i digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010) DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: DWIKI KHRISNAWARDHANI NIM. F0108060
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
ii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
iv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
The harder the conflict, the more glorious the triumph. (Thomas Paine) If you can dream it, then you can do it. (Walt Disney) Be miserable. Or motivate yourself. Whatever has to be done, it’s always your choice. (Wayne Dyer) One good about music, when it hits you, you feel no pain. (Bob Marley) Fashion should be a form of escapism and not a form of imprisonment. (Alexander McQueen)
commit to user
v digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan jalan-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan Orang tua dan Kakak yang sangat saya cintai, yang tidak ada hentinya mendoakan dan memberi dukungan kepada saya Dosen Pembimbing serta Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang senantiasa memberikan ilmu serta motivasi kepada saya Sahabat sekaligus keluarga yang selalu mendukung, berbagi suka duka dan bersama – sama meraih mimpi Teman sekaligus senior dan adik tingkat yang telah memberikan pengalaman dan kesan tidak terlupakan selama masa perkuliahan.
commit to user
vi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 – 2010) DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL-ENGLE GRANGER” guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ungkapan rasa terima kasih yang tulus kepada: 1.
Ibu Dr. Siti Aisyah Tri Rahayu, S.E., M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah dengan sabar, meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengajarkan penulis mengenai banyak hal terkait dengan penulisan skripsi ini.
2.
Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3.
Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4.
Ibu Izza Marfuhah, S.E., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah banyak membantu penulis selama masa studi. commit to user
vii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Bapak Kresno Sarosa Pribadi dan Ibu Dwi Prasetyani selaku dosen dan motivator yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan, baik dalam hal akademis, organisasi dan hal – hal lain diluar kegiatan kampus.
6.
Bapak Lukman Hakim dan Bapak Sutanto selaku tim penguji skripsi.
7.
Ibu Nurul Istiqomah selaku dosen pembimbing akademik.
8.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (Bapak BRM. Bambang Irawan, Bapak Hery, Ibu Evy, Bapak AM. Susilo, Bapak Sutomo, dll) yang telah memberikan banyak ilmu, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.
9.
Bapak, Ibu, dan Kakak atas kasih sayang, doa, kesabaran, motivasi dan kepercayaan yang selalu diberikan kepada penulis.
10.
Ibu Retno, Bapak Hari dan Rias atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik moral maupun materil kepada penulis selama ini.
11.
Sahabat sekaligus keluarga selama di Solo (Olol, Juma, Ajeng, Aya, Priska, Mamong, Noval, Aryo, Abi, Deary, Kotek) dan di Jakarta (Ratihkus, Ratih, Icha, Dita, Yayang, Fikri, Agung, Ryan, Wishnu, Alvin, Andreas, Dika, Uki) atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.
12.
Senior dan adik tingkat sekaligus keluarga besar di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan (HMJEP) yang telah memberikan banyak pengalaman berharga dan kesan yang mendalam bagi penulis.
13.
Teman – teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2008.
14.
Almamater kebanggaan penulis, Universitas Sebelas Maret. commit to user
viii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat memeberikan manfaat bagi berbagai pihak. Surakarta, 3 Oktober 2012
Penulis Dwiki Khrisnawardhani
commit to user
ix digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………..
i
Halaman Persetujuan ……………………………………………
ii
Halaman Pengesahan ……………………………………………
iii
Halaman Motto ………………………………………………….
iv
Halaman Persembahan ………………………………………….
v
Kata Pengantar …………………………………………………..
vi
Daftar Isi ………………………………………………………...
ix
Daftar Tabel ……………………………………………………..
xii
Daftar Gambar …………………………………………………..
xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………
xiv
Abstrak …………………………………………………………..
xv
Abstract ………………………………………………………….
xvi
Bab I Pendahuluan I.1
Latar Belakang ………………………………………….
1
I.2
Rumusan Masalah ………………………………………
6
I.3
Tujuan Penelitian ……………………………………….
7
I.4
Manfaat Penelitian ……………………………………...
7
Bab II Landasan Teori II.1
Ekonomi Makro ……………………………………….
9
II.1.1
Permasalahan Makro Ekonomi ………………….
13
II.1.2
Kebijakan Makro Ekonomi ……………………...
17
II.2 Pertumbuhan Ekonomi ………………………………… commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
II.3 Perekonomian Internasional ……………………………
x digilib.uns.ac.id
30
II.3.1
Globalisasi ……………………………………….
31
II.3.2
Investasi Asing …………………………………..
32
II.3.3
Perdagangan Internasional ………………………
37
II.4 Inflasi ……………………………………………………
41
II.5 Studi Empirik Sebelumnya ……………………………..
44
II.6 Hubungan antar Variabel ……………………………….
51
II.6.1
FDI terhadap Perekonomian ……………………..
52
II.6.2
Inflasi terhadap Perekonomian …………………..
53
II.6.3
Ekspor terhadap Perekonomian ………………….
54
II.7 Kerangka Pemikiran …………………………………….
55
II.8 Hipotesis ………………………......................................
56
Bab III Metode Penelitian III.1 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………
57
III.2 Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data …………
57
III.3 Definisi Operasional Variabel ………………………….
58
III.3.1
Perekonomian Indonesia …………………………
58
III.3.2
Inflasi ……………………………………………..
59
III.3.3
Investasi Asing Langsung (FDI) …………………
59
III.3.4
Ekspor …………………………………………….
60
III.4 Metode Analisis Data ……………………………………
60
III.4.1
Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris …………….
60
III.4.2
Uji Stasioneritas …………………………………..
62
III.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ………………..
63
III.4.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) ……….
65
commit to user Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ……………..
65
III.4.3
xi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.4.4
Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) ..
67
Bab IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Deskripsi Perkembangan Variabel ………………………..
71
IV.1.1
Perkembangan Variabel PDB ………………………
71
IV.1.2
Perkembangan Variabel FDI ……………………….
73
IV.1.3
Perkembangan Variabel Inflasi …………………….
74
IV.1.4
Perkembangan Variabel Ekspor ……………………
76
IV.2 Hasil dan Analisis Data ……………………………………
77
IV.2.1
Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris ………………..
77
IV.2.2
Uji Stasioneritas …………………………………….
78
IV.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) ………………….
79
IV.2.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) …………
80
IV.2.3
Uji Kointegrasi (Cointegration Test) ……………….
82
IV.2.4
Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) ..
84
IV.2.5
Interpretasi Ekonomi ……………………………….
86
IV.2.5.1 Pengaruh FDI terhadap Perekonomian …………
86
IV.2.5.2 Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian ……….
88
IV.2.5.3 Pengaruh Ekspor terhadap Perekonomian ………
90
Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan ………………………………………………
92
V.2 Saran ……………………………………………………..
94
Daftar Pustaka ……………………………………………………..
96
commit to user
xii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data dan Sumbernya …………………………………
57
Tabel 4.1 Hasil Uji MWD Model Linier ………………………..
78
Tabel 4.2 Hasil Uji MWD Model Log-linier ……………………
78
Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit Ordo 0 …………………………..
79
Tabel 4.4.Hasil Uji Derajat Integrasi …………………………….
80
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi ………………………………….
82
Tabel 4.6 Hasil Uji Residual Regresi Kointegrasi ……………….
83
commit to user
xiii digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan PDB ………………………
71
Gambar 4.2 Grafik Perkembangan FDI ……………………….
73
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi ……………………..
75
Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ekspor ……………………..
76
Gambar 4.5 Pola Data Ordo 0 dan Ordo 1 ……………………..
81
commit to user
xiv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data ………………………………………………..
101
Lampiran 2 Uji Fungsi Model Empiris …………………………
102
Lampiran 3 Uji Akar Unit DF dan ADF ……………………….
104
Lampiran 4 Uji Derajat Integrasi DF dan ADF ………………..
108
Lampiran 5 Uji Kointegrasi dan Residual ……………………...
112
Lampiran 6 Hasil Regresi ECM – EG ………………………….
113
Lampiran 7 Surat Pernyataan …………………………………..
114
commit to user
xv digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010) DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
ABSTRAK Dwiki Khrisnawardhani F0108060
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan data time series periode 1981 – 2010. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model – Engle Granger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return dari modal rendah. Selain itu fasilitas pendukung penyelenggaraan investasi juga masih kurang memadai. Sedangkan untuk variabel inflasi dan ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi sesuai dengan teori memiliki pengaruh negatif sedangkan ekspor memiliki pengaruh positif khususnya dalam jangka panjang. Kata kunci: Perekonomian Indonesia, FDI, Inflasi, Ekspor, ECM-EG
commit to user
xvi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
THE EFFECTS OF FDI, INFLATION AND EXPORTS TO INDONESIA’S ECONOMY: TIMES SERIES DATA 1981 – 2010 BY USING ERROR CORRETION MODEL – ENGLE GRANGER APPROACH
ABSTRACT
Dwiki Khrisnawardhani F0108060
This study analyzed the effects of foreign direct investment (FDI), inflation and exports to Indonesia’s economy by using time series data of the period 1981 to 2010. The Error Correction Model – Engle Granger (ECM-EG) is used in this study as a model. These results indicate that foreign direct investment (FDI) has no significant effect on the Indonesia’s economy. It is associated with a small domestic market conditions cause the rate of return on capital is low. Moreover, supporting facilities for the implementation of the investment are still inadequate. As for the inflation and export variables have a significant effect on the Indonesia’s economy. According to the theory, inflation has a negative effect, while exports have a positive effect especially in the long run. Key word: Indonesia’s economy, FDI, inflation, exports, ECM-EG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH FDI, INFLASI DAN EKSPOR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA PERIODE (1981 - 2010) DENGAN PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL – ENGLE GRANGER
ABSTRAK Dwiki Khrisnawardhani F0108060
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan data time series periode 1981 – 2010. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model – Engle Granger. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terkait dengan kondisi pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return dari modal rendah. Selain itu fasilitas pendukung penyelenggaraan investasi juga masih kurang memadai. Sedangkan untuk variabel inflasi dan ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi sesuai dengan teori memiliki pengaruh negatif sedangkan ekspor memiliki pengaruh positif khususnya dalam jangka panjang. Kata kunci: Perekonomian Indonesia, FDI, Inflasi, Ekspor, ECM-EG
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
THE EFFECTS OF FDI, INFLATION AND EXPORTS TO INDONESIA’S ECONOMY: TIMES SERIES DATA 1981 – 2010 BY USING ERROR CORRETION MODEL – ENGLE GRANGER APPROACH
ABSTRACT
Dwiki Khrisnawardhani F0108060
This study analyzed the effects of foreign direct investment (FDI), inflation and exports to Indonesia’s economy by using time series data of the period 1981 to 2010. The Error Correction Model – Engle Granger (ECM-EG) is used in this study as a model. These results indicate that foreign direct investment (FDI) has no significant effect on the Indonesia’s economy. It is associated with a small domestic market conditions cause the rate of return on capital is low. Moreover, supporting facilities for the implementation of the investment are still inadequate. As for the inflation and export variables have a significant effect on the Indonesia’s economy. According to the theory, inflation has a negative effect, while exports have a positive effect especially in the long run. Key word: Indonesia’s economy, FDI, inflation, exports, ECM-EG
commit to user
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar belakang Pengaruh
investasi
asing
langsung
(FDI)
dan
ekspor
terhadap
perekonomian sebuah negara menurut beberapa ekonom berdasarkan penelitian yang telah mereka lakukan ada yang bersifat negatif maupun positif. Beberapa ekonom yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (FDI) dan ekspor memiliki pengaruh terhadap perekonomian sebuah negara diantaranya yaitu Jayachandran dan Seilan (2010), Wijeweera (2010), Khaliq dan Noy (2007), Miankhel dkk (2009), Centikaya dan Endorgan (2010), Kogid dkk (2010) dan Lee (2010). Hal lain dikemukakan oleh Nasir (2009), Magnus dan Fosu (2008), dan Kustituanto (1999) yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (FDI) dan ekspor tidak memiliki pengaruh terhadap perekonomian sebuah negara. Inflasi sebagai salah satu fenomena ekonomi juga mengalami perdebatan mengenai pengaruhnya terhadap perekonomian sebuah negara secara keseluruhan. Perdebatan terjadi diantara sebagian besar ekonom yang mengatakan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang negatif, namun sebagian lainnya mengatakan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang positif terhadap perekonomian sebuah negara. Ekonom yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh positif terhadap perekonomian sebuah negara ialah Iqbal dan Nawaz (2010). Sedangkan yang
berpendapat
bahwa
inflasi
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
perekonomian sebuah negara diantaranya Gylfason (1998) serta Gokal dan Hanif (2004).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif sumber dana pembangunan yang relatif lebih aman dibandingkan pinjaman luar negeri (Krugman, 2009:163). Investasi asing langsung (FDI) memiliki keunggulan yakni transfer langsung teknologi, peningkatan penggunaan tenaga kerja serta perolehan pelajaran dari perusahaan FDI melalui efek demonstrasi. Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu upaya dalam pembentukan organisasi internasional, dimana tidak hanya terjadi perpidahan dana dan perluasan kontrol dari perusahaan di home countries ke perusahaan di host countries, namun juga terjadi pembentukan organisasi yang sesuai dengan perusahaan di home countries. Khaliq dan Noy (2007) melakukan analisis mengenai investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi sebagai bukti empiris dari data sektoral di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh investasi asing langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode tahun 1997 – 2006. Berdasakan hasil yang diperoleh melalui pengujian sektoral, diketahui bahwa pada level agregat sebagian besar sektor menunjukan pengaruh yang positif dari investasi asing langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun hal lain terjadi pada sektor ekstraktif, dimana ditemukan bahwa investasi asing langsung (FDI) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan karena investasi asing langsung (FDI) yang dilakukan pada sektor ekstraktif biasanya tidak perduli terhadap lingkungan dan cenderung mengakibatkan kerusakan lingkungan. Lain halnya dengan Nasir (2009) yang juga menganalisis pengaruh investasi asing langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dimana commit to user hasil yang diperoleh bertolak belakang dengan hasil yang ditemukan oleh Khaliq
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan Noy (2007). Pada penelitian ini, Nasir (2009) menggunakan data time series periode tahun 1971 – 2005 dengan pendekatan error correction model (ECM). Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang dihasilkan oleh investasi aisng langsung (FDI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini menurut Nasir (2009) disebabkan oleh ketidakpastian trend aliran masuk investasi asing langsung di Indonesia. Hasil yang sama juga diperoleh Kustituanto (1999) yang melakukan analisis mengenai peranan penanaman modal asing langsung (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan yang sama yakni error correction model (ECM), Kustituanto (1999) membuktikan bahwa penanaman modal asing langsung (PMA) tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berbeda dengan Nasir (2009), Kustituanto (1999) menyatakan bahwa yang menjadi alasan tidak adanya pengaruh yang dihasilkan oleh penanaman modal asing langsung (PMA) ialah karena kecilnya pasar domestik sehingga rate of return dari modal rendah serta kurang lengkapnya fasilitas yang disediakan guna mendukung pelaksanaan penanaman modalasing langsung (PMA). Selain investasi, ekspor juga merupakan salah satu variabel pembentuk PDB yang keberadaannya dianggap dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Khususnya bagi negara berkembang yang mengantungkan perekonomiannya
pada
perdagangan
internasional,
pemerintah
biasanya
melakukan upaya – upaya untuk meningkatkan kemampuan ekspornya sehingga dapat dengan mudah diterima pasar internasional yang semakin lama semakin commit to user kompetitif. Pada kenyataannya, perdagangan internasional dapat memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
manfaat bagi negara – negara yang terlibat sekaligus dapat menjadi bencana bagi negara – negara tersebut apabila kemampuan eksportir dan pemerintahnya tidak mampu berkompetisi dengan negara - negara lain yang terlibat dalam siklus bisnis perdagangan internasional. Jayachandran dan Seilan (2010) melakukan analisis mengenai pengaruh investasi asing langsung (FDI) dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di India. Analisis ini menggunakan pendekatan kausal Granger dalam melihat hubungan timbal balik yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI), ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa investasi asing langsung (FDI) dan ekspor memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak memberikan pengaruh terhadap investasi asing langsung (FDI) dan ekspor. Menurut Wijeweera (2010) investasi asing langsung (FDI) mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penggunaan tenaga kerja, sedangkan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan efisiensi. Keberadaan inflasi sebagai salah satu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari perekonomian di setiap negara merupakan satu hal yang terus menjadi perhatian bagi pemegang kendali otoritas moneter. Pentingnya pengendalian inflasi didasari oleh pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil akan memberikan dampak buruk bagi perekonomian (Bank Indonesia, 2009). Gylfason (1998) melakukan analisis mengenai ekspor, inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada 160 negara pada periode tahun 1985 – 1994 dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
menemukan bahwa tingkat inflasi yang tinggi dan melimpahnya sumber daya alam (SDA) menyebabkan ekspor dan pertumbuhan yang rendah. Hal ini terjadi karena negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA) harus mampu mengatur kekayaan mereka dan melakukan penyesuaian dengan pertumbuhan yang berkelanjutan dari sektor modern sehingga sumber daya alam (SDA) tidak habis begitu saja. Iqbal dan Nawaz (2009) juga melakukan analisis mengenai dampak inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan hubungan non linier antara inflasi dan investasi di Pakistan. Penelitian ini menggunakan dua batas inflasi yakni 6% dan 11%. Inflasi dengan batas pertama (6%) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan inflasi diantara kedua batas yaitu 6% - 11% dan inflasi di atas batas kedua (11%) memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat inflasi maka akan semakin memperburuk kondisi perekonomian sebuah negara. Hubungan non linier antara inflasi dengan investasi juga menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat inflais maka akan mengurangi jumlah investasi di sebuah negara. Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa ekonom yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui masih terjadi perdebatan mengenai pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian sebuah negara. Guna melengkapi penelitian – penelitian sebelumnya, penulis memilih untuk melakukan penelitian terkait ketiga variabel tersebut untuk dilihat pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pendekatan Error Correction Model (ECM) yang memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat melihat pengaruh baik jangka pendek maupun jangka panjang secara bersamaan, menjaga konsistensi data pada first difference sehingga terhindar dari spurious regression, mengkaji konsisten atau tidaknya model empiris dengan teori ekonomi, dan mampu menggunakan lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi dipilih untuk digunakan dalam penelitian kali ini. Pendekatan Error Correction Model – Engle Granger (ECMEG) secara spesifik digunakan dalam penelitian ini karena dianggap memiliki model yang tepat dan banyak digunakan dalam melihat permasalahan seperti masalah yang diangkat dalam penelitian kali ini. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membuat penelitian dengan judul: “Pengaruh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian Indonesia periode (1981 – 2010) dengan pendekatan Error Correction Model – Engle Granger (ECM-EG)” guna melengkapi dan memperkuat penelitian sebelumnya. I.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas yang menunjukannya adanya
keterkaitan antara investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian Indonesia, maka permasalahan yang akan di analisis dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh
investasi asing langsung (FDI) terhadap
perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
7 digilib.uns.ac.id
Bagaimana pengaruh inflasi terhadap perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010?
3.
Bagaimana pengaruh ekspor terhadap perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010?
I.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1.
Untuk melihat pengaruh investasi asing langsung (FDI) terhadap perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010.
2.
Untuk melihat pengaruh inflasi terhadap perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010.
3.
Untuk melihat pengaruh ekspor terhadap perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 - 2010.
I.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
Bagi penulis 1.
Dapat menjadi bahan aplikasi dalam penggunaan dan penerapan teori – teori yang telah diterima selama masa perkuliahan khususnya ilmu - ilmu yang terkait dengan penelitian ini.
2.
Dapat menjadi media dalam mengasah wawasan penulis terkait dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini .
3.
Diharapkan dapat memperkaya penelitian sebelumnya, sekaligus dapat commit to userselanjutnya. dijadikan pembelajaran bagi penelitian
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bagi Pemerintah dan Bank Sentral 1.
Diharapkan dapat menjadi salah satu pengetahuan tambahan bagi pihak pemerintah dalam melihat kondisi perekonomian Indonesia pada periode tahun 1981 – 2010, sehingga dapat dijadikan pelajaran untuk tahun – tahun yang akan datang.
2.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan investasi asing langsung (FDI) dan ekspor di Indonesia.
3.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Bank Sentral dalam melaksanakan otoritas moneter khususnya dalam menjaga stabilitas tingkat inflasi pasca krisis moneter yaitu dengan mengoptimalkan fungsi Inflation Targeting Framework (ITF).
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI II.1
Ekonomi Makro Ekonomi makro bukan merupakan ilmu yang fokus pada faktor – faktor
produksi dan perilaku industri individual, melainkan fokus terhadap determinan (penentu) output nasional total (Case dan Fair, 2007: 1). Ekonom mikro dan makro memiliki perspektif yang berbeda dalam melihat perekonomian. Apabila ekonom mikro mengatakan bahwa harga bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan diri dalam mempertahankan keseimbangan, maka para ekonom makro menyebutkan bahwa harga lebih sering bersifat lengket dimana harga dianggap sulit untuk menyesuaikan diri dalam mempertahankan keseimbangan antara kuantitas yang diminta dengan kuantitas yang ditawarkan. Perkembangan ekonomi makro merupakan perkembangan yang terjadi pada abad 20 mengenai pemahaman dalam menghadapi krisis ekonomi dan merangsang pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Depresi besar yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1930-an, mendorong para ekonom dalam mengamati dan membahas kondisi ekonomi makro. Bahasan ini kemudian menjadi pengembangan dari teori ekonomi makro model klasik oleh John Maynard Keynes. Sebelum depresi besar terjadi, model klasik atau yang sering disebut equilibrium pasar banyak diterapkan oleh para ekonom dalam melihat persoalan ekonomi secara luas. Ekonom klasik tidak banyak membahas mengenai masalah pengangguran, inflasi, ketidakstabilan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Para commit to user ekonom pada masa ini percaya akan sistem pasar bebas yang dapat mewujudkan
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
tingkat kegiatan ekonomi yang efisien dalam jangka panjang. Selain itu mereka menyakini bahwa permasalahan ekonomi mungkin saja terjadi dan dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi, namun resesi yang terjadi akan dapat menyesuaikan dirinya untuk kembali ke titik keseimbangan. Berdasarkan pandangan para ekonom pada mahzab klasik dalam suatu perekonomian seringkali terjadi dimana jumlah keseluruhan penawaran barang (penawaran agregat) pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu diimbangi oleh permintaan atas barang- barang tersebut (permintaan agregat) yang sama besarnya. Pendapat ini berlaku apabila perekonomian hanya terdiri dari 2 sektor, dimana tidak ada masyarakat yang menabung dan para pengusaha yang melakukan investasi. Namun kenyataannya, pada perekonomian modern masyarakat akan menyisihkan uangnya untuk ditabung dan tabungan inilah yang dipinjamkan kepada para pengusaha untuk kemudian diberdayakan menjadi sebuah bentuk investasi. Investasi ini yang nantinya menambah jumlah barang modal yang tersedia dan meningkatkan kemampuan perekonomian dalam menghasilkan barang – barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Analisis yang dilakukan oleh ahli ekonomi mahzab klasik lebih bertumpu pada masalah penawaran agregatnya, sedangkan pada kenyataannya penawaran agregat yang tidak diimbangi oleh permintaan agregat akan menjadi sumber dari kemunduran perekonomian. Penyesuaian yang dikatakan oleh para ekonom mahzab klasik terhadap kemunduran perekonomian tidak terbukti pada depresi besar yang terjadi pada tahun 1930-an. Masalah pengangguran yang semakin tinggi dan bertahan lama hingga bertahun – tahun menyababkan John Maynard Keynes berinisiatif untuk mengembangkan teori yang telah diperkenalkan sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
Karya besar yang dihasilkan oleh Keynes pada saat itu ialah The General Theory of Employment, Interest and Money. Teori ini mengatakan bahwa bukan harga dan upah yang menentukan tingkat pengangguran melainkan tingkat permintaan agregat atas barang dan jasa. Menurut Keynes, penggunaan tenaga kerja penuh merupakan hal yang jarang terjadi dan hal tersebut disebabkan oleh kurangnya permintaan agregat dalam perekonomian. Dalam meningkatkan permintaan agregat, Keynes mengatakan bahwa pemerintah dapat melakukan intervensi terhadap perekonomian dengan mendorong permintaan agregat. Peranan permintaan agregat dan penentu pembelanjaan agregat itu sendiri menurut Keynes (dalam Sukirno, 2004: 84) ialah sebagai berikut: 1.
Peranan permintaan agregat Analisis mengenai peranan permintaan agregat dilakukan pada berbagai
golongan masyarakat dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai oleh sebuah perekonomian. Hasil analisis tersebut mengatakan bahwa tingkat ekonomi suatu negara ditentukan oleh kemampuan untuk membayar barang dan jasa yang diminta tersebut. Semakin besar permintaan akan barang dan jasa, maka akan semakin besar pula tingkat produksi yang dicapai oleh sektor perusahaan. Peningkatan ini secara otomatis akan meningkatkan kegiatan perekonomian, jumlah tenaga kerja dan penggunaan faktor – faktor produksi dalam sebuha negara. 2.
Penentu pembelanjaan agregat Dalam analisisnya, Keynes membagi pengeluaran agregat menjadi 2 jenis
pengeluaran yakni pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman modal atau investasi oleh pihak pengusaha. Namun kenyataan yang terjadi pada commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kondisi makro ekonomi pada saat ini, pengeluaran agregat juga meliputi pengeluaran pemerintah dan ekspor. Faktor – faktor yang menjadi penentu pembelanjaan agregat ialah sebagai berikut: a. Konsumsi rumah tangga Besarnya pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga tergantung pada besarnya pendapatan rumah tangga tersebut. Apabila terjadi kanaikan pada jumlah pendapatannya, maka jumlah konsumsi yang dilakukan pun akan semakin meningkat. Namun jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan tidak sepenuhnya sejumlah dengan pendapatan yang diperoleh, melainkan hanya sebagian kecil atau sebagian besa dari total pendapatannya sesuai dengan kecendrungan rumah tangga tersebut dalam menggunakan pendapatannya. b. Investasi Penanaan modal yang dilakukan oleh pihak pengusaha ditentukan oleh 2 faktor yaitu efisiensi marjinal modal dan suku bung (Sukirno, 2004: 86). Efisiensi marjinal modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh dari kegiatan investasi yang dilakukan. Seorang pengusaha akan menanamkan modalnya apabila tingkat efisiensi marjinal modalnya lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa besarnya jumlah investasi yang dilakukan oleh pengusaha tergantung pada nilai modal dan tingkat pengembalian modalnya lebih besar dari tingkat suku bunga. c. Pengeluaran pemerintah Pemerintah
tidak
hanya
bertindak
sebagai
pengatur
kegiatan
perekonomian tapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat dalam commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perekonomian. Dalam kegiatannya melakukan pemungutan pajak, pemerintah dapat mengurangi jumlah pengeluaran agregat. Namun pendapatan yang berasal dari pajak tersebut dibelanjakan kembali oleh pemerintah dalam berbagai hal kaitannya dengan pembangunan yang terjadi sehingga pengeluaran agregat kembali meningkat. Bahkan seringkali pemerintah melakukan pembelanjaan yang melebihi jumlah pendapatan dari pajak tersebut. d. Ekspor Perkembangan yang terjadi secara terus menerus menyebabkan banyak negara mengalami saling ketergantungan,. Hal ini terkait dengan kebutuhan masyarakat yang tidak dapat dipenuhi oleh sektor industri di dalam negaranya sendiri. Sebuah negara akan melakukan kegiatan perdagangan lintas negara dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat di negara lain. Kegiatan perdagangan lintas negara seperti ini disebut dengan ekspor. Kemajuan yang sangat pesat dari sektor industri di berbagai belahan dunia khususnya dalam melakukan ekspor dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara pengekspor. II.1.1
Permasalahan Makro Ekonomi Perekonomian merupakan sektor yang memiliki peranan paling penting
dalam menjalankan sebuah pemerintahan pada sebuah negara. hal ini dibuktikan dengan dampak yang dirasakan oleh sektor lain manakala perekonomian sebuah negara mengalami gangguan yang disebabkan oleh masalah – masalah internal maupun eksternal negara. Terlebih lagi, ketidakstabilan perekonomian sebuah negara juga akan menyebabkan kurangnya tingkat kepercayaan pihak asing terhadap negara tersebut. commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semua perekonomian tentu tidak akan terlepas dari permasalahan tukar tambah (trade off) dalam mencapai tujuan makro ekonomi. Tujuan utama dari makro ekonomi ialah peningkatan output yang tinggi, pertumbuhan yang cepat, tingkat pengangguran yang rendah dan harga – harga yang stabil. Permasalahan inti yang sering dihadapi dalam suatu perekonomian ialah sebagai berikut: 1.
Inflasi Inflasi ialah suatu proses kenaikan harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian (Sukirno, 2004:14). Suatu ekonomi pasar menggunakan harga sebagai ukuran dalam melihat nilai – nilai ekonomi. Kenaikan inflasi dalam suatu periode menyebabkan kekhawatiran masyarakat akan pendapatan mereka yang terus tergerus. Hal inilah yang pada akhirnya menyebabkan inefisiensi ekonomi. 2.
Pengangguran Pengangguran menuru Sukirno (2004: 13) ialah suatu keadaan dimana
seorang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan perkerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Sedangkan menurut Case dan Fair (2007: 6) pengangguran merupakan tanaga kerja yang menganggur dan menjadi indikator utama
kesehatan
perekonomian.
Faktor
utama
penyebab
munculnya
pengangguran ialah kurangnya pengeluaran agregat. Oleh karena itu terdapat hubungan antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan tenaga kerja. Semakin tinggi pendapatan nasional sebuah negara maka akan semakin banyak penggunaan tenaga kerjanya. Penggunaan tenaga kerja yang dimaksut kaitanya dengan semakin tinggi pengeluaran agregat menunjukan semakin tinginya permintaan agregat sehingga kegiatan produksi juga semakin banyak dilakukan.
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
adalah
perkembangan
kegiatan
dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2004: 9). Perekonomian seringkali cenderung mengalami fluktuasi jangka pendek. Ukuran dalam melihat perekonomian ialah dengan melihat output agregatnya. Permasalahan terjadi ketika barang dan jasa yang diproduksi lebih sedikit, yang beredar lebih sedikit dan standar hidup rata – rata masyarakatnya menurun. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang memotong jumlah produksinya sampai memberhentikan pekerjanya. Perlu diperhatikan jika pertumbuhan output lebih besar dari tingkat pertumbuhan populasinya, maka ada peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi per orang. Oleh karena itu, pengambil kebijakan tidak hanya bertugas untuk memperbaiki fluktuasi output selama siklus bisnis, namun juga bertugas untuk membuat kebijakan dalam rangka peningkatan pertumbuhan jangka panjang. 4.
Ketidakstabilan kegiatan ekonomi Perekonomian di suatu negara tidak selalu berkembang secara teratur dari
suatu periode ke periode lainnya. Ada kalanya perekonomian mengalami perkembangan pesat, namun juga tidak jarang perekonomian tidak berkembang dengan baik bahkan cenderung mengalami kemunduran. Perkembangan yang sangat pesat dapat menimbulkan kemunduran yang serius dalam kegiatan perekonomian. Dalam jangka panjang ketidakstabilan perekonomian dapat menimbulkan ketidakpastian dan hal ini akan berdampak buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan. Ahli ekonomi berpendapat bahwa dalam suatu commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perekonomian
yang
mengandalkan
mekanisme
pasar,
maka
kondisi
perekonomiannya akan cenderung bersifat tidak stabil. 5.
Ketidakeimbangan neraca pembayaran Perekonomian terbuka menunjukan bahwa perekonomian di suatu negara
memiliki hubungan ekonomi dengan negara lain khususnya dalam hal ekspor impor. Penerapan sistem perekonomian terbuka ini memiliki keuntungan sekaligus kerugian bagi negara yang menjalankannya. Keuntungan yang diperoleh dari menganut sistem perekonomian terbuka ini ialah bahwa perdagangan internasional memberikan sumbangan yang cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya kegiatan ekspor yang memberikan peluang bagi perusahaan – perusahaan dalam negeri untuk mengembangkan pasarnya ke pasar internasional. Selain itu kegiatan impor juga memberikan sumbangan terhadap perekonomian, karena melalui impor perusahaan dapat memperoleh faktor - faktor produksi yang dibutuhkan dalam proses produksinya. Namun di samping itu, penerapan sistem perekonomian terbuka juga memberikan dampak negatif bagi perekonomian. Seperti misalnya, kelebihan dalam penggunaan barang impor akan menyebabkan masyarakat menjadi konsumtif dan mengurangi tingkat produksi dalam negeri. Hal ini akan memacu munculnya pengangguran yang semakin besar. Mengenai laporan keuangan akan arus kas yang berasal dari luar negeri dan keluar negeri dijelaskan dalam sebuah neraca pembayaran yang memiliki dua neraca penting yakni neraca perdagangan dan neraca keseluruhan. Neraca pembayaran suatu negara dikatakan baik apabila bernilai surplus. Artinya pemasukan dari luar negeri lebih besar dari pada pengeluaran ke luar negeri. Kondisi neraca pembayaran yang defisit akibat impor yang berlebihan akan commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan dampak buruk bagi kestabilan perekonomian. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kegiatan impor yang berlebihan dapat menghambat produksi dalam negeri. Hal ini juga akan mengakibatkan nilai valuta asing melonjak sehingga barang impor menjadi mahal. Kegiatan ekonomi yang buruk akan menimbulkan turunnya keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. II.1.2
Kebijakan Makro Ekonomi Pemerintah dan Bank Sentral merupakan pihak – pihak yang memiliki
otoritas dalam membuat kebijakan kaitannya dengan penyelesaian berbagai masalah ekonomi di Indonesia. Terdapat 3 jenis kebijakan menurut Case dan Fair (2007: 7) yang telah digunakan oleh pemerintah dan Bank Sentral dalam mempengaruhi ekonomi makro yaitu: 1.
Kebijakan fiskal Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Kebijakan ini dilakukan melalui keputusan mengenai perpajakan dan pengeluaran. Pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah dan berasal dari masyarakat, diolah kembali menjadi pengeluaran pemerintah dalam bentuk penyediaan fasilitas bagi masyarakat. Peran pajak dan pengeluaran pemerintah ini memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Kebijakan fiskal terdiri dari 2 jenis yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif ialah pemotongan pajak dan peningkatan belanja oleh pemerintah dengan tujuan mengeluarkan perekonomian dari stagnansi. Sedangkan yang disebut dengan kebijakan fiskal kontraktif ialah peningkatan pajak dan pemotongan pengeluaran oleh pemerintah dengan tujuan membawa perekonomian keluar dari inflasi. 2.
Kebijakan moneter
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kuantitas uang yang beredar dalam prekonomian juga merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan selain pajak dan pengeluaran pemerintah. Kuantitas uang dapat mempengaruhi tingkat output, tingkat bunga, tingkat penganguran dan tingkat harga secara keseluruhan. Itulah yang menjadi alasan mengapa kuantitas uang yang beredar dalam suatu perekonomian penting untuk dikontrol jumlahnya sehingga tidak memberikan dampak buruk terhadap perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini kebijakan moneter merupakan sebuah alat bagi Bank Sentral dalam mengatur atau mengontrol jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian. 3.
Kebijakan pertumbuhan atau sisi penawaran Kebijakan pemerintah dalam meingkatkan pertumbuhan juga terlihat dari
kebijakan pertumbuhan atau sisi penawaran. Kebijakan ini berfokus pada peningkatan penawaran agregat dengan cara mendorong pertumbuhan potensial output dan pendapatan agregat. Menurut Samuelson (2004: 77) bahwa tujuan dari kebijakan makro ekonomi ialah dalam hal penggunaan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk mengurangi kecendrungan penurunan siklus bisnis dan pengangguran. Ilmu makro ekonomi mengamati sumber – sumber penyebab pengangguran yang berlangsung secara terus – menerus. Selanjutnya mencari alternatif pemulihannya seperti meningkatkan permintaan atau membentuk kembali lembaga pasar tenaga kerja. Dalam hal mengendalikan inflasi, kebijakan makro ekonomi memberikan alternatif pemulihan melalui kebijakan moneter atau fiskal, sistem nilai tukar dan peran bank sentral sebagai lembaga independent. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sedangkan menurut Sukirno (2004: 22), tujuan dari diadakannya kebijakan makro ekonomi ialah sebagai berikut: 1.
Menstabilkan keiatan ekonomi
2.
Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi
3.
Menghindari masalah inflasi
4.
Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat
5.
Mengkuatkan neraca pambayaran dan kurs valuta asing
II.2
Pertumbuhan Ekonomi Ukuran paling penting dalam melihat perekonomian sebuah negara yaitu
melalui jumlah produk domestik brutonya (PDB). PDB ialah jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh sebuah negara selama satu tahun dan merupakan bagian dari pendapatan nasional. PDB merupakan pengukuran paling luas dari total output barang dan jasa. Indikator dalam menghitung PDB terdiri dari jumlah nilai konsumsi (C), investasi bruto (I), pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa (G) dan ekspor netto (X) yang dihasilkan oleh suatu negara dalam periode satu tahun. PDB = C +I +G +X Perlu dikatahui bahwa barang dan jasa yang dihitung dalam PDB merupakan barang dan jasa akhir, bukan merupakan barang perantara. Barang perantara yang dimaksut ialah barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan untuk kemudian digunakan lagi dalam proses berikutnya. Dalam menghindari perhitungan ganda selain dengan mengelompokan barang dan jasa menjadi barang dan jasa akhir atau perantara, dapat pula dilkukan perhitungan pada nilai tambah commit to user dari suatu produk yang diproduksi oleh perusahaan. Nilia tambah (value added)
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
ialah selisih antara nilai barang ketika meninggalkan suatu tahap produksi dengan biaya barnag itu ketika memasuki tahap tersebut. Dalam menghitung nilai PDB menurut Case and Fair (2007: 24), terdapat dua jenis pendekatan yang sering digunakan yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Kedua jenis pendekatan tersebut memiliki penjelasan sebagai berikut: 1.
Pendekatan pengeluaran Pendekatan pengeluaran adalah metode dalam menghitung PDB dengan
cara menjumlahkan seluruh pengeluaran atau jumlah total yang dibelanjakan pada semua barang akhir selama periode tertentu. Kategori utama pengeluaran yang digunakan dalam pendekatan ini terdiri dari: a. Pengeluaran konsumsi pribadi (C) Pengeluaran konsumsi pribadi (C) yang merupakan belanja rumah tangga atas barang dan jasa. Terdapat 3 kategori dalam pengeluaran konsumen, diantaranya barang tahan lama, barang tidak tahan lama, dan jasa. b. Investasi swasta bruto dalam negeri (I) Investasi swasta bruto dalam negeri (I) yang merupakan belanja perusahaan dan rumah tangga atas modal baru. Investasi ini terdiri dari investasi non perumahan, investasi perumahan dan perubahan persediaan bisnis. Investasi non perumahan merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk mesin, alat, pabrik dll. Sedangkan investasi perumahan merupakan pengeluaran oleh perusahaan dan rumah tangga atas bangunan apartemen atau rumah baru. Terakhir yang dimaksut dengan perubahan persediaan bisnis ialah jumlah perubahan persediaan perusahaan selama satu periode. Persediaan adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
barang yang diproduksi oleh perusahaan saat ini, namun disimpan untuk dijual pada waktu yang akan datang. c. Pengeluaran pemerintah (G) Pengeluaran pemerintah (G) yang merupakan pengeluaran dalam bentuk belanja dan investasi bruto pemerintah.pengeluaran yang dilakukan pemerintah beberapa dihitung sebagai konsumsi dan beberapa lainnya dihitung sebagai investasi bruto pemerintah. d. Ekspor netto (X) Ekspor netto (X) yang merupakan hasil pengurangan dari total ekspor yang diperoleh dengan jumlah impor yang dikeluarkan oleh suatu negara. 2.
Pendekatan pendapatan Pendekatan ini didasari oleh konsep pendapatan nasional dimana terdiri
dari 8 butir pendapatan. Pendapatan tersebut terdiri dari: a. Kompensasi karyawan Pendapatan ini merupakan pendapatan terbesar dari 7 butir lainnya. Upah dan gaji yang dibayarkan pada rumah tangga oleh perusahaan dan pemerintah termasuk tambahannya seperti kontrbusi perusahaan atas dana pensiun dan asuransi sosial. b. Pendapatan perusahaan perseorangan Pendapatan ini merupakan pendapatan bisnis yang bukan berasal dari perseroan. c. Pendapatan sewa Pendapatan ini termasuk dalam pendapatan minor. Pendapatan ini merupakan pendapatan yang diterima oleh pemilik properti dalam bentuk sewa. commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Laba perseroan terbatas Pendapatan ini merupakan pendapatan terbesar kedua setelah kompensasi karyawan. Pendapatan ini merupakan pendapatan yang berasal dari bisnis korporasi. e. Bunga netto Bunga netto merupakan bunga yang dibayarkan oleh bisnis. Bunga yang dibayarkan oleh pemerintah dan rumah tangga tidak dihitung dalam PDB karena dianggap tidak berasal dari produksi barang dan jasa. f. Pajak tak langsung dikurangi subsidi Pajak ini merupakan pajak penjualan, beacukai, dan biaya lisensi dikurangi subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah dimana pemerintah tidak menerima barang dan jasa sebagai imbalannya. g. Pembayaran transfer bisnis netto Pembayaran transfer netto oleh bisnis pada pihak lain sehingga menjadi pendapatan bagi pihak tersebut. h. Surplus perusahaan pemerintah Pendapatan ini merupakan pendapatan perusahaan – perusahaan pemerintah. Pendapatan nasional adalah pendapatan total negara. Pendapatan nasional merupakan pendapatan total warga suatu negara, bukan pendapatan penduduk negara itu, sehingga dalam perhitungannya kita berawal dari PDB sebelum beralih ke pendapatan nasional bruto (PNB). Dalam menghitung pendapatan nasional maka susunan yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut: commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PDB § Plus:
penerimaan pendapatan faktor dari negara lain di dunia
§ Minus: pembayaran pendapatan faktor pada negara lain di dunia Sama dengan PNB § Minus: depresiasi Sama dengan produk nasional netto (PNN) § Minus: perbedaan statistik Sama dengan Pendapatan Nasional Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. terdapat 3 aspek yang perlu diperhatikan di dalamnya yakni proses, output per kapita dan jangka panjang. pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang menunjukan bagaimana perekonomian berkembang dari tahun ke tahunnya. Pertumbuhan di setiap negara tentu berbeda, namun meskipun berbeda secara individual, negara – negara yang berkembang secara pesat memiliki karakteristik umum mengenai factor pertumbuhannya. Karakteristik yang dimaksut ialah sebagai berikut: 1.
Sumber daya manusia Banyak ekonom yang menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan
faktor paling penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Negara mungkin dapat membeli teknologi canggih, namun tanpa adanya tenaga kerja atau sumber daya manusia yang dapat menggunakan alat tersebut secara terampil dan terlatih tentu alat tersebut tidak akan berguna secara optimal. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam berbagai hal kaitannya dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Sumber daya alam Bagi beberapa negara modern, kemajuan yang mereka dapatkan bukan
berasal dari melimpahnya sumber daya alam di negara mereka. Melainkan berasal dari sektor – sektor yang lebih bergantung pada kualitas tenaga kerja dan modal. Namun bagi beberapa negara lainnya, sumber daya alam merupakan faktor pokok pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya negara kecil yang kaya akan sumber daya alam seperti Hong Kong memiliki volume perdagangan internasional besar yang dapat menopang pertumbuhan ekonominya. 3.
Pembentukan modal Modal yang diperlukan dalam pertumbuhan ekonomi juga meliputi
struktur – struktur seperti jalan raya, pembangkit tenaga listrik, peralatan dan persediaan barang. Pemerintah melakukan investasi yang disebut social overhead capital, yang terdiri dari proyek skala besar seperti jalan, air, kesehatan masyarakat dll. Investasi yang dilakukan pemerintah inilah yang menjadi modal untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi. 4.
Teknologi dan investasi Penemuan dan kemajuan teknologi yang terus menerus menjadi salah
satu faktor terjadinya peningkatan produktifitas sebuah negara. Berikut ini dijelaskan teori – teori mengenai pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan dibedakan menjadi 2 yakni teori mahzab klasik dan modern : 1.
Teori mahzab Klasik a. Adam Smith commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Adam Smith (1723 – 1790) terkenal dengan teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor – faktor yang menentukan nilai atau harga suatu barang. Dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of the Nations (1776) sering disebutkan Wealth of Nations yang memiliki makna bagaimana perekonomian (kapitalis) tumbuh. Menurut Adam Smith terdapat 2 aspek utama dalam pertumbuhan ekonomi, yakni: 1) Pertumbuhan Output (PDB) total 2) Pertumbuhan Penduduk Dalam menganalisis pertumbuhan output, Adam smith melihat sistem produksi suatu negara terdiri dari 3 unsur pokok, yakni: 1) Sumber – sumber alam yang tersedia (SDA) 2) Sumber daya manusia (SDM) 3) Stok barang capital yang ada Menurut Adam smith, sumber daya alam ialah hal yang paling mendasar dari kegiatan produksi. Jumlah sumber daya alam yang tersedia adalah batas maksimum pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain dari sumber daya alam, sumber daya manusia dianggap memiliki peranan yang penting juga terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun dalam proses pertumbuhan output, sumber daya manusia memiliki peranan yang pasif dimana jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Artinya berapapun jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi maka akan tersedia jumlah tenaga kerja yang mengalami peningkatan atau penurunan seiring dengan berkembangnya populasi penduduk. Selain dari 2 hal tersebut, terdapat stok commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kapital yang secara aktif menentukan tingkat output. Menurut Adam smith, apa yang terjadi pada tingkat output tergantung pada apa yang terjadi pada stok kapital dan laju pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok kapital (Boediono, 1985: 9). b. David Ricardo David Ricardo (1772 – 1823) mengembangkan teori pertumbuhan klasik secara lebih lanjut. Penjabaran yang dilakukan oleh David Ricardo dianggap lebih tajam dan baik dalam konsepnya dibandingkan dengan Adam smith. Namun secara keseluruhan kedua ahli ekonomi ini memiliki kesimpulan yang tidak terlalu berbeda. Secara umum, penjabaran mengenai pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan oleh David Ricardo masih sama dimana jumlah faktor produksi tidak dapat bertambah hingga pada akhirnya bertindak sebagai faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat (Boediono, 1985: 17). Sedangkan perbedaannya terletak pada penggunaan alat analisa mengenai distribusi pendapatan. Perekonomian menurut David Ricardo ditandai oleh ciri - ciri sebagai berikut: 1) Tanah terbatas jumlahnya 2) Tenaga kerja meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat upah di atas atau di bawah tingkat upah minimum
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Akumulasi kapital terjadi apabila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik kapital berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diberlakukan bagi semua yang melakukan investasi 4) Berkembangnya teknologi dari waktu ke waktu 5) Sektor pertanian yang dominan Dengan
keterbatasan
tanah
maka pertumbuhan
penduduk
akan
menghasilkan produk marginal yang semakin menurun. Hal ini yang dinamakan hukum produk marginal yang semakin menurun atau The Law of Diminishing Return. Dimana selama penduduk yang bekerja pada tanah tersebut memilki jumlah upah di atas tingkat upah minimal, maka penduduk akan terus bertambah dan hal ini dapat menurunkan produk marginal tenaga kerja hingga selanjutnya menekan ke bawah tingkat upah kerja. Sebaliknya apabila tingkat upah ternyata mengalami penurunan hingga di bawah tingkat upah minimum maka jumlah penduduk akan menurun dan tingkat upah kembali mengalami kenaikan hingga batas minimum. The Law of Diminishing Return berbunyi: “apabila salah satu input tetap, sedangkan input – input lain ditambah penggunaannya maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap unit tambahan input variabel tersebut mula – mula menaik akan tetapi kemudian mengalami penurunan, apabila input tersebut terus ditambah” (Boediono, 1985: 18). 2.
Teori Modern a. Harrord – Domar commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teori Harrord – Domar merupakan perkembangan langsung dari teori makro Keynes jangka pendek yang menjadi satu dengan jangka panjang. Inti yang dikemukakan dari teori ini ialah aspek yang menyangkut peranan investasi dalam jangka panjang. Dalam teori Keynes dijelaskan bahwa investasi mempengaruhi permintaan agregat tetapi tidak mempengaruhi penawaran agregat. Sedangkan Harrord – Domar melihat kondisi ini dalam perspektif jangka panjang. Menurut Harrord – Domar, investasi akan mempengaruhi permintaan sekaligus penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas produksi. Laju pertumbuhan natural menurut pandangan Harrord – Domar secara sederhana ialah presentase pertumbuhan satuan tenaga kerja efisien per tahun, sebagai isyarat pertumbuhan seimbang maka output dan kapital harus juga tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sama. b. Solow – Swan Robert Solow dan Trevor Swan memiliki model pertumbuhan ekonomi yang sering disebut model pertumbuhan Neo Klasik. Model Solow dan Swan memusatkan analisisnya pada pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output yang saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi (Boediono, 1985: 81). Solow dan Swan menggunakan bentuk fungsi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Beberapa anggapan mengenai model Neo Klasik yaitu: 1) Tenaga kerja mengalami pertumbuhan dengan tingkat laju pertumbuhan tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
2) Adanya fungsi produksi yang berlaku bagi setiap periode 3) Adanya kecenderungan untuk menabung oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi tertentu dari output 4) Seluruh tabungan masyarakat diinvestasikan Dalam melihat keseimbangan jangka panjang, Solow mengatakan bahwa kondisi keseimbangan jangka panjang akan tercapai apabila kapital per kapita mencapai suatu tingkat yang stabil. Selain itu posisi keseimbangan jangka panjang laju pertumbuhan output juga bisa dilihat dari ciri bahwa output per kapita adalah konstan dan penduduk tumbuh sesuai dengan yang diasumsikan. Sedangkan mengenai stabilitas keseimbangan tersebut, Solow dan Swan meyakini bahwa apabila perekonomian dalam keadaan yang tidak stabil maka akan ada kekuatan – kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjang. Solow dan Swan juga melihat tingkat tabungan per kapita pada posisi keseimbangan adalah konstan. Apabila masyarakat tidak menabung, maka uangnya akan dikonsumsikan. Itulah sebabnya konsumsi per kapita juga dianggap konstan pada posisi keseimbangan jangka panjang. Terakhir berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masing – masing faktor produksi dimana output total akan habis terbagi antara pemilik kapital dengan pemilik faktor produksi (Boediono, 1985: 93) Solow (dalam Khaliq dan Noy, 2007) menyebutkan bahwa dalam neoklasik kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dapat diuraikan dari tingkat pertumbuhan input seperti teknologi, modal, tenaga kerja, aliran masuk FDI atau dengan memasukan variabel – variabel tambahan ke dalam persamaan seperti commit to user impor, ekspor dll. Findlay (dalam Khaliq dan Noy, 2007) mengembangkan model
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Solow dan berasumsi bahwa tingkat pertumbuhan difusi teknologi adalah fungsi peningkat FDI. Penambahan modal asing dapat meningkatkan modal dalam negeri. Mankiw, Romer and Weil (dalam Khaliq dan Noy, 2007) ikut memodifikasi model Solow dan berargumen bahwa dengan menghilangkan akumulasi modal manusia pada model Solow dapat menjadi penyebab biasnya estimasi dari koefisien simpanan dan pertumbuhan populasi. Mereka meyakini bahwa variasi pendapatan per kapita dalam setiap negara merupakan fungsi variasi dari tingkat simpanan, tingkat pertumbuhan populasi dan tingkat produktifitas tenaga kerja. II.3
Perekonomian Internasional Perekonomian dunia saat ini tidak dapat berjalan sendiri, masing –
masing negara memiliki sikap saling ketergantungan satu sama lain. Perekonomian terbuka merupakan suatu sistem perekonomian yang melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan negara - negara lain di dunia ini. Melakukan kegiatan perdagangan internasional merupakan kegiatan yang lazim dilakukan oleh berbagai negara. Namun kepentingan dalam melakukan kegiatan ekspor impor ini berbeda di setiap negara. Selain melakukan kerja sama dalam hal perdagangan, berbagai negara juga melakukan kerjasama dalam hal penanaman investasi atau yang disebut dengan penanaman investasi asing langsung (PMA) atau dalam bahasa asing disebut Foreign Direct Investment (FDI). Banyak negara yang menanamkan investasinya ke negara lain untuk memperoleh keuntungan lebih. Namun hal ini didasari oleh kondisi negara tujuan penerima investasi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
karena tentu saja ini akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi para investor. II.3.1
Globalisasi Globalisasi telah terjadi sejak beberapa abad lalu semenjak negara –
negara Eropa menjelajah ke berbagai belahan dunia dan melakukan penjajahan. Perkembangan ini telah meningkatkan perpindahan penduduk Eropa ke negara – negara terjajah, dan melakukan penanaman investasi asing di negara terjajah bahkan melakukan perdagangan luar negeri atas barang – barang yang berasal dari negara terjajah. Globalisasi dapat dikatakan sebagai ketergantungan antar negara dan warga negaranya. Globalisasi meliputi dimensi politik, sosial, budaya dan ekonomi. Dalam sektor ekonomi, globalisasi terfokus pada perdagangan internasional barang dan jasa, meningkatnya pergerakan lintas batas tenaga kerja, hingga meluasnya aliran keuangan internasional. Perkembangan yang terjadi hingga saat ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1.
Perkembangan politik dunia
2.
Peningkatan praktek perdagangan bebas
3.
Perkembangan perusahaan multinasional
4.
Perkembangan investasi portofolio
5.
Kemajuan teknologi Umumnya para ahli ekonomi mendukung pentingnya peranan globalisasi
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. Oleh sebab itu, usaha commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengurangan pajak impor dan pendorong pengaliran investasi sangat ditekankan. Namun
dalam
pelaksanaannya,
terdapat
kebaikan
dan
keburukan
atas
perkembangan globalisasi yang sangat pesat. Di bawah ini dijelaskan mengenai kebaikan dan keburukan tersebut menurut Sukirno (2004: 381). Kebaikan globalisasi diantaranya: 1.
Dapat meningkatkan produksi dunia.
2.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara.
3.
Meluaskan pasar untuk hasil produksi dalam negeri.
4.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik.
5.
Menyediakan dana tambahan untuk pelaksanaan pembangunan ekonomi. Sedangkan keburukan dari globalisasi diantaranya:
1.
Menghambat pertumbuhan sektor industri manufaktur.
2.
Memperburuk kondisi neraca pembayaran.
3.
Kondisi sektor keuangan yang semakin tidak stabil.
4.
Memperburuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
II.3.2
Investasi Asing Investasi ialah pengeluaran atau pembelanjaan atas penanaman modal
atau pengeluaran perusahaan untuk membeli barang – barang modal dan perlengkapan – perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan dalam memproduksi barang dan jasa di masa mendatang (Sukirno, 2004: 121). Investasi merupakan komponen utama kedua pebentuk pengeluaran agregat. Total investasi commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sosial melibatkan investasi asing, investasi pemerintah dan investasi tidak berwujud yang merupakan modal manusia dan peningkatan pengetahuan. Investasi merupakan salah satu unsur PDB yang paling sering mengalami perubahan ketika pengeluaran atas barang dan jasa turun selama masa resesi, Sebagian besar penurunan itu berasal dari pengeluaran investasi. Apabila seorang pengusaha mengeluarkan uangnya untuk membeli barang – barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan investasi. Dalam sebuah negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, terdapat tiga sumber utama modal asing yaitu pinjaman luar negeri (debt), penanaman modal asing langsung (Foreign Direct Investment), dan investasi portofolio. Penanaman modal asing langsung (FDI) merupakan investasi yang dilakukan oleh pihak swasta asing ke suatu negara (Setyowati dkk, 2008). Sedangkan menurut Krugman (1996: ) foreign direct investment (FDI) ialah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi perpindahan sumber daya, tapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Investasi ini bisa dalam bentuk cabang perusahaan multinasional, anak perusahaan multinasional, lisensi, joint venture atua lainnya. Dalam ilmu makro ekonomi, investasi memainkan dua peran penting yakni: 1.
Investasi merupakan komponen pembelanjaan yang besar dan memberikan pengaruh pada perubahan permintaan dan siklus bisnis. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Investasi mengarah pada akumulasi modal. Tambahan akan saham bangunan dan peralatan memberikan pengaruh terhadap peningkatan output potensial negara dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dalam membangun sebuah perekonomian harus dimiliki Social
Overhead Capital yaitu proyek – proyek raksasa yang diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, serta sarana umum lainnya. Dalam hal ini pihak pemerintah dan swasta mengeluarkan jumlah investasi yang sangat besar. Teori pertumbuhan endogenous yang ditemukan oleh Romer (dalam Khaliq dan Noy, 2007) menyebutkan bahwa teori teknologi berubah menjadi teori proses produksi. Teori pertumbuhan endogenous dibagi menjadi 2 hal penting yang menunjukan pengaruh investasi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertama, melalui mempengaruhi range produk yang tersedia. Kedua, melalui pengaruh pada modal pengetahuan yang dapat diperoleh dari penelitian dan pembangunan. Keynes meyakini bahwa jumlah investasi yang dilakukan oleh pengusaha salah satunya ditentukan oleh suku bunga. Suku bunga menjadi pertimbangan bagi para pengusaha untuk melakukan investasi. Tapi disamping itu Keynes mengakui bahwa terdapat faktor - faktor lain yang menentukan perilaku pengusaha dalam berinvestasi, yakni keadaan ekonomi saat ini dan masa mendatang, juga perkembangan teknologi yang kian meluas. Menurut Keynes, pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga pada waktu dicapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh karena itu perbelanjaan agregat dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
perekonomian jumlahnya lebih rendah dari produksi barang dan jasa pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Menurut Samuelson (2004: 138), faktor – faktor yang menentukan tingkat investasi di suatu perekonomian ialah sebagai berikut: 1.
Pendapatan (revenue) Investasi bergantung pada tingkat pendapatan (revenue) yang dihasilkan
oleh sebuah aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peneliti menemukan bahwa investasi sangat sensitif terhadap siklus bisnis, oleh karena itu apabila kondisi bisnis sedang mengalami ketidakstabilan maka investasi akan langsung terkena dampaknya sehingga bukan tidak mungkin tingkat investasi akan mengalami penurunan. 2.
Biaya Penentu selanjutnya yaitu biaya. Dalam menghitung biaya investasi atas
barang – barang yang bertahan lama (bertahun – tahun) akan lebih rumit dibandingkan dengan menghitung biaya komoditas. Hal ini disebabkan oleh suku bunga yang harus dibayarkan peminjam untuk mendanai modal dan pajak yang harus dibayarkan perusahaan atas pendapatan yang mereka terima. 3.
Ekspektasi Selain 2 hal di atas, investasi juga ditentukan oleh ekspektasi laba dan
kepercayaan bisnis. Investasi merupakan spekulasi terhadap pendapatan (revenue) di masa mendatang dari suatu investasi yang telah ditanamkan. Keputusan yang diambil dalam proses investasi merupakan keputusan yang berdasarkan ramalan – ramalan. Ramalan mengenai masa depan memiliki resiko yang besar, oleh karena commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
itu perlu berhati – hati dalam melakukan ramalan khususnya yang berkaitan dengan bisnis. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, dibutuhkan dana yang sangat besar dalam melaksanakan program pembangunan. Sumber pembiayaan dapat berasal dari dalam maupun luar negeri. FDI merupakan salah satu alternatif pembiayaan luar negeri yang dianggap potensial. FDI lebih penting dalam menjamin kelangsungan pembangunan dibandingkan dengan sumber yang lain (Panayotou, dalam Sarwedi, 2002). Perkembangan
zaman
yang
membawa
perkembangan
pada
perekonomian global sebagai dampak dari liberalisasi, privatisasi, inovasi dan teknologi, mendorong terjadinya pertumbuhan yang positif pada FDI di dunia. Feldstein (2000) meyakini bahwa sebagai salah satu jenis aliran modal bebas, FDI memiliki beberapa keunggulan. Pertama, aliran modal tersebut mengurangi resiko dari kepemilikan modal dengan melakukan diversifikasi melalui investasi. Kedua, integritas global pasar modal dapat memberikan spread yang baik dalam pembentukan corporate governance, accounting rules dan legalitas. Ketiga, mobilitas modal secara global membatasi pemerintah dalam menciptakan kebijakan yang salah. Dalam
usaha
untuk
mendorong
pertumbuhan
ekonomi
pada
perekonomian terbuka, maka diperlukan kondisi bisnis yang menarik bagi investor asing dan dalam negeri. Kebijakan diterapkan dengan tujuan mencapai tingkat tabungan dan investasi yang tinggi dalam sektor yang produktif dan untuk memastikan bahwa bisnis dilakukan dengan teknik yang tepat guna. Dalam commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai tujuan ini, maka dibutuhkan iklim makro ekonomi yang stabil, jaminan hak milik baik bagi investasi berwujud maupun hak intelektual, memberikan nilai tukar yang memungkinkan pihak investor memperoleh keuntungan, dan memelihara kestabilan politik serta perekonmian negara. Iklim makro ekonomi yang stabil memiliki arti bahwa pajak ada pada tingkat yang masuk akal dan dapat diprediksi, inflasi rendah sehingga para pemberi pinjaman tidak perlu khawatir inflasi akan menghabiskan investasi mereka. Menurut Nasir (2009), terdapat beberapa hal yang dapat ditransfer melalui kegitan penanaman modal asing langsung (FDI) dan menguntungkan bagi negara tujuan. Pertama, FDI dapat menguntungkan negara tujuan melalui transfer langsung teknologi. Kedua, perusahaan domestik di negara tujuan dapat mengambil pelajaran dari perusahaan FDI melalui efek demonstrasi. Ketiga, terdapat efek kompetisi dimana perusahaan domestik dapat meningkatkan efisiensi perusahaan mereka dalam berkompetisi dengan perusahaan FDI. Terakhir, efek lain dari FDI dapat terjadi melalui perpindahan tenaga kerja diantara perusahaan. Hal ini dapat terjadi pada pasar kompetisi sempurna dimana terdapat mobilitas sempurna tenaga kerja. II.3.3
Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan salah satu jalan bagi sebuah
negara dalam melakukan pembangunan ekonomi. Beberapa jenis barang yang dibutuhkan dalam pembangunan berasal dari luar negeri dan ini salah satu alasan mengapa sebuah negara harus melakukan impor. Dalam memenuhi faktor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
produksi yang dibutuhkan dalam pembangunan, pemerintah hanya memiliki 3 kemungkinan yakni: 1.
Melakukan lebih banyak ekspor untuk meningkatkan impor
2.
Membuat barang produksi dalam negeri untuk menggantikan barang – barang impor
3.
Memberlakukan transfer internasional dari satu negara ke negara lainnya untuk keperluan membayar barang impor Dengan adanya saling ketergantungan dan semakin terbukanya
perekonomian dunia, maka kegiatan perdagangan internasional menjadi semakin penting peranannya terhadap perekonomian sebuah negara. Perdagangan internasional sebagai suatu bentuk kegiatan dalam perekonomian memiliki peranan yang penting dalam usaha peningkatan pendapatan per kapita. Selain itu perdagangan internasional juga disebut sebagai suatu mekanisme dalam mewujudkan ketidakseragaman internasional. Melalui berbagai interaksi yang pada akhirnya meghasilkan kekuatan yang berbeda di tiap negaranya, baik dalam hal pembangunan maupun pendapatannya. Berikut ialah beberapa teori yang menjadi dasar dari pelaksanaan perdagangan internasional : 1.
Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo menyebutkan, meskipun suatu negara mengalami
kerugian absolut atau tidak mempunyai keunggulan absolut dalam memproduksi barang bila dibandingkan dengan negara lain, maka perdagangan internasional commit to user akan saling menguntungkan kedua belah pihak, asalkan negara tersebut masih
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki harga relatif lebih rendah dari negara lain. Negara yang dapat menghasilkan barang yang memiliki harga relatif lebih murah dari negara lain disebut memiliki keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif menurut David Ricardo ialah keunggulan yang dimiliki sebuah negara dari melakukan spesialisasi produksi terhadap suatu barang yang memiliki harga relatif lebih rendah dibandingkan negara lain. Asumsi mengenai teori Comparative Advantages menurut David Ricardo ialah sebagai berikut: a. Hanya ada 2 negara yang melakukan perdagangan internasional b. Hanya ada 2 barang yang diperdagangkan c. Masing – masing negara hanya memiliki 2 unit faktor produksi d. Skala produksi bersifat “constant return to scale”, dimana harga relatif barang – barang tersebut adalah sama pada berbagai kondisi produksi e. Berlaku teori nilai tenaga kerja, dimana nilai atau harga dari suatu barang adalah sama dengan atau dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja) tenaga kerja yang dipakai dalam memproduksi barang tersebut Syarat perdagangan agar menguntungkan kedua belah pihak ialah dengan menentukan kurs tukar perdagangan yang terletak diantara harga relatif masing – masing negara yang bersangkutan sebelum dilakukannya perdagangan. 2.
Teori Keunggulan Kompetitif
Inti dari teori ini ialah keunggulan suatu negara di dalam persaingan commit to user global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimiliki dan adanya
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proteksi atau bantuan fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya. Keunggulan kompetitif ini tidak hanya dimiliki oleh suatu negara, tapi juga dimiliki oleh perusahaan – perusahaan negara tersebut secara individu atau kelompok. Perbedaan lain antara keunggulan komparatif dengan keunggulan kompetitif ialah bahwa keunggulan kompetitif bersifat lebih dinamis dengan perubahan - perubahan misalnya teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001). Terdapat dua unsur penting dalam perdagangan internasional, pertama komponen pengeluaran akan ditambah dengan ekspor bersih yang dapat menambah permintaan agregat dan kedua perekonomian terbuka memiliki multiplier yang berbeda karena sebagian besar pengeluaran akan mengalir ke seluruh dunia. Perdagangan internasional memerikan pengaruh terhadap PDB dengan cara yang sama dengan investasi atau pengeluaran pemerintah. Apabila ekspor bersih mengalami peningkatan, maka akan ada kenaikan permintaan agregat untuk output domestik. Oleh karena itu ekspor bersih memiliki efek multiplier terhadap output, namun mulitiplier output perekonomian terbuka cenderung lebih kecil dibandingkan multiplier output pada perekonomian tertutup karena adanya kebocoran pengeluaran untuk impor. Perhitungan multiplier pada perekonomian terbuka ialah seperti di bawah ini:
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana, MPS merupakan marginal propensity to save (kecendrungan marjinal untuk menabung) dan MPm merupakan marginal propensity to import (kecendrungan
marjinal
untuk
impor).
Dalam
perekonomian
tertutup,
kecendrungan untuk impor dianggap = 0. Sistem
perdagangan
terbuka
dapat
mendorong
persaingan
dan
penggunaan teknologi yang lebih tepat. Kebijakan perdagangan dibutuhkan untuk menjaga agar tarif dan hambatan dalam perdagangan rendah, sehingga negara dapat memastikan bahwa perusahaan – perusahaan dalam negeri akan terdorong untuk melakukan kompetisi karena perusahaan asing diijinkan untuk memasuki pasar dalam negeri ketika para produsen domestik menjual barangnya pada harga yang tinggi atau memonopoli suatu sektor tertentu. II.4
Inflasi Dalam sebuah perekonomian, harga akan terus berubah seiring dengan
perubahan yang terjadi di pasar. Ketika harga mengalami peningkatan, maka peningkatan tersebut dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar atau mungkin saja tidak. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara keseluruhan. Sedangkan deflasi ialah penurunan tingkat harga secara keseluruhan. Dalam menghitung tingkat harga keseluruhan,dapat digunakan beberapa jenis angka indeks diantaranya GDP deflator, indeks harga konsumen (IHK) dan indeks harga produsen (IHP). Indeks harga juga dapat digunakan untuk menghitung inflasi. Diantara ketiga angka indeks tersebut, yang paling sering digunakan ialah IHK dan IHP. IHK dihitung tiap bulannya oleh biro statistik dengan menggunakan kelompok yang mewakili “keranjang pasar” yang dibeli tiap commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulannya oleh konsumen. Sedangkan IHP ialah ukuran harga yang diterima produsen untuk produk pada semua tahap proses produksi. Faktor - faktor yang menjadi penyebab inflasi diantaranya ialah tingkat pengeluaran agregat yang melebihi kemampuan perusahaan dalam memproduksi barang dan jasa, serta tuntutan akan kenaikan upah para pekerja. Selain dari faktor tersebut, inflasi juga dapat disebabkan oleh kenaikan harga barang impor, jumlah uang beredar yang melebihi jumlah produksi dan penawaran barang serta kekacauan situasi politik dan ekonomi sebagai akibat dari pemerintahan yang kurang bertanggungjawab. Inflasi memiliki dampak yang buruk terhadap perekonomian seperti halnya pengangguran karena inflasi dapat menurunkan tingkat kemakmuran masyarakat. Inflasi yang cenderung lebih tinggi dari perkiraan akan menguntungkan pihak debitur, sedangkan inflasi yang cenderung lebih rendah dari perkiraan akan menguntungkan pihak kreditur. Inflasi terdiri dari inflasi demand-pull yang artinya inflasi yang diawali oleh peningkatan permintaan agregat dan inflasi cost-push yang artinya inflasi yang disebabkan oleh peningkatan biaya. Peningkatan biaya produksi dapat menyebabkan terjadinya stagflasi dalam sebuah perekonomian dimana jumlah output turun pada saat bersamaan dengan kenaikan harga. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghindari hilangnya output yang disebabkan oleh goncangan biaya ialah dengan cara menaikkan tingkat harga lebih tinggi dari apa yang terjadi tanpa tindakan kebijakan. Sama seperti halnya penyakit, inflasi merupakan penyakit dalam perekonomian yang memiliki tingkat keparahan. Urutan dari tingkatan tersebut yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
43 digilib.uns.ac.id
Inflasi rendah Inflasi rendah merupakan kenaikan harga secara perlahan dan dapat
diramalkan. Inflasi pada tingkat ini hanya memiliki satu digit angka. Umunya pada perekonomian yang mengalami inflasi rendah, masyarakat masih percaya bahwa harga – harga pada barnag dan jasa tidak akan terlalu jauh keluar garis batas normal. 2.
Inflasi melambung Inflasi melambung memiliki dua digit angka. Ketika inflasi melambung
secara terus – menerus, maka dapat terjadi distorsi ekonomi. Dalam kondisi seperti ini maka nilai uang terus tergerus sehingga masyarakat hanya memiliki sejumlah uang untuk kebutuhan sehari – hari. Selain itu kegiatan di pasar modal juga memburuk akibat modal yang banyak terbang keluar negeri. 3.
Hiperinflasi Hiperinflasi memiliki tiga digit angka. Inflasi jenis ini akan sangat
merusak tatanan perekonomian, harga – hraga terus meningkat hingga jutaan bahkan milyaran rupiah. Inflasi mungkin saja terjadi karena sistem. Hal ini terjadi apabila harga meningkat dan menyebabkan biaya produksi semakin meningkat sehingga terjadi kenaikan harga atas barang – barang yang diproduksi. Namun masyarakat membentuk ekspektasi mereka atas dasar perilaku penetapan harga sebelumnya. Hal ini tentu akan membuat perusahaan terus meningkatkan harga barang – barang yang diproduksinya, sehingga permintaan kemudian menurun. Ketika ahli ekonomi tidak sependapat dengan target inflasi yang sesungguhnya, maka sebagian dari ahli ekonomi tersebut mengatakan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
inflasi atau kenaikan harga merupakan angin segar bagi perekonomian. Inflasi rendah yang dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, bertolak belakang dengan inflasi melambung atau hiperinflasi yang dapat menimbulkan permasalahan serius pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, meskipun biaya inflasi terlihat sederhana, Bank Sentral tidak akan mentolenransi tingkat inflasi yang tinggi. Hal inilah yang menjadi latar belakang dibuatnya target atau standar tingakt inflasi yang berguna untuk mengekang inflasi dan memperlambat pertumbuhan output dan menaikan pengangguran (Samuelson, 2004: 390). II.5
Studi Empirik Sebelumnya Jayachandran dan Seilan (2010) melakukan studi mengenai hubungan
antara perdagangan, investasi asing langsung (FDI) dan pertumbuhan ekonomi di India dalam periode 1970 – 2007. Dalam literatur dijelaskan mengenai hubungan positif antara perdagangan, investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi dapat menstimulasi aliran masuk investasi asing langsung. Begitu juga sebaliknya, perdagangan dan investasi asing langsung juga dapat menstimulasi majunya pertumbuhan ekonomi. Studi ini menggunakan uji kointegrasi dalam melihat hubungan jangka panjangnya dan kausal Granger dalam melihat hubungan yang terjadi di antara ketiga variabel tersebut. Hasil kontegrasi menunjukan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang. Sedangkan hasil dari analisis kausalitas Granger menunjukan bahwa arah hubungan kausal terjadi dari ekspor ke tingkat pertumbuhan dan tidak ada hubungan kausal dari investasi asing langsung ke ekspor. Arah hubungan kausal commit to user terjadi dari ekspor ke tingkat pertumbuhan dan tidak hubungan kausal dari tingkat
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertumbuhan ke ekspor, dan arah hubungan kausal dari investasi asing langsung ke tingkat pertumbuhan dan tidak ada hubungan kausal dari tingkat pertumbuhan ke penanaman modal asing. Dengan kata lain, investasi asing langsung dan ekspor merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Tapi bagaimanapun tinggi atau rendahnya pertumbuhan ekonomi tidak memiliki efek terhadap investasi asing langsung dan ekspor di India. Pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi asing langsung memiliki hubungan yang saling menguatkan dibawah kebijakan pintu terbuka. Nasir (2009) menganalisis peran investasi asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data time series tahun 1971 – 2005. Kerangka ekonometrik yang digunakan dalam analisis ini ialah kointegrasi dan error correction model (ECM). Hasil regresi menunjukan bahwa investasi asing langsung memiliki kointegrasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode waktu penelitian. Meskipun demikian, hubungan jangka panjang diketahui tidak signifikan menurut hasil variasi dari aliran investasi asing ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh tidak pastinya trend aliran masuk investasi asing langusng di Indonesia. Terkait dengan aliran masuk investasi asing langsung di Indonesia, pemerintah dapat mempengaruhi investasi asing langsung melalui kebijakan moneter dan perdaangan. Di sisi lain, beberapa variabel kontrol menunjukan hubungan jangka panjang yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Aliran investasi asing yang berfluktuasi akan memberikan dampak pada kinerja perekonomian, kondisi politik dan regulasi investasi di sebuah negara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Kustituanto (1999) melakukan penelitian mengenai peranan penanaman modal asing langsung (PMA) terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan mengunakan pendekatan error correction model (ECM). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa investasi asing langsung (FDI) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh kecilnya pasar domestik sehingga rate of return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil dan teknologi. Wijeweera (2010) melakukan analisis stochastic frontier mengenai pertumbuhan ekonomi dan aliran masuk FDI. Penelitian ini meliputi 45 negara dengan periode 1997 – 2004. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa aliran masuk FDI memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi hanya karena peningkatan ketrampilan tenaga kerja, bukan berdasarkan peningkatan efisiensi. Sedangkan perdagangan terbuka atau internasional dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam hal peningkatan efisiensi. Negara miskin dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan mengambil langkah – langkah seperti melakukan pemabatasan pada tingkat korupsinya, meningkatkan pendidikannya, dan mendorong perkembangan FDI. Magnus dan Fosu (2008) melakukan analisis kausalitas bivariat antara aliran masuk FDI dan pertumbuhan ekonomi di Ghana. Hubungan kausalitas antara FDI dan PDB yang dianalisis dalam penelitian ini merupakan periode sebelum dan sesudah Structure Adjusment Programme (SAP) yaitu reformasi kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Ghana. Penelitian ini juga menjelaskan commit to user arah hubungan antara dua variabel berdasarkan uji non-kausalitas Granger. Data
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang digunakan merupakan data time series dari 1970 – 2002. Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada hubungan sebab akibat diantara FDI dan pertumbuhan ekonomi pada total periode sampel sebelum dan sesudah periode SAP. Namun pada periode setelah SAP, berdasarkan analisis granger terbukti bahwa FDI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Khaliq dan Noy (2007) menganalisis investasi asing langsung dan pertumbuhan ekonomi sebagai bukti empiris dari data sektoral di Indonesia. Penelitian ini menginvestigasi dampak investasi asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia menggunakan data sektoral pada periode 1997 – 2006. Pada level agregat investasi asing langsung memiliki dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika menguji perbadaan dampak antar sektor, hasil estimasi menunjukan bahwa komposisi masalah pada investasi asing langsung memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada level agregat, investasi asing langsung memiliki hubungan positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pada sektor utama, investasi asing langsung memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil ini mendukung pernyataan bahwa investasi asing ekstraktif tidak mendorong pertumbuhan pemerintah
ekonomi. untuk
lebih
Banyak
penelitian
memperhatikan
yang formula
mungkin kebijakan
menyarankan yang
akan
memaksimalkan keuntungan aliran masuk investasi asing langsung. Miankhel dkk (2009) melakukan analisis VAR multivariat mengenai FDI, ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Asia Selatan dan negara berkembang terpilih. Penelitian ini mengadopsi kerangka time series dari Vector Error commit to user Correction Models (VECM) untuk melihat hubungan dinamis antara ekspor, FDI
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan PDB untuk 6 negara berkembang (Chile, India, Mexico, Malaysia, Pakistan dan Thailand).
Masing – masing negara memiliki level pertumbuhan yang
berbeda sehingga kita dapat mengidentifikasi dampak dari ekspor dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di setiap level yang berbeda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa di Asia Selatan terdapat bukti bahwa sesuai dengan hipotesis ekspor menentukan pertumbuhan. Dalam jangka panjang, diidentifikasikan bahwa pertumbuhan PDB sebagai faktor umum yang menentukan peningkatan variabel lainnya seperti ekspor dalam kasus Pakistan dan FDI dalam kasus India. Pada negara – negara Amerika Latin seperti Mexico dan Chile diketahui bahwa terdapat perbedaan hubungan jangka pendek tetapi dalam jangka panjang ekspo rmempengaruhi pertumbuhan FDI dan output. Sedangkan untuk negara – negara Asian Timur diketahui terdapat hubungan kausal langsung dan tidak langsung diantara pertumbuhan ekonomi dan FDI di Thailand, dimana untuk Malaysia tidak ditemukan hubungan diantara kedua variabel tersebut. Cetinkaya dan Erdogan (2010) melakukan penelitian mengenai hubungan antara PDB, Impor, dan Ekspor dalam kasus Turki dengan menggunakan metode analisis VAR. Analisis ini menggunakan data PDB, ekspor dan impor Turki periode Januari 2002 – Maret 2010. Ketika ketiga data tersebut telah dklasifikasi, terlihat penurunan pada bulan Oktober 2008 yang merupakan dampak dari terjadinya
krisis keuangan global. Selama krisis, nilai proporsional impor
menurun lebih cepat dibandingkan dengan nilai ekspornya. Langkah analisisnya terdiri dari pengujian akar unit, kausalitas granger dan analisis VAR. Dalam pengujian kausalitas granger, ditentukan bahwa impor adalah alasan dari PDB dan PDB adalah alasan dari ekspor. Disini juga ditentukan bahwa terdapat hubungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
kausalitas mutual diantara ekspor dan impor. Hasil dari analisis ini menunjukan bahwa impor penting bagi pertumbuhan dan peningkatan volume ekspor akan meningkatkan pertumbuhan sebuah negara. Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa perubahan yang terjadi pada PDB, ekspor dan impor selalu terjadi pada periode yang sama meskipun proporsi perubahannya berbeda. Lee (2010) menganalisis interaksi dinamis jangka pendek dan jangka panjang antara ekspor, impor dan pendapatan di Pakistan menggunakan Granger Causality. Melalui analisis ini dapat ditemukan bukti pendukung hipotesis yang menjelaskan hubungan timbal balik antara ekspor dengan pertumbuhan ekonomi dan juga impor dengan pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya tidak ditemukan bukti pendukung hipotesis yang menjelaskan hubungan jangka panjang antara ekspor maupun impor dengan pertunbuhan ekonomi. Secara statistik ekspor memiliki pengaruh positif signifikan terhadap impor dalam jangka panjang. Namun koefisien jangka panjang PDB tidak signifikan secara statistik, hal ini menunjukan bahwa PDB tidak mempengaruhi impor dalam jangka panjang. Studi ini menjelaskan bahwa terdapat hubungan langsung jangka pendek diantara PDB dan ekspor. Awalnya ekspor memberikan pengaruh terhadap impor dan impor mempengaruhi pendapatan. Secara umum studi ini meyakinkan bahwa ekspor dan impor memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, melihat ekspor dan impor memiliki hubungan langsung dan tidak langsung terhadap pendapatan Pakistan. Gylfason (1998) melakukan analisis mengenai ekspor, inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data cross section yang commit to user meliputi 160 negara pada periode tahun 1985 – 1994. Hasil dari analisis ini
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyatakan bahwa pada periode 1985 – 1994 tingkat inflasi yang tinggi dan melimpahnya sumber daya alam mengakibatkan ekspor dan pertumbuhan yang rendah. Menurut teori ekonomi dan pendapat ahli, seperti yang telah diketahui bahwa ekspor, investasi dan pendidikan adalah sumber potensial yang penting dalam pertumbuhan ekonomi (World Bank, dalam Gylfason, 1994). Meskipun demikian, negara - negara kecil umumnya mengekspor lebih output mereka dibandingkan dengan negara – negara besar tanpa perlu tumbuh dengan cepat, cateris paribus. Gokal dan Hanif (2004) melakukan analisis mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan teori ekonomi klasik mengenai teori sisi penawaran. Dimana menekankan pentingnya dorongan untuk menabung dan berinvestasi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Teori Keynessian memiliki kerangka AD-AS, model yang lebih luas menjelaskan hubungan antara inflasi dan pertumbuhan. Dalam kasus di Fiji, dilakukan
pendekatan
regresi
analog
untuk
mengidentifikasi
variabel
makroekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan. Penelitian ini menjelaskan bahwa terjadi hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan teori dan literatur empiris. Selain menjelaskan mengenai hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi, penelitian ini juga menjelaskan untungnya menjaga stabilitas harga. Dalam menanggulangi masalah inflasi, dibutuhkan konsistensi dalam menjaga kebijakan moneter dengan tingkat inflasi rendah dan ekspektasi inflasi. Iqbal dan Nawaz (2009) melakukan penelitian mengenai dampak inflasi commit to user terhadap pertumbuhan ekonomi dan hubungan non linier antara inflasi dan
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
investasi di Pakistan. Penelitian ini menggunakan data time series periode 1961 – 2008. Inflasi dibagi menjadi 2 batas yakni 6% dan 11%. Inflasi dengan batas pertama (6%) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Inflasi dengan batas 6% - 11% atau diantara kedua batas yang telah ditentukan berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Terkahir inflasi dengan batas kedua (11%) berpengarh negatif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam melihat hubungan non linier antara inflasi dan investasi, digunakan batas inflasi 7%. Hasil analisis menunjukan tingkat inflasi di bawah 7% memiliki pengaruh positif tapi tidak signifikan, sementara dengan tingkat inflasi di atas 7% diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap investasi. Penemuan tersebut menyediakan beberapa saran mengenai kebijakan yang harus diambil, salah satunya yaitu dengan menjaga nilai inflasi untuk tetap di bawah 6% dan Bank Sentral diharuskan fokus pada kebijakan tersebut sehingga tercipta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kogid dkk (2010) melakukan analisis mengenai faktor determinan dari pertumbuhan ekonomi di Malaysia dengan menggunakan kointegrasi multivariat dan analisis kausalitas. Penelitian ini menganalisis faktor – faktor yang menstimulasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Faktor determinan yang dimaksut yaitu pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, ekspor, nilai tukar, dan penanaman modal asing langsung di Malaysia tahun 1970 sampai dengan 2007. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa penelitian ini menggunakan analisis kointegrasi dan pendekatan kausalitas oleh Johansen dan ECM untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor determinan yang telah disebutkan di atas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
kointegrasi jangka panjang dan hubungan sebab akibat jangka pendek antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor determinan. Berdasarkan tes individual hanya pengeluaran konsumsi dan ekspor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sedangkan faktor determinan lainnya tidak memiliki pengaruh yang besar. Studi ini menekankan bahwa pengeluaran konsumsi dan ekspor berperan penting sebagai faktor determinan bagi pertumbuhan ekonomi di Malaysia. II.6
Hubungan antar Variabel
II.6.1
FDI terhadap Perekonomian Investasi riil dapat dibedakan menjadi 2 yaitu investasi bruto dan
investasi netto, investasi pemerintah dan investasi swasta serta investasi domestik dan investasi asing. Pengaruh investasi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi merupakan aspek penting bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia. Foreign Direct Investment (FDI) dinilai merupakan cara yang lebih efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Melalui FDI modal asing dapat memberikan peranannya terhadap pembangunan nasional. Oleh sebab itu, negara berkembang seperti Indonesia berusaha memberikan insentif kepada para investor asing yang masuk dalam bentuk FDI. Di sisi lain, negara investor juga memberikan insentif kepada sektor swasta berupa insentif pajak, jaminan dan asuransi atas investasi untuk mendorong FDI ke negara – negara berkembang. Melalui kegiatan investasi, masyarakat dimungkinkan untuk dapat terus meningkatkan kegiatan ekonominya melalui penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf hidup commit to user ialah sebagai berikut: masyarakat. Aspek penting pengadaan investasi
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional yang diikuti dengan penambahan kesempatan kerja
2.
Pertambahan barang modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses produksi di masa mendatang
3.
Investasi selalu diikuti dengan perkembangan teknologi Hal – hal tersebutlah yang kemudian dapat meningkatkan kegiatan
ekonomi melalui peningkatan produksi sehingga pendapatan per kapita pun akan mengalami peningkatan (Sukirno, 2004: 121). Hubungan FDI dan pertumbuhan jelas diidentifikasi pada model pertumbuhan neoklasik. Model pertumbuhan neoklasik menganggap bahwa kemajuan teknologi dan tenaga kerja adalah eksogen dan berargumen bahwa FDI meningkatkan tingkat pendapatan hanya pada jangka pendek. Pertumbuhan jangka panjang hanya dapat ditingkatkan melalui teknologi dan pertumbuhan populasi (Solow, dalam Miankhel dkk, 2009). II.6.2
Inflasi terhadap Perekonomian Seperti yang terjadi pada negara - negara berkembang lainnya, inflasi di
Indonesia merupakan salah satu dari berbagai penyakit ekonomi makro yang sangat
meresahkan.
Pada
umunya
pemerintah
Indonesia
lebih
sering
menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk meredam inflasi. Namun perlu diingat bahwa instrumen moneter lebih banyak dipakai untuk jangka pendek. Jadi apabila instrumen ini terus digunakan di negara berkembang, maka dapat diperkirakan bahwa pendekatan ini tidak akan mampu mengatasi masalah inflasi yang notabennya bersifat jangka panjang. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi juga merupakan hambatan struktural dalam perekonomian di Indonesia yang belum sepenuhnya dapat diatasi. Apabila mau menghilangkan hambatan struktural tersebut, maka mau tidak mau pemerintah harus memberikan perhatiannya terhadap pembangunan ekonomi khususnya di sektor riil. Dengan melakukan pembenahan di sektor riil secara tepat, maka kekuatan fundamental perekonomian Indonesia dapat diperkokoh. Inflasi yang tinggi merupakan gejala dari permasalahan pengaturan ekonomi, ketidaksempurnaan institusi, dan faktor lainnya yang bersama – sama memperburuk keadaan ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi bisa memperlambat ekspor dan pertumbuhan melalui satu atau banyak hal (Gylfason, 1998). II.6.3
Ekspor terhadap perekonomian Perdagangan internasional memungkinkan negara – negara bergerak
melebihi keterbatasan sumber daya dan kendala atas produksi yang sebelumnya terjadi. Ketika negara – negara melakukan spesialisasi dan memproduksi barang yang
memiliki
keunggulan
komparatif,
maka
negara
tersebut
dapat
memaksimalkan kombinasi output mereka dan mengalokasikan sumber daya mereka secara lebih efisien. Fungsi penting dari kegiatan ekspor ialah untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan nasional yang pada akhirnya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, maka tingkat kemiskinan dapat diatasi secara perlahan dan pembangunan ekonomi commit dapat terus ditingkatkan (Jhingan, 1996:to).user Ekspor yang lebih besar dari impor
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan meningkatkan pendapatan negara, sebaliknya apabila ekspor lebih kecil dari impor maka pendapatan negara akan berkurang. Itulah gambaran dari hubungan positif negatif ekspor terhadap perekonomian secara umum. Ekspor akan mendorong pertumbuhan suatu negara dengan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara dan meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber daya yang langka dan pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa adanya produk – produk tersebut, maka negara – negara miskin tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Peningkatan ekspor menyebabkan peningkatan pada jumlah faktor produksi karena terjadi increasing return to scale dimana kenaikan output lebih besar daripada kenaikan input yang menyebabkan tingkat return to scale meningkat, hal ini disebabkan karena peningkatan ekspor menunjukan bahwa perusahaan melayani pasar asing yang lebih besar (Makki dan Somwaru, dalam Miankhel, 2004). II.7
Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai perekonomian Indonesia secara
umum beserta permasalahannya baik yang berasal dari sektor internal maupun sektor eksternal. Dimana permasalahan tersebut akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Indikator ekonomi yang difokuskan untuk dianalisis dalam penelitian ini ialah mengenai pengaruh inflasi, ekspor dan penanaman modal asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi
Investasi Asing Langsung
Ekspor
GDP
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
II.8
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran serta uraian dan tujuan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1.
Diduga investasi asing langsung (FDI) berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia periode tahun 1981 - 2010.
2.
Diduga inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia periode tahun 1981 – 2010.
3.
Diduga ekspor berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia periode tahun 1981 – 2010.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN III.1
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini ialah ekonomi makro terbuka, dimana yang
menjadi pembahasan merupakan permasalahan ekonomi yang tidak hanya berasal dari dalam negeri namun juga dari pihak asing atau luar negeri. Penelitian ini menganalisis seberapa besar pengaruh investasi asing langsung (FDI), inflasi dan ekspor terhadap perekonomian di Indonesia. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data sekunder runtut waktu (time series) tahunan periode tahun 1981 – 2010. III.2
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang bersifat runtut waktu (time series). Objek yang dibahas dalam penelitian ini ialah Indonesia dimana indikator ekonomi yang diangkat menjadi variabel yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi, ekspor dan perekonomian Indonesia yang ditunjukan dengan PDB. Data tahunan dari periode 1981 - 2010 tersebut didapat dari berbagai sumber. Adapun sumber dari data – data tersebut tersaji di bawah ini: Tabel 3.1 Data dan Sumbernya No Data
Sumber
1
Perekonomian Indonesia (PDB)
World Bank
2
Investasi Asing Langsung (FDI)
World Bank
3
Inflasi (INF)
IMF
4
Ekspor (X)
commit to user
World Bank
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.3
Definisi Operasional Variabel
III.3.1 Perekonomian Indonesia Perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari jumlah produk domestik bruto (PDB) atau dalam bahasa asing disebut gross domestic product (GDP). PDB yang digunakan merupakan PDB menurut harga konstan dengan tahun dasar 2000. Pengertian dari PDB menurut harga konstan itu sendiri ialah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh sebuah negara dan dihitung berdasarkan tahun dasar tertentu. Data disajikan dalam satuan US$. Hal ini menunjukan bahwa data telah dikonversikan dari mata uang dalam negeri menggunakan exchange rates pada tahun yang sama dengan berlakunya nilai PDB tersebut. Rumus yang digunakan untuk menghitung PDB dengan menggunakan pendekatan pengeluaran ialah sebagai berikut: PDB = C + I + G+ (X – M) Dimana : PDB
= nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara
C
= pengeluaran rumah tangga
I
= investasi
G
= pengeluaran pemerintah
X
= ekspor
I
= impor
commit to user
(3.1)
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III.3.2 Inflasi Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus. Dalam penelitian ini data yang digunakan sebagai variabel inflasi yaitu indeks harga konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2000 sebagai acuannya. Indikator yang sering digunakan untuk menghitung inflasi yaitu indeks harga konsumen (IHK). Dimana perubahan indeks harga konsumen (IHK) dari waktu ke waktu mengambarkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Rumus menghitung inflasi menggunakan IHK ialah sebagai berikut:
(3.2) Dimana: IHKt = Indeks Harga Konsumen pada tahun t IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun t-1 III.3.3 Investasi Asing Langsung (FDI) Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut sebagian pengamat, FDI ini merupakan sumber pembiayaan luar negeri yang paling potensial. FDI adalah aliran masuk bersih investasi asing di sebuah perusahaan yang beroperasi dalam perekonomian sebuah negara. Data FDI yang digunakan pada penelitian ini merupakan data tahunan dengan satuan US$.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
III.3.4 Ekspor Ekspor dapat diartikan menjual barang produksi dalam negeri di pasar internasional. Kegiatan ini dapat menghasilkan pendapatan bagi negara pengekspor. Pendapatan tersebut merupakan salah satu indikator ekonomi yang dapat meningkatkan PDB negara pengekspor tersebut. Ekspor bisa bersifat positif maupun negatif. Apabila nilai ekspor lebih besar daripada impor maka ekspor bersifat positif. Sebaliknya apabila nilai ekspor lebih kecil daripada impor maka ekspor bersifat negatif. Nilai ekspor inilah yang mempengaruhi kondisi neraca perdagangan. Data ekspor yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan dengan satuan US$. III.4
Metode Analsis Data
III.4.1 Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris Pemilihan fungsi model empiris dibutuhkan dalam sebuah penelitian karena teori ekonomi tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana sebaiknya fungsi model empiris yang digunakan. Bentuk fungsi model empiris terdiri dari bentuk linier, log linier atau bentuk lainnya. Meskipun bentuk log linier dianggap lebih dapat mengurangi tingkat variasi data yang akan digunakan, namun uji pemilihan fungsi model empiris tetap harus dilakukan agar model yang dipilih sesuai dengan jenis penelitian yang sedang dikerjakan. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat digunakan dalam pengujian model, diantaranya Box Cox, metode yang dikembangkan oleh MacKinnon, White dan Davidson atau yang lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan commit to user McAleer atau yang biasa disebut dengan B-M test dan metode yang
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dikembangkan oleh Zarembka pada tahun 1968 (Rahayu, 2007: 80). Pada penelitian ini akan digunakan MacKinnon, White dan Davidson atau MWD test untuk memilih fungsi model empiris yang paling tepat. Dalam penggunaan MWD test, langkah awal yang harus dikerjakan yaitu dengan membuat dua model regresi seperti berikut: 1.
ECM linier berganda DPDBt = β0 + β1 DFDIt + β2 DINFt + β3 DXt +β4 et
(3.3)
Dimana:
2.
DPDB
= PDBt – PDBt-1
DFDI
= FDIt – FDIt-1
DINF
= INFt – INFt-1
DX
= Xt – Xt-1
et
= error term
ECM log linier DLPDBt = β0 + β1 DLFDIt + β2 DINFt + β3 DLXt +β4 et
(3.4)
Dimana: DLPDB
= LPDBt – LPDBt-1
DLFDI
= LFDIt – LFDIt-1
DINF
= INFt – INFt-1
DLX
= LXt – LXt-1
et
= error term
Dari persamaan (3.3) dan (3.4) tersebut kemudian mulai dilakukan pengujian model melalui langkah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
62 digilib.uns.ac.id
Meregresi persamaan (3.3) kemudian didapat nilai fitted dari PDB yang diberinama PDBF.
2.
Meregresi persamaan (3.4) kemudian didapat nilai fitted dari LPDB yang diberinama LPDBF.
3.
Kemudian mencari nili Z1 dengan mengurangkan nilai log dari PDBF dengan LPDBF.
4.
Kemudian mencari nilai Z2 dengan mengurangkan nilai antilog LPDBF dengan PDBF.
5.
Meregresi persamaan (3.3) yang telah ditambahkan variabel Z1 sebagai variabel penjelas. DPDBt = β0 + β1 DFDIt + β2 DINFt + β3 DXt +β4 et +Z1
(3.5)
Apabila Z1 signifikan secara statistik, maka H0 (model linier) ditolak. Sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik, maka H0 (model linier) diterima. 6.
Meregresi persamaan (3.4) yang telah ditambahkan variabel Z2 sebagai variabel penjelas. DLPDBt = β0 + β1 DLFDIt + β2 DINFt + β3 DLXt +β4 et + Z2
(3.6)
Apabila Z2 signifikan secara statistik, maka Ha (model log-linier) ditolak. Sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik, maka Ha (model log-linier) diterima. III.4.2 Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan uji awal terhadap variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian. Uji ini dilakukan untuk melihat stasioner atau commit to user tidaknya variabel – variabel yang digunakan di dalam model. Sebuah variabel
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
dikatakan stasioner apabila nilai hitung mutlaknya lebih besar dari nilai kritis mutlaknya. Uji stasioneritas meliputi 2 bagian pengujian, yang pertama ialah uji akar unit (unit root test). Uji ini dilakukan pada setiap variabel secara individual pada ordo 0 atau tingkat level. Pengujian yang kedua yaitu uji derajat integrasi (integration test). Uji ini dilakukan pada setiap variabel secara individual dimulai pada ordo 1 atau tingkat 1st difference. Apabila variabel telah stasioner pada ordo 1 atau tingkat 1st difference, maka dapat diketahui derajat integrasinya berada pada ordo 1 atau tingkat 1st difference. Namun apabila variabel belum stasioner pada ordo 1 atau tingkat 1st difference, maka pengujian terus dilakukan pada tingkat selanjutnya sampai variabel tersebut stasioner. III.4.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) Salah satu yang menjadi karakteristik dari data time series untuk variabel – variabel ekonomi umumnya memiliki tren atau bersifat tidak stasioner karena nilai rata – ratanya yang cenderung berubah. Regresi yang menggunakan data tidak stasioner pada umumnya akan menghasilkan regresi yang lancung (spurious regression) ditandai dengan nilai t-statistik dan koefisien determinasi (R-squares) yang tinggi tetapi nilai dw-nya rendah (di bawah 0,5). Dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka hasil yang didapatkan bukan lagi distribusi yang kita kenal (t dan F). Dengan demikian tidak dapat dilakukan metode klasik seperti biasa. Oleh karena itu sangat dibutuhkan data yang stasioner demi menunjang keabsahan secara statistik variabel – variabel yang akan dianalisis. Pengujian ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner (non-stochastic) atau tidak stasioner (memiliki stochastic commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
trend). Jika diketahui stasioner maka tidak ada akar – akar unit, sebaliknya jika diketahui tidak stasioner maka ada akar – akar unit. Secara statistik, sebuah data time series dikatakan stasioner apabila memiliki rata – rata, varian dan kovarian dari seluruh variabel tersebut tidak dipengaruhi oleh waktu. Dalam menguji akar – akar unit dapat dilakukan dengan menggunakan metode uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Dalam uji akar unit yang menggunakan pendekatan Dickey-Fuller (DF) maka disarankan untuk melakukan regresi berikut ini: (3.7) (3.8) (3.9)
Dengan menambahkan variabel
sebagai variabel
penjelas (independen) pada persamaan (3.7), (3.8) dan (3.9) maka diperoleh pengujian di atas dengan menggunakan pendekatan Augmented Dickey-Fuller (ADF) sehingga menjadi: (3.10) (3.11)
(3.12) Dimana: = variabel yang diamati
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= tren = jumlah lag optimal yang bisa menggunkan kriteria SIC (Schwarz Information Criteria) = error term. Nilai t-statistik dari koefisien
dikenal sebagai
(tau test) dari
ADF-test. Nilai ini yang kemudian di bandingkan dengan nilai absolut ADF-tabel. Jika lebih besar maka signifikan atau dapat diartikan bahwa tidak terdapat akar – akar unit (stasioner), sebaliknya jika lebih lebih kecil maka tidak signifikan atau dapat diartikan bahwa terdapat akar –akar unit (tidak stasioner). III.4.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) Uji derajat integrasi (integration test) dilakukan untuk
melihat pada
derajat ke berapa variabel yang digunakan dalam penelitian akan stasioner. Pengujian ini merupakan kelanjutan dari pengujian sebelumnya yaitu uji akar unit (unit root test). Apabila diketahui bahwa variabel yang diamati belum stasioner pada pengujian sebelumnya, maka dilakukan pengujian ini hingga ditemukan pada derajat ke berapa variabel tersebut stasioner. III.4.3 Uji Kointegrasi Beberapa macam metode dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan kointegrasi di antara variabel. Termasuk diantaranya yaitu Uji Engel-Granger atau uji Augmented Engle-Granger dan Johansen Cointegration Test. Uji Engel-Granger digunakan untuk model yang memiliki dari satu commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persamaan saja. Sedangkan Johansen Cointegration Test lebih cocok digunakan pada pengujian yang memiliki lebih dari satu persamaan. Hubungan kointegrasi terjadi apabila dua atau lebih variabel diketahui memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Kointegrasi dapat dilakukan jika variabel terikat stasioner pada derajat yang sama dengan satu variabel bebas. Terkadang dapat dijumpai dua variabel yang masing – masing tidak stasioner, tetapi kombinasi liniear di antara dua variabel tersebut merupakan time series yang stasioner. Kombinasi liniear dari dua atau lebih variabel bisa stasioner, meskipun secara individual variabel – variabel tersebut tidak stasioner. Persamaan kointegrasi dari variabel dalam penelitian ini ialah: (3.13) Dimana: LPDBt
= pendapatan nasional konstan pada tahun t
LFDIt
= investasi asing langsung pada tahun t
INFt
= tingkat inflasi pada tahun t
LXt
= ekspor pada tahun t
β0
= konstanta = residual = periode waktu (tahun t) Metode kointegrasi Engle-Granger menggunakan dua tahap Augmented
Dickey-Fuller (ADF).
commit to user Pertama, variabel dalam level diuji secara individual
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
menggunakan metode ADF dan pada umumnya variabel – variabel tersebut tidak stasioner. Kedua, variabel dependen diregresi dengan variabel penjelasnya dan kemudian dilakukan pengujian terhadap residual regresi tersebut. Berikut model Augmented Engle-Granger (AEG): (3.14)
Dimana: = residual dari persamaan (3.13) = lag optimal dari variabel dependent = error term Kemudian hasil t-ADF dibandingkan dengan nilai – nilai kritis MacKinnon untuk menguji apakah model tersebut terkointegrasi atau tidak terkointegrasi. III.4.4 Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) Dalam penelitian yang menggunakan jenis data time series, pembuatan model dinamis sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan pembuatan model dari suatu sistem ekonomi dan hubungannya dengan perubahan waktu. Analisis dinamis meliputi deskripsi variabel endogen sebagai fungsi dari himpunan variabel eksogen periode tahun berlaku, masa lalu dan masa mendatang (Insukindro: 1992). Penurunan dan isu statistik merupakan dua hal penting kaitannya dengan model dinamis. Penurunan model dinamis dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan pendekatan fungsi biaya commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kuadrat (quadratic cost function). Pendekatan fungsi biaya kuadrat (quadratic cost function) dapat menghasilkan beberapa model dinamis, salah satunya model koreksi kesalahan (Error Correction Model) ynag akan digunakan dalam penelitian kali ini. Sedangkan isu stastistik dalam model dinamis, khususnya yang menggunakan pendekatan kountegrasi
juga penting untuk diperhatikan agar
terhindar dari regresi yang lancung. Dalam menggunakan Error Correction Model (ECM) maka dibutuhkan variabel – variabel yang stasioner dan terkointegrasi. Oleh karena itu pengujian sebelumnya, yaitu uji akar unit (unit root test), uji derajat integrasi (integration test) dan uji kointegrasi (cointegration test) diperlukan. Model time series yang telah tekointegrasi akan mengalami keseimbangan jangka panjang. Namun untuk jangka pendek, terjadinya ketidakseimbangan masih mungkin terjadi yang disebabkan oleh adanya error term. ECM merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang tersebut. ECM merupakan bentuk dari VAR yang terestriksi. Restriksi ini tidak hanya terjadi karena adanya error term namun juga karena variabel – variabel yang digunakan tidak stasioner secara individual. Keunggulan dari penggunaan ECM selain dapat melihat pengaruh dari jangka pendek dan jangka panjang sekaligus, yaitu bahwa hasil persamaannya berada pada tingkat first difference, oleh karena itu model yang digunakan terhindar dari masalah spurious regression. Tidak seperti persamaan first difference sederhana, ECM dapat memberikan banyak informasi jangka oanjang dari data yang tersedia. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ECM dianggap relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan Partial Adjusmnet Model (PAM) karena kemampuan ECM yang meliputi lebih banyak variabel dalam menganalisis fenomena ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang serta ECM dapat mengkaji konsisten atau tidaknya model empirik dengan teori ekonomi (Insukindro, 1999). Terlebih lagi, ECM dilengkapi dengan upaya dalam menyelesaikan permasalahan terhadap persoalan yang dihadapi oleh data runtut waktu (time series). Kelebihan lain dari formula ECM ialah model telah ditentukan dengan benar, dimana ketidakseimbangan error stasioner. Kita dapat menghitung R2 dengan aman tanpa takut terjadi masalah spurious correlation. Tidak ada alasan akan terjadinya masalah autokorelasi pada persamaan. Di dalam ECM juga sudah terdapat parameter untuk jangka panjang dan jangka pendek seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pemisahan yang jelas antara parameter jangka panjang dan jangka pendek dalam ECM menjadikan ini alat yang tepat untuk menilai validitas dari implikasi teori jangka panjang. Selain itu, variabel dalam ECM dengan representasi setara normalnya kurang berkorelasi tinggi. Faktanya variabel tersebut cenderung orthogonal, itulah mengapa korelasi diantara variabel tersebut sering mendekati nol. ECM yang digunakan pada penelitian kali ini ialah ECM-Engle Granger. Pada prinsipnya teori ini mengatakan bahwa variabel – variabel yang diamati membentuk suatu himpunan variabel yang terkointegrasi. Sebuah model dikatakan sahih apabila variabel – variabelnya terkointegrasi dan menghasilkan residual yang stasioner. Setelah melalui pengujian kointegrasi, kemudian persamaan (3.13) commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diregresi kembali dengan menambahkan variabel ECT1 menjadi persamaan di bawah ini:
DLPDB = β0 + β1 DLFDI + β2 DINF + β3 DLX + ECT1
(3.15)
Dimana: DLPDB
= Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukan oleh PDB
DLFDI
= Jumlah investasi asing langsung di Indonesia
DINF
= Tingkat inflasi tahunan
DLX
= Jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia
β0
= Konstanta
β1
= Koefisien jangka pendek penanaman modal asing langsung
β2
= Koefisien jangka pendek tingkat inflasi
β3
= Koefisien jangka pendek ekspor
ECT1
= LFDIt-1 + INFt-1 + LXt-1 – LPDBt-1
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV.1
Deskripsi Perkembangan Variabel
IV.1.1 Perkembangan Variabel PDB PDB merupakan nilai keseluruhan pembelanjaan barang dan jasa dalam perekonomian di suatu negara dalam setahun. Komponen dalam PDB meliputi konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto (ekspor – impor). Ukuran perekonomian sebuah negara dapat dilihat dari nilai PDB yang mewakili pembelanjan negara tersebut selama satu tahun. Oleh karena itu, dalam penelitian ini PDB dijadikan indikator dalam melihat perekonomian Indonesia. Variabel PDB yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satuan US$, kemudian di log (L) sehingga memiliki satuan yang sama dengan variabel – variabel lainnya. Perkembangan PDB dari tahun 1981 – 2010 dijelaskan dalam grafik berikut: Gambar 4.1 Grafik Perkembangan PDB
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LPDB 12.6 12.4 12.2 12.0 11.8 11.6 11.4 11.2 11.0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
Berdasarkan grafik perkembangan PDB di atas, dapat diketahui bahwa jumlah PDB Indonesia relatif mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Namun pada tahun 1997, tahun dimana Indonesia mengalami krisis keuangan Asia atau yang lebih dikenal dengan krisis moneter dapat dilihat mengalami penurunan kondisi ekonomi yang ditandai dengan menurunnya jumlah PDB. Pada tahun 1997, Indonesia merupakan negara yang mengalami penurunan pertumbuhan paling drastis hingga mencapai 15% dibandingkan negara – negara Asia lainnya. Krisis ini membawa dampak yang sangat besar, khususnya yang berkaitan dengan nilai tukar. Tidak hanya itu, krisis ini juga berdampak pada tingginya tingkat inflasi sehingga menurunkan daya beli masyarakat, yang berakhir pada penurunan jumlah PDB pada tahun tersebut akibat turunnya tingkat konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2008, krisis kembali melanda Indonesia yang disebabkan oleh runtuhnya bisnis properti di AS. Krisis ini menyebabkan nilai tukar rupiah sempat tertekan, tingkat inflasi sempat mengalami kenaikan hingga 12.56%, dan kondisi pasar uang yang melemah menyebabkan semakin sempitnya pintu masuk bagi Indonesia ke pasar uang dunia. Namun, perlu diketahui bahwa dampak yang user lain yang banyak menyimpan diterima Indonesia tidak sebesar commit negara to – negara
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dananya di lembaga keuangan di AS. Meskipun konsumsi rumah tangga mengalami penurunan, namun pengeluaran pemerintah terus ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. Pengeluaran pemerintah ini ditandai dengan tergerusnya cadangan devisa Indonesia pada tahun tersebut. Hal ini menyebabkan kondisi PDB Indonesia tetap mengalami kenaikan meskipun mengalami sedikit keterlambatan
IV.1.2 Perkembangan Variabel FDI Investasi asing langsung (FDI) merupakan salah satu alternatif pembiayaan yang berasal dari luar negeri. Menurut beberapa ekonom, FDI dianggap sebagai sumber pembiayaan dari luar negeri yang potensial dan relatif lebih aman dibandingkan pembiayaan yang berasal dari utang luar negeri. Kaitannya dengan investasi yang perlu diperhatikan ialah tingkat suku bunga, ketersediaan modal dan ketersediaan kesempatan. Selain itu, kondisi ekonomi dan politik sebuah negara juga menjadi bahan pertimbangan para investor dalam melakukan investasi di sebuah negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang kondisi ekonominya sempat mengalami guncangan pada tahun 1997 dan 2008. Untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari krisis yang sempat terjadi terhadap FDI, maka dijelaskan dalam perkembangan FDI di Indonesia pada grafik di bawah ini, dimana variabel FDI menggunakan satuan US$, kemudian di log (L) sehingga memiliki satuan yang sama dengan variabel – variabel lainnya Gambar 4.2 Grafik Perkembangan FDI commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LFDI 10
8
6
4
2
0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
Indonesia mulai membuka jalan masuknya investasi asing (FDI) sejak tahun 1967. Perkembangan FDI terus mengalami kenaikan hingga pada tahun 1997, krisis moneter melanda Indonesia yang menyebabkan penurunan tajam jumlah FDI di Indonesia hingga mencapai angka US$ 9.563.140.525. Penurunan ini masih terus terjadi hingga tahun 2000, dimana jumlah FDI pada saat itu bernilai minus US$ 4.550.355.286. Setelah tahun 2000, jumlah FDI Indonesia terus mengalami perbaikan yang ditunjukan dengan peningkatan hingga tahun 2008. Hingga pada saat dampak dari krisis global melanda Indonesia, jumlah FDI kembali mengalami penurunan. Namun penrurunan yang terjadi tidak separah ketika krisis moneter tahun 1997. Indonesia yang semula tidak dilirik investor karena dianggap rentan terhadap guncangan krisis, saat ini menjadi salah satu alternatif investasi yang menjanjikan. Hal ini karena Indonesia berhasil meningkatkan perekonomiannya di tengah badai krisis keuangan global. Namun banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, juga menjadi ancaman instabilitas pasar ketika investor asing ini menarik modalnya secara tiba – tiba. commit IV.1.3 Perkembangan Variabel Inflasito user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang tidak dapat dihindari oleh setiap negara. Satu – satunya yang memungkinkan ialah menjaga tingkat inflasi agar teteap stabil dan tidak menggerus kesejahteraan masyarakat di sebuah negara. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menghitung inflasi yaitu indeks harga konsuen (IHK). Penelitian ini menggunakan IHK dengan tahun dasar 2000 sebagai acuan dalam menghitung inflasi. Perkembangan inflasi pada periode tahun 1981 – 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Inflasi INF 60
50
40
30
20
10
0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
Pada masa orde baru tahun 1990-an, Indonesia berhasil menahan tingkat inflasi dengan rata – rata di bawah 10%. Namun ketika krisis moneter yang sempat melanda Indonesia pada tahun 1997 terjadi, pergerakan inflasi sangat cepat hingga menyentuh angka 77.63% pada tahun 1998. Namun hal lain terjadi pada tahun 1999, dimana pemerintah berhasil menahan tingkat inflasi dengan commit to user angka 2.01% yang merupakan kebijakan yang sangat ketat hingga mencapai
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
angka paling rendah yang pernah dicapai Indonesia. Kondisi inflasi belum dapat dikatakan stabil, karena pada tahun 2000 – 2006 kembali mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak di pasar internasional yang menyebabkan pemerintah berusaha menghapus subsidi BBM. Bank Indonesia selaku Bank Sentral kemudian merumuskan kebijakan yang disebut dengan inflation targeting framework (ITF) yang isinya menjaga stabilitas tingkat inflasi untuk tetap berada di bawah 6%.
IV.1.4 Perkembangan Variabel Ekspor Bagi negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, maka ekspor merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam usaha meningkatkan pendapatan negara. Banyak negara yang menerapkan proteksionisme untuk melindungi pasar domestik dari banyaknya barang – barang impor yang masuk ke dalam negeri. Sedangkan dalam hal ekspor, setiap negara melakukan spesialisasi terhadap produknya agar dapat bersaing dengan produk – produk negara lain di pasar internasional. Hal ini terkait dengan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan PDB, sedangkan impor yang tinggi dapat mengurangi PDB. Nilai ekspor yang digunakan dalam penelitian ini merupakan nilai ekspor bruto (belum dikurangi impor) dengan satuan US$ yang telah di log (L). Perkembangan ekspor pada tahun 1981 – 2010 dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Ekspor commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
LX 12.0
11.6
11.2
10.8
10.4
10.0 1985
1990
1995
2000
2005
2010
Pengembangan kesepakatan perdagangan regional seperti AFTA dan APEC, peraturan mengenai perdagangan global (WTO) dan peraturan non ekonomi kaitannya dengan perdagangan seperti ISO, ILO dan lain – lain menyebabkan berkurangnya fleksibilitas pengembangan ekspor dalam negeri. Kepedulian masyarakat asing akan kesehatan dan lingkungan menyebabkan sulitnya produk Indonesia menembus pasar internasional. Indonesia sendiri merupakan negara pengekspor bagi negara – negara maju di dunia terutama Amerika Serikat, Australia, dan Jerman. Jumlah ekspor yang dihasilkan oleh Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hanya saja penurunan tajam terjadi pada tahun 2008, dimana jumlah penurunan hampir menyentuh angka Rp. 11.9 Milyar. Namun kemunduran yang terjadi pada ekspor saat itu masi terlindungi oleh kondisi konsumsi domestik dimana impor barang khususnya yang berasal dari China belum semarak saat ini. IV.2
Hasil dan Analisis Data
IV.2.1 Uji Pemilihan Fungsi Model Empiris commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui model mana yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian kali ini. Jenis model yang diujikan pada penelitian kali ini ialah model linier dan model log linier. Sedangkan metode pengujian yang digunakan yaitu MacKinnon, White dan Davidson atau yang lebih dikenal MWD test. Hipotesis dalam pengujian untuk model linier pada penelitian kali ini adalah apabila Z1 signifikan secara stastitik maka H0 ditolak, sedangkan apabila Z1 tudak signifikan secara statistik maka H0 diterima. Begitu juga yang berlaku pada model log linier dimana apabila Z2 signifikan secara statistik maka Ha ditolak, sedangkan apabila Z2 tidak signifikan secara statistik maka Ha diterima. Hasil dari uji MWD yang telah dilakukan oalah sebagai berikut:
1.
Model Linier Tabel 4.1 Hasil Uji MWD pada Model Linier Variabel
Koefisien
t-statistik
Prob.
Z1
-230545.8
-6.312957
0.0000
Hasil uji MWD pada model linier menunjukan bahwa Z1 signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dilihat dari nilai probabilitasnya yaitu 0.0000. Hal ini artinya H0 ditolak atau model linier tidak dapat digunakan pada penelitian kali ini. 2.
Model Log Linier Tabel 4.2 Hasil Uji MWD pada Model Log Linier Variabel
Koefisien commit to user t-statistik
Prob.
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Z2
1.39x10-5
1.890812
0,0703
Hasil uji MWD pada model log linier menunjukan bahwa Z2 tidak signifikan secara statistik pada tingkat signifikansi 5% dilihat dari nilai probabilitasnya yaitu 0.0703. Hal ini artinya Ha diterima atau model log linier dapat digunakan pada penelitian kali ini. IV.2.2 Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan salah satu tahapan yang diperlukan dalam menganalisis jenis data time series. Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya regresi lancung pada pengolahan data mengunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Uji ini merupakan salah satu prasyarat dalam melakukan analisis dengan menggunakan model dinamis ECM (Error Correcton Model). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji stasioneritas yang meliputi uji akar unit (unit root test), uji derajat integrasi (integration test) dan uji kointegrasi (contegration test). IV.2.2.1 Uji Akar Unit (Unit Root Test) Uji akar unit (unit root test) yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu Dickey-Fuller (DF) dan Augmented DickeyFuller (ADF). Uji ini digunakan untuk melihat tingkat stasioneritas dari masing – masing variabel. Apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih besar dari nilai kritis mutlak DF dan ADF maka variabel tersebut stasioner, sebaliknya apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih kecil dari nilai kritis mutlak DF dan ADF maka variabel tersebut tidak stasioner. commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit pada Ordo 0 Nilai Hitung Mutlak
Nilai Kritis Mutlak
Variabel
DF
ADF
DF
ADF
LPDB
-0.926299
-2.078440
-3.679322
-4.323979
LFDI
-2.257309
-2.201037
-3.679322
-4.309824
INF
-4.567247*
-4.488006*
-3.679322
-4.309824
LX
-0.170175
-3.079349
-3.679322
-4.309824
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai * signifikan pada 5% ditandai ** signifikan pada 10% ditandai ***
Berdasarkan tabel di atas, dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa hanya terdapat satu variabel yang stasioner yaitu variabel inflasi. Sedangkan ketiga variabel lainnya yaitu perekonomian (PDB), investasi asing langsung (FDI) dan ekspor (X) belum stasioner pada ordo 0. Hal ini berlaku pada kedua pendekatan, baik Dickey-Fuller (DF) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF). IV.2.2.2 Uji Derajat Integrasi (Integration Test) Uji derajat integrasi dibutuhkan untuk melihat pada derajat berapa data yang diamati dalam penelitian ini stasioner. Pengujian ini dimulai dengan uji stasioneritas pada derajat satu. Apabila data tersebut masih belum stasioner pada derajat satu, maka perlu dilakukan uji pada derajat berikutnya sampai data yang diamati bersifat stasioner. Uji derajat integrasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua metode seperti uji akar unit (unit root test) sebelumnya yaitu Dickey-Fuller commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(DF) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih besar dari nilai kritis mutlak DF dan ADF, maka variabel tersebut bersifat stasioner. Sebaliknya apabila nilai hitung mutlak DF dan ADF lebih kecil dari nilai kritis mutlak DF dan ADF, maka variabel tersebut tidak stasioner. Tabel 4.4 Hasil Uji Derajat Integrasi pada Ordo 1 Nilai Hitung Mutlak
Nilai Kritis Mutlak
Variabel
DF
ADF
DF
ADF
DLPDB
-3.861268*
-3.916864**
-3.689.194
-3.580.623
DLFDI
-6.545330*
-6.450013*
-3.689.194
-4.323.979
DINF
-6.504901*
-6.373371*
-3.699.871
-4.339.330
DX
-7.144293*
-7.006284*
-3.689.194
-4.323.979
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai * signifikan pada 5% ditandai ** signifikan pada 10% ditandai ***
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa semua nilai hitung mutlak baik menggunakan metode Dickey-Fuller (DF) ataupun Augmented Dickey-Fuller (ADF) diketahui lebih besar dari nilai kritis mutlak. Pada metode Dickey-Fuller (DF) semua variabel telah stasioner pada tingkat signifikansi 1%. Sedangkan pada metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) hanya satu variabel yaitu perekonomian (PDB) yang stasioner pada tingkat signifikansi 5%, sedangkan ketiga variabel lainnya yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi (IND) dan ekspor (X) telah stationer pada tingkat signifikansi 1%. Secara keseluruhan, hal ini menunjukan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian kali ini telah stasioner pada tingkat satu atau ordo 1. commit to pada user Ordo 0 dan Ordo 1 Gambar 4.5 Pola Data
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV.2.3 Uji Kointegrasi (Cointegration Test) Uji kointegrasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya hubungan kointegrasi di antara variabel. Hubungan kointegrasi terjadi apabila dua atau lebih variabel diketahui memiliki hubungan atau keseimbangan jangka panjang. Kointegrasi hanya dapat dilakukan apabila variabel dependen stasioner pada derajat yang sama dengan variabel independennya. Engle and Granger (1987) menyebutkan bahwa kombinasi linier dari dua atau lebih variabel bisa saja stasioner pada I(0), meskipun secara individual variabel – variabel tersebut tidak stasioner I(1). Persamaan kointegrasi dari variabel – variabel dalam penelitian ini ialah: commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil kointegrasi dari persamaan di atas ialah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi Koefisien
t-statistik
Prob.
LFDI
-0.007249
-1.528946
0.1384
INF
-0.004620
-2.977684
0.0062
LX
0.822758
32.93028
0.0000
Hasil tersebut menggambarkan hubungan jangka panjang yang terjadi antara variabel – variabel independen yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi (INF) dan ekspor (X) terhadap variabel dependennya yaitu perekonomian (PDB).
§
Investasi asing langsung (FDI) memiliki koefisien negatif dan tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Artinya, dalam jangka panjang aliran masuk FDI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
§
Inflasi (INF) memiliki pengaruh negatif signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Artinya, dalam jangka panjang naiknya tingkat inflasi sebesar satu persen akan menurunkan perekonomian sebesar 0.46 persen dan inflasi dalam jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap perekonomian.
§
Ekspor (X) memiliki pengaruh positif signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka panjang. Artinya, dalam jangka panjang commit peningkatan to userekspor sebesar satu persen akan
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meningkatkan perekonomian sebesar 82.27 persen dan ekspor dalam jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap pererkonomian. Kemudian dari hasil kointegrasi tersebut dapat ditemukan nilai residual regresi kointegrasi yang selanjutnya diuji menggunakan metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) untuk melihat stasioner atau tidaknya nilai residual tersebut. Tabel 4.6 Hasil Uji Residual Regresi Kointegrasi ADF hitung Nilai kritis
-4.416022* 5%
Prob. 0.0078
-4.309.824
Keterangan: signifikan pada 1% ditandai * signifikan pada 5% ditandai ** signifikan pada 10% ditandai ***
Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai hitung mutlak residual lebih besar dari nilai kritis residual, yakni -4.416022 > -4.309824. Hasil kointegrasi tersebut memiliki dua arti penting dalam penelitian ini, pertama bahwa residual tersebut telah stasioner pada ordo 0 dengan tingkat signifikansi 1%. Kedua hasil ini sekaligus menunjukan bahwa variabel – variabel yang diamati pada penelitian ini telah terkointegrasi dalam jangka panjang. IV.2.4 Error Correction Model (ECM) Error Correction Model (ECM) yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG). Model ini digunakan untuk menjelaskan hubungan jangka pendek variabel – variabel independen yaitu investasi asing langsung (FDI), inflasi (INF) dan ekspor (X) terhadap variabel dependennya yakni perekonomian Indonesia yang ditandai commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan produk domestik bruto (PDB). Sedangkan dalam melihat hubungan jangka panjangnya dapat dilihat dari hasil regresi kointegrasi seperti yang telah dijelaskan di atas. Hasil pengolahan data menggunakan software E-Views 6 dapat dilihat di bawah ini: DLPDB = 0.082907 + 0.001264 DLFDI – 0.002961 DINF + 0.094380 (4.160669) DLX (1.569419) R2
= 0.662691
F
= 11.78786 (0.000019)
(0.448362)
(-4.303054)
- 0.002368 ECT1 (-2.211590)
Dimana: DLPDB
= Pertumbuhan ekonomi Indonesia
DLFDI
= Jumlah investasi asing langsung di Indonesia
DINF
= Tingkat inflasi di Indonesia
DLX
= Jumlah ekspor yang dilakukan Indonesia
ECT1
= Error Correction Term (LFDIt-1 + INFt-1 + LXt-1 – LPDBt-1)
β0
= Intersep
β1, β2, β3
= Koefisien regresi ECM dalam jangka pendek
β4
= Koefisien regresi error correction term (ECT)
Persamaan di atas menggambarkan hubungan yang terjadi pada variabel – variabel independen terhadap variabel dependen dalam jangka pendek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
§
86 digilib.uns.ac.id
Investasi asing langsung (FDI) memiliki koefisien positif namun tidak signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Artinya, dalam jangka pendek aliran masuk FDI tidak memilki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
§
Inflasi (INF) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Artinya, dalam jangka pendek kenaikan inflasi sebesar satu persen akan menurunkan perekonomian sebesar 0.29 persen dan inflasi dalam jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap perekonomian.
§
Ekspor (X) memiliki koefisien positif namun tidak signifikan terhadap tingkat signifikansi 5% terhadap perekonomian Indonesia dalam jangka pendek. Artinya, dalam jangka pendek ekspor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Berdasarkan persamaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai Error
Correction Term (ECT1) menunjukan angka - 0.002368 dengan probabilitas sebesar 0.0368. Hal ini menunjukan bahwa ECT1 signifikan pada tingkat signifikansi 5%. Sekaligus menjelaskan bahwa spesifikasi model ECM-EG yang digunakan dalam penelitian ini tepat dan mampu menjelaskan variasi dinamis. ECM-EG pada penelitian ini juga lolos dari semua uji asumsi klasik. Dengan demikian dapat disimpulkan model yang digunakan dalam penelitian ini sudah sahih dan selaras dengan hasil yang diperoleh melalui regresi kointegrasi. Nilai koefisien determinasi (R2) yang menunjukan angka 0.662691 menunjukan bahwa 66.27% dari variasi variabel perekonomian Indonesia dapat dijelaskan oleh variasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
variabel penanaman modal asing langsung, inflasi dan ekspor. Sedangkan sisanya 33.73% dijelaskan oleh variabel – variabel lain di luar model. IV.2.5 Interpretasi Ekonomi IV.2.5.1 Pengaruh FDI terhadap Perekonomian Indonesia Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) untuk jangka pendek, nilai koefisien investasi asing langsung sebesar 0.001264 dengan probabilitas 0.6579 mengindikasi bahwa investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Begitu juga pada jangka panjangnya, investasi asing langsung (FDI) dengan nilai koefisien sebesar -0.007249 dengan probabilitas sebesar 0.1384 menunjukan bahwa investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi asing langsung (FDI) secara umum tidak memiliki pengaruh terhadap perekonomian Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa investasi asing langsung (FDI) berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Dalam jangka pendek peningkatan investasi asing langsung (FDI) akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan manfaat investasi asing langsung (FDI) menurut Nasir (2009), dimana melalui investasi asing langsung (FDI) negara tujuan investasi dapat memperoleh bantuan modal, transfer langsung teknologi, pengembangan manajemen perusahaan domestik yang diperoleh dari perusahaan asing melalui demonstrasi, dan peningkatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
kualitas tanaga kerja. Faktor – faktor inilah yang menjadi beberapa indikator dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil estimasi dalam penelitian ini tidak menunjukan pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI) terhadap perekonomian di Indonesia. Tidak terlihatnya pengaruh yang dihasilkan oleh investasi asing langsung (FDI) terhadap perekonomian di Indonesia disebabkan oleh faktor risk country yaitu pasar domestik yang kecil memnyebabkan rate of return dari modal rendah dan kurang tersedia fasilitas pendukung seperti transportasi, tenaga kerja terampil, dan teknologi (Kustituanto, 1999) Carkoviv dan Levine (dalam Khaliq, 2005) melakukan observasi terkait hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi dan menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang dihasilkan oleh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi, maupun dampaknya terhadap modal manusianya. Alvaro (2003) mengatakan bahwa FDI pada sektor primer cenderung memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk sektor manufaktur FDI memberikan pengaruh yang positif. Dalam beberapa studi kausalitas mengatakan bahwa hubungan antara FDI dengan pertumbuhan ekonomi ialah searah. Artinya pertumbuhan ekonomi justru yang mempengaruhi besarnya FDI yang masuk, sedangkan FDI tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terkait dengan kondisi perekonomian yang stabil dan iklim bisnis yang menarik bagi investor sehingga mereka mau menanamkan modalnya di negara tersebut. Hanson (dalam Wijeweera, 2010) berpendapat bahwa perusahaan multinasional dapat membatasi perusahaan dalam negeri dalam mengurangi usaha yang dapat meningkatkan keuntungan bahkan hal ini dapat mendorong naiknya commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerugian produksi bagi perusahaan dalam negeri. Jika kerugian tersebut lebih besar dari pertumbuhan produktifitas yang dihasilkan oleh investasi multinasional, maka pengaruh negatif akan terjadi pada pertumbuhan ekonomi. FDI yang memenuhi investasi dalam negeri juga dapat berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi negara tujuan investasi. Pengamat ekonomi menyatakan bahwa meskipun
beberapa
negara
memilih
FDI
daripada
investasi
domestik,
kelongggaran pajak dan insentif lainnya, hal ini hanya akan mempertegas terjadinya kegagalan pasar. IV.2.5.2 Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG) diketahui bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kedua pengaruh yang dihasilkan oleh inflasi terhadap perekonomian Indonesia tersebut bersifat signifikan. Dengan nilai koefisien sebesar -0.002961 untuk jangka pendek dan sebesar -0.004620 untuk jangka panjang membuktikan bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif sesuai dengan teori yang berlaku. Secara umum, maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi menunjukan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap perekonomian Indonesia. Inflasi merupakan sebuah fenomena ekonomi yang tidak dapat dihindari oleh setiap perekonomian di dunia. Inflasi yang tinggi dapat menggerus kesejahteraan masyarakat, dimana kenaikan harga yang tidak diiringi oleh kenaikan pendapatan akan menyebabkan commit to user sulitnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
perekonomian yang sedang mengalami inflasi, biasanya pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan tingkat suku bunga agar masyarakat kembali meningkatkan tabungannya. Namun tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor mengurungkan niatnya dalam berinvestasi. Turunnya investasi menyebabkan berkurangnya pengeluaran agregat dan hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Terlebih lagi, inflasi merupakan gejala manajemen ekonomi yang buruk, ketidaksempurnaan institusi dan faktor lainnya yang bersama – sama dapat memperburuk performa ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Fenomena inilah yang menyebabkan inflasi mungkin saja terjadi karena sistem. Inflasi rendah dianggap tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian, namun inflasi melambung atau hiperinflasi dapat menimbulkan permasalahan serius pada perekonomian. Oleh sebab itu Bank Sentral tidak akan mentolenransi tingkat inflasi yang tinggi. Hasil ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gokal dan Hanif pada tahun 2004 dengan judul “Relationship between Inflation and Economic Growth” yang menjelaskan hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan kerangka AD-AS sesuai dengan teori Keynessian. Dalam kasusnya di Fiji, terbukti bahwa inflasi memiliki hubungan langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan pentingnya menjaga kestabilan harga. Termasuk peran Bank Sentral dalam menjaga konsistensi tingkat inflasi yang rendah. IV.2.5.3 Pengaruh Ekspor terhadap Perekonomian Indonesia Berdasarkan hasil estimasi menggunakan metode Error Correction commit to user Model-Engle Granger (ECM-EG) diketahui bahwa untuk jangka pendek, ekspor
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
memiliki koefisien positif namun tidak signifikan terhadap perekonomian yang ditunjukan dengan nilai koefisien sebesar 0.094380. Sedangkan untuk jangka panjang, ekspor berpengaruh positif signifikan ditunjukan dengan nilai koefisien sebesar 0.822758. Kondisi ini secara umum menunjukan bahwa dalam jangka pendek ekspor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, sedangkan untuk jangka panjang ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa ekspor berpengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terkait dengan perbedaan peran ekspor pada negara besar, kecil dan sangat kecil. Negara besar cenderung tidak bergantung pada ekspor mereka dibandingkan dengan negara kecil seperti Indonesia. Itu sebabnya, Indonesia berusaha meningkatakan ekspor mereka sebagai salah satu indikator usaha dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia, untuk melihat pertumbuhan dibutuhkan barang – barang modal yang dapat mendukung peningkatan output, namun kenyataannya barang – barang modal di Indonesia masih bergantung pada impor. Untuk memperoleh barang modal, maka dibutuhkan peningkatan pendapatan dan ekspor merupakan salah satu jalan dalam usaha meningkatkan pendapatan. Hal ini menunjukan, perdagangan internasional memiliki peran penting bagi Indonesia sebagai negara sedang berkembang dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Redlin dengan judul “Trade Openness and Economic Growth: A Panel Causality commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analysis” yang menjelaskan bahwa perdagangan terbuka akan memberikan dampak positif signifikan pada jangka panjang sedangkan untuk jangka pendek memberikan dampak positif namun tidak signifikan karena adanya penyesuaian dengan peningkatan pendapatan. Hal ini menunjukan adanya perbedaan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi bagi negara berendapatan rendah dan negara berpendapatan tinggi.
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1
Kesimpulan Dalam penelitian ini, variabel – variabel seperti investasi asing langsung
(FDI), inflasi dan ekspor periode tahun (1981 – 2010) digunakan untuk dianalisis pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia. Variabel – variabel tersebut diketahui secara langsung maupun tidak langsung memiliki pengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Investasi dalam hal ini yaitu investasi asing langsung dan ekspor yang merupakan faktor pembentuk PDB dianalisis bersama dengan inflasi yang merupakan salah satu kendala dalam setiap perekonomian. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1.
Investasi asing langsung (FDI) di Indonesia merupakan sebuah alternatif
pembiayaan yang dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan utang luar negeri. Keberadaan investasi asing langsung (FDI) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh risk country yaitu pasar domestik yang kecil menyebabkan rate of return dari modal rendah dan kurang tersedianya fasilitas pendukung seperti transportasi, teknologi dan tenaga kerja yang termpil. Selain itu rumitnya proses pengurusan izin birokrasi di Indonesia juga menjadi penghambat kurangnya investasi asing langsung di Indonesia. Dampak langsung dari investasi aisng langsung (FDI) yang terasa di Indonesia baru berasal dari meningkatnya kesempatan kerja, sedangkan commit to user kemampuan produksi perusahaan – perusahaan domestik yang belum mengalami
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan serius menyebabkan keberadaan perusahaan multinasional malah dapat menjadi ancaman bagi perusahaan domestik yang tidak mampu bersaing. 2.
Inflasi di Indonesia merupakan satu permasalahan ekonomi yang
seringkali terjadi. Inflasi merupakan suatu fenomena yang dapat memperburuk kondisi perekonomian. Hal ini terbukti dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dimana naiknya inflasi akan menyebabkan penurunan kinerja perekonomian. Baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, inflasi memiliki
pengaruh
secara
langsung
yang
signifikan
terhadap
kondisi
perekonomian Indonesia. Hal ini berarti bahwa penentuan target tingkat inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral melalui Inflation Target Framework (ITF) memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan tingkat inflasi di Indonesia. 3.
Globalisasi merupakan salah satu penyebab terjadinya ketergantungan
sebuah negara dengan negara lain khususnya dalam hal pemenuhan kebutuhan yang berasal dari perdagangan internasional. Banyaknya negara yang terlibat dalam perdagangan internasional menyebabkan setiap negara melakukan spesialisai dan proteksi terhadap barang – barang produksinya. Sesuai dengan hasil estimasi dalam penelitian ini, keberadaan ekspor di Indonesia memiliki dampak yang positif bagi perekonomian di jangka panjang. Sedangkan untuk jangka pendek, ekspor di Indonesia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian. Hal ini disebabkan dalam jangka pendek, ekspor di Indonesia harus melakukan penyesuaian terhadap kondisi negara pengimpor, fluktuasi nilai tukar dan faktor – faktor lain yang mendukung banyaknya jumlah to user permintaan atas barang ekspor dicommit Indonesia. Selain di wilayah Asia, Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
merupakan sebuah negara yang menjadi salah satu pengekspor utama bagi negara – negara di Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini menunjukan bahwa kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor memiliki peran penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. V.2
Saran Saran untuk pihak – pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
investasi asing langsung (FDI) dan ekspor, juga pihak yang terkait dengan penyelesaian masalah inflasi sebagai upaya dalam meningkatakan pertumbuhan ekonomi ialah sebagai berikut: 1.
Dalam upaya meningkatkan jumlah investasi asing langsung (FDI) ke
Indonesia, pemerintah diharapkan dapat mempermudah proses pengurusan izin – izin terkait penyelenggaraan investasi asing langsung (FDI). Keberadaaan investasi asing langsung (FDI) yang memiliki potensi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, hendaknya menjadi perhatian bagi pemerintah dan perusahaan domestik untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga kerja dalam mendukung transfer teknologi yang berasal dari investasi asing langsung (FDI). Selain itu, kondisi ekonomi yang merupakan magnet nagi investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, hendaknya dapat dijaga kestabilannya. 2.
Dalam menghadapi masalah inflasi, keberadaan Bank Sentral selaku
pembuat kebijakan moneter sangat dibutuhkan. Pembentukan Inflation Targetting Framework (ITF) sebagai strategi dalam mengantisipasi tekanan inflasi merupakan langkah yang tepat yang diambil oleh Bank Indonesia. Dalam commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjalankan strategi ini, Bank Indonesia perlu secara tegas menentukan instrument kebijakan yang digunakan apakah base money atau suku bunga. Selain itu, kebijakan moneter yang dibuat oleh Bank Indonesia hendaknya lebih disosialisasikan agar pelaku ekonomi dapat dengan jelas melihat pergerakan variabel – variabel makro ekonomi. 3.
Ekspor di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah diharapkan lebih fokus dalam melakukan proteksi terhadap barang – barang yang diproduksi dari dalam negeri. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya produk – produk asing yang masuk ke Indonesia sehingga memberikan tekanan terhadap produsen domestik. Dengan proteksi dan produksi yang ditingkatkan, maka akan diperoleh jumlah ekspor netto yang besar sehingga pertumbuhan ekonomi akan turut mengalami peningkatan. Usaha ini harus terus dilakukan untuk menjaga pengaruh positif dari ekspor dimana jumlah ekspor harus lebih besar dibandingkan jumlah impornya. Selain itu, pemerintah hendaknya terus memberikan informasi mengenai kondisi negara tujuan ekspor agar para produsen atau eksportir dapat melakukan pencegahan atas hal – hal yang dapat menghambat kegiatan ekspornya.
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. 2009. Laporan Perekonomian Indonesia 2009. Jakarta: Bank Indonesia. Boediono. 1985. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE. Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip - prinsip Ekonomi: Edisi ke 8. Jakarta: Erlangga. Cetinkaya, Murat and Savas Erdogan. 2010. VAR Analysis of the Relation between GDP, Import and Export: Turkey Case. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 55, pp. 135 – 145. Feldstein, Martin. 2000. Aspects of Global Economic Integration: Outlook for The Future. National Bureau of Economic Research (NBER) Working Paper No. 7899. Gokal, Vikesh and Subrina Hanif. 2004. Relationship between Inflation ad Economic Growth. Working Paper of Economic Departement Reserve Bank of Fiji. Gylfason, Thorvaldur. 1999. Exports, Inflation, and Growth. World Development Elsevier, Vol. 27(6), pp. 1031 – 1057. Jayachandran, G. and A. Seilan. 2010. A Causal Relationship between Trade, Foreign Direct Investment and Economic Growth for India. International Research Journal of Finance and Economics, Issues 42, pp. 74 – 88. commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jhingan, M. L. 1996. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Khaliq, Abdul and Ilan Noy. 2007. Foreign Direct Investment and Economic Growth: Empirical Evidence from Sectoral Data in Indonesia. Working Papers 200726, University of Hawaii at Manoa, Department of Economics. Kogid, Mori dkk. 2010. Determinant Factors of Economic Growth in Malaysia: Multivariate Cointegration and Causality Analysis. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences, Issue 24, pp. 123 - 137. Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2009.International Economics: Theory & Policy 8th Edition. USA: Pearson Education, Inc. Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 1996. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Edisi 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kustituanto, Bambang. 1999. Peranan Penanaman Modal Aaing (PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 14, No. 2, Hal. 1 – 13. Lee, Chew Ging. 2010. Exports, Imports and Economic Growth: Evidence from Pakistan. European Journal of Scientific Research, Vol. 45, No.3, pp. 422 - 429. Magnus, Frimpong Joseph and Oteng Abayi Eric Fosu. 2008. Bivariate Causality Analysis between FDI Inflows and Economic Growthin Ghana. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
International Research Journal of Finance and Economics, Issue 15, pp. 103 - 112. Miankhel, Adil K., Shandre Mugan T., and Kaliappa Kalirajan. 2009. Foreign Direct Investment, Exports and Economic Growth in South Asia and Selected Emerging Countries: A Multivariate VAR Analysis. Center for Contemporary Asian Studies Working Paper No. 23. Nasir, Iqbal and Saima Nawaz. 2009. Investment, Inflation and Economic Growth Nexus. The Pakistan Development Review: Pakistan Institute of Development Economics, Vol. 48, Page 863 – 874. Nasir, Muhammad. 2009. The Role of Foreign Direct Investment on Indonesian Economic Growth. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 8, No. 2, Hal. 92 105. Nuryati, Yati, Hermanto Siregar dan Anny Ratnawati. 2006. Dampak Kebijakan Inflation Targeting terhadap Beberapa Variabel Makroekonomi di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan – Juni, Hal. 113 134. Rahayu, Siti A T. 2007. Modul Laboratorium Ekonometrika. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta: PT Media Global Edukasi.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarwedi. 2002. Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4, No. 1, Hal. 17 - 35. Setyowati, Eni dkk. 2008. Kausalitas Investasi Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi:
Error
Correction
Model.
Jurnal
Ekonomi
dan
Studi
Pembangunan, Vol. 9, No. 1, Hal 69 - 88. Spiegel, Shari. 2007. Macroeconomic and Growth Policies. New York: United Nation, Department for Economic and Social Affairs. Suhel. Analisis Model Vector Autoregression (VAR) terhadap Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Hal 96-113. Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Thomas, R. L.1993. Introductory Econometrics Second Edition. New York: Longman Publishing. Wijeweera, Albert. 2010. Economic Growth and FDI Inflows: A Stochastic Frontier Analysis. The Journal of Developing Areas Vol. 43 No. 2 pp. 143 – 158.
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 1 Data Tahun
1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
PDB FDI INFLASI EKSPOR Millions Millions Millions US$ US$ 2000 - % US$ 63614.14 930.07 12.6 26785.64 64316.49 1433.12 9.8 24373.05 69751.17 1688.57 11.5 24774.87 74753.83 1150.26 10.3 26396.51 77353.43 1534.65 4.7 24336.75 81967.19 1205.61 5.9 28039.34 86311.45 1645.30 9.3 32138.99 91797.13 2276.68 8.1 32477.25 100136.63 2535.32 6.3 34665.71 109150.51 3768.96 7.8 35829.01 118895.24 4675.08 9.3 42556.87 127480.07 5211.14 7.6 48391.87 136727.57 5358.29 9.7 51347.52 147036.92 5194.58 8.5 56452.26 159382.67 9788.29 9.3 60811.04 171563.95 13040 6.9 65408.37 179627.23 9261.39 6.3 70510.20 156048.06 - 301.75 58.0 78395.48 157282.61 - 1935.29 20.8 53461.82 165021.01 - 4550.35 3.7 67621.17 171033.50 - 2325.02 11.5 68057.31 178729.11 116.44 11.7 67229.10 187273.02 - 448.48 6.8 71186.46 196694.49 1342.83 6.1 80816.80 207891.46 5347.18 10.4 94233.45 219327.47 2785.83 13.1 103096.61 233243.85 3705.07 6.0 111904.13 247270.44 4538.94 9.8 122572.46 258584.63 2239.38 6.1 110695.02 274370.87 5793.15 5.9 127216.08
commit to user
LPDB
LFDI
INF
LX
10.804 10.808 10.844 10.874 10.888 10.914 10.936 10.963 11.001 11.038 10.075 11.105 11.136 11.167 11.202 11.234 11.254 11.193 11.197 11.218 11.233 11.252 11.272 11.294 11.318 11.314 11.368 11.393 11.413 11.438
8.968 9.156 9.222 9.061 9.186 9.081 9.216 9.357 9.404 9.576 9.670 9.717 9.729 9.715 9.991 10.115 9.966 0 0 0 0 8.066 0 9.128 9.728 9.445 9.569 9.657 9.350 9.763
12.6 9.8 11.5 10.3 4.7 5.9 9.3 8.1 6.3 7.8 9.3 7.6 9.7 8.5 9.3 6.9 6.3 58.0 20.8 3.7 11.5 11.7 6.8 6.1 10.4 13.1 6.0 9.8 6.1 5.9
10.428 10.387 10.394 10.422 10.386 10.448 10.507 10.512 10.540 10.554 10.629 10.685 10.711 10.752 10.784 10.816 10.848 10.894 10.728 10.830 10.833 10.828 10.852 10.908 10.974 11.013 10.049 11.088 11.044 11.105
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 2 Uji Fungsi Model Empiris MWD Test (Linier) Dependent Variable: PDB Method: Least Squares Date: 09/17/12 Time: 22:26 Sample: 1981 2010 Included observations: 30 Variable
Coefficient
C FDI INF X Z1
51812.91 1.059311 -374.4877 1.666512 -230545.8
R-squared 0.986513 Adjusted R-squared 0.984355 S.E. of regression 7649.127 Sum squared resid 1.46E+09 Log likelihood -308.1037 F-statistic 457.1655 Prob(F-statistic) 0.000000
Std. Error
t-Statistic
4279.672 12.10675 0.433890 2.441429 154.2571 -2.427686 0.061899 26.92298 36519.46 -6.312957 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
commit to user
Prob. 0.0000 0.0220 0.0227 0.0000 0.0000 150421.2 61154.45 20.87358 21.10712 20.94829 1.976524
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Log Linier) Dependent Variable: LPDB Method: Least Squares Date: 09/17/12 Time: 22:26 Sample: 1981 2010 Included observations: 30 Variable
Coefficient
C LFDI INF LX Z2
3.875178 0.014795 -0.000229 0.721532 1.39E-05
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.979696 0.976447 0.067474 0.113819 41.04702 301.5640 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.548444 7.065773 0.012504 1.183137 0.002754 -0.083103 0.058601 12.31261 7.34E-06 1.890812 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
commit to user
Prob. 0.0000 0.2479 0.9344 0.0000 0.0703 11.83327 0.439655 -2.403134 -2.169602 -2.328425 1.316337
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 3 Unit Akar Unit DF Test Null Hypothesis: LPDB has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.926299 -3.679322 -2.967767 -2.622989
0.7651
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: LFDI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.257309 -3.679322 -2.967767 -2.622989
0.1918
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: INF has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.567247 Test critical values: 1% level -3.679322 5% level -2.967767 10% level -2.622989 commit to user
0.0011
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: LX has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.170175 -3.679322 -2.967767 -2.622989
0.9318
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ADF Test
Null Hypothesis: LPDB has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.078440 -4.323979 -3.580623 -3.225334
0.5349
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: LFDI has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-2.201037 -4.309824 -3.574244 -3.221728
0.4714
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: INF has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.488006 -4.309824 -3.574244 -3.221728
0.0066
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Null Hypothesis: LX has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.079349 -4.309824 -3.574244 -3.221728
0.1298
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 4 Uji Derajat Integrasi DF Test Null Hypothesis: D(LPDB) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.861268 -3.689194 -2.971853 -2.625121
0.0066
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LFDI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.545330 -3.689194 -2.971853 -2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(INF) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7) t-Statistic
Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.504901 Test critical values: 1% level -3.699871 5% level -2.976263 10% level -2.627420 commit to user
0.0000
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LX) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.144293 -3.689194 -2.971853 -2.625121
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ADF Test Null Hypothesis: D(LPDB) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.916864 -4.323979 -3.580623 -3.225334
0.0247
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(LFDI) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.450013 -4.323979 -3.580623 -3.225334
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Null Hypothesis: D(INF) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.373371 -4.339330 -3.587527 -3.229230
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Null Hypothesis: D(LX) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.006284 -4.323979 -3.580623 -3.225334
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 5 Uji Kointegrasi Dependent Variable: LPDB Method: Least Squares Date: 09/17/12 Time: 22:23 Sample: 1981 2010 Included observations: 30 Variable
Coefficient
C LFDI INF LX
2.965534 -0.007249 -0.004620 0.822758
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.976792 0.974114 0.070737 0.130096 39.04208 364.7654 0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.276070 10.74198 0.004741 -1.528946 0.001551 -2.977684 0.024985 32.93028 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0000 0.1384 0.0062 0.0000 11.83327 0.439655 -2.336139 -2.149312 -2.276371 1.123606
Uji Akar Unit pada Residual Null Hypothesis: RESID02 has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.416022 -4.309824 -3.574244 -3.221728
0.0078
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lampiran 6 Hasil Regresi Error Corrrection Model – Engle Granger Dependent Variable: DLPDB Method: Least Squares Date: 09/18/12 Time: 08:21 Sample (adjusted): 1982 2010 Included observations: 29 after adjustments Variable
Coefficient
C DLFDI DINF DLX ECT1
0.082907 0.001264 -0.002961 0.094380 -0.002368
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.662691 0.606473 0.026195 0.016468 67.21802 11.78786 0.000019
Std. Error
t-Statistic
0.019926 4.160669 0.002820 0.448362 0.000688 -4.303054 0.060137 1.569419 0.001071 -2.211590 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
commit to user
Prob. 0.0004 0.6579 0.0002 0.1296 0.0368 0.050402 0.041757 -4.290898 -4.055157 -4.217067 1.066108
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user