PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FELLOWSHIP UNIVERSITAS PARAMADINA Suhariyanto Abstract This research is aimed to know the influence of motivational learning and the level of anxiety to the academy achievement of fellowship students in Paramadina University. Data collecting method in this research is conducted by distributing questionnaires to 59 fellowship students in Paramadina University. Hypothesis testing in this research is using Multiple Regression statistic techniques. The data analysis for hypothesis shows that motivational learning and level of anxiety do not give a significant influence to the academic achievement of fellowship students in Paramadina University by considering the value of R2 at 0,42 and p=0,302. Whereas the anxiety has a significant influence to the motivational learning. It is seen by R2 value =0,222 and p=0,000. Based on this research we can conclude that motivational learning and the level of anxiety had no significant influence on academic achievement of fellowship students in Paramadina University Jakarta. Key words : motivational learning, anxiety, and academic achievement Pendahuluan
Pada tahun ajaran 2008/2009, Universitas Paramadina mencanangkan program paramadina fellowship yang memberikan beasiswa secara penuh kepada 20%-25% dari total mahasiswa yang masuk setiap tahun ajaran (Company Profile, 2008). Program ini berjalan atas dukungan dan kerjasama dari para donor baik itu individu, instansi perusahaan dan media yang peduli dengan dunia pendidikan. Program beasiswa yang tidak mengikat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada lulusan SMA dari seluruh Indonesia untuk dididik menjadi ilmuwan, pemimpin dan enterpreneur Indonesia masa depan yang menjunjung tinggi etika dan nilainilai moral Secara Formal, Mahasiswa fellowship mempunyai tugas tanggung jawab besar baik di bidang akademik maupun non akademik, sesuai dalam kontrak perjanjian yang disepakati dengan deputi rektor III. Di samping itu, sebagian besar dari mereka adalah pendatang dari daerah-daerah di seluruh pulau di Indonesia dan bahkan sebagian dari mereka belum pernah ke Jakarta bahkan tinggal di Jakarta. Seperti halnya kebanyakan manusia yang harus pindah tempat yang semula belum pernah dia kenal, sedikit banyak akan menimbulkan culture shock dalam diri mereka. Dalam kasus mahasiswa fellowship Universitas Paramadina kecemasan ini berawal pada dirinya yang berada pada lingkungan yang berbeda dari tempat tinggal awalnya. Hampir 90% mereka adalah mahasiswa yang berasal dari luar daerah. Berdasarkan wawancara dengan beberapa mahasiswa fellowship 2009, mereka merasa cemas dan takut apakah bisa mencapai indeks prestasi yang ditargetkan oleh pihak
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
universitas ataukah gagal meraihnya. Mereka mengaku belum mengetahui susah atau mudahnya meraih indeks prestasi minimal yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya menjadi kecemasan tersendiri karena indeks prestasi yang akan diraih tersebut akan menentukan apakah beasiswa yang diterimanya akan berlanjut atau tidak. Prestasi akademis yang dicapai mahasiswa fellowship merupakan nilai akhir yang diperoleh mahasiswa dalam setiap matakuliah yang diambil disemester tersebut. Nilai tersebut akan menentukan Indeks Prestasi Semester dan Indeks Prestasi Kumulatif. Jika Indeks Prestasi Semester (IPS) tidak bisa mereka raih seperti yang telah menjadi kesepakatan dengan pihak universitas dua kali berturutturut, maka mereka terancam untuk melepas status sebagai mahasiswa fellowship Universitas Paramadina. Kecemasan merupakan hal yang wajar dialami oleh semua manuasia. Kecemasan dibutuhkan untuk menggerakkan suatu usaha untuk mencapai prestasi tertentu. Disini kecemasan dapat menumbuhkan motivasi dalam diri untuk mencapai prestasi tertentu. Hubungan motivasi dan kecemasan dijelaskan Leeper (Biggs dan Telfer, 1987 dalam Sawitri 1992) dengan mengatakan bahwa semua tingkah laku yang dilakukan untuk suatu tujuan diwarnai oleh situasi emosional. Penyesuaian terhadap situasi emosional ini akan mempengaruhi tingkat motivasi terhadap suatu tujuan tertentu. Kecemasan itu sendiri merupakan perasaan gelisah (uneasiness) dan khawatir (apprehension) mengenai situasi yang belum pasti (Omrod, 2006). Menurut American Psychiatric Association (1994; Barlow, 2002 dalam Barlow & Durand, 2005), kecemasan merupakan suatu kondisi mood yang negatif yang dicirikan oleh gejala kebutuhan dari tekanan fisik, dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Menurut Atkinson & Raynor (1978) perasaan cemas merupakan suatu bentuk tingkah laku yang biasa ditampilkan oleh individu dengan kecenderungan motivasi menghindari kegagalan yang lebih besar dari pada motivasi untuk mencapai keberhasilan. Kecemasan mengalami kegagalan menyebabkan individu tidak mau berusaha dengan lebih baik lagi. Kecemasan yang tinggi menyebabkan mahasiswa tidak bisa belajar karena pikirannya selalu dihantui akan kegagalan. Dengan demikian kecemasan merupakan suatu yang dapat menghambat prestasi. Hal senada diungkapkan oleh Wigfield & Eccles, 1989 dalam Santrock, 2010) bahwa salah satu contoh kecemasan yang dapat menurunkan prestasi adalah kecemasan mengahadapi ujian yang menurunkan prestasi sebesar 10 juta anak dan remaja. Salah satu solusi dari kecemasan tersebut, mereka harus belajar dan melakukan yang terbaik utuk bisa memenuhi tugas dan tanggung jawabnya. Dalam proses belajar, sangat diperlukan adanya motivasi. Motivasi belajar ini diperlukan karena mampu memberikan gairah dalam menjalani proses belajar. Selain itu dengan adanya motivasi belajar membuat mahasiswa mampu mencapai tujuan yang diharapkan dan 79
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
melakukan usaha tidak hanya untuk memahami mata kuliah namun juga dapat membuat mahasiswa mampu mengembangkan pengetahuan yang didapat. Motivasi belajar sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu, tidak heran jika bersifat fluktuatif atau naik turun. Menurut Wlodkowski dan Jaynes (2004) motivasi belajar dipengaruhi antara lain oleh budaya yang dipegang dan dijadikan acuan oleh seseorang dalam berperilaku di lingkungannya, keluarga dimana seseorang tinggal, sekolah tempat pembelajaran serta kepribadian dari seseorang. Motivasi belajar sangat berhubungan dengan faktor-faktor internal, yaitu faktor personal, dan faktor eksternal, yaitu faktor lingkungan (Gage dan Berliner, 1992 dalam Limyati 1999 ). Menurut Sukaji (2000) motivasi belajar adalah dorangan yang membuat siswa melakukan kegiatan belajar, termasuk motivasi untuk mencapai kelulusan dan motivasi untuk melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi. Safari (2010) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah suatu upaya yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan individu untuk melakukan suatu proses perubahan tingkah laku, kebiasaan, dan sikap melalui latihan dan pengalaman sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam belajar. Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang motivasi belajar dan tingkat kecemasan menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kecemasan dan motivasi belajar pada siswa kelas 3 SMU dalam menghadapi ujian. Begitu juga dengan pengaruh yang terjadi dari adanya kecemasan sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa kelas 3 SMU dalam menghadapi ujian (Niken, 2007). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penulis bisa menarik sebuah kerangka pemikiran dimana kecemasan yang di alami mahasiswa fellowship adalah kecemasan terhadap prestasi belajar yang ditentukan oleh pihak Universitas Paramadina. Dengan adanya kecemasan tersebut akan menimbulkan motivasi belajar supaya mereka dapat mencapai target yang telah ditetapkan oleh pihak universitas. Dari uraian tersebut, peneliti menarik dinamika antara motivasi belajar, kecemasan dan prestasi belajar. Semakin tinggi motivasi belajar dan semakin rendah tingkat kecemasannya maka akan semakin tinggi prestasi yang dicapai. Begitu pula sebaliknya semakin rendah motivasi dan semakin tinggi tinggi kecemasan maka akan menyebabkan prestasi yang dicapai juga kurang memuaskan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship Universitas Paramadina Jakarta. Apakah kecemasan yang dirasakan mahasiswa fellowship akan berpengaruh terhadap motivasi belajarnya.
80
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
Landasan Teoritis A. Definisi Motivasi Belajar Winkel (1996) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri individu maka kegiatan belajar yang dilakukannya dapat berlangsung dan terarah sesuai dengan tujuan yang akan dicapainya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan kunci ada tidaknya aktivitas belajar. Tanpa adanya motivasi belajar maka kegiatan belajar tidak akan muncul. M. Dalyono (1997 dalam Djamarah, 2008) mengatakan bahwa kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Seseorang yang motivasi belajarnya rendah akan berbeda dalam hal hasil belajarnya jika dibandingkan dengan mereka yang mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi. Selain itu, Hasbullah (1997dalam Niken, 2007) menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau usaha dan ketekunan yang dimiliki siswa dalam proses belajar dan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seseorang siswa. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya, dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar yang teratur, terarah sehingga tercapai tujuan yang diinginkan dalam belajar. Dimana dalam kegiatan belajar itu melibatkan interaksi dengan lingkungan untuk mecapai tujuan belajarnya dengan lancar, misalnya tujuan untuk lulus sarjana dengan tepat waktu. Dalam mencapainya diperlukan perjalanan yang panjang dan dibutuhkan motivasi serta peran dari lingkungan seperti dosen, teman dan orang tua yang senantiasa membantu dalam mempertahankan dan meningkatkan motivasi dalam diri. B. Karakteristik yang Dapat Meningkatkan dan Menurunkan Motivasi Belajar Woolfolk (1993) menyimpulkan 6 karakteristik yang masing-masing mengandung aspek-aspek yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menurunkan motivasi belajar. 1. Sumber Motivasi Jenis atau sumber motivasi belajar menurut Djamarah (2008) maupun Santrock (2010), dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berkaitan dengan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang. Adanya kebutuhan untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan kebalikan dengan motivasi intrinsik. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik jika siswa menempatkan tujuan belajarnya 81
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
berdasarkan faktor-faktor dari luar seperti imbalan, insentif, pujian dan hukuman. Seseorang mahasiswa belajar dengan keras untuk mendapatkan hadiah dari orang tuanya atau untuk mencapai nilai bagus, memperoleh gelar dan pujian serta kehormatan dalam keluarga /masyarakat. 2. Tipe pencapaian tujuan belajar Pada umumnya tujuan belajar akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi. Ada dua kategori tujuan yaitu performance goal dan learning goal. Tujuan Kinerja (performance goal) merupakan tujuan yang ditetapkan untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik dihadapan orang lain, untuk mendapatkan penilaian yang baik dan menghindari kritik. Tipe tujuan ini mendorong mahasiswa untuk memperlihatkan bahwa dirinya mampu dihadapan orang lain. Fokus dari tujuan ini adalah bagaimana dihadapan orang lain. Berbeda dengan tujuan kinerja, tujuan penguasaan (mastery / lerning goal) merupakan tujuan yang ditapkan untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan seseorang. Tujuan ini menekankan pada dorongan untuk pengembangan diri, tidak begitu mempemasalahkan berapa banyak kesalahan yang dilakukan. 3. Kebutuhan untuk Berprestasi Covington (1987 dalam Woolfolk, 1993), menjelaskan hubungan antara kebutuhan untuk berprestasi, atribusi keberhasilan dan kegagalan, keyakinan terhadap kemampuan dan harga diri dalam tiga karakteristik motivasi mahasiswa, yaitu mastery-oriented (orientasi pada penguasaan materi), failure avoiding (menghindari kegagalan) dan failure accepting (menerima kegagalan). Ada dua perbedaan yang mendasar tentang konsep orientasi mahasiswa. Mahasiswa yang berorientasi pada penguasaan materi sangat memungkinkan untuk bertahan dan berhasil dalam belajar, menghargai keberhasilan, mempunyai keyakinan bahwa kemampuan dapat dikembangkan, fokus dalam meningkatkan kemampuan dan keterampilan, tidak takut gagal, mampu menyesuaikan diri dengan kegagalan, mempunyai keyakinan bahwa kesuksesan merupakan usaha sendiri dan mempunyai tanggung jawab belajar (Alderman, 1985; McClelland, 1985; Morris, 1991 dalam Woolfolk, 1993). Sedangkan mahasiswa yang menghindari kegagalan yakin bahwa kemampuan bersifat stabil dan merupakan sesuatu yang tidak terkontrol (entity view), mempunyai dorongan untuk penerimaan terhadap hasil kerja orang lain dan lebih memilih tugas yang sangat mudah atau sangat sulit (performance goal), kurang yakin terhadap kemampuan diri, menghindari kegagalan dengan memilih resiko yang rendah. Kegagalan yang dialami mahasiswa secara terus menerus tentunya bisa membuat mereka tidak mampu dan menerima hal tersebut sebagai kenyataan 82
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
yang harus dihadapi (failure accepting). Hal tersebut menyebabkan mereka yakin bahwa kemampuannya sangat rendah dan sedikit harapan untuk berubah sehingga menjadikan mereka depresi, hopeless dan apathic. 4. Atribusi Teori atribusi menyatakan bahwa dalam usaha memahami perilaku atau kinerja sendiri, orang termotivasi untuk menemukan sebab-sebab yang mendasarinya. Teori ini mencoba memberikan memberikan penjelasan mengenai keberhasilan dan kegagalan. Teori ini juga menyebutkan beberapa hal yang dianggap sebagai penyebab keberhasilan dan kegagalan adalah kemampuan, usaha, tingkat kesulitan dan kemudahan soal / tugas, keberuntungan, suasana hati, dan bantuan atau rintangan dari orang lain. Kemampuan dan usaha bersifat internal (di dalam diri individu), sedangkan kesulitan dan kemudahan tugas / soal serta keberuntungan bersifat eksternal (berada di luar diri individu). 5. Keyakinan terhadap Kemampuan Jika siswa mempunyai keyakinan bahwa ia mampu melaksanakan tugas yang diembannya, maka dapat meningkatkan dorongan siswa untuk melaksanakan dan menyelesaikan tugas itu dengan baik. Namun, jika siswa tidak ada keyakinan dalam diri untuk bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, maka hal tersebut akan mengurangi dorongan dan usaha untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik. Keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu meraih yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai suatu tujuan dalam istilah psikologi disebut dengan self efficacy. Dalam konsep self efficacy akan mendorong siswa untuk melakukan berbagai usaha agar harapan dan keyakinan yang dimiliki akan suatu tugas maupun keterampilan bisa terwujud. Harapan-harapan dan keyakinan itu akan menjadi kenyataan jika siswa melakukan perilaku yang mengarah untuk mewujudkan harapan-harapannya. Suatu harapan yang menjadi kenyataan karena orang yang memiliki harapan tersebut cenderung tetap bertahan pada harapan tersebut, dan melakukan tindakan-tindakan yang merealisasikan harapan tersebut (Wade & Tavris, 2008). Sedangkan konsep mengenai kemampuan sendiri terbagi menjadi dua yaitu entity view dan incremental view. Entity view merupakan sebuah pandangan yang menyatakan bahwa kemampuan bersifat stabil dan merupakan trait yang tidak terkontrol (karakteristik yang sifatnya tidak bisa dirubah). Sedangkan incremental view merupakan pandangan yang menyatakan bahwa kemampuan individu bersifat tidak stabil dan terkontrol. Mahasiswa dengan konsep entity 83
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
view biasanya memiliki performance goal dan mencari situasi dimana mereka ingin terlihat pandai tanpa melakukan usaha terlalu banyak. Biasanya tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu sulit dicapai, atau menentukan tujuan yang sangat tinggi sehingga tidak seorangpun yang dapat mencapainya. Sedangkan mahasiswa dengan pandangan incremental view lebih menekankan pada learning goals dan mencari situasi dimana mereka dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Kegagalan menjadikan mereka tahu bahwa mereka harus berupaya lebih keras. Tujuan yang mereka tetapkan dalam level menengah. 6. Tipe Keterlibatan Salah satu bentuk motivasi yang cukup penting adalah menumbuhkan motivasi kepada mahasiswa bahwa menyelesaikan tugas dan memahami pentingnya tugas dengan penuh kesadaran. Setiap mahasiswa punya keinginan untuk mencapai prestasi yang cukup baik karena itu merupakan simbol dari harga dirinya. Mahasiswa yang memfokuskan dirinya untuk menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya, berusaha mengusai tugas tersebut dan tidak memperdulikan apakah hasil kerjanya akan dibandingkan dengan orang lain merupakan mahasiswa yang masuk dalam golongan task envolved. Sedangkan mahasiswa yang punya kecenderungan untuk kelihatan lebih pandai dan tampil lebih baik dibandingkan dengan orang lain termasuk dalam golongan ego involved. Mahasiswa dengan prinsip task involved akan lebih bertahan dibandingkan dengan mereka yang punya prinsip ego involved. Dalam menghadapi kegagalan, mahasiswa task involved akan berupaya menerimanya dan mencari kekurangan dari kegagalan, berupaya untuk memperbaiki dikesempatan berikutnya karena bagi dirinya adalah mengerti akan tugasnya dan menyelesaikan tugasnya sendiri. Sedangkan mereka yang ego involved lebih memperhatikan pada penilaian teman dan ingin kelihatan pandai dimata orang, sehingga mereka berusaha untuk menutupi kelemahan yang dimilikinya dengan berbagai cara seperti menyontek pekerjaan teman. C. Definisi Kecemasan Kecemasan merupakan kondisi emosi yang kurang menyenangkan yang dirasakan sesorang dalam berespons terhadap stimulus yang dihadapinya. Perasaan cemas dibutuhkan oleh seseorang dalam bertindak karena pada dasarnya kecemasan merupakan sinyal/alarm terhadap sesuatu yang membahayakan. Kecemasan yang moderat membantu kita untuk lebih waspada dan responsif terhadap suatu stimulus. Atwater (1983) kecemasan yang berlebihan akan mengganggu performa dan tingkah laku seseorang karena orang dengan kecemasan tinggi ini akan merasa raguragu dalam bertindak sehingga mengarahkan kepada ketidakyakinan diri. 84
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
Wolman B. Banjamin & Stricker, G (1994) menjelaskan “Anxiety is a lasting feeling of unavoidable doom. Anxiety is a state of tension and expectation of disaster. Anxiety-ridden individuals are countinuously un happy, worrisome, and pessimistic, irrespective of existing or nonexcisting dangers”. Kecemasan adalah perasaan tentang akan kondisi yang berbahaya yang merupakan sebuah keadaan, tekanan dan harapan tentang adanya sebuah ancaman. Kecemasan menunjukkan adanya perasaan ketakutan, pesimis, ketidakpekaan terhadap adanya ancaman. Spielberger, dalam Goldberger (1982), juga memberikan definisi tentang kecemasan “an unpleasant emotional state or condition characterized by subjective feeling of tension, apprehension, nervousness and worry, and by activation or arousal of the automatic nervous system”. Kecemasan merupakan kondisi emosional yang tidak menyenangkan dimana ditandai dengan perasaan pribadi berupa adanya tekanan, ketakutan, kegelisahan dengan aktifnya sistem saraf. Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan kegundahan yang tidak jelas dan tidak menyenangkan (Bandura 1997 dalam Santrock, 2010). Hurlock (1979) mendefinisikan bahwa kecemasan akan diikuti perasaan tidak mampu menghadapi tantangan, kurang percaya diri dan tidak dapat menemukan penyelesaian terhadap masalahnya. Muclas (dalam Suparyono, 2003) menyimpulkan kecemasan merupakan perasaan khawatir akan bahaya yang mengancam dan bersifat individual sekaligus menetap yang disebabkan oleh frustasi, ketidakpuasan dan perasaan tidak aman, adanya ketegangan jiwa yang meninggi disertai rasa takut serta tidak diketahui jelas penyebabnya. Dari pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami seseorang yang ditandai dengan perasaan khawatir, pesimis, dan was-was terhadap suatu kejadian dimasa yang akan datang dan tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. D. Jenis-Jenis Kecemasan Omrod (2003) membagi kecemasan menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety. Ia menjelaskan bahwa state anxiety adalah kecemasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut biasanya ditandai dengan perasaan subyektif seperti gugup, khawatir dan juga aktifnya saraf pusat. Sedangkan trait anxiety merupakan kecenderungan yang relatif menetap pada individu dalam mengahadapi kondisi yang stressfull (mengancaman). State anxiety muncul karena adanya situasi yang dirasakan mengancam. Kecemasan ini tergantung pada tingkat stimulusnya. Kecemasan akan berbeda pada situasi yang berbeda pula. Kecemasan ini akan menurun jika individu melakukan relaksasi. Sedangkan trait anxiety merupakan kecemasan yang sudah terintegrasi dalam diri seseorang 85
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
sehingga membuat ia merasa cemas bila menemui pada situasi yang stressfull. Seseorang yang memiliki trait anxiety tinggi akan cenderung untuk menunjukkan state anxiety yang tinggi pula, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan karena seseorang yang memiliki trait anxiety tinggi akan cenderung mempersepsikan dan menginterpretasikan suatu situasi sebagai stimulus yang mengancam, terutama yang berhubungan dengan masalah kemampuan seseorang tersebut. E. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil dari seorang mahasiswa selama mengikuti proses belajar di perguruan tinggi yang bisa dilihat dari indeks prestasi yang mereka capai selama kuliah. Chaplin (2006) menjelaskan bahwa prestasi secara pendidikan atau akademis merupakan suatu tingkat khusus perolehan atau hasil keahlian dalam karya akademis yang dinilai oleh dosen-dosen lewat tes yang dilakukan atau lewat kombinasi kedua hal tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan sebuah hasil belajar, penilaian dari dosesn tentang hasil yang dicapai mahasiswa dengan kerja keras. Sedangkan belajar menurut Derajat (2005), merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Jadi, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai mahasisa yang merupakan kemampuan belajar individu, diukur berdasar standar keberhasilan yang telah ditentukan di kampus dalam waktu tertentu. Prestasi belajar merupakan tingkat tertentu dari kecakapan dan keahlian di kampus, diukur melalui proses pembelajaran yang dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dalam periode tertentu. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah : 1) Hipotesis alternative (Ha): Terdapat pengaruh faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship universitas Paramadina Jakarta. 2)
Hipotesis alternative (Ha): Tidak terdapat pengaruh faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship universitas Paramadina Jakarta.
Metode Penelitian 1. Responden Penelitian Responden dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina. Jumlah responden pada kelompok pilot study berjumlah 31 responden mahasiswa fellowship tahun masuk 2008, 86
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
sedangkan jumlah responden penelitian pada kelompok filed study adalah 59 responden mahasiswa fellowship tahun masuk 2009. 2.
Alat Ukur Penelitian Akat ukur yang dipergunakan berupa kuesioner motivasi belajar dan kecemasan dengan jenis skala likert. Untuk motivasi belajar menggunakan skala likert 5 point (1-5) sedangkan kecemasan menggunakan likert 4 point (1-4). Alat ukur dalam penelitian ini, peneliti adaptasi dari alat ukur yang sebelumnya sudah pernah dipakai dalam penelitian sebelumnya. Hasil Penelitian dan Diskusi 1. Hasil Penelitian Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan statsistik regresi linier berganda dan diolah menggunakan SPSS versi 17. Pada table 1 akan terlihat bahwa nilai R2= dan nilai p > 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang menyatakan tidak terdapat pengaruh faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship universitas Paramadina Jakarta diterima. Sedangkan hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship universitas Paramadina Jakarta ditolak. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis pengaruh tingkat kecemasan terhadap motivasi belajar dapat dilihat pada table 2. Pada table 2 tersebut terlihat bahwa nilai R2= dan nilai p < 0,05. Hal ini berarti keceamsan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa fellowship Universitas Paramadina Jakarta.
Tabel 1 Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar R
R2
Sig. F Change
.204
.042
.302
Tabel 2 Pengaruh Tingkat Kecemasan terhadap Motivasi Belajar R
R2
Sig. F Change
.471
.222
.000
2. Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi mahasiswa fellowship Universitas Paramadina Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian ini menemukan bahwa motivasi belajar dan tingkat kecemasan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship. Hal ini dilihat dari uji hipotesis pengaruh motivasi 87
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
belajar dan tingkat kecemasan yaitu dengan nilai R= 0,204; R2 =0,042 dan p= 0,302. Dari hasil tersebut didapatkan ternyata hanya 4,2% sumbangsih motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi mahasiswa fellowship. Djamarah (2008) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar (prestasi). Faktor-faktor tersebut adalah faktor lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor-faktor tersebut kemudian diringkas menjadi dua bagian yaitu dari dalam dan dari luar individu. Faktor lingkungan dan instrumental merupakan faktor yang berasal dari luar, sedangkan faktor fisiologis dan psikologis merupakan faktor dari dalam mahasiswa itu sendiri. Faktor lingkungan itu meliputi lingkungan dikampus dan sosial budaya kampus yang berkembang. Faktor instrumental meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas dan dosen. Kondisi fisiologis juga sangat berpengaruh seperti kesehatan badan dan kondisi panca indera. Sedangkan kondisi psikologis antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif. Hamalik (2001) menjelaskan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang berasal dari alam yang berpengaruh terhadap individu. Kondisi yang kampus yang tenang dan nyaman akan menjadikan mahasiswa lebih mudah untuk menguasai materi perkuliahan secara maksimal. Hal ini senada dengan Slameto (2003) yang menyatakan bahwa lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap mahasiswa agar dapat belajar dengan sebaik-baiknya. Keadaan keluarga yang kurang perhatian terhadap prestasi anak dan kurang harmonis dan keadaan ekonomi yang lemah atau berlebihan bisa menyebabkan turunnya prestasi belajar mahasiswa (Hamalik, 2001). Hal ini senada dengan Slameto (2003) yaitu cara orang tua dalam mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang budaya jelas akan memberikan pengaruh terhadap belajar mahasiswa. Hal ini diperkuat juga oleh penelitian dari Nurkholish (2006) yang hasilnya menunjukkan bahwa konstribusi pengaruh keluarga terhadap prestasi siswa kelas VIII MTS di Kabupaten Batang sebesar 31,9%. Dari penjelasan di atas, ternyata banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa fellowship Universitas Paramadina. Mereka adalah mahasiswa pilihan dan terbaik diantara yang terbaik melalui seleksi ketat oleh Tim Panel Fellowship. Secara administrasi mereka merupakan siswa lulusan SLTA terbaik dengan nilai akademis yang tinggi yaitu minimal 7,50. Kebanyakan mereka adalah mahasiswa berprestasi di masing-masing sekolahnya. Secara akademis, mereka lebih unggul dengan siswa lain di sekolah SLTA nya. Secara non akademis, mereka juga mempunyai kecerdasan emosional dan jiwa kepemimpinan yang tinggi, mudah bersosialisasi dan punya etika tinggi serta aktif dalam kegiatan intra dan ekstra baik disekolah maupun 88
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
dikampus sekarang ini. Dengan kata lain mereka semua mempunyai banyak kesamaan dalam beberapa hal karena memang harus memenuhi syarat yang ditetapkan sebelum mendaftar sebagai mahasiswa fellowship. Dari karakteristik responden di atas, maka ada faktor yang mungkin lebih berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa fellowship. Hasil analisis satu persatu, motivasi belajar hanya berpengaruh sebesar 2,3 % terhadap prestasi mahasiswa fellowship. Sementara kecemasan hanya memberika konstribusi sebesar 0,2% saja. Hal ini bisa terjadi karena karakteristik mahasiswa fellowship yang memang pilihan dan mempunyai kecerdasan emosional yang bagus sesuai dengan syarat yang ditetapkan sehingga bisa melakukan kontrol terhadap kecemasan yang dirasakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan direktur fellowship dan kerjasama pada tanggal 23 Juli 2010, didapatkan informasi bahwa kecemasan yang dirasakan oleh mahasiswa fellowship hanya berlangsung di awal perkuliahan, dimana memang banyak dari mereka yang mengalami culture shock. Namun, beliau menegaskan bahwa hal itu hanya bersifat sementara sekitar 2-3 bulan dimana mereka akan menemukan jalan dan memahami dirinya sendiri. Menurut penuturan beliau, faktor yang mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship adalah faktor minat dan sikap terhadap jurusan yang diambilnya. Minat yang positif akan mendorong mereka untuk berusaha mengatasi berbagai kesulitan dan tantangan yang mereka hadapi. Menurut penuturan salah seorang mahasiswa fellowship yang peneliti wawancara, mereka merasa bisa mengekspresikan dirinya dikehidupan yang sekarang dijalani. Hal itu dikarenakan, minat dan kecintaan mereka akan jurusan yang mereka ambil. Dari hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa fellowship 2009, banyak informasi yang digali dan didapatkan. Menurut paparan mereka, kecemasan mereka semakin berkurang sampai sekarang. Ketakutan yang mereka rasakan ketika disemester pertama mereka baru menjalani perkuliahan karena mereka belum tahu susah atau mudahnya meraih indeks prestasi minimal 3,0 yang telah ditetapkan dan mereka masih merasa belum ada gambaran tentang kehidupan perkuliahan di Paramadina. Namun, ketakutan itu berkurang setelah pertengahan semester berjalan. Mereka bisa memprediksi hasil belajarnya dengan hasil nilai kuis atau ujian tengah semester yang telah mereka lalui. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang tidak merasa cemas karena hanya mencari nilai aman saja dan tidak mengejar target yang maksimal. Beberapa dari mereka hanya berjalan mencari amannya saja, yang terpenting bisa melewati batas minimal 3,0 yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis lanjutan yang peneliti lakukan dari beberapa aspek alat ukur motivasi belajar yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik terhadap prestasi belajar, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara mahasiswa yang sumber motivasinya intrinsik dan ekstrinsik. Hal ini bisa berarti bahwa sumber 89
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
motivasi ekstrinsik dari dosen, teman dan keluarga memang cukup bagus sehingga tidak mempengaruhi prestasi mereka. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa mahasiswa fellowship 2009 juga mengatakan hal yang sama. Mereka membenarkan bahwa dukungan teman, dosen, keluarga dan sarana prasarana kampus cukup membantu dalam perolehan prestasi mereka. Beberapa teman-teman memberikan dukungan dalam hal saling mengingatkan, keluarga juga memberikan dukungan dengan selalu berkomunikasi dan memberi nasihat, sarana prasarana kampus seperti perpustakaan dan jaringan internet sangat membantu dalam proses belajar mereka. Lingkungan belajar yang kecil sehingga menjadikan suasana belajar yang kondusif serta dosen yang bisa di ajak diskusi sangat membuat mereka nyaman dalam belajar, walaupun mereka juga mengakui bahwa ada beberapa dosen yang terkadang tidak sesuai dengan harapannya. Lingkungan belajar memang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar. Hal ini senada dengan hasil penelitian Sudarmanto (2007) yang menyimpulkan bahwa lingkungan belajar memberikan pengaruh sebesar 22,25% terhadap prestasi belajar SMK Negeri 1 Bandar Lampung. Hakim (2002 dalam Sudarmanto, 2007) menjelaskan bahwa kondisi lingkungan kampus juga mempengaruhi proses belajar antara lain dosen yang baik, peralatan belajar yang cukup lengkap, gedung kampus yang memenuhi persyaratan. Motivasi belajar dan kecemasan mempunyai korelasi negative, artinya semakin tinggi motivasi, semakin rendah tingkat kecemasan yang dirasakan dan sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis hipotesis didapatkan hasil bahwa kecemasan dan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan sebesar 22,2%. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Niken (2007) yang mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan dan motivasi belajar pada siswa kelas 3 SMU dalam mengahadapi ujian. Ketakutan apakah dapat mencapai indeks prestasi minimal 3,0 akan menyebabkan mereka termotivasi untuk belajar agar bisa mencapainya. Wlodkowski dan Jaynes (2004) menjelaskan bahwa jika seorang mahasiswa merasa panik atau tertekan maka dia akan merasa termotivasi untuk belajar lebih giat lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Namun, motivasi belajar bukan merupakan sesuatu yang siap jadi, melainkan timbul apabila didukung oleh lingkungan misalkan keluarga dan lingkungan kampus (Semiawan, 2002 dalam Niken 2007). Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship diterima. Sedangkan hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh faktor motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar mahasiswa fellowship universitas Paramadina Jakarta ditolak. Dari analisis 90
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
data juga ditemukan kecemasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar mahasiswa fellowship Universitas Paramadina Jakarta. 2. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mengenai pengaruh motivasi belajar dan tingkat kecemasan terhadap prestasi belajar, maka rekomendasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain Peningkatkan perekayasaan iklim kampus yang memungkinkan munculnya motivasi belajar mahasiswa dan meminimalkan kecemasan mahasiswa seperti penyediaan sarana dan prasarana yang lengkap, program sharing discussion sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal. Selain itu, perlu pengenalan lebih dalam terutama Pembimbing Akademik mahasiswa fellowship terhadap karakteristik masing-masing mahasiswa bimbingannya agar tercipta hubungan yang akrab sehingga bisa memacu semangat belajar yang tinggi. Dari pihak mahasiswa fellowship sendiri juga harus memiliki manajemen waktu yang efektif agar tidak ada yang dikorbankan, karena kesibukan kerja atau kesibukan diluar yang menuntut perhatian. Selain itu, mereka harus berbagi dengan orang lain (bisa sesama mahasiswa fellowship, dengan dosen pembimbing akademik, dan lain-lain) jika mengalami hambatan-hambatan dan mintalah dukungan dengan orang-orang yang terdekat. Daftar Pustaka Atkinson, John W & Raynor, Joel O. 1978. Personality Motivation and Achievement. New York. Halstead Press, John Wileya. Atwater, Easwood. (1983). Psychology of Adjustment :Personal Growth in a Changing World (2 ed.) New Jersey :Prentice-Hall.Inc Barlow,D.H & Durand, V.M.(2005). Abnormal Psychology ; an Integative Approach. Australia : Thomson Wordsworth. Chaplin, J.P.(2006). Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan dari Dictionary of Psychology). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta:Rineka Cipta. Derajat, Wingki. (2005). Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT Gramedia. Goldberger, L & Breznitz, S. (1984). Handbook of Stress : Theoretical and Clinical Aspect. New York : The Free Press. 91
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 2, Juni 2011: Edisi Khusus
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hurlock. (1979). Personality Development. New Delhi : Tata Mc. Graw-Hill. Limyati, Maria Herlina.(1999). Motivasi Belajar Pada Siswa yang Kurang Beruntung. Skripsi, Fakultas Psikologi. Depok : Universitas Indonesia Niken P.W. (2007). Hubungan Antara Kecemasan dan Motivasi Belajar Pada Siswa Kelas 3 SMU dalam Menghadapi Ujian. Skripsi Jurusan Psikologi. Jakrata: Universitas Paramadina. Nurkholis, Agus. (2006). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII Mts. Nurussalam Tersono Kabupaten Batang. Skripsi Jurusan Manajemen. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Omrod, J.E.(2006).Educational Psychology : Developing Learners (5th ed). New Jearsey. Pearson Education, Inc. Safari. (2010). Psikometri dalam Bidang Psikologi dan Pendidikan. Jakarta : Universitas Paramadina. Santrock, John W. (2010). Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Kencana. Sawitri.(1992). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Kecemasan Berprestasi Terhadap Prestasi Akademis Mahasiswa. Skripsi. Fakultas Psikologi. Depok : Universitas Indonesia. Slameto.(2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarmanto, R. Guanwan. (2007). Pengaruh Lingkungan Belajar dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007. Jurnal Program Studi Ekonmi (Akuntansi) Jurusan Pendidikan IPS FKIP . Lampung :Universitas Lampung. Sukaji, S.(2000). Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Depok : LPSP3 UI Suparyono.(2003). Hubungan Antara Trait Anxiety dengan State Anxiety Serta Sumber dan Gejala Kecemasan Anggota Shabara Polri yang Mengamankan Aksi Demonstrasi. Skripsi, Fakultas Psikologi. Depok : Universitas Indonesia. Wade, Carole & Tavris, Carol. (2008). Psychology 10th ed. Pearson Education: USA. Winkel.(1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta:Grasindo. Wlodkowski, Raymond J dan.Jaynes, Judith H.(2004). Motivasi Belajar. Jakarta: Cerdas Pustaka. 92
Suhariyanto Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Kecemasan terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Fellowship Universitas Paramadina
Wolman B. Banjamin & Stricker, G. (1994). Anxiety and Related Disorder. New York : John Wiley & Son, Inc. Woolfolk, Anita E.(1993). Educational Psychology. 5th edition. Allyn & Bacon. Company Profile. (2008). Jakarta :Universitas Paramadina
93