PENGARUH KONDISI EKONOMI ORANG TUA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 13 KOTA GORONTALO OLEH LIS ARIYANTI TAMBUNG NIM. 911 409 017 ABSTRAK Lis Ariyanti Tambung. NIM. 911 409 017. 2013. Pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo. Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, Raflin Hinelo, S.Pd, M.Si, Pembimbing II : Moh. Agus Salim Monoarfa, SE, M.M Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu angket, observasi dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dengan analisis regresi dan korelasional.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti antara aktivitas belajar siswa dengan kondisi ekonomi orang tua di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo. Dengan demikian maka aktivitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua. Berdasarkan temuan di atas maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1) bahwa dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota Gorontalo, maka sangat diperlukan dukungan orang tua untuk membantu menyediakan fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya yang sedang mengikuti pendidikan di sekolah, 2) untuk mendukung peningkatan aktivitas belajar siswa diperlukan penciptaan suasan dan iklim yang kondusif oleh orang tua serta dibutuhkan dukungan sarana pembelajaran yang memadai, 3) kepada orang tua agar memprioritaskan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penyediaan fasilitas belajar yang memadai sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas belajar dengan baik Kata Kunci: Kondisi Ekonomi Orang Tua, Aktivitas Belajar Siswa
1 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
A. PENDAHULUAN Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang dinilai sangat menentukan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini mengingat bahwa pendidikan bagi siswa
dapat berlangsung melalui lembaga
pendidikan informal (keluarga), lembaga pendidikan formal (sekolah), dan lembaga pendidikan non formal yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat.
Ketiga
lembaga
pendidikan
tersebut
berperan
dalam
menjalankan tugas dan fungsinya dalam mendidik dan mengajar siswa selaku peserta didik yang juga individu dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menjadi tujuan pendidikan nasional. Lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan informal merupakan awal sebuah proses pendidikan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung antara orang tua dengan anak. Peran pendidikan dalam lingkungan keluarga menjadi tonggak awal pendidikan secara menyeluruh. Keluarga
sebagai
lingkungan
anak
pertama
kali
memperoleh
pendidikan dari orang dewasa (orang tua) maka upaya untuk menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan aktivitas anak sangat diperlukan. Dalam konteks ini anak akan dapat melakukan interaksi dengan lingkungannya secara baik apabila lingkungan keluarga itu sendiri cukup menunjang dalam menjamin keamanan dan kebebasan anak, bahkan senantiasa menjadi mediator dan motivator bagi anaknya. Namun pendidikan dalam lingkungan keluarga seringkali menjadi masalah dalam dunia pendidikan, apabila dikaitkan dengan anak putus sekolah dan rendahnya aktivitas belajar anak didik yang masih terus menjadi permasalahan utama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tidak jarang 2 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
ditemukan orang tua yang seharusnya mampu bertindak sebagai pendidik utama bagi anak, tetapi dalam kenyataannya kurang mampu meningkatkan aktivitas belajar anaknya, bahkan gagal dalam mendidik anaknya. Kegagalan orang tua tersebut sebagai konsekuensi dari kurang maksimalnya peran orang tua dalam memfasilitasi anak sehingga dapat belajar dengan baik. Faktor utamanya diduga karena kondisi ekonomi orang tua yang kurang baik sehingga orang tua sering mengajak anaknya untuk membantu mencari nafkah. Hal tersebut yang menyebabkan anak tidak memiliki waktu belajar di rumah karena harus membantu orang tua untuk mencari nafkah bagi keluarga. Orang tua yang seharusnya diharapkan dapat menyediakan fasilitas penunjang yang memadai, namun karena secara material tidak memiliki dana untuk mengadakannya sehinngga anak belajar dengan fasilitas yang sederhana atau bahkan tanpa fasilitas sehingga anak tidak dapat belajar dengan baik. Dalam konteks yang bersamaan orang tua karena faktor ekonomi maka orang tua cenderung tidak memiliki
kesempatam untuk
memotivasi anaknya belajar di rumah. Orang tua lebih focus untuk mencari nafkah bagi keluarga. Berdasarkan uraian di atas maka kecenderung aktivitas belajar siswa yang rendah diduga disebabkan oleh kondisi ekonomi orang tua yang kurang baik sehingga orang tua lebih focus untuk mencari nafkan dari pada memperhatikan aktivitas belajar siswa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada SMP Negeri 13 Kota Gorontalo menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa cenderung rendah. Kondisi yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa siswa kurang tertarik untuk mengikuti aktivitas belajar yang difasilitasi guru. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas siswa dalam membaca, menulis, serta 3 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
menyelesaikan
tugas
yang
diberikan
guru.
Sebagian
siswa
kurang
bersemangat untuk melakukan aktivitas belajar sehingga mempengaruhi kemampuan mereka dalam menguasai kompetensi dasar yang dibelajarkan. Rendahnya jumlah siswa yang beraktivitas bukan semata-mata kesalahan dalam proses belajar mengajar. Diduga bahwa kondisi ekonomi orang tau yang kurang baik memberikan kontribusi bagi aktivitas belajar siswa. Kondisi ekonomi orang tua yang kurang baik, dalam arti tidak mampu memenuhi kebutuhan dan fasilitas belajar siswa sangat mempengaruhi terhadap aktivitas yang dilakukan siswa di sekolah. Dalam konteks ini siswa yang memiliki fasilitas belajar di rumah memiliki kesempatan untuk belajar sehingga ketika ditugaskan guru di sekolah maka siswa tersebut dapat melakukannya
dengan
baik
sehingga
meningkatkan
aktivitas
dan
kemampuan belajarnya di sekolah. Sebaliknya siswa dengan fasilitas yang sangat minim tidak mempunyai kesempatan
belajar yang baik di rumah,
sehingga fakta riil menunjukkan bahwa siswa yang memiliki aktivitas rendah karena kurang memiliki fasilitasi belajar yang memadai. Mereka cenderung belajar dengan menggunakan fasilitas belajar yang sangat minim. Hasil pengamatan lainnya menunjukkan bahwa siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan yang rendah. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang diformulasikan dengan judul “Pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo.” B. KAJIAN TEORETIS 1. Hakikat Kondisi Ekonomi Orang Tua Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pembeda posisi atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur ekonomi tertentu. 4 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam stuktur ekonomi menjadi salah satu pembeda penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (Soekanto,2009). Pembeda itu pula yang menjadikan adanya perbedaan tingkatan ekonomi berdasarkan status ekonomi masyarakat. Jamaluddin (2011) mengemukakan bahwa tingkatan ekonomi itu mempunyai
dua
pengertian,
yaitu:
a)
tingkatan
ekonomi
adalah
tataran/tingkatan status dan peranan yang relatif bersifat tetap di dalam suatu sistem sosial, tataran di sini menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan hak, kehormatan, pengaruh dan kekuasaan, b) tingkatan ekonomi adalah kelas sosial atau sistem kasta. Lahirnya atau terjadinya tingkatan ekonomi dimasyarakat dikarenakan pada masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai lebih dari yang lain atau seseuatu yang dianggap mempunyai nilai tinggi, seperti: uang atau, bendabenda yang bernilai ekonomis. Sesuatu yang dihargai atau dinilai tinggi itulah yang menjadi sebab terjadinya tingkatan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Sosial dan ekonomi adalah dua hal yang sulit dipisahkan dalam perkembangan manusia, perbaikan ekonomi seseorang tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang dimilikinya. Oleh karena itu kondisi ekonomi dan sosial memegang peranan penting dalam membentuk dan mempengaruhi pendidikan seseorang. ”Kelas sosial merupakan penentu utama bagi kemajuan pendidikan”, Vaisey, (dalam Sudarmo, (2005). Dalam kaitan ini berarti pula bahwa kedudukan ekonomi orang tua menentukan berhasil tidaknya anak mengenyam pendidikan. Menurut Sudarmo (2005) bahwa dalam setiap masyarakat akan ditemukan ataupun berkembang dengan sendirinya suatu stratifikasi sosial, hanya masyarakat yang sangat kecil dan homogen tidak mempunyai 5 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
stratifikasi. Stratifikasi sosial terjadi dengan semakin meluasnya masyarakat, dengan semakin terjadinya pembagian pekerjaan, beragamnya tingkat pendidikan dan keahlian, maupun pemilikkan kekayaan. Teori tersebut di atas menekankan bahwa manusia mempunyai kecenderungan untuk menilai sesorang dalam seseorang dalam lingkungan sosialnya yang menciptakan tingkatan-tingkatan dalam kelas sosial berdasarkan segi peranan dari masing-masing individu. Lebih lanjut kecenderungan ini akan melahirkan identitas berupa status sosial bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat. Centers (dalam Sudarmo 2005) mengidentifikasikan adanya beberapa indikator tentang subyektif seseorang mengenai status sosial yakni: a) Bentuk rumah: ukuran,kondisi perawatan, dan lain-lain, b) wilayah tempat tinggal atau lingkungan karena dianggap bahwa hal itu menentukan statusnya, c) Pekerjaan atau profesi yang dipilih seseorang menunjukkan keinginan dengan lapisan masyarakat tertentu,
d) Sumber pendapatan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan seseorang masyarakat yang ditentukan oleh beberapa aspek interaksi dan komunikasi dengan lingkungan masyarakat, dan juga berdasarkan hasil usaha guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kesejahteraannya. Di sisi lain tingkat status sosial ekonomi orang tua juga akan sangat menentukan pandangan atau persepsi yang positif maupun negatif terhadap pendidikan dan proses belajar. Jamaluddin,
(2011) mengemukakan bahwa karena perbedaan-
perbedaan itulah maka bagi orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi lebih tinggi akan mempunyai persepsi positif terhadap pendidikan dan proses belajar. Hal itu diwujudkannya dengan senantiasa memberikan dorongan dan dukungan moril maupun materil bagi keberhasilan aktivitas belajar siswanya. Sebaliknya bagi orang tua siswa yang mempunyai status 6 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
sosial ekonomi rendah di samping tidak dapat menyediakan sarana belajar yang memadai, juga tidak mempunyai cita-cita yang untuk bagi kelanjutan aktivitas belajar siswa-anaknya, bahkan kalau perlu yang penting lulus. Sedangkan bagi siswa sendiri akan beranggapan bahwa orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kelas sosial ekonomi bawah memiliki ciri-ciri antara lain merasa tak berguna, sangat tergantung pada orang lain, tidak memiliki kepribadian kuat, kurang bisa mengontrol diri, sangat berorientasi pada masa kini dan tanpa memikirkan masa depan. 2. Hakikat Aktivitas belajar Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Aktivitas merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan aktivitas belajar. Aktivatas selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk belajar. Menurut Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2003),” Aktivitas adalah kegiatan atau kesibukan”. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas adalah sesuatu atau seseorang yang melakukan kegiatan atau kesibukan tertentu. Dari batasanbatasan tersebut pengertian aktivitas manusia adalah makhluk yang aktif yang senantiasa berusaha untuk mencapai tujuannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas sangat diperlukan dalam mencapai tujuan yang baik. Sedangkan aktivitas yang timbul karena adanya suatu minat atau keinginan terhadap pembelajaran. Aktivitas belajar belajar siswa merupakan salah satu hal yang sangat substansial dalam keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan
di
sekolah. Terkait dengan pengertian belajar, beberapa ahli mendefinisikannya sebagai
berikut,
diantaranya
Gagne
(dalam
Winatapura
2007)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dimana suatu 7 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Slameto (2011) mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan dalam diri seseorang pada tingkah laku sebagai akibat/hasil, interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhannya. Sedangkan Hamalik (2009)
mengemukakan
bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Berdasarkan definisi ini jelas bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yakni mengalami. Aktivitas belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan sebagainya. Dalam implementasinya belajar memiliki sejulah prinsip sebagaimana yang dikemukakan oleh teori Kognitif (dalam Hamalik 2009) sebagai berikut: 1) Gambaran perseptual sesuai dengan masalah yang dipertujukan kepada anak adalah kondisi yang penting. Suatu masalah belajar yang terstruktur dan di sajikan upaya gambaran-gambaran yang esensial terbuka terhadap inspeksi dari anak. 2) Organisasi pengetahuan harus mampu sesuatu yang mendasar bagi guru atau perencana pendidikan. Susunannya dari yang sederhana ke yang kompleks dalam arti dari keseluruhan yang sederhana ke keseluruhan yang lebih kompleks. Masalah bagian keseluruhan adalah masalah organisasi, dan tidak bertalian dengan teori pola kompleksitas. Sesuai dengan pandangan mengenai pertumbuhan kognitif, maka organisasi pengetahuan tergantung pada tingkat perkembangan anak. 3) Belajar dengan
pemahaman
adalah
lebih
permanen
(menetap)
dan
lebih
memungkinkan untuk ditransferkan, di bandingkan dengan belajar dengan 8 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
formula. Berbeda teori stimulus Respon, teori yang menitikberatkan pada pentingnya kebermaknaan dalam belajar dan mengingan. 4) Umpan balik kognitif mempertunjukan pengetahuan yang benar dan tepat dan mengoreksi kasalahan belajar. Anak
menerima atau menolak sesuatu berdasarkan
konsekuensi dari apa yang telah di perbuatnya. Dalam ini kognitif setara dengan penguatan pada S-R theory, tetapi teori kognitif cenderung menempatkan titik beratnya pada pengujian hipotesis melalui umpan balik. 5) Penetapan tujuan penting sebagai motivasi belajar. Keberhasilan dan kegagalan menjadi hal yang menentukan cara menetapkan tujuan untuk waktu yang akan datang. 6) berpikir devergen menuju ke ditemukannya pemecahan masalah atau ke terciptanya produk yang bernilai dan menyenangkan. Berbeda dengan berpikir konvergen yang menuju ke mendapatkan jawaban-jawaban yang benar secara logika. Berpikir devergen menuntut dukungan (umpan balik) bagi upaya tentatif seseorang yang orisinal agar supaya dia dapat mengamati dirinya sebagai kreatif potensial. Wahyuningsih (2009) mengemukakan bahwa
aktivitas belajar tidak
dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan aktivitas belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut. Dalam konteks ini belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum 9 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Menurut Rouseau dalam Sardiman (1990)bahwa aktivitas belajar yaitu ” segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengamatan sendiri, penyelidikan sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri baik secara rohani maupun teknis”. Pernyataan diatas menunjukan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa aktivitas proses belajar tidak mungkin terjadi. Siswa akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu disadari pada apa yang telah
dipelajari
sebelumnya.
Berdasarkan
pengertian
tersebut
dapat
disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan pengamatan, penyeledikan, pengalaman yang dimiliki dan dilakukan sendiri oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan.
C. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo. Penetapan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masih terdapat siswa yang memiliki aktivitas belajar yang rendah, sehingga hal ini perlu dianalisis melalui penelitian ilmiah, terutama dilihat dari kondisi ekonomi orang tua. Penelitian ini didesain sebagai penelitian kuantitatif. Dalam hal ini akan menggambarkan pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang berkaitan dengan pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar siswa. Subyek populasinya adalah seluruh siswa kelas I dan kelas II di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo yang berjumlah 228 orang siswa. 10 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
jumlah sampel siswa
adalah 25% x 228 = 57 orang.
Teknik
pengambilan sampel diambil dengan teknik sampel proporsional. Data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: (1) angket, (2) wawancara, dan (3) Dokumentasi. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis regresi.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ekonomi orang tua
kondisi
terhadap aktivitas belajar siswa. Tingkat pengaruhnya
yaitu sebesar 71% Dengan demikian maka aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua. Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung = 14,70. Sedang dari daftar distribusi t diperoleh t(1-0,005)(57-2) = t(0,995)(55) = 2,66. Ternyata harga thitung lebih besar dari tdaftar (14,70 > 2,66). Hal ini berarti bahwa H0 ditolak dan dapat menerima H1. Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat tengaruh kondisi ekonomi orang tua
terhadap aktivitas
belajar siswa, dapat diterima E. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 13 Kota Gorontalo berada pada klasifikasi sedang, hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam melakukan aktivitas belajar mengacu pada kriteria aktivitas seperti latihan atau praktek, menulis dan mencatat, membaca, menbuat ikhtisar atau ringkasan, mengamati tabeltabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja dan mendengarkan, (2) kondisi ekonomi orang tua
SMP Negeri 13 Kota
Gorontalo Kota Gorontalo berada pada klasifikasi sedang. Hal ini ditunjukkan 11 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
dengan tingkat ekonomi orang tua yang berada pada tingkat sejahtera I dan Sejahtera II sehingga dapat memberikan dukungan bagi peningkatan aktivitas belajar siswa, (3) terdapat pengaruh yang berarti antara aktivitas belajar siswa dengan kondisi ekonomi orang tua
di SMP Negeri 13 Kota
Gorontalo. Dengan demikian maka aktivitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota Gorontalo dipengaruhi oleh kondisi ekonomi orang tua. Dengan memperhatikan hasil pembahasan dan simpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: (1) bahwa dalam rangka meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP Negeri 13 Kota Gorontalo, maka sangat diperlukan dukungan orang tua untuk membantu menyediakan fasilitas belajar yang memadai bagi anaknya yang sedang mengikuti pendidikan di sekolah, (2) untuk mendukung peningkatan aktivitas belajar siswa diperlukan penciptaan suasana dan iklim yang kondusif oleh orang tua serta dibutuhkan dukungan sarana pembelajaran yang memadai dan (3) kepada orang tua agar memprioritaskan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penyediaan fasilitas belajar yang memadai sehingga mereka dapat melaksanakan aktivitas belajar dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Anneahira. 2009. Pengertian Aktivitas belajar Menurut Para Ahli (Online) Tersedia di http://www.anneahira.com/pengertian-hasil -belajarmenurut-para-ahli. htm. (Download) 25 Pebruari 2013 Gunarsa. Singgih.D.2011. Dasar Dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT Bpk Gunung Mulia Hamalik.2009. Makalah Konsep Pendidikan IPS dan Karakteristik Pendidikan IPS di SD. (Online) Tersedia di http:// beduatsuko. blogspot.com/ 2009/02/ makalah-konsep-pendidikan-ips-dan.html. (Download) 25 Pebruari 2013 Jamaluddin. 2011. Pencitraan Pemerintah Dalam Bidang Ekonomi. Jakarta: Harapan Masa 12 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
Nurkosim. 2012, Pengaruh Tingkat Pendidikan dan TingkatPendapatan Orang tua Terhadap Aktivitas belajar Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kedungwaru Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2011/2012. Jakarta: Jurnal Rosyidi. 2009. Ekonomi Mikro Dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. A.M. 2000. Interaksi dan Aktivitas belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali Slameto. 2011. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Soekanto. 2009. Konsep Ekonomi Kerakyatan. Bandung: Alfabetha Sudjana. 2002. Statistika. Bandung Tarsito. Sudarmo. 2005. Pendidikan Bagi Rakyat, Edisi Khusus. Jakarta: Permata Bunda Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabetha Sunarto. 2009. Pengertian Aktivitas belajar. (Online) Tersedia di. http:// sunartombs. wordpress.com/2009/01/05/pengertian-hasil -belajar/. (Download) 25 Pebruari 2013 Sutisna. 2009. Evaluasi Aktivitas belajar. (Online) Tersedia dihttp://sutisna. com/ artikel/artikel-ilmu-sosial/evaluasi-hasil -belajar/. (Download) 25 Pebruari 2012 Wahyuningsih. 2009. Kesuksesan dalam mencapai Aktivitas belajar (Online) tersedia di http://ipiems.com/index.php?option=com_content&view=article&id=33 :kesuksesan-dalam-mencapai-hasil -belajar&catid=1:halaman-depan& Itemid = 36. (Download) 25 Pebruari 2013 Wardani, Lidya. 2011. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Dengan Aktivitas belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Jakarta: Jurnal Winatapura. 2007. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka 13 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG
Wordpress. 2008. Pengertian Belajar dan Perubahan Perilaku dalam Belajar. (Online) Tersedia di http://cafestudi061.wordpress.com/ 2008/09 /11/ pengertianbelajar-dan-perubahan-perilaku-dalam-belajar/ . (Download) 29 januari 2013 Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2003
14 Jurnal_ Lis Ariyanti Tambung, 2013. Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. UNG