PENGARUH KEGIATAN BEKERJA ANGKAT GALLON TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA TENAGA KERJA DI PT. PT TIRTA INVESTAMA KLATEN
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Gitaning Ratri NIM. R0205016
PROGRAM D IV KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Pengaruh Kegiatan Bekerja Angkat Gallon Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Tenaga Kerja di PT. Tirta Investama Klaten Gitaning Ratri, NIM/Semester : R.0205016, Tahun : 2009 Telah diuji dan disahkan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari ......., Tanggal .............tahun....... Pembimbing Utama Nama : dr. Harninto, MS, Sp.Ok
..................................
Pembimbing Pendamping Nama : Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg NIP
: 160 045 635
..................................
Penguji Utama Nama : dr. Putu Suriyasa, MS. Sp.Ok, PKK NIP
: 140 120 857
..................................
Surakarta,.................................
Tim Skripsi
Ketua Program D. IV Kesehatan Kerja
Sumardiyono, SKM, M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002
dr. Putu Suriyasa, MS. Sp.Ok, PKK NIP. 140 120 857
ii
PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
yang pernah Tinggi, dan yang pernah diacu dalam
Surakarta,.............................
Gitaning Ratri NIM.R0205016
iii
ABSTRAK GITANING RATRI, NIM R.0205016. Pengaruh Kegiatan Bekerja Angkat Gallon Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Pada Tenaga Kerja di PT. Tirta Investama Klaten. Surakarta: Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Tujuan penelitian ini adalah: ingin mengetahui apakah ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada area produksi 5 gallon di PT. Tirta Investama Klaten sebanyak 60 orang. Sampel yang digunakan adalah 20 orang. Sampling menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan metode angket atau kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan T-Test. Hasil penelitian ini diperoleh t hitung = -2.342 atau nilai sign. = 0.030. karena nilai P value < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan bekerja angkat galon terhadap timbulnya keluhan muskulo-skeletal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah: “Ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten”. Saran dari penelitian ini adalah: “memberikan perhatian sebaik-baiknya terhadap tenaga kerja dengan memberikan fasilitas kesehatan pada tenaga kerja yang mengalami keluhan muskuloskeletal Kata Kunci: Angkat Gallon, Keluhan Muskuloskeletal
iv
ABSTRACT GITANING RATRI, NIM R.0205016. Activity Influence Work To Lift The Gallon of Sigh Musculosceletal of Labour in PT. Tirta Investama Klaten. Surakarta: Program of the Diploma IV Health Work The Faculty Mediciness of Sebelas Maret University. Research target is: wishing to know whether there influence from activity work to lift the gallon to sigh of muskuloskeletal of Labour in PT. Tirta Investama Klaten. This Research type is analytic observasional with the approach of cross sectional. Population in this research is labour of produce 5 gallon area in PT. Tirta Investama Klaten as much 60 people. Sampel used by 20 people. Sampling use the purposive sampling. Data collecting by using method of enquette or kuesioner. Analyse the data in this research use T-Test. Result of this research is obtained by t hitung = - 2.342 or assess the sign = 0.030. because value of P value < 0.05, inferential hence that there are activity influence work to lift the gallon to incidence of sigh musculosceletal. Conclusion from this research is: " There is influence from activity work to lift the gallon to sigh musculosceletal of labour in PT. Tirta Investama Klaten". suggestion from this research is: " giving attention as well as possible to labour by giving health facility of natural labour sigh musculosceletal”. Key Words: Lift The Gallon, Sigh Muskuloskeletal.
v
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, meskipun usaha keras untuk hal tersebut telah penulis upayakan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan maupun penyempurnaannya. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dr. dr. A.A Subiyanto, MS, , selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Putu Suriyasa, dr., MS., PKK. Sp. Ok. , selaku Ketua Program Diploma IV Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. dr. Harninto, MS, Sp.Ok , selaku pembimbing I Skripsi. 4. Bp. Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg , selaku Pembimbing II Skripsi. 5. Pimpinan Perusahaan PT. Tirta Investama Klaten yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian. 6. Bapak Alex, selaku Kepala Bagian Produksi yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama melaksanakan Penelitian. 7. Ibu Yanti, selaku HRD PT. Tirta Investama Klaten yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian. 8. Bapak Jatmiko, selaku Ketua Bagian K3 PT. Tirta Investama yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian. 9. Bapak Syamsul Choirudin, selaku Paramedis PT. Tirta Investama yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.
vi
10. Semua karyawan PT. Tirta Investama Klaten, atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan. 11. Bapak, Ibu, Kakak, dan orang – orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan lancar. 12. Semua teman - teman D IV Kesehatan Kerja. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi besar harapan penulis agar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Salam sejahtera bagi kita semua,
Surakarta, Agustus 2009 Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
PENGESAHAN ...................................................................................................
ii
PERNYATAAN ...................................................................................................
iii
ABSTRAK ...........................................................................................................
iv
PRAKATA ...........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1
A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................
5
BAB II. LANDASAN TEORI .............................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................
6
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 15 C. Hipotesis ................................................................................................... 15 BAB III. METODE PENELITIAN ..................................................................... 17 A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 17 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 17 C. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 17 D. Tehnik Sampling ...................................................................................... 18 E. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................ 18 F. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 19 G. Desain Penelitian ...................................................................................... 23 H. Instrumen Penelitian ................................................................................ 24 I. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 24
viii
BAB IV. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 25 A. Gambaran Umum Tempat Kerja .............................................................. 25 B. Keadaan Subjek ........................................................................................ 32 C. Hasil Pengujian Keluhan Muskuloskeletal .............................................. 33 BAB V. PEMBAHASAN .................................................................................... 36 A. Mengangkat Gallon .................................................................................. 36 B. Keluhan Muskuloskeletal ......................................................................... 36 C. Pengaruh angkat Gallon terhadap Keluhan Muskuloskeletal .................. 37 BAB VI. PENUTUP ............................................................................................ 38 A. Kesimpulan ............................................................................................... 38 B. Saran ......................................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
ix
DAFTAR TABEL TABEL 1.1 Batasan Beban yang boleh diangkat ................................................
7
TABEL 1.2 Identitas Sampel ............................................................................... 32 TABEL 1.3 Hasil Perhitungan Skor Keluhan Muskuloskeletal ........................... 33 TABEL 1.4 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Muskuloskeletas Pre-Test ........ 34 TABEL 1.5 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Muskuloskeletal Post-Test ....... 35 TABEL 1.6 Hasil Korelasi Statistik Keluhan Muskuloskeletal ........................... 35
x
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1.1 Kuesioner Nordic Body MAP LAMPIRAN 1.2 Hasil Kuesioner Nordic Body MAP PadaTenaga Kerja sebelum mengangkat gallon. LAMPIRAN 1.3 Hasil Kuesioner Nordic Body MAP Pada Tenaga Kerja sesudah mengangkat gallon. LAMPIRAN 1.4Tabel Kerja Analisis T-Test. LAMPIRAN 1.5 Distribusi Frekuensi LAMPIRAN 1.6 Grafik Frekuensi tingkat keluahan muskuloskeletal. LAMPIRAN 1.7Surat Keterangan PKL atau Magang
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Revolusi industri merupakan suatu perubahan terbesar yang terjadi di negara Inggris pada abad ke -18 yang diawali ketika munculnya penyempurnaan prinsip kerja mesin uap oleh James Watt tahun 1769. Prinsip kerja ini sangatlah mempengaruhi perkembangan teknologi pada tehun-tahun berikutnya yang pada akhirnya dalam jangka waktu 50 tahun telah mencetuskan revolusi industri yang secara garis besar dapat kita artikan sebagai pergantian tenaga makhluk hidup dengan benda mati. Benda mati disini dapat kita artikan dengan tenaga mesin. Revolusi industri ini menyebabkan banyak dampak yang negatif diantaranya pengangguran, tindak kriminalitas semakin meningkat juga banyak terdapat produkproduk masal dan banyak tedapat spesialisasi pabrik. Dalam dunia perindustrian tidak satupun jenis usaha
yang tidak
menginginkan untuk memperoleh kesuksesan. Setiap usaha ingin dikelola dan dioperasikan dengan baik agar terjadi suatu proses berkesinambungan yang efektif dan efisien. Tetapi banyak usaha yang mendapatkan kesuksesan sesaat dan nama tersebut sudah tidak terdengar lagi di dunia industri. Karena tidak mementingkan proses pengelolaan dan pengoperasian yang baik.Sekarang ini perkembangan industri di Indonesia semakin maju. Kemanjuan teknologi dan perelatan-peralatan yang digunakan dalam setiap kegiatan produksi mempunyai dampak positif dan negatif. Teknologi dan peralatan-peralatan modern akan memberi dampak positif karena akan
xii
mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Akan tetapi peralatan-peralatan tersebut memiliki dampak negatif seperti potensi bahaya yang besar bila yang mengoperasikan belum siap untuk menerima teknologi tersebut.Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain, dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dalam penelitian ini dibahas mengenai
beban
kerja
yang
berupa
beban
fisik,
yaitu
kegitan
mengangkat.Mengangkat adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu lokasi ke lokasi tujuan tertentu (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Kegiatan mengangkat banyak terdapat dalam lingkungan pabrik-pabrik, pelabuhan-pelabuhan, perhubungan darat,pertanian, perkebunan, kehutanan dan sektor kegiatan ekonomi lain. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai kegiatan mengangkat disekitar kita. Tapi seringkali pekerjaan manual ini justru beresiko. Dalam pekerjaan mengangkat secara manual dapat mengakibatkan keluhan-keluhan pada otot-otot skeletal yang sering disebut dengan keluhan muskuloskeletal.
xiii
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, dkk, 2004). Pendapat lain tentang keluham muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lain sebagainya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon , pembuluh darah, sendi tulang, syaraf dan masih banyak lagi yang diakibatkan oleh aktivitas kerja (Noor Fitrihana, 2008). Kelihan muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculosceletal Disorder) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Di PT. Tirta Investama Klaten terdapat suatu pekerjaan di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang lebih besar yaitu aktivitas mengangkat gallon yang terdapat di area produksi 5 gallon bagian packing. Berdasarkan survei awal di PT. Tirta Investama Klaten tersebut pada area produksi 5 gallon bagian packing dijumpai adanya tenaga kerja yang mengeluh adanya nyeri yang sangat hebat di bagian otot-otot skeletal setelah melakukan kegiatan mengangkat gallon. Hal ini dikarenakan para tenaga kerja tenaga kerja mengalami kontraksi otot yang berlebihan dan dalam waktu pembebanan yang cukup lama dan dilakukan berulang kali. Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan (Suma’mur, 1994).
xiv
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian mengenai pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja pada area produksi 5 gallon bagian packing di PT. Tirta Investama Klaten. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada uraian di atas, maka permasalahan pada penelitian ini adalah: Adakah pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama ? C. Tujuan Penelitian Selaras dengan permasalahan dalam penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat dijelaskan di sini bahwa tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui pengaruh
kegiatan
bekerja
angkat
gallon
terhadap
timbulnya
keluhan
muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten. Dari rumusan masalah tampak tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal. Dengan kata lain penelitian ini dimaksudkan untuk mencari data yang signifikan tentang pengaruh kegiatan angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama.
D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis
xv
Berkaitan dengan manfaat penelitian ini, ada satu pendapat yang menyatakan pentingnya penelitian tentang pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal. Dalam kegiatan angkat gallon sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga kerja yaitu dengan timbulnya keluhan muskuloskeletal karena setiap hari tenaga kerja melakukan angkat gallon secara manual dan kegiatan tersebut dapat menjadi sumber penyebab adanya penyakit akibat kerja. Dengan demikian penelitian ini dapat diharapkan sebagai pembuktian bahwa bekerja angkat gallon dapat menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal. 2. Aplikatif a. Dari uraian di atas diharapkan tenaga kerja mampu menyesuaikan berat beban dengan kemampuan fisiknya. b. Diharapkan perusahaan menyediakan alat bantu dalam pengangkatan gallon tersebut.
xvi
BAB II Landasan Teori
A. Tinjauan Pustaka 1. Mengangkat a) Pengertian Mengangkat Mengangkat adalah elemen gerakan dasar yang dilaksanakan dengan maksud utama untuk membawa suatu objek dari satu ke lokasi tujuan tersebut. (Sritomo Wignjo Soebroto, 2003). Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem kerja bongkar muat yang paling dominan adalah aktivitas angkat. Apabila dalam mengangkat suatu benda tidak dilakukan secara benar maka hal tersebut dapat menimbulkan kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat adalah sebagai berikut : 1) Beban yang diperkenankan, jarak angkut dan intensitas pembebanan. 2) Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan licin, kasar, naik turun dan lain-lain. 3) Ketrampilan kerja. 4) Peralatan kerja. 5) Ukuran beban yang akan diangkut. 6) Metode angkut yang benar.
xvii
c) Cara mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu : 1) Beban diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lemah dibebaskan dari pembebanan. 2) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan (Sarwono, 2002:91). d) Batasan beban yang boleh diangkat Tabel 1. 1 Batasan beban yang boleh diangkat. Batasan angkat Tindakan (Kg) Di bawah 16
Tidak ada tindakan khusus yang perlu diadakan
16-34
Prosedur administratif diperlukan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya dengan perantara alat bantu
34-35
Sebaiknya operator yang terpilih menggunakan sistem
pemindahan
secara
terlatih
dibawah
pengawasan penyelia. Di atas 35
Harus menggunakan peralatan mekanis operator terpilih dan terlatih, pernah mengikuti pelatihan K3 di bawah pengawasan ketat.
(sumber data : Komisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Inggris, 1982)
xviii
3. Ergonomi a) Pengertian Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dua kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja (Tarwaka, 2004). Untuk lebih memahami pengertian ergonomi, perlu ditamilkan definisidefinisi ergonomi dari beberapa ahli ergonomi terdahulu. Di bawah ini merupakan beberapa definisi ergonomi yang berhubungan dengan tugas, pekerjaan dan desain: 1) Ergonomi adalah studi karakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi design peralatan, pekerjaan dan sistem (Corlett & Clark, 1995). 2) Ergonomi design adalah menjadi aplikasi faktor manusia, informasi kepada perancangan peralatan, mesin, sistem, tugas, lingkungan dan pekerjaan untuk manusia produktif, aman, efektif dan nyaman (Manuaba,1998). Dari uraian tersebut maka selanjutnya kita dapat mendefinisikan ergonomi sebagai berikut : Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi baik (Tarwaka, 2004).
b) Tujuan Ergonomi
xix
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah : 1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3) Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas yang tinggi (Tarwaka, 2004). 2. Keluhan Muskuloskeletal a) Pengertian Muskuloskeletal Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang ringan sampai sangat sakit. (Tarwaka, dkk, 2004). Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDS) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993).
b) Jenis Keluhan Otot
xx
1) Keluhan Sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan (Tarwaka, 2004). 2) Keluhan Menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut (Tarwaka, 2004). c) Bagian otot yang sering dikeluhkan Bagian-bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal tersebut yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP) (Tarwaka, 2004). e) Faktor Penyebab terjadinya Keluhan Muskuloskeletal Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu : 1) Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang lebih besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya cedera otot skeletal. 2) Aktivitas berulang
xxi
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar dan angkat angkut. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 3) Sikap Kerja Tidak Alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996 & Manuaba, 2000). 4) Penyebab kombinasi meliputi : a) Umur Choffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 2565 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resilo terjadinya terjadinya kelihan otot meningkat. b) Jenis Kelamin
xxii
Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap resiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand & Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan wanita. c) Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot juga masih diperdebatkan dengan para ahli, namun demikian, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen et al. (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat denga kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya, tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang menunutut pengerahan tenaga, maka akan mudah
xxiii
lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. d) Kesegaran Jasmani Pada umumnya, keluhan otot lebuh jarang ditemukan pada seseorang yang
dalam
aktivitas
kesehariannya
melakukan
pekerjaan
yang
memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1 %, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8 %. Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa, tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik. e) Kekuatan Fisik Sama halnya dengan beberapa faktor lainnya, hubungan antara kekutan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal juga masih diperdebatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal. Chaffin and
xxiv
Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya rendah, resiko terjadinya keluhan tiga kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi. f) Ukuran Tubuh (antropometri) Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal (Tarwaka, 2004)
B. Kerangka Pemikiran Faktor Intern v Umur v Jenis Kelamin v Ukuran tubuh (anthropometri), meliputi : · Berat Badan · Tinggi dan Pendek v Massa tubuh
xxv
Kegiatan Bekerja Mengangkat
Kegiatan Bekerja Mengangkat yang Ergonomis dan Tidak Ergonomis
Keluhan Muskuloskeleta l
C. Hipotesis 1. Pengertian Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenaran- nya, suatu hipotesa akan diterima kalau bahan-bahan penyelidikan membenarkan pernyataan itu, dan akan ditolak bilamana kenyataan menyangkalnya (Sutrisno Hadi, 2004). Adapun juga pendapat lain tentang pengertian hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabrata, 1989). Dari dua pendapat yang penulis kemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa, hipotesis adalah rumusan pernyataan tentang hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih yang perlu dibuktikan kebenarannya berdasarkan hasil penelitian.
xxvi
2. Rumusan Hipotesis Berdasarkan kajian dan kerangka berpikir penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh dari kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten.
xxvii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Sumadi Suryabrata, 1989). Berdasarkan
pendekatannya,
maka
dalam
penelitian
ini
digunakan
pendekatan cross sectional karena variabel sebab akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi yang sama (Soekidjo Notoatmojo, 1993). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT. Tirta Investama Klaten area produksi 5 gallon bagian packing, pada tanggal 25 Juni-4 Juli 2009. C. Populasi dan Subjek Penelitian populasi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi, 2004). populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada area produksi 5 gallon yang berjumlah 60 orang. Subyek penelitian adalah tenaga kerja bagian angkat gallon pada area produksi 5 gallon bagian packing di PT. Tirta Investama Klaten, dengan kriteria sebagai berikut :
xxviii
1. Subjek Inklusi ialah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini sebagai sampel. Subjek inklusi dalam penelitian ini antara lain jenis kelamin laki-laki, usia 19-40 tahun, masa kerja lebih dari 1 tahun. 2. Subjek Eksklusi ialah subjek di mana peneliti tidak menjadikan subjek ini sebagai sampel. Subjek eksklusi dalam penelitian ini antara lain tenaga kerja sakit, tenaga kerja tidak mau menjadi subjek. D. Tehnik Sampling Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 60 orang yang berasal dari area produksi 5 gallon. Untuk mendapatkan sampel yang representatif teknik penentuannya dengan menggunakan Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi. (Sutrisno Hadi, 2004). Dari proses di atas diperoleh 20 sampel yang sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria yang sudah ditentukan. E. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bekerja angkat gallon.
2. Variabel terikat
xxix
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal. 3. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu : a) Variabel pengganggu terkendali : umur, Jenis kelamin, masa kerja. b) Variabel pengganggu tidak terkendali : kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, sikap kerja tidak alamiah, kekuatan fisik, beban yang diperkenankan, aktivitas berulang, lingkungan kerja fisik dan indek massa tubuh. Dalam penelitian ini peneliti tidak dapat mengendalikan semua variabel pengganggu dikarenakan tidak mempunyai cukup waktu untuk penelitian. F. Definisi Opersional Variabel Penelitian 1. Angkat gallon Angat gallon adalah memindahkan gallon dari roda berjalan ke tempat penyusunan gallon yang sudah disediakan atau disebut dengan pallet secara manual dengan berat per gallon 20 Kg dan tenaga kerja melakukan pekerjaan ini secara berulang-ulang selama 7 jam kerja dengan perpindahan atau rolling setiap 1 jam dengan istirahat selama 30 menit per jamnya. Angkat gallon ini terdapat di area produksi 5 gallon bagian packing. Alat ukur
: Observasi
xxx
Hasil pengukuran
: Kegiatan Bekerja Angkat Gallon yang Ergonomis dan Tidak Ergonomis.
Skala Pengukuran
: Nominal
2. Keluhan Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Dalam penelitian ini jenis keluhan muskuloskeletal meliputi seluruh bagianbagian otot di dalam tubuh seseorang. Alat ukur
: Kuesioner Nordic Body MAP
Hasil pengukuran
: Tingkat KeluhanMuskuloskeletal yang dialami oleh tenaga kerja.
Skala Pengukuran
: Interval.
3. Jenis Kelamin Jenis Kelamin adalah penentuan sampel berdasarkan laki-laki atau wanita. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap keluhan muskuloskeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot skeletal. 4. Usia Usia adalah lama waktu hidup seseorang (ada setelah dia dilahirkan). Usia merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal. Pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan
xxxi
terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Hali ini terjadi karena pada usia setengah baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehinggaresiko terjadinya keluhan otot skeletal meningkat. 5. Masa Kerja Masa Kerja adalah lama waktu seseorang bekerja sejak diterima di perusahaan sampai dilakukan penelitian. 6. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh seseorang dengan menghisap rokok dalam jangka waktu yang sangat sering. Sama halnya dengan jenis kelamin, pengaruh kebiasaan merokok terhadap resiko keluhan otot skeletal juga masih diperdebatkan dengan beberapa ahli, namun demikian beberapa penelitian telah membuktikan bahwa meningkatnya keluhan otot skeletal sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok maka semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. 7. Kesegaran Jasmani Kesegaran Jasmani merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pada umumnya keluhan otot skeletal lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluahan otot skeletal. 8. Sikap kerja tidak alamiah
xxxii
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjayhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan lain sebagainya. Semakin jauh bagian tubuh dari pusat gravitasi, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McCnville, 1996; Waters & Andersaon, 1996;Manuaba, 2000). 9. Kekuatan Fisik Kekuatan Fisik adalah Kemampuan yang dimiliki oleh setiap tubuh manusia untuk melakukan suatu pekerjaan. Secara fisiologis ada yang dilahirkan dengan struktur otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang mempunyai kekuatan rendah akan lebih rentan terhadap resiko cedera otot. Namun untuk pekerjaanpekerjaan yang tidak memerlukan pengerahan tenaga, maka faktor kekuatan fisik kurang relevan terhadap resiko keluhan otot skeletal. 10. Beban yang diperkenankan Beban kerja yang diperkenankan adalah setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. 11. Aktivitas Berulang
xxxiii
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan lain-lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi. 12. Lingkungan Kerja Fisik Lingkungan Kerja Fisik adalah faktor-faktor keadaan di sekitar tempat kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evalusi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja. 13. Indek Massa Tubuh Indek Massa tubuh adalah suatu pengukuran yang menunjukkan hubungan antara berat badan dan tinggi badan. G. Desain Penelitian Populasi Purposive sampling
Subjek
SesudahMengangkat Gallon (Post-Test)
Sebelum Mengangkat Gallon (Pre-Test)
T-Test
H. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk xxxiv
pengambilan data adalah lembar isian data (kuisioner), yaitu daftar pertanyaan yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner Nordic Body MAP, di mana kuesioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan tentang tingkat keluhan muskuloskeletal. Kuesioner ini akan dibagikan kepada tenaga kerja atau populasi yang terdapat di area 5 gallon tersebut untuk diisi. Pembagian kuesioner ini dilakukan pada saat awal sebelum bekerja atau disebut dengan pre-test dan sesudah kerja atau post-test. Dari hasil kuesioner tersebut selanjutnya akan diberi skor pada setiap jawaban yang dipilih. Untuk jawaban tidak sakit diberi skor 1, agak sakit diberi skor 2, sakit diberi skor 3 dan untuk jawaban sangat sakit diberi skor 4. Setelah semua data terkumpul maka akan dilakukan analisis data untuk menemukan hasil yang signifikan. I. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data Tehnik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan : 1. Memberi score atau nilai setiap bagian otot skeletal. 2. Uji statistik T-Test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 15.0 dengan Interpretasi hasil sebagai berikut : a. Jika p value ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan. b. Jika p value > 0,01 tetapi ≤ 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan. c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Hastono, 2001).
xxxv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Kerja AQUA dirintis oleh almarhum Bapak Tirto Utomo, SH. (1930-1994). Beliau berpikir hadirnya industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia melalui PT. Golden Mississipi pada tanggal 23 Februari 1973. Kegiatan perusahaan di mulai pada bulan Agustus 1973, ditandai dengan pembangunan pabrik di kawasan Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat. Percobaan dilaksanakan pada bulan Agustus 1974 dan produksi komersial dimulai sejak tanggal 1 oktober 1974 dengan kapasitas produksi 6 juta liter setahun. Produk pertamanya adalah AQUA botol kaca 950 ml yang kemudian disusul dengan kemasan AQUA 5 galon, pada waktu itu juga masih terbuat dari kaca. Tahun 1974 hingga tahun 1978 merupakan masa-masa sulit karena masih rendahnya tingkat prmintaan masyarakat terhadap produk AQUA. Dengan berbagai upaya dan kerja keras, AQUA mulai dikenal masyarakat sehingga penjualan dapat ditingkatkan dan akhirnya titik impas berhasil dicapai pada tahun 1978. Saat itu merupakan titik awal perkembangan pesat produk AQUA yang selanjutnya terus berkembang hingga sekarang. Semua produk AQUA ditujukan untuk masyarakat golongan menengah ke atas, baik untuk perkantoran, maupun rumah tangga dan restoran. Namun saat berbagai jenis kemasan baru yaitu 1500 ml, 500 ml, 220 ml dari kemasan plastik mulai diproduksi sejak 1981, maka produk AQUA dapat terjangkau oleh masyarakat
xxxvi
luas karena mudahnya transportasi dan harga yang terjangkau. Pada tahun 2006 AQUA juga memproduksi minuman penambah ion tubuh dengan merek MIZONE 500 ml. Pada tahun 1981, AQUA memutuskan untuk mengganti bahan baku yang semula dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self flowing spring). Diterimanya AQUA oleh masyarakat luas dan wilayah penjualan yang telah menjangkau seluruh pelosok Indonesia, maka AQUA harus meningkatkan kapasitas produksinya. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat itu, lisensi AQUA diberikan kepada PT.Tirta Jayamas Unggul di Pandaan, Jawa Timur pada tahun 1984 dan Tirta Dewata Semesta di Mambal, Bali pada tahun 1987. Hal yang sama juga diterapkan di berbagai daerah di Indonesia. Pemberian lisensi ini disertai dengan kewajiban penerapan standar produksi dan pengendalian mutu yang prima. Upaya ekspor dirintis sejak tahun 1987 dan terus berjalan baik hingga kini mencakup Singapore, Malaysia, Maldives, Fiji, Australia, Timur Tengah dan Afrika. Total kapasitas produksi dari seluruh pabrik AQUA pada saat ini adalah 1.665 milyar liter per tahun. Di luar negeri, tepatnya di Filipina, dijalin pula kerja sama untuk memproduksi AQUA yang telah berproduksi sejak tahun 1998. Sedang di Brunai Darussalam, pada tahun 1991 dilakukan kerjasama dengan membentuk IBIC SDN BHD untuk memproduksi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan merek SEHAT. Nama ini dipilih karena tidak adanya sumber mata air pegunungan yang
xxxvii
memenuhi standar produksi AQUA, sehingga bahan bakunya diambil dari sumur bor. Karena itu nama AQUA tidak digunakan. Saat ini produk AQUA terdiri dari beraneka kemasan dan ukuran, baik kemasan sekali pakai (disposable) maupun kemasan ulang-alik (returnable). Kemasan sekali pakai terdiri atas botol PET (poly Ethelen Therephthalate) 1500 ml, 625 ml, 600 ml, 330 ml dan gelas plastik PP (Poly Propelence) 240 ml, Kemasan ulang-alik terdiri dari botol kaca 375 ml, botol PC (Poly Carbonate) 5 gallon (19 ltr). Semula AQUA memproduksi botol-botol plastik yang memakai bahan PVC (Poly Vinyl Chlorid) yang diduga kurang ramah lingkungan karena menimbulkan hujan asam apabila terbakar. Pada tahun 1988 AQUA mengganti mesin produksi dan bahan bakunya PET, sedangkan di Eropa pada saat itu masih dipakai PVC. AQUA merupakan yang pertama kali merubah botol bulat desain Eropa menjadi persegi dan bergaris agar mudah dipegang. Botol PET ciptaan AQUA ini sekarang menjadi standar internasional. Demikian pula dengan gelas plastik 240 ml yang semula berukuran 220 ml, diciptakan oleh Research and Development AQUA dan sekarang menjadi sangat populer di Indonesia. Pada saat perusahaan go-publik pada tanggal 1 Maret 1990 maka PT. Golden Mississipi dirubah menjadi PT. Aqua Golden Mississipi. Pada Tahun 1994 dan 1995, AQUA adalah AMDK pertama yang berhasil memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk pabrik Bekasi, Citeureup dan Mekarsari. Menyusul kemudian pabrik Pandaan, Mambul, Subung dan Berastagi. Semua pabrik AQUA sedang di proses untuk mendapatkan sertifikat ISO 9002. Sertifikat lain yang telah diperoleh yaitu Good Manufacturing Practise atau Cara Produksi yang baik
xxxviii
dari NSF (National Sanitation Foundation). Pabrik yang telah memperoleh sertifikat ini adalah pabrik Bekasi, Citeuruep, Mekarsari dan Pandaan. Kedua perusahaan AMDK di Indonesia pada awal 1999, AQUA di Bekasi, Bogor, Sukabumi, Pandaan dan Bali memperoleh sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dari SGS, Holland HACCP adalah suatu metode untuk mengontrol produksi agar tidak terjadi kegagalan proses produksi yang bisa mengakibatkan menurunnya kualitas produksi. Pada tahun 1986, AQUA meraih “Asia Star Award” dari Tokyo, Jepang. Dan pada tahun 1991 berhasil meraih “Management Award 1991” kategori manajemen umum dalam program yang diselenggarakan oleh Word Executive’s Digest bersama Asian Institute of Management dan Japan Airlines. Penghargaan lain yang diterima berupa “Piala Nusa Adi Kualita” untuk kualitas manajemen perusahaan terbaik dari kadin jaya, dan penghargaan sebagai peserta terbaik pada penilaian penerapan cara produksi yang baik, untuk kelompok produksi air minum dalam kemasan dalam rangka peringatan Hari Pangan Sedunia pada tahun 1997. Pada kwartal akhir tahun 1999 hasil survey Independent dari majalah Readers Digest di Singapura menempatkan AQUA sebagai “Superbrand 1999” yang paling dikenal dan dipercaya mutunya. Hampir tidak ada kegiatan olahraga pentingyang tidak dihadiri oleh AQUA. Merek AQUA amat terkenal di Indonesia, ASEAN bahkan Eropa melalui PON. Pesta Sukan, Pencak Silat, SEA GAMES, Thomas Uber Cup, World Cup, Sudirman Cup, Word Golf Competition dan sebagainya. AQUA mendirikan beberapa diklat bulutangkis “AQUA PUSPITA” di kota-kota Jakarta, Surabaya, Denpasar untuk
xxxix
membina bibit-bibit muda di perbulutangkisan. Keterlibatan AQUA di dunia olahraga telah beberapa kali mennghasilkan penghargaan bagi perusahaan. Bagi AQUA merupakan suatu kebanggan tersendiri dapat menemani setiap peristiwa bersejarah di Indonesia seperti pertemuan APEC dan KTT di Jakarta, Peringatan Hari Kemerdekaan setiap tahun di Istana Negara dan berbagai peristiwa bersejarah lainnya. Pada tanggal 17 Juli 1987, Tirta Utama mengakuisisi PT. Varia Industri Tirta yang memproduksi (AMDK) merek VIT dan merupakan merek kedua dari group AQUA. Saat ini total kapasitas produksi VIT 287 juta liter per tahun. Di Amerika AQUA mendapatkan “AQUA Award” tahun 1985-1989 secara berturut-turut untuk bidang periklanan, promosi dan public relation. PT. Aqua Golden Mississipi juga merupakan kantor Sekretariat permanen bagi The Internasional Bottled Water Assosiation (IBWA), untuk kemasan Asia Timur Tengah dan Afrika Utara semenjak bulan september 1992, di samping menjadi anggota Direksi dan Council di Amerika Serikat dan di Eropa. Komitmen dan ketertiban almarhum Tirta Utomo dalam industri AMDK yang dirintisnya menjadi sorotan dunia dan pada bulan Oktober 1992 di Cincinati,USA almarhum Tirto Utomo dinobatkan sebagai tokoh pencetus dan penggerak industri AMDK di kawasan Asia dan Timur Tengah dan masuk dalam “Half Of Fame” industri Bottled Water.Beliau adalah orang Asia Pertama yang memperoleh penghargaan tersebut, dan dipilih dari nominasi yang berasal dari Asia, Amerika, Australia, Canada, Eropa, Amerika Serikat dan Latin Amerika.
xl
Pada tanggal 16 Juni 1995, dibentuk PT.Tirta Investama sebagai perusahaan induk yang mengayomi Unit-unit produksi AQUA yang tersebar di seluruh Indonesia dan sekarang menjadi lebih dikenal sebagai Aqua Group. Suatu peristiwa bersejarah kembali terukir melalui perjanjian kerjasama yang ditanda tangani pada tanggal 4 september 1998 di Jakarta antara pemilik Group AQUA dan Group DANONE dari Perancis, melalui salah satu perusahaan investasi mereka yaitu Feddian Pte.Ltd. Dari sinilah Danone masuk dengan 40% sahamnya dalam induk perusahaan (Holding Company) group AQUA yaitu PT. Tirta Investama (TIV) disusul dengan masuknya investor lain dengan jumlah saham 11% sehingga almarhum Tirto Utomo memiliki 49% saham di PT. Tirta Investama sebagai induk perusahaan dari group AQUA. Salah satu alasan dilakukannya aliansi strategis ini adalah untuk menghadapi pasar global pada saat diberlakukannya peraturan AFTA dan WTO yang akan menghilangkan rambu-rambu dan peraturan pasar individual dan sekaligus membentuk pasar bersama yang terbuka. PT.Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) yang berada dalam group Tirta Investama. Pabrik ini berlokasi di Desa Wangen Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pabrik Tirta Investama Klaten berdiri pada bulan Oktober 2002 dan memproduksi AMDK bermerek AQUA. Luas area pabrik Tirta Investama Klaten adalah 105.836 m2 yang digunakan untuk bangunan seluas 42.998 m2 (40% dari area) dan untuk area terbuka atau taman seluas 62.838 m2 (60% dari area). Total
xli
karyawan pada tahun 2002 adalah 184 karyawan, tahun 2003 berjumlah 294 karyawan, tahun 2004 berjumlah 366 karyawan, tahun 2005 berjumlah 552 karyawan, tahun 2006 berjumlah 512 karyawan dan tahun 2009 telah menjadi 569 karyawan. Bangunan yang berada di area pabrik PT. Tirta Investama Klaten adalah : 1. Satu gedung untuk memproduksi 5 galon. 2. Satu gedung untuk memproduksi 1500 dan 600 ml (SPS I). 3. Satu gedung untuk memproduksi 600 ml, 330 dan 240 ml (SPS II). 4. Satu gedung untuk memproduksi MIZONE 500 ml (SPS III). Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT. Tirta Investama Klaten sudah diselenggarakan dengan baik, antara lain sudah terdapat unit pengolahan limbah, pelayanan kesehatan yang sudah baik, sudah mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Penyediaan alat penanggulangan kebakaran sudah baik, sistem keselamatan kerja yang baik dan lain sebagainya. Penelitian ini dilakukan secara khusus di area produksi 5 gallon. Dalam bagian ini gallon di dari roda berjalan secara satu per satu ke tempat penyusunan gallon yang sudah disediakan atau disebut dengan pallet dengan cara manual dengan berat per gallon 20 Kg dan tenaga kerja melakukan pekerjaan ini secara berulangulang selama 7 jam kerja dengan perpindahan atau rolling setiap 1 jam dengan istirahat selama 30 menit per jamnya. Mengangkat gallon ini apabila dilakukan sesuai prosedur dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara ergonomis. Tetapi apabila kegiatan angkat gallon dilakukan tidak sesuai prosedur dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara tidak ergonomis. B. Keadaan Subjek
xlii
Dalam penelitian ini populasi yang terdapat pada area produksi 5 gallon berjumlah 60 orang tenaga kerja dengan jenis kelamin laki-laki. Selanjutnya untuk menentukan sampel peneliti menggunakan tehnik sampling purposive yaitu menentukan sampel berdasrkan ciri-ciri atau kriteria yang sudah ditentukan. Pada akhirnya setelah dilakukan purposive sampling peneliti mendapatkan sampel sebanyak 20 orang. Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan yang dimintakan kepada 20 responden tersebut. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh kegiatan mengangkat gallon pada tenaga kerja sebelum (pretest) dan sesudah (post-test) mengangkat gallon. Hasil dari data ini kemudian dibandingkan dan di uji dengan menggunakan uji t-test yang dibantu dengan program statistik SPSS 15.0. Di bawah ini adalah tabel tentang identitas sampel penelitian : Tabel 1.2 Identitas Sampel area Produksi 5 gallon No. Urut Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jenis Kelamin L L L L L L L L L L L L L L L L
Usia 26 22 26 33 25 28 27 27 19 28 33 38 21 22 38 25
xliii
Masa Kerja 1 th, 8 bl 1 th, 4 bl 1 th, 7 bl 2 th, 2 bl 4 th, 6 bl 2 th, 2 bl 2 th 1 th, 7 bl 1 th 4 th 2 th 2 th 1 th 1 th, 4 bl 4 th 2 th
17. 18. 19. 20.
L L L L
30 24 22 35
3 th 2 th 1 th, 4 bl 4 th, 3 bl
C. Hasil Pengujian Keluhan Muskuloskeletal 1) Tabel 1.3 Hasil Perhitungan Skor Keluhan Muskuloskeletal No. 1)
Keluhan Muskuloskeletal Pre-test Post-Test 39 37
Perbedaan 2
2)
39
33
6
3)
40
49
9
4)
36
67
31
5)
35
52
17
6)
47
33
14
7)
31
35
4
8)
37
34
3
9)
31
41
10
10)
49
35
14
11)
47
38
9
12)
28
42
14
13)
34
53
19
14)
35
38
3
15)
57
58
1
16)
42
68
26
17)
39
57
18
18)
51
70
19
19)
40
45
5
20)
42
47
5
Mean
39,95
46,6
SD
7,316
12,202
xliv
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terjadi kenaikan rata-rata keluhan pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten dalam kegiatan mengangkat gallon. Hal ini dapat diketahui berdasarkan mean dari skor tingkat keluhan yang disebarkan kepada 20 sampel yang menunjukkan adanya peningkatan skor dari 39,95 menjadi 46,6. Berdasarkan hasil ini maka peneliti dapat mengatakan terdapat perbedaan mean atau rata-rata sebelum dan sesudah mengangkat gallon. 2) Tabel 1.4 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Muskuloskeletas Pre-Test No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas Interval Pre-Test 28-33 34-39 40-45 46-51 52-57
% (Prosentase) 15 40 20 20 5
3) Tabel 1.5 Hasil Analisis Prosentase Keluhan Otot Muskuloskeletal PostTest No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas Interval Post-Test 33-39 40-46 47-53 54-60 61-67 68-74
% (Prosentase) 40 15 20 10 5 10
4) Tabel 1.6 Hasil Korelasi Statistik Keluhan Muskuloskeletal No. 1. 2.
Skor Keluhan Muskuloskeletal Sebelum (Pre-test) Sesudah (Post-Test)
Rata-rata 39,95 46,6
xlv
Standar Deviasi 7,316 12,202
Signifikan P=0,03
Terdapat perbedaan rata-rata antara sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan mengangkat gallon, hal ini dapat diketahui dengan hasil analisis dengan menggunakan uji t-test yang dibantu dengan program SPSS 15.0 di mana diperoleh hasil nilai signifikan 0,03. Karena nilai signifikan < 0,05 maka pada tenaga kerja yang melakukan kegiatan mengangkat gallon terlihat mengalami peningkatan keluhan muskuloskeletal dibandingkan dengan sebelum mengangkat gallon, hal ini terlihat dari rata-rata keluhan yang mengalami peningkatan tingkat keluhan yaitu 39,95 menjadi 46,6.
xlvi
BAB V PEMBAHASAN
A. Mengangkat Gallon Dalam penelitian ini mengangkat gallon merupakan pemindahan gallon dari roda berjalan ke tempat penyusunan gallon yang sudah disediakan atau disebut dengan pallet secara manual dengan berat per gallon 20 Kg dan tenaga kerja melakukan pekerjaan ini secara berulang-ulang selama 7 jam kerja dengan perpindahan atau rolling setiap 1 jam dengan istirahat selama 30 menit per jamnya. Angkat gallon ini terdapat di area produksi 5 gallon bagian packing. Mengangkat gallon ini apabila dilakukan sesuai prosedur dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara ergonomis. Tetapi apabila kegiatan angkat gallon dilakukan tidak sesuai prosedur dapat dikatakan bahwa kegiatan tersebut dilakukan secara tidak ergonomis. Dari
hasil
penelitian
diperoleh
hasil
adanya
peningkatan
keluhan
muskuloskeletal sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) mengangkat gallon signifikan, jadi dapat dilihat bahwa sebagian besar tenaga kerja tidak ergonomis dalam melakukan kegiatan angkat gallon. B. Keluhan Muskuloskeletal Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya keluhan muskuloskeletal, antara lain peregangan otot berlebih, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah. Keluhan
xlvii
muskuloskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 %, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Grandjean, 1993). C. Pengaruh kegiatan bekerja angkat gallon terhadap keluhan muskuloskeletal Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mendapatkan hasil bahwa kegiatan bekerja angkat gallon sangat berpengaruh terhadap timbulnya keluhan muskuloskeletal. Dari hasil analisis data ditemukan peningkatan timbulnya keluhan muskuloskeletal terhadap tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten. Hal ini terlihat dari rata-rata keluhan yang mengalami peningkatan tingkat keluhan yaitu 39,95 menjadi 46,6. Dan pada hasil akhir penelitian ini peneliti secara rinci mendapatkan bukti bahwa ada pengaruh yang signifikan bekerja angkat gallon terhadap timbulnya keluhan muskuloskeletal pada tenaga kerja di PT. Tirta Investama Klaten karena P Value = 0,03. Dan nilai signifikan harus < 0,05.
xlviii
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan terhadap tenaga kerja di PT. Tirta Investama, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh kegiatan bekerja angkat galon terhadap timbulnya keluhan musculoskeletal. Dalam proses mengangkat gallon sebagian besar posisi dalam mengangkat tidak ergonomis. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan timbulnya keluhan muskuloskeletal yang signifikan yaitu P Value = 0,03 < 0,05. Dengan diperolehnya hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa tenaga kerja dalam mengangkat gallon tidak sesuai dengan prosedur atau norma-norma dalam sikap kerja. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa tenaga kerja yang mengangkat beban mengalami keluhan muskolekeletal, karena itu hendaknya pihak peusahaan memperhatikan kesehatan karyawan dengan memberikan peralatan yang memadai untuk memudahkan karyawan dalam memindahkan barang. 2. Memberikan perhatian yang sebaik-baiknya pada tenaga kerja dengan memberikan fasilitas kesehatan pada karyawan yang mengalami keluhan musculoskeletal. 3. Tenaga kerja diharapkan dapat bekerja mengangkat gallon sesuai dengan prosedur atau norma-norma sikap dalam bekerja.
Daftar Pustaka xlix
Anis, J.F & McConville. 1996. Anthropometry. Edited by Bharattacharya, A & McGlothin, J.D. 1996. Occupational Ergonomics Theory and Application. Marcel Dekker Inc. New York 1-46. Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1977. Textbook of work physiology, 2th ed. McGraw-Hill Book Company. USA. Choffin, D.B. 1979. Localized Muscle Fasique, Definition and Measurement. Journal of Occupational Medecine. 15 = 346-354. Grandjean, E, 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc. London. Hastono, 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM UI. Jonathan Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Komisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1982. Batasan Angkat Maksimum. Inggris. Manuaba, A. 2000. Ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja. Editor : Sritomo Wignyosoebroto dan Stefanus Eko Wiranto. 2000. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi 2000. Guna Wijaya. Surabaya. 1-4. Noor Fitrihana, 2008. B4D3 Ergonomi. B4D3 Consultant. Sarwono Endhie, 2002. Green Company Pedoman Pengolahan Lingkungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: PT. Astra Internasional Tbk. Soekidjo Notoatmojo, 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: CV. Rineka Cipta. Sritomo Wignjosoebroto, 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Wijaya. Sumadi Suryabrata, 1989. Metodologi untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta. Suma’mur, P.K, 1994. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Cet-4, Penerbit PT. Gunung Agung. Jakarta: 82-92. Sutrisno Hadi, 2004. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.
l
Waters, T.S & Putz-Anderson, V 1996a. Manual materials handling. Edited by Bharattacharya, A & McGlothin, J.D. 1996. Occupational Ergonomics Theory and Application Marcel Dekker Inc. New York. 329-350.
li