Apakah anda memasukan anak anda (yang tunarungu) ke sekolah khusus (SLB)? 3. Apakah anak anda mengikuti les tambahan (privat) dirumah?
/o(
I. A:-iakah anda mengantarkan anak anda ke sekolah? '· Bagaimana anak anda menyampaikan keinginannya?
3. Apa yang anda lakukan untuk membantu anak anda menyampaikan keinginannya?
7. Apa yang anda lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak and a? 8. Apakah anda hadir ketika ada pertemuan wali murid disekolah? 9. Bagc;imana cara anda memperoleh informasi tentang cara-cara mendidik anak tunarungu? 0. Apakah anda mempelajari keterampilan tentang cara berkomunikasi dengan anak tunarungu ? !1. Bagaimana anda berkomunikasi dengan anak anda (yang tunarungu)? ~2.
Bagaimana prestasi di sekolahnya?
~3.
Apakah anak anda dapat mengikuti pelajaran disekolah dengan baik?
24. Adakah kesulitan yang anak anda alami ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar disekolah? 25. Apakahanda membantu an3k anda mengerjakan tugas sekolahnya?
26. Bagaimana hubungan sosial anak anda dengan teman-teman sekolahnya? 27. Bagaimana hubungan sosial anak anda dengan teman-teman dirumah? 28. Apakah anak anda menarik diri dari lingkungan yang lebih luas?
9. Apakah anak anda merasa takut untuk bersosialisasi dengan orang lain? 0. Apaka:1 anda ikut mengawasinya ketika dia bermain? Mengapa?
1. Apakah anda selalu menuruti setiap keinginan anak anda? 2. Apakah anak anda sangat bergantung kepada anda? 3. Bagaimana anda mempelajari karakteristik anak anda (yang tunarungu)? 4. Bagaimana perkembangan kognitif anak anda? 5. Bagaimana perkembangan kepribadian anak anda? 6. Bagaimana perkembangan emosi pada anak anda? 7. Kesulitan apa yang anda harlapi ketika menghadapi anak anda (yang tunarungu)? 8. Bagaimana perkembangan sosial anak anda? 9. Apa yang anda lakukan ketika anak anda tidak patuh kepada anda? 0. Apakah anak anda mudah marah dan cepat tersinggung?
1. Bagaimana peran keluarga dirumah? 2. Bagaimana sikap kakak atau adik terhadap anak anda(yang tunarungu) 3. Apakah anak anda selalu hadir dalam acara-acara keluarga? 4. Bagaimana hubungan anak anda dengan anggota keluarga yang lain? 5. Bagaimana anda memperlakukan anak anda (yang tunarungu)? 6. Apakah anak anda merasa iri hati dengan perlakuan anda dengan saudaranya yang lain?
Bagaimana anda menyampaikan ketunarunguan anak anda kepada keluarga anda? I. Bagaimana sikap keluarga anda ketika mengetahui bahwa anak anda tunarungu? ). Apakah anda menyediakan waktu khusus untuk bersama anak anda (yang tunarungu)? ). Apakah anak anda (yang tunarungu) membantu anda mengerjakan pekerjaan rumah? 1. Apakah anda me1T.berikan pujian atau hukuman pada setiap apa yang ia kerjakan?
DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS PSIKOLOGI JI. Kcrta Muktl No. 5 Clrcundcu, Clputat wJaknrta Sclatan 15419 Tclp. 7433060 Fax. 7433060
N,,111<0r
: E.l'hi;'OT.01.7/c71J/V /2.011.J
L.• u1 !J-, l-L1l
: f.:iJ.!_fl!Y..'fjJj_cff1
l.tk.1rt.i. !:.'. f\h'1 ~Ui>I
1:.l'f_,,11.\tl \-t Ii. i!,l'P• 11. l ~r.··kl i\1 d I ~;J,!~ i'-J UJ"d~·i ll (j! liJldt
:-~J,11n.1
-i ·vu ip .. 1l ·rill \[ ,g.1! l .. 111 ir 1
. \!.1111,1\
: 1:,_1nd.11l_ J11,lrfv.111i : !(lkrll'1.tl, :25 [)..·~L:·J1\lh..~\" 1(g;1
: !I. :~\\'(hi.11"!1'•1
J _i\,11·.1 j\/ Pt. t)()J/'OL
LJlt1_j.111ii Jnk,1rl11
l"-lP•. I,')
~.1·Lll1H1
·\t !. •I nh l1,:•11c11· rn.1h.i!:ii~\\',1 F.-il<.ul I ..i:. l-'~ikuh. 1 1:1 i I. Jl }\l Sy ,·111 ! 1· Lid.iy.1t 1tl.l.1!1 \,1L.-i1·1.1
: \~Ill
'.-)(. '\; Jl;•:,l l.'l
!\)L:l_,k :\!..;:JH.\(•llllk
;·,;c11·11t11·
"!',1JH1ll
(L\.·Lq\.111)
: tllr:'J\{!.010(, : :2(it"f1/:.i.f.i(H : '-·~11 ·, i I .1 1 (.. ~· I i
l 'n•rrr.1111
"
~-~..:l1t1b1.111t~•• 111 d1}11:.~·,n11 illi',·1~ pt_:n\·,··J(··:·,<111111 bk.llJl.'"1.v1111i', ht:n11dul: (J1\lll~:', 'l\1,t '\•:-'1h.id,qi r'\t1.1k llJ\1ll r:.u11;_1,l\ ", \It.'l.\ltl;_,j~,\\',\ tv;',:,cliul 1111.-.:CIK'!lllkt1!l .iZiJi p!.~Jl(..>!ill.it1 di Jv111Ll<1F,;l \'ilrli'', \~ ..Ii \1\-. / lbu :'S, H H.l.11\1 pit npil \. ()J e! I k. \i'('l1d it u k..ll t ti 1111.)\ \('•\ l k1.'~1(.'di;1,111 !.~-q1,~k.::1ln.1 ::-:.;1ttd.u-.1 untuk ntC1tt·ri1t1,1 rn...1\i;;:,is'.V.t \(·r:,vhu~ d.1n
"j';_•J\{',•l'.,llh,;11
rr1..-·n 1h1.:1 ik.lll b.·inl u.1n11y.-i. L\··111i.k.i..u1 al
l01i111t1k.Jsil1.
i\.n. [h.-:.>.kn.11
'ft:1nl111~c·u1:
f'\·J.:..1n
~',1k1i!J.·1:--, l\ikc1l
SEKOLAH LUAR BIASA BAGIJ\N aMc r~URASHi (TKLB-B-C, SDLB-B·C, DAN SLTPLB-C NURASIH) \.JI. Mawar No. 43 Kcbagusan Rt. 001/05 l's. Minggu Jakarta Sclatan 2. JI. Kamp. Utan No. 5 I Ciputat Pcsanggrabn Jak-scl 154 I 2 Tc\p. 7426945
Nomor Lamp. Hal
-
: 040/SLB.NNV/2004
: Kctcrangan Dalli Siswa Kepad;: Yth, lbu/Bapak Wali Murid ......... 1.. •· Di tempat
Assalam u'aluilrn m. \ Vr. \Vb. Bersarna ini kami hadapkan kepada ibu/bapak scorang mahasiswa :
Na 111 a Tcmpat!:gl lahir Status
Faridah lndriani Jakarta, 25 Dcscmbcr 1981 Mahasiswa UIN Syarif'Hidayatullah Jakarta Semester VIII Jl. Swadanna Utara IV Rt 003101 No. 45 Ulujami Jakarta Sdatan
Alamat
untuk mendapatkan keterangan scdcrhana tentang putra-putri ibu/bapak yang tercatat sebagai siswa di SLB/13 Nurasih. Data tcrscbut akan diperbrunakan scbagai bahan pcnyusunan skripsi mahasiswa tcrsebut. Dcmikian agar ibu/bapak wali murid dapat membcrikan ketcrangan dan maklum adanya. Terima Kasih.
'
\Vassalamu'alaikum. Wr.\Vb.