BioSMART Volume 4, Nomor 2 Halaman: 36-40
ISSN: 1411-321X Oktober 2002
Pengaruh Penambahan Bahan Organik, Dolomit dan KCl terhadap Kadar Klorofil dan Dampaknya pada Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) The effect of application of organic matters, dolomite, and KCl on chlorophyll and impact toward yield of peanut (Arachis hypogeae L.) SUNTORO Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 Diterima: 8 April 2002. Disetujui: 31 Juni 2002
ABSTRACT Effects of application of organic matters, KCl and dolomite on chlorophyll and yield of peanut (Arachis hypogeae L.) were studied in the field. Treatments consisting of three factors were arranged in a factorial randomized block design. The first factor was organic matters application comprising: (i) no organic matter application, (ii) Gliricidia sepium prunings (iii) Chromolaena odorata prunings, and (iv) cattle manure. Each of organic matter type was applied at a rate equivalent to 120 kg P2O5/ha. The second factor was dolomite application comprising: (i) no dolomite application, and (ii) 850 kg dolomite/ha. The third factor was application of K fertilizer (as KCl) comprising: (i) no application of K fertilizer, and (ii) 120 kg KCl/ha. The results showed that the application of organic matters, dolomite and KCl increased the availability of P, K, Ca and Mg for the plant. There was also positive correlation between Mg, K and P availability and a, b and total of chlorophyll levels, which in turn gave positive impact on seed yield. Percentage of seed yield increasing resulted by those factors was in an order of cattle manure > Chromolaena odorata > Gliricidia sepium > KCl > dolomite. Key words: organic matter, dolomite, KCl, chlorophyll, yield of peanut (Arachis hypogeae L.).
PENDAHULUAN Tanpa mengabaikan sektor lain, sektor pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam rangka pemenuhan pangan nasional dan menuju swasembada pangan. Oleh karena itu, peningkatan produksi pangan termasuk kacang tanah (Arachis hypogeae L.), perlu mendapatkan perhatian baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi. Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah sentra produksi kacang tanah di Propinsi Jawa Tengah. Tanah pertanian di daerah ini didominasi tipe alfisol dan inseptisol. Tanah inseptisol (oxic dystrundept) mempunyai kandungan basa-basa terutama K, Ca, dan Mg yang rendah, serta banyak terjadi fiksasi P oleh Fe dan Al akibat reaksi tanah yang masam, hingga agak masam. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tanah bereaksi masam (pH 5,14), memiliki kandungan Ptersedia rendah (4,78 ppm), C-organik rendah (1,48%), Ktertukar tanah rendah (0,19 cmol (+)/kg), Ca-tertukar rendah (1,98 cmol (+)/kg), dan Mg sangat rendah (0,26 cmol (+)/kg) (Suntoro et al., 2001a). Kondisi tersebut merupakan penyebab utama rendahnya produksi kacang tanah di daerah ini. Kesuburan tanah dapat diperbaiki dengan penambahan bahan organik, dolomit (CaMg(CO3)2) dan KCl. Penambahan dolomit dan KCl diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan basa-basa K, Ca dan Mg. Magnesium merupakan hara yang sangat esensial dalam pembentukan klorofil, sehingga sangat menentukan ber-
langsungnya proses fotosintesis tanaman (Wild dan Jones, 1988; Blair, 1993). Penelitian terdahulu membuktikan bahwa penambahan K, Ca dan Mg mampu meningkatkan produktivitas kacang tanah (Taufik dan Sudaryanto, 1997). Bahan organik yang umumnya digunakan oleh petani di daerah Jumapolo adalah pupuk kandang sapi dengan dosis antara 1-6 Mg/ha (Suntoro et al., 2001a). Namun demikian, ketersediaan pupuk kandang sapi setempat sangat terbatas, sehingga petani terpaksa harus mengimpor dari tempat lain yang membawa konsekuensi naiknya biaya produksi usaha tani. Untuk itu perlu dicari alternatif sumber bahan organik yang potensial. Hasil penelitian terdahulu (Suntoro et al., 2001b) menunjukkan bahwa pangkasan tanaman liar ‘kirinyu’ (Chromolaena odorata) dan tanaman pagar ‘gamal’ (Gliricidia sepium) yang banyak dijumpai di daerah tersebut mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai bahan organik, karena kemampuannya yang tinggi dalam menekan Al dan Fe dapat ditukar dalam tanah, sehingga meningkatkan ketersediaan P dalam tanah. Pengaruhnya akan lebih nyata jika pemberian bahan organik dikombinasikan dengan pemberian dolomit. Kemampuan C. odorata dan G. sepium dalam menekan Al dapat ditukar tersebut terutama disebabkan oleh asam-asam organik terutama humat, fulvat, oksalat dan sitrat, yang dilepaskan selama proses dekomposisi. Wong dan Swift (1994) menyatakan bahwa bahan organik yang mengalami dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang mampu menghambat terjadinya fiksasi P oleh besi atau aluminium. © 2002 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
SUNTORO – Kadar Klorofil Arachis hypogeae
Makalah ini menyajikan hasil penelitian tentang pengaruh pemberian bahan organik berupa pangkasan G. sepium, C. odorata, dan pupuk kandang yang dikombinasikan dengan KCl dan dolomit terhadap kadar klorofil tanaman serta dampaknya pada produksi kacang tanah di sentra produksi kacang tanah Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan organik yang digunakan adalah bahan pangkasan segar (daun dan ranting muda) dari tanaman liar C. odorata, bahan pangkasan segar tanaman pagar G. sepium, dan pupuk kandang sapi yang diperoleh dari daerah sentra produksi kacang tanah di Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Bahan organik dikeringkan dalam oven pada subu 60oC selama 50 jam untuk analisis kandungan N, P, K, Ca, dan Mg. Kandungan N total ditetapkan dengan metode destilasi Kjeldahl (Keney dan Nelson, 1982), kandungan P, K, Ca dan Mg ditetapkan melalui destruksi basah dengan HNO3, 65% dan HClO4 70% (Kim, 1996; Puslittanak, 1998). Percobaan lapangan Percobaan lapangan dilakukan pada bulan Oktober 1999 s.d. Januari 2000, di Desa Sembuh, Jumapolo, Karanganyar dengan jenis tanah oxic dystrudept. Percobaan disusun menurut rancangan acak kelompok lengkap secara faktorial dengan 3 faktor. Faktor 1 adalah macam bahan organik yang terdiri dari (i) tanpa bahan organik sebagai kontrol, (ii) pangkasan G. sepium, (iii) pangkasan C. odorata dan (iv) pupuk kandang sapi. Dosis bahan organik yang diberikan setara dengan 120 kg P2O5/ ha. Faktor 2 adalah pemberian dolomit yang terdiri dari (i) tanpa dolomit sebagai kontrol, (ii) 850 kg dolomit/ha. Faktor 3 adalah pemberian pupuk KCl yang terdiri dari (i) tanpa KCl sebagai kontrol dan (ii) 120 kg KCl/ha. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dua kali dan diratakan, yang kemudian dibuat petak percobaan 250 x 300 cm. Seluruh bahan organik, pupuk KCl dan dolomit diberikan sebelum tanam. Benih kacang tanah ditanam dengan cara ditugal sedalam 3 cm, dengan jarak tanam 25 x 20 cm, pada setiap lubang ditanami satu benih. Pemeliharaan tanaman meliputi pedangiran dan penyiangan gulma (21 hari setelah tanam) dan pengendalian hamapenyakit. Komponen pertumbuhan tanaman yang meliputi berat kering tanaman dan indeks luas daun diamati pada 60 hari setelah tanam. Analisis klorofil dilakukan pada daun ketiga dengan pelarut aceton dengan metode colorimetri. Analisis tanah meliputi P tersedia (Blair, 1993) dan basa-
37
bsa dapat ditukar K, Ca dan Mg dengan ekstrak NH4-OAc (Kim, 1996; Puslittanak, 1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi kimia bahan organik Komposisi kimia (kualitas) bahan organik yang digunakan dalam penelitian sangat bervariasi sesuai dengan jenis bahan organik. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pangkasan C. odorata dan G. sepium mempunyai kandungan C, Ca, Mg, K dan N yang lebih tinggi dibandingkan pupuk kandang (Tabel 1). Kandungan P dalam pangkasan C. odorata dan G. sepium relatif sama, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan P dalam pupuk kandang sapi, sehingga nisbah C/P pupuk kandang lebih rendah dibandingkan nisbah C/P pada C. odorata dan G. sepium. Pertumbuhan tanaman Penambahan bahan organik berpengaruh pada peningkatan indeks luas daun (leaf area index = LAI ) saat umur 60 hari setelah tanam. G. sepium tampak lebih besar pengaruhnya terhadap LAI tanaman, walaupun antara ketiga bahan organik tersebut tidak menunjukkan perbedaan. Bahan organik di samping berpengaruh terhadap LAI juga berpengaruh pada peningkatan biomasa tanaman (Tabel 2). Terdapat pengaruh interaksi antara bahan organik dengan dolomit pada biomasa tanaman. Penambahan bahan organik dari ketiga macam bahan berpengaruh meningkatkan biomasa tanaman, dan pada penambahan C. odorata atau pupuk kandang peningkatan akan semakin besar apabila dikombinasikan dengan dolomit. Penggunaan G. sepium tertinggi justru tanpa penambahan dolomit. Persentase peningkatan biomasa dan LAI tersaji pada Gambar 1. Hal ini diduga pada penambahan G. sepium sudah mampu mensuplai hara P, K, Ca, dan Mg selama proses mineralisasi berlangsung, yang selaras dengan percobaan dekomposisi di muka. Penambahan bahan organik dari ketiga macam bahan berpengaruh meningkatkan biomasa tanaman. Penambahan C. odorata mampu meningkatkan 40.19% biomasa tanaman dibanding kontrol jika tanpa dolomit, dan akan meningkat 61.25% apabila dikombinasikan dengan dolomit. Pengaruh bahan organik terhadap persentase peningkatan biomasa berturut-turut: G. sepium > C. odorata > pupuk kandang, sedang pengaruh terhadap indeks luas daun: G. sepium > pupuk kandang > C. odorata (Tabel 2 dan Gambar 1). Perbedaan ini diduga disebabkan G. sepium dan pupuk kandang lebih cepat menyediakan
Tabel 1. Komposisi kimia bahan organik yang digunakan dalam penelitian Bahan Organik
Komposisi Nisbah C/N Nisbah C/P
C (%)
N (%)
P (%)
K (%)
Ca (%)
Mg (%)
C. odorata
50.4
2.42
0.26
20.82
195.34
1.60
2.02
0.78
G. sepium
47.2
3.16
0.24
Pupuk Kandang
20.1
1.62
0.28
14.94
198.3
1.31
1.62
0.60
17.94
104.94
0.29
0.53
0.96
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 36-40
38
Tabel 2. Pertumbuhan dan produksi kacang pada percobaan di lapangan. Biomasa Bobot biji Klorofil LAI (g/tan) (g/m2) Total b a Kontrol 14,30 1,863 26,83 a 10,24 a 16,59 162,69 KCl (K) 18,84 2,133 35,32 bcd 15,42 gh 14,83 203,3 Dolomit (D) 19,45 2,260 38,35 def 13,69 cdef 17,06 196,2 D+K 22,18 2,223 39,06 efg 13,54 cde 17,50 207,2 G. sepium (Gs) 21,82 2,693 32,14 b 10,50 b 14,60 208,7 Gs+K 28,10 2,710 35,64 cd 13,58 cdef 15,59 221,5 Gs+D 19,83 2,180 34,22 bc 12,90 c 15,01 240,3 Gs+D+K 22,34 2,613 42,12 g 16,36 gh 18,12 249,9 C. odorata (Cr) 23,78 2,323 39,51 efg 15,21 efgh 17,23 215,0 Cr+K 22,68 2,350 36,66 cde 13,75 cdef 16,10 240,9 Cr+D 28,78 2,563 38,52 def 14,88 efgh 16,79 268,7 Cr+D+K 24,66 2,257 39,99 fg 16,42 h 17,12 274,3 Pupuk Kandang (Pk) 24,30 2,620 37,44 cdef 15,24 fgh 16,07 245,4 Pk+K 19,52 2,270 36,27 cde 13,15 cd 16,07 258,0 Pk+D 23,93 2,397 38,41 def 14,74 defg 16,76 282,0 Pk+D+K 26,33 2,847 39,81 fg 16,58 i 16,97 282,4 Keterangan: Dolomit = 425 kg dolomit/ha; K = 120 kg K2O/ha; Dosis GS, Cr dan Pk setara dengan 120 kg P2O55/ha Perlakuan
hara. Penelitian terdahulu membuktikan bahwa G. sepium dan pupuk kandang lebih cepat menyediakan hara terutama P (Suntoro et al., 2001a). Pengaruh pada klorofil daun Terdapat pengaruh interaksi antara bahan organik, dolomit, dan KCl terhadap klorofil b dan total klorofil (Tabel 2). Penambahan bahan organik akan meningkatkan total klorofil dan klorofil b daun, dan peningkatan akan semakin tinggi apabila diimbangi dengan penambahan dolomit dan KCl. Total klorofil tertinggi diperoleh pada perlakuan G. sepium yang dikombinasikan dengan dolomit dan KCl, sedang untuk klorofil b tertinggi pada perlakuan pupuk kandang yangdikombinasikan dengan dolomit dan KCl. Terdapat pengaruh interaksi antara bahan organik dengan KCl terhadap klorofil a. Penambahan dolomit berpengaruh terhadap peningkatan kadar klorofil a, dan semakin nyata apabila dikombinasikan dengan KCl. Pada perlakuan tanpa bahan organik nampak bahwa penambahan dolomit akan meningkatkan total klorofil yang
Bobot 100 biji (g) 38,69 36,87 36,15 38,70 36,32 36,15 35,64 35,58 40,01 37,41 39,84 36,49 39,69 40,64 38,57 38,93
disebabkan oleh adanya suplai Mg dari dolomit mampu meningkatkan ketersediaan Mg tanah dan serapan Mg tanaman. Magnesium berperan sangat penting didalam sintesis klorofil sebagai inti klorofil. Di samping itu terlihat bahwa penambahan KCl meningkatkan secara nyata klorofil b. Hal ini dikarenakan pemupukan KCl akan meningkatkan ketersediaan dan serapan P, sementara fungsi K dalam kloroplas berperan sebagai penjaga pH agar tetap tinggi, dan dilaporkan kadar K dalam kloroplas seimbang dengan Mg (Marschner, 1986; Glass, 1989). Penambahan C. odorata dan pupuk kandang jika tanpa disertai dengan penambahan dolomit dan KCl memberikan pengaruh yang lebih besar dibanding dengan G. sepium. Hal ini diduga Di samping C. odorata mempunyai kandungan K dan Mg yang lebih tinggi juga kandungan N relatif tinggi pula. Sedang pupuk kandang walaupun total kandungan mineralnya rendah, namun diduga lebih banyak dalam bentuk tersedia, sehingga akan segera memberikan respon pada tanaman termasuk terhadap peningkatan kadar klorofil.
Tabel 3. Ketersediaan P, K, Ca, dan Mg setelah panen percobaan lapangan. Perlakuan B. Organik Dolomit
P-tersedia (ppm)
Ca-tertukar (cmol/kg)
Mg-tertukar (cmol/kg)
Perlakuan B.Organik KCl
Kontrol 0 4,853 a 2,503 a 0,293 a Kontrol 0 Kontrol 450 6,570 b 2,653 bc 0,548 d Kontrol 120 G. sepium 0 6,847 bc 2,623 b 0,440 b G. sepium 0 G. sepium 450 7,357 d 3,205 e 0,578 e G. sepium 120 C. odorata 0 7,120 cd 2,695 c 0,465 c C. odorata 0 C. odorata 450 8,080 e 3,095 d 0,567 de C. odorata 120 Pupuk Kandang 0 6,897 c 2,742 c 0,470 c P.Kand. 0 Pupuk Kandang 450 7,877 e 3,022 d 0,580 e P.Kand. 120 Keterangan : Angka diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata atas dasar uji Duncan pada jenjang ketelitian 5%.
K-tertukar (cmol/kg) 0,150 a 0,305 d 0,267 bc 0,347 e 0,290 cd 0,347 e 0,25 8 b 0,383 f
SUNTORO – Kadar Klorofil Arachis hypogeae
39
Kadar Klorofil (mg/l)
Persen peningkatan (%)
Hubungan ketersediaan hara dan kadar klorofil 61.25 70 Hasil analisis tanah setelah panen menunjukkan 51.65 50.63 adanya pengaruh interaksi antara penambahan bahan 60 organik dan dolomit terhadap ketersediaan P, Ca dan 50 40.19 Mg, serta terdapat interaksi antara penambahan bahan 32.2 40 organik dengan KCl terhadap ketersediaan K dalam 27.27 tanah (Tabel 3). 20.28 30 19.33 15.09 Pada uji korelasi menunjukkan terdapat korelasi 20 positif antara Mg-tertukar tanah dengan total klorofil (r = 0,64**), klorofil a (r = 0,38**), dan klorofil b 10 daun (r = 0,40**). Hal ini diduga dengan 0 meningkatnya ketersediaan Mg dalam tanah akan Gliricidia Chromolaena Pupuk Kandang memungkinkan penyerapan hara Mg oleh terdapat Biomasa (Pengaruh BO) Biomasa (Kombinasi BO dengan dolomit) LAI (pengaruh BO) korelasi positif antara kandungan klorofil b dan tanaman meningkat dan proses sintesis klorofil Gambar 1. Persentase peningkatan biomasa dan LAI pengaruh optimal. Magnesium berperan sebagai inti molekul penambahan bahan organik dan dolomit dibanding kontrol. klorofil, yang merupakan kelat-Mg dalam kloroplas (Glass,1989). Pada suplai Mg yang optimum untuk pertumbuhan, 10 hingga 20% Mg 2+ daun berada dalam kloroplas. Hubungan ketersediaan Mg dalam tanah Produksi kacang tanah Terdapat korelasi positif antara kandungan klorofil dengan klorofil daun disajikan pada Gambar 2. Klorofil sangat menentukan berlangsungnya proses dengan hasil biji (r = 0,49**). Penambahan bahan organik fotosintesis dan sebagai hasil dari proses fotosintesis akan meningkatkan kandungan hara K, Ca, Mg dalam ditunjukkan dengan meningkatnya biomasa tanaman. tanah (Tabel.3). Peningkatan ketersediaan hara P dan basaTerdapat korelasi positif antara kadar klorofil b dan total basa dalam tanah ini akan memungkinkan serapan hara klorofil terhadap peningkatan biomasa tanaman. Pada fase berjalan secara optimal. Hara P, K, dan Mg merupakan pembentukan dan pengisian polong (fase generatif) seluruh hara yang sangat berhubungan bagi proses sintesis klorofil fotosintat dikonsentrasikan untuk pengisian polong, dan proses metabolisme lainnya, sehingga sangat penting sehingga sangat menentukan hasil kacang tanah. Terbukti dalam pembentukan dan pengisian polong. Pupuk kandang berpengaruh paling besar terhadap terdapat korelasi positif antara kandungan klorofil b dan peningkatan hasil, yang diikuti oleh C. odorata dan G. total klorofil dengan hasil biji (r = 0,49**). Terdapat korelasi positif antara ketersediaan K dalam sepium. Ketiga bahan organik tersebut mempunyai tanah dengan kandungan klorofil b dan total klorofil (r = pengaruh lebih tinggi dibanding dolomit dan KCl. 0,43**). Peran K dalam sintesis klorofil memang belum Walaupun ketiga factor berbeda nyata, namun tidak banyak disinggung. Jumlah K dalam kloroplas sangat terdapat interaksi antara bahan organic, dolomit, dan KCl. tinggi sekitar 10 hingga 20% yang setara dengan jumlah Mg dalam kloroplas daun. Peran K dalam 45 kloroplas adalah untuk menjaga pH agar tetap M g & K lo r o fil tinggi yaitu sebesar 6,5–7,5 (Marchner, 1986, 40 Devlin, 1983). Pada tanaman jagung, aktivitas fotosintesis akan berkurang apabila terjadi kekurangan K. Hal ini memperkuat alasan bahwa 35 pada tanaman kacang tanah yang kekurangan K menampakkan gejala kekuningan pada daerah 30 yT o t. K lo . = -166.68x 2 + 186.24x - 13.121 antar vena daun yang tua. Hubungan ketersediaan R 2 = 0.8407 ** (n = 38) X m a ks = 0.56 K dalam tanah dengan klorofil daun disajikan 25 pada Gambar 3. Terdapat korelasi positif antara ketersediaan P y K lo .A .= 11.646x 2 - 8.3042x + 17.798 dalam tanah dengan klorofil b dan total klorofil 20 R 2 = 0.114 n s (n = 38) (r=0,57**). Hal ini disebabkan P berperan penting dalam pembentukan senyawa fosfolipida yang 15 penting dalam kloroplas, senyawa ini banyak terdapat dalam grana kloroplas. Apabila tanaman 10 y K lo .B . = -46.974x 2 + 57.323x - 2.3382 kekurangan senyawa fosfolipida, maka jumlah R 2 = 0.5227 ** (n = 38) grana kloroplas akan berkurang (Blair, 1993). 5 Proses dekomposisi bahan organik akan 0.25 0.35 0.45 0.55 0.65 melepaskan P dalam tanah, dan melalui aktivitas -1 M g -te rtu kar (cmo l(+ ) kg ) asam organik akan melepaskan P yang terfiksasi oleh Al dan Fe (Wong dan Swift, 1994). Gambar 2. Hubungan Mg-tertukar tanah dengan kadar klorofil daun.
BioSMART Vol. 4, No. 2, Oktober 2002, hal. 36-40
40 45
Kadar Klorofil Daun ( mg / l )
40 35 30
y T.Klo. = -406.04x2 + 259.39x - 2.8608 R2 = 0.7348 ** n = 38
25
y Klo.A = -14.427x2 + 7.3793x + 15.575 R2 = 0.014 ns n= 38
20
hara K. Kalium penting dalam metabolisme karbohidrat (Streeter dan Bartal, 1988), sehingga sangat menentukan proses pembentukan dan pengisian polong. Di samping itu, kalium sangat menentukan translokasi karbohidrat keseluruh bagian, sehingga peran K terhadap proses pengisian polong sangat penting (Griffith, 1978). KESIMPULAN
15
Terdapat pengaruh interaksi anatara penambahan bahan organik dan dolomit dalam peningkatan ketersediaaan P, Ca dan Mg, serta y Klo.B = -166.93x2 + 106.3x - 2.0281 5 interaksi antara bahan organik dan KCl pada R2 = 0.4831 ** n = 38 peningkatan K-tertukar tanah. Terdapat hubungan 0 antara ketersedian Mg, K, dan P dengan 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 peningkatan kadar klorofil b, klorofil a dan total K-tertukar (cmol / kg) klorofil, yang berdampak pada peningkatan hasil biji. Terdapat pengaruh interaksi antara bahan Gambar 3. Hubungan kandungan K-tertukar tanah dengan kadar klorofil. organik, dolomit, dan KCl terhadap hasil kacang tanah. Penambahan bahan organik, dolomit, dan Persen peningkatan pengaruh dari macam bahan organik, KCl berpengaruh meningkatkan hasil, namun tidak terdapat dolomit dan KCl berturut-turut: pupuk kandang > C. interaksi diantara faktor perlakuan. Persentase peningkatan odorata > G. sepium > KCl > dolomin (Gambar 4). hasil biji dari ketiga faktor tersebut berturut-turut: pupuk Penambahan dolomit berpengaruh pada peningkatan kandang > C. odorata > G. sepium > KCl > dolomit. hasil biji. Walaupun peningkatannya tidak setinggi pada penambahan bahan organik dan KCl. Penambahan dolomit meningkatkan kadar Ca-tertukar tanah dan meningkatkan DAFTAR PUSTAKA Mg–tertukar tanah (Suntoro et al., 2001a). Magnesium merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam sintesis Blair, G.J. 1993. Plant Nutrition. New England: University of New England. klorofil, yang akan menentukan berlangsungnya proses Devlin, R.M. 1983. Plant Physiology. Boston: Willard Grant Press. fotosintesis (Marschner, 1986). Proses fotosintesis yang Glass, A.D.M. 1989. Plant Nutition An Introduction to Current Concepts. Boston: Jones and Bartlett Publishers.. optimal sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman terutama pada fase pembentukan dan pengisian Griffith, W.K. 1978. Effects of phosphorus on plant disieases. In Ellington, C.P. (ed.) Phosphorus for Agriculture a Situation Analysis. polong, sehingga akan menentukan hasil kacang tanah. Atlanta: PPIT. Terbukti terdapat korelasi positif antara kandungan klorofil Keney, D.R. and D.W. Nelson. 1982. Nitrogen-inorganic forms. In Miller, R.H. and D.R. Keney (eds). Methods of Soil Analysis, Part 2: dengan hasil biji (r = 0,49**). Chemical and Microbiological Properties. Second edition. Penambahan KCl berpengaruh lebih tinggi terhadap Wisconsin: American Society of Agronomy, Inc. and Soil Science peningkatan hasil dibanding dolomit. Penambahan KCl Society of America, Inc. akan berpengaruh meningkatkan ketersediaan K dan suplai Kim, H.T. 1996. Soil Sampling, Preparation, and Analysis. New York: 10
38.72
40
Peningkatan (%)
29.78 30 19.59 14.3
20
6.51 10
0 Gliricidia
Chrom.
P.Kdng.
KCl
Dolomit
Gambar 4. Pengaruh macam bahan organik, dosis dolomit dan KCl (kg/ha) terhadap peningkatan bobot biji dibanding kontrol.
Marcel Dekker, Inc.. Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition of Higher Plants. London: Academic Press. Puslittanak. 1998. Penuntun Analisis Kimia Tanah dan Tanaman. Bogor: Lab. Kimia Puslittanak.. Streeter, J.G. and Barta, A.L. 1988. Nitrogen and minerals. In Tesar, M.B. (ed.) Physiological Basis of Crop Growth and Development. Madison, Wisconsin. Suntoro, Syekhfani, Handayanto, E., dan Sumarno. 2001a.. Hubungan antara faktor kesuburan tanah dan produksi kacang tanah (Arachis hypogaea) di sentra produksi kacang tanah, Jumapolo, Karanganyar, Jawa Tengah. Agrivita. 23 (1): 27-31. Suntoro, Syekhfani, Handayanto, E., dan Sumarno. 2001b.. Penggunaan bahan pangkasan ‘Krinyu’ (Chromolaena odorata) dan ‘Gamal’ (Gliricidia sepium) untuk meningkatkan ketersediaan P, K, Ca dan Mg pada Oxic Dystrundept. Agrivita 23 (1): 20-26. Taufik, A. dan Sudaryanto. 1997a. Pengaruh penambahan K,Ca, Mg terhadap produktivitas kacang tanah di tanah alfisol. Penelitian Tanaman Pangan 15 (1): 39-47. Wild, A. and Jones, L.H.P. 1988.. Mineral nutrition of crop plant..In Wild, A. (ed.) Russell’s Soil Conditions and Plant Growth. New York: John Wiley and Son. Wong, M.T.F. and R.S. Swift. 1994. Amelioration of aluminium phytotoxicity with organic matter. Plan and Soil 10: 1-5.
SUNTORO – Kadar Klorofil Arachis hypogeae
41