PENGARUH KONDISI EKONOMI DAN PERAN ORANG TUA TERHADAP MINAT SISWA SMP MELANJUTKAN PENDIDIKAN DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU Respida, Nuraini, Rustiyarso Program Magister Pendidikan Ekonomi
[email protected] Abstrak: Dasar penelitian ini adalah kesenjangan jumlah siswa yang lulus SMP Negeri dengan jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA di Kecamatan Entikong tahun 2013. Faktor yang diduga turut mempengaruhi rendahnya minat siswa SMP melanjutkan pendidikan diduga berkenaan dengan faktor kondisi ekonomi dan kurangnya peran orang tua dalam proses pendidikan. Adapun masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pengaruh Kondisi Ekonomi dan Peran Orang Tua Terhadap Minat Siswa Melanjutkan Pendidikan?”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan studi dokumenter dengan alat penelitian berupa soal angket, pedoman wawancara dan dokumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kondisi ekonomi orang tua terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,08% pengaruh peran orang tua terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,4% dan pengaruh kedua variabel bebas tersebut terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,8%. Kata kunci : kondisi ekonomi, peran orang tua, minat melanjutkan pendidikan Abstract : The basis of this research is the gap number of students who graduated Junior High School the number of students who continue their education to the high school level in the district Entikong in 2013. Factors are thought to also influence the low interest of junior high school students suspected of continuing education regarding the factors of economic conditions and lack of parental role in the educational process. The issues examined in this study is "How to Influence Economic Conditions and the Role of Parents Against Continuing Education Student Interests?". The method used in this study is a quantitative research method. Data collection techniques used were questionnaires, interviews and documentary studies with research tools such as questionnaires about, interview guidelines and supporting documents. The results showed that the effect of economic conditions of parents of junior high school students 'interest continuing education amounted to only 0.08 % influence of parents' role to interest junior high school students to continue their education amounted to only 0.4 % and the effect of the two independent variables to interest junior high school students to continue their education only of 0.8 %. Keywords: economic conditions, the role of parents, interest in continuing education
1
J
aminan kualitas kehidupan yang lebih baik di Malaysia membuat sebagian remaja di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau, lebih berminat untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) setelah menyelesaikan pendidikan SMP daripada melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini didasari adanya persepsi bahwa menjadi TKI dapat memberikan manfaat secara nyata terhadap peningkatan taraf ekonomi keluarga daripada harus mengorbankan waktu, tenaga dan dana demi melanjutkan pendidikan. Persepsi tersebut keliru sehingga membuat minat sebagian besar siswa SMP untuk melajutkan pendidikan ke jenjang SMA menjadi rendah. Data yang didapatkan peneliti saat melakukan penelitian pendahuluan menunjukkan trend penurunan jumlah siswa yang lulus dengan siswa yang melanjutkan pendidikan. Berikut data tentang jumlah siswa SMP yang melanjutkan pendidikan di Kecamatan Entikong. Tabel 1: Data Siswa yang Melanjutkan Pendidikan Tahun 2012/2013 No
Nama Sekolah
Jumlah Lulusan
Jumlah Melanjutkan ke SMA 1 SMP Negeri 1 100 64 2 SMP Negeri 2 20 9 3 SMP Negeri 3 70 40 4 SMP Negeri 4 10 0 TOTAL 200 113 Sumber data: Dinas Pendidikan Kecamatan Entikong, 2013
% 64 45 57 0 56
Berdasarkan data tersebut, terdapat kesenjangan yang signifikan antara jumlah lulusan dengan jumlah siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau sederajat. Kesenjangan yang terjadi mengindikasikan bahwa minat siswa SMP untuk melanjutkan pendidikan di Kecamatan Entikong pada tahun ajaran 2012/2013 cukup rendah. Rendahnya minat ini menjadi permasalahan yang cukup serius mengingat bahwa siswa SMP di Kecamatan Entikong adalah generasi penerus di kawasan perbatasan Indonesia dengan Malaysia yang memiliki peran besar bagi pembangunan di daerah tersebut pada masa yang akan datang. Jika dalam diri siswa sudah tidak ada minat melanjutkan pendidikan, maka akan sangat sulit mengembangkan kualitas diri pada siswa tersebut karena minat adalah dasar seseorang dalam beritindak. Minat juga merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan seseorang baik dalam hal studi, pekerjaan maupun aktivitas yang lain. Banyak ahli yang berbeda-beda mengemukakan pendapat mengenai minat, namun pada dasarnya semua itu merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain. Menurut Slameto (2003:180), “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas”. Adapun menurut Krapp (dalam Dale H. Schunk, Paul R. Pitrich, Judith L. Meece (2012:320) menyatakan bahwa “Minat situasional merupakan suatu keadaan psikologis menyangkut tertarik pada sebuah tugas atau aktivitas”. Seseorang yang benar-benar berminat terhadap suatu 2
objek, maka akan berpengaruh terhadap segala sikap dan perilakunya, misalnya siswa dengan minat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan meskipun banyak hambatan yang harus dihadapi. Namun akan berlaku sebaliknya pada siswa yang kurang berminat, akan cenderung menghindari dan menjauhi untuk melakukan sesuatu walaupun didukung dengan berbagai fasilitas yang menunjang. Minat yang dimiliki oleh siswa dapat menjadi dasar atau landasan dalam melaksanakan suatu aktivitas, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Minat berperan dalam mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Tujuan seseorang akan tercapai kalau motif yang ada didalam dirinya selalu mendorong serta memacunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (2010: 56) yang menyatakan bahwa “Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Minat dapat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya”. Adanya keinginan yang besar tersebut dengan sendirinya akan mendorong seseorang untuk lebih memusatkan perhatiannya terhadap sesuatu yang dimaksud. Siswa yang berminat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor esternal). Faktor internal antara lain meliputi kemauan dan keberhasilan akademik. Kemauan ini antara lain seperti keinginan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu, keinginan untuk mencapai cita-cita tertentu, serta keinginan untuk menyandang gelar kesarjanaan. Sedangkan faktor eksternal meliputi status sosial ekonomi orang tua, motivasi dari orang tua dan lingkungan sosial tempat tinggal siswa.Faktor ekonomi orang tua diduga memegang peranan sangat penting dalam pembentukan minat siswa melanjutkan pendidikan. Siswa yang berasal dari keluarga yang ekonominya cukup memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan kemampuannya dari pada siswa yang berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Dugaan ini diperkuat oleh hasil penelitian Salmah (2013) tentang pengaruh status sosial ekonomi keluarga terhadap minat siswa MAS Pontianak melanjutkan pendidikan yang mengungkapkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat ekonomi keluarga dengan minat siswa melanjutkan pendidikan. Selain itu, ada pula hasil penelitian Syafrina Nasution (2013) yang melakukan penelitian tentang pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan di Medan. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat pengaruh sosial ekonomi orang tua terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan Kondisi ekonomi orang tua siswa yang sebagian besar bekerja sebagai petani sehingga tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya akibat biaya pendidikan yang semakin meningkat di setiap jenjang. Kondisi ekonomi orang tua siswa yang sebagian besar pada tingkat menengah ke bawah juga berdampak pada pola pikir mereka bahwa siswa yang telah menamatkan pendidikan di tingkat SMP akan lebih baik bekerja membantu orang tua daripada melanjutkan pendidikan. Selain itu, berdasarkan wawancara awal, sebagian besar orang tua siswa merasa tidak akan mampu menganggung iuran sekolah dan keperluan
3
pendidikan jika anaknya melanjutkan pendidikan seperti keperluan sarana sekolah, buku pelajaran dan biaya tambahan selama menempuh pendidikan. Selain kondisi ekonomi, faktor peran serta orang tua dalam pendidikan juga memegang peranan penting dalam pembentukan minat anak untuk melanjutkan pendidikan. Orang tua yang memiliki kemampuan ekonomi memadai dari hasil pertanian dan perkebunan ada pula yang justru tidak mengarahkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena beranggapan bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin masa depan yang lebih baik. Beberapa orang tua memandang bahwa pendidikan formal tidak begitu penting. Asumsi ini muncul karena beranggapan bahwa menyekolahkan anaknya di pendidikan formal hanya menambah jumlah pengangguran karena para lulusan sekolah lanjutan belum mampu memenuhi dunia kerja. Akibatnya, selalu terjadi penumpukan tenaga kerja setiap tahunnya. Selain itu, ada pula masyarakat yang berasumsi bahwa anaknya akan bekerja sesuai bidang pekerjaan orangtua, misalnya anak yang terlahir di keluarga pedagang akan dikesampingkan pendidikan nya dengan alasan akan lebih baik melanjutkan pekerjaan yang telah di rintis oleh orang tuanya sehingga tidak memerlukan pedidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Asumsi dan persepsi yang keliru ini membuat sebagian orang tua siswa bersikap acuh terhadap proses dan keberlanjutan pendidikan anaknya. Hanya sebagian kecil orang tua yang meluangkan waktu guna membimbing dan mendampingi anak dalam proses belajar di rumah. Akibatnya, siswa merasa bahwa orang tua mereka tidak perduli terhadap proses pendidikan yang mereka jalani, hal ini diduga berdampak pada minat siswa melanjutkan pendidikan. Berdasarkan dugaan ini, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji secara lebih mendalam tentang minat siswa untuk melanjutkan pendidikan. Penelitian ini penting dan menarik karena subjek penelitian merupakan generasi muda di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia yang kelak menjadi harapan penjaga kedaulatan bangsa. Melalui penelitian ini, peneliti dapat mendeskripsikan secara komprehensip tentang minat siswa melanjutkan pendidikan sehingga para pengambil kebijakan terutama pemerintah dapat merumuskan kebijakan guna meningkatkan kulitas peserta didik di wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia. Secara sederhana, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas bertingkat secara hierarki (Munandar Soelaeman, 2006:148). Berdasarkan pengertian ini, dapat dimaknai bahwa dalam suatu masyarakat terdapat pembagian kelas-kelas berdasarkan dimensi-dimensi tertentu yang beranggapan bahwa sebagian masyarakat lebih tinggi dari masyarakat lain sehingga dapat mengontrol perilaku pihak lain yang lebih rendah. Selanjutnya, bahwa tingkat kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang dimiliki oleh individu dalam masyarakat yang terstratifikasi tergantung pada kenggotaannya dalam kelompok-kelompok sosial bukan pada karakteristik individunya. Oleh karena itu, pada dasarnya stratifikasi sosial terbentuk dari kelompok-kelompok yang tingkatannya berbeda. Kelompok tersebut mengembangkan suatu lapisan sistem sosial kultural secara menyeluruh dan bersifat turun-temurun.
4
Perbedaan kemampuan dan akses sumber daya merupakan faktor yang paling menentukan posisi suatu kelompok masyarakat pada strata tertentu dalam sistem stratifikasi sosial sehingga kelompok tersebut memiliki kekuasaan dan hak prestise yang tidak dimiliki oleh kelompok lain. Secara kongkret, faktor penentu seseorang dalam kelompok strata sosial yakni kekayaan dan penghasilan, pekerjaannya serta tingkat pendidikannya. Ketiga aspek inilah yang disebut determinan stratifikasi sosial yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Mundandar Soelaeman, 2006:152). Artinya, seseorang tidak dapat dimasukkan dalam kelompok tertentu hanya dari satu faktor saja. Oleh karena itu, kelompok masyarakat dalam strata sosial tidak semata-mata didasarkan pada atribut yang melekat kepada anggotanya, tetapi lebih dicirikan kepada cara hidup yang erat kaitannya dengan keseluruhan determinan yang dimaksud. Kekayaan dan penghasilan sebagai strata sosial berhubungan dengaan fenomena ekonomi yang meliputi; 1) konsumsi dan produksi; 2) produktivitas dan inovasi teknologi; 3) pasar; 4) kontrak; 5) uang; 6) tabungan; 7) organisasi ekonomi; 8) kehidupan dalam tempat kerja; 9) pembagian kerja dan segregasi pekerjaan; 10) kelas ekonomi; 11) ekonomi internasional; 12) ekonomi dan masyarakat luas; 13) faktor gender dan etnik; 14) kekuatan ekonomi; 15) ideologi ekonomi (Holton dalam Damsar, 2012). Akibat ekonomi rendah atau kesulitan hidup bagi orang tua inilah yang akan membawa akibat terhadap anak mereka yang sedang belajar, baik akibat yang bersifat fisik maupun psikologis. Kelancaran proses keberhasilan pendidikan tidak dapat dibebankan hanya pada salah satu faktor pendidikan. Sedikitnya ada tiga faktor utama yang mendukung terlaksananya pendidikan yaitu faktor pendidik, faktor anak didik, dan faktor pergaulan mendidik (A. Murni Yusuf, 2005:50). Orang tua dan keluarga sebagai lingkup sosial terkecil berperan sangat penting sebagai lembaga penyiapan anak sebelum memasuki jenjang pendidikan formal. Urie Bronfenbrenner (2005) dari Harvard Unviersity mengungkapkan bahwa “Substantial research supports family involvement, and a growing body of intervention evaluations demonstrates that family involvement can be strengthened with positive results for young children and their school readiness”. Ditinjau dari aspek psikologi pendidikan, orang tua berperan dalam mendorong siswa dalam mencapai tujuan dan keberhasilan proses pendidikan. Munandar Soelaeman (2006:117) mengemukakan bahwa “Masyarakat harus membentuk atau menuntuk unit yang meneruskan nilai-nilai kepada generasi selanjutnya. di dalam keluarga seorang anak memperolah landasan bagi pembentukan kepribadian, sikap, perilaku dan tanggapan emosi”. Peran orang tua akan lebih maksimal jika orang tua juga memiliki jenjang pendidikan formal yang cukup tinggi. Menurut A. Murni Yusuf (2005:53), jalur pendidikan formal yaitu “Pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjang atau tingkatan dalam periode tertentu dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi”. Berbekal pendidikan tinggi dan pengetahuan inilah orang tua diharapakan mampu menghadapi segala masalah yang dihadapi baik oleh diri sendiri, keluarga dan masyarakat serta mampu menumbuhkan minat anak untuk dapat mendapatkan pendidikan yang tinggi. Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal).
5
Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor eksternal, minat dapat dipengaruhi oleh kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya (Slameto, 2003:37). Lebih jauh, faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Slameto, (2003:45) adalah sebagai berikut : “1) latar belakang siswa, meliputi: jenis kelamin, tinggi badan, kesulitan berbicara dan kemampuan berbicara; 2) latar belakang orang tua siswa, meliputi: tingkat pendidikan, jenis pendidikan maupun pekerjaan orang tua; 3) latar belakang keluarga, meliputi: keadaan sosial ekonomi keluarga, jumlah saudara kandung, anak ke berapa dalam keluarga, jumlah kakak yang sudah bekerja. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah. Slameto (2003:180) menyatakan bahwa: “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu” Menilik dari latar belakang, permasalahan dan kajian teori yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah ingin menganalisa dan mendeskripsikan pengaruh kondisi ekonomi dan peran orang tua terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau. METODE PENELITIAN Penelitian ini ingin mengkaji hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, untuk memahami suatu fenomena dengan cara menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang ada. Jenis penelitian ini adalah assosiatif, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain non eksperimen yang berarti penelitian ini tidak akan menggunakan perlakuan terhadap variabelvariabel penelitian melainkan menjadi fakta-fakta yang telah terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk penelitian ini adalah korelasional, seperti yang diungkapkan Suharsimi Arikunto (2010:326) bahwa, “Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui dua variabel atau beberapa variabel dengan teknik korelasi. Seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah variabel dengan variasi yang lain. Besar atau tingginya tingkat korelasi dinyatakan dalam koefesien korelasi”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dasar pertimbangan pemilihan bentuk penelitian ini adalah : 1) Berpotensi untuk diteliti karena permasalahan sesuai tujuan penelitian; 2) Kemampuan peneliti yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang diteliti; 3) Sesuai dengan kondisi sebenarnya; 4) Untuk menghasilkan 6
penelitian yang akurat dibutuhkan data-data yang lengkap dan benar yang bisa peneliti dapatkan ditempat penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda (mulitiple linear regression) yang dimaksudkan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua atau lebih variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Penghitungan dan analisa regresi baik sederhana maupun berganda menggunakan program SPSS versi 17. Setelah didapatkan hasil perhitungan korelasi berganda atas hubungan variabel X1 dan X2 secara bersamasama terhadap Y, maka perlu dilihat kembali tingkat hubungan tersebut berdasarkan tabel koefisien korelasi. Tabel 2. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber (Sugiyono,2011:184) Namun demikian, hasil perhitungan ini masih belum dapat dinyatakan sebagai kesimpulan populasi yang berlaku umum, karena masih harus diuji apakah koefisien korelasi tersebut dapat digeneralisasi atau tidak. Rumus uji signifikansinya adalah sebagai berikut: =
(1 −
÷ )÷( −
− 1)
Nilai ini selanjutnya dikonsultasikan terhadap F tabel (Ft) dengan dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Maka dalam hal ini berlaku ketentuan, bila Fh lebih besar dari Ft maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan dan dapat berlaku untuk semua populasi, demikian sebaliknya. Adapun teknik analisa data untuk hasil wawancara ialah dengan membuat transkrip wawancara yang digunakan untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan sebagai bahan analisa tentang masalah yang diteliti. Demikian pula halnya dengan dokumen atau literatur yang telah didapatkan, digunakan sebagai informasi tambahan guna memperdalam analisa terhadap maslaah penelitan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Statistik Sub Masalah Pertama Pengolahan data pada sub masalah 1 menggunakan analisis regresi sederhana untuk mencari pengaruh antara kondisi ekonomi orang tua terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan. Hasil uji statistik adalah sebagai berikut: 7
Tabel 3: Ouput Pertama Uji Regresi X1 Terhadap Y Model 1
R .087a
Model Summary R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .008 .000 6.057 a. Predictors: (Constant), Kondisi Ekonomi Orang Tua
Sumber: Data Olahan 2014
Output ini menjelaskan tentang variabel hasil analisis korelasi sederhana (R) atau korelasi person antara variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan hasil output nilai R adalah 0.087 yang berarti tingkat hubungan atau pengaruh antara kondisi ekonomi orang tua terhadap minat melanjutkan pendidikan pada siswa berada pada kategori rendah karean belum mendekati 1. Nilai R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah dalam bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan output di atas, diketahui nilai R kuadrat adalah 0,008 atau 0,8%. Artinya sumbangan pengaruh antara kondisi ekonomi orang tua terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,08%. Tabel 4.: Ouput Kedua Uji Regresi X1 Terhadap Y Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 72.181 3.329 .064 .065
Model
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
1 (Constant) 21.683 .000 Kondisi Ekonomi .087 .980 .329 Orang Tua a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Pendidikan Karena nilai t hitung < t tabel (0,980 < 1,960), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya pengaruh antara kondisi ekonomi orang tua terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan tidak signifikan. Hasil Uji Statistik Sub Masalah Kedua Pengolahan data pada sub masalah 2 menggunakan analisis regresi sederhana untuk mencari pengaruh antara peran orang tua terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan. Hasil uji statistik adalah sebagai berikut: Tabel 5: Output Kedua Uji Regresi Pengaruh X2 Terhadap Y Model
R
Model Summary R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
8
1 .062a .004 -.004 a. Predictors: (Constant), Peran Ortu dlm Pendidikan
6.068
Sumber: Data Olahan 2014
Output ini menjelaskan tentang variabel hasil analisis-analisis korelasi sederhana (R) atau korelasi person antar variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan hasil output nilai R adalah 0.062 yang berarti tingkat hubungan atau pengaruh antara peran orang tua dalam pendidikan terhadap minat melanjutkan pendidikan pada siswa berada pada kategori rendah karena belum mendekati 1. Nilai R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah dalam bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan output di atas, diketahui nilai R kuadrat adalah 0,004 atau 0,4%. Artinya sumbangan pengaruh antara peran orang tua dalam pendidikan terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,4%. Tabel 6: Output Ketiga Uji Regresi Pengaruh X2 Terhadap Y
Model
Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error 73.535 2.757 .028 .040
Standardized Coefficients Beta
1 (Constant) Peran Ortu dlm Pendidikan a. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Pendidikan
.062
t
Sig.
26.674 .000 .691 .491
Karena nilai t hitung < t tabel (0,691 < 1,960), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya pengaruh antara peran orang tua dalam pendidikan terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan tidak signifikan. Hasil Uji Statistik Sub Masalah Ketiga Pengolahan data pada sub masalah ketiga menggunakan analisis regresi berganda untuk mencari pengaruh antara kondisi ekonomi danperan orang tua secara bersama-sama terhadap minat siswa SMP melanjutkan pendidikan. Hasil uji statistik adalah sebagai berikut: Tabel 7: Output Pertama Regresi Berganda X1 dan X2 Terhadap Y Model Summaryb Model R R Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Square Estimate Watson a 1 .089 .008 -.008 6.080 1.849 a. Predictors: (Constant), kondisi ekonomi ortu, Peran Ortu dlm Pendidikan b. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Pendidikan
9
Output ini menejlaskan tentang hasil analisis regresi linear berganda, analisis determinasi dan uji autokorelasi dengan Durbin Watson. R adalah nilai regresi berganda yakni regresi dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat. Nilai R berkisar antara 0-1, jika mendekati 1 maka tingkat pengaruh semakin erat tetapi jika mendekati 0 maka pengaruhnya semakin lemah. Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai R adalah 0,089. Hal ini berarti tingkat pengaruh kedua variabel bebas terhadap variabel terikat adalah lemah karena mendekati 0. Nilai R Square (R2) menunjukkan koefisien determinasi. Angka ini akan diubah dalam bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Berdasarkan output di atas, diketahui nilai R kuadrat adalah 0,008 atau 0,8%. Artinya sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat hanya sebesar 0,8%. Tabel 8. Output Kedua Regresi Berganda X1 dan X2 Terhadap Y ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 36.336 2 18.168 .491 .613a Residual 4584.184 124 36.969 Total 4620.520 126 a. Predictors: (Constant), kondisi ekonomi ortu, Peran Ortu dlm Pendidikan b. Dependent Variable: Minat Melanjutkan Pendidikan Karena nilai F hitung ≤ F tabel (0,491 < 3,068), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak pengaruh antara kondisi ekonomi dan peran orang tua dalam pendidikan terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan tidak signifikan. Pembahasan Pembahasan Sub Masalah Pertama Kondisi ekonomi orang tua siswa SMP di Kecamatan Entikong bervariasi, mulai dari tingkat ekonomi bawah, menengah hingga atas. Orang tua siswa yang berada di ibu kota kecamatan umumnya memiliki jenis pekerjaan heterogen sehingga kondisi ekonomi cenderung merata pada setiap tingkatannya. Sebagian orang tua siswa bekerja di sektor formal seperti guru, dokter dan pegawai pemerintahan. Sebagian bekerja di sektor informal seperti pedagang dan petani. Orang tua siswa yang bekerja di sektor formal memiliki penghasilan tetap setiap bulan sehingga dapat lebih mudah mengatur keuangan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Sedangkan orang tua yang bekerja di sekor informal seperti pedagang dan petani juga cenderung memiliki penghasilan yang memadai karena ibu kota Kecamatan Entikong merupakan kawasan perbatasan yang selalu ramai setiap hari. Adapun orang tua siswa di daerah pedesaan umunya bekerja sebagai petani di sawah dan petani karet dengan kondisi ekonomi yang homongen yakni pada tingkat menengah ke bawah, hanya sebagian kecil orang tua siswa yang
10
hidup dengan kondisi ekonomi memadai. Kondisi ini disebabkan petani tidak menjual hasil sawah dan karetnya langsung ke pasaran melainkan menjual ke pengepul dengan harga yang rendah. Tingkat ekonomi yang rendah berakibat pada ketidakmampuan orang tua siswa mengatur keuangan keluarga karena penghasilan yang diperoleh habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan dan sandang. Kondisi ini semakin sulit karena sebagian orang tua siswa justru lebih memilih membeli barang sekunder seperti motor atau televisi saat memiliki penghasilan yang lebih, daripada menabung untuk kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata kondisi ekonomi orang tua tidak berpengaruh signifikan terhadap minat siswa untuk melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi. Kondisi ini dapat dimaknai dari dua aspek. Pertama, orang tua siswa yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas sehingga mampu mencukupi kebutuhan pendidikan siswa tidak serta merta membuat siswa berminat melanjutkan pendidikan. Berdasarkan beberapa kasus dan pengalaman peneliti sebagai guru, ada sebagian siswa yang berasal dari keluarga ekonomi tinggi justru memilih tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau sederajat dengan alasan sudah merasa jenuh belajar. Siswa yang tidak melanjutkan pendidikan ini umumnya menjadi pengangguran sementara karena merasa kebutuhan mereka masih mampu dicukupi orang tuanya. Kedua, orang tua yang memiliki tingkat ekonomi rendah juga tidak serta merta menghilangan minat siswa untuk melanjutkan pendidikan. Fenomena di lapangan juga menunjukkan sebagian siswa yang berasal dari keluarga miskin justru memiliki keinginan dan minat yang tinggi untuk dapat melanjutkan pendidikan formal hingga perguruan tinggi. Minat ini biasanya didasari keinginan untuk meraih cita-cita agar mampu mengubah kondisi ekonomi di masa depan. Keinginan yang kuat biasanya didukung dengan capaian prestasi belajar mereka di sekolah. Pembahasan Sub Masalah Kedua Peran orang tua dalam proses pendidikan siswa SMP di Kecamatan Entikong didasari oleh tingkat pendidikan dan persepsi orang tua terhadap manfaat pendidikan tersebut. Tingkat pendidikan mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap siswa SMP di Kecamatan Entikong. Orang tua siswa yang memiliki tingkat pendidikan formal menengah dan tinggi cenderung selalu melibatkan diri terhadap proses pendidikan siswa baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua senantiasa menyempatkan diri untuk meninjau perkembangan proses belajar siswa di sekolah melalui komunikasi aktif dengan para guru. Orang tua juga senantiasa membiasakan jadwal belajar di rumah serta berusaha mendampingi dan membantu siswa dalam proses belajar dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Orang tua siswa yang memiliki tingkat pendidikan dasar atau bahkan tidak pernah menempuh pendidikan formal, memiliki kecenderungan merasa puas jika siswa sudah berhasil menyelesaikan pendidikan di tingkat SMP karena dianggap tingkat pendidikan siswa sudah lebih tinggi dari orang tuanya. Kecenderungan ini berdampak pada kurang aktifnya peran serta orang tua dalam proses pendidikan siswa di sekolah dan di rumah. Keterbatasan pengetahuan berdampak pada
11
dangkalnya pola pikir orang tua tentang peran yang mesti mereka lakukan dalam mendukung proses belajar siswa. Bahkan, peneliti menemukan ada orang tua yang lupa jenjang kelas siswa. Persepsi orang tua tentang manfaat pendidikan formal juga berdampak pada peran orang tua dalam proses pendidikan siswa. Persepsi ini tidak mutlak ditentukan oleh tingkat pendidikan orang tua, karena peneliti menemukan beberapa orang tua yang hanya tamat pendidikan dasar justru memiliki persepsi yang lebih baik terhadap manfaat pendidikan formal bagi siswa daripada orang tua yang tamat pendidikan menengah. Orang tua yang memiliki persepsi baik, cenderung mendorong siswa untuk lebih giat belajar dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi agar memiliki kehidupan yang lebih baik dari mereka. Kecenderungan ini membuat orang tua senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan siswa baik kebutuhan dana, sarana maupun kebutuhan psikologis siswa. Adapun orang tua siswa yang memiliki persepsi kurang baik terhadap manfaat pendidikan formal umumnya didasari atas pengalaman pribadi orang tua itu sendiri, terutama orang tua siswa yang mampu mencari penghasilan besar tanpa memerlukan tingkat pendidikan tinggi. Orang tua beranggapan bahwa jenjang pendidikan tinggi tidak memberikan jaminan terhadap kesuksesan masa depan siswa. Kecenderungan ini berdampak pada kurang aktifnya orang tua dalam mendampingi proses belajar siswa terutama pada aspek pendampingan dan bimbingan psikologi siswa. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata peran orang tua dalam proses pendidikan juga tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat siswa melanjutkan pendidikan. Seperti kondisi ekonomi, peran serta orang tua ini juga dapat ditinjau dari dua aspek. Pertama, sebagian orang tua yang senantiasa aktif mendorong siswa melanjutkan pendidikan tidak membuat siswa langsung memiliki minat yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan. Kondisi ini dapat dipahami karena kecenderungan orang tua yang terlalu memaksa siswa untuk mengikuti keinginan mereka dalam penentuan keberlanjutkan pendidikan sehingga justru membuat minat siswa menjadi hilang. Kedua, orang tua yang acuh terhadap proses pendidikan siswa juga tidak lantas menghilangkan minat siswa melanjutkan pendidikan. Kondisi ini dapat dipahami karena sebagian besar orang tua siswa yang menjadi responden penelitian memiliki pola pikir yang dangkal sehingga tidak memahami cara yang baik dalam membangkitkan minat siswa. Namun sebaliknya, sikap seperti itu justru mampu mendorong siswa untuk melanjutkan pendidikan formal yang lebih tinggi agar memiliki cara berfikir yang lebih baik dari orang tuanya. Berdasarkan tinjauan kedua aspek di atas, maka dapat dikatakan bahwa minat yang berasal dari dalam diri siswa (intrinsik) memiliki kecenderungan yang lebih kuat terhadap keputusan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau hanya puas jika tamat SMP.
12
Pembahasan Sub Masalah Ketiga Berdasarkan hasil penelitian, minat siswa SMP dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau sederajat di Kecamatan Entikong cukup tinggi. Sebagian besar siswa memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan di tingkat menengah bahkan hingga ke perguruan tinggi. Minat untuk melanjutkan pendidikan ini didasari oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor keluarga. Faktor dari dalam diri siswa yang meliputi jenis kelamin, hasrat untuk meraih cita-cita, mencari pengetahuan, menambah pengalaman dan adanya rasa malu jika hanya tamat SMP. Ditinjau dari jenis kelamin, memang terlihat perbedaan yang cukup signifikan antara minat melanjutkan pendidikan pada siwa perempuan dengan siswa laki-laki. Siswa perempuan di SMP Negeri Kecamatan Entikong cenderung memiliki minat yang rendah. Kondisi ini akibat masih kuatnya paradigma yang keliru tentang peran perempuan dalam masyarakat. Sebagian siswa perempuan beranggapan bahwa melanjutkan pendidikan adalah keputusan yang sia-sia karena nantinya mereka tetap akan menjadi ibu rumah tangga yang tidak memerlukan pendidikan tinggi. Sedangka minat melanjutkan pendidikan pada siswa laki-laki cenderung lebih tinggi disebabkan kesadaran bahwa dengan pendidikan yang tinggi mereka dapat memperoleh pekerjaan yang tinggi pula. Ditinjau dari adanya hasrat untuk meraih cita-cita, siswa SMP yang menjadi sumber penelitian umumnya sudah memiliki cita-cita yang lebih tinggi dari orang tua mereka. Siswa sadar bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka kesempatan untuk meraih cita-cita akan lebih besar. Keinginan untuk mencari pengetahuan yang lebih luas dan menambah pengalaman baru juga menjadi pendorong minat siswa melanjutkan pendidikan. Sebagian siswa merasa ilmu yang mereka dapatkan di jenjang SMP masih belum memadai untuk masa depan mereka sehingga siswa merasa harus menambah pengetahuan di jenjang SMA. Adapula siswa yang berminat melanjutkan ke sekolah kejuruan guna meningkatkan keterampilan sehingga lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Aspek terakhir yang mendasari minat melanjutkan pendidikan dari dalam diri siswa yakni psikologis siswa berupa rasa malu jika ia hanya tamat SMP. Siswa merasa rendah diri di lingkungan bergaul jika tidak memiliiki keinginan melanjutkan pendidikan sedangkan teman-temannya berencana melanjutkan ke jenjang SMA atau sederajat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistika terhadap data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1) bahwa pengaruh antara kondisi ekonomi orang tua dengan minat siswa SMP di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau melanjutkan pendidikan hanya sebesar 0,08% dan dinyatakan tidak signifikan karena nilai t hitung (0,980), < t tabel (1,960), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, kondisi ekonomi orang tua siswa SMP Negeri di Kecamatan Entikong tidak berbanding positif dengan minat siswa melanjutkan pendidikan. Orang tua yang memiliki kondisi ekonomi menengah ke atas, tidak musti membuat siswa berminat
13
melanjutkan pendidikan. Sebaliknya, kondisi ekonomi orang tua kalangan menengah ke bawah, tidak membuat siswa kehilangan minat melanjutkan pendidikan.2) Bahwa pengaruh antara peran orang tua dengan minat siswa SMP di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau melanjutkan pendidikan hanya 0,4% dan dinyatakan tidak signifikan karena nilai t hitung (0,691) < t tabel (1,960), sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, peran orang tua dalam pembentukan minat siswa melanjutkan pendidikan tidak terlalu signifikan. Peran aktif orang tua tidak memberikan sebuah kepastian bahwa siswa berminat melanjutkan pendidikan. Sebaliknya, kurangnya peran orang tua juga tidak memberikan kepastian bahwa siswa kehilangan minat melanjutkan pendidikan. 3) Bahwa pengaruh kondisi ekonomi dan peran orang tua terhadap minat siswa SMP di Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau hanya 0,8% dan dinyatakan tidak signifikan karena nilai F hitung (0,491) ≤ F Tabel (3,068) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, kondisi ekonomi yang ditunjang peran aktif orang tua tidak selalu mampu menumbuhkan minat siswa melanjutkan pendidikan karena minat merupakan hal abstrak yang sangat kompleks sehingga sukar diprediksi secara pasti. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1) hendaknya orang tua siswa dapat lebih berperan aktif terhadap proses pendidikan siswa, terutama untuk siswa kelas IX guna dapat memberikan motivasi dan menumbuhkan minat belajar dan melanjutkan pendidikan. 2) Hendaknya orang tua senantiasa berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan siswa baik kebutuhan biaya pendidikan maupun sarana penunjang pendidikan. 3) Hendaknya siswa dapat meningkatkan minat melanjutkan pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi meskipun kondisi ekonomi orang tua berada pada tingkat menengah ke bawah. Jika telah ada minat yang kuat, maka solusi pembiayaan pendidikan akan mudah ditemukan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Damsar. 2012. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Nasution, Syafrina. 2013. Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Anak Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi (Studi Kasus Kelas XI Semester Genap di SMA Sinar Husni Medan Helvsia Kabupaten Deli Serdang Tahun Pelajaran 2010/2011). Jurnal Citizenship. Medan: Universitas Negeri Medan Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
14
Salmah. 2013. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Motivasi Melanjutkan ke Perguruan Tinggi di MAS Pontianak. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura Schunk, Dale H., Paul R. Pintrich dan Judith L. Meece. 2012. Motivasi dalam Pendidikan: Teori, Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta Soelaeman, Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT. Refika Aditama Yusuf , A. Marni. 2005. Administrasi Supervisi Pendidikan. Malang: IKIP
15