PENGARUH JENIS TEGAKAN TERHADAP KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN SAPEN KECAMATAN PRIGEN KABUPATEN PASURUAN The Influence Of Several Plantation Forest Stands to Understories Composition and Diversity at Sapen Forest, Prigen, Pasuruan Roisatul Ainiyah1, Amang Fathurraman1, Mulyono Wibisono2, Fafit Rahmat Aji2, Diyono Yusuf3 1 Universitas Yudharta Pasuruan, 2PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan, 3Yayasan Satu Daun. Penelitian keanekaragaman tumbuhan bawah dilakukan di Hutan Lindung Blok Sapen Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tegakan terhadap komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah di Hutan Sapen. Terdapat tiga stasiun pengambilan sampel berdasarkan jenis tegakan yang ada, yaitu stasiun 1 (dibawah tegakan mahoni), stasiun 2 (dibawah tegakan pinus), dan stasiun 3 (tanpa tegakan). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode line transect. Dalam setiap stasiun pengamatan terdapat 70 plot pengamatan seluas 2x2 m 2 sepanjang jalur line transect. Jumlah total spesies yang ditemukan di tiga stasiun pengamatan adalah 137 spesies dari 43 famili. Keanekaragaman tumbuhan bawah di hutan Blok Sapen bedasarkan indeks keanekaragaman (H’) tertinggi ada pada stasiun 1 (3,6518), kemudian stasiun 3 (tanpa tegakan) (3,54775), dan stasiun 2 ( 2,988). Struktur dan komposisi tumbuhan bawah Berdasarkan INP, pada stasiun 1 lima urutan teratas tumbuhan bawah yang mendominasi adalah Paspalum conjugatum, Athyrium sp, Pasphalum commersonii, Centrocema pubescens, dan Adiantum sp. Pada stasiun 2 adalah Pasphalum commersonii, Imperata cylindrica, Centrocema pubescens, Pennisetum purpureum, dan Axonopus enapositus, dan pada stasiun 3 adalah Desmodium triflorum, Imperata cylindrica, Axonopus sp, Juwawutan, dan Mimosa pudica. Jenis tegakan yang berbeda mempengaruhi iklim mikro yang berbeda pada lantai hutan, menyebabkan kondisi lingkungan (pH, suhu, kelembapan tanah, kelembapan udara, dan intensitas cahaya) berbeda. Selain itu zat alelopati dan kecepatan dekomposisi serasah, juga berperan serta dalam menentukan komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah. Kata kunci : Hutan Sapen, jenis tegakan, komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah.
I. PENDAHULUAN Tumbuhan
bawah
Dalam
stratifikasi
hujan
tropis,
hutan
tumbuhan
adalah suatu tipe vegetasi
bawah menempati stratum D
dasar yang terdapat di bawah
yakni lapisan perdu, semak
tegakan
dan
permudaan
hutan pohon
kecuali hutan,
lapisan
tumbuhan
penutup tanah pada stratum
yang meliputi rerumputan,
E
herba dan semak belukar.
Indrawan 2008). Tumbuhan
62
(Soerianegara
dan
bawah yang ada di lantai hutan
dapat
Keberadaan
menahan
hutan
lindung ini menjadi hal yang
pukulan air hujan dan aliran
penting
terutama
permukaan
fungsi
konservasi
sehingga
mengurangi
bahaya
erosi.
Tumbuhan
bawah
juga
berperan
dalam
kesuburan
penyangga kawasan
menjaga
tanah
terkait
tata di
dan
hidrologi sekitarnya.
Keberadaan Hutan Sapen bisa
dengan
berpotensi
sebagai
tempat
menghasilkan serasah, tetapi
penelitian dan pengembangan
bervariasi
ilmu
tergantung
laju
pengetahuan,
dekomposisi masing-masing
keanekaragaman
serasah. Hutan
baik flora maupun faunanya. Blok
Sapen
Seiring dengan peningkatan
(selanjutnya disebut dengan Hutan
Sapen),
populasi manusia, maka luas
merupakan
salah satu hutan lindung yang dikelola Perhutani
oleh
Perum
KPH
Pasuruan.
Gunung
Arjuno
mengacu
pengelolaan tumpangsari hutan
pada
produksi
meningkat.
dilakukan
oleh
pihak
untuk
memenuhi tersebut.
hektar.
kebutuhan Hal
ini
juga
dilakukan untuk tujuan lain seperti
Sapen oleh LMDH
Leduk
semakin
berberapa
Pengelolaan hutan lindung Blok
pun
yang
di
KPH Pasuruan seluas lebih 20
yang dibutuhkannya
hutan adalah salah satu cara
Petak 3 Perum Perhutani kurang
lahan
Pembukaan lahan di dalam
Hutan Sapen berada di lereng timur
ekosistem
untuk
lahan
perkebunan dan industri kayu
pada sistem
dan industri lain. Pada tahun 2015 telah
hutan-
dilakukan
penelitian
dengan
keanekaragaman hayati flora
tanaman
dan fauna di Hutan Sapen.
pertanian dan tanaman pakan
Wibisono (2016) dalam hasil
ternak (rumput gajah dan
penelitiannya
kaliandra).
bahwa ditemukan 17 jenis
membudidaya
63
menjelaskan
vegetasi tingkat tiang (poles)
bawah yang hidup di lantai
dan pohon (trees) di Hutan
hutan bawah tegakan mahoni,
Sapen, yang didominasi oleh
tetapi belum ada data yang
jenis-jenis
terukur
pohon
budidaya
yang
hasil
termasuk
untuk
menggambarkan
pengaruh
pohon asing yaitu mahoni dan
vegetasi
terhadap
pinus,
hampir
tumbuhan bawah di Hutan
bagian
Sapen. Dari uraian tersebut,
keduanya
menguasai
separuh
tegakan
hutan lindung. Sedangkan 14
penting
jenis merupakan jenis asli
suatu
(native) yang tersebar tidak
pengaruh
merata. Tingkat penguasaan
terhadap
pohon
keanekaragaman
terhadap
habitat
untuk
dilakukan
penelitian
tentang
jenis
tegakan
komposisi
tumbuhan
berdasarkan luas basal pohon
bawah
yang didominasi oleh mahoni
Kecamatan Prigen, sehingga
(79,219%)
pinus
nantinya dapat diperoleh data
yang
yang dapat membantu dalam
areal
penyusunan
dan
(16,266%) menunjukkan
bahwa
hutan Sapen sebenarnya lebih dan
Penelitian Sapen,
asli, di
Hutan
ekosistem tersebut.
asli
menyatakan banyak
bahwa
jenis
Kabupaten
Pasuruan, Jawa
Timur. dilakukan
pengambilan sampel, terlebih
kawasan
Wibisono
Leduk, Prigen,
Sebelum
keutuhan
desa
Kecamatan Provinsi
Spaen dikhawatirkan dapat mengganggu
dilakukan
pada bulan Juli 2016 di Hutan
flora yang berasal dari luar keberadaannya
kebijakan
A. Waktu dan Tempat Penelitian
merupakan
ekosistem
Sapen
METODE PENELITIAN
beberapa
fungsi hutan lindung tidak terpenuhi. Mahoni
Hutan
pengelolahan hutan.
tepat sebagai hutan produksi monokultur
di
dan
dahulu dilakukan observasi
2016
dan studi pendahuluan.
tidak
B. Bahan dan Alat Penelitian
tumbuhan 64
Bahan yang digunakan
dengan
vegetasi
dalam penelitian ini adalah
tegakan mahoni.
Stasiun 2
spesies
adalah
tumbuhan
daerah
bawah
daerah
dengan
yang ditemukan di bawah
vegetasi
tegakan,
plastik,
Stasiun 3 adalah daerah tanpa
kertas label bertali, karet
tegakan. Luas setiap stasiun
gelang, tali rafia, dan kuadran
adalah 70x100 m2, sehingga
bambu 2x2 m. Sedangkan
luas total daerah pengamatan
alat yang digunakan adalah
adalah 2100 m2. Dalam setiap
alat tulis dan tabel data
stasiun pengamatan terdapat
pengamatan,
70
kantong
kompas,
klinometer,
roll
meteran termohigrometer,
tegakan
plot
Pengambilan data dilakukan
kain,
dengan menggunakan metode
soil
analisis vegetasi tumbuhan bawah
cetok,
Pengamatan
tanah,
kotak
C. Teknik Pengambilan Data
Sapen adalah 20 ha. Dari luas
ini
pengamatan
10%.
penutupan
berdasarkan
pohon.
masing stasiun pengamatan homogen.
demikian,
unit
sampel
(kanopi),
Pengambilan
data
melakukan penilaian secara visual
terhadap
penutupan
tajuk tiap tegakan. Tingkat
pengamatan jenis
tajuk
secara kualitatif, dengan cara
Dari 2 ha dibedakan atas 3 berdasarkan
meliputi
penutupan tajuk dilakukan
Dengan
penelitian ini adalah 2 ha. stasiun
di
lingkar batang, dan tinggi
pertimbangan bahwa masingadalah
dilakukan
tegakan (pohon) di setiap plot
keseluruhan tersebut diambil Penetapan
transek.
sepanjang jalur line transect. Pengumpulan Data Data Vegetasi Tegakan Data yang diambil dari
Penentuan Titik Pengamatan Luas seluruh Hutan
seluas
line
setiap plot seluas 2x2 m2
plastik, dan kamera.
sampel
pengamatan.
meter,
higrometer, soil tester, lup, bor
pinus.
penutupan
tegakan
tajuk
dikelompokkan mejadi tiga
yang ada. Stasiun 1 adalah 65
kelas, yaitu besar (≥75%),
udara,kelembapan tanah, dan
sedang (50 – 75%), dan
intensitas cahaya. Tabel data
rendah (≤ 50%). Data lingkar
pengamatan
batang
lingkungan
diukur
untuk
menentukan luas basal area. Tinggi
pohon
disajikan
pada
Lampiran 1.
didapatkan
dengan
kondisi
D. Analisis Data
melakukan
Untuk
mengetahui
pengukuran terhadap sudut
gambaran tentang komposisi
elevasi dan jarak pengamatan
jenis
terhadap pohon, kemudian
tumbuhan bawah, dilakukan
dilakukan perhitungan untuk
perhitungan
mendapatkan
parameter
pohon.
hasil Tabel
tinggi data nilai
pengamatan vegetasi tegakan
jenis.
mengamati
titik pengamatan. Tabel data
Jenis (K) jumlah individu suatu jenis K= ind/ha luas petak contoh( ha) Jenis Relatif (KR) kerapatan suatu jenis KR= 100 total kerapatan seluruh jenis Frekuensi (F) jumlah plot ditemukan suatu jenis F= total seluruh plot
disajikan pada Lampiran 1. Data Kondisi Lingkungan Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan melalui suhu,
pH,
ini
analisis data adalah sebagai berikut:
pengamatan tumbuhan bawah
meliputi
penelitian
dengan rumus: INP = KR + FR Rumus yang digunakan dalam
jenis tumbuhan dalam lokasi
abiotik
dominansi,
pada tingkat tumbuhan bawah
menghitung langsung setiap
faktor
meliputi
nilai INP yang dihitung hanya
dan
pengamatan
indeks
Dalam
Pengambilan data dilakukan dengan
yang
dianalisis secara deskriptif kualitatif. 2. Analisis Data Tumbuhan Bawah a. Indeks Nilai Penting
persentase
setiap
terhadap
1. Analisis Data Vegetasi Tegakan Data vegetasi tegakan
pengamatan meliputi jenis, penutupan
ekologi
indeks kesamaan komunitas.
yang diambil di setiap titik dan
indeks penting,
data
indeks keanekaragaman jenis, dan
disajikan pada Lampiran 1. Data Tumbuhan Bawah Data tumbuhan bawah
jumlah,
dan
kelembaban 66
Data Frekuensi Relatif (FR) frekuensi suatu jenis FR= 100 total frekuensi seluruh jenis b. Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)
kondisi
lingkungan yang berupa hasil pengukuran faaktor abiotik meliputi
suhu,
pH,
kelembaban n
H ' =−∑ ¿ ln ¿ N t =1 N H' = Indeks Keanekaragaman Jenis ni = INP jenis i N = Total INP
(
udara,
kelembapan
)
tanah,
dan
intensitas cahaya dianalisis secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis tegakan dengan
c. Indeks Kemerataan Jenis (E)
tingkat penutupan tajuk yang
H' ¿( S) E = Indeks Kemerataan Jenis H' = Indeks Keanekaragaman Jenis S = Jumlah jenis E=
berbeda
akan
membentuk
iklim mikro yang berbeda pada lantai hutan. Sementara, perbedaan
kecepatan
d. Indeks Kekayaan Jenis (R1)
dekomposisi
(S−1) ( ln ( N ) ) R1 = Indeks Kekayaan S = Jumlah jenis yang ditemukan N = Jumlah total individu
tiap
e. Indeks Kesamaan Komunitas
tanah pada tiap jenis tegakan
R 1=
serasah
jenis
pada
tegakan
mengakibatkan suplai bahan organik di dalam tanah juga berbeda, sehingga kualitas juga berbeda. Hal ini dapat
(IS) 2W x 100 a+b IS = Indeks kesamaan komunitas W = Jumlah jenis yang sama antara
berpengaruh
komunitas a dan b a = Jumlah jenis yang terdapat pada
tumbuhan bawah pada hutan. Hasil pengamatan
komunitas a b = Jumlah jenis yang terdapat pada
menunjukkan
bahwa
tegakan
hutan
komunitas b
mempengaruhi struktur dan
IS=
terhadap
komposisi
dan
keanekaragaman
komposisi
3. Analisis Data Kondisi
di
jenis
jenis
jenis Sapen
tumbuhan
bawah dikarenakan kondisi
Lingkungan
lingkungan mikro di bawah 67
tegakan
berbeda
sebagai
stasiun 1 (tegakan mahoni),
akibat perbedaan penutupan
75 spesies dari 25 famili di
tajuk. Jumlah total spesies
stasiun 2 (tegakan pinus), dan
yang
tiga
72 spesies dari 31 famili di
stasiun pengamatan adalah
stasiun 3 (tanpa tegakan)
137 spesies dari 43 famili. 80
seperti tersaji pada gambar
spesies dari 37 famili di
3.1.
ditemukan
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
di
80
75
72
37
31
25
spesies famili
Gambar 3.1. Histogram Komposisi Jenis pada tiga stasiun pengamatan Indeks nilai penting (INP)
ditempati secara efisien dibanding
suatu jenis menggambarkan tingkat
jenis lain dalam tempat yang sama.
dominasinya
lain
Jenis yang mempunyai INP lebih
dalam suatu komunitas. Jenis-jenis
tinggi akan lebih stabil, dilihat dari
yang
sisi
terhadap
mempunyai
jenis
INP
tertinggi
ketahanan
jenis
berpeluang lebih besar untuk dapat
pertumbuhannya.
mempertahankan pertumbuhan dan
dalam Mawazin dan Atok (2013)
kelestarian jenisnya. Smith (1977)
mengemukakan semakin tinggi INP
dalam Mawazin dan Atok (2013)
suatu jenis, maka keberadaan jenis
mengemukakan bahwa jenis yang
tersebut semakin stabil. INP lima
dominan adalah jenis yang dapat
tumbuhan teratas disajikan pada
memanfaatkan
Tabel 3.1, 3.2, dan 3.3.
lingkungan
yang
Sutisna
dan (1981)
Tabel 3.1 Indeks Nilai Penting Lima Urutan Teratas Tumbuhan Bawah Stasiun 1 (Tegakan Mahoni) NAMA NO LOKAL NAMA ILMIAH FAMILI 1 Paspalum conjugatum Poaceae 2 Athyrium sp Polypodiaceae
68
KR 17,19939 10,59361
FR 4,545465 7,102289
INP 21,74486 17,6959
3 Teh-tehan Eupaterium riparium Pasphalum 4 Bubutan commersonii Kacang5 kacangan Centrocema pubescens
Asteraceae / Compositae
9,223744
5,113648
14,33739
Poacceae / Graminiae Papilonaceae / Leguminoceae / Fabaceae
9,223744
2,840916
12,06466
3,926941
5,39774
9,324681
Tabel 3.2 Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Stasiun 2 (Tegakan Pinus) NAMA NO
LOKAL
NAMA ILMIAH Pasphalum
FAMILI
KR
1
Bubutan Alang-
commersonii
Poacceae / Graminiae
2
alang
Imperata cylindrica
Poacceae / Graminiae Papilonaceae /
Kacang-
Centrocema
Leguminoceae /
3
kacangan
pubescens Pennisetum
Fabaceae
4 5
Kolonjono Gajahan
purpureum Axonopus enapositus
Poacceae / Graminiae Poacceae / Graminiae
FR
71,433 10,369
INP 77,649
6,216218
11,720
1,351352
0,716
5,851 5,135137
1,922 4,071
3,783785 1,621622
KR
FR
18,506
4,356
15,799
4,174
8,291 7,424
3,63 2,178
4,21
4,356
5,706 5,692
Tabel 3.3 Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah Stasiun 3 (Tanpa Tegakan) N
NAMA
O
LOKAL
1
Suket jarem
triflorum Imperata
Papilonaceae
2 3 4
Alang-alang Gajahan kecil Juwawutan
cylindrica Axonopus sp Setaria sp
Poacceae / Graminiae Poacceae / Graminiae Poacceae / Graminiae Mimosaceae /
NAMA ILMIAH Desmodium
Puteri malu / 5
FAMILI
Leguminoceae /
Kumis kucing
Mimosa pudica
Fabaceae /
Indeks keanekaragaman jenis adalah
parameter
yang
INP 22,86 2 19,97 3 11,921 9,602
8,566
biotik, untuk mengetahui tingkatan
sangat
suksesi,
atau
kestabilan
suatu
berguna untuk membandingkan dua
komunitas. Keanekaragaman jenis
komunitas,
ditentukan
mempelajari
terutama pengaruh
untuk gangguan
rumus 69
dengan
Indeks
menggunakan
Keanekaragaman
Shannon-Wiener. Besaran H’ < 1.5
dan E’ > 0.6 kemerataaan jenis
menunjukkan keanekaragaman jenis
tergolong tinggi. Sedangkan pada
tergolong rendah, H’ = 1.5 – 3.5
indeks
menunjukkan keanekaragaman jenis
berdasarkan
tergolong sedang dan H’ > 3.5
besaran R1 < 3.5 menunjukkan
menunjukkan
kekayaan
tergolong
keanekaragaman
tinggi.
Pada
kemerataan jenis (E’), menunjukkan
kekayaan
jenis
Magurran jenis
yang
(R1), (1988)
tergolong
indeks
rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan
E’ < 0.3
kekayaan jenis tergolong sedang dan
kemerataan
jenis
R1 tergolong tinggi jika > 5.0. Data
tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6
H’, E’, dan R1 disajikan dalam
kemerataan jenis tergolong sedang,
gambar 3.2.
12 9,76
10
9,48
7,63
8
MAHONI PINUS TANPA POHON
6 4
3,65 3,55 2,99
2
0,830,690,83
0 H'
E
R
Gambar 3.2 Diagram H’, E, dan R Tiga Stasiun Penelititan Indeks Kesamaan Komunitas (Is) Indeks kesamaan komunitas (Is)
adalah
digunakan
parameter untuk
dibandingkan. Semakin mendekati
yang
100%
mengetahui
keadaan
tegakan
yang
dibandingkan mempunyai kesamaan
kesamaan relatif dari komposisi jenis
yang
semakin
tinggi.
dan struktur antara dua tegakan yang
disajikan pada Tabel 3.4.
Data
Is
Tabel 3.4. Data Indeks Kesamaan Komunitas Mahoni-Pinus 48,68% Data
kondisi
Pinus-Tanpa Tegakan 60,275%
Mahoni-Tanpa Tegakan 36%
lingkungan
udara, dan intensitas cahaya diambil
(faktor abiotik) meliputi suhu, pH,
dengan tiga kali ulangan. Secara rinci
kelembapan
data disajikan pada Lampiran 5.
tanah,
kelembapan
70
Sedangkan rekapitulasinya disajikan pada tabel 3.5. Tabel 4.6. Data Pengamatan Kondisi Lingkungan Stasiun 1 (Tegakan Mahoni) Stasiun 1. Mahoni 2. Pinus 3. Tanpa tegakan
Suh u (oC) 27,3 3 27,7 6 32,3
pH 5,9 6 6,2 6 6,1
Tegakan
Kelembapa n tanah (%) 89,3
Kelembapa n udara(%) 72,3
Intensitas cahaya (lux) 2813,3
75
66,3
15700
71,6
66,6
45366,6
mahoni
menyebabkan sulitnya unsur hara
percabangan
diserap tanaman. Hal ini karena
yang banyak dengan tajuk
adanya unsur-unsur beracun dan
yang
mengganggu
mempunyai lebat
dan
lebar,
perkembangan
sehingga intensitas cahaya
mikroorganisme.
yang masuk di lantai hutan
berperan
menjadi rendah (2813,3 lux).
pembusukan/dekomposisi
Hal
mempengaruhi
sehingga
suhu
mikroorganisme tergaanggu maka
ini
besarnya
dan
dalam jika
kelembaban udara, dimana
pembusukan
suhu udara di bawah tegakan
terganggu.
mahoni tercatat paling rendah
Pada
(27,33oC)
Mikroorganisme proses
perkembangan
serasah stasiun
serasah,
juga 1,
akan
tumbuhan
dibandingkan
bawah yang paling mendominasi
tegakan lainnya, kelembaban
adalah Pasphalum conjugatum. Hal
udara
ini senada dengan hasil penelitian
tercatat
mencapai
72,3%, dan kelembapan tanah
Hilwan (2013), yang
mencapai 89,3%.
bahwa jenis tumbuhan bawah yang
pH
tanah
stasiun
ditemukan pada tegakan trembesi
asam,
(pH tanah asam) merupakan jenis-
1.
jenis yang memiliki sifat toleransi
Hardjowigeno (2003) menyatakan
terhadap tanah asam, diantaranya
bahwa pH tanah yang sangat masam
adalah
pengamatan terutama
di
tiga
menyatakan
cenderung pada
stasiun
71
jenis
P. conjugatum,
P.
javanica,
P.
distichum,
dan
Hal ini seperti diungkapkan oleh
Nreynaudia. Jenis P.conjugatum dan
McIlroy
S.torvum memiliki tingkat tolerasi
(2004), bahwa kelimpahan suatu
tinggi
faktor-faktor
jenis
berpengaruh,
faktor
terhadap
lingkungan
yang
terutama naungan dan tanah. Pada
stasiun
dalam
dipengaruhi seperti:
tahan),
Octavia
oleh
beberapa
persistensi
agresivitas
(daya
(daya saing),
tumbuhan
kemampuan tumbuh kembali akibat
bawah yang paling mendominasi
manipulasi lahan, sifat tahan kering
adalah
dan
Pasphalum
2,
(1977)
commersonii.
tahan
dingin,
penyebaran
Tumbuhan ini berasal dari genus
produksi
yang sama dengan stasiun 1, yaitu
menghasilkan biji, kesuburan tanah,
pasphalum. Segala kebutuhan yang
serta iklim terutama curah dan
mendukung hidupnya tidak jauh
distribusi hujan.
berbeda
dengan
Pasphalum
musiman,
Pada
stasiun
kemampuan
3,
tumbuhan
conjugatum, seperti pada stasiun 1,
bawah yang paling mendominasi
misalnya
adalah Desmodium triflorum (suket
saja
pH
tanah
yang
cenderung asam. Selain itu juga
jarem)
terdapat Imperata cylindrica (alang-
(alang-alang). Keduanya merupakan
alang). Alang-alang merupakan jenis
spesies
tumbuhan
banyak
lingkungan dengan intensitas cahaya
tumbuh pada lahan yang habis
tinggi. Intensitas cahaya paling tinggi
terbakar, sangat toleran terhadap
tercatat
faktor
tegakan) (45366,6 lux), hal ini
pionir
lingkungan
yang
yang
ekstrim
dan
Imperata
yang
pada
cylindrica
hidup
baik
stasiun
disebabkan
yang miskin, namun tidak toleran
menghalangi
terhadap genangan dan naungan.
matahari ke lantai hutan (tanah).
pertumbuhan
vegetasi
ada
(tanpa
seperti kekeringan dan unsur hara
Alang-alang dapat menekan
tidak
3
di
sampainya
yang cahaya
Sebagai akibatnya suhu udara di
lainnya.
stasiun tanpa tegakan tercatat paling
Sedangkan jenis-jenis vegetasi lain
tinggi (32,3oC) dibanding tegakan
kurang dapat berkompetisi dalam
lain. Pada kondisi ini, alang-alang
pemenuhan kebutuhan unsur hara
mampu
dibandingkan dengan alang-alang.
menghambat jenis-jenis tumbuhan
72
tumbuh
dominan
serta
bawah yang lain. Filter dan Hay
keanekaragaman jenisnya akan lebih
(1998)
(2006)
tinggi dari pada stasiun yang lainnya.
menyatakan bahwa salah satu kondisi
Beberapa jenis tumbuhan di
lingkungan yang paling berpengaruh
lokasi penelitian, seperti mahoni,
terhadap pertumbuhan tumbuhan di
pinus,
bawah tegakan antara lain cahaya
menghasilkan
matahari atau naungan.
yang berpengaruh pada keragaman
dalam
Setyawan
Tingkat
keragaman
jenis
jenis
dan
alang-alang senyawa
tumbuhan
diduga alelopati,
bawah.
Seperti
tumbuhan bawah tertinggi dari hasil
diungkapkan oleh Samingan (1988)
penelitian terdapat pada tegakan
dalam Kunarso dan Fatahul (2013),
mahoni, dan terendah pada tegakan
bahwa
pinus. Tegakan ini mempunyai tajuk
menghasilkan senyawa kimia yang
yang
mampu
bersifat menghambat pertumbuhan
mikro
individu tumbuhan lainnya. Tingkat
seperti suhu dan kelembaban tanah
kekerasan dari sifat penghambatan
yang sesuai dengan pertumbuhan
tersebut bergantung pada jenis dan
berbagai jenis tumbuhan bawah,
iklim serta cara pengaturan dari
khususnya jenis-jenis yang adaptif
tumbuhan penghasil ke lingkungan,
dengan kelembaban tinggi.
sehingga faktor-faktor lingkungan
lebar
sehingga
menciptakan
lingkungan
jenis-jenis
tersebut
dapat
Stratum tumbuhan bawah yang
pada suatu penggunaan lahan tidak
terdiri atas lapisan-lapisan semak dan
begitu menampakkan pengaruhnya.
herba, dan dapat menjadi lebat jika
Salah satu pengaruh alelopati adalah
terjadi
menyebabkan
Naughton
pembukaan dan
tajuk Wolf,
(Mc
akumulasi
nitrogen
1992).
terhambat, yang pada akhirnya akan
Seharusnya hal ini terjadi pada
menghambat pertumbuhan tanaman
stasiun 3 (tanpa tegakan). Tetapi
lain karena tidak dapat menyerap
karena adanya aktivitas manusia
unsur N secara optimal.
(mengambil rumput untuk makanan
Hilwan (1993) dalam hasil
ternak) maka kondisi tersebut tidak
penelitiannya
terjadi. Diperkirakan, jika tidak akda
senyawa
campur tangan aktivitas manusia di
P.merkusii
stasiun
pertumbuhan jagung (zat alelopati)
3,
maka
tingkat
73
menyatakan
organik yang
dalam
bahwa serasah
menghambat
adalah
senyawa
kelompok
jenis (H’), dimana keanekaragaman
monoterpen yaitu berupa α-pinene
jenis di stasiun 1 memang paling
dan β-pinene. Diperkirakan bahwa
tinggi, disusul stasiun 3, kemudian
efek
stasiun 2.
alelopati
dari
serasah
tersebut
bersifat tidak langsung yaitu terlebih
Indeks kekayaan species yaitu
dahulu dengan mempengaruhi sifat
jumlah total species dalam satu
kimia tanah. Hal ini juga yang di
komunitas, tergantung dari ukuran
duga menjadi penyebab rendahnya
sampel (dan waktu yang diperlukan
keragaman
tumbuhan
untuk mencapainya), ini dibatasi
dibandingkan
sebagai indeks komperatif. Kekayaan
dengan tegakan yang lain. Selain itu
spesies paling tinggi ada pada stasiun
juga karena adanya dominasi rumput
1, kemudian stasiun 3, dan stasiun 2.
Bubutan dan Alang-alang.
Hal ini senada dengan data H’.
bawahnya
jenis (2,988)
Tingkat
keanekaragaman
Tumbuhan bawah memiliki banyak
mempengaruhi
manfaat bagi lingkungan diantaranya
dalam
suatu
adalah dapat membantu menjaga
yang
agregat tanah agar tidak mudah lepas
memiliki tingkat kestabilan yang
dan tererosi oleh air hujan maupun
tinggi mempunyai peluang lebih
aliran permukaan. Suksesi sekunder
besar
mempertahankan
yang terjadi pada daerah hutan hujan
kelestariann jenisnya. Untuk menilai
yang diusahakan, lalu ditinggalkan,
kestabilan
jenis
dalam
suatu
pertumbuhannya
komunitas
dapat
mengacu
pada
dengan vegetasi rumput dan semak
jenis
(E’).
kecil seperti yang ditemukan pada
E’
maka
lokasi penelitian yaitu P. conjugatum.
dalam
Selain itu, tumbuhan bawah dapat
stabil.
berperan
yang
tinggi
kestabilan
jenis
ekosistem.
indeks
Suatu
untuk
jenis
kemerataan
Semakin
tinggi
keanekaragaman komunitas
nilai jenis
semakin
sebagai
akan
dimulai
sumber
obat-
Kemerataan jenis pada tiga stasiun
obatan, sumber plasma nutfah, pakan
penelian termasuk kategori tingg,
ternak dan satwa hutan, serta manfaat
dengan E’ tertinggi pada stasiun 1
lainnya yang belum diketahui. Oleh
dan terendah pada stasiun 2. Hal ini
karen
selaras dengan data keanekaragamn
keanekaragaman tumbuhan bawah
74
itu,
pelestarian
sangat penting dilakukan, karena
3. Struktur
dan
komposisi
termasuk kekayaan alam sebagai
tumbuhan
bawah
salah satu komponen yang dapat
Berdasarkan
menjaga keseimbangan ekosistem
stasiun 1 lima urutan teratas
hutan.
tumbuhan
INP, bawah
mendominasi KESIMPULAN
Paspalum
1. Jenis tegakan di Hutan Sapen
Athyrium
pada yang adalah
conjugatum, sp,
Pasphalum
berpengaruh terhadap struktur
commersonii,
dan
pubescens, dan Adiantum sp.
komposisi
jenis
tumbuhan bawah (Tabel 4.5).
Pada
Jumlah total spesies yang
Pasphalum
ditemukan di tiga stasiun
Imperata
cylindrica,
pengamatan
Centrocema
pubescens,
adalah
137
stasiun
Centrocema 2
adalah
commersonii,
spesies dari 43 famili. 80
Pennisetum purpureum, dan
spesies dari 37 famili di
Axonopus enapositus.
stasiun 1 (tegakan mahoni),
pada
75 spesies dari 25 famili di
Desmodium
stasiun 2 (tegakan pinus), dan
Imperata
72 spesies dari 31 famili di
Axonopus
stasiun 3 (tanpa tegakan).
dan Mimosa pudica.
2. Keanekaragaman
stasiun
3
dan adalah
triflorum, cylindrica, sp,
Juwawutan,
tumbuhan
4. Jenis tegakan yang berbeda
bawah di hutan Blok Sapen
mempengaruhi iklim mikro
bedasarkan
indeks
yang berbeda pada lantai
(H’)
hutan, menyebabkan kondisi
keanekaragaman
tertinggi ada pada stasiun 1
lingkungan
(tegakan mahoni) (3,6518),
kelembapan
kemudian stasiun 3 (tanpa
kelembapan
tegakan)
dan
intensitas cahaya) berbeda.
stasiun 2 (tegakan pinus)
Selain itu zat alelopati dan
( 2,988).
kecepatan
(3,54775),
(pH,
suhu, tanah,
udara,
dan
dekomposisi
serasah, juga berperan serta
75
dalam menentukan komposisi
yang
dan
pengendalian
keanekaragaman
tumbuhan bawah.
tumbuhan
bawah yang berperan sebagai
Saran
gulma, dan lain-lain.
1. Kegiatan
penelitian
dilakukan lokasi
dengan
yang
dapat sampel
lebih
DAFTAR PUSTAKA
luas,
Arifin, A. 2001. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
sehingga akan lebih banyak spesies
yang
dapat
dapat
dilakukan
diidentifikasi. 2. Penelitian dengan
waktu
yang
Dahir. 2012. Struktur dan Komposisi Vegetasi Tumbuhan Bawah (Semak, Herba, Dan Rumput) Dengan Variasi Ketinggian, Pada Naungan Tectona Grandis L.F, Di Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Tidak Diterbitkan. Uniersitas islam negeri sunan kalijaga Yogyakarta, (online) (digilib.uin-suka.ac.id), diakses pada 13 Juli 2016.
lebih
lama, dengan pengamat yang sama (1 orang), sehingga tidak ada
bermanfaat,
perbedaan
interpretasi
(misalnya dalam menghitung jumlah spesies, menentukan persentase
penutupan,
dll),
karena data seperti tersebut sangat
bergantung
Djarwaningsih.2010. Karakterisasi Tipe Vegetasi dan Keanekaragaman Jenis Flora/Jamur di Cagar Alam Gunung Tukung Gede, Serang-Banten. Laporan Akhir Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI Tahun 2010. Tidak diterbitkan.
kepada
interpretasi pengamat. 3. Penelitian
lanjutan
dapat
dilakukan untuk menentukan masing-masing manfaat dari keanekaragaman bawah
tumbuhan
yang
teridentifikasi,
telah misalnya
perannannya
Djufri. Tanpa Tahun. Komposisi dan Keanekaragaman Tumbuhan Bawah pada Tegakan Akasia di Taman Nasional Baluran JawaTimur (Composition and Diversity of Undergrowth Plant on Acacia Stand in Baluran National Park, East Java). Dosen Program Studi
sebagai
tumbuhan obat, atau peran ekologisnya
di
lokasi
tumbuhan
tersebut
berada,
budidaya
tumbuhan
bawah
76
Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Darussalam Banda Aceh, (online) (jurnal.unsyiah.ac.id/JBE/arti cle/ download/436/594), diakses pada 09 Juli 2016.
482/AU2/P2MILIPI/08/2012. Mawazin, dan Atok Subiakto. 2013. Keanekaragaman dan Komposisi Jenis Permudaan Alam Hutan Rawa Gambut Bekas Tebangan di Riau. Forest Rehabilitation Journal Vol. 1 No. 1, September 2013: 59-73.
Hilwan, iwan. 1993. Produksi, laju dekomposisi, dan Pengaruh Alelopati Serasah Pinus merkusii Jungh. et De Vriese dan Acacia mangium Wild. di Hutan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Tesis tidak diterbitkan. Institut Pertanian Bogor.
Octavia. D., F.Azwar,M.A. Qirom., danS. Andriyani. 2004. Potensi Pakan Banteng (d'Alton) di Areal Savana Seksi Wilayah Bekol Taman Nasional Baluran. Laporan Kegiatan. Balai Taman Nasional Baluran. Departemen Kehutan an. (Tidak diterbitkan).
Hilwan, Iwan.,Dadan Mulyana.,dan Weda Gelar Pananjung. 2013. Keanekaraaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Tegakan Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan Trembesi (Samanea saman Merr.) di Lahan Pasca Tambang Batubara PT Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara, Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 04 No. 01 April 2013, Hal. 6 – 10 ISSN: 2086-8227. Irwan,
Setyawan AD, S Setyaningsih, dan Sugiyarto 2006. Pengaruh Jenis dan Kombinasi Tanaman Sela Terhadap Diversitas dan Biomassa Gulma di Bawah Tegakan Sengon (Paraserienthes falcataria L. Nielsen) di Resort Pemangkuan Hutan Jatirejo Kediri. Biosmart. Vol. 8:1. April 2006 Hlm 27-32.
Z.D. 2003. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
Soerianegara I dan A Indrawan. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Kunarso, Adi dan Fatahul Azwar. 2012. Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah Pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat, Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 10 No. 2, Juni 2013: 8598 ISSN: 1829-6327 Terakreditasi No.:
Soerianegara I dan A Indrawan. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor. Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
77
Wibisono, Mulyono dan Syukur, S.A. 2016. BASELINE STUDY: Keanekaragaman Hayati Flora dan Funa di Hutan Sapen Leduk Kec. PrigenKab.Pasuruan. Pasuruan: Yudharta Press.
78