PERBEDAAN KEJADIAN NYERI PINGGANG PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI YANG MENGGUNAKAN KURSI KERJA ERGONOMIS DENGAN NON ERGONOMIS DI PT. GENERAL ELECTRIC LIGHTING YOGYAKARTA Sari Sundari
Abstract
Static exertion in sitting workstation and awkward posture can cause ache or pain in the low back of human body Ergonomic chair is one way to lessen low back pain. Knowing the low back pain’s difference on workers using ergonomic chair and non ergonomic chairs at General Electric Lighting Company Yogyakarta is the purpose of this research. This is an explanatory research with cross sectional survey. Total population are 77 people whom work all shifts in production department at incandescent S stem, FL’s loading exhaust line 1 & 2 and FCL’s rolling bendex. With purpose sampling gets in 40 people as respondent . To Analyze data which in nominal scale, use chi square two sample test by means of spss for windows program. The conclusion of this research is there is no difference of low back pain between workers using ergonomic chairs and non ergonomic chairs at General Electric Lighting Indonesia Company ( P value = 0,122 ). Where ergonomic chairs at General Electric Lighting Company are already appropriate with the standard size, while non ergonomic chairs not. Low back pain occurs in 28 respondent ( 70 % ), and not found in 12 others ( 30 % ). And from 28 people whom had low back pain , there are 7 people whom use ergonomic chairs and 21 people use non ergonomic chairs. Changing the chair with ergonomic chair which suitable to the worker’s anthropometry is recommended.
Latar Belakang Walaupun saat ini pengembangan teknologi produksi meningkat cepat, akan tetapi elemen manusia masih merupakan komponen kerja yang signifikan dalam sistem produksi. Oleh karena itu desain ergonomis untuk memenuhi fungsi yang harus dilaksanakan manusia masih diperlukan. Ergonomi adalah keserasian mesin terhadap tenaga kerja, dalam hal ini adalah kesesuian antara sarana kerja dalam hal ini adalah kesesuaian antara sarana kerja dengan bentuk dan ukuran anthropometri pekerja. WHO, pada tahun 2000 menyatakan bahwa 2 % - 5 % dari karyawan di negara industri tiap tahun mengalami sakit pinggang. Adapun prevalensi pemderita nyeri pinggang di rumah sakit Jakarta, Yogyakarta, Semarang menunjukkan angka sekitar 5,4 % - 5,8 %. Nyeri pinggang merupakan salah satu penyebab utama hilangnya waktu kerja. Total kerugian yang ditimbulkan oleh nyeri pinggang dalam industri di Amerika pada tahun 2000 tercatat antara 46,8 sampai 80 milyar dollar. PT General Electric Lighting Indonesia ( GELI ) adalah perusahaan industri manufaktur lampu yang masih menggunakan tenaga kerja manusia oleh karena itu pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) tenaga kerja sangat diperhatikan , para pekerja yang telah menggunakan kursi ergonomis merasakan lebih nyaman saat bekerja dan keluhan pegal – pegal berkurang.
Rumusan Masalah Hasil survey pendahuluan pada 77 pekerja , didapatkan 45 orang ( 58,44 % ) mengeluh nyeri pinggang. Selain itu, setiap bulan penyakit myalgia menempati urutan ke 1 ( 30,03 % ) dari 10 jenis penyakit terbanyak yang ada di perusahaan tersebut ( Juli 2010 ). Dan karena tidak semua pekerja menggunakan kursi kerja ergonomis, peneliti ingin melihat : “ Apakah ada perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja bagian produksi di PT GELI yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang menggunakan kursi kerja non ergonomis”.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja bagian produksi yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang non ergonomis.
2.
Tujuan Khusus.
a.
Mendeskripsikan ukuran kursi kerja ergonomis yang digunakan di PT GELI.
b.
Mendeskripsikan ukuran kursi kerja non ergonomis yang digunakan di PT GELI.
c.
Mengidentifikasi sikap kerja duduk pekerja yang tidak ergonomis.
d.
Mengidentifikasi kejadian nyeri pinggang pada pekerja.
e.
Menganalisa perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Penulis.
2.
Bagi Perusahaan.
3.
Bagi Pendidikan.
Ruang Lingkup Penelitian 1.
Lingkup Keilmuan.
2.
Lingkup Materi.
3.
Lingkup Sasaran.
4.
Lingkup Metode .
5.
Lingkup Lokasi.
6.
Lingkup Waktu.
Faal Kerja Secara faal, bekerja adalah hasil kerja sama dalam koordinasi yang sebaik – baiknya dari indera ( mata , telinga, peraba, perasa dan lain – lain ), otak dan susunan saraf – saraf di pusat dan diperifer serta otot – otot. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Sebelum kontraksi ( mengerut ) darah diantara serat – serat otot atau diluar pembuluh – pembuluh ototnya terjepit, sehingga peredaran darah jadi pertukaran zat terganggu terjadi apabila otot berkontraksi statis menyebabkan rasa nyeri atau kelelahan otot , kontraksi dinamis sangat tepat bagi bekerjanya otot – otot. Otot dan tulang merupakan faktor – faktor terpenting bagi ukuran tinggi dan besar dari tubuh ataupun bagian – bagiannya. Ukuran – ukuran ini menentukan pula kemampuan fisik tenaga kerja. Peralatan kerja dan mesin perlu serasi dengan ukuran – ukuran demikian untuk hasil kerja sebesar – besarnya. Maka berkembanglah ilmu yang disebut anthropometri, yaitu ilmu tentang ukuran – ukuran tubuh baik dalam keadaan statis ataupun dinamis.
Ergonomi Ergonomi oleh Board of Certification for Professional Ergonomics ( BCPE ) didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kemampuan manusia, keterbatasan manusia dan karakteristik manusia yang berhubungan dengan desain. Desain ergonomi merupakan informasi untuk merancang peralatan , mesin , sistem kerja dan lingkungan kerja yang aman , nyaman dan efektif bagi manusia. Ergonomi berasal dari kata Yunani, Ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Maksudnya adalah ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Ergonomi adalah suatu keilmuan yang multi disiplin, karena mempelajari pengetahuan – pengetahuan dari ilmu kehayatan ( kedokteran biologi ) , ilmu kejiwaan ( psikologi ) dan kemasyarakatan ( sosiologi ). Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia, baik secara fisik maupun mental psikologis dan interaksinya dalam sistem manusia mesin yang integral. Pendekatan ergonomis memanfaatkan informasi tersebut untuk rancang bangun sehingga tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja
yang sesuai dengan manusia. Rancangan yang ergonomis akan meningkatkan efisiensi , efektivitas dan produktivitas kerja serta menciptakan sistem lingkungan kerja yang cocok , aman , nyaman dan sehat.
Kegiatan bekerja sambil Duduk Sikap duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut : a. Kurangnya kelelahan pada kaki. b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah. c. Berkurangnya pemakaian energi. d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi daracmh. Namun demikian terdapat pula kerugian – kerugian , yaitu : a. Melembeknya otot – otot perut. b. Melengkungnya punggung. c. Tidak baik bagi alat – alat dalam khususnya pencernaan. Pada umumnya keluhan – keluhan yang terutama adalah sakit pinggang , sakit di leher , bahu , lengan dan tangan. Atas dasar ukuran – ukuran standar ergonomi , ukuran tempat duduk adalah sebagai berikut : a. Tinggi atas duduk sebaiknya dapat disetel diantara 38 – 48 cm ( pakai tambah alas kaki ). b. Panjang alas duduk sebesar 38 – 43 cm. c. Lebar tempat duduk adalah 40 – 45 cm. d. Topangan pinggang dapat disetel ke atas ke bawah dan bergerak 8 – 12 cm di atas alas duduk. e. Tinggi topangan pinggang sebesar 48 – 63 cm. f. Dalamnya topangan pinggang adalah 35 – 38 cm dan ujung depan alas duduk. g. Tinggi penyangga lengan sebesar 15 – 20 cm. Kursi harus stabil dan tidak goyang atau bergerak , alas harus empuk dan ujung depannya tidak tajam. Kursi yang tepat tidak menyebabkan keluhan – keluhan pada tenaga kerja.
Nyeri Pinggang 1. Pengertian. Yang dimaksudkan dengan istilah sakit pinggang ialah nyeri , pegal , ngilu , ngentek atau tidak enak di daerah lumbal berikut sacrum. Dalam dunia kedokteraan berbahasa Inggris digunakan istilah low back pain. Low back pain adalah rasa sakit yang terjadi di daerah lumbal atau lumbosakral secara akut, menahun atau intermiten dan umumnya tanpa kelainan radiologik maupun neurologik. Dapat juga disertai penyebaran nyeri anggota gerak bawah. Low back pain pada umumnya terjadi pada karyawan yang sedang bekerja berat secara fisik ( blue collar workers ) seperti karyawan yang harus mengangkat , memindahkan , mendorong , menarik barang lebih – lebih bila harus memindahkan barang disertai gerakan badan memutar ( twisting ). Chaffin pada tahun 1987 mengemukakan bahwa penyebab low back pain diantara karyawan yang bekerja berat adalah :
a.
Kerja fisik yang melampaui kemampuan karyawan atau karena metode kerja yang kurang tepat.
b.
Sikap badan waktu kerja.
c.
Ukuran barang , tempat pegangan titik berat barang waktu diangkut.
d.
Keadaan tempat bekerja, misalnya bising, pencahayaan dan suhu.
e.
Pengaturan kerja, seperti pengaturan kerja shift.
f.
Stres dapat mempengaruhi tonus otot dan dapat menyebabkan rasa sakit pada system musculoskeletal. Dengan demikian low back pain adalah keluhan yang penyebabnya terdiri atas banyak faktor ( mutttfactorial condition ) yaitu ergonomik dari alat dan peralatan bekerja , pelaksanaan pekerjaan ( khususnya pekerjaan fisik berat ).
2. Anatomi dan Patofisiologi Nyeri Pinggang Pinggang adalah bagian belakang badan yang mengemban bagian tubuh dari toraks ke atas dan perut sokoguru bagian badan tersebut ialah tulang belakang lumbal khususnya dan seluruh tulang belakang umumnya. Dari berbagai jenis keluhan mengenai pinggang, nyeri adalah paling sering dan mempunyai arti yang paling penting. Nyeri Pinggang dapat dibedakan dalam : a.
Nyeri setempat karena iritasi ujung – ujung saraf penghantar impuls nyeri. Nyeri bertambah pada suatu sikap tertentu.
b.
Reffered pain dapat bersumber pada proses patologik di jaringan yang peka nyeri di kawasan abdominal , pelvis , ataupun tulang belakang lumbalnya sendiri.
c.
Nyeri radikular timbul karena perangsangan terhadap radiks.
d.
Nyeri akibat spasmus otot dan keadaan tegang mental.
3. Etiologi Dapat dibagi dalam sembilan golongan yaitu : a.
Kongenital Pada lumbalisasi bagian lumbal kolum vertebral seolah – olah menjadi lebih panjang
b.
Trauma dan gangguan mekanis Gerakan , tarikan atau posisi salah yang akut atau kronis pada otot – otot dan ligamen dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah.
c.
Radang ( inflamasi ) Banyak dijumpai adalah radang tuberkulosis yang menyebabkan penyakit Pott.
d.
Tumor ( Neoplasma ) Pada tumor jaringan syaraf nyeri pinggang sering disertai gangguan – gangguan neurologis.
e.
Degenerasi Osteoaristis dianggap degenerasi akibat trauma kecil yang terjadi berulang – ulang selama bertahun – tahun .
f.
Gangguan Metabolik Osteoporos akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri pada pinggang.
g.
Kelainan pada alat – alat visera dan retroperitoneum seperti tumor dan infeksi pada alat reproduksi wanita dan prostat.
h.
Kelainan Psikogen Pada Nyeri pinggang yang tidak mempunyai dasar organis yang ditemukan pada histeria atau pada simulasi.
i.
Kelainan sikap tubuh ( Postur ) Pada golongan terkhir biasanya orang – orang dengan tipe astenis , dimana tonus otot – otot rendah serta kebiasaan sikap yang tidak tegak atau pada orang – orang yang terlalu gemuk.
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Konsep Terjadinya kejadian nyeri pinggang pada tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis pekerjaan , beban kerja dan beban tambahan yang salah satunya adalah sikap pekerja dalam melakukan pekerjaannya, faktor psikologi dan karakteristik individu. Pada penelitian ini faktor penyebab kelelahan yang akan diteliti adalah jenis kursi kerja faktor lain seperti riwayat kesehatan , status gizi , riwayat trauma tulang belakang , dikendalikan dengan cara mengukur tingkat kelelahan pekerja bagian yang sama dan beban kerja yang sama sedangkan karakteristik individu seperti umur dan masa kerja , status gizi dan status kesehatan tidak dikendalikan karena keterbatasan sampel penelitian. Hipotesa Penelitian Ada perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang menggunakan kersi kerja non ergonomis.
Variabel Penelitian 1.
Variabel bebas Jenis kursi kerja
2.
Variabel terikat Kejadian nyeri pinggang.
Populasi dan Sampel 1.
Populasi a.
Populasi Sasaran Adalah seluruh pekerja bagian produksi di PT GELI yang bekerja pada shift 1, 2 dan 3.
b.
Populasi Aktual Pekerja bagian produksi di PT GELI yang bekerja pada shift 1,2 dan 3 khususnya pada mesin stem pijar, loading exhaust FL 12 dan rolling bendex FCL yaitu sebanyak 77 orang.
2.
Sampel Adalah sebagian dari populasi yang diambil secara non random dengan menggunakan teknik purpose samplin. Setelah dilakukan survey pendahuluan didapatkan total sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang dengan jumlah kelompok yang menggunakan kursi ergonomis sebanyak 13 orang.
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. 1.
2.
Data Primer diperoleh melalui : a.
Pengukuran kejadian nyeri pinggang.
b.
Pengukuran kursi kerja , ergonomis dan non ergonomis.
c.
Penilaian risiko nyeri pinggang.
d.
Pemeriksaan fisik nyeri pinggang ( palpas ).
Data Sekunder Diperoleh dari perusahaan berupa gambaran umum perusahaan , proses produksi dan data tentang ketenagakerjaan..
Pengolahan dan Analisis Data 1.
Pengolahan Data Diperoleh dengan cara sebagai berikut : a.
Editing Meneliti kembali data yang dikumpulkan untuk melihat kelengkapan data, keterbacaan dan kejelasan serta keseragaman data.
b.
Koding Melakukan pengkodean data untuk memudahkan dalam pengolahan data.
c.
Entry Menggunakan program komputer SPSS versi 11.
d. 2.
Tabulasi menyusun data ke dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang.
Analisis Data a.
Analisis Univariat Dilakukan untuk mendeskripsikan semua variabel dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi.
b.
Analisis Bivariat Yang digunakan adalah chi square two sample test, uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif bila datanya berbentuk distribusi frekuensi yang dikelompokkan dalam skala nominal. Rumus yang digunakan adalah : X2 = n ( AD – BC – ½ N )2 ( a + b ) ( a+ c ) ( d + b ) ( c + d ) Dimana : N = jumlah sampel Tingkat signifikasi ( α ) = 0.05 Interpretasi : Ho diterima apabila probabilitas .> 0,05 Ho ditolak apabila probabilitas > 0,05
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan. 1.
Sejarah Perusahaan. PT GE Lighting Indonesia ( GELI ) adalah merupakan perusahaan penanaman modal asing yang mulai beroperasi. Kegiatan utama dari perusahaan adalah : a.
Menbangun dan mengoperasikan fasilitas manufaktur lampu , yaitu lampu incandescent dan fluorescent dengan merek GE dan lampu merek lain.
b.
Membuat dan menjual lampu – lampu merek GE dan merek lainnya. Dijual di Wilayah indonesia dan diekspor ke mancanegara.
2.
c.
Membeli dan menjual Ballast untuk lampu fluorescent dan compact fluorescent.
d.
Menjual secara tidak langsung fixtures dengan merek GE.
Data Karyawan Karyawan bagian produksi PT GELI sebagai berikut : Bagian
Jumlah Tenagan Kerja
%
Pijar
529
41,7
TL
410
32,3
FCL
111
8,75
Packing
127
10,0
Quality Control
39
3,08
Bengkel / Instalasi
52
4,10
Jumlah
1268
100
Karyawan bagian non produksi PT GELI sebagai berikut :
3.
Bagian
Jumlah Tenaga Kerja
%
Satpam
19
22,35
HR
6
7,06
Gudang Bahan Baku
11
12,94
Gudang Barang Jadi
16
18,82
EHS
14
16,47
LIW
8
9,41
Penjualan
9
10,59
Sopir
2
2,36
Jumlah
85
100
Jenis Produk : a.
Produk Utama : 1. 2.
Lampu Pijar. Lampu Dekoratif.
3. 4. b. 4 5.
Lampu TL. Lampu TL Ring.
Produk Lainnya : LIW ( Lead In Wire ).
Waktu Operasi : adalah 5 hari kerja dengan 3 shift. Proses Produksi : a.
Pembuatan lampu FCL.
b.
Pembuatan Lampu FL.
c.
Pembuatan Lampu Pijar
B. Sikap Kerja Duduk Pekerja. Sikap kerja duduk pekerja menggunakan angket SIDFRE ( survei identifikasi data dasar faktor risiko ergonomi ). 1.
Mesin Stem pada area pijar line 1 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
2
Gaya / force
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
0 0 0 0
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
Tidak ada
0
2 kali
Skor SIDFRE
0
Skor SIDFRE Line 1 adalah 0 yang berarti terjadinya nyeri pinggang rendah. 2.
Mesin Stem pada area pijar line 2 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
2
Gaya / force
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
Tidak ada Tidak ada ada Tidak ada
0 0 1 0
3
Lama / durasi
.> 10 detik
ada
1
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
3
Skor SIDFRE Line 5 adalah 3 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 3.
Mesin stem pada area pijar line 7 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
Tidak ada Tidak ada ada Tidak ada
1
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
0
3
Lama / durasi
4
Frekuensi
.> 10 detik
2 kali
ada
1
ada
1
Skor SIDFRE
3
Skor SIDFRE Line 7 adalah 3 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 4.
Mesin stem pada area pijar line 9 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
ada
1
2
Gaya / force
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
Tidak ada
0
3
Lama / durasi
.> 10 detik
ada
1
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
3
Skor SIDFRE Line 9 adalah 3 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 5.
Mesin Loading Exhaust pada area FL Line 1 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
ada
1
2
Gaya / force
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
Tidak ada
0
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
2
Skor SIDFRE Line 1 adalah 2 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 6.
Mesin Loading Exhaust pada area FL Line 2 No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
0
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
Tidak ada
0
Skor SIDFRE
2 kali
0
0
Skor SIDFRE Line 2 adalah 0 yang berarti terjadinya nyeri pinggang rendah.
7.
Mesin Rolling Bendex pada area FCL Line 6A No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
1
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
0
2
Skor SIDFRE Line 6A adalah 2 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 8.
Mesin Rolling Bendex pada area FCL Line 6B No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
ada ada ada Tidak ada
1
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
0
2
Skor SIDFRE Line 6B adalah 2 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 9.
Mesin Rolling Bendex pada area FCL Line 7A No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
ada ada ada Tidak ada
1
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
ada
1
2 kali
Skor SIDFRE
0
2
Skor SIDFRE Line 7A adalah 2 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi. 10. Mesin Rolling Bendex pada area FCL Line 7B No
Faktor Risiko
Kriteria
Hasil
Skor
1
Postur / sikap
Gaya / force
ada ada ada Tidak ada
1
2
Menbungkuk Terputar Miring 9 Kg
3
Lama / durasi
.> 10 detik
Tidak ada
0
4
Frekuensi
ada
1
Skor SIDFRE
2 kali
0
2
Skor SIDFRE Line 7B adalah 2 yang berarti terjadinya nyeri pinggang tinggi.
C. Faktor Lingkungan di Tempat Kerja Hasil Pengukuran Kebisingan di PT GELI Tahun 2010 Area
Hasil
Standar
( dB )
( dB )
Stem Pijar 1
87
85
Stem Pijar 5
87
85
Stem Pijar 7
85
85
Stem Pijar 9
88
85
Loading exhaust FL 1
89
85
Loading exhaust FL 2
86
85
Rolling Bendex FCL 6A
88
85
Rolling Bendex FCL 6B
87
85
Rolling Bendex FCL 7A
86
85
Rolling Bendex FCL 7B
87
85
Dari tabel diketahui bahwa kebisingan di tempat kerja melewati ambang batas yang berlaku yaitu 85 dB. Hasil Pengukuran Penerangan di PT GELI Tahun 2010 Area
Hasil
Standar
( lux )
( lux )
Stem Pijar 1
121
300
Stem Pijar 5
108
300
Stem Pijar 7
133
300
Stem Pijar 9
71
300
Loading exhaust FL 1
40
300
Loading exhaust FL 2
40
300
Rolling Bendex FCL 6A
87
300
Rolling Bendex FCL 6B
60
300
Rolling Bendex FCL 7A
110
300
Rolling Bendex FCL 7B
95
300
Tabel menunjukkan bahwa penerangan di tempat kerja tidak memenuhi standar. Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 7 tahun 1994 tentang syarat kesehatan , kebersihan , serta penerangan dalam tempat kerja , standar penerangan bagian stem dan exhaust adalah 300 lux. Sedangkan hasil pengukuran suhu dan kelembaban di ruang kerja pada bagian pijar didapatkan suhu rata – rata 36°C dan kelembaban rata - rata sebesar 47,6 %. Bagian FL suhu rata – rata 39°C dan kelembaban rata – rata sebesar 40,4 %. Bagian FCL suhu rata – rata 34,4°C
dan kelembaban rata – rata sebesar 61,4 %. Pengukuran dilakukan dalam keadaan cuaca cerah panas kecuali pada saat pengukuran di bagian FCL cuaca mendung sampai gerimis. D. Gambaran Umum Sampel 1.
Umur Pekerja Distribusi frekuensi sampel menurut umur di PT GELI Tahun 2010 No
Umur ( Tahun )
Frekuensi
%
1
19 – 30
13
32,5
2
31 – 40
27
67,5
40
100
Jumlah
Sampel termuda umur 23 tahun dan sampel tertua 40 tahun. 2.
Jenis Kelamin Distribusi frekuensi sampel menurut jenis kelamin di PT GELI Tahun 2010 No
Jenis Kelamin
Frekuensi
%
1
Laki - laki
28
70
2
Perempuan
12
30
40
100
Jumlah
Sampel jenis kelamin laki – laki yaitu 28 orang ( 70 % ) dan jenis kelamin perempuan 12 ( 30 % ). 3.
Masa Kerja Distribusi frekuensi sampel menurut masa kerja di PT GELI Tahun 2010 No
Lama Kerja
Frekuensi
%
1
<5
15
37,5
2
25
62,5
40
100
5
Jumlah
Sampel yang bekerja selama < 5 tahun adalah 15 orang ( 37,5 % ) dan Sampel yang berkerja selama > 5 tahun adalah 25 orang ( 62,5 % ). E. Analisa Univariat 1.
Penggunaan Kursi Kerja Distribusi frekuensi sampel menurut penggunaan kursi kerja di PT GELI tahun 2010 No
Kursi
1
Ergonomis
13
32,5
2
Non Ergonomis
27
67,5
40
100
Jumlah
Frekuensi
%
Dari jumlah 13 orang menggunakan kursi kerja ergonomis dan jumlah 27 orang menggunakan kursi kerja non ergonomis. 2.
Kejadian Nyeri Pinggang Distribusi frekuensi sampel menurut Kejadian Nyeri Pinggang di PT GELI tahun 2010
No
Kursi
Frekuensi
1
Ya
28
70
2
Tidak
12
30
40
100
Jumlah
%
Dari jumlah 28 orang yang mengalami nyeri pinggang dan jumlah 12 orang tidak mengalami nyeri pinggang. F. Analisa Bivariat 1.
Penggunaan Kursi kerja Distribusi Silang Penggunaan kursi kerja dengan kejadian nyeri pinggang pada pekerja bagian produksi di PT GELI tahun 2010 Nyeri Pinggang
Ya
%
Tidak
%
Jumlah
%
Ergonomis
7
53,85
6
46,16
13
100
Non Ergonomis
21
77,78
0
22,22
27
100
Pada tabel diketahui bahwa kelompok yang menggunakan kursi kerja ergonomis dan mengalami nyeri pinggang adalah sebanyak 7 orang sedangkan yang tidak mengalami nyeri pinggang sebanyak 6 orang. Selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan uji statistik Chi Square hasilnya : Perbedaan Variabel Terikat
X
Nilai P
Perbedaan kejadian nyeri pinggang
2,393
0,122
Dari Tabel dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan nyeri pinggang antara pekerja yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan pekerja yang menggunakan kersi kerja non ergonomis dengan a = 0,05.
PEMBAHASAN A. Keadaan Lingkungan Kerja Tempat kerja merupakan salah satu penyebab low back pain, kebisingan maupun penerangan di tempat kerja tidak memenuhi standar sehingga memungkinkan pekerja tidak konsentrasi pada pekerjaanya. Suhu panas mengurangi kelincahan , memperpanjang waktu reaksi pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak , mengganggu koordinasi saraf peras dan motorik serta memudahkan untuk dirangsang.
B. Desain Kursi Kerja Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari sampel sebanyak 40 orang , sampel yang menggunakan kursi kerja ergonomis sebanyak 13 orang sedangkan yang menggunakan kursi kerja non ergonomis sebanyak 27 orang .40 orang tersebar dalam 10 kursi kerja dengan perincian 3 buah kursi kerja ergonomis dan 7 buah kursi kerja non ergonomis.
Dapat disimpulkan bahwa, kursi kerja di PT GELI kurang sesuai dengan ukuran kursi ergonomis standar. Ukuran tinggi alas duduk pada semua kursi kerja ergonomis dan non ergonomis melebihi ukuran standar yaitu 38 – 48 cm. Ketidaksesuaian ini diatasi dengan diadakannya sandaran kaki pada kursi kerja, kecuali pada mesin stem pijar line 9. Untuk ukuran tinggi penyangga lengan menurut ukuran standar adalah 15 – 20 cm, sehingga ukuran tinggi penyangga lengan pada kursi ergonomis agak lebih tinggi dari pekerja maupun ukuran standar., menyebabkan posisi lengan kurang nyaman. Sedangkan pada kursi non ergonomis yang tidak terdapat penyangga lengan, apabila pekerja duduk bersandar maka posisi lengan dalam keadaan menggantung. Bila dilihat secara keseluruhan bahwa ukuran kursi kerjaergonomis di perusahaan sudah cukup sesuai dengan ukuran standar. Sebaliknya dengan kursi kerja non ergonomis tidak sesuai standar. C. Kejadian Nyeri Pinggang Dari 40 orang sampel , sebanyak 28 orang mengalami nyeri pinggang dan 12 orang tidak mengalami nyeri pinggang. Hal ini sesuai dengan pemeriksaan fisik ( palpasi ) yang dilakukan kepada pekerja. Sampel yang mengalami nyeri pinggang , 7 orang menggunakan kursi kerja ergonomis dan yang lainnya masih menggunakan kursi kerja non ergonomis. Pada sampel yang menggunakan kursi kerja ergonomis masih mengalami nyeri pinggang, karena sampel memiliki masa kerja yang lama ( 5 Tahun ). Sedangkan penggunaan kusi kerja ergonomis baru berjalan kurang lebih 1 tahun. Setelah diuji statistik ternyata ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian nyeri pinggang ( p < 0,05 ). Tabel 5.1 Rangkuman Hasil skor SIDFRE di PT GELI Tahun 2010. Area
Jenis Kursi Ergonomis
Stem Pijar Line
Pengamatan Sikap Kerja
Non Ergonomis
Rendah
( lampiran 4 & 5 ) Tidak ergonomis
1 Stem Pijar Line 5 Stem Pijar Line 7 Stem Pijar Line 9 Loading Exhaust
Tinggi
Tidak ergonomis
Tinggi
Tidak ergonomis
Cukup Tinggi
Tidak ergonomis Tidak ergonomis
FL Line 1 Loading Exhaust
Tidak ergonomis Rendah
Tidak ergonomis
Cukup Tinggi
Tidak ergonomis
FL Line 2 Rolling Bendex FCL Line 6A Rolling Bandex
Cukup tinggi
Tidak ergonomis
Cukup Tinggi
Tidak ergonomis
FCL Line 6 B Rolling Bandex
FCL Line 7 A Rolling Bandex
Cukup Tinggi
Tidak ergonomis
FCL Line 7 B Dari tabel diatas bahwa sikap kerja dari pekerja adalah tidak ergonomis, walaupun beberapa pekerja sudah menggunakan kursi kerja ergonomis. Hal ini mungkin terjadi karena belum sesuainya ukuran antara area kerja dengan kursi kerja. Penyebab lainnya adalah kurannya pengetahuan pekerja tentang cara sikap kerja duduk yang baik. Keadaan duduk yang menbungkuk, terputar, miring merupakan sikap kerja yang tidak ergonomis. D. Perbedaan Kejadian Nyeri Pinggang Pada Pekerja Bagian Produksi yang Menggunakan Kursi Kerja Ergonomis dengan yang Menggunakan Kursi Kerja Non Ergonomis. Pada bagian produksi di PT GELI sebagian besar pekerja melakukan pekerjaannya dalam posisi duduk. Cara ini juga diterapkan dalam pelaksanaan produksi di PT.GE Lighting. Tiap mesin dijalankan oleh beberapa pekerja dan para pekerja tersebut akan bergantian tiap 30 menit untuk melakukan tugas – tigas di mesin tersebut. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang menggunakan kursi kerja non ergonomis. Setelah menggunakan kursi kerja ergonomis sebagian besar pekerja belum menerapkan sikap bekerja duduk yang baik. Maka perbedaan kejadian nyeri pinggang antara pekerja yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang non ergonomis menjadi tidak signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang perbedaan kejadian nyeri pinggang pada pekerja bagian produksi antara yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang non ergonomis dapat disimpulkan : 1.
Ukuran kursi kerja ergonomis yang digunakan adalah tinggi alas duduk 65 – 84 cm, semuanya mempunyai sandaran kaki panjang alas duduk 40 cm lebar alas duduk 41 – 42 cm dengan keadaan alas duduk terbuat dari spon , tinggi topangan pinggang 53,318 – 56,1 cm dan setelan topangan pinggang 30 cm , tinggi penyangga lengan 23 cm.
2.
Ukuran kursi kerja non ergonomis yang diguakan adalah tinggi alas duduk 58 – 85 cm kecuali pada stem pijar 9 semuanya mempunyai sandaran kaki , panjang alas duduk 25 – 41 cm, lebar alas duduk 34 – 100,5 cm dengan keadaan alas duduk beragam. Tinggi topangan pinggang di pijar 5 , pijar 7 dan FCL 6B = 38 – 39,5 cm dan setelan topangan pinggang di pijar 5 , pijar 7 dan FCL 6B = 20 – 26 cm.
3.
Sikap kerja duduk pekerja yang menggunakan kursi kerja ergonomis berkesempatan rendah untuk terjadinya nyeri pinggang
sedangkan pekerja yang menggunakan kursi kerja non ergonomis di stem pijar
berkesempatan tinggi untuk terjadinya nyeri pinggang. Adapun pekerja yang menggunakan kursi kerja non ergonomis di loading exhaust FL dan rolling bendex FCL kesempatan untuk terjadinya nyeri pinggang cukup tinggi. 4.
Dari 40 sampel diketahui sebanyak 28 orang ( 70 % ) yang mengalami kejadian nyeri pinggang sedangkan 12 orang lainnya ( 30% ) tidak mengalami kejadian nyeri pinggang. Tidak terdapat perbedaan kejadian nyeri
pinggang pada pekerja bagian produksi yang menggunakan kursi kerja ergonomis dengan yang menggunakan kursi kerja non ergonomis ( X2 = 2,393 dan p value = 0,122 ). B. Saran 1. Jika dimungkinkan diadakan pergantian kursi kerja dengan kursi kerja ergonomis yang telah disesuaikan dengan mesin dan anthropometri pekerja. 2. Mensosialisasikan cara sikap kerja duduk yang baik dan benar pada pekerja , misalnya pada sesi Monday Talk atau diadakan pelatihan tersendiri tentang sikap kerja dan potensi bahayanya. 3. Diadakan penelitian lanjutan tentang perbedaan penggunaan kursi kerja ergonomis dengan non ergonomis khususnya perbedaan kejadian nyeri pinggang dengan menggunakan metode penelitian experiment / study agar didapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Wignjosoebroto, Sritomo.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Cetakan Kedua. Penerbit Guna Widya, Suarabaya 2000. Kurniawan, Daniel. Penatalaksanaan Secara Ergonomik NPK. HKK XXVII ( 2 ), 1995. Hadinoto, Sodemo , dkk Yen pergerakan dan Tata Laksana.FK UNDIP Semarang 1997. Priguna, Sidharta. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat 1990. Markam, Soemarno. Penuntun Neurologi. Jakarta : Bianarupa Aksara. 1992. Sugiyono. Statistik non Parametrik. Cetakan ke – 2. Alfabeta, Bandung, 2001.
B.Santoso. Tata Laksana Nyeri Spasme Otot. 1998. Eric, www.jamsostek.co.id/artikel.9 Oktober 2010. Notoatmojo,Soekijo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan ke 9. PT Rineka Cipta, Jakarta 2005. Suma’amur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cetakan ke 13. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung .2003. Pusat Bina Hiperkes dan KK. Lokakarya Penyusunan Norma – Norma Ergonomi di Tempat Kerja. Jakarta, 1990.