p~
~
N~
H~
N~
k... ~
XKt3. 15SN 1410-'7~g~
PENGARUH UNSUR(B, Co, Cu, Pd) PADA INTERDIFUSI SAMBUNGAN W DAN Ni3AI I Nyoman Jujur
KelompokPengecoran dan Penyambungan, Direktorat TeknologiMaterial,BPPT
ABSTRAK PENGARUH UNSUR (B, Co, Cu, Pd) PADA INTERDIFUSISAMBUNGAN W DAN Ni3A1.Dalam rangka penggunaanmaterial kompositpada temperaturtinggi diperlukandata dasar tentang karakteristikinterdifusiantar-mukaantara material penguat(serat)dengan matrik, sehinggabisa dipilih kombinasimaterial yang tepat untuk menjaminkestabilankekuatanpada temperaturtinggi. Riset ini menggunakanSEMEDAXdan TEM-EDXuntuk menelitipengaruhunsur paduanpada interdifusidi antar-mukasambunganantara W sebagai kandidatseratdengan matrik NiJAI. Sambungan dilakukan pada 1373K dalam kondisi vakum antara W dengan Ni-23AI, Ni-23AI+B, Ni7sA123CO2, NI7sAI23Cu2 dan Ni7sA123Pd2. Profil komposisi unsur-unsur di antar-muka dianalisa dengan SEM-EDAX. B merupakan paduan yang tidak mempengaruhi karakteristikinterdifusidi antar-mukadibandingkansambungantanpa unsur paduan, begitu pula unsur paduan Co dan Cu. Pd mempengaruhi bentukprofil komposisidi antar-mukakarena koefisieninterdifusisambunganW/Ni7sAI23Pd2 adalah 1,6 kali lebih besar dibandingkansambungan W/Ni-23AI.Hasil perhitungankoefisieninterdifusidenganmetodeMatanoadalah: W/Ni7sAI23Pd2 = 8 x 10 -17m2s-1, W/Ni-23AI= 5 x 10 -17m2s-1.
ABSTRACT EFFECTSOF B,Co,Cu,PdELEMENTSON INTERDIFFUSIONJOINT OF WAND Ni3AI. In order to considercompositematerialsfor high temperatureapplication,basic data aboutthe interdiffussioncharacteristicsat interfacebetweenreinforcedmaterialand matrixis needed. So, the suitablecombinationof materialis determinedto achievethe high stabilitystrengthof compositesat elevatedtemperatures.This researchused SEM-EDAXand TEM-EDXto investigatethe effect of alloying elementto the interdiffussionat the interface betweenW as fiber candidateand matrix Ni3Al. Joining processesbetween Wand Ni-23AI,Ni-23AI+B,Ni7sA123C02, NI7sAI23Cu2 and Ni7sAI23Pd2 are done at 1373K in the vacuum condition. The chemical composition is analyzed using SEM-EDAX. B, Co and Cu are alloying element that not affected the interdiffusion characteristicsat the interface.However,Pd is the alloying elementthat influencesof the coefficientinterdifusionto be 1.6 higherthan joining with no alloyingelement.The coefficientof interdifusionthat calculatedby the Matanomethodare: W/Ni7sAI23Pd2 = 8 x 10 -17m2s-1, W/Ni-23AI= 5 x 10 -17m2s.1
PENDAHULUAN Material rekayasa komposit terns dikembangkan untuk mendapatkan material barn yang tahan temperatur tinggi sebagai pengganti material konvensional seperti supera//oy, paduan Nb, paduan Ta, paduan Mo, paduan V, paduan W, daD sebagainya. Pengembangan tersebut bertujuan untuk mendapatkan material yang lebih ringan, berkekuatan stabil pacta temperatur tinggi daD menyamai bahkan melebihi material konvensional. Komposit untuk penggunaan temperatur tinggi memerlukan bahan matrik yang tahan temperatur tinggi seperti Nb, Ta, Ni daD paduan intermetalik. Bahan intermetalik Ni3AI adalah kandidat barn matrik komposit karena selain ringan, tahan oksidasi, tahan korosi, struktumya stabil sampai temperatur mendekati titik lelehnya, juga mempunyai sifat yang unik yaitu kekuatann~a semakin tinggi pacta kenaikan temperatur tertentu [1-J. Kelemahan intermetalik Ni3Al ialah sifatnya
~,
yang rapuh sehingga sulit dibentuk. Banyak riset yang dilakukan akhir-akhir ini untuk menghilangkan sifat tersebut. Penambahan unsur-unsur paduan pacta Ni3Al mampu menaikkan sifat kekenyalan daD kekuatannya, seperti penambahan dengan unsur B yang mampu menaikkan kekenyalan pacta temperatur ruangan. Penambahan Pd, Hf, daD Zr mampu menurunkan ordering energi sehingga kekenyalan Ni3Al bertambah, Hf juga mampu menaikkan tegangan puncak, sedangkan Zr mampu memperbaiki sifat tahan krip Ni3Al [3-7]. Komposit penguatan matrik Ni3Al dengan serat keramik telah banyak dilakukan. Material penguat keramik dipilih dengan alasan ringan, tahan korosi dan tahan temperatur tinggi. Akan tetapi setelah bahan komposit tersebut diuji pacta temperatur tinggi beberapa masalah timbul seperti reaksi paduan yang terbentuk daD mudah berkembang di antar muka daD ikatan bonding
2" J~ 2000
51
p~
yang lemah antara matrik clanserat. Komposit penguatan matrik Ni3Al dengan serat SiC, B4C, TiBz clan Hfn mempunyai antar muka yang mempunyai reaksi paduan, sedangkan penguatan matrik Ni3Al dengan serat AlzO3 mempunyai kekuatan antar muka yang rendah karena tidak adanya ikatan bonding [8-14],Oleh karena itu riset ini memilih W sebagai kandidat serat penguat matrik Ni3Al. Antar muka berfungsi untuk menyalurkan beban daTi matrik ke serat dan sebaliknya, sehingga struktur mikro antar muka memegang peranan yang sangat penting untuk menentukan kekuatan material komposit. Penggunaan komposit pacta temperatur tinggi memerlukan kestabilan struktur mikro antar muka, hal ini sangattergantung daTi mekanisme difusi antar elemen di dekat antar muka. Riset sebelumnya telah mendapatkan basil bahwa penambahan kandungan Ni pacta NiJAI mampu menurunkan jumlah Kirkendal void di antar muka karena koefisien interdifusi sambungan W / Ni75AI25(9,6 x 10 -17 m2s-1lebih besar dibandingkan sambungan W/Ni77A12J(5 x 10 -17M2s-1 [15-161.
~
wu...N~l. IN~J~.
c,
Jxdc = 0 c,
Jadi berdasarkanpersamaan 2 antar muka Matano ditetapkan sebagaigaris x = O.
x
~
Gambar 1 Skematis diagram Metode Matano
Riset ini memlilih matrik NiJAI dengan kandungan Ni yang lebih besar/Ni-23AI yang disambung dengan W, sambungan dibentuk dengan metode difusion
METODE PENELITIAN
bonding pacta temperatur tinggi. Pengaruh penambahan unsur paduan pacta matrik terhadap besarnya perhitungan koefisien interdifusi diteliti menggunakan SEM-EDAX. Data dasar ini akan sangat berguna untuk perencanaan pembuatan dan meramalkan kestabilan mikrostruktur pactatemperatur tinggi bahan komposit penguatan matrik NiJAI dengan serat W.
PERHITUNGAN KOEFISIEN DENGAN METODE MATANO
u~ (£',(?o, &, pJ.) p~ ,~
INTERDIFUSI
Metode Matano digunakan untuk menghitung koefisien interdifusi di antar muka, dimana perhitungan ini didasarkan alas profil distribusi salah satu unsur yang berdifusi melintasi garis batas antar muka. Skematis diagram yang biasa digunakan untuk menghitung k?efis~en interdifusi denran metode Matano dlperllhatkan pada gambar 1 [17.
Penelitian ini dilakukan di Institute for Materials Research, Tohoku University, Jepang. Bahan intermetalik Ni77Al23 atau 87,926% berat Ni dibuat dengan proses arc-melting dalam kondisi gas argon dengan bahan baku Ni mumi (99,9 %) daD Al mumi (99,99%). Untuk mendapatkan kondisi paduan yang homogen, proses peleburan dilakukan 4 kali secara berulang-ulang dengan diselingi membalik posisi ingot. Paduan lain: Ni-23Al + 0,05 wt6/oB, NhsA123Pd2, NhsAI23CO2,daD NhsAl23Cu2juga dibuat dengan proses peleburan yang sarna dengan Ni-23AI. Komposisi kimia ingot kemudian dihomogenkan lagi dengan proses laku panas pada temperatur 1323K, selama 172,8 ks, dalam kondisi vakum 6 X 10-4Pa. Ingot kemudian dipotong den~an wire cutter menjadi ukuran balok IOxIOx5(t)
mm. W murni dibuat dengan proses tempa swaging method dalam bentuk batangan berdiameter 12 mm dan panjang 300 mm, yang diperoleh dari pabrik pembuat Tokyo Tungsten. Batangan W ini dipotong dengan tebal
Koefisien interdifusi pada daerah antara C 1 dan C2 dapat dihitung berdasarkan persamaan:
5mm.
(1) Oi mana,t : lama laku panas, dx/dc : slopepadatitik yang dihitung, "1
Jxdc : luaspenampang yangdihitung "2
Oalam hal ini harns ditetapkan pusat sumbu koordinatantarmukaMatanopadadaerah:
52
~I
Permukaan hasil potongan baik ingot maupun W kemudian dihaluskan secara polishing mekanis demulai dengan kekasaran bahan abrasif #240 sampai #1500. Selanjutnya hasil polishing dicuci secara ultrasonik di dalam aseton selama 30 menit. Sebelum digabungkan permukaan yang akan disambung dibersihkan terlebih dahulu dengan ethanol. Penyambungan secara difusion bonding dilakukan dengan mesin uji tarik Simadzu menggunakan jig yang biasa digunakan untuk uji tekan. Gaya yang bekerja pada permukaan yang akan disambung diatur sebesar 10 Mpa, yang diberikan sebelum proses pemanasan clan dihilangkan setelah material yang disambung dingin.
zgJ.-.:.2000
p~
l/...,...(E.(?,.(?..pJ.)P..J.. ,~
~
W""'" N~,Al.
'N~J~. Laju pernanasandan pendinginan diatur konstan sebesar 0.3K/s. Ternperatur penyarnbungan adalah 1373K dalam kondisi vakurn 6 x 10 -4Pa. Hasil proses penyarnbungankernudian dipotong dengan wire cutter, di-po/ishing, untuk analisa struktur mikro. Pengarnatan struktur rnikro antar muka sarnbungan dilakukan dengan SEM. Kornposisi kirnia antar muka sarnbungan secara kwantitatif dianalisa dengan SEM-EDAX dan TEM-EDX. Pacta rnasingrnasing posisi analisa yang berjarak sarna dari posisi antar rnuka dilakukan 5 kali pengukuran, kemudian dicari nilai rata-ratanya. Pengaruh Waktu perlakuan panas terhadap interdifusi di antar rnuka diteliti dengan melakukan proses
kekuatan bahan. Penambahan B juga mampu membuat perubahan sifat Ni3Al dari rapuh menjadi liat daD berkekuatan tinggi yang dicirikan dengan adanya perubahan patahan dari batas butir menjadi di dalam butir [19,201. Sejenis dengan fungsinya untuk menaikkan kekuatan batas butir pacta Ni3AI, maka di duga dalam riset ini boron juga efektif menaikkan kekuatan sambungan antara W daDNi-23AI. Untuk itu diperlukan riset lebih lanjut untuk membuktikan dugaan ini.
~
100-
W/Ni-23AI+O.O5wt.%B
(ij
~ 75 50
perlakuan panas pacta sambungan pacta ternperatur 1373K dalam kondisi vakurn 6 x 10 -4 Pa, selama 100
25
dan 200 jam. Struktur rnikro sambungan setelah proses perlakuan panasjuga dianalisa dengan SEM-EDAX.
0W/Ni-23AI
~100-
BASIL DAN PEMBABASAN
16
75-
Hasil PengamatanSEM-EDAX lnterdifusi Elemen di Antarmuka Perbandingan hasil analisa SEM-EDAX di antarmuka antara penarnbahan unsur pactum B dengan tanpa unsur paduan pacta Ni-23Al diperlihatkan pacta gambar 2. Sumbu horisontal menyatakan jarak pengujian, di mana sumbu Dol adalah tepat di garis antarmuka, sedangkan sumbu positip berarti daerah W daD sumbu negatif berarti daerah Ni-23AI. Sumbu vertikal adalah komposisi kimia dalam proseD atom. Penarnbahanunsur pactum B tidak mempengaruhi profil komposisi elemen-elemen di sekitar antar muka, bentuk profil komposisi Ni, AI dan W rata-rata sarna untuk penyambungan dengan paduan dan tanpa paduano Profil unsur Ni terlihat masuk lebih jauh menuju ke daerah W, begitu juga W masuk menuju daerah Ni-23AI. Sedangkanprofil komposisi AI terlihat tidak masuk lebih jauh ke daerah W dibandingkan Ni. lni berarti pacta kondisi setelah penyambungan terjadi interdifusi antara W dan Ni. W masuk sarnpai barns larutan padat (solid solution) ke daerah Ni3Al, begitu pula Ni masuk sampai batas larutan padat ke daerah W. Paper sebelumnya mengulas tentang pengaruh unsur B terhadap kekuatan antar-muka sambungan, di mana penambahan unsur paduan mampu menaikkan secara dramatis kekuatan sambunganbila dibandingkan dengan tanpa penambahan B [18],
Analisa SEM-EDAX memberikan hasil bahwa penambahan unsur paduan B tidak merubah aliran difusi di sekitar antar muka. Jadi penambahan kekuatan sambungan tidak disebabkan oleh adanya difusi antar elemen di antar muka tetapi oleh pengaruh un sur paduan B. B merupakan unsur ringan daD diameter atomnya kecil sehingga mudah berdifusi daD berkumpul di tempat yang secara termodinamika kurang stabil seperti di batas butir daD di daerah penyambungan. Sampai saat ini banyak riset yang mengulas pengaruh unsur B terhadap
~I
50, --a-
25
O,~.,....;\~p . -12
-8
-4
0
4
8
Ni
-AI
--W
12
Distance I fl m
Gambar 2 Hasil analisa SEM-EDAX profil komposisi kimia di antar-muka sambungan W/NiJAI untuk penambahan unsur paduan boron dengan tanpa unsur paduan
Gambar 3 memperlihatkan pengaruh unsur Co, Cu dan Pd pactaperubahan profil masing-masing unsur di antar-muka. Bentuk profil unsur-unsur yang berdifusi di antar-muka W/Ni7sA123Co2dan W/Ni7sA123Cu2sarna, terutam'a profil unsur paduan Co dan Cu. Akan tetapi,
bentuk profil
unsur-unsur yang
berdifusi pada
sambungan W/Ni7sA123Pd2nampak beda dibandingkan kedua sambungan tersebut, seperti nampak pada gambar 2c. Bentuk profil komposisi unsur Pd berbeda dengan Co dan Cu, begitu juga profil unsur Al dan W. Komposisi Al nampak menurun di dekat antar-muka begitu pila unsur W nampak masuk ke bagian Ni3AI. Pengamatan SEMEDAX pada pengaruh unsur terhadap profil interdifusi di antar-muka memberikan basil bahwa unsur Co dan Cu tidak mempengaruhi profil komposisi unsur-unsur yang berdifusi, akan tetapi unsur Pd merubah profil komposisi Al daD W. Hal ini sesuai dengan pengamatan struktur mikro di antar-muka sebagaimana diulas pacta paper sebelumnya, dimana' sambungan WI Ni7sAl23Pd2 mempunyai Kirkendal Void lebih banyak dan bentuknya lebih besar dibandingkan sambungan W/Ni7sA123Co2dan W/Ni7sA123CU2 (18). Pd merupakan unsur paduan yang mempengaruhi interdifusi elemen di antar-muka.
2~J~ 2000
53
~
P~
U~ IE.(?,.&. Poi) PAk'..tt..+ ~
w~ N~Al.
, N~ J..,
W/Ni7sAI2sCO2
-AI
---Ni -W -Co W/Ni7sAI23CU2
-AI
==00 -Cu
W/Ni7SAI23Pd2
-AI
-Ni -W
-Pd
panas menyebabkan pergeseran letak phase boundary ke arab daerah W m~ninggalkan antar-muka awal. Antarmuka awal dicirikan dengan adanya bintik-bintik putih pada gambar struktur mikro basil pengamatan dengan SEM. Gambar 4 adalah salah satu basil pengamatan SEM-EDAX profil komposisi unsur-unsur yang berdifusi setelah perlakuan panas pada l373K selama 200 jam. Fase yang terbentuk di daerah W adalah basil difusi unsur Ni, Al yang masuk ke daerah W. Profil komposisi Al nampak menurun mendekati phase boundary clan profil komposisi unsur W dari kira-kira 5 persen atom di phase boundary menurun ke arab Ni3Al. Jadi rase Ni3Al bergeser ke arab W dengan posisi Al digantikan sedikit demi sedikit dengan W, membentuk rase Ni3(Al, W). Riset sebelumnya membahas tentang jumlah tertinggi W masuk kedalam Ni3Al, di mana disebutkan bahwa W menggantikan posisi Al sampai batas 5%, jadi basil riset ini mendukung basil riset sebelurnnya[21]. Unsur B, Co clan Cu tidak mempunyai pcmbahan kompc:;isi di dekat antar-muka dibandingkan dengan Pd, maka dalam riset ini hanya dianalisa interdifusi elemen sambungan WINi7sA123Pd2. Gambar 5 memperlihatkan basil pengamtan TEM-EDAX unsurunsur yang ada di sekitar antarmuka sambungan WINi7sAl23Pd2setelah perlakuan panas pada 1373K selama 200 jam. Pd ikut berdifusi ke dalam fa5e barn bersama-sama Ni clan Al tetapi tidak ikut masuk ke dalam daerah W. Karakteristik unsur Al sarna denganPd. Ni terlihat masuk kedalam daerah W yang berdifusi sampaibatas larutan parlato
Gambar 3 Hasil analisa SEM-EDAX profil komposisi kimia di antar-muka sambungan W/NiJAI untuk penambahan unsur paduan Co, Cu dan Pd. 120
Ni
w
¥
AI
~
Nb7A123Pd2"' Ni
Tungsten
Ni~~..~
Ni
v ~ ~
i W/Ni
]
Phase boundary
20
~.._~
"1
.-J
-20 -20
-10
0
10
20
,
30
,
,
,
,
"
!
~
0123456789
keY
Distance/ ~
Gambar 5 Hasil pengamatan TEM-EDX yang ada di sekitar
Gambar 4 Hasil analisa SEM-EDAX profil komposisi unsur-unsur yang berdifusi setelah proses perlakuan panas
muka
unsur-unsur
sambungan
Koefisien interdifusi
Pengamatan struktur mikro sambungan memberikanbasil bahwa penambahanwaktu perlakuan
~I
antar
WI Ni7sAI23Pd2
Pengaruh Perlakuan Panas Terhadap Interdifusi di Antarmuka
54
l'1i£,
small arains
0
-30
~-
Pd
Original interface
Alumunium
Berdasarkan bentuk profil kornposisi unsurunsur yang berdifusi di antar-rnuka, rnaka hanya unsur W yang berubah secara teratur rnelintasi antar-rnuka. AI hanya berdifusi sarnpai garis phase boundary sarna
2gJ~ 2000
~~ ~ ;(0
P~
U--. (g,c.,&, Poi) P~ ,~
~
w~ N~Al. 'N~J..-jI
dengan unsur Pd, jadi bCAl / bCx =0 daD bCPd / bCx =0. Profil kornposisi Ni konstan di daerah Ni3Al sehingga bCNi / bCx =0. Jadi berdasarkan rnetode Matano koefisien interdifusi dapat dihitung berdasarkan perubahan profil kornposisi unsur W. Laporan sebelurnnya rnenyebutkan bahwa koefisien interdifusi di antar rnuka dapat dihitung berdasarkan rnetode Matano, harus terlebih dahulu rnelihat hubungan antara konstanta Boltzrnan dengan perubahan konsentrasi elernen yang dipilih pada perubahan waktu perlakuan panas. Garnbar 6 rnernperlihatkan basil pengarnatanperubahan konsentrasi W pada sarnbungan WINi77A123Pd2,setelah spesirnen sarnbungan diberikan perlakuan panas pada ternperatur l373K selarna 3,6, 360, daD 720 ks. Surnbu vertikal
adalah perubahan konsentrasi elernen W sedangkan surnbu horisontal adalah konstanta Boltzrnan yang rnerupakan perbandingan denganjarak ke surnbu Matano dengan akar waktu laku panas (xlt o,s). W/Ni75AI23Pd2
Nw-+O
Jadi pada saat komposisi W mendekati nol maka dapat ditentukan koefisien interdifusi antar-muka berdasarkan substitusi W pada Ni3AI. Gambar 6 memperlihatkann koefisien interdifusi sambungan W INi77AI23Pd2 lebih besar dibandingkan sambungan WINi-23AI, yakni D sambungan WINi77AI23Pd2= 8 x 10 -17m2s-1clanD sambungan WINi-23AI = 5 x 10 -17 m2s. I. Jadi paduan Pd meninggikan angka koefisien interdifusi sambungan WINi3AI sebesar 1,6 kali.
1373K ";of/) 10-16
'"
'
I
I
I
I
I
I
I'~I
3
4
5
E
..,..~
~ 10-17
;g "ij) 0
1373K
0
10.18
6
I
IA
7
~
Lim D(Nw) = D*w
0
W/Ni-23AI-2Pd
0
W/Ni-23AI
,Q
..;
~10"9111
~ 5 c
0
~ 4
1
2
6
.0
Concentration of W, N I at.o/~W w
E
Gambar 7 Perbandingan koefisien interdifusi antara sambungan W/Ni77AI23Pd2 dan W/Ni-23AI
~ 3
~ 2 1
KESIMPULAN L:I
ACID A
0 0
5
~IA
~~ ()
I:P 10
~
15
I
20
I
25
I
30
35
)(/t1/2 (10..9ms'1/2) Gambar 6 Hubungan antara konsentrasi W
dengan konstanta Boltzman Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa walaupun waktu laku panas diperpanjang, terlihat kecendrungan distribusi komposisi elemen W mengikuti garis lurus. Berdasarkan laporan sebelumnya dapat dikatakan bahwa koefisien interdifusi daTi elemen W dapat dihitung berdasarkan metode Matano (22). Hasil perhitungan dengan persamaan I mendapatkan nilai koefisien interdifusi di antar muka sambungan W INi3AI pada setiap titik. Gambar 7 memperlihatkan perbandingan koefisien interdifusi antara sambungan WINi77Al23Pd2daD WINi-23Al pada setiap titik di dekat antar-muka. Pada kandungan W=O, Do didapatkan melalui basil perpotongan antara sumbu vertikal dengan kurva lengkung. Menurut Araki et.al. berdasarkan penjabaran daTi rumus Darken maka dapat ditentukan hubungan antara koefisien interdifusi dengan difusi daTi paduano Pada kandungan W mendekati nol maka didapat hubungan :
~I
Hasil analisa SEM-EDAX membuktikan bahwa unsur paduan B tidak mempengaruhi profil komposisi unsur-unsur yang berdifusi di antar-muka sambungan W dengan Ni-23Al, di mana W masuk ke daerah Ni-23Al dan Ni masuk ke daerah W sebesarbatas larutan padat (solid solution). Unsur paduan Co dan Cu tidak mempengaruhi profil komposisi unsur-unsur yang berdifusi di antarmuka sambungan W dengan Ni7sAl23Co2 dan Ni7sA123Co2.Akan tetapi, paduan Pd mempengaruhi perubahan profil komposisi Al dan W di antar-muka sambungan W dengan Ni7sA123Pd2.Analisa TEM-EDX membuktikan bahwa Pd tidak masuk lebih jauh ke daerah W.
Proses perlakuan panas pada sambungan membuatpergeseranrase Ni3Al bergesermasuk lebih dalam ke daerah W dengan pergantian posisi Al oleh W
sejumlah larutan padatnya,sehingga membentukrase baru Ni3(Al, W). Koefisien interdifusi sambungan dapat dihitung dengan metode Matano. Koefisien interdifusi sambungan WINi77Al23Pd2 lebih besar dibandingkan sambungan WINi-23AI, yakni D sambungan WINi77Al23Pd2= 8 x 10 -17m2s.1dan D sambunganWINi-23AI = 5 x 10 -17 m2s.
2gJ~ 2000
2.
P~
u~
(~,~I &, Poi)PIoJ.-. (~
~
I.J/ ~ N~Al. r N~
I. Jadi paduan Pd mampu meninggikan angka koefisien interdifusi sambungan W /Ni3AI sebesar1,6 kali.
DAFTARPUSTAKA [1]. C.T. LIU, C.L. WHITE, AND J.A. HORTON, JR, Acta Metal,33, 1985,231. [2]. T.G. NIEH, K.R. FORBERS,T.C. CHOU, AND J. WARDWOTH, Development in Ceramis and Metal-matrix Composites,adit. By Kamleswar Upadhy, The Mineral, Metals and Materials Society,1991,85. [3]. K. AOKI AND O. IZUMI, Trans.J.JapanInst. Met.,43, 1979,1190. [4]. A. CHIBA, S. HANADA AND S. WATANABE, Mater.Trans.Jpn.Inst.Met., 31,1990,824. [5]. A. CHIBA, S. HANADA AND S. WATANABE, Acta Metall. Mater,39,1991,1799. [6]. A. CHIBA, S. HANADA AND S. WATANABE, ScriptaMetall. Mater.25,1991,303. [7]. A. CHIBA, S. HANADA AND S. WATANABE, Mater.Sci. Eng. A152, 1992,108. [8]. J.M. YANG, W.H. KAO AND C.T. LIU, Metall. Trans.A, 20A, 1989,2459. [9]. J.M. YANG, W.H. KAO AND C.T. LIU, Mater.Sci.Eng.A, 107, 1989,81. [10]. G.E. FUCHS, Metal.Cer.Mat.Comp., Process. Modell. Mech. Behaviour. Proc, edited by R.B. Bhagat,A.H. Clauer,P. Kumar and A.M. Ritter,
J..;
The Minerals Metals & Material Society, 1990, 391. [11]. C.G. MCKAMEY AND C.A. CARMECHAEL, Mat. Res.Soc.Symp.Proc.,213,1991,1051. [12]. J.H. SCHENEIBEL, E.P. GEORGE, C.G. MCKAMEY, E.K. CHRINER, M.L. SANTELLA AND CORMECHEL, J: Mater.Res., 6(8), 1991, J673. [13]. O.SAHIN, S. NOURBARKHSH, W.H. RHEE, AND H. MARGOLIN, Metall.Trans.A,23A, 1992, 3151. [14]. C.G. MCKAMEY, G.L. POVIRK, J.A. HORTON, T.N. TIEGS AND E.K. OHNIER, Proc. Mat. Res. Soc,MRS, 133,1989,609. [15]. I NY OMAN JUJUR, Jurnal Ilmiah Untag Jakarta, 4, 1996,35. [16]. I NYOMAN JUJUR,Majalah BPPT,LXXX, 1997, 46. [17]. C. MATANO, JapanJ.Phys.8,1933,109. [18]. I NYOMAN JUJUR,Metal Indonesia,DeperindagBalai Besar PengembanganIndustri Logam daD Mesin,017,1995,3. [19]. K. AOKI AND 0 IZUMI, Nihon Kinzoku Gakkaishi,41,1977, 170 [20]. M. TAKEYAMA AND C.T. LIU, Acta Metall., 36(5),1988,1241. [21]. 1'!.KARSSON,J.lnst. Metals,79, 391 (1951) [22]. K. HIRANO, Nihon Kinzoku Gakkaiho (dalam bahasaJepang),167,856.
TANYA-JAWAB Penanya: Nanik Indayaningsih(P3FT-LIPI): I. Perkiraansuhusambungan yang optimumbagaimana? 2. Apa pengaruhpenambahan Boron? 3. Berapatebalsampel? Jawaban
1. Suhu optimum untuk penyambungan menurut beberapa literatur kira-kira 2/3 daTi temperatur leleh salah 3.
satu bahan disambung. Boron ditambahkan untuk memperkuat ikatan sambunganantara W daDNi3AI. Tebal sampel dalam percobaan ini adalah 10rom.
Penanya:Sudinnan(P3IB-BATAN): 1. Apa pengaruhunsur-unsurB, Pd, Co danCu terhadaplceku&tan sambunganW -Ni3AI. ? 2. Bagaimanacaramenentukankoefisiendifusi masing-masing unsur? Jawaban: B memperbaiki kekuatan sambungan sangat mencolok (patahan di luar sambungan). Co daD Cu tidak mempunyai pengaruh sedangkanPd menurunkan kekuatan sambungan. 2. Koefisien difusi denganmenggunakan metode Matado (diulas dalampaper).
56
Ke Menu Utama
~,
2gJ~ 2000
Ke Daftar Isi