1
SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI Oleh:
Solichul Hadi A. Bakri dan Tarwaka Ph.=62 812 2589990 e-mail:
[email protected] Abstrak Industri pakaian jadi merupakan salah satu industri yang mampu memberikan lapangan kerja baru karena sifatnya padat karya. Dan memberikan kontribusi PAD (pendapatan asli daerah) cukup tinggi di samping sektor-sektor lainnya. Penggunaan alat, cara kerja dan sikap kerja yang tidak ergonomis di industri akan dapat mengakibatkan peningkatan keluhan ‘muskuloskeletal’ dan menurunnya produktivitas kerja. Dalam hal ini tidak hanya mengejar keuntungan yang tinggi bagi perusahaan tetapi harus memikirkan kesehatan, keselamatan dan kenyamanan pekerja yang diutamakan, karena dengan demikian pekerja akan dapat bekerja optimal, sehingga produktivitas dapat meningkat. Untuk mengetahui korelasi keluhan muskuloskeletal dengan keadaan sarana kerja perlu dilakukan observasi, pada penelitian ini metode yang dipergunakan adalah jenis penelitian deskriptif yaitu menggambarkan situasi dari perusahaan bagaimana sarana dan sikap kerja dan hasil kerja pekerja tersebut dengan ‘one case study design’. Dari hasil pengukuran dan analisa bahwa rerata nadi kerja pekerja dengan sikap kerja duduk adalah 84,34 d/m dan sikap kerja berdiri 85,39 d/m yang dikategorikan beban kerja ringan dan peningkatan nadi kerja pada sikap duduk dan sikap berdiri secara statistik adalah signifikan (p<0,05). Dan sarana kerja (tempat duduk dan meja kerja) yang belum memadai mengakibatkan keluhan ‘muskuloskeletal’ terutama pada pekerjaan dengan sikap kerja duduk secara terus-menerus, dirasakan oleh pekerja. Sakit/nyeri di pinggang (53,5%), bahu kanan dan kiri (54,4%), betis kiri dan kanan (42,1%), pantat dan bokong (39,4%), punggung dan lengan atas (27,1%), leher lengan bawah, siku dan telapak kaki (30,0%), serta produktivitas kerja pada posisi tubuh duduk 0,18, sedang posisi berdiri sebesar 0,22. Melalui penelitian ini disarankan kepada manajemen perusahaan agar memberikan waktu tambahan istirahat pendek (5-10 menit) setiap jam kerja di luar istirahat makan siang dan pemberian teh manis/snack. Apabila memungkinkan perbaikan sarana kerja khususnya tempat duduk yang sesuai dengan ukuran anthropometri pekerja wanita pada umumnya. Kata Kunci: Sarana kerja, sikap kerja, keluhan muskuloskeletal, ergonomis.
2 I.
PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan dan peningkatan pendapatan nasional dapat
didorong dengan peningkatan eksport non-migas, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan produktivitas SDM di bidang industri pakaian jadi. Pengelolaan bidang industri pakaian jadi secara professional, secara makro akan meningkatkan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Produktivitas Kerja adalah tingkat efisiensi dan efektivitas dari setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung, dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan dengan setiap sumber yang digunakan atau seluruh sumber (Depnaker RI, l987). Produktivitas yang tinggi dapat tercapai melalui kehidupan dan proses kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien.
Hal ini berarti, alat dan cara kerja yang
ergonomis di industri pakaian jadi, sistem manusia dan pekerjaan dikelola dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ergonomi (Manuaba, A., 1988). Faktor sarana kerja dan etika kerja merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas, disamping faktor : 1) pendidikan dan latihan, 2) motivasi, 3) tingkat penghasilan dan jaminan sosial, 4) gizi dan kesehatan, 5) teknologi, 6) disiplin, 7) manajemen dan kesempatan, 8) lingkungan kerja (Ravianto, 1990). Sering ditemui alat kerja yang tidak ergonomis, sehingga terjadi sikap kerja paksa dan tenaga kerja melakukan aktivitas tersebut secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karenanya dibutuhkan sarana kerja yang sesuai dengan
pekerjaan dan tenaga kerja, agar dapat memberikan rasa nyaman dan aman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sarana kerja yang ergonomis di industri pakaian jadi, dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan keluhan muskuloskeletal (Manuaba, A., 1985). Dalam upaya pencapaian produktivitas yang optimal, maka sarana kerja
3 sebagai faktor pendukung utama dalam sistem kerja harus diupayakan senyaman mungkin. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian sarana kerja pada perusahaan pakaian jadi perlu dilakukan untuk mengetahui apkah sarana kerja yang ada telah memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga mereka dapat bekerja lebih produktif. Yang pada akhirnya dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal dan lebih meningkatkan produktivitas kerjanya. II.
METODE DAN MATERI Ruang lingkup penelitian ini untuk menguji kesesuaian sarana kerja dan
korelasinya dengan produktivitas kerja di 5 (lima) perusahaan sektor industri pakaian jadi. Penelitian dilakukan pada tanggal 8 s/d 14 Mei 2001 di daerah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, jumlah tenaga kerja yang menjadi sampel 30 orang disetiap perusahaan, sehingga total responden yang ada sejumlah 150 orang. Rancangan penelitian ini dengan metoda one case study design, parameter yang diteliti meliputi: pengukuran stasiun kerja dan alat kerja. Disamping itu juga dilakukan penghitungan nadi kerja untuk menentukan beban kerja serta pencatatan berat badan dan tinggi badan. Selanjutnya dilakukan wawancara mengenai keluhan subjektif, hasil kerja dan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Penelitian Hasil penelitian secara lengkap dapat di lihat pada lampiran.
3.2
Pembahasan
3.2.1 Sarana Kerja dan Sikap Kerja
4 Dari Pengukuran alat kerja secara objektif, seperti tempat duduk dan meja kerja dapat dijelaskan bahwa secara umum sarana kerja yang dipergunakan pada perusahaan tersebut masih belum mendukung tercapainya produktivitas yang optimal. Tinggi kursi untuk wanita dewasa Indonesia yang seharusnya reratanya 40 cm., ternyata diberikan kursi yang memiliki tinggi 50 cm. yang didapatkan dari toko meubel di pasaran bebas. Akibatnya banyak dari mereka terpaksa duduk dibagian depan kursi masing-masing yang berarti mereka tidak bisa duduk dengan baik (Manuaba, A., 1985). Meskipun ukuran meja kerja telah dibuat bervariasi, namun terdapat pekerja yang memiliki ukuran tubuh yang pendek, bekerja pada meja yang ukurannya tinggi atau sebaliknya dan sikap duduk statis seperti yang terjadi pada bagian pasang mote, jahit dan checking. Disamping itu tempat duduk yang dipergunakan tidak sesuai dengan ukuran pekerja dan rata-rata tidak terdapat sandaran punggung. Dengan sikap membungkuk pada waktu yang lama, akan menyebabkan ketegangan pada otot-otot tubuh bagian pinggang, yang akan menimbulkan rasa lelah dan sakit pada pinggang (Pheasant, 1991; Sutjana, 2000).
Kondisi tersebut
menyebabkan adanya gangguan ataupun keluhan nyeri pada otot skeletal, terutama pada pekerjaan yang dilakukan dengan sikap kerja duduk terus menerus.
Dari hasil
wawancara dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini, Tabel 1. Keluhan Subjektif yang Dirasakan Pekerja Pakaian Jadi di Kota Denpasar No.
Keluhan pada Sikap Duduk
(%)
Ranking
54,4
1
1
Sakit/nyeri di Pinggang
53,5
3
Sakit/nyeri di Betis kanan dan kiri
42,1
3
27,1
5
2 4 5
Sakit/nyeri di Bahu kanan dan kiri Sakit/nyeri di Pantat dan Bokong
Sakit/nyeri di Punggung dan Lengan atas
39,4
2
4
5 6
Nyeri di Leher, lengan bawah, siku, tapak kaki
30,0
6
Jenis keluhan yang tertinggi adalah sakit /nyeri di bahu kanan dan kiri (54,4%), berikutnya adalah keluhan nyri di pinggang (53,5%). Sedangkan untuk sikap kerja berdiri, keluhan nyeri pada sistem muskuloskeletal secara umum lebih kecil dibanding pada sikap kerja duduk terus menerus, karena secara subjektif 92,6% tenaga kerja sebagai responden mengatakan bahwa ukuran dan bentuk kursi telah sesuai baginya, 98% bentuk dan ukuran meja cukup memadai. Disamping itu lebih dari 90% responden mengatakan bahwa luas ruangan, jendela dan aliran udara dalam ruangan cukup memadai. Denyut Nadi Dari hasil perhitungan denyut nadi diperoleh rerata denyut nadi istirahat pekerja dengan posisi duduk, sebesar 75,59 denyut setiap menit dan 72,85 denyut/menit pada sikap kerja berdiri. Sedangkan pada posisi duduk rerata nadi kerjanya adalah 84,34 denyut/menit, dan 85,39 denyut/menit pada posisi berdiri.
Berdasarkan hasil
perhitungan denyut nadi kerja tersebut, maka beban kerja pada kedua posisi dikategorikan beban kerja ringan (Grandjean, 1988). Peningkatan denyut nadi pada posisi kerja duduk sebesar 8,75 denyut/menit (11,6%) dan peningkatan nadi kerja pada sikap berdiri sebesar 12,54 denyut/menit (17,2%). Dan peningkatan denyut nadi tersebut significant secara statistik (p<0,05). Dari kedua posisi kerja dapat dilihat bahwasanya posisisi kerja duduk statis memberikan peningkatan denyut nadi yang lebih kecil apabila diandingkan dengan pekerja dengan sukap berdiri dinamis.
6 3.2.3 Produktivitas Kerja Hasil kerja pada masing-masing tenaga kerja sulit diperhitungkan dalam penentuan indek produktivitasnya, dalam hal ini hanya berupa upah yang diterima pekerja per bulan. Sedangkan penghitungan hasil kerja per unit juga akan mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan rata-rata pekerja tidak mengerjakan satu jenis produk secara terus menerus.
Upaya prediksi tingkat produktivitas dapat dilakukan dari
keluaran energi dan beban kerja yang dialami oleh masing-masing pekerja yang didasarkan pada human center. Produktivitas kerja dapat dihitung dengan rerata jumlah upah yang dihaslkan selama bekerja, dengan peningkatan denyut nadi di atas nadi istirahat (Sutjana, 2000). Berdasarkan pertimbangan human center, produktivitas adalah hasil kerja dalam hal ini upah perbulan (dalam ribuan rupiah), beban kerja berupa besarnya perhitungan nadi kerja (denyut/menit) dan waktu adalah jumlah hari kerja (26 hari/bulan, dengan waktu kerja 8 jam/hari).
Jadi nilai produktivitas merupakan perhitungan : hasil
kerja/beban kerja x waktu, sedangkan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2 sebagi beikut. Tabel 2. Rerata Upah, Nadi Kerja, Waktu dan Produktivitas Pekerja di Perusahaan Pakaian Jadi di Kota Denpasar. No. 1 2
Sikap Kerja Duduk
Berdiri
Upah
(Rp. 000,-)
360,097
404,230
Nadi Kerja 8,75
(d/m)
12,54
Waktu 208
208
Produktivitas 0,l8
0,22
Dari tabel 2 terlihat bahwa pekerja dengan sikap berdiri dinamis, memiliki rerata produktivitas (0,22) yang lebih tinggi dibanding dengan sikap kerja duduk statis (0,18).
7 IV.
SIMPULAN DAN SARAN
4.1
Simpulan Dari hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. Sarana kerja khususnya peralatan kerja yang meliputi kursi dan meja kerja, juga sikap kerja yang tidak memadai, pada pekerja dengan posisi duduk terus menerus ternyata mengakibatkan gangguan pada otot-otot skeletal yaitu pada bahu kanan dan kiri (54,4%). b. Rerata peningkatan nadi akibat kerja pada skap duduk statis, sebesar 8,75 d/m (ll,6%) dan rerata peningkatan nadi akibat kerja pada sikap berdiri dinamis sebesar 12,54 d/m (17,2%). Peningkatan denyut nadi pada sikap berdiri dinamis lebih tinggi apabila dibanding dengan sikap kerja duduk statis, peningkatan ini secara statistik significant (p<0,05). c. Rerata produktivitas dengan pendekatan perhitungan human centre, pada pekerja dengan sikap duduk statis sebesar 0,18. Nilai ini lebih kecil apabila dibandingkan pekerja dengan sikap kerja berdiri dinamis, yaiut sebesar 0,22. Berarti sikap berdiri dinamis nilai produktivitasnya lebih tinggi dari pada sikap duduk statis.
4.2
Saran-saran Hal-hal yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah, a. Perlu diberikan tambahan waktu istirahat pendek (5-10 menit) setiap jam diluar istirahat makan siang dan dibarengi dengan pemberian teh manis/snack untuk meningkatkan produktivitas. b. Perlu dilakukan perbaikan terhadap sarana kerja, khususnya tempat duduk dan meja kerja. Pilihan model tempat duduk dan meja kerja yang dapat
8 diatur ketinggiannya (adjustable), sangat membantu pekerja. Tetapi hal yang terpenting adalah pemilihan meja dan kursi kerja, disesuaikan dengan ukuran anthropometri pekerja pada masing-masing bagiannya. Kepustakaan Depnaker RI, 1987. Pusat Produktivitas Nasional, Pengantar Produktivitas, Jakarta:1. Grandjean, E., 1988. Fitting the Task to the Man, A Textbook of Occupational Ergonomics, 4th edition. London:Taylor & Francis:94. Manuaba, A, 1988. Penerapan ergonomi Kesehatan Mutlak Perlu pada Industri Pakaian Jadi (l985). Bunga Rampai, volume 1, Denpasar:128. Pheasant, S.1998. Ergonomics Work and Health, Mac Millan Press:261-267. Ravianto, J. 1990, Produktivitas dan Manusia Indonesia, Lembaga Sarana Informasi Usaha dan Produksi, Jakarta:101. Sutjana,DP. 2000, Penggunaan Sabit Bergigi Meningkatkan Produktivitas Kerja Penyabit Padi di Subak Yeh Ge, Kec. Kediri, kabupaten Tabanan. Seminar Nasional Ergonomi, Surabaya:379.