Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
PENGARUH RADIASI GAMMA TERHADAP PROFIL PROTEIN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK Devita Tetriana*, Darlina*, Armanu**, dan Mukh Syaifudin*) *) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi *)Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi ABSTRAK PENGARUH RADIASI GAMMA TERHADAP PROFIL PROTEIN Plasmodium berghei STADIUM ERITROSITIK. Malaria merupakan salah satu penyakit akibat infeksi parasit yang utama di dunia. Salah satu bagian sel yang berperan sebagai faktor virulensi adalah protein. Protein tersebut sekaligus dapat dijadikan sebagai kandidat vaksin malaria. Tujuan pada penelitian ini akan dipelajari kandungan dan profil protein P. berghei stadium eritrositik hasil iradiasi sinar gamma yang akan dimanfaatkan untuk pengembangan vaksin malaria dipelajari kandungan dan profil protein Plasmodium berghei stadium eritrositik pasca iradiasi gamma. Setelah kultur P. berghei diiradiasi dengan variasi dosis sinar gamma 150, 175, dan 200 Gy, dilakukan analisis terhadap kandungan protein dengan metode Lowry, dan profil protein dianalisis dengan SDS-PAGE dengan konsentrasi gel 10% dan berat molekul standar 10 – 220 kDa. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kandungan protein P. berghei semakin menurun sebanding dengan kenaikan dosis radiasi, dengan kadar teringgi pada kontrol yaitu 490 mg/ml dan terendah pada dosis radiasi 200 Gy yaitu 315 mg/ml. Dosis radiasi gamma 150 Gy menyebabkan perubahan profil protein yaitu hilangnya protein pada kisaran 15 kDa. Pada dosis radiasi 175 dan 200 Gy tidak tampak adanya perbedaan profil protein sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan elektroforesis 2 dimensi untuk mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap profil protein dengan berat molekul yang sama. Kata kunci : malaria, Plamodium berghei, radiasi gamma, protein ABSTRACT THE EFFECT OF GAMMA RAYS TO PROTEIN PROFILE OF ERYTHROCYTIC STAGE OF Plasmodium berghei. Malaria is the one of the most important parasite diseases in the world. One of cell components affecting its virulence factors is proteins. These proteins are also can be used as candidate of malaria vaccine. In this research the protein profile of irradiated Plasmodium berghei post irradiation with gamma ray was studied. After in vivo culture of P. berghei was irradiated with gamma rays at dose variations of 150, 175, and 200 Gy, protein concentrations of parasites were analyzed by Lowry method and their profiles were studied with SDS-PAGE at 10% gel concentration and the range of standard molecular weight was 10 – 220 kDa. The results showed that protein concentration was decreased by increasing of irradiation dose, the highest concentration is 315 mg/ml for 0 Gy and the lowest concentration is 215 mg/ml for 200 Gy. Irradiation with 150 Gy altered protein profiles where the 15 kDa protein was not appeared but there was no different protein profiles found at higher dose (175 and 200 Gy). Keywords : malaria, Plamodium berghei, gamma irradiated, protein
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
282
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
memanfaatkan teknik nuklir. Strategi ini
PENDAHULUAN Malaria
merupakan
salah
satu
sedang
dikembangakan
oleh
WHO
penyakit infeksi parasit yang utama di
dalam program Roll Back Malaria5,6.
dunia. Setiap tahun 300 – 500 juta kasus
Teknik
malaria menyebabkan 2 juta kematian1.
melemahkan Plasmodium dengan meng-
Penyebab malaria adalah parasit dari
gunakan
genus Plasmodium. Ciri utama genus ini
penggunaan tenknik ini adalah memiliki
adalah siklus hidup terjadi dalam dua
efektifitas dalam peningkatan respon
inang yang berbeda. Siklus seksual
imun
terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles
konvensional seperti pemanasan atau
betina, yang bertindak sebagai vektor
kimia7.
perantara penyebaran parasit. Siklus
nuklir sinar
digunakan gamma.
dibandingkan
Salah
satu
Keuntungan
dengan
cara
untuk
teknik
pengendalian
aseksual terjadi dalam tubuh manusia2.
malaria yang mulai dikembangkan di
Penyebaran
dapat
dunia adalah vaksinasi. Empat macam
beberapa cara,
tipe vaksin adalah (1) vaksin inaktif dari
penyakit
malaria
dikendalikan dengan yaitu
mencegah
kontaminasi
dari
organisme patogen yang dimatikan, (2)
lingkungan, memutuskan siklus hidup
vaksin
parasit, mengendalikan perkembangan
dilemahkan, (3) vaksin dengan subunit
vektor perantara dengan menggunakan
protein hasil rekombinasi, dan (4) vaksin
insektisida, mencegah terjadinya infeksi,
asam
dan
penyakit yang disebabkan oleh protozoa
mencegah
pematangan
parasit 3
aktif
dari
nukleat.
organisme
Malaria
yang
merupakan
melalui kemo-profilaksis dan vaksinasi .
dan umumnya vaksin untuk protozoa
Masalah yang timbul saat ini
adalah vaksin aktif dengan menggunakan
adalah munculnya resistensi plasmodium
radiasi sinar gamma untuk melemahkan
terhadap obat malaria dan insektisida.
organisme target4.
Selain itu, pemanasan global turut
Sasaran dari vaksin malaria adalah
berperan dalam meningkatnya kasus
tahap perkembangan plasmodium yang
malaria.
terjadi
berbeda yaitu: pre-eritrosit, aseksual dan
pada
seksual1,2,4. Vaksin pre-eritrosit ideal
daerah dataran tinggi atau pegunungan4.
untuk penduduk di daerah non endemis
Salah satu alternatif untuk pencegahan
atau pengunjung yang akan masuk ke
penyakit
dengan
daerah endemis karena vaksin ini dapat
yang
memberikan perlindungan hingga 90%.
Di
peningkatan
pembuatan
dunia,
mulai
transmisi
tersebut vaksin
malaria
adalah malaria
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
283
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Vaksin
ini
dihasilkan
dengan
diketahui
P.
memiliki
falciparum
melemahkan parasit stadium sporozoit
sekurangnya
menggunakan sinar gamma dosis 150 –
berbagai macam protein yang berfungsi
200 Gy8. Vaksin stadium eritrositik
dalam
dibagi
yaitu
transport materi organik dari dan ke
sebagai anti-komplikasi dan anti-invasi.
dalam sel, fungsi dasar kehidupan seperti
Vaksin stadium aseksual bertujuan untuk
replikasi-perbaikan-rekombinasi
menghambat perkembangan merozoit
yang disebut sebagai gen house-keeping,
dan mengurangi angka kesakitan pada
dan lain-lain11. Parasit malaria juga
daerah
vaksin
memiliki jumlah gen yang mengkode
seksual bertujuan untuk mencegah atau
enzim yakni protein yang berfungsi
mengurangi transmisi parasit ke inang
sebagai biokatalis dan protein transport
baru (anti-invasi)4.
yang jauh
berdasarkan
endemis.
Plasmodium
fungsinya
Sedangkan
adalah
berghei
protozoa yang menyebabkan penyakit malaria
pada
berbagai
aspek
rodensia.
5.300
proses
gen
penyandi
metabolisme,
lebih
sedikit
fungsi
DNA
jumlahnya
dibandingkan dengan organisme bersel satu non-parasit12.
Penelitian
Bila sel terkena sinar gamma akan
malaria
mengalami kerusakan secara langsung
banyak menggunakan P. berghei dan
atau tidak langsung. Efek langsung
mencit sebagai hospesnya karena dengan
adalah
model ini ada kemungkinan dilakukan
senyawa-senyawa penyusun sel. Efek
manipulasi pada hospes sehingga dapat
tidak langsung terjadi karena materi sel
dipelajari perubahan imunologis yang
terbanyak
imunologis
9
terjadinya
adalah
pemutusan
air
yang
ikatan
apabila
terjadi selama infeksi malaria . Salah
terkena sinar gamma akan mengalami
satu bagian sel yang berperan sebagai
hidrolisis
faktor virulensi adalah protein 10.
bebas. Radikal bebas akan menyebabkan
Genom plasmodium penyebab
dan
menghasilkan
radikal
kerusakan materi sel13.
malaria tersusun dalam 14 kromosomnya
Perubahan intensitas (konsentrasi)
dan berada dalam inti sel dan sebagian
protein dapat disebabkan oleh kerusakan
lainnya terletak di mitokondria serta
yang diakibatkan oleh iradiasi sinar
hanya sebagian kecil yang berada di
gamma, baik pada struktur maupun
apicoplast. Ukuran genom P. falciparum
ikatan proteinnya. Perubahan struktur
misalnya hampir mencapai 23 Mbp. Dari
dapat
hasil pembacaan sekuen genom ini
maupun degradasi protein. Hal ini terjadi
diakibatkan
oleh
denaturasi
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
284
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
karena
adanya
perubahan
yang
diakibatkan oleh iradiasi gamma, baik
C. Pengukuran protein P. bergehei stadium eritrositik dengan Metode Lowry
pada stuktur maupun ikatan proteinnya.
Setelah
diiradiasi
gamma
Perubahan struktur dapat diakibatkan
kandungan protein dalam kultur diukur.
oleh
Sampel dipecah terlebih dahulu dengan
denaturasi
protein,
protein,
maupun
degradasi
perubahan
DNA.
melarutkan kultur ke dalam aseton (1 : 1)
Perubahan DNA dapat menyebabkan
dan disonifikasi selama 15 menit. Ke
sintesis protein tertentu meningkat atau
dalam 1 ml sampel ditambahkan 5 ml
dihasilkannya protein baru. Tujuan pada
larutan Lowry I dan dibiarkan selama 10
penelitian ini akan dipelajari kandungan
menit. Kemudian ditambahkan 0,5 ml
dan profil protein P. berghei stadium
larutan Lowry II dan dibiarkan selama
eritrositik hasil iradiasi sinar gamma
30 menit. Dilakukan pembacaan dengan
yang
spektrofotometer
akan
dimanfaatkan
untuk
pada
panjang
pengembangan vaksin malaria.
gelombang 700 nm.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
D. Karakterisasi Profil Protein Plasmodium berghei. Profil protein dianalisis dengan
A. Strain P. berghei.
menggunakan metode elektroforesis satu
P. berghei strain ANKA yang
dimensi
SDS-PAGE
dengan
sistem
diperoleh dari Laboratorium Malaria,
buffer Laemmli dan konsentrasi gel
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
poliakrilamid 10% (BioRad). Kultur
dibiakkan secara in vivo dalam tubuh
iradiasi sebanyak 20 μl ditambahkan 10
mencit Swiss di Laboratorium Hewan
μl aseton dan disonikasi selama 15 menit.
Bidang Biomedika PTKMR-BATAN.
Kemudian ditambahkan buffer sampel
B. Iradiasi Plasmodium berghei dengan Sinar Gamma.
Laemli sebanyak 20 μl dan dipanaskan
Kultur eritrositik microtube.
P.
stadium
berghei
ditempatkan Selanjutnya
di
dalam
dilakukan
iradiasi gamma dengan dosis 150, 175, dan 200 Gy di Iradiator IRPASENA PATIR-BATAN dengan laju dosis 360,9 Gy/jam.
selama 15 menit dalam air mendidih. Setelah itu disentrifugasi pada 8000 rpm selama 5 menit. Sebanyak 5 μl filtrat sampel dan standar dimasukkan ke dalam kolom gel dan dielektroforesis pada kondisi 200 V dan 40 mA selama 90
menit.
Gel
diwarnai
dengan
commassie R-250 (BioRad) selama 1
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
285
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
jam lalu didestaining dengan destaining
memproduksi antobodi melawan protein
solution commassie R-250 (BioRad)
malaria. Hal ini menurunkan sejumlah
selama 24 jam. Hasil yang diperoleh
protein yang dihasilkan oleh parasit dan
dianalisis untuk menentukan jumlah pita.
tetap hidup, dan akhirnya menyebabkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Para
peneliti
telah
mengidentifikasi sejumlah protein yang diproduksi
oleh
parasit
yang
bertanggung jawab terhadap keparahan penyakit (Gambar 1). Mereka berharap protein ini dapat dijadikan sebagai target pembuatan
vaksin
menyelamatkan penderita
sehingga
ribuan
malaria.
dapat
anak-anak
Temuan
tersebut
memfokuskan diri pada sejumlah protein yang ditemukan pada permukaan sel
parasit
memproduksi
kurang
berbahaya.
parasit malaria bertahan hidup dalam tubuh manusia dengan menghentikan pembuangan sel darah dalam limpa dan oleh karenanya memungkinkan parasit untuk melakukan reproduksi13. Parasit
malaria
pada apakah seseorang yang terinfeksi tersebut adalah berusia muda (anakatau
kekebalan
dewasa yang
dengan
telah
ilmuwan
protein yang hanya pada malaria anakanak dapat mempercepat proses ini akan tetapi mereka belum sepenuhnya berhasil mengidentifikasi protein yang terlibat. Salah satu yang ditemukan adalah PfEMP1
yang
menyebabkan
sel
terinfeksi menjadi stuck dalam pembuluh darah atau dihilangkan dalam limpa. Sel darah
terinfeksi
terdegradasi
yang
14
menyebabkan demam . Dari
penelitian
ini
diketahui
bahwa iradiasi dengan dosis berbeda pada P. berghei stadium eritrositik menunjukkan adanya perubahan kadar protein total (Gambar 2). Kadar protein mengalami penurunan sebanding dengan peningkatan dosis iradiasi. Kadar protein
menghasilkan
berbagai macam protein, bergantung
anak)
Para
yang
berharap vaksin yang didasarkan pada
darah merah yang terinfeksi parasit. Protein tersebut diketahui membantu
protein
respon
berkembang
dengan baik. Pada saat tubuh manusia
pada dosis iradiasi 150 Gy adalah 435 mg/ml dan pada dosis iradiasi 200 Gy adalah 315 mg/ml. Hal ini diduga karena iradiasi
menyebabkan
terjadinya
pemutusan rantai protein. Hasil statistik menunjukkan adanya pengaruh dosis iradiasi terhadap kandungan protein.
melawan parasit, tubuh mengembangkan respon imun terhadap parasit dengan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
286
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
STARP SALSA SSP-2
LSA-1
CSP-1 EXP-1 Sporozoit
Stadiumhepatik
Dalampembuluhdarah(3-5 menit)
Dalamsel hati (1-2 minggu)
LSA-3
Pre-eritrositik RAP-1 Stadiumseksual Dalamtubuhnyamuk (10 –14 hari)
Pfs25 Pfs230 Pfg27
SERA-1 MSP-2
Dalamsel darah merah (2 hari/siklus)
MSP-1
Pfs45/48
Pfs27
Stadium merozoit
RAP-2
Pfs16
AMA-1 MSP-5
EBA-175 Pf55 GLURP
RESA
EMP-1
Pfs28
MSP-3
Pf35
MSP-4
Gambar 1. Beberapa macam protein Plasmodium sp pada setiap stadium perkembangan 4.
Protein (mg/ml)
600 500 400 300 200 100 0 0
150
175
200
Dosis (Gy)
Gambar 2. Kandungan protein P. berghei stadium eritrositik pasca iradiasi gamma
Perubahan
kadar
diduga
jumlah pita sebanyak 13 buah dengan
menyebabkan perubahan kadar antigen
berat molekul berkisar antara 10 – 60 kDa.
protein.
diketahui
Darah yang tidak mengandung P. berghei
dengan mengamati profil protein setelah
hanya memiliki 10 pita. Pasca iradiasi
dilakukan
dosis 150 Gy terlihat bahwa kultur
Perubahan
protein
tersebut
elektroforesis. Profil protein
dari darah yang terinfeksi P. berghei yang
mengalami
diiradiasi dan tidak diiradiasi memiliki
kisaran
kehilangan 15
kDa.
protein Hasil
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
pada analisis 287
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
menunjukkan bahwa iradiasi dosis 150 Gy
pita tetapi tampak adanya perbedaan
menyebabkan adanya perubahan profil
ketebalan pita yang menunjukkan adanya
protein, sedangkan dosis 175 dan 200 Gy
perbedaan protein pada p.i yang berbeda.
tidak merubah profil (Gambar 3). Protein
Perbedaan p.i. ini akan tampak apabila
pada dosis 175 dan 200 Gy tidak
profil protein dianalisis menggunakan 2
menunjukkan adanya perbedaan jumlah
dimensi.
A
B
C
D
E
Std 200 kDa 97.4kDa 66 kDa 45 kDa 31 kDa
21.5 kDa
14.4 kDa
Gambar 3. Profil protein kultur P. berghei hasil iradiasi sinar gamma. A: darah tanpa P. berghei; B: kultur P. berghei (0 Gy); C: kultur P. berghei (150 Gy); D: kultur P. berghei (175 Gy); E: kultur P. berghei (200 Gy)
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
288
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Suatu materi hidup seperti sel, bila
molekul.
Terjadinya
kedua
jenis
terkena sinar gamma akan mengalami
denaturasi ini tergantung pada keadaan
kerusakan secara langsung atau tidak
molekul. Yang pertama terjadi pada
langsung.
adalah
rantai
terjadinya pemutusan ikatan senyawa-
kedua
senyawa
penyusun
molekul yang bergabung dalam ikatan
langsung
terjadi
Efek
langsung sel.
Efek
karena
tidak
materi
sel
polipeptida, terjadi
sekunder.
sedangkan
pada
yang
bagian-bagian
Denaturasi
protein,
apabila
dimungkinkan terjadi degradasi protein.
terkena sinar gamma akan mengalami
Degradasi protein dapat menyebabkan
hidrolisis
radikal
protein tersebut kehilangan fungsinya
bebas. Radikal bebas akan menyebabkan
sebagai protein dan degradasi struktur
kerusakan materi sel15.
dapat berasal dari hilangnya gugus
terbanyak
adalah dan
air
yang
menghasilkan
Perubahan intensitas (konsentrasi)
samping16.
protein dapat disebabkan oleh kerusakan
Hasil-hasil di atas menunjukkan
yang diakibatkan oleh iradiasi sinar
bahwa iradiasi gamma sebagai metode
gamma, baik pada struktur maupun
untuk
ikatan proteinnya. Perubahan struktur
berpotensi
dapat
denaturasi
vaksin. Keuntungan vaksin ini adalah
maupun degradasi protein. Hal ini terjadi
memberikan imunitas humoral yang
karena
yang
tinggi bila booster diberikan, tidak
diakibatkan oleh iradiasi gamma, baik
menyebabkan mutasi atau reversion,
pada stuktur maupun ikatan proteinnya.
dapat digunakan untuk pasien immuno-
Perubahan struktur dapat diakibatkan
defisiensi,
oleh
daerah tropis tetapi vaksin jenis ini
diakibatkan adanya
perubahan
denaturasi
protein,
oleh
protein,
maupun
degradasi
perubahan
DNA.
Perubahan DNA dapat menyebabkan
melemahkan besar
cocok
dalam
Plasmodium pembuatan
digunakan
untuk
membutuhkan biaya yang lebih tinggi karena membutuhkan booster17.
sintesis protein tertentu meningkat atau dihasilkannya protein baru. Protein mengalami
terdenaturasi
Kandungan protein P. berghei
dua kemungkinan, yaitu
akan semakin menurun seiring dengan
pengembangan
yang
KESIMPULAN DAN SARAN
rantai
peptida
dan
kenaikan dosis iradiasi tetapi tidak
pemecahan protein menjadi unit yang
merusak protein secara total sehingga
lebih kecil tanpa disertai pengembangan
protein ini dapat dijadikan sebagai salah
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
289
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
satu bahan antigen vaksin. Sinar gamma dengan dosis 150 Gy menyebabkan adanya perubahan profil protein yaitu dengan terjadinya kehilangan protein pada kisaran 15 kDa. Profil protein pada dosis 175 dan 200 Gy tidak tampak adanya perbedaan jumlah pite tetapi terdapat perbedaan ketebalan pita yang menunjukkan adanya perbedaan protein pada p.i yang berbeda. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan elektroforesis 2 dimensi untuk mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap profil protein dengan berat molekul yang sama. DAFTAR PUSTAKA 1. WORLD HEALTH ORGANIZATION, Initiative for Vaccine Research, State the art of vaccine research and development, 2005, http:/www.who.int/vaccinesdocuments 2. DEPARTEMEN KESEHATAN, Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada 2015. 3. GUNAWAN, S., Malaria: Epidemiologi, patogenesis dan manifestasi klinis, edited by Harijanto, Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp 1-25. 2000 4. ANONIMUS. Parasite control, Nature reviews/immunology. Nature publishing group. 2005. 5. GROTH, S., KHAN, B., ROBINSON, A., & HENDRICHS, J., Nuclear sciences figths malaria. Radiation and molecular techniques
can play targeted roles, IAEA Bulletin 43/2/2001, pp. 33-36 (2001). 6. ABEKU, T.A., Response to malaria epidemics in Africa, Emerging Infectious Diseases Vol. 13, No.5, pp. 681- 686 (2007) 7. WORLD HEALTH ORGANIZATION / ROLL BACK MALARIA. Malaria early warning systems – concepts, indicators and partners. A framework for field research in Africa. Geneva : The organization. 2001 8. HOFFMAN, S.L., GOH, M.L., LUKE, T.C., Protection of humans against malaria by immunization with radiation-attenuated Plasmodium falciparum. The Journal of Infectious Diseases, 185 : 1155 – 64. 2002. 9. WIJAYANTI, M.A., SOERIPTO, N., SUPARGIYONO., FITRI, L.E., Pengaruh Imunisasi Mencit Dengan Parasit Stadium Eritrositik Terhadap Infeksi Plasmodium berghei. Berkala Ilmu Kedokteran. Vol 29, No. 2: 5359. 1997 10. GOFFAUX, Secretion of Virulence Factors by Escherichis coli. Laboratorie de Bacteriologie, Faculte de Medicine Veterinaire, Universite de Liege. Belgium. 181-202. 1999. 11. THEISEN, M., SOE, S., BRUNSTEDT, K., FOLLMANN, F., BREDMOSE, L., ISRAELSEN, H., MADSEN, S.M., and DRUILHE, P., A Plasmodium falciparum GLURP– MSP3 chimeric protein; expression in Lactococcus lactis, immunogenicity and induction of biologically active antibodies, Vaccine 22 (9-10), 1188-1198, 2004. 12. BASTOS, M.S., DA SILVANUNES, M., MALAFRONTE, R.S., HELLENA, E., HOFFMANN, E., WUNDERLICH, G., MORAES, S.L., and FERREIRA, M.U., Antigenic polymorphism and naturally acquired antibodies to
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
290
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Plasmodium vivax merozoite surface protein 1 in rural Amazonians. Clinical and Vaccine Immunology, 14. 10:1249-1259, 2007. 13. SHI, Q., LYNCH M.M., ROMERO M.; and BURNS J.M., Enhanced protection against malaria by a chimeric merozoite surface protein vaccine, Infection and immunity, 75(3), 1349-1358, 2007. 14. DARUSSALAM, M., Radiasi dan Radioisotop: Prinsip Penggunaannya dalam Biologi, Kedokteran dan Pertanian. Tarsito. Bandung. 1996. 15. WINARNO, H., Lipid A-Pusat Aktif Endotoksin, Struktur Kimia dan
Bioaktivitasnya. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran. 103: 59-62. 1995. 16. SYAIFUDIN, M., Indikator Biokimia Sel terhadap Radiasi Pengion. Buletin ALARA, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keselamatan Radiasi dan Biomedika Nuklir. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Vol. 4, 125-131. 2005. 17. GAFFAR, A., Parasitology: Blood and Tissue. University of South California, http://www.med.sc.edu:85/parasitolo gy/blood-proto.htm.
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
291
Prosiding Seminar Nasional Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan IV dan International Seminar on Occupational Health and Safety I Depok, 27 Agustus 2008
Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir Nasional Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) – Universitas Indonesia
292