PENGARUH PENERAPAN CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP HARGA SAHAM (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010 DAN 2011) Dyan Fadila, Yan Rahadian Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh penerapan Corporate Governance terhadap harga saham. Penerapan Corporate Governance diukur dengan menggunakan efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta pengungkapan Corporate Social Responsibility. Pengukuran harga saham menggunakan harga rata-rata saham tahunan. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dan 2011. Penelitian ini menemukan bahwa efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta pengungkapan Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Kata kunci: Corporate Governance; efektivitas dewan komisaris; efektivitas komite audit; pengungkapan Corporate Social Responsibility.
The Impact of Corporate Governance Implementation to Stock Prices (Empirical Study on Manufacturing Companies Listed in the Indonesia Stock Exchange of 2010 and 2011) Abstract This research aims to know the impact of Corporate Governance implementation to stock prices. Corporate Governance implementation is measured by board of commissioner and audit committee effectiveness and also Corporate Social Responsibility disclosure. Stock price is measured by annual average share price. Samples were taken for this research are manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange of 2010 and 2011. This research found that board of commissioner and audit committee effectiveness and also Corporate Social Responsibility disclosure have a positive and significant impact to stock prices. Keywords: audit committee effectiveness; board of commissioner effectiveness; Corporate Governance; Corporate Social Responsibility disclosure.
1
Pendahuluan Salah satu tujuan perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk meningkatkan
nilai perusahaan (Salvatore, 2005). Menurut Fama (1978), nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Semakin tinggi harga suatu saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Sekarang ini, dengan berkembangnya dunia bisnis yang sangat pesat, suatu perusahaan tidak dapat hanya mengandalkan faktor-faktor finansial, seperti tingkat laba, volume penjualan, dan ukuran-ukuran keuangan lainnya untuk meningkatkan nilai perusahaan
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
2
tersebut. Banyak faktor non-finansial yang ternyata juga sangat berpengaruh, salah satunya adalah penerapan Corporate Governance (CG). Newell dan Wilson (2002) dalam artikelnya yang berjudul “A Premium for Good Governance” menyatakan bahwa secara teoritis penerapan CG dapat meningkatkan nilai perusahaan, diantaranya meningkatkan kinerja keuangan dan mengurangi risiko yang merugikan akibat tindakan pengelola yang cenderung menguntungkan diri sendiri. Wibisono (2007) menjelaskan bahwa CG dilatarbelakangi oleh krisis finansial yang terjadi di berbagai belahan dunia, mulai dari krisis Meksiko (1995) sampai dengan krisis Thailand (1997) hingga menjelma menjadi krisis finansial Asia termasuk Indonesia. Lemahnya penerapan CG disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya krisis finansial tersebut. Banyak penelitian di berbagai negara yang telah menunjukkan adanya pengaruh penerapan CG terhadap nilai perusahaan atau harga saham. Black et al. (2003) membuktikan bahwa CG secara signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan di Korea. Silveira dan Barros (2006) menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan kualitas CG terhadap nilai dari 154 perusahaan di Brazil yang terdaftar di pasar modal pada tahun 2002. Penelitian Malik (2012) juga membuktikan bahwa CG secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham pada 30 perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek di Pakistan. Di Indonesia, penelitian Pranata (2007) dan Wardani (2008) menunjukkan adanya pengaruh signifikan CG yang menggunakan proksi Corporate Governance Perception Index (CGPI) terhadap nilai perusahaan. Herawaty (2008) juga membuktikan bahwa variabel CG mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun demikian, selain penelitian-penelitian tersebut, banyak penelitian lain yang tidak berhasil menemukan pengaruh CG terhadap nilai perusahaan atau harga saham. Lamport, Latona, Seetanah, dan Sannassee (2011) meneliti pengaruh CG terhadap nilai dari 100 perusahaan di Mauritius pada tahun 2009. Penelitian ini menunjukkan bahwa CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Javed dan Iqbal (2007) yang meneliti pengaruh elemen CG terhadap nilai dari 50 perusahaan di Pakistan periode 2003-2005 serta penelitian Gupta, Kennedy, dan Weaver (2009) yang meneliti pengaruh CG terhadap nilai perusahaan di Kanada periode 2002-2005. Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Dwarachandra (2007) menunjukkan bahwa penerapan CG tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja operasional perusahaan maupun nilai perusahaan. Siregar (2009) meneliti pengaruh CG terhadap harga saham pada perusahaan yang mengikuti survei CGPI periode 2006-2009. Penelitian ini menunjukkan
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
3
bahwa CG tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal ini mendukung penelitian Ramadhani (2009) yang mengatakan bahwa pengaruh CG tidak dapat secara langsung dirasakan oleh perusahaan, karena baru akan terasa manfaatnya dalam jangka panjang. Penelitian Ratih (2011) juga menunjukkan bahwa tidak terbukti adanya pengaruh CG terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening. Hasil yang tidak konsisten dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bukti empiris pengaruh CG terhadap nilai perusahaan atau harga saham belum konklusif. Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan karena operasionalisasi variabel CG yang digunakan dalam penelitian-penelitian di atas belum mencerminkan aktivitas organ CG yang diterapkan oleh perusahaan. Selain itu, terdapat beberapa pengukuran CG yang mungkin kurang relevan untuk digunakan. Hal tersebut menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti kembali pengaruh CG terhadap harga saham. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena pengukuran CG dalam penelitian ini menggunakan checklist efektivitas dewan komisaris dan komite audit yang disusun oleh Hermawan (2009). Pengukuran ini dianggap lebih mencerminkan aktivitas organ CG, karena dewan komisaris dan komite audit memegang peranan yang sangat penting dalam penerapan CG. Dewan komisaris merupakan inti dari CG yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Egon Zehnder International dalam FCGI, 2006). Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) juga berpendapat bahwa, keberadaan komite audit sangat penting dalam membantu dewan komisaris untuk melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal ini sesuai dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Principles (2004) mengenai tanggung jawab dewan komisaris dan direksi, dimana dalam prinsip ini dinyatakan bahwa kerangka kerja CG harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham. Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan antara dewan komisaris dan komite audit dengan nilai perusahaan atau harga saham. Di Amerika, studi Korn dan Ferry International (1989) menunjukkan bukti bahwa harga saham perusahaan yang telah memiliki komite audit cenderung lebih diminati oleh para investor (Effendi, 2007). Rosenstein dan Wyatt (1990) menemukan bukti bahwa harga saham meningkat ketika perusahaan mengangkat komisaris independen tambahan. Penelitian Ojulari (2012) di Inggris juga menunjukkan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Di
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
4
Indonesia, penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) membuktikan bahwa dewan komisaris dan komite audit memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Refdiandri (2010) juga membuktikan bahwa dewan komisaris dapat meningkatkan nilai perusahaan. Selain membentuk dewan komisaris dan komite audit yang efektif, menurut Daniri (2005), sekarang ini tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada Triple Bottom Lines, yaitu finansial, sosial dan lingkungan. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan akan tumbuh secara berkelanjutan, melainkan juga harus memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Oleh sebab itu, selain menggunakan checklist efektivitas dewan komisaris dan komite audit, penelitian ini juga menggunakan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai ukuran aspek lain dari CG. Pengungkapan CSR dilandasi oleh pemikiran bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai tanggung jawab ekonomi dan legal kepada pemegang saham atau shareholders, tetapi juga tanggung jawab terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Pengungkapan
CSR
merupakan
salah
satu
cara
perusahaan
untuk
membangun,
mempertahankan, serta meligitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politik (Guthrie dan Parker, 1990). Penerapan CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep CG. Hal ini dapat dilihat dari salah satu prinsip CG yaitu responsibility (pertanggungjawaban), dimana sebagai entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan memang mesti bertindak sebagai good corporate citizen yang merupakan tuntutan dari good business ethics (Wibisono, 2007). Retno dan Priantinah (2012) mengungkapkan bahwa CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang
terjadi
akibat
aktivitas
operasional
perusahaan.
Semakin
banyak
bentuk
pertanggungjawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, citra perusahaan akan semakin meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baik citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Tentu saja hal ini akan berdampak pada peningkatan nilai saham perusahaan. Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan pengaruh positif pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan atau harga saham. Servaes (2012) membuktikan bahwa CSR pada perusahaan dengan kepedulian pelanggan yang tinggi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian Kusumadilaga (2010) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
5
pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Penelitian Edmawati (2012) juga menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, secara keseluruhan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta pengungkapan CSR perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 dan 2011, serta membuktikan secara empiris pengaruh efektivitas dewan komisaris, komite audit, dan pengungkapan CSR terhadap harga saham. 2
Tinjauan Literatur dan Pengembangan Hipotesis
2.1
Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris terhadap Harga Saham Efektivitas dewan komisaris merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Menurut
Hermawan (2009), efektivitas dewan komisaris dapat dilihat dari empat karakteristik, diantaranya independensi, aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi anggota. Karakteristik yang pertama adalah independensi, artinya perusahaan harus memastikan bahwa dewan komisaris yang ada adalah dewan komisaris yang independen dan bertindak demi kepentingan seluruh shareholders maupun stakeholders perusahaan. Karakteristik yang ke dua adalah aktivitas. Aktivitas dewan komisaris diantaranya melakukan evaluasi terhadap kinerja direksi dan laporan keuangan, serta menilai prospek bisnis perusahaan yang telah dilakukan oleh dewan direksi, kemudian semua hal tersebut harus dituangkan dalam laporan dewan komisaris. Dewan komisaris juga melakukan pertemuan atau rapat antar dewan komisaris atau dengan dewan direksi untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di perusahaan. Karakteristik yang ke tiga adalah jumlah anggota, yaitu suatu perusahaan harus memiliki anggota dewan komisaris yang memadai dan tidak terlalu banyak. Jika jumlah anggota dewan komisaris terlalu banyak akan menimbulkan potensi adanya free rider. Selain itu dapat menyebabkan proses diskusi dan negosiasi dalam membuat keputusan menjadi terlalu lama karena adanya pendapat yang berbeda-beda dari setiap anggota. Karakteristik yang terakhir adalah kompetensi anggota, yang menyebutkan bahwa dewan komisaris harus memiliki kompetensi yang memadai. Hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman dari masing-masing anggota dewan komisaris tersebut. Selain itu, dewan komisaris juga harus memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, dan pengetahuan mengenai bisnis perusahaan.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
6
Jika keempat karakteristik di atas terpenuhi, maka dewan komisaris dapat menjalankan tugasnya dengan efektif. Dewan komisaris yang efektif akan menciptakan suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Siallagan dan Machfoedz (2006) meneliti pengaruh mekanisme CG terhadap nilai dari 74 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2000-2004. Mekanisme CG diukur dengan menggunakan tiga variabel, yaitu kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Penelitian ini membuktikan bahwa dewan komisaris secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Roma (2012) meneliti pengaruh kompetensi dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan frekuensi rapat dewan komisaris terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Tobins’Q. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 85 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dewan komisaris mempengaruhi probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor. Sedangkan proporsi dewan komisaris independen dan frekuensi rapat dewan komisaris tidak mempengaruhi probabilitas perusahaan untuk dinilai lebih tinggi oleh investor. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Efektivitas Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap harga saham 2.2
Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Harga Saham Selain efektivitas dewan komisaris, efektivitas komite audit juga merupakan hal
yang penting dalam perusahaan. Efektivitas komite audit dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi (Hermawan, 2009). Karakteristik yang pertama adalah aktivitas. Aktivitas komite audit diantaranya adalah memberikan pendapat profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris. Selain itu, komite audit juga mengadakan rapat pertemuan antara komite audit sendiri maupun dengan dewan komisaris dan dewan direksi untuk membicarakan dan menyelesaikan permasalahan yang ada di perusahaan. Karakteristik yang kedua adalah jumlah anggota, yaitu suatu perusahaan harus memiliki sekurang-kurangnya tiga orang anggota komite audit, di mana di dalamnya termasuk
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
7
ketua komite audit yang berasal dari komisaris independen. Karakteristik yang ke tiga adalah kompetensi. Komite audit harus memiliki kompetensi yang memadai, yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan dan pengalamannya. Minimal satu orang anggota komite audit harus memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang akuntansi dan keuangan, karena seorang komite audit dituntut untuk memiliki kemampuan dalam membaca dan memahami laporan keuangan perusahaan. Jika ketiga karakteristik di atas terpenuhi, maka akan tercipta suatu komite audit yang efektif. Seperti halnya dewan komisaris, komite audit yang efektif akan menciptakan suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Menurut studi Korn dan Ferry International (1989) ternyata 98% perusahaan Amerika yang disurveinya telah memiliki komite audit, dan hal ini berdampak pada harga saham perusahaan dimana perusahaan yang telah memiliki komite audit cenderung lebih diminati oleh para investor (Effendi, 2007). Siallagan dan Machfoedz (2006) meneliti pengaruh mekanisme CG terhadap nilai dari 74 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2000-2004. Mekanisme CG diukur dengan menggunakan tiga variabel, yaitu kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Penelitian ini membuktikan bahwa komite audit secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ojulari (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh efektivitas komite audit terhadap nilai perusahaan. Efektivitas komite audit diukur dengan menggunakan lima karakteristik, diantaranya ukuran komite audit, independensi, pengetahuan tentang masalah keuangan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan dan apakah komite audit tersebut menduduki jabatan lain dalam perusahaan. Nilai perusahaan juga diukur dengan menggunakan lima pengukuran yaitu return on equity, net profit margin, pertumbuhan penjualan/turnover, Tobin’s Q dan dividen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Efektivitas Komite Audit berpengaruh positif terhadap harga saham
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
8
2.3
Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Harga Saham CSR merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang dapat mempererat hubungan
perusahaan dengan stakeholders-nya. Pelaksanaan CSR dianggap sebagai salah satu faktor eksternal yang secara tidak langsung memberikan profit bagi perusahaan, karena CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan dalam pengoperasian dengan etika yang baik serta menunjukkan tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan bisnisnya yang bukan hanya berorientasi pada profit namun juga bertanggung jawab secara sosial sehingga meningkatkan citra perusahaan dan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Dalam pengungkapan laporan tahunan perusahaan, CSR merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Para investor memerlukan informasi yang jelas, pasti dan tepat mengenai CSR perusahaan, yang dapat memberikan gambaran mengenai interaksi antara perusahaan dengan stakeholders maupun masyarakat. Menurut Kotler dan Lee (2005), salah satu manfaat pelaksanaan CSR adalah meningkatnya citra perusahaan. Jika perusahaan secara rutin dan konsisten melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya, perusahaan dapat menciptakan citra yang baik sehingga perusahaan tentu akan semakin dikenal dan menimbulkan penilaian positif dari masyarakat bisnis, terutama investor. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Apabila perusahaan memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang buruk maka akan muncul keraguan dari investor sehingga direspon negatif melalui penurunan harga saham (Almilia dan Wijayanto, 2007). Nurlela dan Islahuddin (2008) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa CSR, persentase kepemilikan, serta interaksi antara CSR dengan persentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kusumadilaga (2010) meneliti tentang pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel intervening. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Edmawati (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan Tobin’s Q. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
9
Berdasarkan penjelasan di atas dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan 3
Metode Penelitian
3.1
Gambaran Umum Sampel Penelitian ini menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 dan 2011 sebagai populasi penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan sampel, terpilih 141 perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian. Sehingga jumlah observasi keseluruhan dalam penelitian ini adalah 282 observasi. Tabel 3.1 memperlihatkan deskripsi sampel pada penelitian ini. Tabel 3.1 Deskripsi Sampel Penelitian Deskripsi Sampel Penelitian Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2010 dan 2011 Laporan tahunan dan laporan keuangan yang tidak berhasil diperoleh Perusahaan yang menyajikan laporan keuangannya dengan US$ Perusahaan yang memiliki ekuitas negatif Data harga saham yang tidak berhasil diperoleh Data yang ekstrim/outlier Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian Jumlah tahun penelitian Jumlah observasi keseluruhan
3.2
Jumlah Sampel 199 (30) (12) (5) (6) (5) 141 2 282
Model Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Model yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: PRICEit = α + β1DEKOMit + β2KOMAUDit + β3CSRit + β4EPSit + β5SIZEit + β6LEVit + εit Dimana: PRICEit
= ln harga saham kei pada periode ket
α
= Konstanta
β1 – β6
= Koefisien regresi
DEKOMit
= Efektivitas dewan komisaris kei pada periode ket
KOMAUDit
= Efektivitas komite audit kei pada periode ket
CSRit
= Pengungkapan CSR kei pada periode ket
EPSit
= Laba per lembar saham kei pada periode ket
SIZEit
= ln Ukuran perusahaan kei pada periode ket
LEVit
= Leverage kei pada periode ket
εit
= Error
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
10
3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham tahun 2010 dan 2011
yang diukur dengan menggunakan logaritma natural dari harga rata-rata saham tahunan, yaitu dengan membagi jumlah harga saham rata-rata harian dengan jumlah hari saham diperdagangkan. Jumlah harga saham rata-rata harian diperoleh dengan membagi dua jumlah harga pasar tertinggi dan harga pasar terendah pada hari tertentu. Operasionalisasi harga saham tersebut telah digunakan sebelumnya oleh Samontaray (2010) dan Malik (2012) yang meneliti tentang pengaruh CG terhadap harga saham. 3.3.2
Variabel Independen
3.3.2.1
Efektivitas Dewan Komisaris Efektivitas dewan komisaris diukur dengan menggunakan checklist efektivitas
dewan komisaris (Hermawan, 2009), berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan untuk tahun 2010 dan 2011. Checklist tersebut terdiri dari 17 pertanyaan terkait dengan independensi, aktivitas, ukuran, serta kompetensi dewan komisaris. Setiap pertanyaan akan diberikan skor, dengan pemeringkatan skor sebagai berikut: Good memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3; Fair hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2; dan Poor tidak memenuhi kriteria atau tidak ada informasi, diberi nilai 1. 3.3.2.2
Efektivitas Komite Audit Efektivitas komite audit diukur menggunakan checklist efektivitas komite audit
(Hermawan, 2009), berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan untuk tahun 2010 dan 2011. Checklist tersebut terdiri dari 11 pertanyaan terkait dengan aktivitas serta kompetensi komite audit. Setiap pertanyaan akan diberikan skor, dengan pemeringkatan skor sebagai berikut: Good memenuhi semua kriteria, diberi nilai 3; Fair hanya memenuhi sebagian kriteria, diberi nilai 2; dan Poor tidak memenuhi kriteria atau tidak ada informasi, diberi nilai 1. 3.3.2.3
Corporate Social Responsibility Pengungkapan CSR diukur dengan menggunakan checklist yang didapat dari GRI
Guidelines 3.0 berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan untuk tahun 2010 dan 2011. Alasan digunakannya standar GRI karena pengungkapan yang terdapat di dalam standar GRI bersifat internasional dan dapat digunakan
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
11
untuk berbagai macam sektor dan ukuran perusahaan. Dengan menggunakan pendekatan dummy, setiap item CSR dalam checklist tersebut diberi nilai 1 jika diungkapkan oleh perusahaan dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor setiap perusahaan. Kemudian, total skor untuk setiap perusahaan tersebut dibagi dengan jumlah item pengungkapannya. Checklist pengungkapan CSR dalam penelitian ini terdiri dari 79 item yang terbagi dalam enam kategori indikator kinerja, yaitu ekonomi, lingkungan, tenaga kerja yang layak, hak asasi manusia, masyarakat, dan tanggung jawab produk. 4
Hasil Penelitian
4.1
Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai 4.4
berikut: PRICE Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Harga Saham 2010 2011 3954.19 3829.78 9501.44 7610.29 77275.00 48472.27 58.48 56.93
Keseluruhan 3891.98 8592.86 77275.00 56.93
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rerata harga saham tergolong rendah. Selain itu, dapat dilihat bahwa variabel tersebut memiliki simpangan baku yang besar serta memiliki rentang nilai maksimum dan minimum yang sangat jauh. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas data cukup tinggi. Tabel 4.1 di atas juga menunjukkan bahwa rerata harga saham tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan rerata harga saham tahun 2010. Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Efektivitas Dewan Komisaris DEKOM 2010 2011 Keseluruhan Rerata 0.670355 0.707730 0.687665 Simpangan Baku 0.081121 0.087467 0.087600 Maksimum 0.860000 0.940000 0.941176 Minimum 0.450000 0.530000 0.450980
Dari tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rerata efektivitas dewan komisaris sudah cukup baik walaupun belum terlalu tinggi. Selain itu, dapat dilihat bahwa variabel tersebut memiliki simpangan baku yang rendah serta rentang nilai maksimum dan minimum yang tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas data tidak
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
12
terlalu tinggi. Tabel 4.2 di atas juga menunjukkan bahwa rerata efektivitas dewan komisaris tahun 2011 lebih baik dibandingkan tahun 2010. KOMAUD Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Efektivitas Komite Audit 2010 2011 Keseluruhan 0.656099 0.679574 0.665700 0.135898 0.132637 0.133732 0.940000 0.970000 0.969697 0.330000 0.330000 0.333333
Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rerata efektivitas komite audit sudah cukup baik walaupun belum terlalu tinggi. Selain itu, dapat dilihat bahwa variabel tersebut memiliki simpangan baku yang rendah serta rentang nilai maksimum dan minimum yang tidak terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa variabilitas data tidak terlalu tinggi. Tabel 4.3 di atas juga menunjukkan bahwa rerata efektivitas komite audit tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Pengungkapan CSR 2010 2011 Keseluruhan 0.125248 0.151348 0.137026 0.134369 0.149070 0.143379 1.000000 0.760000 1.000000 0.030000 0.030000 0.025316
CSR Rerata Simpangan Baku Maksimum Minimum
Dari tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rerata pengungkapan CSR tergolong rendah. Selain itu, dapat dilihat bahwa variabel tersebut memiliki simpangan baku yang cukup tinggi dan rentang nilai maksimum dan minimum yang cukup jauh. Hal ini menunjukkan skor pengungkapan CSR perusahaan cukup bervariasi. Tabel 4.4 di atas juga menunjukkan bahwa rerata pengungkapan CSR tahun 2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010. 4.2
Perkembangan Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit serta Pengungkapan CSR Perkembangan efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta pengungkapan
CSR dapat dilihat pada tabel 4.5 sampai 4.7 berikut: DEKOM Independensi Aktivitas Jumlah Anggota Kompetensi
Tabel 4.5 Perkembangan Efektivitas Dewan Komisaris 2010 2011 0.565 0.592 0.738 0.776 0.658 0.720 0.762 0.789
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
Perkembangan 0.047 0.052 0.094 0.036
13
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rerata skor efektivitas dewan komisaris dari tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan, baik dari karakteristik independensi, aktivitas, jumlah anggota, maupun kompetensinya. Peningkatan terbesar terjadi pada karakteristik jumlah anggota, yaitu sebesar 9.4%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris dari tahun 2010 ke 2011 sudah semakin baik. KOMAUD Aktivitas Jumlah Anggota Kompetensi
Tabel 4.6 Perkembangan Efektivitas Komite Audit 2010 2011 0.650 0.668 0.686 0.695 0.620 0.659
Perkembangan 0.028 0.014 0.063
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rerata skor efektivitas komite audit dari tahun 2010 ke 2011 juga mengalami peningkatan seperti efektivitas dewan komisaris, baik dari karakteristik aktivitas, jumlah anggota, maupun kompetensinya. Peningkatan terbesar terjadi pada karakteristik kompetensi, yaitu sebesar 6.3%. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit dari tahun 2010 ke 2011 sudah semakin baik. CSR Ekonomi Lingkungan Tenaga Kerja yang Layak Hak Asasi Manusia Masyarakat Tanggung Jawab Produk
Tabel 4.7 Perkembangan Pengungkapan CSR 2010 2011 0.285 0.327 0.093 0.092 0.252 0.257 0.040 0.045 0.053 0.080 0.127 0.162
Perkembangan 0.147 0.011 0.020 0.125 0.509 0.276
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa rerata skor pengungkapan CSR dari tahun 2010 ke 2011 secara garis besar mengalami peningkatan, walaupun terdapat satu indikator kinerja yang mengalami penurunan yaitu lingkungan. Peningkatan terbesar terjadi pada indikator kinerja masyarakat, yaitu sebesar 50.9%. Hal ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dari tahun 2010 ke 2011 sudah semakin baik.
4.3
Pemilihan Model Data Panel
4.3.1
Uji Chow Hasil uji Chow dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8. Terlihat bahwa nilai
probabilitas Cross-section F dan Cross-section Chi-square lebih kecil dari level signifikansi (α = 5%), sehingga menurut uji Chow ini metode yang lebih baik digunakan adalah fixed effect.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
14 Effect Test Cross-section F Cross-section Chi-square
4.3.2
Tabel 4.8 Hasil Uji Chow Statistic 24.853923 0.0000 928.150384 0.0000
Prob.
Uji Hausman Hasil uji Hausman dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.9. Hasilnya
menunjukkan nilai probabilitas Chi-Sq. Statistic lebih kecil dari level signifikansi (α = 5%), sehingga menurut uji Hausman ini metode yang lebih baik digunakan adalah fixed effect. Dengan demikian model data panel dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan metode fixed effect. Effect Test Cross-section random
4.4
Tabel 4.9 Hasil Uji Hausman Chi-Sq. Statistic 27.879287
Prob. 0.0001
Uji Hipotesis Hasil regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.10. Hasil estimasi atas model
penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut: PRICE = -3.154169 + 1.060352 DEKOM + 0.922466 KOMAUD + 0.946047 CSR + 0.000171 EPS + 0.287826 SIZE + 0.879238 LEV Tabel 4.10 Hasil Regresi Penelitian Variabel Predicted Sign Coefficient t-statistic Prob. C -3.154169 -0.677975 0.4989 DEKOM + 1.060352 2.251035 0.0260* KOMAUD + 0.922466 2.158798 0.0326* CSR + 0.946047 2.047574 0.0425* EPS + 0.000171 2.307276 0.0226* SIZE + 0.287826 1.684025 0.0945** LEV 0.879238 1.824379 0.0703** *signifikan pada level 5%, ** signifikan pada level 10% Y = Harga saham, diukur dengan menggunakan logaritma natural dari harga rata-rata saham tahunan. DEKOM = Efektivitas dewan komisaris, diukur dengan menggunakan skoring. KOMAUD = Efektivitas komite audit, diukur dengan menggunakan skoring. CSR = Pengungkapan CSR, diukur dengan menggunakan skoring. EPS = Laba per lembar saham, diukur dengan menggunakan perbandingan antara pendapatan bersih dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. SIZE = Ukuran perusahaan, diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset. LEV = Leverage, diukur dengan menggunakan perbandingan antara total liabilitas dengan total aset.
4.4.1
Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris terhadap Harga Saham Pengujian hipotesis yang pertama ditujukan untuk menguji pengaruh efektivitas
dewan komisaris terhadap harga saham perusahaan. Menurut Hermawan (2009), efektivitas dewan komisaris dapat dilihat dari empat karakteristik, diantaranya independensi, aktivitas,
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
15
jumlah anggota, dan kompetensi anggota. Jika keempat karakteristik tersebut terpenuhi, maka dewan komisaris dapat menjalankan tugasnya dengan efektif. Dewan komisaris yang efektif akan menciptakan suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa variabel DEKOM memiliki koefisien positif dan signifikan pada α = 5%. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa efektivitas dewan komisaris dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Hal ini mendukung hipotesis yang pertama atau dengan kata lain dewan komisaris yang semakin efektif akan mendorong terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006), dimana disebutkan bahwa penilaian investor akan lebih tinggi untuk perusahaan yang menerapkan CG dengan lebih baik. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Refdiandri (2010) dan Roma (2012).
4.4.2
Pengaruh Efektivitas Komite Audit terhadap Harga Saham Pengujian hipotesis yang kedua ditujukan untuk menguji pengaruh efektivitas
komite audit terhadap harga saham perusahaan. Menurut Hermawan (2009), efektivitas komite audit dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi. Jika ketiga karakteristik tersebut terpenuhi, maka akan tercipta suatu komite audit yang efektif. Komite audit yang efektif akan menciptakan suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa variabel KOMAUD memiliki koefisien positif dan signifikan pada α = 5%. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa efektivitas komite audit dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Hal ini mendukung hipotesis yang kedua atau dengan kata lain komite audit yang semakin efektif akan mendorong terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
16
Hasil ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Ojulari (2012), dimana disebutkan bahwa komite audit yang efektif dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan serta kepercayaan investor, sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Siallagan dan Machfoedz (2006) serta studi Korn dan Ferry International (1989). 4.4.3
Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Harga Saham Pengujian hipotesis yang ketiga ditujukan untuk menguji pengaruh pengungkapan
CSR terhadap harga saham perusahaan. CSR merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan oleh para investor dalam pengambilan keputusan investasinya. Menurut Almilia dan Wijayanto (2007), perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui peningkatan harga saham. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa variabel CSR memiliki koefisien positif dan signifikan pada α = 5%. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Hal ini mendukung hipotesis yang ketiga atau dengan kata lain pengungkapan CSR suatu perusahaan yang semakin baik akan mendorong terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. Hasil ini mendukung penelitian Kusumadilaga (2010) yang menyatakan pelaksanaan CSR akan meningkatkan nilai perusahaan dilihat dari harga saham dan laba perusahaan (earning) sebagai akibat dari para investor yang menanamkan saham di perusahaan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Servaes dan Tamayo (2012) dan Edmawati (2012).
5
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran
5.1
Kesimpulan Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perkembangan efektivitas dewan komisaris
dan komite audit dari tahun 2010 ke 2011 sudah semakin baik. Untuk efektivitas dewan komisaris, peningkatan terbesar terjadi pada karakteristik jumlah anggota. Sedangkan, untuk efektivitas komite audit, peningkatan terbesar terjadi pada karakteristik kompetensi. Perkembangan pengungkapan CSR dari tahun 2010 ke 2011 juga sudah semakin baik, dengan peningkatan terbesar terjadi pada indikator kinerja masyarakat.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
17
Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa dewan komisaris dan komite audit yang semakin efektif serta pengungkapan CSR yang lebih baik berpengaruh positif terhadap harga saham perusahaan. Efektivitas dewan komisaris dan komite audit serta pengungkapan CSR akan mendorong terciptanya suatu tata kelola perusahaan yang lebih baik, yang dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham. 5.2
Keterbatasan dan Saran Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini serta saran untuk penelitian selanjutnya,
diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan dalam industri manufaktur sebagai objek penelitian. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat menambah jumlah sampel penelitian agar tidak terbatas pada perusahaan manufaktur saja. 2. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi industri berdasarkan ICMD. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat menggunakan klasifikasi industri lain, contohnya JASICA (Jakarta Stock Industrial Classification), yang merupakan klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI. 3. Periode penelitian ini relatif singkat, yaitu hanya dua tahun. Sehingga hasil skoring yang dilakukan untuk dewan komisaris, komite audit, dan pengungkapan CSR tidak terlalu terlihat perbedaannya untuk tahun 2010 dan 2011. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat menambah periode penelitian menjadi lebih panjang, agar lebih terlihat perbedaan hasil skoring efektivitas dewan komisaris, komite audit, dan pengungkapan CSR-nya. 4. Salah satu kriteria checklist efektivitas dewan komisaris dan komite audit dalam penelitian ini adalah perusahaan akan diberikan skor poor jika tidak memberikan informasi. Hal ini mengakibatkan banyak perusahaan yang mendapatkan skor rendah karena tidak memberikan informasi terkait efektivitas dewan komisaris dan komite audit dalam laporan tahunannya. Padahal belum tentu perusahaan tersebut memiliki efektivitas dewan komisaris dan komite audit yang buruk. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat melakukan penyebaran kuisioner atau wawancara langsung kepada perusahaanperusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Sehingga informasi mengenai efektivitas dewan komisaris dan komite audit yang diperoleh akan lebih lengkap dan akurat.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
18
5. Informasi mengenai pengungkapan CSR dalam penelitian ini sebagian besar berasal dari laporan tahunan dan hanya beberapa perusahaan saja yang berasal dari laporan keberlanjutan, sehingga tidak semua item diungkapkan secara jelas. Hal ini dikarenakan ketersediaan laporan keberlanjutan perusahaan sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat melakukan penyebaran kuisioner atau wawancara langsung kepada perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Sehingga informasi mengenai pengungkapan CSR yang diperoleh akan lebih lengkap dan akurat. 6. Pengukuran CG dalam penelitian ini hanya terbatas pada dewan komisaris, komite audit dan pengungkapan CSR. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat menambah pengukuran CG agar tidak terbatas pada dewan komisaris, komite audit dan pengungkapan CSR saja, tetapi dapat dilihat juga bagaimana efektivitas dewan direksinya. 7. Variabel kontrol dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel kontrol, yaitu laba per lembar saham, ukuran perusahaan, dan leverage. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya mungkin dapat menambah variabel kontrol lainnya yang berdasarkan teori dan studi sebelumnya diduga berpengaruh terhadap harga saham, seperti growth, dividen atau tingkat bunga.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
19 DAFTAR REFERENSI Black, Bernard S., Hasung Jang, dan Woochan Kim. (2003). Does corporate governance affect firm value? Evidence from Korea. Working paper. Daniri, Mas. (2005). Good corporate governance konsep dan penerapannya dalam konsep Indonesia. Jakarta: Ray Indonesia. Dwarachandra, Gunarsih. (2007). Hubungan penerapan corporate governance dengan nilai pasar dan kinerja perusahaan publik. Tesis Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Edmawati, Sri Dewi. (2012). Pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia). Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan (vol.3, no.3). Effendi, M. Arief. (2007). Peranan komite audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintah (vol.1, no.1). Fama, Eugene F. (1978). The effects of a firm’s investment and financing decisions on the welfare of its security holders. The American Economic Review (page 272-284). Global
Reporting
Inisiative.
(2006).
Pedoman
laporan
keberlanjutan
(versi
3.0).
https://www.globalreporting.org/. Herawaty, Vinola. (2008). Peran praktek corporate governance sebagai moderating variable dari pengaruh earnings management terhadap nilai perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan (vol.10, no.2, 97-108).
Hermawan, Ancella. (2009). Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite Audit, Kepemilikan oleh Keluarga, dan Peran Monitoring Bank terhadap Kandungan Informasi Laba. Disertasi Program Ilmu Akuntansi Universitas Indonesia. Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI). http://komiteaudit.org/. Kusumadilaga, Rimba. (2010). Pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderating (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Malik, Saif Ullah. (2012). Relationship between corporate governance score and stock prices: Evidence from KSE-30 index companies. International Journal of Bussiness and Social Science (vol.3, no.4). Newell, Roberto dan Gregory Wilson. 2002. A premium for good governance. The McKinsey Quarterly (number 3, 20).
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013
20 Nurlela, Rika dan Islahudin. (2008). Pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating (studi empiris pada perusahann yang terdaftar di bursa efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi XI (23-24). Pontianak. OECD principles of corporate governance. (2004). http://www.oecd.org. Ojulari, Omolara. (2012). Corporate governance: The relationship between audit committees and firm values. Working Paper (no.2). Pranata, Yudha. (2007). Pengaruh penerapan corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Ramadhani, Fitra. (2009). Analisis pengaruh penerapan corporate governance dan growth opportunity pada harga saham perusahaan dalam daftar CGPI yang dirilis IICG periode 2005-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. Ratih, Suklimah. (2011). Pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan dengan corporate social responsibility, kinerja keuangan, dan earnings management sebagai variabel intervening pada perusahaan manufaktur dan ekstraktif peraih the Indonesia most trusted company-CGPI. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga. Refdiandri. (2010). Board of commissioners and firm value: The case of Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Padang. Retno, Reny Dyah dan Denies Priantinah. (2012). Pengaruh good corporate governance dan pengungkapan corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2007-2010). Jurnal Nominal (vol.1, no.1). Roma, Dohardo. (2012). Pengaruh kompetensi dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, dan frekuensi rapat dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. Universitas Kristen Satya Wacana. Salvatore, D. (2005). Managerial economic: Ekonomi manajerial dalam perekonomian global (edisi kelima). Jakarta: Salemba Empat. Samontaray, Durga Pasad. (2010). Impact of corporate governance on the stock prices of the nifty 50 broad index listed companies. International Research Journal of Finance and Economics (issue 41). Servaes, Henri dan Ane Tamayo. (2012). The impact of corporate social responsibility on firm value: The role of customer awareness. London. Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX. Padang. Wibisono, Yusuf. (2007). Membedah konsep dan aplikasi CSR (bab 1, 8-13). Jakarta: Fascho Publishing. http://lingkarlsm.com/2011/09/gcg-dan-hubungannya-dengan-csr/.
Pengaruh penerapan…, Dyan Fadila, FE UI, 2013