1
PENGARUH PERMAINAN DOMINO TERHADAP KETERAMPILAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD SWASTA PAB 23 PATUMBAK II KABUPATEN DELI SERDANG Sukmawarti Dosen Kopertis Wilayah I dpk pada FKIP Universitas Muslim Nusantara Alwashliyah
ABSTRAK Salah satu masalah yang dialami siswa SD pada pembelajaran matematika adalah rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung bilangan pecahan. Permasalahan ini dapat dimaklumi karena objek kajian bilangan pecahan bersifat abstrak, sementara siswa SD masih berada dalam taraf berpikir konkret. Untuk itu perlu dicari alternatif yang memungkinkan siswa terampil melakukan operasi hitung pecahan. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga. Namun dalam penggunaannya diperlukan kegiatan drill dan latihan agar siswa terlatih dan terampil. Agar kegiatan tidak membosankan maka dapat dilakukan melalui permainan, yakni permainan domino. Permainan domino pecahan menggunakan 52 kartu yang bersisi dua. Setiap sisi memuat operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, ataupun pembagian. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah permainan domino pecahan mempengaruhi keterampilan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang? Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pretes Posttest Control Group Design. Teknik analisis yang digunakan statistik t student, dengan uji kesamaan dua rata-rata. Dari hasil analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa permainan domino pecahan mempunyai pengaruh terhadap keterampilan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan kepada guru matematika untuk dapat menerapkan permainan domino pada pembelajaran matematika. Kata Kunci: Permainan Domino, Keterampilan Operasi Hitung Pecahan A. Latar Belakang masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar.Tujuan diberikannya matematika mulai dari pendidikan dasarhingga pendidikan menengah adalah agar siswa dipersiapkan untuk dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.Salah satu tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran Matematika di SD adalah agar siswa terampil dalam menggunakan
berbagai
konsep
matematika
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Keterampilan menggunakan berbagai konsep matematika akan mengantarkan siswa memiliki penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah.Tetapi 2
untuk menuju memiliki keterampilan konseptual tersebut tentunya harus melalui beberapa tahap, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. (Heruman, 2007:2). Namun kenyataannya harapan tersebut belum tercapai dengan baik.Sampai saat ini masih sering disuarakan rendahnya keterampilan siswa dalam menggunakan berbagai konsep matematika. Hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Kesulitan yang dialami siswa ini menjadi salah satu penyebab siswa kurang menyenangi mata pelajaran matematika. Bahkan siswa cenderung menganggap matematika sebagai pelajaran yang paling membosankan dan menakutkan, sebagaimana pendapat Sobel (2003:4) yang menyatakan bahwa:“Banyak sekali murid yang berfikir pelajaran matematika sebagai sesuatu yang membosankan dan mereka menggambarkan Matematika sebagai pertapa yang menghabiskan hidupnya terkubur dalam segunung angkaangka” Pembelajaran matematika di SD tentunya tidak dapat dipisahkan dari masalah perhitungan bilangan dengan berbagai operasinya. Salah satu materi matematika yang sulit bagi siswa SD adalah operasi bilangan pecahan. Permasalahan yang sering ditemukan antara lain berkaitan dengan operasi penjumlahan pecahan yang tak senama. Kesalahan yang sering dilakukan siswa adalah langsung melakukan penjumlahan pada pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. Sebagai contoh: + = . Jika dicermati kesalahan yang dilakukan oleh siswa ini dikarenakan lemahnya pemahaman konsep bilangan pecahan. Siswa belum memahami makna penjumlahan bilangan pecahan. Siswa hanya memahaminya sebagai penjumlahan saja, tanpa memahami konsep bilangan pecahan. Selain masalah pemahaman konsep, siswa juga kurang latihan. Berbagai usaha untuk mengatasi kesulitan siswa dalam melakukan operasi bilangan pecahan sebenarnya sudah dilakukan oleh guru. Untuk menunjukkan konsep pecahan guru dapat menggunakan media konkret maupun semi konkrit.Namun usaha tersebut harus diiringi dengan latihan untuk membina keterampilan siswa, sehingga seringkali guru memberikan latihan berupa soal-soal yang banyak. Latihan-latihan soal matematika inilah yang sebenarnya dapat memicu kebosanan siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu dicari
3
alternatif kegiatan yang tidak membosankan bagi siswa, namun dapat digunakan sebagai pembinaan keterampilan berhitung. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pembinaan keterampilan operasibilangan pecahan adalah menggunakan media berupa alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga siswa dapat secara aktif mengkonstruksi pemahamannya dan melatihnya. Namun penggunaan alat peraga ini perlu juga didukung dengan metode yang menarik sehingga siswa mau terlibat menggunakan alat peraga tersebut.Dalam pembinaan keterampilan operasi bilangan pecahan diharapkan siswa terlatih dan terampil melakukan operasi bilangan pecahan tersebut. Kalaupun siswa telah memahami konsep bilangan pecahan, namun jika tidak terampil akan mengalami masalah juga dalam pengoperasiannya.Oleh karena itu diperlukan juga dukungan dari kegiatan drill dan latihan. Karena dengan latihan yang berulangulang dapat membuat siswa terlatih.Namun kegiatan ini diharapkan tidak membuat siswa bosan.Dengan demikian salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk pembinaan keterampilan operasi hitung bilangan pecahan adalah menggunakan permainan kartu domino. B. Rumusan Masalah Beberapa hal yang menjadi perhatian peneliti dalam masalah pembelajaran operasi bilangan pecahan adalah keterampilan operasi hitung bilangan pecahan, karakteristik siswa SD yang masih berada dalam tahap berpikir konkret dan senang dengan permainan, serta penggunaan media domino pecahan. Berdasarkan batasan tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah permainan domino pecahan mempengaruhi keterampilan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang? C. Kajian Teori 1. Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar antara lain agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Pengetahuan akan konsep-konsep dalam matematika memegang peranan yang penting dalam memahami pengetahuan matematika yang lain, seperti pengetahuan prosedural, penalaran dan komunikasi, 4
serta pemecahan masalah. Menurut Hiebert dan Lefevre (dalam Van De Walle, 2007:29): “Pengetahuan konsep adalah pengetahuan yang berisi banyak hubungan atau jaringan ide”. Pengetahuan prosedural haruslah didahului dengan pemberian konsep yang kuat. Ditegaskan oleh Van De Walle (2007:29) bahwa: “Prosedurprosedur tanpa dasar konsep ini hanyalah merupakan aturan tanpa alasan yang akan membawa kepada kesalahan dan ketidaksukaan terhadap matematika. Semua prosedur matematika dapat dan harus dikaitkan dengan ide–ide konseptual yang menjelaskan mengapa prosedur tersebut berlaku”. 2. Pembelajaran Matematika di SD Untuk siswa yang berada pada periode operasional konkrit (usia 7-12 tahun), metode permainan sangat cocok diterapkan dimana siswa dilibatkan secara aktif bermain dalam situasi nyata yang berkaitan dengan matematika, seperti yang diungkapkan Simanjuntak (1993:92) bahwa siswa pada jenjang pendidikan permulaan pada umumnya senang bermainan-main, maka pengajaran matematika akan lebih berhasil bila menggunakan metode permainan. Permainan tidak saja dapat dipakai untuk mencapai tujuan intruksional „daerah‟ kognitif tingkat rendah tetapi juga pada tingkat tinggi, dan dengan permainan siswa akan menjadi aktif, berfikir logis, krisis, sportif dan terjadi kepuasan pada diri siswa. Selanjutnya Sudono (2000:2) mengemukakan bahwa pemahaman tentang bermain juga akan dapat lebih luas terhadap kegiata bermain itu sendiri, dan akibatnya akan mendukung segala aspek perkembangan anak. Dapat memberi kesempatan yang lebih banyak kepada anak-anak untuk bereksplorasi, sehingga pemahaman tentang konsep maupun pengertian dasar suatu pengetahuan dapat dipemahami oleh anak dengan lebih mudah.Bermain selain menyenangkan juga membantu anak untuk memahami materi pelajaran, dapat meningkatkan kemampuan dan memecahkan masalah.Seperti yang diungkapkan Mayke (dalam Sudono 2001:3) bahwa belajar dan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya. Konsep
permainan
ini
mengadopsi
teori
belajar
Dienes.
Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan 5
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika. Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam 6 tahap yaitu: (1) Permainan Bebas, (2) Permainan yang Disertai Aturan, (3) Permainan Kesamaan Sifat, (4) Representasi, (5) Simbolisasi, dan (6) Formalisasi. 3. Domino Bilangan Pecahan Kartu Domino bilangan terdiri dari kartu-kartu yang bersisi dua, yang masing-masing sisi memuat operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, ataupun pembagian bilangan pecahan.Banyak kartu yang tersedia dalam satu set kartu tergantung dari banyak pemain dan berapa banyak kartu yang dimiliki masing-masing pemain. Setiap kartu akan disusun secara sambung menyambung dengan aturan salah satu sisi kartu yang berdekatan mempunyai hasil perhitungan yang sama. Kartu yang pertama disusun akan mempunyai hasil perhitungan yang sama dengan kartu terakhir. Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut. 𝟐 𝟑
+
𝟑 𝟒
𝟏 𝟐 – 𝟐 𝟓 𝟏 𝟏 × 𝟓 𝟐
𝟏 𝟑 + 𝟐 𝟔 𝟒𝟐 : 𝟔𝟑
𝟒 𝟏 – 𝟑 𝟓
……….
dan seterusnya
Dalam melakukan permainan domino ini siswa diajak bermain namun mengikuti aturan operasi hitung pecahan. Melalui kartu-kartu ini siswa akan terlatih melakukan operasi hitung pecahan. Permainan domino ini akan membuat siswa tertarik melatih keterampilannya melakukan perhitungan-perhitungan operasi bilangan pecahan yang terdapat dalam kartu-kartu tersebut. D. Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pembelajaran bilangan pecahan dengan permainan domino. Sedangkan variabel yang diamati adalah keterampilan operasi hitung pecahan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pretes Posttest Control Group Design, dengan skema berikut ini.
6
Tabel 1. Desain Penelitian Kelas
Pretes
Perlakuan
Postes
Eksperimen Kontrol
T1 T1
X O
T2 T2
Keterangan : X O T1 T2
= permainan domino = tanpa permainan = pretes = postes
Penelitian ini dilakukan diSDSwasta PAB 23 Patumbak II Kabupaten Deli Serdang.Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 3 – 24 Februari 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang, yang terdiri dari 4 kelas.Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dan Kelas VD dengan banyak siswa masingmasing 40 dan 38 siswa, yang dipilih melalui teknik cluster random sampling. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah keterampilan operasi hitung pecahan siswa dengan permainan domino lebih baik dari pada tanpa permainan domino. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut ialah statistik t student, dengan uji kesamaan dua rata-rata pada taraf kepercayaan 95%. Sebelumnya dilakukan uji persyaratan meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. E. Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskripsi data pretes dari kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Rangkuman Data Pretes Kelompok
Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
26,15
5,94
Kontrol
24,31
7,56
Untuk melihat keadaan awal kedua kelompok dilakukan uji homogenitas data pretes. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Uji Homogenitas Data Pretes Harga Fhitung
dk
Harga Ftabel
Kesimpulan
1,619
37, 39
1,723
Homogen
7
Dari uji homogenitas data dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok homogen. Karena keadaan awal kedua kelompok sama, maka dapat dilakukan perlakuan permainan domino pada kelas eksperimen untuk melihat efek permainan domino pecahan terhadap keterampilan operasi hitung pecahan. Data keterampilan operasi hitung pecahan yang diperoleh dari tes akhir pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4. Rangkuman Data Keterampilan Operasi Htung Pecahan Kelompok
Rata-rata
Simpangan Baku
Eksperimen
38,425
8,09
Kontrol
35,026
9,84
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan berupa uji normalitas data pada taraf nyata = 0,05. Hasil pengujian normalitas data pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Uji Normalitas Kelompok
Lhitung
Ltabel
Keterangan
Eksperimen
0.1378
0.1400
Berdistribusi Normal
Kontrol
0.0897
0.1437
Berdistribusi Normal
Selanjutnya untuk melihat homogenitas kedua kelompok sampel dilakukan uji homogenitas pada taraf nyata = 0,05. Hasil uji dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Uji Homogenitas Harga Fhitung
dk
Harga Ftabel
Kesimpulan
1,478
37, 39
1,723
Homogen
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan statistik t pada taraf nyata = 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Uji Hipotesis Harga thitung
dk
Harga ttabel
Kesimpulan
1,6699
76
1,6690
Signifikan
Dari hasil uji hipotesis di atas menunjukkan bahwa keterampilan operasi hitung pecahan bagi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan permainan domino lebih baik dari pada
pembelajaran tanpa permainan domino. Sehingga pembelajaran 8
dengan permainan domino mempunyai pengaruh terhadap keterampilan operasi hitung pecahan siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang. Permainan domino pecahan dapat membuat perhatian siswa terfokus pada pembelajaran, karena penyajiannya dengan permainan. Kartu-kartu domino yang berisi operasi bilangan pecahan dengan berbagai soal yang bervariasi dapat melatih siswa untuk pemahaman konsep dan penerapannya. Dengan demikian siswa tidak merasa bosan untuk berlatih menyelesaikan opersi hitung pecahan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa terlibat aktif dalam penggunaan media pembelajarn, sehingga dapat dikatakan bahwa telah terjadi interaksi siswa dengan materi pembelajarn. F. Simpulan dan Saran Dari hasil analisis data yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa permainan domino pecahan mempunyai pengaruh terhadap keterampilan operasi hitung pecahan pada siswa siswa kelas V SD Swasta PAB 23 Patumbak II kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kesimpulan tersebut disarankan kepada guru matematika untuk dapat menerapkan permainan domino pada pembelajaran matematika. G. Daftar Pustaka Depdiknas. (2006). Kurikulum SD 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.Jakarta: Remaja Rosdakarya. Simanjuntak, Lisnawaty. (1993). Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta. Sobel, Max A dkk. (2003). Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga. Sudono, Anggani. (2000). Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo. Teori Belajar Dienes. fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/03/semester_2_ini siasi_2_pengembangan_matematika_sd_2.pdf – Van De Walle, John A. (2007). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.
9