PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM), KENAIKAN HARGA MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP PDB RIIL
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh : Ali Masrum 105020113111017
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM), KENAIKAN HARGA MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP PDB RIIL Yang disusun oleh : Nama
:
Ali Masrum
NIM
:
105020113111017
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 Juli 2014
Malang, 18 Juli 2014 Dosen Pembimbing,
Farah Wulandari P, SE.,ME. NIP. 19820423 200502 2 001
PENGARUH PENGURANGAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM), KENAIKAN HARGA MINYAK (ICP) DAN INFLASI TERHADAP PDB RIIL Ali Masrum Fakultas Ekonomi dan Bisnis Email:
[email protected] ABSTRACT This study aimed to analyze the relationship of effect of reducing fuel, crude oil price (icp) and inflation on real PDB. This study uses quantitative methods with regression linear berganda. analysis approach . Indonesian research object is in a period of 15 years. The result, we find that reducing fuel and crude oil price (icp)has positive and significant effect to real PDB and inflation has negative significant to the riil GDP. Key word: Reducing fuel, crude oil price (icp),inflationand real PDB ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM), kenaikan harga minyak (ICP) dan inflasi terhadap PDB Riil.penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Objek penelitian adalah Indonesia dalam jangka waktu 15 tahun.Hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa variabelpengurangan subsidi BBM, kenaikan harga minyak (ICP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Riil. Sedangkan inflasi berpengaruh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel PDB Riil. Kata kunci :Pengurangan subsidi BBM, harga minyak (ICP), inflasi dan PDB Riil
A. LATAR BELAKANG Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan struktural perekonomian seperti perluasan kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka pemerintah mengadakan kebijakan memberikan subsidi bahan bakar minyak (BBM).Subsidi BBM dapat diartikan sebagai bayaran yang harus dilakukan oleh pemerintah pada Pertamina dalam simulasi di mana pendapatan yang diperoleh Pertamina dari tugas menyediakan BBM di tanah air adalah lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa subsidi dilakukan untuk membantu warga negara yang kurang mampu, namun kenyataannya disalahgunakan oleh kalangan kelas menengah ke atas.Hal ini menyebabkan subsidi BBM salah sasaran dalam penyaluran, karena subsidi yang tujuannya diberikan untuk kelompok yang kurang mampu tapi ternyata lebih banyak dinikmati oleh golongan masyarakat kelas atas.Maka untuk itu ada beberapa cara yang dapat diterapkan menurut OECD (2012) untuk mendukung kebijakan pendanaan program-program pokok pembangunan antara lain menghapuskan subsidi energi dan listrik secara signifikan, dan menerapkan program bantuan langsung tunai secara lebih baik guna mencegah naiknya angka kemiskinan diIndonesia. Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara, baik pada negara pengimpor maupun negara pengekspor minyak. Penelitian yang dilakukan Ghalayini (2011) dalam penelitian Styo et al (2014) menyebutkan, ketika harga minyak mengalami kenaikan maka konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Hal ini berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa sehingga membuat konsumen mengurangi konsumsinya dan dapat terjadinya inflasi baik dari sisi cost push inflation dan demand pull inflation. Kenaikan harga minyak akan mendongkrak kenaikan biaya produksi barang-barang yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak, kemudian kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga barang-barang tersebut, bahkan berakibat menaikkan harga-harga barang pada umumnya (inflasi). Kenaikan harga BBM dapat menaikkan biaya (cost), maka setiap negara akan melakukan penyesuaian agar bisa kompetitif dalam menjual barang barang yang dihasilkan di pasar dunia. Sehingga Inflasi yang diakibatkan cost push inflation biasanya kenaikan harga –harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang (Sihono, 2008). Sedangkan ketika terjadinya demand pull inflation atau tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya Seperti halnya kebijakan pengurangan subsidi BBM dapat memberi dampak positif terhadap GDP riil, Dari segi output biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP Riil) menaik bersama-sama dangan naiknya harga umum. besar kecilnya kenaikan output ini tergantung pada elastisitas kurva agregat supply, semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva tersebut. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini di gambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian (Sutedi, 2012:280-282).Keadaan seperti ini berpotensi untuk melemahkan pertumbuhan GDP.Rasio nilai dari impor minyak terhadap GDP dapat dijadikan indikator untuk meneliti sejauh mana dampak fluktuasi harga minyak.Selain itu minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas produksi ekonomi nasional.Penggunaan minyak sebagai energi utama dalam kegiatan produksi nasional membuat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak dunia. Berdasarkan uraian diatas tujuan penelitian ini adalah meneliti dampak pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM), harga minyak Indonesia (ICP) dan inflasi terhadap PDB Riil B. KAJIAN PUSTAKA Subsidi BBM Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada konsumen atauprodusen agar barang dan jasa yang dihasilkan harganya lebih rendah dan jumlah yangdibeli masyarakat lebih banyak.Subsidi (government transfer payment) merupakan alatkebijakan pemerintah untuk redistribusi dan stabilisasi. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary (1990) dalam penelitian (Chinyere & Ani Casimir, 2013) subsidi adalah:
“the money that is paid by a government or organization to reduce the cost of ser-vices or of producing goods so that their prices can be kept low”. Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan adalah “pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak (Nugroho, 2005). Kenaikan harga minyak (ICP) kenaikan harga minyak dunia akan meningkatkan pendapatan pemerintah yang berkaitan dengan minyak dan gas. Namun, kenaikan ini juga akan berdampak pada semakin meningkatnya pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM dan pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan harga minyak, seperti subsidi listrik dan dana bagi hasil minyak dan gas kepada daerah. Lebih lanjut, kewajiban 20% anggaran di bidang pendidikan juga akan menambah peningkatan beban pengeluaran pemerintah. Faktanya, ketika kenaikan harga minyak dunia meningkatkan penerimaan anggaran belanja daerah, kenaikan harga minyak dunia ini merugikan anggaran belanja pemerintah pusat akibat membengkaknya pengeluaran subsidi BBM dan pengeluaran lain yang terkait. Pembengkakan subsidi ini pada akhirnya dapat memaksa pemerintah untuk memotong pos anggaran lainnya (CSIS, 2011). Minyak merupakan salah satu komponen penting dalam biaya produksi yang harus ditanggung perusahaan. Meningkatnya harga minyak akan berpengaruh pada kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah tenaga kerja. Akibatnya terjadi penurunan penawaran. Penurunan penawaran akan berdampak pada kenaikan harga. Inflasi Inflasidiartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terusmenerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses suatu peristiwa dan bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi, dianggap inflasi jika terjadi proses kenaikan harga yang terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapat perhatian para pemikir ekonom. Pengertian inflasi merupakan kecenderungan harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus akibat tidak seimbangnya arus barang dan uang yang di akibatkan dari kenaikan harga BBM yang di terapkan oleh pemerintah . Dan Suatu negara yang mengalami inflasi memiliki ciri-ciri berikut: 1. Harga-harga barang pada umumnya dalam keadaan naik terus menerus; 2. Jalan uang beredar melibihi kebutuhan; 3. Jalan barang relatif sedikit; 4. Nilai uang (daya beli uang) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral di negara mana pun. Untuk memahami pengertian diatas ada berbagai kajian dan teori pun telah banyak dihasilkan oleh para ekonom sebagai solusi dari persoalan inflasi. Menurut Sutedi (2012:284287) Dalam hal ini, terdapat tiga teori utama yang menjelaskan mengenai inflasi, yaitu sebagai berikut: 1. Teori kuantitas Menurut teori kuantitas “kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi “ (Mankiw,2007:90) 2. Teori Keynes Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi di sebabkan masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekononominya. Dengan kata lain, inflasi terjadi karena pengeluaran agregat telalu besar. Oleh karena itu, solusi yang harus di ambil adalah dengan jalan mengurangi jumlah pengeluaran agregat itu sendiri ( mengurangi pengeluaran pemerintah atau dengan meningkatkan pajak dan kebijakan uang yang ketat). 3. Teori strukturalis atau teori inflasi jangka panjang model inflasi di negara berkembang Teori ini menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kelakuan struktur ekonomi, khususnya kekuatan supply bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab
sruktural pertambahan barang-barang produksi ini terlalu lambat di banding dengan pertumbuhan ekonominya, sehingga menaikan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehinggab terjadi inflasi yang relatif berkepanjangan bila pembangunan sektor pengahasilan bahan pangan dan industri barang-barang ekspor tidak di benahi atau di tambah. Produk domestik Bruto (PDB) Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator dalam menilai perekonomian tersebut harus dapat digunakan untuk mengetahui total pendapatan yang diperoleh semua orang dalam perekonomian. Indikator yang pas dan sesuai dalam melakukan pengukuran tersebut adalah Gross Domestic Product (GDP).menurut Sukirno (2005:35) pengertian PDB adalah “Produk Domestik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang di produksi dalam negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang di miliki oleh penduduk negara tersebut dan penduduk/perusahaan negara lain” Penghitungan GDP dengan cara pengeluaran membedakan perbelanjaan- perbelanjaan yang di lakukan dalam perekonomian 5 komponen, yaitu (i) pengeluaran konsumsi – yang meliputi pebelanjaan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, (ii) pengeluaran investasi dan di namakan pembentukan modal tetap dimestik bruto, (iii) perubahan dalam stok, (iv) ekspor barang dan jasa (v) impor barang dan jasa. Namun dalam Mankiw (2006:11-13) GDP (yang ditunjukkan sebagai Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja negara (G), dan ekspor neto (NX): Y = C + I + G + NX Berikutnya, ketika kita mempelajari perubahan perekonomian seiring berlalunya waktu, ekonom ingin memisahkan dua pengaruh (perekonomian menghasilkan output barang dan jasa dengan lebih banyak dan barang dan jasa dijual pada harga yang lebih tinggi).Khususnya, mereka ingin suatu ukuran jumlah barang dan jasa keseluruhan yang diproduksi perekonomian yang tidak terpengaruh perubahan harga barang dan jasa tersebut.Untuk mendapatkan ukuran dari jumlah produksi yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, kita menggunakan GDP riil (real GDP) yang menilai produksi barang dan jasa pada harga tetap. GDP riil mengukur perubahan-perubahan output fisik di dalam perekonomian antara periode tertentu yang berbeda dengan menilai semua barang yang di produksi dla dua periode pada harga yang sama, atau dolar/Rupiah yang konstan (Dornbush dan Fisher, 1997: 31). Sedangkan GDP nominal adalah mengukur produksi barang dan jasa yang dinilai dengan harga – harga di masa sekarang. GDP nominal dalam perhitungannya dipengaruhi kenaikan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan juga kenaikan harga barang atau jasa tersebut(Mankiw,2006:17). Kebijakan Pengurangan Subsidi BBM Subsidi yang besar untuk minyak impor membuat posisi fiskal Indonesia amat rapuh terhadap perubahan harga energi dunia.Ketika harga minyak internasional naik secara drastis, sebagaimana terjadi pada 2008, pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM – yang dapat mempersulit keadaan politik dalam negeri dan mengakibatkan inflasi mendadak – atau menaikkan anggaran subsidi, yang dapat mengakibatkan lumpuhnya perekonomian. Jika pemerintah memilih untuk mempertahankan subsidi pada saat harga minyak sedang tinggi, pemerintah harus mencari tambahan hutang, atau memotong pengeluaran untuk program lain (IISD, 2012). C. METODE PENELITIAN Objek dan Metode Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah perekonomian Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder time series dengan jangka waktu tahun 1999 sampai dengan 2013 yang diperoleh dari World Bank, departemen keuangan APBN, dan Badan Pusat Statistik (BPS) Metode dan Prosedur Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh pengurangan subsidi BBM, kenaikan harga minyak (ICP) dan inflasi terhadap PDB Riil. dalam penelitian menggunakan metode regresi linear berganda. Dalam penelitian ini mennggunakan asumsi klasik (autokorelasi, heteroskedastisitas, normalitas dan multikolinearitas) dan uji kesesuaian (uji t, uji F dan R-squared)
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan PDB Indonesia Perkembangan PDB atas dasar harga konstan, maka dapat dikatakan bahwa perkembangan ekonomi Indonesia dari tahun ketahun semakin membaik. Hal ini ditunjukkan dengan angka-angka PDB atas dasar konstan yang selalu mengalami peningkatan.Pada tahun 2013 misalanya nilai PDB mencapai Rp 277.034.510 miliar bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari Statistik Indonesia (BPS) Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan harga konstan dalam kurun waktu 1999-2013 Perkembangan Subsidi BBM Indonesia Perkembangan kenaikan dan penurunan subsidi BBM dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi akan tetapi cenderung mengalami kenaikan. pada tahun 1999 perkembangan subsidi BBM yaitu sebesar Rp22,5 triliun rupiahDan sampai dengan tahun 2012 subsidi BBM kembali mengalami kenaikan sebesar 46,7 dan sedangkan pada tahun 2013 subsidi turun sebesar 18,1 triliun rupiah. Dalam kurun waktu 2005-2013, pemerintah telah melakukan penyesuaian harga BBM sebanyak 6 (lima) kali, yaitu 1 oktober 2005, bulan Mei 2008, awal Desember 2008, pertengahan Desember 2008, pertengahan Januari 2009 dan bulan Juni 2013.
Perkembangan harga minyak Indonesia (ICP) Pergerakan harga minyak internasional yang saat ini sedang dalam tren menurun antara lain merupakan refleksi dari lemahnya kondisi ekonomi global. Badan Energi Amerika Serikat (EIA) memproyeksikan harga minyak mentah dalam beberapa bulan ke depan masih stabil namun relatif akan lebih rendah dari harga minyak mentah dunia pada awal tahun 2013. Beberapa hal yang mendorong penurunan harga minyak dunia yaitu masih lemahnya permintaan minyak mentah dunia sejalan dengan masih terbatasnya pemulihan ekonomi dunia.Sementara itu, di sisi lain, pasokan minyak terutama dari negara-negara OPEC masih cukup memadai. Pada tahun 1999 harga minyak indonesia sebesar US$ 18,93 barrel sedangkan pada perkembangan terakhir, dengan adanya masalah politik di Mesir dan beberapa negara Timur Tengah, harga minyak mentah dunia pada semester II tahun 2013 diperkirakan cenderung naik yaitu sebesar sebesar US$ 100,0 barrel (depkew, 2013) Perkembangan Inflasi Indonesia Pada tahun 1999 banyak terjadi perubahan-perubahan structural dalam menentukan sebuah kebijakan dimana perubahan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan hubungan antara variabel-variabel makroekonomi dan variabel moneter. Salah satu perubahan yang terjadi adalah hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi dan tingkat output yang semakin melemah. Jumlah uang beredar tidak dapat mendorong tingkat output, tetapi jumlah uang beredar justru mendorong tingkat inflasi. Untuk itulah kebijakan moneter ketat ditempuh dalam kondisi ini untuk mengurangi jumlah uang beredar.Salah satu kebijakan ini bisa dilakukan dengan menaikkan tingkat suku bunga sehingga masyarakat mau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Tercatat tingkat inflasi tahun 1999 memang turun drastis dimana inflasi year on year (yoy) tahun 1998 sebesar 77,63 % turun menjadi 2,01 % pada tahun 1999. Dan sampai tahun 2013 inflasi sebesar 7,2 % (Bps, 2013) Pengujian Hipotesis Uji f Untuk menguji signifikansi koefisien korelasi ini kita dapat melihat pada nilai sig atau dengan uji F pada tabel ANOVA. Tabel 1:Hasil Uji Hipotesis Simultan Variabel bebas
Variabel terikat
F hitung
Sig. F
Keterangan
Psubsidi BBM (X1), ICP (X2), Inflasi (X3)
PDB Riil (Y)
21.704
0.000063
Signifikan
R-square = 0,855 F tabel = F(3,36,5%) = 2,866 Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)
Pada tabel 1 nilai F hitung pada model pertama sebesar 21.704 dan nilai signifikansi sebesar 0.000063.Karena nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel (21.704 >2,866) atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.000063<0,050), dan dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel independen secara bersama-samaberpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.yang mengindikasikanbahwa H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pengurangan subsidi BBM, ICP dan inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel PDB Riil. Koefisien determinasi (R2) Nilai koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,855 maka besarnya pengaruh total variabel pengurangan subsidi BBM (X1), ICP (X2), danInflasi (X3)terhadap variabel PDB Riil (Y) adalah sebesar 0,855atau sekitar 85,5%, dan sisanya sebesar 14,5% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Uji t Uji t adalah pengujian secara parsial untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari setiap variabel bebas (prediktor) terhadap variabel terikat (respon). Tabel 2:Hasil Uji Hipotesis Parsial Variabel bebas Konstanta psubsidi BBM (X1) ICP (X2) Inflasi (X3) t tabel = t(36,5%) = 2,028
Koefisien 7.004
t hitung 33.491
Sig. t 0.0000
Keterangan Signifikan
0.058 0.231 -0.010
2.269 4.820 -3.398
0.0443 0.0005 0.0059
Signifikan Signifikan Signifikan
Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran) 1.
Pengaruh pengurangan subsidi BBM (X1) terhadap PDB Riil (Y) Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 2.269 dan nilai signifikansi sebesar 0.0443.Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2.269>2,028) ataunilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.0443<0,050), maka hipotesis H0 ditolak dan dapat dikatakan bahwa pengurangan subsidi BBM (X1) berpengaruh secara nyata pada PDB Riil (Y)pada taraf signifikansi 5%. 2. Pengaruh harga minyak indonesia atau ICP (X2) terhadap PDB Riil (Y) Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 4.820 dan nilai signifikansi sebesar 0.0005. Karena nilai t hitung lebih besar dari t tabel (4.820>2,028) ataunilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.0005<0,050), maka hipotesis H0 ditolak dan dapat dikatakan bahwa harga minyak indonesia atau ICP (X2) berpengaruh secara nyata pada PDB Riil (Y)pada taraf signifikansi 5%. 3. Pengaruh Inflasi (X3) terhadap PDB Riil (Y) Nilai t hitung yang didapatkan sebesar -3.398 dan nilai signifikansi sebesar 0.0059. Karena nilai t hitung lebih kecil dari t tabel (-3.398<2,028) ataunilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.0059<0,050), maka hipotesis H0 diterima dan dapat dikatakan bahwa Inflasi (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap PDB Riil (Y) Uji asumsi klasik Uji Normalitas Uji normalitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Tabel 3 :Uji Normalitas Residual (Galat) Signifikansi K-S Model 0,560 Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)
Keterangan Normal
Asumsi normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang ditunjukkan pada tabel di atas.Asumsi ini terpenuhi jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov residual model lebih besar dari alpha 5%.Dari hasil pengujian diperoleh nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,560.Karena kedua nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari alpha 5% (0,050) maka dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas tepenuhi. Gambar 1:Uji Normalitas
6
Series: Residuals Sample 1999 2013 Observations 15
5
4
3
2
1
0 -0.050
-0.025
0.000
0.025
0.050
0.075
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.76e-16 -0.009347 0.080844 -0.046990 0.036326 0.659155 2.664707
Jarque-Bera Probability
1.156476 0.560886
0.100
Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran) Dari gambar histogram menunjukkan bahwa probilitas dari uji normalitas sebesar 0,560>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada persamaan pertama berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas adalah pengujian dari asumsi yang terkait bahwa variabel bebas pada suatu model tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya.Cara pendektesian multikolonearitas yang bisa di gunakan yaitu melihat koefisien korelasi di antar regresor. Cara langsung mendektesi adanya multikolonearitas adalh dengan mengintung koefisien korelasi di antara variabel bebas. Koefisien orelasi yang di hitung dapat bersifat pairwise correlation (zero order correlation) Tabel 4: Uji multikolonearitas (korelasi) ICP INF 1.000000 -0.083745 ICP -0.083745 1.000000 INF 0.439036 -0.161191 PSUB Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)
PSUB 0.439036 -0.161191 1.000000
Dari tabel di atas bahwa koefisien korelasi antara ICP dengan inflasi sebesar -0.083.sedangkan koefisien korelasi antara ICP dengan pengurangan subsidi sebesar 0,439. Dan koefisien korelasi antara inflasi dengan pengurangan subsidi sebesar -0.161.dari ketiga koefisien tersebut bahwa koefisien korelasi yang paling tinggi yaitu antara ICP dan Subsidi BBM. Dan dari ketiga tersebut dapat di simpukan bahwa hubungan korelasi <0,8 mengisyaratkan bahwa model tersebut tidak terjadi multikolonearitas. Uji heteroskedasitas Uji heterokedastitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Tabel 5: Uji heteroskedasitas Obs*R-squared Taraf Nyata (α) 0.5515 5% Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)
Kesimpulan Bebas heteroskedasitas
Dari hasil uji gletser diperoleh hasil bahwa pada persamaan dapat disimpulkan bebas heteroskedastisitas.Hal ini ditunjukkan dari besarnya probability Obs*R Square > taraf nyata (α).sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada persamaan tersebut tidak terjadi asumsi hetoroskedasitas. Uji autokorelasi Salah satu uji formal untuk mendeteksi autokorelasi adalah Breusch-Godfrey atau dengan nama lain uji Langrange Multiplier (LM). Berikut adalah hasil uji autokorelasinya : Tabel 6: Uji autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.589307 Prob. F(2,9) 0.5748 Obs*R-squared 1.736898 Prob. Chi-Square(2) 0.4196 Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran) Pada hasil uji LM ini diketahui bahwa nilai Probabilitas Chi-Square sebesar 0.4196>α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian Langrange Multiplier diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi. Pembahasan hasil penelitian Dengan menggunakan PDB Riil sebagai variabel dependen yang dipengaruhi Pengurangan subsidi BBM, harga minyak indonesia (ICP), dan Inflasi menggunakan data time series tahun 1999-2013, maka diperoleh hasil regresi utama sebagai berikut : Tabel 7 : Hasil Regresi Utama Dependen Variabel : PDB Riil
Persamaan Variabel coefficient Pengurangan subsidi BBM 0.058 (PSUB) Harga minyak indonesia (ICP) 0.231 Inflasi (INF) -0.010 Jumlah Observasi 15 R-squared 0.855478 Adjusted R-squared 0.816062 F-statistic 21.70425 Sumber : Output Pengolahan Data (lampiran)
Prob. 0.0443 0.0005 0.0059
Persamaan yang signifikan pada taraf nyata 5% Dan nilai koefisien regresi seperti yang dirangkum pada Tabel 7, dengan persamaan fungsional sebagai berikut : LogGDPR = 7.004+0.058*LogPSUB+0.231*LogICP-0.010*INF+ e Pada persamaan di atas, variabel independen yang berpengaruh signifikansecara statistik terhadap GDPR adalah variabel pengurangan subsidi BBM (PSUB), harga minyak indonesia (ICP), dan inflasi (INF). Interpretasi dari hasil regresi persamaan diatas adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh pengurangan Subsidi BBM terhadap PDB Riil Hasil regresi pada persamaan menunjukkan slope koefisien dari pengurangan subsidi BBM menunjukkan angka 0.058 yang berarti bahwa setiap ada pengurangan subsidi 1 persen akan meningkatkan PDB Riil sebesar 0,05 persen. Pada persamaan tersebut jumlah subsidi hubungannya positif dan signifikan pada = 5% Variabel pengurangan subsidi mempunyai pengaruh positif terhadap variabel PDB Riil secara signifikan. Apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka dengan semakin tingginya pengurangan subsidi dengan seiring naiknya harga minyak mentah akan menaikan PDB Riil dari dari tahun ke rahun .Maka untuk itu kebijakan pengurangan subsidi di anggap penting bagi pemerintah indonesia namun dalam kebijakan tersebut menimbulkan pro dan kontra atas kebijakan tersebut. Pengeluaran maupun penerimaan pemerintah pasti mempunyai pengaruh atas pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar pendapatan nasional (expansionary), tetapi penerimaan pemerintah dapat mengurangi pendapatan nasional (contractionary).(Sutedi, 2012:76)
2. Pengaruh Kenaikan harga minyak indonesia (ICP) PDB Riil Hasil regresi pada persamaan menunjukkan slope koefisien kenaikan harga minyak (ICP) menunjukkan angka 0.231yang berarti bahwa setiap pertam bahan ICP 1 persen akan meningkatkan PDB Riil sebesar 0,23 persen. Pada persamaan tersebut bahwa kenaikan ICP hubungannya positif dan signifikan pada = 5%. Variabel harga minyak indonesia atau ICP mempunyai pengaruh positif terhadap variabel PDB Riil secara signifikan. Apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka dengan semakin tingginya ICP akan menaikan PDB Riil dari tahun ke tahun.Dengan kenaikan harga minyak akan mendongkrak kenaikan biaya produksi barang barang yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak, kemudian kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga jual barang-barang tersebut sehingga akan meningkatkan PDB riil dari semua sektor. Itu terlihat dari perkembangan PDB Riil dari tahun 1999-2013 PDB riil mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sehingga kenaikan harga minyak membawa dapak positif terhadap PDB Riil. 3. Pengaruh inflasi terhadap PDB Riil Hasil regresi pada persamaan menunjukkan slope koefisien tingkat inflasi (ICP) menunjukkan angka -0.010 yang berarti bahwa setiap pertam bahan inflasi 1 persen akan menurunkan PDB Riil sebesar 0,01 persen. Pada persamaan tersebut bahwa kenaikan tingkat inflasi hubungannya positif dan signifikan pada = 5%. Variabel inflasi mempunyai pengaruh negatif terhadap variabel PDB Riil secara signifikan. Apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka dengan semakin tingginya inflasi akan menaikan PDB Riil dari tahun ke tahun.Dengan kenaikan harga minyak dunia yang seiring dengan naiknya harga BBM secara keseluruhan akan berdampak terhadap inflasi seperti pada tabel tabel 4.11, karena kenaikan harga minyak akan menaikkan harga-harga yang lain. Minyak adalah input bagi manufaktur, distribusi, industri, dan rumah tangga. Kenaikan harga BBM akan mendongkrak kenaikan biaya produksi barang-barang yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak, kemudian kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga jual barang-barang tersebut, bahkan berakibat menaikkan harga-harga barang pada umumnya (inflasi) dan dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang (Sihono, 2009). Sehingga dalam konteks ekonomi makro dapat menurunkan PDB Rill. E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini ialah sebagai berikut. 1. Pengurangan subsidi bahwa subsidi BBM memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Riil indonesia tahun 1999-2013. Dari hasil penelitian di jelaskan bahwa setiap ada pengurangan subsidi BBM akan meningkatkan PDB Riil. 2. Kenaikan harga minyak indonesia (ICP) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB Riil indonesia tahun 1999-2013 karena sektor minyak dan gas masih berperan penting dalam pembentukan PDB. Dari hasil penelitian di jelaskan bahwa setiap ada kenaikan harga dunia yang diiringi naiknya harga minyak dalam negeri akan meningkatkan PDB Riil. 3. Tingkat Inflasi memliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap PDB Riil indonesia tahun 1999-2013. Dari hasil penelitian di jelaskan bahwa setiap peningkatan inflasi maka akan meningkatkan PDB Riil karena dari sisi demand pull inflation inflation membawa dampak positif yaitu ketika terjadinnya demand pull inflationatau tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dari segi output biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP Riil) menaik bersama-sama dangan naiknya harga umum, Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini di gambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Saran Di antara 3 variabel ekonomi yang digunakan (pengurangan subsidi BBM, harga minyak indonesia, dan inflasi), pengurangan subsidi BBM merupakan variabel yang memiliki kontribusi paling besar terhadap PDB Riil. Hal ini menunjukkan paling tidak pengurangan subsidi BBM merupakan variabel atau instrumen ekonomi yang sekiranya masih paling relevan digunakan untuk kebijakan dengan sasaran pembentukan PDB Riil.Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi pihak lembaga penelitian dari pemerintah maupun swasta yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang sama dalam penelitian ini untuk lebih menggali informasi dan
2.
data yang mendalam mengenai indikator indikator lain yang dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya yang sejenis, terutama tentang pengurangan subsidi BBM, kenaikan harga minyak dan tingkat inflasi. Dan variabel lain yang dapat di gunakan untuk mengetahui PDB Riil. Bagi pihak peneliti dari kalangan akademik, disarankan untuk menambah jumlah periode yang digunakan dalam penelitian selanjutnya. Agar hasil yang diperoleh lebih baik dan lebih jelas. Serta disarankan untuk menambah atau mempergunakan indikator makro ekonomi lain seperti tingkat suku bunga, ekspor impor, nilai tukar dan lain sebagainya. DAFTAR PUSTAKA ,CSIS. 2011. Penyesuaian Subsidi BBM Pilihan Rasional Penyelamatan Ekonomi, Naskah Kebijakan - Mei 2011.. Website: www.csis.or.id di akses tanggal 13 oktober 2013 jam 16.31 WIB ,OECD. 2012. Survei OECD Perekonomian Indonesia september 2012 ,IISD, 2012. Panduan masyarakat tentang subsidi energi di indonesia, perkembangan akhir 2012. Website: www.iisd.org/gsi
Badan pusat statistik (BPS), 2013. Website: www.Bps.go.id diakses tanggal 23 april 2014 jam 17.10 Chinyere T. Nwaoga1&K. C. Ani Casimir. 2013. Fuel Subsidy Removal in Nigeria: SocioReligious and Value Implications Drawn from the Theistic Humanism of Professor Dukor. Open Journal of Philosophy 2013. Vol.3, No.1A, 240-247 Depkew. 2014. Nota keuangan dan APBN. Website: www.Depkew.or.id di akses tanggal 13 oktober 2013 jam 14.01 WIB
Depkew. 2014. Dasar-Dasar Praktek Penyusunan APBN di Indonesia 2013. Website: www.Depkew.or.id di akses tanggal 13 oktober 2013 jam 14.10 WIB diakses tanggal 13 oktober 2013 jam 13.45 WIB Dornbush Rudiger & Stanley fisher. 1997. Makro ekonomi, Edisi Ke Empat. Penerbit Erlangga. Jakarta Mankiw, N. Gregory. 2007. Makro Ekonomi, Edisi keenam. Jakarta: Penerbit ErLangga. Mankiw, N. Gregory. 2006. Principle Of Ecconomics, Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Nugroho, Hanan, 2005. Tinjauan terhadap masalah subsidi BBM, ketergantungan pada minyak bumi, manajemen energi nasional, dan pembangunan infrastruktur energi.Perencanaan Pembangunan Edisi 02, Tahun X, 2005 Sihono, Teguh. Krisis Finansial Amerika Serikat dan Perekonomian Indonesia. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008. Yokyakarta Sutedi, Adrian. 2012. Hukum Keuangan Negara. Sinar Grafika. Jakarta Styo, Mita Et al. 2014. Pengaruh hrga minyak dunia, Harga emas, dan tingkat inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia. Studi Pada Bank Indonesia Periode Tahun 20032011. Malang