Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
PENGARUH TEKANAN WAKTU DAN RISIKO AUDIT TERHADAP PENGHENTIAN PREMATUR ATAS PROSEDUR AUDIT EkaKurnia Sariwandini
[email protected]
Kurnia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is meant to give empirical evidence about the influence of pressure time and auditing risk to the premature termination of auditing procedures whether it exist or not. The population in this research is the auditors who work in the public accountant office in Surabaya and as much as 47 respondents are selected as samples in this research. The collection of primary data is carried out by performing survey method which gives written questions in the form of questionnaires and directly distribute it to the respondents. The multiple linear analysis technique is applied in this research to analyze the influence of time pressure and auditing risk to the premature termination and auditing procedures. The result of this research is that the time pressure has an influence to the premature termination on auditing procedures. It means that partially there is a real influence among time pressure variables to the premature termination on auditing procedures. Auditing risk variables have an influence to the premature termination on auditing procedures which means partially there is a real influence among auditing risk variables to the premature termination on auditing risk. It can be concluded from this research that time pressure and auditing risk have significant influence to the premature termination behavior on auditing procedures. Keywords: Time Pressure, Auditing Risk, Premature Termination, Auditing Procedures
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruhtekanan waktu dan risiko audit terhadap perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Populasi penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dengan sampel sebanyak 47 reponden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survey yaitu memberikan pertanyaan tertulis dalam bentuk kuisioner dan menyebarkan langsung kepada responden. Digunakan teknik analisis linier berganda untuk menganalisis pengaruh tekanan waktu dan risiko audit terhadap penghentian premature atas prosedur audit. Hasil dari penelitian ini adalah tekanan waktu berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu secara parsial terhadap penghentian premature atas prosedur audit. Dan variabel risiko audit berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit secara parsial. Simpulan dari penelitian ini adalah tekanan waktu dan risiko audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perilaku penghentian prematur atas prosedur audit. Kata kunci:
tekanan waktu, risiko audit, penghentian prematur, prosedur audit
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
2
PENDAHULUAN Di dalam perusahaan swasta maupun pemerintah diperlukan adanya fungsi pengawasan agar bisnis perusahaan dapat terkelola dengan baik. Jasa professional independen merupakan hal penting di dalam mengelola suatu bisnis untuk menentukan keandalan pertanggung jawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan dan untuk meningkatkan kualitas informasi laporan pengelolaan bisnis terhadap pihak yang berkepentingan atas laporan keuangan tersebut. Pihak independen yang melakukan pengawasan tersebut adalah auditor. Jasa dari pihak ketiga independen tersebut diharapkan mampu memberikan penilaian yang bebas serta tidak memihak salah satu antara kedua belah pihak yang berkepentingan tersebut. Independen berarti tidak mempunyai kepentingan tertentu di perusahaan tersebut (Misal sebagai pemegang saham, direksi) atau mempunyai hubungan khusus (Misal keluarga dari pemegang saham, direksi). Akuntan publik harus independen karena sebagai orang kepercayaan masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak dan melaporkan apa adanya. Proses audit merupakan bagian dari assurance service. AICPA Special Committee on Assurance Service mendefinisikan assurance service sebagai “jasa professional independen yang dapat meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan”. Jasa assurance dapat dilakukan oleh akuntan publik atau oleh berbagai profesional lainnya. Auditor independen yang tergabung dalam Kantor Akuntan Publik memberikan jasa audit atas laporan keuangan. Fungsi eksternal auditor adalah menemukan dan mencegah penyelewengan yang mungkin terjadi serta menghasilkan informasi yang objektif. Jasa assurance service yang merupakan jasa independen dari seorang auditor diharapkan mampu meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan. Di dalam definisi tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan assurance service dapat meningkatkan kepercayaan dan reliabilitas serta relevansi informasi terhadap hasil laporan auditan. Oleh karena pengauditan merupakan salah satu bagian dari assurance service, maka jelaslah bahwa pengauditan melibatkan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi bagi pihak auditor. Pelaksanaan audit yang baik yang sesuai akan meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya akan tetapi berdasarkan fakta dilapangan berbicara lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit (Reduced Audit Quality) semakin banyak terjadi (Alderman dan Deitrick, 1982; Margheim dan Pany, 1986; Raghunathan, 1991; Malone dan Robert, 1996; Reckers, et al., 1997; Coram, et al., 2000; Heriningsih 2002; Radtke dan Tervo, 2004; Soobaroyen dan Chengabroyan, 2005). Hal ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap cara auditor dalam melakukan audit. Salah satu bentuk perilaku pengurangan kualitas audit yaitu penghentian prematur atas prosedur audit yang sengaja dilakukan oleh auditor (Malone dan Robert, 1996; Coram, et al., 2004). Prosedur audit merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Penghentian prematur dapat digambarkan sebagai tindakan tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani mengungkap opini atas laporan keuangan yang mereka audit dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. Hal ini dianggap tidak dapat diterima / “dimaafkan” dan paling berat hukumannya adalah biasanya berupa pemecatan (Malone dan Roberts. 1996 ; Coram, et al. 2004). Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi bahwa bukti audit yang kompeten dan cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
3
diaudit (IAI, 2001). SA 326.20 juga menyebutkan bahwa jumlah dan jenis bukti yang dibutuhkan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya memerlukan pertimbangan professional auditor setelah mempelajari dengan teliti keadaan yang dihadapinya. Perilaku tersebut muncul karena adanya dilema antara inherent cost (biaya yang melekat pada proses audit) dan kualitas, yang dihadapi oleh auditor dalam lingkungan auditnya (Kaplan, 1995). Dimana di satu sisi auditor harus memenuhi standar profesional mereka untuk mencapai kualitas audit pada level yang lebih tinggi, akan tetapi di sisi lain auditor menghadapi hambatan cost atau biaya yang membuat mereka memiliki kecenderungan untuk menurunkan kualitas auditnya. Penghentian prematur atas prosedur audit dilakukan oleh auditor karena alasan-alasan seperti terbatasnya jangka waktu pengauditan yang ditetapkan, anggapan bahwa prosedur audit yang dilakukan memiliki risiko kecil, diterapkannya batas waktu penyampaian laporan audit, terdapat prosedur audit yang kurang dimengerti. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh adanya faktor internal seperti karakteristik personal dalam diri auditor tersebut, dimana auditor dibayar oleh kliennya atas jasa auditnya sehingga auditor cenderung untuk memuaskan keinginan kliennya dan oleh adanya faktor eksternal seperti tekanan waktu audit (time pressure) yang terdiri dari time budget pressure dan time deadline pressure, serta adanya risiko audit. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tekanan waktu dan risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Auditing The American Accounting Association Committee on Basic Auditing Concepts mendefinisikan auditing sebagai proses sistematik pencarian dan pengevaluasian secara objektif bukti mengenai asersi tentang peristiwa dan tindakan ekonomik untuk meyakinkan kadar kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Tujuan audit bukanlah untuk memberikan informasi tambahan. Audit dimaksudkan untuk memungkinkan pemakai laporan keuangan lebih bergantung pada informasi (dalam hal ini laporan keuangan) yang sudah disusun oleh pihak lain (Simamora, 2002). Peran Auditing Pelaporan keuangan (financial reporting) dan akuntansi yang andal membantu masyarakat dalam mengalokasikan sumber daya dengan cara yang efisien (Simamora, 2002). Tujuan utamanya adalah mendistribusikan sumberdaya modal yang terbatas ke sektor produksi barang dan jasa yang permintaannya besar. Sumberdaya ekonomik tertarik pada industri, kawasan geografis, dan entitas organisasional yang parameter finansialnya menunjukkan sebagai sanggup memakai sumberdaya ekonomik tersebut secara paling baik. Dilain pihak, akuntansi dan pelaporan yang tidak memadai akan menyembunyikan dan menyuburkan keborosan dan inefisiensi sehingga menghambat alokasi efisien terhadap sumberdaya ekonomik. Kontribusi auditor independen adalah membubuhkan kredibilitas atas informasi. Dalam hal ini kredibilitas berarti bahwa informasi dapat dipercaya sehingga bisa diandalkan oleh pihak luar seperti pemegang saham, kreditor, pelanggan, dan pihak yang berminat lainnya. Permintaan akan hasil auditing berasal dari faktor-faktor berikut: kompleksitas, jarak, dan bias dan motif penyedia informasi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
4
Hierarki Auditor dalam Organisasi Kantor Akuntan Publik Umumnya hierarki auditor dalam perikatan audit di dalam kantor akuntan publik dibagi menjadi berikut ini (Mulyadi, 2002): Pertama, yaitu Partner yang menduduki jabatan tertinggi dalam perikatan audit; bertanggung jawab atas hubungan dengan klien; bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit dan management letter, dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit dari klien. Kedua, yaitu Manajer yang bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; me-review kertas kerja, laporan audit, dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien, melainkan di kantor auditor, dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior. Ketiga, yaitu Auditor Senior yang bertugas untuk melaksanakan audit; bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana; bertugas untuk mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor junior. Auditor senior biasanya akan menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan. Umumnya auditor senior melakukan audit terhadap satu objek pada saat tertentu. Dan keempat, yaitu Auditor Junior yang melaksanakan prosedur audit secara rinci; membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Pekerjaan ini biasanya dipegang oleh auditor yang baru saja menyelesaikan pendidikan formalnya di sekolah. Biasanya ia melaksanakan audit di berbagai perusahaan. Ia harus banyak melakukan audit di lapangan dan di berbagai kota, sehingga ia dapat memperoleh pengalaman banyak dalam menangani berbagai masalah audit. Tahapan – Tahapan Audit Ada empat tahap dalam melaksanakan audit , yakni (Mulyadi, 2002) : Pertama, yaitu Penerimaan Perikatan Audit yaitu perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Kedua, yaitu Perencanaan Audit keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor. Ketiga, Pelaksanaan Pengujian Audit yaitu tahap ini juga disebut dengan “pekerjaan lapangan”. Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu ke tiga standar auditing yang termasuk dalam kelompok “standar pekerjaan lapangan”. Tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap pelaksanaan pengujian audit ini mencakup sebagian besar pekerjaan audit. Dan keempat, Pelaporan Audit yaitu pelaksanaan tahap ini harus mengacu ke “standar pelaporan”. Ada dua langkah penting yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan audit ini : (1) menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan menarik kesimpulan, (2) menerbitkan laporan audit. Prosedur – Prosedur Audit Prosedur Audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi. Menurut Mulyadi (2002) disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
5
dalam standar tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit lain tersebut meliputi: Pertama, inspeksi
merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik sesuatu. Prosedur audit ini banyak dilakukan oleh auditor. Dengan melakukan inspeksi terhadap sebuah dokumen, auditor akan dapat menentukan keaslian dokumen tersebut. Dengan melakukan inspeksi terhadap kondisi fisik suatu aktiva tetap misalnya, auditor akan dapat memperoleh informasi mengenai eksistensi dan keadaan fisik aktiva tersebut. Kedua, Pengamatan merupakan prosedur audit yang digunakan auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan. Dengan pengamatan ini auditor akan dapat memperoleh bukti visual mengenai pelaksanaan suatu kegiatan. Objek yang diamati auditor adalah karyawan, prosedur, dan proses. Ketiga, konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar, Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang ditanyakan oleh auditor tersebut, Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut. Keempat, permintaan keteranganmerupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter. Contoh prosedur audit ini adalah permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keuangan sediaan yang ada di gudang, permintaan keterangan yang diajukan kepada penasihat hukum klien mengenai kemungkinan keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh penasihat hukum tersebut. Kelima, penelusuran merupakan prosedur audit yang melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur audit ini terutama diterapkan terhadap bukti dokumenter. Keenam, pemeriksaan dokumen pendukung merupakan prosedur audit yang meliputi inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya, dan pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. Prosedur ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi. Ketujuh, penghitungan (counting) merupakan prosedur audit yang meliputi penghitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti kas atau sediaan di tangan digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, dan pertanggung jawaban semua formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi. Kedelapan, scanning merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. Kesembilan, pelaksanaan ulangmerupakan pengulangan aktifitas yang dilaksanakan oleh klien. Umumnya pelaksanaan ulang diterapkan pada penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dilakukan oleh klien. Dan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
6
kesepuluh, teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)merupakan bilamana catatan akuntansi klien diselenggarakan dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan di atas. SA Seksi 327 Teknik Audit Berbantuan Komputer memberikan panduan bagi auditor tentang penggunaan komputer dalam audit di lingkungan sistem informasi komputer. Dalam penelitian ini prosedur audit yang digunakan adalah yang ditetapkan dalam Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Menurut Shapeero, et.al. (2003) pengurangan kualitas audit yang terjadi berupa underreporting dan penghentian prematur atas prosedur audit. Adapun prosedur-prosedur tersebut adalah (1) Pemahaman Bisnis dan Industri Klien (PSA No.5 2001), (2) Pertimbangan Pengendalian Internal (PSA No.69 2001), (3) Internal Auditor Klien (PSA No.33 2001), (4) Informasi Asersi Manajemen (PSA No.7 2001), (5) Prosedur Analitik (PSA No.22 2001), (6) Konfirmasi (PSA No.7 2001), (7) Representasi Manajemen (PSA No.17 2001), (8) Pengujian Pengendalian Teknik Berbantuan Komputer (PSA No.59 2001), (9) Sampling Audit (PSA No.26 2001), (10) Perhitungan Fisik (PSA No.7 2001) Pengembangan Hipotesis Pengaruh tekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik digolongkan ke dalam dua Kelompok : jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa professional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan, pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Melalui jasa assurance yang disediakan oleh profesi akuntan publik diharapkan mampu meningkatkan mutu informasi bagi pengambilan keputusan, pengambil keputusan yang memerlukan berbagai informasi yang andal dan relevan. Dan jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan atau bentuk lain keyakinan (Mulyadi, 2002). Auditor dituntut untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit, tuntutan tersebut menimbulkan tekanan waktu (Heriningsih, 2002). Tekanan waktu yang diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit karena semakin cepat waktu pengerjaan audit maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Untuk menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, maka ada kemungkinan bagi auditor untuk melakukan pengabaian bahkan pemberhentian terhadap prosedur audit.Prosedur audit meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor dalam melaksanakan audit. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efektif dan efisien (Malone dan Roberts, 1996). Menurut Sari (2010) terdapat kegagalan oleh auditor untuk melengkapi prosedur audit yang disyaratkan, yang disebut sebagai pengurangan kualitas audit/Reduced Audit Quality (RAQ Behaviors). Pengurangan mutu kualitas audit menurut Suryanita (2007) adalah dalam bentuk mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan lengkap. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Tekanan waktu berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
7
Pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal audit tanpa disadari tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (PSA N0.5, 2001). Risiko dalam audit atau risiko audit memperlihatkan risiko yang dihadapi auditor yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga dan pendapat auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan materialitasnya tinggi. Hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku. Dalam penelitian ini risiko audit yang dimaksud adalah risiko deteksi, karena bahwa risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material. Risiko deteksi ditentukan oleh efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Dengan demikian, ketika risiko audit rendah maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Suryanita, et al. 2007). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Risiko audit berpengaruhterhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubunganhubungannya, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah, dengan membagikan kuesioner dengan bagian-bagian yang terkait dalam pembahasan ini.Penulis juga melakukanTinjauan Pustaka (Library Research)yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur karangan ilmiah serta berbagai bahan pustaka lainnya yang ada hubungannyadengan penulisan skripsi ini. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan waktu (X1), risiko audit (X2) dan variabel dependen adalah penghentian prematur atas prosedur audit. Populasi penelitian ini adalah auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya dengan sampel sebanyak 47 responden. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tekanan waktudanrisiko audit. a. Tekanan waktu / time pressure timbul karena adanya tuntutan bagi auditor untuk melakukan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Tekanan waktu / time pressure memiliki dua dimensi (Heriningsih 2002), yaitu yang pertama Time budget pressure adalah keadaan dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
8
b.
anggaran waktu yang telah disusun, atau terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketatdan yang kedua Time deadline pressure adalah kondisi dimana auditor dituntut untuk menyelesaikan tugas audit tepat waktu. Untuk mengukur variabel tekanan waktu / time pressure digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Kelley, et al. (1999), Heriningsih, (2002) dalam Lestari, (2010). Instrumen variabel ini terdiri dari 5 item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, mulai dari “tidak pernah” mendapat skor 1, “kadang-kadang” mendapat skor 2, “tidak tahu” mendapat skor 3, “sering” mendapat skor 4, “hampir selalu” mendapat skor 5. Risiko Audit adalah Risiko yang terjadi dalam hal audit tanpa disadari tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (PSA No. 5, 2001). Variabel risiko audit ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Heriningsih (2002) dalam Lestari, (2010). Instrumen variabel ini terdiri dari 3 item pertanyaan yang dijawab dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5 poin, mulai dari “sangat setuju” mendapat skor 1, “setuju” mendapat skor 2, “netral” mendapat skor 3, “tidak setuju” mendapat skor 4, “sangat tidak setuju” mendapat skor 5.
Variabel Dependen Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Penghentian Prematur atas Prosedur Audit (Y). Dimana penghentian prematur merupakan salah satu bentuk pengurangan kualitas audit (Malone dan Roberts, 1996; Coram, et al. 2004), yang merupakan tindakan tidak melakukan pekerjaan secara lengkap dan mengabaikan prosedur audit tetapi auditor berani memberikan opini terhadap suatu laporan keuangan. Untuk mengukur variabel penghentian prematur atas prosedur audit digunakan instrumen yang dikembangkan oleh Raghunathan (1991) yang kemudian dikembangkan oleh Heriningsih (2002) yaitu dengan memodifikasi 10 item pertanyaan prosedur audit yang telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, yang memungkinkan terjadipenghentian secara prematur atas prosedur audit dalam Lestari, (2010). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5 poin, mulai dari “tidak pernah” mendapat skor 1, “kadang-kadang” mendapat skor 2, “tidak tahu” mendapat skor 3, “sering” mendapat skor 4, “hampir selalu” mendapat skor 5. Pengujian Hipotesis Digunakan teknik analisis regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh tekanan waktu / time pressure dan risiko audit yang akan berpengaruh terhadap variabel dependen "penghentian prematur atas prosedur audit". Analisis regresi linier berganda tersebut dirumuskan sebagai berikut: Y = α + b1X1 + b2X2 + e ; dimana: Y : Penghentian prematur atas prosedur audit α : konstanta b1-2 : koefisien regresi X1 : Tekanan Waktu (Time Pressure) X2 : Risiko Audit e : error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
9
Uji validitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur valid atau tidak valid suatu kuesioner dalam mengukur suatu construct, dan apakah dimensi-dimensi yang diukur secara sungguh-sungguh mampu menjadi item-item dalam pengukuran (Ghozali, 2005; Sekaran, 2000). Terdapat dua kriteria penting yang berlaku pada sebuah angket, yaitu keharusan sebuah angket untuk valid. Adapun kriteria uji validitas tersebut adalah: a. Jika r hasil positif, serta rhitung > rtabel atau nilai α < 0,05 (5%) maka variabel tersebut valid. b. Jika r hasil negatif, serta rhitung< rtabel atau nilai α > 0,05 (5%) maka variabel tersebut tidak valid. Dengan mengunakan SPSS 13.00 For Windows, adapun hasil uji validitas untuk masingmasing variabel adalah :
a. Tekanan Waktu
Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah : Tabel 1 Hasil uji Validitas Pertanyaan rhitung Sig rtabel x1_1 0.416 0.004 x1_2 0.698 0.000 x1_3 0.751 0.000 0.2816 x1_4 0.555 0.000 x1_5 0.601 0.000 Sumber : hasil SPSS Diolah
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk tekanan waktu mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan tingkat signifikansi < 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid.
b. Risiko audit Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah :
Pertanyaan rhitung x1_1 0.640 x1_2 0.713 x1_3 0.722 Sumber : hasil SPSS Diolah
Tabel 2 Hasil uji Validitas Sig rtabel 0.000 0.000 0.2816 0.000
Keterangan Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk risiko audit mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan tingkat signifikansi < 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid.
c. Penghentian prematur atas prosedur audit Hasil uji validitas untuk variabel ini adalah :
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
10
Tabel 3 Hasil uji Validitas Pertanyaan rhitung Sig rtabel y1 0.588 0.000 y2 0.363 0.012 y3 0.655 0.000 y4 0.406 0.005 y5 0.615 0.000 0.2816 y6 0.545 0.000 y7 0.434 0.002 y8 0.502 0.000 y9 0.380 0.008 y10 0.530 0.000 Sumber : hasil SPSS Diolah
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pertanyaan untuk penghentian prematur atas prosedur audit mempunyai nilai rhitung lebih besar dari rtabel dan tingkat signifikansi < 0,05 (5%) hal ini berarti semua pertanyaan untuk variabel ini adalah valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu construct yang sama (Sekaran, 2000) apabila dilakukan pengukuran kembali dari waktu ke waktu oleh peneliti lain (Ghozali, 2005). Adapun hasil SPSS untuk uji reliabilitas adalah : Tabel 4 Hasil Uji Reliability Tekanan Waktu Reliability Statis tics Cronbac h's A lpha .866
N of Items 5
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk tekanan waktu sebesar 0,866, yang berarti lebih besar dari 0.6, artinya semua pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah reliabel. Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Risiko Audit Reliability Statis tics Cronbac h's A lpha .841
N of Items 3
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk risiko audit sebesar 0,841, yang berarti lebih besar dari 0.6, artinya semua pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah reliabel. Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Penghentian prematur atas prosedur audit. Reliability Statis tics Cronbac h's A lpha .666
N of Items 10
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk penghentian prematur atas prosedur audit sebesar 0,666, yang berarti lebih besar dari 0.6, artinya semua pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah reliabel. Analisis Regresi Linier Berganda Hasil perhitungan SPSS akan regresi linier berganda, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7 Perhitungan Regresi Linier Berganda Coe fficientsa
Model 1
(Cons tant) Tekanan Waktu Resiko Audit
Unstandardiz ed Coef f icients B Std. Error 6.054 .451 .227 .105 .410 .089
Standardized Coef f icients Beta .255 .541
t 13.409 2.167 4.584
Sig. .000 .036 .000
Zero-order .388 .603
Correlations Partial .310 .569
Part .248 .524
a. Dependent Variable: Penghentian Prematur
Sumber : hasil Output SPSS Dari tabel 4.14 dapat dituliskan persamaan regresi linier bergandanya adalah : Y= 6,054 + 0,227X1 + 0,410X2 Berikut ini adalah analisis terhadap koefisien regresi α = Konstanta α = 6,054 artinya nilai penghentian prematur atas prosedur audit akan bernilai 6,054 apabila tekanan waktu dan risiko audit bernilai nol atau konstan. 1 = koefisien regresi tekanan waktu 1 = 0,227 artinya apabila tekanan waktu naik satu satuan maka nilai penghentian prematur atas prosedur audit akan naik sebesar 0,227 dengan asumsi risiko audit konstan. 2 = koefisien regresi risiko audit 2 = 0,410 artinya apabila nilai risiko audit naik satu satuan maka nilai penghentian prematur atas prosedur audit akan naik sebesar 0,410 dengan asumsi tekanan waktu konstan. Uji F Untuk membuktikan kebenaran analisis secara simultan, dilakukan dengan menggunakan uji F yang menyatakan ada tidaknya pengaruh secara signifikan dari variabel
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
12
bebas secara bersama – sama terhadap variabel terikat menggunakan tingkat signifikansi (α) = 0,05, Kriteria pengujiannya adalah : 1. Apabila tingkat sig < 0,05 (5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu dan risiko audit secara simultan terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit. 2. Apabila tingkat sig > 0,05 (5%) maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu dan risiko audit secara simultan terhadap variabel terikat yaitu penghentian prematur atas prosedur audit Tabel 8 Uji F ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4.692 6.341 11.033
df 2 44 46
Mean Square 2.346 .144
F 16.280
Sig. .000 a
a. Predictors: (Constant), Resiko Audit, Tekanan Waktu b. Dependent Variable: Penghentian Prematur
Kesimpulan karena nilai sig Fhitung = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Hal ini berarti tekanan waktu dan risiko audit, berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Pengujian secara parsial (Uji t) Untuk membuktikan kebenaran analisis secara parsial, dilakukan dengan menggunakan uji t yang menyatakan ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel. Adapun hasil SPSS 13 untuk uji t adalah : Tabel 9 Uji t thit ttabel Variabel Tingkat Sig Kriteria Sig Simpulan 2,167 Tekanan waktu 0,036 Signifikan 2.01537 0,05 (5%) Resiko Audit 4,584 0,00 Signifikan Sumber : Hasil Output SPSS Diolah Uji t untuk tekanan waktu (X1) Uji signifikansi secara parsial untuk tekanan waktu dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Apabila tingkat signifikan (α)< 0,05 (5%) dan apabila thitung> ttabel artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu (X1) secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Apabila tingkat signifikan (α)> 0,05 (5%) dan apabila thitung< ttabel artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu (X1) secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Dengan menggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan (α) = 5% dapat dilihat dari perhitungan program SPSS pada tabel diperoleh tingkat signifikan (α) untuk tekanan a.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
13
waktusebesar 0,036 < 0,05 (5%). Dan thitung 2,167 > ttabel 2,05137. Dengan demikian pengaruh tekanan waktuterhadap penghentian prematur atas prosedur auditsecara parsial adalah signifikan. b. Uji t untuk risiko audit (X2) Uji signifikansi secara parsial untuk risiko audit dapat dirumuskan langkah-langkah pengujian sebagai berikut : Apabila tingkat signifikan (α)< 0,05 (5%) dan apabila thitung> ttabel artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel risiko audit (X2) secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Apabila tingkat signifikan (α) > 0,05 (5%) dan apabila thitung< ttabel artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara variabel risiko audit (X2) secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit (Y). Denganmenggunakan uji 2 sisi dan tingkat signifikan (α) = 5% dapat dilihat dari perhitungan program SPSS pada tabel diperoleh tingkat signifikan (α) untuk risiko auditsebesar 0,000 < 0,05 (5%) dan thitung 4,584 > ttabel 2,05137. Dengan demikian pengaruh risiko auditterhadap penghentian prematur atas prosedur auditsecara parsial adalah signifikan. PEMBAHASAN Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan waktu dan risiko audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 4.2.1 pengaruh tekanan waktu terhadap penghentian prematur atas prosedur audit Tekanan waktu / time pressure merupakan efisiensi biaya dan waktu dalam melaksanakan audit. Tekanan waktu yang diberikan oleh KAP kepada auditornya bertujuan untuk mengurangi biaya audit karena semakin cepat waktu pengerjaan audit maka biaya pelaksanaan audit akan semakin kecil. Dalam melaksanakan proses audit, auditor harus mempertimbangkan biaya dan waktu yang tersedia. Pertimbangan tersebut dapat menimbulkan tekanan waktu. Jika waktu yang dialokasikan tidak cukup, auditor akan bekerja dengan cepat sehingga hanya melaksanakan sebagian prosedur yang disyaratkan. Auditor dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas audit sesingkat-singkatnya sesuai dengan anggaran waktu yang telah disusun dan menghasilkan laporan audit tepat waktu. Untuk menepati anggaran waktu yang telah ditetapkan, maka ada kemungkinan bagi auditor untuk melakukan pengabaian bahkan pemberhentian terhadap prosedur audit. Di dalam pelaksanaan audit tentu saja auditor dituntut untuk mengerjakan atau menyelesaikan hasil auditnya sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumekto (2001) yang mengungkapkan bahwa batasan waktu memang ada atau telah terjadi dan justru berdampak negatif terhadap kinerja auditor. Keadaan demikian memungkinkan auditor untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit agar dengan keterbatasan waktu auditor tetap dapat menyelesaikan prosedur audit yang disyaratkan. Tekanan waktu dapat saja mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi auditor, dampak positifnya yaitu tekanan waktu dapat membuat auditor mempunyai target dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga efisiensi waktu dan biaya dapat tercapai selain itu membuat auditor termotivasi untuk menyelesaikan pekerjaannya. Dan dampak negatifnya tentu saja untuk kasus – kasus tertentu yang tingkat kesulitannya tinggi tekanan waktu menjadi suatu beban bagi auditor sehingga prosedur pelaksaan audit menjadi tidak dilaksanakan dengan cermat dan teliti.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
14
Serangkaian prosedur audit yang dimaksud dalam konteks ini adalah prosedur perencanaan audit dan prosedur pelaksanaan audit (pekerjaan lapangan) dalam Suryanita, 2007. Menurut Sari (2010) terdapat kegagalan oleh auditor untuk melengkapi prosedur audit yang disyaratkan, yang disebut sebagai pengurangan kualitas audit/Reduced Audit Quality (RAQ Behaviors). Pengurangan mutu kualitas audit menurut Suryanita (2007) yaitu dalam bentuk mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang disyaratkan belum dilakukan lengkap. Berdasarkan hasil pembahasan diketahui bahwa tekanan waktu mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit, hal ini berarti responden menganggap bahwa tekanan waktu yang didapat dalam pelaksanaan audit menjadi beban sehingga prosedur audit menjadi tidak cermat dilaksanakan sehingga kemungkinan penghentian prematur atas prosedur audit menjadi semakin besar. Tekanan waktu yang semakin besar juga membuat hasil audit menjadi kurang berkualitas. Hal ini disebabkan karena ada beberapa prosedur audit yang dikurangi atau tidak dilaksanakan. Jadi semakin besar tekanan waktu maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian Waggoner dan Cashell (1991) menemukan bahwa responden setuju bahwa tekanan waktu mengakibatkan dampak negatif pada kinerja auditor, membuat auditor menghentikan prosedur audit, penelitian Coram et al (2005)menemukan bahwa seiring dengan semakin meningkatnya pengetatan anggaran maka praktik penghentian prematur atas prosedur audit semakin meningkat pula. Penelitian Waggoner dan Cashell (1991); Coram et al (2005); Suryanita (2007); Widianto (2008); Yuliana (2009); Lestari (2010); Wibowo (2010) menyebutkan bahwa tekanan waktu menyebabkan auditornya cenderung untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangkan penelitian Nugroho (2008) dan Wahyudi (2011) menyatakan bahwa tekanan waktu tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Perbedaan hasil penelitian dengan teori-teori dan temuan penelitian sebelumnya, dapat disebabkan karena responden menganggap bahwa jangka waktu audit yang diberikan KAP tempat auditor bekerja kurang realistis dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Selain itu perbedaan hasil penelitian ini juga dapat disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat diantara auditor tentang persepsi dari batasan waktu dari masing-masing auditor itu sendiri (Sumekto, 2001) 4.2.2 pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas proedur audit Risiko audit juga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Risiko audit didefinisikan sebagai risiko auditor tanpa sadar tidak memodifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material (PSA N0.5, 2001). Risiko audit pada dasarnya terbagi dalam tiga kategori, yaitu : risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi (Simamora, 2002). Dalam penelitian ini risiko audit yang dimaksud adalah risiko deteksi, karena bahwa risiko ini menyatakan suatu ketidakpastian yang dihadapi auditor dimana kemungkinan bahan bukti yang telah dikumpulkan oleh auditor tidak mampu untuk mendeteksi adanya salah saji yang material (Lestari, 2010). Penentuan risiko (risk assessment) merupakan hal penting bagi manajemen dan auditor. Bagi manajemen penentuan risiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan dilakukan secara terus menerus. Bagi auditor dalam kegiatan audit harus memasukkan penentuan hasil risiko ke dalam program audit untuk memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan memang diterapkan untuk mengurangi risiko. Risiko dalam audit atau risiko audit memperlihatkan risiko yang dihadapi auditor yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
15
menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut telah benar sehingga pendapat auditor telah diterbitkan, tetapi pada kenyataannya laporan tersebut ternyata tidak benar dan materialitasnya tinggi. Hal tersebut menyebabkan pendapat auditor tersebut menjadi tidak bermutu bagi para penggunanya. Hal ini bisa terjadi karena auditor hanya mampu mengumpulkan bukti berdasarkan tes transaksi dan kesalahan yang telah diatur sedemikian rupa menyebabkan menjadi sangat sulit dideteksi meskipun auditor telah bekerja sesuai dengan standar audit yang berlaku. Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa semakin besar risiko audit maka semakin besar juga kemungkinan penghentian prematur atas prosedur audit. Ketika risiko audit ini semakin besar maka kemungkinan salah saji akan semakin besar karena auditor tidak mampu mendeteksi kekeliruan dari suatu asersi yang diauditnya dari bukti – bukti yang dikumpulkannya. Ketika auditor menginginkan risiko deteksi yang rendah berarti auditor ingin semua bahan bukti yang terkumpul dapat mendeteksi adanya salah saji yang material. Supaya bahan bukti tersebut dapat mendeteksi adanya salah saji yang material maka diperlukan jumlah bahan bukti yang lebih banyak dan jumlah prosedur yang lebih banyak pula. Dengan demikian, ketika risiko audit rendah maka auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin rendah (Suryanita, et al. 2007). Dengan semakin besarnya risiko audit maka auditor akan semakin berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya, auditor akan mengumpulkan bukti audit sebanyakbanyaknya dan lebih banyak melakukan prosedur audit agar dapat mendeteksi adanya salah saji yang material di dalam suatu asersi. Auditor akan memperluas pengujian, jika dalam pengujian terdapat indikasi fraud (Yuliana, 2009). Hal tersebut berbeda dengan hipotesis penelitian, dimana di dalam hipotesis menyebutkan bahwa risiko audit berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Penelitian Heringsih (2002); Suryanita (2007); Nugroho (2009); Yuliana (2009); Wibowo (2010); Lestari (2010) menunjukkan bahwa risiko audit berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Sedangkan penelitian Widianto (2008) dan Wahyudi (2011) menyatakan bahwa risiko audit tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh bedanya persepsi responden terhadap pertimbangan tingkat risiko audit yang dihentikan (Wahyudi, 2011). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil pembahasan dan analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tekanan waktu berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel tekanan waktu secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Setiap pelaksanaan audit tentu ada batas waktu atau jangka waktu pengerjaan, tentu saja semakin pendek jangka waktu akan membuat pelaksanaan audit menjadi terburu – terburu dan cenderung kurang teliti, dengan kata lain semakin auditor tertekan oleh waktu dalam pelaksanaan audit maka semakin besar terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit. 2. Risiko auditberpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit artinya terdapat pengaruh yang nyata antara variabel risiko audit secara parsial terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Setiap pelaksanaan audit tentu saja ada risiko yang harus di terima, semakin besar risiko audit yang diterimanya tentu akan membuat auditor semakin tertekan maka kemungkinan salah saji akan semakin besar
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
16
karena auditor tidak mampu mendeteksi kekeliruan dari suatu asersi yang diauditnya dari bukti-bukti yang dikumpulkan dan pada akhirnya akan membuat kecenderungan penghentian prematur atas prosedur audit semakin besar. Saran Dari hasil analisa dan kesimpulan diatas, didapat beberapa saran antara lain: 1. Diharapkan perusahaan yang menggunakan jasa independen memberikan waktu yang tepat dan efisien kepada auditor sesuai dengan bobot pekerjaan yang diberikan karena waktu yang tepat akan membuat hasil audit akan menjadi andal dan relevan. 2. Diharapkan perusahaan dan Kantor Akuntan Publik atau auditor memperhitungkan semua risiko audit karena penentuan risiko penting bagi auditor dalam kegiatan audit, risiko audit memperlihatkan risiko yang dihadapi auditor yang menyatakan laporan keuangan tersebut telah benar dan auditor dapat menerbitkan opini audit. 3. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan responden yang lebih bervariatif dan memperluas cakupan sampel yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Alderman, C.W., & Deitrick, J.W. 1982. Auditors Perceptions of Time Budget Pressure and Premature Sign-Offs: A Replication and Extension. Auditing: A Journal of Practice & Theory. Vol 1 No.2:54-58. Coram.P., Ng.J., & Woddliff, D. 2004. The Effect of Risk Misstatement on The Propensity to Commit Reduced Audit Acts Under Time Budget Pressure. Auditing: A Journal of Practice & Theory. 23 (2):159-167. Ghozali, I. 2005. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Heriningsih, S. 2002. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit pada Kantor Akuntan Publik. Wahana, Vol 5 No.2. Herrbach, O. 2005. The Art of Compromise? The Individual and Organisasional Ligitimacy of “Irregular Auditing”. Accounting, Auditing, Accountability Journal. Vol 18 No.3:390409. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 (PSA 02). Salemba Empat. Jakarta. Lestari, A.P. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Auditor dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang. Malone, C.F., & R.W.Roberts. 1996. Factors Associated with The Incidence of Reduce Audit Quality Behaviors. Auditing. A Journal of Practice and Theory. Messier, W.F. 2000. Auditing and Assurance Services: A Systematic Approach. United States of America: Mc Graw-Hill Companies. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke enam. Salemba Empat. Jakarta. Raghunathan, B. 1991. Premature Signing-Off Audit Procedures: An Analysis. Accounting Horizons. Vol 5 (2). Sekaran, U. 2000, Research Method for Bussiness, a Skill Building Approach: Third Edition, John Wiley and Sons Inc. Shaperro. 2003. Underreporting and Premature Sign-off in Public Accounting. Management Auditing Journal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 8 (2013)
17
Simamora, D. 2001. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit: Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Di DKI Jakarta. Skripsi. ABFI Institut Perbanas, Jakarta. Soobaroyen, T., Chelven, C. 2005. Auditors’Perception of Time Budget Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable Time: Exidence From a Developing Country[on-line] http://www.aber.ac.uk. Sososutikno, L. 2005. Relation of Time Budget Pressure by Dysfunctional Behaviour and Its Influence to Audit Quality. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. No.2 (8):111-123. Sumekto, A. 2001. Dampak Batasan Waktu pada Kinerja Auditor. Ventura. No2 (9):75-80. Suryanita. 2007. Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal riset akuntansi indonesia. Padang. Ulum, A.S. 2005. Pengaruh Orientasi Etika Terhadap Hubungan Antara Time Pressuredengan Perilaku Prematur Sign-OffProsedur Audit. Jurnal Maksi. Vol.5 No.2. Waggoner, J.B., Cashell, J.D. 1991. The Impact of Time Pressure on Auditors’ Performance. The Ohio CPA Journal. January-February:27-32. Wahyudi, I., Lucyand, J., & Suhud, L.H. 2011. Praktik Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Media Riset Akuntansi, Vol 1 No.2. Yuliana, A. 2009. Pengaruh Time Pressure dan Risiko Audit terhadap Penghentian Prematur atas Prosedur Audit. Jurnal Cakrawala Akuntansi. Vol 1, No 1, Februari:21-32.