PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL AUDITOR TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT Edvan Jelista Ardika1, Zaitul2, Yunilma2 (Accounting Department, Economic Faculty, Bung Hatta University) E-mail :
[email protected]
Abstract Premature sign off of audit procedure can affect the audit quality. Thus, audit quality can influence the financial report reliability post audited. Therefore, this behavior should be reduced in order to have good audit quality. Premature sign off is still an issue in Indonesia since accounting education, culture system, and social sytem are much differences. Further, this research aim to determine the efffect of internal and external factors on premature sign off of audit procedure. The internal factors are locus of control, professional commitment, audit experienceand the rest are external factors, that are audit risk, and materiality. Data were collected through a survey among auditors working in audit firm in Padang, Indonesia..the analysis techniques used here is multiple regression analysis with a sample of 22 auditors.The result of logistic regression analysis show that only locus of control has a significant impact onpremature sign off of audit procedure. Variables of professional commitment, audit experience, audit risk, materiality did not have any significant effect. This finding imply that to reduce the premature sign off should increase the locus of control of auditor by using the concept of employee development. Keywords:Premature sign off of audit procedure,internal factors, external factors , audit firm review dangkal terhadap dokumen klien, dan tidak memperluas pemeriksaan jika 1. Latar Belakang terdapat pos yang dipertanyakan (Kumalasari, 2013). Seiring seringnya terkuak kasusMeskipun dalam teori dinyatakan kasus audit pada perusahaan, seperti kasus secara jelas bahwa audit yang baik adalah Enron, WordCom di USA dan tutupnya yang mampu meningkatkan kualitas KAP Andersen yang merupakan salah satu informasi beserta konteksnya, namun KAP terbesar didunia. Di Indonesia sendiri kenyataan dilapangan berbicara lain ada kasus Kimia Farma dan Bank Lippo, Weningtyas, dkk, (2006). Pengurangan dengan melibatkan kantor-kantor akuntan kualitas audit yang banyak terjadi adalah yang selama ini diyakini memiliki kualitas salah satunya perilaku penghentian audit tinggi. prematur atas prosedur audit. Penghentian Penghentian prematur adalah prematur ini mempengaruhi opini yang pengabaian atau pengurangan prosedur dibuat oleh auditor. Sebab semakin banyak audit yang telah disyaratkan oleh auditor. prosedur audit yang ditinggalkan maka Prosedur audit merupakan langkahkemungkinan opini yang buat oleh auditor langkah yang harus dilaksanakan dalam kurang tepat bahkan memungkinkan melakukan audit, namun pada praktenya terjadi kesalahan pemberian opini. auditor mengurangi langkah-langkah Meskipun teori menyebutkan bahwa audit dalam melakukan audit, seperti yang baik adalah yang mampu pengurangan jumlah sampel, melakukan
meningkatkan kualitas audit, namun dilapangan sering terjadi praktek pengurangan kualitas audit berupa praktek penghentian prematur. Akibat dari perilaku penghentian prematur adalah tidak validnya informasi yang telah dikumpulkan auditor dan tidak akuratnya laporan keuangan yang telah diaudit. Selain itu, praktek penghentian prematur ini juga dapat penurunan kepercayaan publik atas profesi akuntan atau auditor itu sendiri. Penghentian prematur terjadi karena faktor internal auditor dan eksternal dari auditor tersebut. Faktor internal merupakan karakteristik auditor atau disebut juga dengan perilaku dari auditor itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan situasi yang dihadapi oleh auditor dalam melakukan audit. Ada beberapa alasan auditor mengapa auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit adalah adanya tekanan waktu atau keterbatasan waktu dalam melakukan pengauditan, penghapusan atau meninggalkan prosedur audit yang dianggapnya tidak penting, adanya salah saji material pada laporan keuangan, prosedur audit yang tidak dimengerti, waktu penyiapan laporan audit yang terbatas, serta faktor kebosanan auditor menurut Alderman dkk dalam Imam wahyudi (2011). Weningtyas dkk (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa risiko audit, time pressure, materialitas, dan prosedur review dan kontrol kualitas mempunyai pengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa risiko audit dan time pressure berpengaruh positif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sehingga semakin besar risiko audit dan time pressure yang dihadapi oleh auditor maka semakin besar pula kecenderungan auditor melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangakan materialitas dan prosedur review dan kontrol kualitas berhubungan negatif terhadap perilaku penghentian prematur atas prosedur audit,
sehingga semakin rendah materialitas serta prosedur review dan kontrol kualitas maka perilaku penghentian prematur semakin rendah. Andani dkk (2014) yang menguji prosedur audit yang sering dihentikan oleh auditor dan menguji hubungan antara time pressure, risiko audit, locus of control dan professional commitment, yang memiliki dampak terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil dari penelitiannya bahwa faktor internal auditor yakni locus of control dan professional commitment mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, sedangkan dari faktor eksternalnya yaitu time pressure dan risiko audit mempunyai pengaruh positif signifikan pada penghentian prematur atas prosedur audit di kantor BPK-RI perwakilan Propinsi Bali. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu Weningtyas dkk (2006). Selain faktor eksternal auditor, penghentian prematur juga dapat dipengaruhi oleh faktor internal auditor seperti : locus of control, professional commitment, dan pengalaman audit. Namun karena masih sedikitnya penelitian tentang faktor internal auditor, maka penulis meneliti kembali variabel faktor internal yang mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit. Dari uraian diatas maka peneliti mengajukan penelitian dengan judul : “ Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Auditor Terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit ’’. Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, permasalahan pokok yang akan diteliti sebagai berikut apakah locus of contol, professional commitment, pengalaman audi, risiko audit dan materialitas berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1. Penghentian Prematur Atas Prosedur audit Penghentian prematur adalah menghentikan secara dini suatu prosedurprosedur yang telah disyaratkan. Perilaku penghentian prematur merupakan tindakan yang menyimpang yang paling tidak diterima dibandingkan dengan bentuk pengurangan kualitas audit behavior lainnya (Malone, 1996 dalam Weningtyas, dkk, 2006). Untuk menentukan opini atau pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Seorang auditor harus menjalankan prosedur audit. Menurut Standar Auditng (IAI, 2010) mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas harus dilaksanakan beberapa prosedur audit. Pada dasarnya prosedur audit merupakan serangkaian langkahlangkah yang harus dilaksanakan dalam melakukan audit. Qurrahman, (2012) menyatakan penghentian prematur atas prosedur audit yang dilakukan oleh auditor dengan tidak melaksanakan atau menagabaikan satu atau beberapa prosedur audit yang disyaratkan, namun auditor mendokumentasikan semua prosedur audit yang telah diselesaikan secara wajar. Praktek penghentian prematur merupakan perilaku auditor yang tidak mengerjakan tugasnya yang telah direncanakan sebelumnya. Praktek ini merupakan perilaku auditor dalam melakukan praktek kecurangan dalam proses audit. Perilaku penghentian prematur penting dikaji karena perilaku ini berdampak pada profesi sebagai akuntan publik, karena profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat untuk menentukan keandalan laporan keuangan yang disajikan pihak perusahaan. Samsul Ulum (2005) menyatakan bahwa perilaku penghentian prematur timbul karena rendahnya orientasi etis para auditor (sifat relevativisme yang tinggi).
Perilaku penghentian prematur pengurangan kualitas audit penting untuk merefleksikan kontradiksi antara inherent cost (biaya yang melekat pada proses audit)dengan aktivitas audit menurut Herrbach (2001) dalam Wahyudi Imam (2011). 2.2. Faktor Internal Auditor Faktor internal merupakan perilaku individu yang telah ada sejak awal atau sejak lahir (genetik), sifat ini juga dapat timbul dari proses sosialisasi dan perkembangan manusia. Faktor internal auditor dalam penelitian ini yang mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit adalah sebagai berikut : 2.2.1.Locus Of Control Locus of control merupakan pengendalian individu atas pekerjaannya dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Ayudiati (2010) menjelaskan bahwa locus of control merupakan cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia merasa dapat atau tidaknya mengendalikan perilaku yang terjadi pada dirinya. Locus of control di defenisikan oleh MacDonald dalam Utami, (2007) sejauh mana seseorang merasakan hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan locus of control suatu konsep yang mengarah kepada keyakinan individu mengenai halhal yang terjadi dalam hidupnya dan memandang seberapa jauh hubungan antara perbuatan yang dilakukannya dengan hasil yang didapatkan. Locus of control terbagi atas dua jenis yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal. Kepercayaan seseorang tentang pengendalian takdir atau keberhasilan diri mereka disebut dengan locus of control internal. Sedangkan locus of control eksternal adalah kepercayaan individu atau seseorng terhadap hasil yang di dapatnya karena adanya dorongan dari
luar seperti: keberuntungan, nasib dan kesempatan (Utami, 2007). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahawa locus of control internal cenderung lebih sukses dalam karirnya dibandingkan yang berkarakter eksternal, mereka cenderung mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi yang lebih cepat dan mendapatkan uang yang lebih. Sebagai tambahan, locus internal dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres. Penelitian Lestari (2010), diantaranya menunjukan bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal yang tinggi akan meningkatkan probabilitas mereka dalam menghentikan prematur prosedur audit. Temuan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin kuat locus of control eksternal auditor, maka auditor akan cenderung melakukan upaya penghentian prematur atas prosedur audit. Budiman, (2013) juga mengatakan bahwa auditor yang memiliki locus of control eksternal berhubungan positif dengan perilaku penghentian prematur atas prosedur audit, semakin tinggi auditor melakukan tindakan manipulasi dalam pekerjaan auditnya, maka semakin tinggi pula auditor tersebut melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil yang sama dengan penelitian Asrini, dkk (2014). Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat disusun sebagai berikut : H1 : Locus of control berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 2.1.2. Professional Commitment Professional commitment merupakan pengakuan individu terhadap profesi yang dijalaninya kepada dirinya sendiri atau orang lain. menurut Utami, (2007) mengartikan komitmen profesional sebagai intensitas identifikasi dan keterlibatan individu dengan profesinya.
Komitmen profesional adalah tingkat loyalitas individu pada profesinya seperti yang dipersepsikan oleh individu tersebut (Trisnaningsih, 2003). SPAP (IAI KAP, 2001:230.1) menyatakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan keseksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional yang bekerja dalam organisasi auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Indarto, (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh komitmen profesional terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, bahwa semakin tinggi komitmen profesional maka semakin kecil kecenderungan auditor menghentikan prosedur audit secara prematur, hasil dari penelitian ini adalah komitmen profesional berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Andani, (2014) juga mengatakan bahwa komitmen profesional berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa semakin tinggi komitmen profesional maka semakin rendah peluang auditor untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diatas, maka peneliti menguji kembali pengaruh komitmen profesional dengan hipotesis sebagai berikut : H2 : Professional commitment yang dimiliki auditor berpengaruh negatif
terhadap penghentian prosedur audit
prematur
atas
2.1.3. Pengalaman Audit Pengalaman audit merupakan faktor penting dalam menyelesaikan pekerjaannya, pengalam audit adalah keterlatihan dan lama waktu bekerja auditor dalam melaksanakan audit. Auditor yang memiliki pengalaman kerja yang banyak biasanya memperoleh pengetahuan dari apa yang telah dilalui sebelumnya. Indarto, (2011) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Auditor yang telah berpengalaman memungkinkan dapat mengontrol kemungkinan terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit. Struktur pengetahuan memberikan suatu petunjuk bagi proses pertimbangan dan respon terhadap situasi yang timbul dari proses audit (Tsui dan Gul dalam Utami, 2007). Indrianto, (2011) menambahkan proporsi tentang pertimbangan profesional dalam akuntansi menunjukkan bahwa pengalaman memunculkan suatu struktur pengetahuan yang skematik dan abstrak, yang diperoleh dari memori lama. Purnamasari, (2005) menyebutkan bahwa sebagai pegawai yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dibeberapa hal diantaranya dapat mendeteksi kesalahan, dan memahami kesalahan dan mencari solusi dari timbulnya kesalahan tersebut. Selain pendidikan formal peningkatan pengalaman audit dapat dilakukan melalui berbagai pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan oleh auditor merupakan proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang akan ditemuinya. Dengan demikian, dapat disimpulkan pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit baik disegi lama bekerja maupun dari pelatihan dan praktek yang pernah dilakukannya.
Indarto, (2011) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh pengalaman audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hasilnya bahwa pengalaman audit berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit meski tidak signifikan. Rata-rata jawaban responden pada variabel pengalaman audit berada pada rentang rendah. Berdasarkan argumen dan review peneliti terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini disusun sebagai berikut : H3 : Pengalaman audit berpengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Faktor Eksternal Auditor Faktor eksternal merupakan karakteristik dari lingkungan dan objekobjek didalamnya yang dapat mengubah sudut pandang auditor dalam melakukan audit. Faktor-faktor ekternal yang mempengaruhi auditor terhadap penghentian prematur atas prosedur audit adalah sebagai berikut : Risiko Audit Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor karena ketidakpastian. Menurut SA Seksi 312 risiko audit merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodefikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Salah saji material bisa terjadi karena kesalahan dan kecurangan. Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan yang timbul karena ketidaksengajaan, sedangkan kecurangan merupakan tindakan manipulasi yang dibuat secara sengaja untuk kepentingan pribadi maupun organisasi. Dalam penelitian ini risiko audit yang dimaksud adalah risiko deteksi. Risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang
telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material. Budiman, (2013) menyatakan jika bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor dapat mendeteksi adanya salah saji yang material, maka diperlukan jumlah bahan bukti yang banyak dengan prosedur audit yang benar dan lengkap. Dengan demikian ketika risiko audit rendah, auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Weningtyas, dkk, 2006). Weningtyas, dkk (2006) meneliti pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, hasil penelitiannya menyatakan bahwa risiko audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit dan hubungannya positif. Herningsih (2001) menyatakan bahwa risiko audit dan penghentian prematur memiliki hubungan negatif. Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya persepsi responden terhadap defenisi dari risiko audit. Untuk mengetahui kembali pengaruh dan hubungan antara risiko audit dengan penghentian prematur atas prosedur audit, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H4: risiko audit berpengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit Materialitas Materialitas merupakan kesalahan dalam penyajian yang terdapat pada laporang keuangan. Salah saji ini memungkinkan berdampak pada keputusan auditor, tergantung pada besar kecilnya atau material dan tidak materialnya salah saji tersebut. Mulyadi, (2002) konsep materialitas menunjukkan besar salah saji yang dapat diterima auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi karena adanya salah saji tersebut (Sukrisno, 1996:100 dalam Suryanita, dkk, 2007). Salah saji laporan keuangan mengandung kekeliruan atau kekurangan yang dampaknya secara individu atau gabungan, yang signifikan sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Jika auditor menetapkan jumlah rupiah materialitas terlalu rendah maka auditor akan mengkonsumsi waktu dan usaha yang sebenarnya tidak perlu, dan sebaliknya, jika auditor menentukan jumlah rupiah terlalu tinggi, auditor akan mengabaikan salah saji signifikan sehingga ia memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang berisi salah saji material (Mulyadi, 2002). Weningtyas, (2006) meneliti tentang pengaruh materialitas terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hubungan antara materialitas dengan penghentian prematur atas prosedur audit adalah hubungan negatif. Jika auditor menganggap bahwa prosedur audit memiliki materialitas rendah dalam mendeteksi kemungkinan adanya salah saji, maka cenderung auditor untuk meninggalkan prosedur tersebut akan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Herningsih (2001) tidak menemukan bukti bahwa materialitas berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Perbedaan ini disebabkan oleh responden yang menganggap auditor yang menilai materialitas yang melekat pada prosedur rendah, maka auditor cenderung untuk tidak menghentikan penghentian prematur atas prosedur audit.
Berdasarkan argumen dan review peneliti terdahulu, maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah sebagai berikut : H5 : materialitas memiliki pengaruh negatif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 3. Metode Penelitian Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor KAP Daerah Padang. Untuk mempersempit ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini maka perlu mengklasifikasikan sampel. Menurut (Sekaran, 2007) sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili. secara. Dengan nonprobability sampling memakai teknik purposive sampling, teknik ini merupakan menggunakan kriteria dalam pengambilan sampel. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di KAP dan telah memiliki pengalaman kerja minimal 1 tahun. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan tertulis. Metode survey yang digunakan adalah dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden. Setiap responden diminta untuk memilih salah satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsinya diantara alternatif jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dibuat dalam skala 1 sampai 5 untuk mendapatkan jawaban. Definisi operasional dan pengukuran Locus Of Control Pertanyaan tentang locus of control diukur dengan skala Rotter yang dikembangkan oleh Spector (1988) dalam Donnelly, dkk (2003) yang diadopsi oleh
Utami (2007) terdiri dari 16 pertanyaan yang diukur dengan 5 skala likert. Professional Commitment Menggunakan intrumen oleh Aranya dan Ferris (1981) yang dikembangkan oleh Herningsih (2002) yang diadopsi oleh Utami (2007) terdiri dari 6 item pertanyaan dan diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin. Pengalaman Audit Variabel ini didefenisikan dengan pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan, baik dari segi lamanya bekerja maupun dari banyaknya penugasan yang pernah dilaksanakannya (Suraida, 2005 dalam Utami, 2007). Untuk mengukur pengalaman audit dilihat dari lamanya bekerja dan banyaknya penugasan. Risiko Audit Variabel risiko audit diukur menggunakan instumen Raghunathan (1991) yang dikembangkan oleh Herningsih (2002), yang digunkan oleh Weningtyas (2006) terdiri dari 3 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert 5 poin. Materialitas Variabel materialitas diukur dengan menggunakan instumen Raghunathan (1991) yang dikembangkan oleh Herningsih (2002), yang digunakan oleh Weningtyas (2006) terdiri dari 3 item pertanyaan dan diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Variabel ini diukur menggunakan instrumen yang digunakan oleh Raghunathan (1991) yang kemudian dikembangkan oleh Heriningsih (2002) yang digunakan oleh Lestari (2010) yaitu dengan memodifikasi 10 item pertanyaan prosedur audit yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya suatu pertanyaan dalam kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dapat dilihat dari nilai Kaiser Meyes Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO – MSA) dari variabel jika berada diatas 0,5. Hal ini memberika arti bahwa item-item dari variabel tersebut valid untuk diuji (Ghozali, 2011). Sebaliknya jika factor loading kurang dari 0,4 berarti item tersebut tidak valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah suatu pengujian untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji tingkat ketepatan atau kehandalan kuesioner dalam mengukur. Pengujian ini dilakukan dengan uji Cronbach Alpha, jika nilai Cronbach Alpha tersebut berada diatas 0,06 maka variabel yang telah valid tersebut memiliki tingkat Reliabilitas yang tinggi (Ghozali, 2011), variabel dinyatakan realiabel jika mempunyai koofisien Cronbach Alpha > 0,05. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya pola distribusi data menurut (Ghozali, 2011). Dalam melakukan pengujian normalitas digunakan uji one sample kolmogrov smirnovt. Normalnya sebuah variabel dilihat dari nilai Asymp Sig (2-tailed) >0,05. Uji Multikolonieritas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel independen. Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan varianceinflantion factor
(VIF) serta besaran kolerasi antara variabel independen. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance >0,10 atau nilai VIF < 10 (Ghozali, 2011). Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Untuk mengetahui dan menentukan heteroskedastisitas, dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser. Menurut Gujarati (2003) yang dikutip oleh Ghozali (2011), dalam uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi sebagai berikut : │Ut│ = α + βxt + vt Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi heteroskedastisitas. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2011). Uji Linearitas Secara umum linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Data yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas dan terikat. Dasar pengambilan dalam penelitian ini dengan melihat nilai signifikansinya > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara variabel bebas dan terikat. Dalam penelitian ini untuk menentukan terjadi atau tidaknya gejala linearitas digunakan metode compare mean. Pengujian Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mendeteksi variasi variabel dependen. Dapat juga dikatakan bahwa R2 = 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terkait, sedangkan R2 = 1 menandakan suatu hubungan yang sempurna (Ghozali, 2011). Uji Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2011). Pengujian hipotesis menggunakan uji F dengan penerimaan atau penolakan hipotesis , apabila F hitung > α (0,05) berarti hipotesis tidak terbukti atau Ho diterima dan Ha ditolak, bila dilakukan uji secara parsial, dan sebaliknya. Analisis Linear Berganda Analisis ini digunakan karena menerangkan ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Analisis ini juga menduga besar atau kecil arah dari pengaruh tersebut serta mengukur derajat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Adapun bentuk umum dari regresi linear berganda secara matematis dirumuskan sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e Y = Penghentian prematur atas prosedur audit α = Konstanta X1 = Locus of control X2 = Professional commitment
X3 = Pengalaman audit X4 = Risiko audit X5 = Materialitas β1β2β3β4β5 = Koofisien regresi e = error Uji Individu atau Parsial (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Pengujian ini dilakukan uji dua arah (Ghozali, 2011). Jika nilai sig < α (0,05) berarti hipotesis terbukti atau Ho diterima dan Ha ditolak, bila dilakukan pengujian secara parsial, dan sebaliknya. 4. Analisis Dan Pembahasan Secara umum tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti nyata adanya pengaruh locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), risiko audit (X4), dan materialitas (X5) terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Didalam melakukan analisis dan pengujian hipotesis peneliti menggunakan data primer yang didapatkan dengan menyebarkan 40 kuesioner kepada beberapa kantor akuntan publik di daerah Padang. Proses penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 1 Februari 2015 dapat dikumpulkan kembali pada tanggal 30 April 2015. Dari proses penyebaran tersebut dapat diperoleh rincian seperti yang terlihat pada tabel berikut : Deskripsi Hasil Penyebaran Kuesioner Keterangan Jumlah kuesioner disebarkan Jumlah kuesioner yang tidak kembali Total kuesioner yang diolah
Jumlah
Persentase(%)
40
100
18
45
22
55
Dari tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah kuesioner yang disebarkan adalah 40 lembar kuesioner, dari penyebaran yang ditujukan pada beberapa kantor akuntan publik di Padang
berhasil dikumpulkan kembali sebanyak 22 lembar kuesioner. Hasil Uji Validitas Dari enam variabel yang digunakan seperti locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), risiko audit (X4), dan materialitas (X5) dan penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Berdasarkan estimasi validasi yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15 ditemukan bahwa seluruh varibel penelitian yang digunakan telah memenuhi syarat untuk dilkukannya pengujian validitas, karena masing-masing item pertayaan memiliki nilai KMO > 0,50. Uji Reliabilitas Dari proses estimasi data yang dilakukan dengan program SPSS ditemukan hasil pengujian diketahui bahwa semua variabel yang valid menghasilkan cronbach alpha diatas 0,50 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini telah didukung oleh item pertanyaan yang valid dan variabel yang handal. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Berdasarkan proses pengujian yang dilakukan ditemukan hasil bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari Locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), risiko audit (X4), materialitas (X5) dan penghentian prematur atas prosedur audit (Y) menghasilkan nilai asymp sig (2tailed) diatas 0,05 sehingga disimpulkan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
kolerasi antara variabel independen. Berdasarkan proses pengujian yang dilakukan bahwa pada variabel locus of control (x1), professional commitment (x2), pengalaman audit (x3), risiko audit (x4), dan materialitas (X5) tidak terjadi gejala multikolineritas karena nilai tolerance nya > 0,10 dan nilai VIF nya < 10. Uji Heteroskedatisitas Uji heteroskedatisitas berujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual suatu pengamatan ke pemgamatan lainnya. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independent maka ada indikasi heteroskedatisitas hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5 % atau 0,05 Ghozali (2011). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan ditemukan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini tidak ada terjadi gejala heteroskedatisitas, karena masing-masing variabel memiliki tingkat kepercayaan diatas 5% atau 0,05. Uji Linearitas Secara umum linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan terikat mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Dasar pengambilan dalam penelitian ini dengan melihat nilai signifikansinya > 0,05 maka terdapat hubungan yang linear secara signifikan antara variabel bebas dan terikat. Dalam penelitian ini untuk menentukan terjadi atau tidaknya gejala linearitas digunakan metode compare mean, berdasarkan uji yang telah dilakukan didapatkan hasil dilihat bahwa dari uji linearitas yang telah dilakukan pada masing-masing variabel ditemukan hasil bahwa terdapat 3 variabel yang mengalami gejala linearitas yaitu variabel locus of control (X1) dengan nilai signifikan sebesar 0,007, variabel profesional commitment (X2) sebesar 0,000, variabel risiko audit (X4) sebesar
0,048 dimana nilai-nilai tersebut α< 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel-variabel tersebut terdapat adanya gejala linearitas, sedangkan sisanya yang terdiri dari variabel pengalaman audit (X3) dan materialitas (X5) memiliki nilai signifikan > 0,05 yaitu sebesar 0,283 dan 0,138, maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak terjadi gejala linearitas. Pengujian Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan output SPSS diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar 0,429 = 42,9%. Hal ini dapat diartikan bahwa Penghentian prematur atas prosedur audit secara bersama-sama dipengaruhi oleh locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), risiko audit (X4), dan materialitas (X5) sebesar 42,9%. Sedangkan selebihnya yaitu sebesar 57,1% dipengaruhi oleh faktor yang lain. Uji Silmultan (uji statistik F) Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa nilai F-hitung (4,154) dengan nilai sig. 0,013. Artinya secara simultan variabel locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), risiko audit (X4), dan materialitas (X5) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Analisis Linear Berganda
y = -0,334+0,910X1 - 0,098X2-0,478X3 + 0,390X4+0,130X5 Dari persamaan di atas, hasil yang dapat di jelaskan bahwa nilai konstanta sebesar -0,334 artinya jika locus of control (X1), professional commitment (X2), pengalaman audit (X3), dan risiko audit (X4), materialitas (X5) dianggap konstan maka penghentian prematur atas prosedur audit adalah sebesar -
0,334. Nilai koefisien regresi locus of control (X1) sebesar 0,910, artinya jika locus of control ditingkatkan sebesar satu satuan, maka penghentian prematur atas prosedur audit meningkat sebesar 0,910 satuan. Nilai koefisien regresi professional commitment (X2) sebesar 0,098 artinya jika professional commitment ditingkatkan sebesar satu satuan, maka penghentian prematur atas prosedur audit menurun sebesar -0,098 satuan. Nilai koefisien regresi pengalaman audit (X3) sebesar -0,478, artinya jika pengalaman audit ditingkatkan sebesar satu satuan, maka penghentian prematur atas prosedur audit menurun sebesar -0,478 satuan. Nilai koefisien risiko audit (X4) sebesar 0,390, artinya jika risiko audit ditingkatkan sebesar satu satuan, maka penghentian prematur atas prosedur audit meningkat sebesar 0,390 satuan. Nilai koefisien materialitas (X5) sebesar 0,130, artinya jika materialitas ditingkatkan sebesar satu satuan, maka penghentian prematur atas prosedur audit meningkat sebesar 0,130 satuan. Uji Hipotesis Pengaruh Locus Of Control terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien variabel resiko audit (b2) adalah 0,910 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa locus of cotrol berpengaruh positif terhadappengehntian prosedur audit. Dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05,maka dapat disimpulkan bahwa H1diterima. Penelitian ini ditemukan hasil bahwa locus of cotrol berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengehentian prematur atas prosedur audit, hal ini disebabkan karena responden atau auditor dalam penelitian ini memiliki karakteristik locus of control eksternal karena idividu yang memiliki karakteristik locus of cotrol
eksternal cenderung menganggap bahwa hidup mereka ditentukan oleh kekuatan dari luar diri mereka seperti, nasib, takdir, keberuntungan, dan orang lain yang berkuasa, serta mereka lebih sering menyalahkan petaka, nasib dan keadaan dirinya. Pengaruh
Professional
Commitment
terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien variabel professional commitment (b3) adalah -0,098 dengan nilai signifikansi sebesar 0,781. Hal ini menunjukkan bahwa professional commitment berpengaruhnegatif terhadap penghentian prosedur audit tapi secara statistik tidaksignifikan. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwaH5 ditolak. Hal ini disebabkan oleh responden pada penelitian ini menjunjung tinggi profesionalisme sebagai auditor, dengan demikian mereka selalu menyelesaikan tugas–tugas mereka dengan baik dan berkualitas, sehingga perilaku penghentian prematur atas prosedur audit tidak terjadi. Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien variabel pengalaman audit (b4) adalah -0,478 dengan nilai signifikansi sebesar 0,461. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman audit berpengaruhnegatif terhadap penghentian prosedur audit tapi secara statistik tidaksignifikan. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwaH5 ditolak. Hal ini disebabkan oleh responden pada penelitian ini beranggapan bahwa semakin lama auditor bekerja dan semakin banyak jumlah tugas yang telah dilakukannya, maka dapat mendeteksi kesalahan, dan memahami kesalahan dan mencari solusi dari timbulnya kesalahan tersebut, sehingga tidak
meninggalkan/mengabaikan audit.
prosedur
Pengaruh Risiko Audit terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien variabel pengalaman audit (b5) adalah 0,390dengan nilai signifikansi sebesar 0,100. Hal ini menunjukkan bahwa risiko audit berpengaruhpositif terhadap penghentian prosedur audit tapi secara statistik tidaksignifikan. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwaH5 ditolak. Hal ini disebabkan oleh semakin rendah pertimbangan auditor tentang risiko deteksi, maka semakin rendah penghentian prematur dilakukan. Karena ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor harus mengumpulkan banyak bahan bukti audit agar dapat mendeteksi salah saji materialitas dan jumlah prosedur yang banyak pula. Pengaruh Materialitas terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien variabel pengalaman audit (b6) adalah 0,130dengan nilai signifikansi sebesar 0,478. Hal ini menunjukkan bahwa materialitas berpengaruh positif terhadap penghentian prosedur audit tapi secara statistik tidaksignifikan. Dengan nilai signifikan yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwaH5 ditolak. Hal ini disebabkan oleh jika auditor menganggap bahwa prosedur audit memiliki materialitas yang tinggi dalam mendeteksi kemungkinan adanya salah saji, maka cendrung auditor untuk meninggalkan prosedur tersebut akan semakin rendah. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh faktor internal auditor (Locus Of Control , Professional Commitment, Pengalaman Audit) dan
faktor eksternal auditor (Risiko Audit, Materialitas) terhadap Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit dapat disimpulkan koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 42,9%. Dari hasil Uji F menemukan bahwa secara keseluruhan variabel independen mempunyai hubungan yang signifikan terhadap variabel dependen. Locus of control (X1) berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Professional commitment (X2) memiliki pengaruh negatifterhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y), tetapi secara statistik tidak signifikan. Pengalaman audit(X3) memiliki pengaruh negatifterhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y), tetapi secara statistik tidak signifikan. Risiko audit (X4) memiliki pengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y), tetapi secara statistik tidak signifikan. Materialitas(X4) memiliki pengaruh positif terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y).tetapi secara statistik tidak signifikan. DAFTAR PUSTAKA Andani, Surya Ni Made. 2014. Pengaruh Time Pressure, Audit Risk, Professional Commitment danLocus Of Control pada Penghentian Prematur atas Prosedur Audit, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.2. Aranya, N., Pollock J. Americ, 1981. An Examination of Professional Commitment In Public Accounting, Accounting Organization and Society, Vol. 6, No. 4, pp. 271-280. Arens,.and Loebbecke. 2010. Auditing and Assurance Services, Twelfth Edition, Pearson Education.
Asrini,
Kadek Juni. 2014. Pengaruh Tekanan Waktu, Locus Of Contol, dan Tindakan Supervisi terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Bali), EJournal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.2, No 1.
Basuki,.dan Krisna, Yunika Mahardani. 2006. Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya, Jurnal MAKSI, Vol. 6, No. 2: hal. 203-223. Budiman, Nita Andriyani. 2013. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Auditor terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit dan Kualitas Audit, Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, vol. 24, No. 3. Donnely, David P., Jeffrey J. Q., and David. 2003. Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics. Journal of Behavioral Research In Accounting, Vol. 15. Herningsih, Sucahyo. 2001. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit : Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik. TesisS2. Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2001.StandarProfesional AkuntanPublik, IAI-KAP, Jakarta, Salemba Empat.
Indarto, Stefani Lily. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penghentian Prematur atas Prosedur Audit.Dinamika Sosial Ekonomi,Vol.7, No 2. Kumalasari, Nova. 2013. Pemengaruh Penghentian Prematur atas
Kontrol Kualitas, Locus Of Control serta Professional commitmentterhadap Penghentian Prematur Prosedur Audit. E-Jurnal Binar Akuntansi, 1.
Prosedur Audit pada Auditor di KAP Surabaya. Jurnal Riset Manajemen Dan Akuntansi, 1 (1). Lestari, Ayu Puji. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Auditor dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit. SkripsiS1. Universitas Diponegoro Semarang. Libby, R., and D. Frederick. 1990. Experience and the Ability to Explain Audit Findings. Journal o f Accounting Research 28 : 348367. Ludigdo, Unti. 2006. Strukturasi Praktik Etika di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Studi Interpretif. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Malone, Charles. F. and Roberts. 1996. Factor Associated With the Incidence Of Reduced Audit Quality Behaviour. Auditing. September. Muawanah, U., dan Indriantoro, Nur,. 2001. Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis. Jurnal RisetAkuntansi Indonesia 4 , no. 2 (2001): 133-150. Mulyadi. 2001. Auditing 1: Edisi Enam, Salemba Empat, Jakarta.
Rotter,
J.B. 1966. Generalized Expectancies For Internal Versus External Control Of Reinforcement. Psychological Monographs. Vol.80 PP.1-28.
Suryanita,. Setiawan, Dody,. Triatmoko,Hanung,. 2007. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit , Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.10, No.1. Shapeero, Mike,. Hian Chye Koh, Larry N.Killough. 2003. Underreporting and Premature Sign-off in Public Accounting. Managerial Auditing Journal 18 (6/7), pp 478-489. Tsui, Judi S. L. and Ferdinand A. Gul. Auditors’ Behaviour in an Audit Conflict Situation: A Research Note on The Role of Locus of Control and Ethical Reasoning. Accounting Organizations and Society 21, no. 1 (1996): 41-51. Trisnaningsih. 2003, Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Kerja Auditor : Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6, No.2, Mei 2003, hal 199-216.
Nisa, Vida Fikratun. 2013.Analisis Faktor Eksternal dan Internal yang Mempengaruhi Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (Studi Empiris pada Kap di Semarang), Skripsi S1. Universitas Diponegoro Semarang.
Ulum, Akhmad Samsul. 2005. Pengaruh Orientasi Etika terhadap Hubungan antara Time Pressure dengan Perilaku Prematur Sign-Off Prosedur Audit. JurnalMaksi. Vol.5 No.2.
Qurrahman Taufik,. Susfayetti,. danMirdah,Andi,. 2012. Pengaruh Time Presure, Audit risk, Materialitas, Prosedur Review dan
Utami, Intiyas,. Nugroho, Kus Andi,. Yefta,.dan Indrawati, Fenny,. 2007.Situasi Konflik Audit Akuntan Publik Pendekatan dari Aspek
Keprilakuan, Universitas Kristen Satya Wacana. Wahyudi, Imam. 2011. Praktik Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Media Riset, Vol.1, No.2. Wang, X., and Anona Armstrong. 2001.A Structural Model of Professional Commitment from the Perspective of Characteristics of a Professional Community. Working Paper School of Management, Victoria University Of Technology. Weningtyas, Suryanita,. Setiawan, Doddy,.dan Triatmoko, Hanung,. 2006. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Yanto, Heri. 2013. Pengaruh Karakteristik Internal dan Eksternal Auditor
dalam Membuat Keputusan Audit Berbasis Etika dengan Pendekatan Moral Kognitive Menggunakan Uji Partial Least Squer (PLS). Jurnal Ekonomi, Vol. 21, No 4. Zulfahmi. 2005.Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Etis Akuntan di Kota Banda Aceh. Skripsi S1. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh