Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
PENGARUH PERBAIKAN KURSI KERJA TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJAAN MENJAHIT DI DESA X Eka Rosanti1 , Dasri Wulandari2 1
Universitas Darussalam Gontor; 2 Universitas Sebelas Maret
[email protected]
Abstrak Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh perbaikan kursi kerja terhadap pekerjaan menjahit di Desa X. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian one gruop pre test and post test design. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Random Sampling berarti pemilihan sekelompok subjek melalui restriksi yang diperoleh melalui kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini jumlah populasi sebanyak 31 tenaga kerja laki-laki. Pemilihan subjek penelitian menggunakan teknik random sampling dengan restriksi sehingga didapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 15 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran Anthropometri, pengukuran kursi kerja sebelum perbaikan, pemberian kursi ergonomis sesuai anthropometri tenaga kerja dan penggunaan kuesioner nordic body map untuk mengetahui keluhan otot-otot skeletal. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik nonparametrik-wilcoxon tes dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0. Hasil analisis perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh hasil nilai Asymp. Sig (2-tailed) 0,001(p value 0,001 < 0,01) yang bermakna sangat signifikan, ini berarti ada perbedaan nilai sebelum dan sesudah perbaikan kursi kerja. Sesudah perbaikan kursi kerja rerata (X) ± SD total score keluhan muskuloskeletal menjadi berkurang dari 65.1 ± 3.1 menjadi 41.3 ± 3.8. Jadi perbedaan keluhan muskuloskeletalnya adalah 23.8 (36.6%). Simpulan dari penelitian ini dapat menggambarkan bahwa ada pengaruh perbaikan kursi kerja terhadap keluhan muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit di Desa X. Untuk pencegahan keluhan Muskuloskeletal dapat dilakukan dengan menggunakan kursi kerja yang ergonomis seperti dalam penelitian ini. Kata Kunci : Anthropometri; Keluhan Muskuloskeletal; kursi Ergonomis; Kursi Non Ergonomis
THE EFFECT OF WORK SEAT REPARATION ON THE MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS IN TAILORING IN X VILLAGE Abstract The objective of research is to find out and to study the effect of work seat reparation on the musculoskeletal complaints in sewing task in X Village. The research method employed in this study was a Quasi Experiment with one group pre-test and post-test design. The sampling technique used was random sampling. Random sampling means the selection of a group of subject through restriction obtained with inclusion and exclusion criteria. In this research, the population number was 31 male workers. The subject was done using random sampling with restriction so that 15 workers qualifying the inclusion and exclusion were obtained as the sample. The data collection was done using Anthropometry measurement, the work seat measurement before reparation, the administration of ergonomic seat according to the worker‟s anthropometry and the use of Nordic body map questionnaire to find out the musculoskeletal complaints. Technique of processing and analyzing data used was nonparametric statistic test-wilcoxon test using SPSS version 16.0 computer software. The result of analysis on the difference of musculoskeletal complaints before and after the treatment using wilcoxon test shows the Asymp. Sig value (2-tailed) of 0.001 (P Value 0.001 < 0.01) means very significant that there is a value difference before and after the work seat reparation. After the work seat reparation the average (X) ± SD total score of musculoskeletal complaints decreases from 65.1 ± 3.1 to 41.3 ±
23
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
3.8. So the difference of musculoskeletal complaints is 23.8 (36.6%). The conclusion can be drawn that there is an effect of work seat reparation on the musculoskeletal complaints in sewing task in X Village. To prevent the musculoskeletal complaints, the ergonomic work seat in this research can be used. Keywords: Anthropometry; ergonomic seat; non-ergonomic seat; musculoskeletal complaints
maka akan muncul keraguan bahwa hasil
Pendahuluan
rancangan Tenaga kerja mempunyai peranan
tersebut
menciptakan
akan
dapat
kenyamanan
bagi
penting dalam pembangunan sebagai unsur
pemakainya. Saat menentukan ukuran
penunjang
kursi, aspek-aspek anthropometri harus
keberhasilan
pembangunan
nasional. Karena tenaga kerja mempunyai
dihubungkan
hubungan
biomekanika
dengan
perusahaan
dan
dengan yang
kebutuhan
terlibat.
Stabilisasi
mempunyai kegiatan usaha yang produktif.
tubuh bukan hanya melibatkan landasan
Disamping itu tenaga kerja sebagai suatu
duduk saja, tetapi juga kaki, telapak kaki,
unsur yang langsung berhadapan dengan
punggung yang juga bersandar pada bagian
berbagai akibat dari kemajuan teknologi
lain
dibidang industri, sehingga sewajarnya
perancangan antropemetrik yang tidak
kepada mereka diberikan perlindungan
tepat dan terbentuk suatu kursi yang tidak
pemeliharaan
memungkinkan
kesehatan
dan
permukaan
kursi.
Jika
pemakainya
karena
untuk
pengembangan terhadap kesejahteraan atau
menyandarkan punggung atau kakinya
jaminan nasional (Suma‟mur, 2009).
pada permukaan, maka ketidakstabilan
Kursi salah satu komponen penting
tubuh akan meningkat dan tenaga otot
di tempat kerja. Kursi yang baik akan
tambahan akan diperlukan untuk menjaga
mampu memberikan postur dan sirkulasi
keseimbangan. Makin besar tingkat tenaga
yang
atau kontrol otot yang diperlukan, makin
baik
menghindari
dan
akan
membantu
ketidaknyamanan.
Pilihan
besar
pula
kelelahan
kursi yang nyaman dapat diatur dan
ketidaknyamanan
memiliki penyangga punggung (Wasi,
(Panero, dkk, 2003).
2005).
yang
fisik
dan
ditimbulkan
Keluhan muskuloskeletal adalah Rancangan sebuah kursi kerja harus
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
didasarkan pada data antropometrik yang
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
dipilih dengan tepat, karena jika tidak 24
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
perbaikan adalah masalah kursi kerja yang
Apabila otot menerima beban statis secara
tidak
berulang dan dalam waktu yang lama, akan
penjahit.
dapat
berupa
apabila tidak segera diperbaiki, tentunya
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
akan dapat memberikan beban tambahan
Keluhan
dan
dan
biasanya
diistilahkan
menyebabkan
keluhan
kerusakan
inilah
dengan
yang
keluhan
sesuai
dengan
Masalah
dapat
anthropometri
ergonomi
tersebut
menimbulkan
keluhan
muskuloskeletal. Oleh karena itu, perlu
musculoskeletal disorders (MSDs) atau
dilakukan
cidera
mengatasi masalah yang muncul. Untuk
pada
sistem
muskuloskeletal
(Tarwaka, 2004).
maksud
penelitian
tersebut
dalam
dilakukan
upaya
penelitian
Desa X merupakan salah satu
berupa perbaikan-perbaikan kursi kerja
daerah yang terdapat industri yang berupa
yang disesuaikan dengan anthropometri
penjahitan. Di dalam kegiatannya penjahit
tenaga kerja. Dengan perbaikan-perbaikan
konveksi di Desa X untuk menghasilkan
ini
produk
gangguan sistem musculoskeletal.
masih
menggunakan
tenaga
diharapkan
dapat
menurunkan
manusia, berdasarkan survei awal di
Tujuan penelitian ini adalah untuk
tempat kerja terdapat kursi yang tidak
mengetahui pengaruh perbaikan kursi kerja
ergonomis yaitu kursi tanpa sandaran,
dan tingkat keluhan muskulosekeletal pada
lebar dan tinggi kursi yang tidak sesuai
Pekerjaan Menjahit di Desa X.
dengan anthropometri tenaga kerja. Dari hasil wawancara setelah bekerja terhadap
Tinjauan Teoritis
10 orang tenaga kerja yang menggunakan Ergonomi
kursi tidak ergonomis (tidak ada sandaran
Ergonomi
punggung, lebar dan tinggi kursi tidak
berasal
dari
bahasa
sesuai anthropometri), 10 dari mereka
Yunani yaitu ”ergon” (kerja) dan ”nomos”
merasakan
sistem
(hukum) atau yang berarti ilmu yang
muskuloskeletal terutama di bagian pantat,
mempelajari tentang hukum-hukum kerja.
bahu, leher, punggung.
Dengan demikian ergonomi adalah suatu
keluhan
pada
Dari uraian di atas terlihat ada
sistem yang berorientasi kepada disiplin
beberapa masalah ergonomi, yang menjadi
ilmu, yang sekarang diterapkan pada
masalah utama dan perlu segera dilakukan 25
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
hampir semua aspek kehidupan atau
2. Faktor Anthropometri
kegiatan manusia (Tarwaka, 2010).
3. Faktor Sikap Tubuh dalam Bekerja
Ergonomi merupakan pertemuan dari
berbagai
lapangan
ilmu
4. Faktor Pengorganisasian Kerja
seperti Anthropometri
antropologi, biometrika, faal kerja, higiene kerja,
Anthropometri adalah suatu studi
perencanaan kerja, riset terpakai, dan
tentang pengukuran yang sistematis dari
cybernetika. Namun kekhususan utamanya
fisik tubuh manusia, terutama mengenai
adalah perencanaan dari cara bekerja yang
dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang
lebih
dapat digunakan dalam klasifikasi dan
perusahaan
dan
baik
kesehatan
meliputi
tata
kerja
dan
peralatannya. Dalam hal ini, diperlukan
perbandingan
kerja sama diantara peneliti dan tehnisi
2010).
pengukuran,
pencatatan
memberikan postur dan sirkulasi yang baik
dan
pengujiannya. Perbaikan kondisi-kondisi
dan
kerja
ketidaknyamanan.
buruk
dan
tanpa
(Tarwaka,
Kursi yang baik akan mampu
serta ahli tentang pemakaian alat-alat dengan
antropologis
perencanaan
akan
membantu Pilihan
dimulai dari perencanaan oleh semua team
penyangga punggung (Wasi, 2005). Tinggi
ergonomi yang memungkinkan proses,
bangku dirumitkan oleh interaksi dengan
mesin-mesin dan hasil produksi yang
tinggi tempat duduk. Desain kursi sesuai
memenuhi persyaratan. Program ergonomi
dengan kriteria agar permukaan kerja tetap
meliputi penentuan problematik, percobaan
dibawah siku seperti bagian sebelumnya
untuk
(Nurmianto, 2003).
hasil
Menurut
percobaan dan pembuktian efektivitas namun
dalam
prakteknya
berkaitan
sering
dan
yang
nyaman
penerapan
diatur
kursi
biasanya mahal, maka usaha sebaiknya
pemecahan,
dapat
menghindari
Nurmianto
dengan
aplikasi
memiliki
(2003) data
menggunakan pendekatan trail and error
antropometri yang diperlukan dalam proses
(Suma‟mur, 2009).
perancangan produk ataupun fasilitas kerja,
Ada penerapan
beberapa
aspek
dalam
maka ada beberapa rekomendasi yang bisa
ergonomi
yang
perlu
diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:
diperhatikan, antara lain : 1. Faktor Manusia 26
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
1. Pertama kali terlebih dahulu harus
tambahkan
faktor
kelonggaran
ditetapkan anggota tubuh mana yang
(allowance) bila
nantinya
halnya tambahan ukuan akibat tebalnya
akan
difungsikan
untuk
mengoperasikan rencana tersebut.
diperlukan
seperti
pakaian yang harus dikenakan oleh
2. Tentukan dimensi tubuh yang penting
operator, pemakaian sarung tangan dan
dalam proses perancangan tersebut,
lain-lain.
dalam hal ini perlu juga diperhatikan
Tabel 1. Beberapa dimensi tubuh yang berguna untuk perancangan tempat duduk.
apakah
harus
menggunakan
data
dimensi tubuh statis ataukah data
Pengukuran
dimensi tubuh dinamis.
Pria Persentil
3. Tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi, menjadi
diakomodasikan target
utama
dan
pemakai
dikenal
sebagai
“segmentasi
36.5
40.0
45.7
B
Panjang ButtockPopliteal
42.7
38.4
52.2
C
Tinggi bahu duduk
55.9
60.2
65.1
D
Lebar pinggul
30.7
34.0
37.4
E
Lebar bahu
41.9
46.5
51.1
wanita dan lain-lain. 4. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti
semisal
apakah
rancangan
tersebut untuk ukuran individual yang
95 (cm)
Tinggi Popliteal
pasar” seperti produk mainan anakanak, peralatan rumah tangga untuk
50 (cm)
A
rancangan produk tersebut. Hal ini lazim
5 (cm)
ekstrim, rentang ukuran yang fleksibel
Sumber : Tarwaka 2010
(adjustabel) ataukah ukuran rata-rata. 5. Pilih prosentase populasi yang harus
Penerapan data antropometri ini
diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai
akan dapat dilakukan jika tersedia nilai
persentil yang lain yang dikehendaki.
rata-rata dan standar deviasi dari suatu distribusi
6. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah
normal.
Adapun
distribusi
selanjutnya
normal ditandai dengan nilai rata-rata dan
pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel
standar deviasi. Sedangkan presentil adalah
data
suatu
diidentifikasikan
antropometri
Aplikasikan
data
yang tersebut
sesuai.
nilai
yang
menyatakan
bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang
dan 27
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
yang dimensinya sama dengan atau lebih
tersebut akan terjadi baik dalam waktu
rendah dari data tersebut. Misalnya, 95%
jangka pendek maupun jangka panjang.
populasi adalah sama dengan atau lebih
Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis
rendah dari 95 presentil, 5% dari populasi.
dapat
menimbulkan
berbagai
masalah
antara lain: nyeri, kelelahan, bahkan Desain Kursi
kecelakaan kerja (Santoso, 2004).
Esensi dasar dari evaluasi ergonomi Kursi Ergonomis
dalam proses perancangan desain adalah sedini
mungkin
mencoba
Menurut Grandjean dalam tarwaka
memikirkan bisa
(2010) kursi hendaknya memakai sandaran
terakomodasi dalam setiap kreativitas dan
punggung dan pinggang. Sebuah kursi
inovasi
object‟
yang baik dapat mendukung pekerja
(Sritomo, 2008). Fokus perhatian dari
dengan posisi kerja yang nyaman dan
sebuah kajian ergonomis akan mengarah
mempermudah perubahan posisi tubuh
ke
yang sering terjadi. Menurut Suma‟ mur
kepentingan
manusia
sebuah
upaya
agar
„man
made
pencapaian
sebuah
perancanganan desain suatu produk yang
(2009), ukuran-ukuran kursi adalah :
memenuhi persyaratan „fitting the task to
1. Tinggi kursi 40 cm – 48 cm (sedikit lebih pendek dari tinggi popliteal)
the man‟ (Tarwaka, 2010), sehingga setiap
2. Kedalaman kursi 40 cm (lebih pendek
rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan
manusia,
yakni
dari jarak Popliteal– pantat)
perihal
3. Lebar kursi 40 cm – 44 cm (lebih lebar
keselamatan, kesehatan, keamanan maupun
dari lebar pinggul)
kenyamanan. Untuk mendesain peralatan secara ergonomis kehidupan peralatan
yang
digunakan
sehari-hari yang ada
Kursi Non Ergonomis
dalam
atau
mendesain
pada
lingkungan
Kriteria
ergonomis
tersebut. akan
dapat
Apabila
Non
Ergonomis
adalah sebagai berikut : 1. Kedalaman landasan tempat duduk
seharusnya disesuaikan dengan manusia lingkungan
Kursi
terlalu besar sehingga bagian depan
tidak
terlalu ke depan sehingga pekerja akan
menimbulkan
memajukan
berbagai dampak negatif pada manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia 28
posisi
duduknya
dan
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
menyebabkan bagian punggung tidak
menerima beban statis secara berulang dan
dapat bersandar.
dalam waktu yang lama, akan dapat
2. Kursi yang terlalu dan tidak dilengkapi
menyebabkan keluhan berupa kerusakan
dengan sandaran pinggang tidak dapat
pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan
dimanfaatkan oleh karena mereka harus
hingga kerusakan inilah yang biasanya
duduk maju ke depan agar dapat
diistilahkan
melakukan pekerjaannya. Ruang antara
musculoskeletal disorders (MSDs) atau
alas duduk dan tepi bawah meja terlalu
cedera
sempit sehingga menyebabkan paha
(Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam
pekerja tertekan.
Tarwaka 2010).
3. Sandaran pinggang yang terlalu tinggi
pada
Studi
dengan
sistem
keluhan
musculoskeletal
tentang
Keluhan
dapat menyebabkan gerakan bahu dan
Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada
tangan terbatas dan posisi kerja yang
berbagai
tidak nyaman. (Panero, dkk. 2003).
dilakukan dan hasil studi menunjukkan
jenis
industri
telah
banyak
Penggunaan kursi tidak ergonomi
bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan
dapat menyebabkan timbulnya keluhan
adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi
nyeri pada pinggang. Di Amerika akibat
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,
nyeri pinggang ini sebuah perusahaan
punggung, pinggang dan otot-otot bagian
merugi
hingga
dollar,
untuk
bawah. Diantara keluhan otot skeletal
keluhan
nyeri
tersebut adalah Low Back Pain (LBP) yang
pinggang maka diberikan kursi yang
banyak dialami oleh pekerja adalah otot
ergonomi (kursi dengan desain yang sesuai
bagian pinggang (Tarwaka, 2004).
mengurangi
jutaan
timbulnya
dengan antropometri pekerja) (Samara, Hubungan Perbaikan Kursi Kerja terhadap
2003).
Keluhan Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal Keluhan
Pekerjaan menjahit adalah suatu sistem
pekerjaan yang dilakukan dengan duduk,
pada
sedangkan duduk tidak lepas dari peralatan
bagian-bagian otot rangka yang dirasakan
kerja (kursi kerja). Antara manusia dengan
oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
peralatan kerja harus diatur kesesuaiannya
ringan sampai sangat sakit. Apabila otot
dengan
muskuloskeletal
pada adalah
keluhan
29
ilmu
ergonomi
(Sutalaksana,
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
2006). Aspek dalam penerapan ergonomi
meningkat. Tempat duduk harus dibuat
antara lain : faktor manusia, anthropometri,
sedemikian rupa sehingga memberikan
sikap
relaksasi pada otot-otot yang sedang
tubuh
dalam
bekerja,
faktor
pengorganisasian kerja. Ergonomi juga
dipakai
memiliki beberapa prinsip-prinsip yang
menimbulkan
digunakan
tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi
sebagai
pegangan
dalam
untuk
pembuatan alat-alat kerja (kursi kerja)
darah
yang
tersebut.
termasuk
di
dalamnya
adalah
anthropometri untuk perancangan kursi
dan
bekerja
dan
tidak
penekanan
pada
bagian
sensibilitas
bagian-bagian
Dalam perancangan kursi kerja agar
kerja.
rancangan tersebut nantinya dapat sesuai Penggunaan kursi tidak ergonomi
dengan dimensi tubuh manusia yang akan
dapat menyebabkan timbulnya keluhan
menggunakannya,
nyeri pada pinggang. Di Amerika akibat
yang harus diambil dalam aplikasi data
nyeri pinggang ini sebuah perusahaan
antropometri tersebut ditetapkan dahulu
merugi
hingga
prinsip-prinsip
dollar,
untuk
prinsip perancangan produk bagi individu
keluhan
nyeri
dengan ukuran tubuh ekstrim. Secara
pinggang maka diberikan kursi yang
umum aplikasi data antropometri untuk
ergonomi (kursi dengan desain yang sesuai
perancangan produk atau fasilitas kerja
dengan antropometri pekerja) (Samara,
akan menetapkan nilai persentil 95 untuk
2003).
dimensi minimum dan persentil 5 untuk
mengurangi
jutaan
maka
timbulnya
Kursi yang baik akan mampu
dimensi
maksimum
(Sanders,
Mc
memberikan postur dan sirkulasi yang baik
Cormick; 1991). Dimensi tubuh yang
dan
menghindari
diukur antara lain : tinggi duduk, tinggi
kursi
yang
bahu duduk, lebar bahu, lebar pinggul,
memiliki
panjang tungkai atas, panjang tungkai
akan
membantu
ketidaknyamanan. nyaman
dapat
penyangga
Pilihan diatur
punggung
dan (Wasi,
2005).
bawah.
Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap
tubuh
yang
ergonomis
Metode Penelitian
dalam Jenis penelitian ini adalah Quasi
bekerja. Sikap ergonomi ini diharapkan efesiensi
kerja
dan
Eksperimen yang artinya penelitian tidak
produktivitas 30
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
mungkin
untuk
dapat
mengendalikan
1. Kriteria Inklusi :
semua variabel luar, sehingga perubahan
a. Jenis kelamin : laki-laki
yang terjadi bukan sepenuhnya akibat dari
b. Umur : 35 - 55 tahun
perlakukan. Pendekatan yang dilakukan
c. Lama kerja 8 jam per hari (7 jam
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
kerja dan 1 jam istirahat)
menggunakan teknik one group pre test
d. Jenis pekerjaan menjahit pakaian
and post test design, yaitu suatu penelitian
e. Tidak sedang sakit
yang
dilakukan
kelompok
untuk
saja
menilai secara
satu
2. Kriteria Eksklusi
utuh
a. Tidak
(Taufiqurohman, 2004). Pada
bersedia
menjadi
subjek
penelitian
penelitian
ini,
peneliti
b. Jenis kelamin perempuan
melakukan treatment yaitu melakukan
c. Sedang sakit
perbaikan pada kursi kerja sesuai dengan
d. Lama kerja lebih dari 8 jam (ada jam
anthropometri pekerja kemudian dinilai
lembur)
pengaruhnya pada pengujian kedua. O
X
Teknik sampling yang digunakan
O
1
menggunakan random sampling. Random sampling berarti pemilihan sekelompok
2
subjek melalui pembatasan/restriksi yang
O1 : Sebelum diberi perbaikan, sebagai
diperoleh dari kriteria inklusi dan eksklusi.
kontrol (pre test dan post test)
Dalam penelitian ini jumlah populasi
O2 : Setelah diberi perbaikan (pre test dan
sebanyak 31 orang pekerja laki-laki.
post test)
Dengan
X : Diberi perlakuan berupa perbaikan
penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini
ini
adalah perbaikan kursi kerja dan variabel
adalah penjahit yang tinggal di Desa X yang
pekerjaannya
menjahit
didapatkan
inklusi sebanyak 15 orang.
subjek penelitian (intervensi) dalam
sampling
subjek penelitian yang memenuhi kriteria
kursi kerja sesuai dengan anthropometri
Populasi
random
terikat adalah keluhan muskuloskeletal.
pakaian
Instrumen
dengan jumlah populasi laki-laki sebanyak
penelitian
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah anthropometer
31 orang. Kriteria inklusi dan eksklusi
set, meteran gulung, kuesioner nordic body
subjek sebagai berikut :
map, Heat Stress Area Monitor, Vibration 31
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
meter, Checklist kondisi kesehatan, alat
lembaran diatas meja kemudian kertas
tulis, dan kamera.
pola ditaruh diatas kain tersebut lalu
Teknik pengolahan dan analisis
digaris dengan menggunakan bolpoin
data dilakukan dengan uji statistik Non
sesuai
Parametrik-Wilcoxon
tersebut.
test
dengan
menggunakan program komputer SPSS versi
16.0,
dengan
Interpretasi
dengan
bentuk
kertas
pola
2. Pemotongan
hasil
Sesudah proses pembuatan pola selesai
sebagai berikut :
maka dilakukan pemotongan pada kain,
1. Jika p value 0,01 maka hasil uji
pemotongan
dilakukan
dengan
menggunakan gunting potong. Gunting
dinyatakan sangat signifikan. 2. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka
potong yang digunakan ada dua jenis yaitu gunting potong mesin dan gunting
hasil uji dinyatakan signifikan.
potong manual. Penggunaan gunting
3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji
potong
dinyatakan tidak signifikan.
disesuaikan
dengan
tebal
tipisnya tumpukan kain yang akan dipotong,
Hasil Penelitian
jika
tebal
menggunakan
gunting potong mesin dan jika tipis Gambaran Umum Tempat Penelitian
menggunakan gunting potong manual.
Desa X merupakan daerah Sentra
3. Penjahitan
Industri Kecil Konveksi yang mana dalam
Penjahitan pakaian merupakan proses
kegiatannya tersebut adalah bergerak di
lanjutan sesudah kain selesai dipotong.
bidang
yang
Pada proses penjahitan menggunakan
mendirikan home industri salah satunya
mesin jahit yang dijalankan dengan
adalah home industri penjahitan pakaian.
mesin dinamo.
penjahitan,
banyak
Jumlah penduduk laki-laki yang bekerja di
4. Pemasangan Kancing
home industri penjahitan ada 31 orang.
Pemasangan kancing dilakukan secara
Dalam membuat pakaian prosesnya adalah
manual dengan menggunakan tenaga
sebagai berikut :
manusia dalam pemasangannya.
1. Pembuatan pola pada kain
5. Penyetrikaan
Langkah pembuatan pola pada kain
Proses penghalusan pakaian dengan
adalah dengan cara meletakkan kain
menggunakan setrika. 32
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
Rata-rata SD Persentil e5 Persentil e 50 Persentil e 95
Umur Tabel 2 menggambarkan umur ratarata responden
yang ada di
tempat
penelitian. Tabel 2. Identitas Umur Tenaga Kerja Laki-laki Bagian Penjahitan di Desa X No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama A B C D E F G H I J K L M N O Rata-rata SD Range
pengukuran
sebagai berikut :
40 39 40 41 40 39 40 39 41 41 40 39 39 40 41
53 52 53 54 52 51 52 50 54 53 53 51 52 54 54
40
53
31
44
36
41
54
33
45
37
Tinggi Kursi (cm) 41 41 40 40 41 40 41 41 40 41 41 42 42 40 42 40,9 0,7 40 41 42
Panjang kursi (cm) 24 25 27 27 25 27 27 25 27 25 24 27 27 25 25 25.8 1.2 24 25
Lebar kursi (cm) 24 25 27 27 25 25 25 25 27 27 24 27 27 25 25 25.7 1,2 24 25
27
27
Kursi Kerja Setelah Perbaikan
Tabel 3. Data Pengukuran Anthropometri Subjek Penelitian di Bagian Penjahitan di Desa X
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
35,6 1,1 34
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Rata-rata SD Persentile 5 Persentile 50 Persentile 95
penjahitan di Desa X didapatkan hasil
Gihu (cm)
43,9 0,9 43
No
anthropometri pada tenaga kerja di bagian
Barhu (cm)
31,3 1,2 30
Tabel 4. Data Pengukuran Kursi kerja di Bagian Penjahitan di Desa X Sebelum Perbaikan.
Anthropometri Tenaga Kerja
No
52,5 1,2 50
Kursi Kerja Sebelum Perbaikan
Umur (Tahun) 37 40 36 42 44 50 39 38 45 43 47 55 44 48 40 43,2 5,2 36 – 55
Berdasarkan
39,9 0.8 39
Barg ul (cm) 31 30 30 32 31 31 33 30 32 33 30 31 30 32 33
Tinggi Poplitea l (cm) 44 43 43 45 44 43 44 43 45 45 43 44 43 45 45
Dengan adanya data anthropometri seperti pada tabel 4 maka digunakan
Panjang ButtockPopliteal (cm) 36 35 36 37 36 34 35 34 36 36 37 35 34 36 37
sebagai acuan dalam merancang kursi kerja. Adapun data untuk ukuran kursi kerja sesuai anthropometri adalah sebagai berikut : Tabel No 1
33
5.
Data Anthropometri untuk Perbaikan Kursi Kerja
Dimensi Kursi Tinggi kursi
Dimensi Anthropometri Tinggi Popliteal
Persentile 50
Ukuran (cm) 44
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
2 3 4
5
Panjang Kursi Lebar Kursi Lebar Sandaran Kursi Tinggi Sandaran Kursi
Panjang ButtockPopliteal Lebar Pinggul
95
37
95
33
Lebar Bahu
95
41
50
Tabel 9. Hasil Analisa Beda nilai Pre test dan Post test Sebelum dan 53 Sesudah Perlakuan dengan Uji Wilcoxon
Tinggi Bahu
Variabel Beda Pre testPost test Sebelum Beda Pre testPost test Sesudah
Keluhan Muskuloskeletal Tabel 6. Perhitungan Total Skor Keluhan Muskuloskeletal Tenaga Kerja di bagian Penjahitan di Desa X No Nama
1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O Rata-rata SD
Kuesioner Nordic Body Map Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan Pre Post Beda Pre test Post Beda Pretest test Pretest Post Post 34 68 34 31 39 8 33 69 36 30 33 3 33 71 38 29 40 11 33 69 36 31 52 21 35 65 30 30 41 11 34 67 33 32 43 11 29 64 35 34 40 6 33 64 31 35 41 6 32 63 31 29 41 12 30 61 31 32 44 12 30 63 33 31 41 10 31 60 29 33 42 9 29 64 35 30 40 10 35 64 29 31 42 11 34 64 30 31 41 10 32.3 65.1 32.5 32.7 41.3 10 2.0 3.1 2.5 2.8 3.8 3.9
Tabel 7. Hasil Analisa Pre test Sebelum dan Pre test Sesudah Perlakuan dengan Uji Wilcoxon Variabel Pre test Sebelum Pre test Sesudah
N 15
(X) 32.3 31.3
SD 2.0 1.7
N
(X)
SD
15
N 15
65.1
3.1
41.3
3.8
(X) 32.5
SD 2.5
10
3.9
0.001
P Value 0.001
Berdasarkan Tabel 7 diperoleh bahwa Pre test Sebelum dan Sesudah Perlakuan nilai P Value adalah 0.116 (P > 0.05)
yang
artinya
tidak
signifikan,
sedangkan berdasarkan Tabel 18 diperoleh bahwa Post test sebelum dan Sesudah Perlakuan nilai P Value adalah 0.001 (P < 0.01) yang artinya sangat signifikan. Hasil Uji untuk perbedaan nilai pre test dan post test
sebelum
dan
sesudah
perlakuan
diperoleh bahwa P Value adalah 0.001 (P < 0.01) yang artinya sangat signifikan.
Pembahasan
P ValueUmur 0.116
Subjek penelitian yang digunakan
sebagai
Tabel 8. Hasil Analisa Post test Sebelum dan Sesudah perlakuan dengan Uji Wilcoxon Variabel
Post test Sebelum Post test Sesudah
sampel
dalam
penelitian
ini
berumur antara 35 - 55 tahun, dengan rerata (X) ± SD adalah 43,2 tahun ± 5,2.
P Value
34
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
Menggunakan umur 35 – 55 tahun dengan
Panjang kursi harus sesuai dengan
pertimbangan bahwa keluhan pertama
panjang buttock-popliteal. Pada panjang
biasanya dirasakan pada umur 35 tahun
kursi menggunakan 95 persentil, artinya
dan tingkat keluhan akan terus meningkat
95% dari populasi berada sama atau
sejalan dengan bertambahnya umur. Pada
lebih rendah dari 95 persentil. Hasil
saat umur mencapai 60 tahun rerata
pengukuran panjang kursi persentil 95
kekuatan otot menurun sampai 20%. Pada
adalah 27 cm dan untuk panjang
saat kekuatan otot mulai menurun maka
buttock-popliteal
risiko
persentil 95 yaitu 37 cm. Dengan
terjadinya
keluhan
otot
akan
meningkat (Tarwaka, 2010).
menggunakan
demikian panjang kursi lebih pendek dari panjang tungkai atas (27 cm < 37
Analisis Anthropometri dan Kursi Kerja
cm), maka panjang kursi dikatakan tidak ergonomis.
Kursi Kerja Sebelum Perbaikan
3. Lebar Kursi
1. Tinggi Kursi
Lebar kursi harus sesuai dengan lebar
Tinggi tempat duduk harus sesuai
pinggul. Pada lebar kursi menggunakan
dengan tinggi popliteal. Pada tinggi
persentil 95. Hasil pengukuran lebar
tempat
50
kursi persentil 95 adalah 27 cm dan
persentil, artinya 50% dari populasi
lebar pinggul persentil 95 adalah 33 cm.
berada sama atau lebih rendah dari 50
Dengan demikian lebar kursi lebih
persentil. Persentil 50 pada tinggi
pendek dari lebar pinggul (27 cm < 33
tempat duduk yaitu 41 cm dan persentil
cm), maka lebar kursi dikatakan tidak
50 untuk tinggi popliteal adalah 44 cm.
ergonomis.
duduk
menggunakan
Dengan demikian tinggi tempat duduk
Kursi Kerja Sesudah Perbaikan
lebih pendek dari tinggi popliteal (41
Gambar 1. Kursi Kerja Setelah Perbaikan
cm < 44 cm) sehingga dapat dikatakan bahwa
tinggi
tempat
duduk
yang
digunakan oleh tenaga kerja bagian penjahitan di Desa X dikatakan tidak ergonomis. 2. Panjang Kursi
Keluhan Muskuloskeletal 35
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
Klasifikasi
subjektivitas
tingkat
Bagian
otot-otot
skeletal
yang
resiko otot skeletal sebelum perbaikan
persentasenya 80% adalah bagian pantat
kursi berdasarkan skor individu (dalam
dan pinggul, hal ini disebabkan karena
Tarwaka, 2010) termasuk dalam tingkat
lebar alas kursi yang terlalu sempit dan
resiko sedang (50 - 70) sehingga mungkin
kursi terbuat dari plastik yang dapat
dilakukan
membuat
tindakan
dikemudian
hari,
bokong
panas,
sedangkan rerata (X) ± SD sesudah
menyebabkan
perbaikan kursi kerja adalah 41,3 ± 3,8
menjadi tegang dan dapat merusak jaringan
berdasarkan
subjektivitas
lunak disekitarnya sehingga apabila hal ini
tingkat resiko otot skeletal berdasarkan
tidak segera mendapatkan perhatian secara
skor individu (dalam Tarwaka, 2010)
serius akan dapat menyebabkan timbulnya
ternasuk dalam tingkat resiko rendah (28 -
sakit pada daerah pantat dan pinggul secara
49) sehingga belum diperlukan adanya
permanen.
tindakan perbaikan. Berdasarkan nilai post
Peringkat keluhan muskuloskeletal kedua
test sebelum dan sesudah perbaikan terlihat
sebesar 70 % sampai 76,7 % adalah
adanya penurunan rerata (X) sejumlah 23,8
keluhan pada bagian punggung, pinggang,
dengan persentase 36, 6%. Jadi kursi kerja
paha kiri dan paha kanan. Keluhan tersebut
yang
dengan
timbul karena panjang dan lebar kursi kerja
mampu
lebih pendek dari anthropometri subjek
muskuloskeletal
penelitian dan kursi tersebut tidak ada
sebesar 36.6%. Perbaikan kursi kerja
sandaran punggungnya. Sehingga bisa
dalam
dimimungkinkan terjadinya penekana pada
klasifikasi
dirancang
anthropometri mengurangi
tenaga keluhan
penelitian
mengurangi
sesuai
ini
keluhan
kerja
tidak
dapat
muskuloskeletal
otot-otot
sehingga
pada
bokong
jaringan lunak.
sebesar 100% dikarenakan adanya faktor
Peringkat keluhan ketiga sebesar 60%
lain
timbulnya
sampai 66,7% adalah keluhan pada betis
keluhan muskuloskeletal (Mikroklimat dan
kiri, lutut kanan, lutut kiri, leher atas dan
Getaran Mekanis yang melebihi NAB).
tengkuk. Keluhan tersebut timbul karena
yang
mempengaruhi
pemaksaan penggunaan kursi kerja yang Prosentase Keluhan Muskuloskeletal
tidak ergonomis yang tidak sesuai dengan anthropometri subjek penelitian. Dengan
Sebelum Perbaikan Kursi Kerja
demikian 36
sikap
kerja
menjadi
tidak
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
alamiah
yang
dapat
menyebabkan
diperoleh hasil bahwa nilai P Value adalah 0.001 (P Value ≤ 0.01) yang artinya ada
terjadinya keluhan muskuloskeletal.
perbedaan yang signifikan antara keluhan Setelah Perbaikan Kursi Kerja
muskuloskeletal
Sesudah adanya perbaikan kursi kerja
nilai
persentase
sesudah
kerja
pada
sebelum dan sesudah perlakuan.
keluhan
Dari hasil Uji Wilcoxon antara
muskuloskeletal maksimal yaitu 50% pada
perbedaan pre test-post test sebelum dan
bagian tengkuk, pinggang, pinggul, pantat,
sesudah perlakuan diperoleh bahwa nilai P
paha kiri, paha kanan, lutut kanan, lutut
Value adalah 0.001 (P Value < 0.01) yang
kiri. Hal ini dikarenakan penggunaan kursi
artinya ada perbedaan yang signifikan
yang sesuai dengan anthropometri tenaga
antara keluhan sebelum dan sesudah
kerja yang dilengkapi dengan busa pada
perlakuan.
alas kursinya mampu mengurangi risiko
Jadi ada pengaruh perbaikan kursi
penekanan langsung pada jaringan otot
kerja terhadap keluhan muskuloskeletal
yang lunak selain itu dengan menggunakan
pada pekerjaan menjahit di Desa X dengan
kursi sesuai dengan anthropometri maka
nilai p value 0,001 yang artinya ada beda
mampu memberikan sikap kerja yang
yang sangat signifikan.
alamiah sehingga keluhan otot skeletal
Hal ini dikarenakan pemberian
dapat dikurangi. Analisa
perbaikan kursi kerja yang sesuai dengan
Perbedaan
Keluhan
anthropometri
tenaga
kerja
yang
Muskulosekeletal Sebelum dan Sesudah
dilengkapi dengan busa pada alas kursinya
perbaikan Kursi Kerja
mampu
Berdasarkan hasil pengukuran pre test
sebelum
dan
mengurangi
risiko
penekanan
langsung pada jaringan otot yang lunak
sesudah
perlakuan
selain itu dengan menggunakan kursi
diperoleh hasil bahwa nilai
P Value
sesuai dengan anthropometri maka mampu
adalah 0.116 (P value > 0.05) yang artinya
memberikan sikap kerja yang alamiah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara
sehingga keluhan otot skeletal dapat
keluhan sebelum kerja pada sebelum dan
dikurangi.
sesudah perlakuan.
Penelitian serupa dilakukan oleh Purwanti, 2008. Dengan judul “Hubungan
Dari hasil Uji Wilcoxon antara post test
sebelum
dan
sesudah
perlakuan
Antara 37
Ergonomi
Kerja
Terhadap
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
Timbulnya Gangguan Kesehatan Akibat
terhadap Keluhan otot-otot skeletal Pekerja
Kerja Pada Pekerja Di PG KREMBOONG
laki-laki Kantor
Sidoarjo”. Penelitian ini bertujuan untuk
Building PT Krakatau Steel Cilegon”
mengetahui hubungan ergonomi kerja
dengan hasil uji statistik dimana nilai p=
terhadap timbulnya gangguan kesehatan
0,000, dimana nilai tersebut (p < 0,01),
akibat
PG
maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
penelitian
sikap kerja duduk pada stasiun kerja
menunjukkan terdapat hubungan yang
terhadap keluhan otot-otot skeletal pada
signifikan antara ergonomic kerja terhadap
pekerja laki-laki pada kantor Adminitrasi
timbulnya gangguan kesehatan akibat kerja
Dokumen Building, karena ada beda rata-
dengan nilai R sebesar 0,608. Gangguan
rata antara nilai sebelum bekerja dengan
kesehatan akibat kerja berupa: nyeri
setelah bekerja dan hasil uji dinyatakan
pinggang, nyeri lutut, pusing.
sangat signifikan.
kerja
pada
KREMBOONG.
pekerja
Hasil
Penelitian sejenis
Administrasi Dokumen
lainnya juga
dilakukan oleh Pratomo (2007).
Dalam
Kesimpulan
judul “Hubungan Antara Kursi Kerja dengan
Timbulnya
Keluhan
Berdasarkan
Nyeri
analisis
Pinggang Pada Pekerja Tenun Kain Sarung
perbedaan
Di JAVA ATBM (Alat Tenun Bukan
sebelum dan sesudah perbaikan kursi kerja
Mesin) Desa Kebunan Kecamatan Taman
dengan
Kabupaten
hasil
diperoleh hasil Asymp. Sig (2 tailed)
analisis uji statistik didapatkan p untuk
0,001 (nilai p value). P ≤ 0.010 yang
hubungan
dengan
artinya sangat signifikan (ada perbedaan
timbulnya keluhan nyeri pinggang pada
nilai antara keluhan sebelum perbaikan dan
pekerja tenun kain sarung sebesar 0.02
sesudah perbaikan), jadi ada pengaruh
artinya ada hubungan antara kursi kerja
perbaikan kursi kerja terhadap keluhan
dengan timbulnya keluhan nyeri pinggang
muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit
pada pekerja tenun kain sarung.
di Desa X. Perbaikan kursi kerja dapat
Pemalang”
antara
Penelitian
kursi
jenis
dengan
kerja
lainnya
keluhan
hasil
menggunakan
menurunkan
juga
total
muskuloskeletal
uji
score
wilcoxon
keluhan
dilakukan oleh Subagyo (2010). Dalam
muskuloskeletal pada pekerjaan menjahit
judul “Pengaruh Ergonomis Stasiun kerja
sebesar sebesar 23.8 (36.6%). Dalam 38
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016) http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727 DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.605 No. ISSN cetak : 2527-4686
Taman Kabupaten Pemalang Tahun 2006. Semarang. UNES. Purwanti. 2008. Hubungan antara Ergonomi Kerja terhadap Timbulnya Gangguan Kesehatan Akibat Kerja pada Pekerja di PG KREMBOONG Sidoarjo. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Tesis. Samara D. 2003. Duduk Lama Dapat Menyebabklan Nyeri Pinggang. www.kompas.com. Sanders, Mc Cormick. 1991. Human Factor in Engineering and Design. New York: McGraw Hills Inc. Santoso G. 2004. Analisis Ergonomis Kelayakan Pabrik. Jakarta: Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan. Sritomo. 2008. Ergonomi Studi gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: Guna Widya. Edisi Pertama. Cetakan keempat. Subagyo. 2010. Pengaruh Ergonomis Stasiun Kerja terhadap Keluhan otot-Otot Skeletal Pekerja Laki-Laki Kantor Administrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel Cilegon. Surakarta. UNS. Suma‟mur. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto. Sutalaksana. 2006. Teknik Perancanagan Sistem Kerja. Bandung: ITB. Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Press. Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri. Surakarta: HARAPAN Press. Taufiqurrohman. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: CSGF. Wasi S, W. 2005. Bekerja dengan Komputer Secara Ergonomis dan Sehat. www. Wahanako.com.
penelitian ini keluhan muskuloskeletal tidak
bisa
dihilangkan
100%
karena
kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi antara lain mikroklimat dan getaran mekanik yang melebihi NAB. Persentase
keluhan
muskuloskeletal
sebelum perbaikan kursi kerja yang paling tinggi adalah 80% pada bagian pantat dan pinggul. Urutan kedua 70% sampai 76,7% adalah keluhan pada bagian pinggang, paha kiri, paha kanan, punggung. Urutan ketiga 60% sampai 66,7% adalah keluhan pada betis kiri, lutut kanan, lutut kiri, leher atas dan tengkuk.
Saran Hendaknya tenaga kerja penjahitan di Desa X memakai rancangan kursi ergonomis
yang
anthropometri
tenaga
sesuai kerja
dengan dalam
penelitian ini.
Daftar Referensi Nurmianto, E. 2003. Ergonomi Konsep dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya, Edisi Kedua.Cetakan Kedua. Panero, dkk. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Pratomo. 2007. Hubungan antara Kursi Kerja dengan Timbulnya Keluhan Nyeri Pinggang Pada Pekerja Tenun Kain Sarung di ATBM (Alat tenun Bukan Mesin) Desa Beji Kecamatan 39