PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi Pada Karyawan Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh : AGUS LUKMAN FITRIYAN NIM:072411001
JURUSAN EKONOMI ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
ii
iii
iv
MOTTO
ﻛﻦ ﻋﺎﻟﻤﺎ او ﻣﺘﻌﻠﻤﺎ او ﻣﺴﺘﻤﻌﺎ او ﻣﺤﺒﺎ وﻻﺗﻜﻦ ﺧﺎﻣﺴﺎ ﻓﺘﮭﻠﻚ ()رواه ﺑﯿﮭﻘﻰ “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (H.R. Baehaqi)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ibu Mari’ah dan Bapak M. Sholeh. Atas curahan Doa, bimbingan dan kasih sayang mereka berdua penulis bisa seperti sekarang ini. Kakak-kakak tercinta, Alif Salafuddin & Titin Widyawati, Achmad Rafiuddin & Rina Widyawati dan Nur Fuad Keluarga besar H. Baedlowi di manapun berada Ponakan tercinta, Anindiya Rahmalina dan Si Kecil Yang Insyaallah Lahir Januari ini Murrabbi ruuhina KH. Mizan Asrori Sahabat-sahabat karibku dan Kawan-kawan seperjuangan “Jangan pernah lemahkan kepalan tangan kiri, karena perjuangan belum Usai….!!!”
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis Menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah atau pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang menjadi bahan rujukan.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yaitu etika kerja Islam (X1) dan motivasi kerja Islam (X2) terhadap produktivitas kerja (Y) di Bank Negara Indonesia Syari’ah Cabang Semarang. Sampel yang diambil berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik random sampling. Alat analisisnya menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas serta analisis berganda yang meliputi uji goodness of fit yakni koefisien determinasi, uji signifikansi F (uji statistik F), uji signifikansi parameter individual ( uji t). Berdasarkan pengujian, Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan memenuhi kriteria pengujian yang digunakan. Adapun hasil regresi berganda adalah : Y = 4,148+ 0,569X1 + 0,282X2 Koefisien determinasinya (adjusted ) sebesar 0,368. Artinya 36,8% produktivitas kerja pada Bank Negara Indonesia Cabang Semarang dapat dijelaskan oleh kedua variabel. Sedangkan 63,2% dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Hal ini menunjukkan Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan. Kata Kunci: Etika Kerja Islam, Motivasi Kerja Islam , Produktivitas Kerja dan Bank Negara Indonesia Syariah
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua berupa akal dan fikiran sehingga manusia mampu merenungi kebesaran dan kuasaNya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda besar Sayyidina Muhammad SAW. Semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan limpahan syafa’atnya di akhirat kelak. Dengan penuh kerendahan hati, penulis bersyukur dapat menyelesaikan karya ilmiah yang sederhana berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang)” dengan lancar tanpa banyak kendala yang berarti. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini bukanlah hasil jerih payah penulis secara pribadi. Tetapi semua itu merupakan wujud akumulasi dari usaha dan bantuan, pertolongan serta do’a dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Prof. DR. Muhibbin, M.Ag, rektor IAIN Walisongo Semarang. 2. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang dan Pembantu Dekan I, II dan III yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menulis skripsi ini dan yang telah mencurahkan tenaga dan fikiranya guna menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga penulis bisa menyelesaikan studi formal di bangku kuliah dengan baik. 3. Drs. H. Musahadi, M.Ag. dan H. Muchamad Fauzi, SE.,MM. selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Kedua orang tua penulis beserta segenap keluarga, atas segala doa, perhatian dan arahan kasih sayangnya yang tidak dapat penulis ungkapan dalam untaian kata-kata. 5. Teman-temanku yang selalu memberi semangat sehingga terselesainya skripsi ini. Dan penulis untuk mereka, “Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari mereka berikan pada penulis”, amin. 6. Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu, terutama teman-teman AS angkatan 2007 dan teman-teman di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Penulis juga menyadari dengan segala kerendahan hati bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca yang budiman pada umumnya. Amin.
Semarang, 09 Desember 2011 Penulis,
Agus Lukman Fitriyan NIM. 0 7 2 4 1 1 0 0 1
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................
ii
PENGESAHAN..........................................................................................
iv
MOTTO .....................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ......................................................................................
vi
DEKLARASI ............................................................................................
vii
ABSTRAK .................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xv
BAB I
: PENDAHULUHAN 1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................
12
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..........................................
13
1.4. Sistematika Penulisan .......................................................
13
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Gambaran Umum Perbankan Syari’ah ........................
16
2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah ................................
16
2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya ........
24
2.1.3 Peranan Bank Syariah .............................................
25
2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah ............................
26
2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah ...........................
27
2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah ..................................
28
2.1.7 Produk Penyaluran Dana..........................................
29
2.1.8 Produk Penghimpunan Dana ...................................
31
xi
2.2 Kerangka Teori ..............................................................
47
2.2.1 Etika Kerja Islam ....................................................
47
2.2.2 Motivasi Kerja Islam ...............................................
53
2.2.3 Produktivitas Kerja .................................................
76
2.3 Penelitian Terdahulu .....................................................
80
2.4 Kerangka Berfikir ..........................................................
81
2.5 Hipotesis .........................................................................
82
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian ................................
84
3.2. Populasi dan Sample ......................................................
85
3.3. Metode Pengumpulan Data ...........................................
87
3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran ............................
89
3.5. Teknik Analisis Data ...................................................... 3.5.1 Uji Validitas .........................................................
91 91
3.5.2 Reliabilitas ...........................................................
92
3.5.3 Uji Asumsi Klasik ................................................
93
3.5.3.1 Multikolonieritas ......................................
93
3.5.3.2 Heteroskedastisitas ...................................
94
3.5.3.3 Normalitas ...............................................
95
3.5.4 Regresi Berganda .................................................
95
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ............................. 4.1.1 Sejarah BNI Syari’ah ...........................................
98 98
4.1.2 Visi dan Misi BNI Syari’ah ..................................
101
4.1.2.1 Visi ..........................................................
101
4.1.2.2 Misi .........................................................
101
4.2. Karakteristik Responden ...............................................
102
4.2.1 Jenis Kelamin Responden ....................................
102
4.2.2 Umur Responden .................................................
102
4.2.3 Pendidikan Responden .........................................
104
4.2.4 Jabatan Responden ...............................................
104
xii
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................
106
4.4. Uji Asumsi Klasik ..........................................................
108
4.4.1
Uji Multikolonieritas ............................................
108
4.4.2
Uji Heteroskedastisitas .........................................
109
4.4.3
Uji Normalitas .....................................................
111
4.5. Analisis Data ..................................................................
113
4.5.1. Analisis Regresi Berganda ...................................
113
4.5.2. Koefisien Determinasi ..........................................
116
4.6. Uji Hipotesis ...................................................................
117
4.4.1
Uji Simultan .........................................................
117
4.4.2
Uji Parsial ............................................................
118
4.7. Pembahasan ...................................................................
121
BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ....................................................................
123
5.2. Saran ..............................................................................
123
5.3. Penutup ..........................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Pengukuran ..................................
89
2. Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..............
102
3. Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Umur ..........................
102
4. Tabe1 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden
103
5. Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden .....
104
6. Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................
107
7. Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ........................................
108
8. Tabel 4.7
Uji Multikolinieritas ..........................................................
109
9. Tabel 4.8
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ..............................
111
10. Tabel 4.9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ................................
113
11. Tabel. 4.10 Regeresi Berganda .............................................................
114
12. Tabel 4.11 Koefisien Determinasi .......................................................
116
13. Tabel 4.12 Uji Simultan ......................................................................
117
14. Tabel 4.13 Uji Parsial .........................................................................
119
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar: 1.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Syariah ........................
10
2. Gambar: 2.1 Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan .....................
54
3. Gambar: 2.2 Hierarki Maslow ..........................................................
55
4. Gambar: 2.3 Kerangka Berfikir ........................................................
82
5. Gambar: 4.1 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas ........................
110
6. Gambar: 4.2 Grafik Scatter Plot .......................................................
112
xv
BAB I PENDAHULUHAN
1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan
zaman
terus
melangkah
maju
dan
banyak
menyumbangkan perubahan-perubahan, membangun tatanan dan peradaban baru, seperti ideologi-ideologi kemanusiaan, life style, dan sebagainya. Perilaku budaya dan sosial masyarakat telah banyak mengabaikan moralitas, nilai-nilai, persahabatan yang manusiawi, bahkan lebih condong pada materi, kekuasaan, kehormatan, kesenangan duniawi, dan lebih mementingkan dunianya sendiri. 1 Hal ini karena orientasi hidup manusia diarahkan hanya untuk ”menguasai”, meskipun pada hakekatnya manusia tidak sadar bahwa ia dikuasai oleh emosi dan nafsunya. Spinoza dalam karyanya yang disadur oleh Erich Fromm membenarkan adanya gejala atau kecenderungan yang sama antara zaman modern dan zaman beberapa ratus tahun silam mengenai kecenderungan manusia yang rakus dan ambisius, yang memikirkan nama harum dirinya.2 Demikian pula yang terjadi pada umat Islam, baik masa lalu maupun saat ini. Berdasarkan konteks sejarah, umat Islam pernah mengalami masa kejayaan antara tahun 610-1250 M dan juga masa kemunduran. Faktor yang menyebabkan kemunduran umat Islam salah satunya adalah adanya pengekangan berfikir (tertutupnya pintu ijtihad) dan pengharaman terhadap 1
H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010, h.21 2 Ibid, h.22
1
2
filsafat, serta masalah pendidikan dan pengajaran yang merupakan tujuan diutusnya para Nabi3. Rasulullah SAW. Bersabda ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Oleh sebab itu, etika menjadi bagian penting dalam doktrin Islam. Munculnya etika dimulai pada abad kelima sebelum masehi dengan berbagai mazhab di Yunani, yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan adalah pengetahuan. Kemudian plato yang berpendapat bahwa pengetahuan dikatakan baik apabila ia dikuasai oleh akal budi, dan dikatakan buruk apabila ia dikuasai oleh keinginan dan hawa nafsu.4 Salah satu tokoh etika dalam Islam adalah Ibnu miskawaih. Ia mengatakan bahwa ada kalanya manusia mengalami perubahan Khuluq sehingga membutuhkan aturan-aturan syari’at, nasihat, dan ajaran-ajaran tradisi yang terkait sopan santun. 5 Dari aturan-aturan tersebut diharapkan manusia mendapatkan petunjuk dalam menjalani hidup demi memperoleh kebahagiaan. Demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat agama Islam mengajarkan agar umatnya melakukan kerja keras baik dalam bentuk ibadah maupun amal sholeh. Ibadah adalah merupakan perintah-perintah yang harus dilakukan oleh umat Islam yang berkaitan langsung dengan Allah SWT dan telah ditentukan secara terperinci tentang tata cara pelaksanaannya.
3
ibid, h. 22 Franz Magnis Suseno, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997, h. 19. 5 http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnumiskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2010 pada pukul 22.30 WIB 4
3
Sedangkan amal sholeh adalah perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh umat Islam, dimana perbuatan-perbuatan tersebut berdampak positif bagi diri yang bersangkutan, bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara serta bagi umat islam itu sendiri.6 Bekerja adalah suatu bentuk ibadah yang dilakukan di dunia. Bekerja dengan etika kerja yang benar sesuai ajaran Islam merupakan syarat mutlak untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebab dengan etika yang baik dan berakhalaq dapat meningkatkan semangat kerja yang berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas. Hal ini dikarenakan nilai etik, moral, susila atau akhlaq adalah nilai-nilai yang mendorong manusia menjadi pribadi yang utuh seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, kemerdekaan, kebahagiaan dan cinta kasih. Apabila nilai etik ini dilaksanakan akan menyempurnakan hakikat manusia seutuhnya. Setiap orang boleh punya seperangkat
pengetahuan tentang nilai, tetapi
pengetahuan yang mengarahkan dan mengendalikan perilaku orang Islam hanya ada dua yaitu Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber segala nilai dan pedoman dalam setiap sendi kehidupan, termasuk dalam bisnis.7 Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa sesungguhnya antara penghayatan agama yang diwujudkan dalam bentuk iman yang sempurna, mempunyai hubungan timbal balik dengan etika atau akhlaq seseorang. Seseorang yang memiliki iman yang sempurna dapat dipastikan bahwa yang bersangkutan memiliki etika kerja yang baik pula, 6
H. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 157 7 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009, h. 172
4
Karena etika kerja Islam tidak mengajarkan untuk mendurhakai Allah dalam bekerja 8 . Yaitu meningkatkan kejujuran, keadilan dan semangat dalam bekerja sehingga target dapat tercapai dengan meningkatnya produktivitas tanpa adanya tindakan yang menyimpang seperti korupsi. Etika berasal dari bahasa Latin yaitu ’etos’ yang berarti kebiasaan. Sedangkan bahasa Arabnya ’Akhlak’, yang berarti budi pekerti. Keduanya bisa diartikan sebagai suatu kebiasaan atau adat istiadat (custom atau mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau baik.9 Dalam kamus bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas seseorang atau suatu kelompok.10 Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti keadaan jiwa yang mengajak seseorang melakukan perbuatan-perbuatan tanpa memikirkan dan memperhitungkan sebelumnya yang dapat dijadikan fitrah manusia ataupun hasil dari latihan-latihan yang telah dilakukan, hingga menjadi sifat diri yang dapat melahirkan khuluq yang baik.
11
Dalam pengertian lain akhlak atau etika dalam terminologi
Prof. Dr. Ahmad Amin, kesimpulannya etika adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan diluar dirinya.
8
http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00 9 Ali Hasan, op.cit, h. 171 10 Kh. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002, h. 15. 11 H. Undang Ahmad Kamaludin dan Muhammad Alfan, Op.cit, h. 103
5
Etika kerja Islam menekankan pekerjaan kreatif sebagai sumber kebahagiaan dan prestasi. Kerja keras dianggap sebagai kebajikan dan orang yang bekerja keras lebih besar kemungkinan hidupnya maju, sebaliknya tidak bekerja keras dianggap menyebabkan kegagalan. Nilai pekerjaan di dalam etika kerja Islam dihasilkan dari keinginan yang menyertai, bukannya dari hasil pekerjaan. Ali (1988) mengungkapkan bahwa keadilan dan kebaikan di tempat kerja adalah kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk kemakmuran masyarakat. Permasalahan lain dalam peningkatan produktivitas kerja adalah motivasi kerja. Target suatu perusahaan akan dapat tercapai apabila kinerja dari karyawan yang ada didalamnya mempunyai motivasi yang tinggi. Upaya membedah teori motivasi berangkat dari beberapa asumsi yang mendasari konsep-konsep tentang motivasi, Stoner, dalam Winardi 12 , mengemukakan asumsi tentang teori motivasi yaitu sebagai berikut : 1. Pendapat umum bahwa motivasi merupakan suatu hal yang baik 2. Motivasi merupakan salah satu dari berbagai faktor yang masuk ke dalam kerja seseorang 3. Memotivasi merupakan hal yang langka dan ia memerlukan penggantian secara periodik. 4. Memotivasi adalah sebuah alat dengan apa para manajer dapat mengatur dengan hubungan-hubungan pekerjaan di dalam organisasi.
12
Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001, h. 67.
6
Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menyuruh dan memotivasi bekerja. Dengan bekerja dan berpenghasilan manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dalam surat Al-Jum’ah ayat 10 Allah telah menegaskan :
Artinya: apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung13. Sedangkan Motivasi kerja dalam Islam itu adalah untuk mencari nafkah yang merupakan bagian dari ibadah. Motivasi kerja dalam Islam bukanlah untuk mengejar hidup hedonis, bukan juga untuk status, apa lagi untuk mengejar kekayaan dengan segala cara. Tapi untuk beribadah. Bekerja untuk mencari nafkah adalah hal yang istimewa dalam pandangan Islam. Dalam sebuah hadist diriwayatkan : Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)14. Ketika motivasi dikaitkan dengan niat dan niat dikaitkan dengan keikhlasan maka hal ini sangat sulit diukur, namun yang perlu digaris bawahi terlepas dari keikhlasan dan riya ketika motivasi itu dibahas dan
13
Al-Qur’an Digital, Surat Al-Jum’ah, Ayat 10 http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalam-islam/ diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB 14
7
dibicarakan maka ada persamaannya yaitu sama–sama sulit diklaim secara mutlak namun hanya bisa diprediksi kemungkinannya15. Menurut Asep Ridrid Karana16.kata niat jika disejajarkan lebih tinggi daripada motivasi karena motivasi seorang muslim harus timbul karena niat pada Allah. Pada prakteknya kata motivasi dan niat hampir sama–sama dipakai dengan arti yang sama, yaitu bisa kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dorongan (drive) atau kekuatan . Walaupun dalam bahasa Inggris intention diartikan niat dan motivation dengan motivasi namun dalam berbagai penelitianpun kata motivasi yang digunakan. Manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah pada Allah17. Semua aspek kehidupan bisa bernilai ibadah ketika diniatkan karena Allah. Hal ini dikuatkan dengan sebuah hadits dari Umar radhiyallahu anha 18 , Memurnikan niat karena Allah semata merupakan landasan amal yang ikhlas. Maksud niat disini adalah pendorong kehendak manusia untuk mewujudkan suatu tujuan yang dituntutnya. Maksud pendorong adalah penggerak kehendak manusia yang mengarah pada amal. Sedangkan tujuan pendorongnya banyak sekali dan sangat beragam19. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu dipengaruhi dari dalam dan luar diri. Motivasi yang kuat adalah lahir dari
15
http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB 16 Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana tanggal 13 Agustus 2007 17 Adz-Dzariyaat (51):56. dan Al-Baiyinah (98):5. 18 The Hadisth Sofware, Revelation, Shahih Bukhari, Vol 1,Book1. 19 Yusuf Al Qardhawy, Niat dan Ikhlas, Cet-Ke 13, Jakarta Timur; Pustaka Al-Kaustar, 2005, h.17-.
8
dalam diri sendiri. Seseorang yang termotivasi akan melaksanakan upaya substansial guna menunjang tujuan-tujuan produksi kesatuan kerjanya dan organisasi dimana ia bekerja. Sedangkan seseorang yang tidak termotivasi hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja 20 . Namun di Indonesia bekerja masih dianggap sebagai sesuatu yang rutin. Bahkan pada sebagian karyawan, bisa jadi bekerja dianggap sebagai beban dan paksaan terutama bagi orang yang malas. Pemahaman tentang etika kerja Islam dan motivasi kerja islami juga masih lemah, khususnya di lembaga keuangan syari’ah. Dari pemikiran ini didapatkan bagaimana cara untuk meningkatkan produktifitas kerja dengan menerapkan etika dan motivasi kerja Islam yang tinggi. Setiap manajer pasti selalu menginginkan karyawannya untuk bekerja secara maksimal agar produktifitas meningkat. Akan tetapi menuntut terus menerus karyawan tanpa melihat kondisi mereka bukanlah hal yang bijaksana, malah dapat membuat karyawan patah semangat atau kondisi fisiknya menurun. Hal ini menjadi tugas para manajer untuk senantiasa memotivasi karyawannya agar dapat bekerja sesuai dengan target. Dalam perbankan, motivasi juga sangat penting bagi karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi otomatis akan meningkatkan semangatnya. Pada penelitian ini penulis menerapkan pada perbankan syari’ah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia tergolong pesat. Dengan adanya Undang-Undang no 10 tahun 1998 dalam waktu kurang dari 15 tahun
20
Winardi, op.cit, h.68
9
banyak Bank-Bank yang semula bersifat konvensional akhirnya membuka Cabang Perbankan yang bersifat syariah. Perusahaan-perusahaan Perbankan tersebut bukanlah hanya sekedar mencoba untuk mengembangkan prinsip syariah di Indonesia, tetapi faktor yang lebih penting adalah produktivitas dan peningkatan untuk dibentuknya Perbankan syariah. Perbankan syariah mulai dipakai dan diminati oleh bukan hanya negara-negara Islam, tetapi di Eropa juga telah mengembangkan prinsip-prinsip syariah pada sektor Perbankan mereka karena Perbankan syariah mampu bertahan dalam gejolak tingkat suku bunga yang tinggi. Di Indonesia banyak bermunculan Bank-Bank yang operasionalnya yang berlandaskan syariah. Akan tetapi, munculnya perbankan syariah tidak cukup untuk mendukung
pertumbuhan penghimpunan dana dari pihak
ketiga (DPK) atau dari masyarakat Perbankan Syariah Indonesia. Terbukti jelas dalam grafik 1.1 :
10
Sumber : Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011 Dari grafik diatas, jumlah penghimpun dana Perbankan Syariah di Indonesia dari tahun ke tahun memang mengalami peningkatan. Akan tetapi permasalahannya adalah pertumbuhan jumlah dana yang dihimpun Perbankan Syariah di Indonesia itu mengalami penurunan dan tidak konsisten. Sampai dengan pertengahan tahun 2010 kinerja penghimpunan dana Perbankan Syariah sempat melambat hingga pertengahan 2010. 21 Untuk meningkatkan pertumbuhan penghimpunan dana dari masyarakat di Indonesia. Perbankan Syariah di Indonesia perlu bekerja keras untuk meningkatkan produktivitas kerja.
21
Direktorat Perbankan Syariah, Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2011, Jakarta: Bank Indonesia, 2011, hlm. 39.
11
Salah satu BUS yang ada di wilayah Semarang, yaitu BNI Syari’ah. Pada data yang diperoleh dari koran Jawa Pos tertanggal 8 Oktober 2011 menyebutkan bahwa pertumbuhan dan kinerja perbankan syari’ah di tanah air melaju pesat. Tapi itu tidak dibarengi ketersediaan sumber daya manusia (SDM). Minimnya
jumlah SDM dapat
menjadi penghambat
utama
perkembangan perbankan syari’ah kedepan. Dalam koran ini Dirut BNI Syari’ah Rizqullah mengatakan, ”dalam tiga tahun kedepan industri perbankan syari’ah secara nasional membutuhkan 30 ribu tenaga baru, tapi SDM yang tersedia hanya berkisar 50%”. Selain itu, beliau juga menyatakan ”minimnya SDM berkualitas ini dapat berdampak pada produktivitas dan perkembangan bank syari’ah. Sebab keterbatasan tenaga kerja membuat industri perbankan syari’ah tidak bisa melakukan ekspansi cepat”. Suplai itu banyak berasal dari perguruan tinggi yang membuka jurusan ekonomi syari’ah, namun yang terserap tidak bisa langsung fungsional. ”perbankan masih harus mendidik lagi, karena SDM yang siap pakai masih terbatas”.22 Untuk SDM, BNI syari’ah tahun ini telah merekrut 500 pegawai baru. Tahun depan akan bertambah lagi menjadi 1200 orang seiring dengan berkembangnya jaringan. Hal ini juga diungkapkan oleh Direktur Bisnis BNI syari’ah yang mengatakan ”pada 2012 BNI Syari’ah akan membuka 40 outlet sehingga total jaringan tahun kedepan adalah 153 kantor”. Dari data ini menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang banyak tidak didukung 22
2011. h.7
Dio, Perbankan Syari’ah Minim SDM Siap Pakai, Jawa Pos Edisi Sabtu, 8 Oktober
12
dengan ketersediaan SDM yang berkualitas dan siap pakai. Hal ini merupakan identifikasi adanya masalah yang mengakibatkan produktivitas perbankan syari’ah mengalami penurunan dan peningkatan. Karena tidak tercukupinya kebutuhan SDM agar produktivitas perbankan syari’ah dapat melaju pesat. Selain masalah tersebut, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan argumentasi dari beberapa literatur yang menyatakan bahwa etika dan motivasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas. Dari uraian permasalahan diatas, penulis mencoba suatu penelitian tentang seberapa besar pengaruh etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas kerja yang berjudul, “ PENGARUH ETIKA KERJA DAN MOTIVASI KERJA ISLAM TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN”. Studi penelitian ini pada karyawan Bank Negara Indonesia Syari’ah di wilayah kota Semarang.
1.2. Rumusan Masalah Etika kerja dan motivasi kerja Islami memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produktivitas kerja pada lembaga keuangan syari’ah,
bahkan
sudah
seharusnya
lembaga
keuangan
syari’ah
menggunakan nilai-nilai syari’at Islam dalam segala aktifitasnya. Agar dapat tercapainya kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:
13
1. Adakah pengaruh yang signifikan antara Etika kerja dan motivasi kerja Islami terhadap peningkatan produktifitas kerja? 2. Seberapa besar pengaruh Etika kerja dan motivasi kerja Islami secara parsial dan simultan terhadap peningkatan produktifitas kerja?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah etika kerja dan motivasi kerja Islam berpengaruh terhadap produktifitas. Disamping itu untuk membuktikan argumen dalam literatur maupun jurnal yang menyatakan bahwa etika dan motivasi dapat mempengaruhi produktifitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama yang berkaitan dengan etika kerja dan motivasi kerja Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis bagi perbankan khususnya Bank Umum syari’ah (BUS) dan Unit Usaha Syari’ah (UUS) guna kesuksesan perencanaan dan implementasi lingkungan kerja Islam.
1.4.Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu : Bab I
: Berisi pendahuluan untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan.
Pendahuluan pada bab pertama
ini
14
didasarkan pada bahasan masih secara umum. Bab ini nantinya terdiri dari yaitu : 1. Latar belakang masalah 2. Rumusan masalah 3. Tujuan dan manfaat penelitian, dan 4. Sistematika penulisan Bab II
: Akan dipaparkan mengenai 1. Gambaran Umum Perbankan Syari’ah 2. Kerangka teori 3. Penelitian terdahulu 4. Kerangka berfikir, dan 5. Hipotesis
Bab III : Karena penelitian ini berupa penelitian lapangan, maka penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian yaitu : 1. Sumber dan jenis data 2. Populasi dan sampel 3. Metode pengumpulan data 4. Variabel Penelitian dan pengukuran data, dan 5. Metode analisis data. Bab IV : Setelah pembahasan yang mendalam pada landasan teori dan perolehan data yang dicari, kemudian penulis memaparkan yaitu: 1. Secara analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok permasalahan yang telah penyusun jelaskan sebelumnya.
15
2. Pembahasan dari analisis data kuantitatif, sejalan dengan pokok
permasalahan
yang
sebelumnya. Bab V
: Pada bab lima ini berisi yaitu : 1. Kesimpulan 2. Saran-saran, dan 3. Penutup.
telah
penyusun
jelaskan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Perbankan Syari’ah 2.1.1 Pengertian Perbankan Syari’ah Kata ( ﺷﺮﯾﻌﺔsyariah) berasal dari kata
( ﺷﺮعsyara’a) yang
harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang dilalui. 45 Secara Terminologi, definisi syariah adalah peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT atau telah digariskan pokokpokoknya
dan
dibebankan
kepada
kaum
Muslimin
supaya
mematuhinya, agar syariah ini diambil oleh umat Muslim sebagai penghubung dengan Allah SWT dan manusia46. Maka secara singkat, syariah itu berisi peraturan dan hukum-hukum, yang menentukan garis hidup yang harus dilalui oleh seorang Muslim. sebagaimana Firman Allah SWT : Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”. ( Al Jatsiyah : 18)47. Istilah Bank Islam atau Bank Syari’ah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan 45
A.W. Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Edisi II, Yogyakarta : Pustaka Progresif, hlm 711. 46 Syaikh Mahmud Syalthut, Al-Islam,’Aqidah Wal Syariah, cet. 1, 1959, hlm. 68. 47 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992, h.263
16
17
upaya yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam mendukung ekonomi
Islam
yang
diyakini
akan
mampu
mengganti dan
memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis bunga. Karena itulah sistem Bank Islam menerapkan sistem bebas bunga (interest free) dalam operasionalnya, dan karena hal itu rumusan yang paling lazim untuk mendefinisikan Bank Islam atau Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai landasan dasar hukum dan operasional.48 Selanjutnya definisi Bank Syariah dengan melihat fungsinya sebagai suatu lembaga atau badan keuangan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, yang sistem operasionalnya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsipprinsip Syariat Islam49. Di mana dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan sangat dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota masyarakat yang 48
Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, h. 1-2. 49 Rachmad Agung Sulistyo, Skripsi: Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009, h. 30
18
membutuhkan, maka dalam hal ini Bank Syariah menjadi fasilitas bagi pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) untuk dapat disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana (deficit unit) melalui produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin kekayaan agar tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja, akan tetapi tersebar ke seluruh masyarakat50. sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an : … Artinya: “Supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (Al-Hasyr: 7)51. Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Syariah berarti Bank yang tata cara beroperasinya berdasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dengan UU No.10 tahun 1998 yang berlaku saat ini, tidak ada definisi secara khusus tentang pengertian Bank Syariah. Namun terdapat definisi yang mengarah pada
50
Afzalur Rahman Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf,
1995, h. 9 51
Menteri Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Mujamma’ Khadim al haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif, 1990, h. 916
19
pengertian Bank Syariah, yaitu pengertian Bank dan pengertian prinsip syariah: 52 Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan Menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang
dengan
memperoleh
keuntungan
(murabahah),
atau
pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa istiqna). Maka dari beberapa pengertian dan penjelasan Bank Syariah di atas, dapat disimpulkan bahwa Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan kembali, dalam bentuk kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Dengan mengacu kepada
52
Undang-Undang Perbankan ,1998, h.9-10
20
Al-Qur’an
dan
As-Sunnah
sebagai
landasan
hukum
dan
operasionalnya. Menurut ajaran Islam, syariat itu berasal dari Allah SWT. yang di dalamnya terdapat sumber hukum dan sumber undang-undang, serta perintah dan larangan yang disampaikan kepada manusia dengan perantaraan Rasulullah SAW dan termaktub di dalam kitab Suci AlQur’an. Perintah dan Larangan ini dalam bahasa teknis ilmu fiqih disebut dengan hukum taklifi. sehingga timbul usaha untuk memahami dan menafsirkan perintah dan larangan tersebut, yang dilakukan secara sistematis oleh para ulama dengan menggunakan metode tertentu. Hasil dari usaha sistematis untuk memahami dan menafsirkan perintah dan larangan Allah SWT ini dinamakan fiqih. Maka fiqih adalah tafsiran dari ulama atas syariah. Selanjutnya syariah itu terbagi menjadi dua, yakni ibadah dan muamalah, maka sebagai konsekuensi logis dari hal ini adalah bahwa fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni fiqih ibadah dan fiqih muamalah. Secara umum, syariah ini telah ditetapkan dan ditegakkan pondasinya serta disempurnakan dasar-dasarnya pada masa nabi Muhammad SAW. Sehingga tidak ada lagi perkembangan syariat sesudah nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Firman Allah SWT: ...
21
Artinya: “Pada hari Ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (Al-Maidah : 3). Bank Islam atau disebut dengan Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/Perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist nabi SAW. Antonio dan Purwaatmaja membedakan menjadi Dua pengertian yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam. Bank Syariah adalah (1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariat Islam; (2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist, sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip Syariat Islam adalah Bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan Syariat Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam53. Berdasarkan rumusan tersebut, Bank Islam berarti Bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan hadist. Sedangkan pengertian muamalat adalah ketentuan-ketentuan
53
Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004, h. 13
22
yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik hubungan pribadi maupun hubungan perorangan dengan masyarakat. Untuk menghindari pengoperasian Bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Dengan kata lain, Bank Syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga Bank dengan riba. Dengan lahirnya Bank Islam di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, dalam bentuk sebuah Bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau Bank Syariah. Kaitan Bank dengan uang dalam satu unit bisnis adalah penting, namun didalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran dan “penghisapan” (pada umumnya Bank Konvensional melakukan transaksi yang bersifat tidak boleh tidak, pasti, selalu untung dan tidak pernah rugi) dari satu pihak ke pihak lain (Bank dengan nasabahnya). kedudukan Bank Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal Bank pada umumnya, hubungannya adalah sebagai kreditur dan debitur.54 Aktivitas Perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah didunia Perbankan
54
Ibid, hlm. 67
23
adalah kegiatan funding, maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah giro, tabungan, sertifikat deposito dan deposito berjangka. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di Bank, maka pihak Perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin tinggi balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak Perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh Perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (kreditur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal. Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga
24
simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama Perbankan.55 2.1.2 Bank Syari’ah dan Strategi Pengembangannya Kelangsungan perkembangan Bank Syariah bergantung pada kredibilitas dan profesionalitasnya, bukan karena dana dalam jumlah besar hasil produksinya sendiri. Kredibiltas dan profesionalitas memungkinkan
sebuah
lembaga
keuangan
dapat
memelihara
kepercayaan nasabah atau bahkan masyarakat luas, serta dapat beroperasi dengan efisiensi. Efisiensi memungkinkan lembaga keuangan yang bersangkutan untuk bertahan dan berkembang, sehingga menambah kredibilitas lebih lanjut. Lembaga keuangan yang tidak kredibel atau tidak profesional niscaya tidak akan bisa langgeng, apalagi untuk berkembang. Bank Syariah akan dapat berkembang jika melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut : (1) Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional, (2) Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau, (3) Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui skema sewa-menyewa (ijarah), (4) Mampu mengelola persepsi
55
h.25
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003,
25
masyarakat pada umumnya atau masyarakat pengelola Bank Syariah itu sendiri secara baik.56 Serta peran ulama juga dibutuhkan untuk mengembangkan strategi Bank Syariah dalam mensosialisasikan kepada masyarakat, setidaknya ada empat peran penting ulama: (1) Menjelaskan kepada masyarakat bahwa Perbankan syariah pada dasarnya adalah penerapan tathbig fiqih muamalah maaliyah (bagaimana hubungan manusia dengan Harta, Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan ), (2) Mengembalikan masyarakat pada fitrah alam dan fitrah usaha yang sebelumnya telah mengikuti syariah, (3) Menyarankan kepada para pengusaha agar mengikuti langkah yang ditempuh oleh Bank Syariah dalam berbagi hasil
dan
berbagai
resiko,
(4)
Membantu
menyelamatkan
perekonomian bangsa melalui pengembangan sosialisasi Perbankan syariah.57 2.1.3 Peranan Bank Syariah Fungsi dan peran Bank Syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akutansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting And Auditing Organization For Islamic Financial Institution), sebagai berikut58: (a) Manajer Investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. (b) Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana 56
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002, h. 10 Muh Syafii Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan, Bank Indonesia, Tazkia Institut, 1999, h. 287 58 Heri Sudarsono, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, 2004, h. 39 57
26
yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. (c) Penyedia jasa, lalu lintas keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan kegiatan
layanan
jasa
Perbankan
sebagaimana
lazimnya.
(d)
Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, Bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasi dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. 2.1.4 Karakteristik Dasar Bank Syariah Aktivitas keuangan dan Perbankan dapat dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern, untuk membawa mereka kepada dua ajaran pokok Al-Qur’an, yaitu: 1. Prinsip ( اﻟﺘﻌﺎونAt-ta’awun), yaitu prinsip saling membantu dan bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan, bukan untuk kemungkaran maupun kemaksiatan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: ... Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya”. 2. Prinsip ( اﻻﺧﺘﻨﺎزAl-ikhtinaz), yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur (idle), karena tidak berputar dalam
27
transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 29: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu ”. Perbankan konvensional menggunakan instrumen bunga dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan instrumen yang digunakan oleh Perbankan Islam adalah bagi hasil (profit sharing). Istilah bunga merupakan terjemahan dari interest, yang berarti tanggungan kepada pihak peminjam uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang dibayar atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. 59 Sedangkan mengenai istilah riba secara formal adalah suatu keuntungan moneter tanpa ada nilai imbangan yang ditetapkan untuk salah satu pihak (dari dua pihak), yang mengadakan transaksi dalam pertukaran dua nilai moneter. 2.1.5 Prinsip Operasional Bank Syariah Bank Syariah sebagai lembaga perantara keuangan juga harus melaksanakan mekanisme penghimpunan dan penyaluran dana secara
59
146-147
Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta: UII Press, 1999, h.
28
seimbang, yaitu harus sesuai dengan ketentuan Perbankan yang berlaku. Oleh karena itu, diperlukan kejelasan mengenai sistem operasional Bank Syariah. Secara umum, konsep sistem operasional Bank Syariah adalah: (1) Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun dana dari pihak yang surplus dana, yaitu pihak yang mempercayakan uangnya kepada Bank untuk disimpan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah. Yang dimaksud dana adalah dana dari pihak pertama (pemodal dan pemegang saham), dana dari pihak kedua (pinjaman dari Bank dan bukan Bank, serta dari Bank Indonesia), dan dana dari pihak ketiga (nasabah). (2) Bank Syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan berupa pembiayaan. 2.1.6 Produk-Produk Bank Syariah Bank Syariah memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui Bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan
kepada
pihak-pihak
yang
memerlukan
sehingga
memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas Bank Syariah sebagai lembaga perantara ditentukan oleh kemampuan manajemen Bank untuk melaksanakan perannya. Untuk memenuhi kebutuhan modal dan pembiayaan, Bank Syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan Bank Konvensional. Secara umum piranti-piranti yang digunakan Bank
29
Syariah, yaitu: 60 (1) Produk penyaluran dana (financing), (2) Produk penghimpunan dana (funding) 2.1.7 Produk Penyaluran Dana Penyaluran
dana
dari
masyarakat
oleh
Bank
Syariah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Prinsip Al-Wadi’ah Untuk Simpanan Lancar Al-Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan dan amanat dari pihak lain, dimana pihak yang menerima amanat diwajibkan untuk menjaga dengan baik barang tersebut karena dapat diambil oleh pemiliknya setiap waktu yang dikehendakinya. Landasan hukum dalam Al-Qur’an : ..... Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan) kepada yang berhak menerimanya”... (QS. An-Nisaa : 58) Hukum menitipkan dan menerima titipan adalah jaiz.61 Orang yang merasa sanggup menerima amanat tersebut, lebih baik menerimanya. Menurut Ar Rafi’i, orang yang merasa sanggup hendaknya menerima dengan syarat: tidak memberatkan pada dirinya sendiri dan tidak memungut biaya pemeliharaannya. Berdasarkan kewenangan yang diberikan, maka wadi’ah dibedakan menjadi dua macam, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yadh dhamanah. wadi’ah yad amanah berarti penerima 60 61
Heri Sudarsono, op. cit , h. 56 Sabiq, Fiqh as-Sunnah., h. 235
30
titipan tidak berhak menggunakan dana atau barang titipan tersebut untuk didaya gunakan. Sedangkan wadi’ah yadh dhamanah adalah memberikan
kewenangan
kepada
penerima
titipan
untuk
mendayagunakan barang atau dana yang dititipkan tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan untuk penghimpunan dana seperti giro (current account) dan tabungan berjangka (saving account). 2. Prinsip Al Mudharabah Untuk Simpanan Yang Diinvestasikan Al
Mudharabah
sebenarnya
merupakan
suatu
bentuk
penyertaan yang berakar dari al musyarakah. Al Musyarakah sendiri adalah suatu bentuk perkongsian antara dua belah pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas segala kerugian yang terjadi sesuai dengan porsi penyertaannya masing-masing.
Berbeda
dengan
al-musyarakah,
pada
al-
mudharabah ada pihak yang menyediakan dana saja (shahibul ‘mal) dan ada pihak yang bertanggung jawab atas pengelolaan usaha saja (mudharib). Keuntungan dibagikan sesuai dengan rasio laba yang telah disepakati bersama sebelumnya dan manakala rugi shahibul mal akan kehilangan sebagian dari modalnya, sedang mudharib akan kehilangan imbalan dari kerja keras dan manajerial skill yang disumbangkannya.62
62
Ibid. hlm. 57
31
2.1.8 Produk Penghimpunan Dana Penghimpunan dana kepada masyarakat oleh Bank Syariah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Al Mudharabah Perjanjian usaha antara pemilik modal (Bank Syariah) dan pengusaha, di mana pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan atas usaha, misalnya kendaraan dan rumah. Mudarabah berasal dari kata اﻷرض ﻓﻰ اﻟﻀﺮبyaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qiradh, yang berasal dari kata al-qath’u (potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian dari labanya.63 Menurut Hasbi Ash Shiddiqy, qiradh atau mudarabah adalah seseorang memberikan modal kepada orang lain untuk diperniagakan dan dipersekutui untung atau laba, diharuskan. Hukum tersebut disepakati oleh para mudjtahidin, begitu juga Imam Malik, Ahmad dan Abu Hanifah. Namun, menurut para mudjtahidin qiradh dengan mata uang (bukan mata uang perak) adalah
tidak
sah.
Sedangkan
Asyhab
dan
Abu
Yusuf
membolehkan, jika mata uang tersebut laku.64
63 64
Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III, h. 212 Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970, h. 426.
32
Pada dasarnya mudarabah dapat dikategorikan sebagai salah satu musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam menempatkan mudarabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri. 65 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat al Muzzammil ayat 20: ... Artinya: “ ...Orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS. Muzzammil: 20). Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa mudarib adalah enterpreneur atau sebagian dari orang-orang yang melakukan perjalanan, untuk mencari karunia Allah dari keuntungan investasinya. Mudarabah bisa juga disebut sebagai muamalat, yaitu akad antara kedua belah pihak, kemudian salah satu pihak mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan. Dan keuntungannya dibagi sesuai dengan 65
Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.19.
33
kesepakatan awal. Dengan ijma’ ulama, maka mudarabah itu diperbolehkan.66 Mengenai pembagian keuntungan, Ibnu Rusyd berkata, “Para ulama sepakat bahwa pelaksana (mudarib) tidak boleh mengambil keuntungan yang menjadi bagiannya, tanpa dihadiri oleh pemilik modal (sahibul Mal).” Karena kehadiran sahibul mal merupakan prasyarat dalam pemecahan harta (keuntungan). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudarib, maka mudarabah dibedakan menjadi dua macam, yaitu mudarabah mutlaqah, artinya mudarib diberi kewenangan untuk menentukan pilihan investasi yang dikehendaki dan mudarabah muqayadah, artinya alokasi investasi ditentukan oleh pihak pertama (pemilik dana) sedangkan mudarib bertindak sebagai pelaksana atau pengelola dana tersebut. Aplikasi dalam dunia Perbankan, mudarabah biasanya diterapkan dalam sisi penghimpunan dana seperti tabungan dan deposito berjangka. sedangkan pada sisi pembiayaan digunakan pada produk-produk pembiayaan modal kerja pada bidang jasa dan perdagangan. 2. Al Musyarakah Suatu perjanjian kerjasama antara dua pihak atau lebih dalam suatu usaha atau proyek tertentu, dimana masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggungjawab atas
66
Sabiq, op.cit, hlm. 212
34
segala kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaan masingmasing, contohnya modal kerja. Misalnya, PT. MLM bekerja sama dengan A untuk menjual produknya. Dalam kesepakatan, PT. MLM menyediakan barang, sedang A menanggung biaya transportasi pemasaran (sesuai dengan kesepakatan). Syirkah berarti ikhtilath (Percampuran). Menurut para Fuqaha’ (Imam Hanafi), syirkah berarti akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal modal/keuntungan.
67
Sedangkan
menurut Ahli Fiqh lain, syirkah adalah percampuran hak dari dua (lebih) orang menjadi satu, sehingga diusahakan dengan satu nama. Definisi lain mengenai syirkah adalah perjanjian antara pihakpihak yang menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai dengan nisbah yang disepakati.68 Landasan mengenai Musyarakah terdapat dalam surat AshShaad ayat 24: Artinya: " Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang 67 68
Sabiq, op.cit, hlm. 294 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta, hlm. 20
35
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini." Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya, maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat”. Yang dimaksud dengan kata al-khulatha dalam ayat di atas adalah mereka yang berserikat.69 syirkah terdiri dari 2 kelompok, yaitu: (a) Syirkah amlak adalah lebih dari satu orang memiliki suatu jenis barang tanpa akad (bisa bersifat ikhtiari atau jabari). (b) Syirkah ‘uqud adalah bahwa dua orang (lebih) melakukan akad untuk bergabung dalam suatu kepentingan harta dan hasilnya berupa keuntungan. syirkah ‘uqud terdiri dari 4 kelompok, yaitu: syirkah ‘inan, muwafadhah, ‘abdan dan wujuh. Hukum dari syirkah tersebut bahwa partner tidak berhak bertindak dalam penggunaan
milik
partner
lainnya
tanpa
izin
dari
yang
bersangkutan.Menurut Imam Hanafi keempat syirkah tersebut diperbolehkan, jika syarat-syaratnya terpenuhi. Kemudian menurut Imam Syafi’i membatalkan semua, kecuali syirkah ‘inan. Sedangkan Hambali membolehkan semuanya, kecuali syirkah muwafadah. Dan menurut Imam Maliki membolehkan semuanya, kecuali syirkah wujuh. Adapun rukun dari dari syirkah adalah ijab dan qabul. Selanjutnya aplikasi musyarakah dalam dunia Perbankan, biasanya digunakan untuk pembiayaan proyek tertentu. Pada lembaga keuangan khusus yang diperbolehkan melakukan investasi 69
Sabiq, lo. cit.
36
dalam kepemilikan perusahaan, maka ditetapkanlah skema modal ventura. 3. Al Murabahah Menjual dengan harga asal atau harga pokok ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati. Misalnya, PT. MLM meminta A menjual produknya. Kemudian PT. MLM menyerahkan barang-barangnya untuk dijual oleh A. Selanjutnya hak yang diperoleh A adalah berdasarkan kesepakatan antara A dengan PT. MLM. Murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan (1 bulan, 3 bulan, 1 tahun dst). Sedangkan pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah
dalam
rangka
pemenuhan
kebutuhan
produksi
(inventory).70 Adapun dasar-dasar perniagaan seperti yang tercantum dalam surat An-Nisa’ ayat 29 adalah: 1) Saling meridhai antara penjual dengan pembeli, sedangkan tindak penipuan, pendustaan atau pemalsuan itu diharamkan, 2) Semua yang ada di dunia perniagaan dan apa yang terkandung di dalam maknanya merupakan kebathilan (tidak kekal). Hendaknya tidak melalaikan orang yang berakal, demi mempersiapkan kehidupan dunia maupun Akhirat nantinya, dan 3)
70
Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.25.
37
Bahwa semua jenis perniagaan itu mengandung kebathilan. oleh karena itu, perlu toleransi jika terjadi penambahan harga, karena kepandaian pedagang dalam menawarkan barang dagangannya, bukan karena pemalsuan atau penipuan.71 Landasan syariah mengenai murabahah terdapat dalam Surat An-Nisa’ 29:72 Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu “. Yang dimaksud dengan kata al-bathil (al-buthlan) adalah kesia-siaan atau kerugian. atau mengambil harta tanpa pengganti yang hakiki dan keridhaan dari pemilik harta tersebut, maupun menafkahkan harta ke jalan yang tidak benar, seperti riba dan penipuan dalam jual beli. Sedangkan kata bainakum adalah harta yang haram akibat perselisihan antara orang yang memakan dan orang yang dimakan hartanya.73
71
Mustafa al-Maraghi , Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986, h. 27-28 72 Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992 73 Mustafa al-Maraghi, op. cit,h. 25-26
38
Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan biasanya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barangbarang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui letter of credit (L/C). a. Salam Secara
Etimologis,
ﺳﻠﻢ
(salam)
berarti
salaf
(pendahuluan). 74 Sedangkan Ba’i As salam adalah akad jual beli suatu barang, di mana harga dibayar segera dan barangnya diserahkan kemudian, sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.75 Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat AlBaqarah 282:76 .... Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan ...” Yang dimaksud dengan kata dain pada ayat di atas adalah muamalat tidak secara tunai, untuk barang yang terkandung dalam jaminan. Oleh karena itu, kriteria barang
74
A.W. Munawwir, op.cit.h.654. Sabiq, Fiqh as-Sunnah, III. h. 171. 76 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992 75
39
harus jelas dan si pemebeli meyakini akan dipenuhi oleh si penjual pada waktu yang sudah ditetapkan.77 Jumhur Ulama berpendapat, perlunya menuliskan tempo dalam jual beli salam, karena salam tidak boleh berlangsung sekarang. Sedangkan menurut Imam Syafi’i hal tersebut boleh (seketika), karena lebih utama dan untuk menghindari terjadinya penipuan. Pendapat tersebut juga dibenarkan oleh As-Syaukani.78 Aplikasi dalam dunia Perbankan sering digunakan pada pembayaran para petani jangka pendek dan pada pembiayaan barang-barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi). Adapun harga yang dibayarkan bukan berupa utang, melainkan dalam bentuk tunai dan segera dibayarkan. Karena Bank tidak bermaksud melakukan salam untuk memperoleh barang, melainkan menjual barang tersebut untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, transaksi dalam bentuk salam yang dilakukan oleh Bank, selalu diikuti dengan transaksi penjualan kepada pihak atau nasabah lain.79 b. Istishna’ (Purchase By Order Or Manufacture) Ba’i
al-istishna’
pemesan/pembeli
adalah
(mustashni’)
akad dengan
jual
beli
antara
produsen/penjual
(shani’), di mana barang yang akan diperjualbelikan harus 77
Sabiq, op.cit, h.171 Ibid, hlm. 72 79 Zainul Arifin, op.cit, h.27. 78
40
terlebih dahulu ditentukan kriterianya dengan jelas. Ishtisna’ dengan salam sebenarnya hampir sama, perbedaannya hanya terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus di muka, sedangkan Istishna’ pembayarannya bisa di awal, di tengah maupun di akhir.80 4. Al-Ijarah ( Jasa-Jasa ) Pembiayaan Bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan pemilikan. Misalnya ijarah sama dengan transaksi jual beli, hanya saja yang menjadi objek dalam transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja diperjanjian bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara pemilik barang.
( اﺟﺎرةIjarah) berasal dari kata اﺟﺮ
(ajru), yang berarti
pahala atau ganjaran. 81 Sedangkan menurut terminologi syara’ ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Pemilik yang menyewakan manfaat disebut mu’ajjir, sedangkan pihak lain yang memberikan sewa disebut musta’jir. Adapun barang yang diambil manfaatnya disebut ma’jur dan jasa yang diberikan sebagai imbalan menyewa disebut ajran/ujrah.82
80
Ibid., h. 28 A.W. Munawwir, op.cit. h. 9 82 Sabiq, op.cit ,h. 198 81
41
Para Cendekiawan Fiqh Muslim membagi ijarah menjadi 2 bagian, yaitu menyewa untuk jangka waktu tertentu dan menyewa untuk suatu proyek atau usaha tertentu. 83 Bentuk yang pertama banyak diterapkan dalam sewa-menyewa aset/barang, sedangkan bentuk yang kedua digunakan untuk para staf ahli atau para pekerja usaha-usaha tertentu. Secara garis besar, nash-nash Al-Qur’ān lebih banyak merujuk pada jenis Ijarah yang kedua. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash ayat 26: Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya." Kemudian surat Ath-Thalaq ayat 6:84 Artinya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika 83 84
Karen Perwataatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h. 29-30. Al-Qur’an Karim an Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992
42
mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya”. Adapun ijma’ para Ulama mengenai ijarah adalah sepakat, karena tidak ada satupun Ulama yang membantahnya. Meskipun terdapat perbedaan di antara mereka, namun hal itu tidak dianggap. Selanjutnya, hikmah di syariatkannya ijarah karena semua manusia membutuhkannya bagi kelangsungan hidup mereka. Jika terdapat kesepakatan pemilikan barang pada akhir masa sewa disebut ijarah mumtahiya bittamilk (financial lease with purchase option). Aplikasi dalam dunia Perbankan adalah leasing, baik dilakukan dalam bentuk operating lease maupun financial lease. a. Qardhul Hasan (Benevolent Loan) Qardhul hasan (benevolent loan) adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban sosial semata, dimana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal pinjaman.85 Landasan syariah mengenai pinjaman tunai kebajikan (qardhul hasan) terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 245: Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di 85
Karen Perwaatmadja dan M. Syafii Antonio, op.cit, h.33
43
jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. Pada dasarnya pinjaman qardhul hasan diberikan kepada mereka yang membutuhkan pinjaman konsumtif jangka pendek (untuk tujuan yang penting) dan para pengusaha kecil yang kekurangan dana (lack of fund), tetapi mempunyai prospek bisnis yang baik. Sumber dana untuk pemberian pinjaman tunai kebajikan ini berasal dari dana yang dikumpulkan oleh Lembaga Amil Zakat (ZIS). b. Wakalah (Deputyship) Wakalah bermakna tafwidh, yang berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian mandat. Atau pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain, dalam hal-hal yang dapat diwakilkan. Sebagaimana firman Allah dalam surat AlKahfi 19: Artinya: “Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka: Sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)." Mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih
44
mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun”. Islam Mensyariatkan wakalah karena manusia memang membutuhkannya. manusia tidak dapat memenuhi semua kepentingannya sendiri, mereka selalu membutuhkan orang lain sebagai delegasi atau wakil untuk kepentingannya. Firman Allah SWT dalam surat Yusuf ayat 55: Artinya: “Berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan." Wakalah
juga
termasuk
jenis
tolong-menolong
(ta’awun) atas dasar kebajikan dan taqwa. Sehingga umat Muslim membolehkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2: 86 Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.
86
Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.
45
c. Kafalah (Guaranty) Menurut Epistemologi, kafalah berarti adh-dhammu (menggabungkan), dhaman (jaminan), hamalah (beban) dan za’amah (tanggungan).87 Sedangkan menurut pengertian syara’ kafalah berarti proses penggabungan tanggungan kafiil menjadi tanggungan ashiil, dalam tuntutan dengan materi sama/hutang maupun barang/pekerjaan. Menurut Imam-Imam lainnya, kafalah adalah menggabungkan dua tanggungan dalam permintaan/hutang. Sedangkan landasan syariah mengenai kafalah terdapat dalam surat Yusuf ayat 72:88
Artinya: “Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya." Para Ulama berijma’ membolehkannya, karena orangorang Islam pada zaman nubuwwah mempraktekkan hal ini dan tidak ada ulama yang menegur atau melarangnya. d. Sharf Sharf adalah menjual mata uang (emas dan perak) dengan mata uang lainnya. menjual emas dengan emas atau
87 88
Sabiq, op.cit, h. 283 Al-Qur’an Karim dan Terjemahan, Demak: Tanjung Mas Inti, 1992.
46
perak
dengan
perak
itu
tidak
diperbolehkan,
kecuali
tunai/kontan. Di sisi lain, menjual emas dengan emas atau perak dengan perak secara sukatan itu diperbolehkan, tetapi sifat emas/perak keduanya serupa. Pendapat tersebut disepakati oleh para mudjtahidin.89 e. Hiwalah (Transfer Service) Kata hiwalah diambil dari kata tahwil, yang berarti intiqal
(perpindahan).
yang
dimaksud
di
sini
adalah
memindahkan hutang dari tanggungan muhil (debitur) menjadi tanggungan muhal’alaih. Di dalam Hadits Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang menghutangkan, jika orang yang berhutang menghiwalahkan kepada orang yang mampu, hendaknya menerima hiwalah tersebut dan mengikuti kepada muhal’alaih. Menurut Jumhur Ulama perintah tersebut sunnah, namun kebanyakan pengikut Imam Hambali, Ibn Jarir, Abu Tsur dan Az-Zahiriyah berpendapat bahwa hukumnya wajib bagi kreditur menerima hiwalah tersebut. Selanjutnya, aplikasi dalam dunia Perbankan berupa penerapan faktoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada Bank, post-date check, dimana Bank
89
Ash-Shiddieqy, op. cit, h. 369
47
bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan terlebih dahulu piutang tersebut dan bill discounting.
2.2
Kerangka Teori 2.2.1 Etika Kerja Islam Etika berasal dari bahasa latin etos yang berarti kebiasaan. Sinonimnya adalah moral yang juga berasal dari bahasa latin mores yang berarti kebiasaan. Sedangkan bahasa Arabnya adalah akhlak, bentuk jamak dari mufradatnya khuluq artinya budi pekerti. Keduanya bias diartikan sebagai kebiasaan atau adat istiadat (custom atau mores), yang menunjuk kepada perilaku manusia itu sendiri, tindakan atau sikap yang dianggap benar atau tidak90. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani Ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini91 : 1. Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
90 91
Ali Hasan, Manajemen Bisbis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, h. 171 http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm
48
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. 3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Al-Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin menjelaskan pengertian khuluq (etika) adalah suatu sifat yang tetap dalam jiwa, yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan pikiran. Dengan demikian etika bisnis dalam syari’at Islam adalah akhlak dalam menjalankan bisnis sesuai dengan nilai-nilai Islam, sehingga dalam melaksanakan bisnisnya tidak perlu ada kekhawatiran, sebab sudah diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar92. Secara etimologis, menurut Endang Syaifuddin Anshari, etika sama dengan akhlak. Akhlak berarti perbuatan dan ada sangkut pahutnya dengan kata-kata Khuliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan).93 Akan tetapi, pengertian akhlaq berasal dari kata jamak dalam bahasa Arab ”akhlaq”. Kata mufrad-nya adalah ”Khulqu”, yang berarti94:
92
Ali Hasan, op.cit, h. 171 Endang syaifuddin anshari, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Bandung: Pelajar Bandung, 1969, h. 26 94 Drs. H. Kahar Mansyur, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995, h. 27 93
49
a. sajiyyah
: Perangai
b. muruu’ah : budi c. thab’in
: tabiat
d. adab
: adab (kesopanan)
Etika dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan) rasional yang berkaitan dengan: 1. esensi dan dasar perbuatan 2. keputusan yang benar, dan 3. prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut secara moral, terpuji, atau tercela. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat tatanan dan prinsip kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih luas, etika adalah seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan sehingga etika menjadi salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik95. Kerja dalam Islam dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, kerja dalam arti luas (umum), yakni semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi atau nonmateri, intelektual atau fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan atau keakhiratan. Jadi dalam pandangan Islam pengertian kerja
95
Johan Arifin, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007, h. 63-64
50
sangat luas, mencakup seluruh pengerahan potensi yang dimiliki oleh manusia. Kedua, kerja dalam arti sempit (khusus), yakni kerja untuk memenuhi tuntutan hidup manusia berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal (sandang, pangan dan papan) yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang harus ditunaikannya, untuk menentukan tingkatan derajatnya, baik di mata manusia, maupun dimata Allah SWT96. Etika kerja seorang muslim dibentuk oleh iman yang menjadi pandangan hidupnya, yang memberi norma-norma dasar untuk membangun dan membina mu’amalahnya. Seorang muslim dituntut oleh imannnya untuk menjadi orang yang bertaqwa dan bermoral amanah, berilmu, cakap, cerdas, cermat, hemat, rajin, tekun, dan bertekat bekerja sebaik mungkin untuk menghasilkan yang terbaik. Dengan sikap dan sifat yang disebutkan Kyai Ali Yafie, para pengusaha muslim seharusnya lebih unggul. Karena itu, bila mereka lantas gagal, yang salah tentu bukan Islamnya, tapi oknumnya97 Dalam melakukan setiap pekerjaan, aspek etika merupakan hal mendasar yang harus selalu diperhatikan. Seperti bekerja dengan baik, didasari iman dan taqwa, sikap baik budi, jujur dan amanah, kuat, kesesuaian upah, tidak menipu, tidak merampas, tidak mengabaikan sesuatu, tidak semena–mena (proporsional), ahli dan 96
Abi Ummu Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2010 pukul 21.30 WIB 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, manajemen syari’ah dalam praktek, Jakarta: gema insani press, cet ke I ,2003, h.40-41 97 Didin hafinuddin dan Hendri tanjung, ibid, h.40-41
51
professional, serta tidak melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hukum Allah atau syariat Islam (Al-Quran dan Hadits). Dalam buku manajemen syari’ah dalam praktik karangan DR. KH. Didin hafinuddin, M.Sc. dan Hendri tanjung,S.Si., M.M. ada beberapa ciri etik kerja muslim, antara lain adalah sebagai berikut. Al-Shalah atau baik dan manfaat. Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik lakilaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(anNahl:97) 1. Al-Itqan atau kemantapan dan perfectnees
( )رواه اﻟﻄﺒﺮاﻧﻰ.ُإِنﱠ اﷲ ﯾُﺤِﺐﱡ إِذَا ﻋَﻤِﻞَ أَﺣَﺪُﻛُﻢُ اﻟﻌَﻤَﻞَ أَنْ ﯾُﺘْﻘِﻨَﮫ Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan yang dilakukannya dengan itqan/sempurna (professional).” (HR Thabrani) 2. Al-Ihsan atau melakukan yang terbaik dan lebih baik lagi. Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan dua pesan. a. Melakukan yang terbaik dari yang dapat dilakukan. Dengan makna ini sama dengan pengertian itqan. Pesan yang dikandungnya antara lain agar setiap muslim memiliki komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan, apalagi untuk kepentingan umat.
52
b. Mempunyai makna lebih baik dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberikan pesan peningkatan
yang
terus
menerus,
seiring
dengan
bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu, dan sumber daya lainnya. Hal ini juga termasuk peningkatan kualitas dan kuantitas dakwah. 3. Al-Mujahadah atau kerja keras yang optimal. Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (al-Ankabuut:69)
4. Tanafus dan ta’awun atau berkompetisi dan tolong menolong. Artinya: “…. Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (Al-Maa’idah: 2) 5. Mencermati nilai waktu. Mencermati nilai waktu yaitu dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam bekerja.
53
2.2.2 Motivasi Kerja Islam Istilah motivasi berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti
menggerakkan.
Menurut
Mitchell,
1982:81,
motivasi
mewakili proses-prose psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan tertentu98. William J. Stanton (1981:173) mendevinisikan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan
tertentu.
Sedangkan
Abraham
Sperling
(1987:183)
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan motif99. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive arousal). Hal ini dapat ditunjukkan pada bagan yang dikemukakan oleh Robert A. Baron, (1980:295) berikut ini.
98
Prof. Dr. J. Winardi, S.E., Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 1 99 Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 93
54
Gambar: 2.1 Motivasi Menjadi Pembangkit Dorongan
Drive
Incentive
Goal
Satisfied Need
Unsatisfied Need
Keterangan: Bilamana suatu kebutuhan tidak terpuaskan maka timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan. Pencapaian akan menjadikan individu merasa puas. Dalam teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan adalah suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenytaan dan dorongan yang ada dalam diri. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan manusia adalah sebagai berikut:100 1) Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk makan, minum, minum, perlindungan fisik, bernafas dan seksual.
100
Anwar Mangkunegara, ibid. h.95
55
2) Kebutuhan rasa aman yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. 3) Kebutuhan untuk mersa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. 4) Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain. 5) Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow dengan bentuk piramida gambar berikut ini. Gambar 2.2 Hierarki Maslow
Self Actualization
Esteem
Belongingness
Safety and Security
Physiological Needs
56
Abdul Hamid Mursi menerangkan motivasi dalam perspektif Islam sebagai berikut101 : 1. Motivasi fisiologis Allah telah memberikan ciri-ciri khusus pada setiap makhluk sesuai dengan fungsi-fungsinya. Diantara cirri-ciri khusus terpenting dalam tabiat penciptaan hewan dan manusia adalah motivasi fisiologis. Studi-studi fisiologis menjelaskan adanya kecenderungan alami dalam tubuh manusia untuk menjaga keseimbangan secara permanen. Bila keseimbangan itu lenyap maka timbul motivasi untuk melakukan aktivitas yang bertujuan mengembalikan keseimbangan tubuh seperti semula102. a. Motivasi Menjaga Diri Allah SWT menyebutkan pada sebagian ayat AlQur’an tentang motivasi-motivasi fisiologis terpenting yang berfungsi menjaga individu dan kelangsungan hidupnya. Misalnya lapar, dahaga, bernapas dan rasa sakit. Secara tersirat dalam Surat Thaha ayat 117-121 tiga motivasi terpenting untuk menjaga diri dari lapar, haus, terik matahari, cinta kelangsungan hidup, ingin berkuasa103 . Sebagian ayat
101
Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109. 71 Muhammad Utsman Najati, Al-Qur’an wa ‘ilmm an-Nafs, (Kairo”Darus Syuruq, 1982) h.23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h 108. 103 Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.109.
57
al-Qur’an menunjukkan pentingnya motivasi memenuhi kebutuhan perut dan perasaan takut dalam kehidupan104. b. Motivasi Menjaga Kelangsungan Jenis Allah menciptakan motivasi-motivasi dasar yang merangsang manusia untuk menjaga diri yang mendorongnya menjalankan dua hal terpenting yakni motivasi seksual dan rasa keibuan
105
. Motivasi seksual merupakan dasar
pembentukan keluarga106, dan dalam penciptaan kaum wanita Allah menganugerahi motivasi dasar untuk melakukan misi penting
yaitu
melahirkan
anak-anak.
Al-Quran
mengambarkan betapa beratnya seorang ibu mengandung dan merawat anaknya107. 2. Motivasi Psikologis atau Sosial a. Motivasi Kepemilikan Motivasi memiliki merupakan motivasi psikologis yang dipelajari manusia di tengah pertumbuhan sosialnya, di dalam
fase
pertumbuhan,
berkembang
kecenderungan
individu untuk memiliki, berusaha mengakumulasi harta yang dapat memenuhi kebutuhan dan jaminan keamanan hingga masa yang akan datang.
104
Al-baqarah (2) :155, An-Nahl (16) :112, Quraisy (106) : 3-4 Muhammad Ustman Najati, Al-Quran Wa ‘ilman-Nafs ( Kairo: Darus Syuruq, 1982) h. 23-25 dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an…,h. 111 106 Al-Hujurat (49):13, an-Nahl (16): 72 , an-Nisa (4):1 dan ar-Ruum (30): 21 107 Al-Ahqaaf (46): 15, Luqman (31): 14, dan al-Qashash (28): 10,13 105
58
Harta mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan manusia. Urutan pemuasan kebutuhan tersebut sebagai berikut : 1) Kebutuhan pangan dan papan 2) Kebutuhan kesehatan dan pendidikan 3) Kebutuhan bagi kelengkapan hidup 4) Kebutuhan posisi, status dan pengaruh sosial Mengenai motivasi kekuasaan, al-Quran menengarai yang artinya :
Artinya: ”dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).108 b. Motivasi Berkompetensi Berkompetensi (berlomba-lomba) merupakan dorongan psikologis yang diperoleh dengan mempelajari lingkungan dan kultur yang tumbuh di dalamnya. Manusia biasa
108
Ali Imran (3): 14.
59
berkompetensi dalam ekonomi, keilmuan, kebudayaan, sosial dan sebagainya. Al-Quran menganjurkan manusia agar berkompetensi dalam ketakwaan, amal shaleh, berpegang pada prinsip-prinsip kemanusiaan, dan mengikuti manhaj Ilahi dalam hubungan dengan sang pencipta dan sesama manusia sehingga memperoleh ampunan dan keridhan Allah SWT. c. Motivasi Kerja Motivasi kerja dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ada sebagian orang yang lebih giat bekerja daripada yang lain. Kebanyakan orang mau bekerja lebih keras jika tidak menemui hambatan merealisasikan apa yang diharapkan. Selama dorongan kerja itu kuat, semakin besar peluang individu untuk lebih konsisten pada tujuan kerja. Ada juga yang menyukai dorongan kerja tanpa mengharapkan imbalan, sebab ia menemukan kesenangan dan kebahagiaan dalam perolehan kondisi yang dihadapi dan dalam mengatasi situasi yang sulit 109. Konsep kehidupan religius didasarkan pada ketiga motif spiritual dalam Islam yaitu berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat.
109
Mc. Clelland, D., et al., The Achievement Motive, (New York : Appleton-CenturyCrofts,1953) dalam Abdul Hamid Mursi, SDM yang Produktif: Pendekatan Al-Qur'an...,h.116
60
1. Motivasi Akidah , Ibadah dan Muamalat a. Motivasi Aqidah Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah rukun
iman
110
.Iman
menurut
hadist
merupakan
pengikraran yang bertolak dari hati, pengucapan dengan lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam yang muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah agama Islam terdiri dari rukun Iman diantaranya , namun dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini dilibatkan karena pada waktu bekerja terlibat secara nya sehari-hari .Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas bekerja karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan kinerja111. Esensi Islam adalah pengesaan Allah. Tidak satupun perintah dalam Islam yang dilepaskan dari tauhiid. Seluruh agama itu sendiri , kewajiban untuk menyembah 110
Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah (Surabaya: Muhammad Ibnu Ahmad bin Nabhan), h.2 111 Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46
61
Tuhan, mematuhi perintah-Nya dan menjauhi laranganNya, akan hancur begitu tauhiid dilanggar. Menurut Abdurrahim kualitas seseorang 90 % ditentukan oleh sikap dan 10 % ilmu pengetahuan, sedangkan sikap dan prilaku ditentukan oleh nilai seperti ikhlas yang merupakan manifestasi dari sikap tauhiid112. Ketika seseorang menghadirkan dimensi keyakinan akidahnya ke dalam kehidupannya,
sering
terjadi
pengalaman batin yang sangat individual dan yakin dapat meningkatkan energi spiritual untuk meningkatkan kinerja113. b. Iman kepada Allah Iman kepada Allah merupakan titik sentral, akar dan fondasi yang menjadi kekuatan seorang muslim . Iman adalah seperti pohon yang berbuah , buahnya tidak pernah terputus, pohon iman memberikan buahnya setiap saat , baik di musim panas dan musim dingin, di siang maupun di malam hari. Begitu juga seorang mukmin harus tetap beramal di setiap saat dan di setiap kesempatan. Oleh sebab itu sering kali dimuat dalam al-Quran pernyataan
112
Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta:CV Kuning Mas, 1993, h.
113
Ibid. h.49
31- 48
62
Iman dan Amal saleh karena amal salah merupakan salah satu buah dan bekasnya114 Salah satu ciri orang yang beriman diantaranya adalah disebut nama Allah maka gemetarlah hatinya dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah bertambahlah iman 115 .Menurut Iman yang paling kuat adalah iman yang diamini, diakui dan diaplikasikan dengan hati , lisan dan perbuatan. c. Iman Kepada Kitab Sebagai seorang muslim harus beriman kepada Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran. Al-Quran sebagai kitab Allah SWT yang diturunkan kepada umat sesuai dengan ruang dan waktu. Al-Quran merupakan kitab terakhir, sumber asasi Islam yang pertama, kitab kodifikasi firman Allah SWYT kepada manusia di bumi, diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW, berisi petunjuk Ilahi yang abadi untuk manusia, untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.116 d. Iman Kepada Rasulullah Iman kepada rasul memiliki konsekuensi mengikuti dan mencontoh rasul yang disebut As-Sunnah. As-Sunnah
114
Ibid. h.48 Al-Anfal(8):2 116 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h. 33 115
63
(etimologis berarti: tradisi dan perjalan), sumber asal Islam yang kedua, ialah segala perkataan, perbuatan dan sikap Rasulullah saw yang dicatat dan direkam di dalam Al-Hadits (etimologis berarti: ucapan atau pernyataan dan sesuatu yang baru). Dalam arti teknis As Sunnah (sunnaturrasul)
identik
dengan
Al-Hadits
(haditsunnabawi). Karena ajaran yang disampaikan Rasul itu bersumber dari Allah SWT dan sangat penting bagi keselamatan dan keberhasilan manusia, maka ajaran tersebut harus diterima dan dilaksanakan oleh manusia. Rasulullah
dalam
berbagai
kesempatan
selalu
menekankan pentingnya tenaga kerja dan selalu menghargai karya para karyawan dan para ahli dalam suatu bidang pekerjaan tertentu. Beliau pernah bersabda: “ Allah mencintai orang
yang
selalu
bekerja
dan
berusaha
untuk
penghidupannya.” (Al-Hadits) menurut Maqdam, Rasulullah pernah berkata, “tidak seorangpun yang akan memperoleh keadaan yang lebih baik daripada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangannya (tenaganya) sendiri. Nabi Dud pun memperoleh nafkah penghidupan dari tangannya sendiri.” (HR. Bukhori).
64
2. Motivasi Ibadah Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah) yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.117 Ibadah adalah suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh orang yang tidak beragama, seperti doa, shalat dan puasa itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Ibadah bertitik tolak dari aqidah, jika ibadah diibaratkan akar maka ibadah adalah pohonnya. Jika ibdah masih dalam taraf proses produksi, sedangkan output dari ibadah adalah mu’amalah. Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui AlQur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat 117
Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan Umatnya,Cet.Ke-3 (Jakarta: Rajawali , 1993), h.26
65
diragukan bahwa umat
yang ibadahnya kaffah akan
mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja. a. Doa Doa biasa diartikan dengan permohonan hamba kepada Tuhannya, tata cara berdoa telah diatur dalam AlQur’an dan As-Sunnah, penyimpangan terhadapnya dapat dikategorikan syirik dan bid’ah. Dzikir biasa diartikan dengan memuji asma Allah, sambil merenungkan kebesaran Allah SWT melalui arti asma Allah yang direnungkan dipikirkan sehingga mempunyai efek dzikir produktif yang dapat meningkatkan kinerja seorang muslim. Potensi doa, dzikir dan fakir adalah asset ilahiyyah yang seharusnya dikelola dengan baik dalam perwujudan kerja prestatif atau amal shaleh. Dengan berdoa, berarti menunjukkan kualitas dan kemampuan untuk memperepsi diri sehingga mempunyai asumsi atas gambaran jiwa yang tidak lain adalah salah satu bagian dari proses berpikir itu sendiri.118 Doa yang melahirkan optimisme itu, menggerakkan sikap diri yang gagah untuk berkinerja. Dia tidak takut dengan kesulitan, karena di dalam nuraninya ada keyakinan bahwa setelah
118
50-53
Toto Tasmara , Etos Kerja Pribadi Muslim, Jakarta : PT Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.
66
kesulitan pastilah ada kemudahan dan Allah akan mengabulkan doanya.119 b. Shalat Shalat adalah tata ritual sebagai konsekuensi orang yang beriman kepada Allah, merupakan kewajiban yang harus dilakukan lima kali dalam sehari. Shalat merupakan tiang agama, barangsiapa mengerjakan berarti telah menegakkan agamanya dan barang siapa meninggalkan berarti telah meruntuhkan agamanya. Shalat merupakan proses produksi yang apabila tata caranya diikuti secara tepat dan konsisten serta dijiwai dengan niat yang ikhlas, maka shalat tersebut dapat menghasilkan kinerja. Sesuai teori psikologi Islam ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam shalat: aspek olah raga, aspek
meditasi,
aspek
auto-sugesti,
dan
aspek
kebersamaan. Selain memberikan terapi yang bersifat kuratif, agama juga memiliki aspek preventive bagi lahirnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Rukun Islam memiliki aspek terapeutik. Demikian juga dengan rukun iman yang salah satunya adalah penerimaan bahwa baik dan buruk datangnya dari Allah, akan membebaskan orang dari segala macam ketegangan jiwa. Pada dasarnya
119
Al-Insyirah (94: 5-6 dan al-Mukminun (23): 60
67
tujuan beberapa teknik psikoterapi seperti kognitif (cognitive
therapy)
dan
(insight
therapy)
adalah
menentukan seseorang untuk menerima kenyataan hidup yang sudah diatur oleh Tuhan.120 Jadi shalat bukan sekadar kegiatan rutin yang sifatnya seremonial dan tanpa bekas. Diakui atau tidak, sepuluh mutiara hikmah itu belum dihayati seluruhnya. Sementara ini masih saja ada kaum muslimin yang tidak disiplin dan konsisten mendirikan shalatnya. Shalat yang didirikan belum juga memberi bekas terhadap lingkungan kinerjanya.121 Penelitian tentang mentalitas manusia menetapkan adanya manfaat shalat dan ibadah. Badan penanganan masalah pengangguran di kota New York, telah melakukan psikotes terhadap lebih 15.000 tunawisma. Melalui penelitian ini dimungkinkan untuk mengarahkan setiap individu kepada profesi yang cocok sesuai dengan minat dan keahliannya. Hakihat khusuk jika dikaitkan dengan penelitian tersebut dapat berpengaruh positif signifikan terhadap karyawan. Thabarah menyatakan bahwa
kekhusuan
adalah
instrument
untuk
mengembangkan kemampuan diri dalam berkonsentrasi, 120 121
Hasanuddin dalam Wibisono, ”Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap ...,h. 70 Ibid., hlm.70
68
yang berdampak pada kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam menjalani kehidupannya. Mencermati firman Allah dalam Al-Qur’an Surat alAn’am ayat 162 dan surat al-Mukminun ayat 1-2 bahwa: a) Shalat adalah tiang agama, dapat diartikan sebagai poros energi untuk berkinerja. b) Orang yang shalat tetapi melupakan terhadap proses lanjutan setelah ibadah shalat, dikutuk oleh Islam. c) Pengakuan pada waktu melaksanakan ibadah shalat bahwa shalat merupakan ibadah, hidup dan mati adalah bentuk pengabdian total kepada Allah. c. Puasa Puasa Ramadhan termasuk salah satu aturan Allah SWT
yang wajib dijalankan oleh setiap muslim
sebagaimana diungkapkan dalam al-Qur’an Surat alBaqarah ayat 183.Dengan demikian, pendekatan yang paling dikedepankan dalam memahami puasa adalah dengan pendekatan keimanan untuk mencapai target taqwa. Ditinjau dari segi teknologi modern, ditemukan bahwa penelitian modern mengungkapkan kenyataan bahwa puasa meningkatkan keimanan kepada pencipta dan puasa dapat memperpanjang usia manusia dan menghindarkannya dari sejumlah kelainan fisik dan
69
penyakit. Penelitian gejala puasa di laboratorium ilmiah, para ahli berpendapat bahwa puasa sebagai suatu gejala fisiologi dan bukan semata-mata suatu hasil proses iradah, puasa adalah suatu keharusan hidup dan kesehatan. Puasa
mengatur
perilaku
dan
konsumsi,
mengendalikan nafsu berarti menyimpan energi spiritual yang dilakukan oleh seorang muslim mulai fajar sampai maghrib untuk mendapatkan energi spiritual. Jika pelaksanaan puasanya dilakukan secara tepat
dan
konsisten, maka berpuasa dapat meningkatkan bekerja dan berproduksi secara religius. Penelitian dalam kedokteran Islam, terdapat aspek spiritual yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kinerja yang religius. Mengajarkan cinta kasih antara manusia, memberikan rasa harap, kreatif, dan selalu optimis
memandang
hidupnya,
meresapi
arti dan
efektifitas ibadahnya, pengabdian yang murni terbuka kepada Allah. Selain itu, mengajarkan manusia bersabar hati, meningkatkan kewaspadaan dari nafsu jahat, mempelajari manusia cara menabung, memperbanyak amal sosial dan shodaqoh.
70
3. Motivasi Muamalah Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan sekunder
dengan syarat
untuk meningkatkan kinerja.
Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya. Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim menuju tercapainya rahmatan lil’alamin. Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-Qur’an dan asSunnah. Ada perbuatan tertentu yang dikenal sebagai religius dan
spiritual,
sementara
lainnya,
non
religius
atau
keduniawian. Menurut Rahman, Islam tidak membedakan antara jenis keperluan yang satu dengan yang lainnya sebagai
71
bagian dari ketaatan dan kepatuhan kepada Allah SWT122 . Kaum muslimin menafkahkan sebagian hartanya kepada para janda, anak-anak yatim dan orang-orang miskin seperti kerelaannya berbelanja untuk diri sendiri, anak-anak, orang tua dan kaum kerabat. Demikian juga ketika akan mendirikan shalat dan menunaikan ibadah haji, sama baiknya dan sama mulianya seperti jika ke kantor, berbisnis atau kegiatan lainnya dengan tujuan mencari nafkah untuk kehidupan dengan ulet, tawakal, professional, amanah dan jujur. Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 33-35:
Artinya: dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya bijibijian, Maka daripadanya mereka makan, dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur? Ayat diatas mempunyai makna. Pertama, hendaklah manusia bekerja didasarkan atas kepentingan berproduksi dan 122
h.132
Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Raja GrafindoPersada,1997,
72
dari apa yang diusahakan oleh tangannya. Meski manusia bekerja usaha tersebut tetap disandarkan pada kehendak Allah SWT disertai doa memohon pertolongan-Nya. Kedua, lingkungan adalah anugerah Allah SWT yang menyediakan segala kebutuhan yang dapat membantu manusia dalam kehidupannya. Anugerah Allah SWT itu disertai kesiapan berkarya yang disediakan pula baginya sejak pertumbuhannya. Dengan demikian jangan sampai seorang mukmin berkeyakinan bahwa fatalisme dibenarkan oleh aqidah. Fatalisme adalah jalan yang negatif dalam kehidupan, yaitu bersikap menunggu tanpa berusaha. Islam hanya mengenal konsep tawakal kepada Allah SWT berarti mendayagunakan
seluruh
potensi
untuk
memikirkan
keselamatan, mempertimbangkan berbagai alternatif dan memilih yang terbaik untuk diimplementasikan. Menurut
David
C.
McClelland
(1961:112)
mengemukakan 7 karakteristik orang yang mempunyai motivasi tinggi, yaitu sebagai berikut123: 1. Memiliki tanggung jawab yang tinggi 2. Berani mengambil dan memikul resiko 3. Memiliki tujuan yang realistik 4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh 123
Dr. A. A. Anwar Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2004. h. 103
73
5. Berjuang untuk merealisasikan tujuan 6. Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit 7. mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Dari uraian diatas dapat, indikator dari motivasi kerja Islam adalah sebagai berikut: 4. Aqidah Motivasi spiritual dalam Islam adalah berdasarkan motivasi aqidah, ibadah dan motivasi muamalat. Motivasi akidah adalah keyakinan hidup, fondasi dan dasar dari kehidupan, yang dimaksud dengan akidah Islam adalah rukun iman 124 .Iman menurut hadist merupakan pengikraran yang bertolak dari hati, pengucapan dengan lisan dan aplikasi dengan perbuatan. Jadi motivasi akidah dapat ditafsirkan sebagai dorongan dari dalam yang muncul akibat kekuatan tersebut. Sistematika akidah agama Islam terdiri dari rukun Iman diantaranya , namun dalam motivasi akidah ini yang dilibatkan hanya unsur iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah dan iman kepada Rasulullah. Ketiga unsur ini dilibatkan karena pada waktu bekerja terlibat secara nya sehari-hari .Unsur yang lain tidak dilibatkan dalam aktifitas bekerja karena belum menjadi pemahaman iman yang bisa 124
Thahir Ibnu Shalih Jazairi, Jawahiru al-kalamiyah ( Surabaya: Muhammad Ibnu Ahmad bin Nabhan), h.2
74
dilibatkan dalam proses produksi maupun meningkatkan kinerja125. 1) Ibadah Kaidah ibadah dalam arti khas (qoidah “ubudiyah) yaitu tata aturan ilahi yang mengatur hubungan ritual langsung antara hamba dengan Tuhannya yang tata caranya telah ditentukan secara rinci dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.126 Ibadah dalam ajaran Islam dapat dicontohkan sebagai berikut: doa, shalat, puasa, bersuci, haji dan zakat. Tetapi unsur motivasi ibadah ini hanya diambil doa, shalat, dan puasa, karena ketiga unsur ini dilakukan karyawan sehari-hari dalam proses produksi sehingga patut diduga mempunyai pengaruh dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jika diperhatikan beberapa ajaran Islam melalui AlQur’an mengenai ibadah yang selalu terkait dengan produksi seperti: zakat, amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dapat diragukan bahwa umat yang ibadahnya kaffah akan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kinerja.
125
Wibisono, “Pengaruh Motivasi Spiritual Terhadap Kinerja ...,h. 46 Endang Saifudin Anshari, Wawasan Islam ; Pikiran-pikiran pokok tentang Islam dan Umatnya,Cet.Ke-3, Jakarta: Rajawali , 1993, h.26 126
75
2) Muamalah Kaidah muamalah dalam arti luas adalah tata aturan ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan benda atau materi alam. Muamalah diantaranya mengatur kebutuhan primer, dan sekunder dengan syarat untuk meningkatkan kinerja. Kebutuhan tersier dilarang dalam Islam karena dipandang tidak untuk meningkatkan kinerja tetapi dipandang sebagai pemborosan dan pemusnahan sumber daya. Bekerja dan berproduksi adalah bagian dari muamalah yang dapat dikategorikan sebagai prestasi kinerja seorang muslim menuju tercapainya rahmatan lil’alamin. Motivasi muamalah adalah dorongan kekuatan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan
manusia
yang
dilandasi oleh kekuatan moral spiritual, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang religius, karena diilhami oleh al-Qur’an dan as-Sunnah. 3) Kebutuhan kebutuhan
adalah
suatu
kesenjangan
atau
pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan dan dorongan yang ada dalam diri.
76
4) Harapan Teori harapan berkata yang dikemukakan oleh Victor H. Vroom mengemukakan bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya.127 5) Insentif Menurut Pangabean (2002) Insentif merupakan penghargaan yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standard yang telah ditentukan. Insentif juga merupakan suatu bentuk dorongan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. 2.2.3 Produktivitas Kerja Produktivitas kerja berasal dari kata produktif artinya segala kegiatan yang menimbulkan kegunaan (utility). Jika seseorang bekerja, ada hasilnya, maka dikatakan ia produktif. Tapi kalau ia menganggur, ia disebut tidak produktif, tidak menambah nilai guna bagi
masyarakat.
Para
penganggur
merupakan
beban
bagi
masyarakat. Biasanya orang-orang kreatif, ada-ada saja yang akan dikerjakannya, makin lama ia makin produktif.128
127
Sondang P, Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995,
h.292 128
Prof. Dr. H. Buchari Alma, dan Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009, h. 171.
77
Produktivitas kerja merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan untuk memenuhi
keinginan
konsumen.
Produktivitas
dimulai
dari
kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Hal ini dapat diimplementasikan interaksi antara karyawan (pekerja) dan pelanggan yang mencakup129: 1. Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan. 2. Penampilan
karyawan,
berkaitan
dengan
kebersihan
dan
kecocokan dalam berpakaian. 3. Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan.130 Menurut Manuaba (1992) peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right).
Dengan
kata
lain
bahwa
produktivitas
merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total. Produktivitas diartikan sebagai hasil pengukuran suatu kinerja dengan memperhitungkan sumber daya yang digunakan,
129
Gaspersz Vincent, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003,
h.130 130
Edhi prasetyo, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi, h. 2.
78
termasuk sumber daya manusia131. Produktivitas dapat diukur pada tingkat individual, kelompok maupun organisasi. Produktivitas juga mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai efektivitas dan efisiensi kinerja dalam kaitannya dengan penggunaan sumber daya. Orang sebagai sumber daya manusia di tempat kerja termasuk
sumber
daya
yang
sangat
penting
dan
perlu
patriotik
yang
diperhitungkan.132 Produktivitas
mencakup
sikap
mental
memandang hari depan secara optimis dengan berakar pada keyakinan diri bahwa kehidupan hari ini adalah lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sikap seperti ini akan mendorong munculnya suatu kerja yang efektif dan produktif, yang sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produktivitas kerja133. Sama
halnya
menurut
Simanjuntak,
Produktivitas
mengandung pengertian filosofis, definisi kerja, dan teknis operasional. Secara filosofis, produktivitas mengandung pengertian pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan mutu kehidupan lebih baik dari hari ini134.
131
John R Schermenharn, Manajemen, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2003, h.7 Daryatmi, “pengaruh motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa kabupaten karanganyar” jurnal skripsi, h. 12.. 133 Muchdarsah Sinungan, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, h.1 134 Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian keperawatan pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008, h.37 132
79
Sedangkan menurut Yader (1975) dimensi variabel terikat atau dependen yaitu produktivitas kerja dalam pengukurannya meliputi kriteria sebagai berikut:135 a. Kualitas kerja (Quality of work) yaitu kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. b. Kuantitas kerja (quantity of work) yaitu jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang telah ditentukan. c. Kreatifitas
(creativeness)
yaitu
keaslian
gagasan
yang
dimunculkan dalam tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul. d. Kerja sama (coorperation) yaitu kesadaran untuk bekerja sama dengan yang lain (sesama anggota organisasi) e. Pengetahuan tentang pekerjaan (knowledge of job) yaitu luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilan. f. ketergantungan (depend ability) yaitu kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian pekerjaan g. Inisitif
(initeative)
yaitu
tindakan
dalam
menyelesaikan
pekerjaan. h. Personal kualitas yaitu menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahan, dan integritas pribadi. Pada dasarnya setiap perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan 135
produktivitasnya.
Tujuan
dari
peningkatan
Dr. B. Siswanto Sastrohadiwiryo, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002, h.236
80
produktivitas ini adalah untuk meningkatkan efisiensi material, meminimalkan biaya per unit produk dan memaksimalkan output per jam kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja merupakan hal yang penting, mengingat manusialah yang mengelola modal, sumber alam dan teknologi, sehingga dapat memperoleh keuntungan darinya.136 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh produktivitas kerja karyawannya. Sedangkan produktivitas kerja karyawan sangat dipengaruhi oleh faktor etika kerja, motivasi kerja dan juga faktorfaktor lain seperti kepemimpinan, tingkat pendidikan, budaya kerja, dan sebagainya.
2.3
Penelitian Terdahulu Penelitian Daryatmi dalam penelitian yang berjudul “pengaruh motivasi, pengawasan dan budaya kerja terhadap produktivitas kerja karyawan perusahan daerah bank perkreditan rakyat badan kredit desa kabupaten karanganyar” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti, dengan menggunakan analisis berganda, yaitu uji validitas yang mendasarkan pada korelasi antara masingmasing item dengan total item, dan juga uji reliabilitas yaitu masing-masing skor butir dikorelasikan dengan skor totalnya. 136
Bambang Tri Cahyono, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN PENERBIT IPWI, 1996, h. 282.
81
Maya Puji Febriana dalam penelitian skripsinya yang berjudul ”pengaruh
etos
kerja
islam terhadapProduktifitas karyawan
bank
perkreditan rakyat syari’ah artha mas abadi kabupaten pati” menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti. Pengujian dengan menggunakan analisis factor, analisis regresi sederhana dengan uji F dan koefisien determinasi. Muhammad Zama’ Syari (2010) dalam penelitian skipsinya yang berjudul “pengaruh etos kerja dan budaya kerja Islam terhadap produktivitas kerja karyawan di KJKS/UJKS wilayah Kabupaten Pati” menunjukkan bahwa variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan dengan uji T. Dalam penelitian tugas akhir D3 perbankan syari’ah oleh Masrup (2009) yang berjudul ”Hubungan pelatihan dan Motivasi kerja terhadap Produktivitas pegawai pada kantor BMT Tamzis Wonosobo” juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti.
2.4
Kerangka Berfikir Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, perlu adanya kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam meneliti masalah yang bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
82
Gambar: 2.3 Kerangka Berfikir
1. Al-Shalah 2. Al-Itqon 3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan ta’awun 6. Mencermati nilai waktu
Etika Kerja Islam X1
Produktivitas Y 1. Aqidah 2. Ibadah 3. Muamalah 4. Kebutuhan 5. Harapan 6. Insentif
2.5
Motivasi Kerja Islam X2
1. kualitas kerja 2. kuantitas kerja 3. pengetahuan tentang pekerjaan 4. kreatifitas kerja sama 6. ketergantungan 7. inisiatif 8. personal kualitas
Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis
83
juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.137 Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Etika kerja dan motivasi kerja Islam secara bersamaan berpengaruh terhadap produktifitas kerja karyawan 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel etika kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. 3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan.
137
Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2008, h. 64
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Sumber Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: data primer dan data sekunder.231 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur yang terkait topik penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari studi literatur berupa tulisan laporan, pedoman, peraturan, dan sumber-sumber lain yang menunjang laporan penelitian. Untuk melakukan penelitian tentang pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas karyawan diperlukan data primer dan data sekunder. Adapun proses pengumpulan data tersebut dapat dilakukan dengan cara yaitu: a.
Penelitian kepustakaan (Library research), digunakan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu pencarian bahan-bahan dan teoriteori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah
231
Husain Umar, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hlm.82.
84
85
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. b. Penelitian lapangan (Field research), digunakan untuk mendapatkan data primer, yaitu dengan mendatangi tempat yang bersangkutan untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan bisa dilakukan dengan wawancara ataupun pemberian kuesioner.
3.2.
Populasi dan Sample Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 232 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di BNI Syari’ah Cabang Semarang yang berjumlah 72 karyawan. Penentuan jenis populasi ini didasarkan atas layanan bahwa yang akan di uji adalah persepsi karyawan mengenai pengaruh motivasi dan etos kerja Islam terhadap kinerja karyawan, dikarenakan jumlah karyawan di BNI Syari’ah Cabang Semarang banyak, sehingga memungkinkan untuk mengambil sample karyawan menjadi responden. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
232
Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008, h. 80.
86
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sample yang dapat diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sample itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sample yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).233 Sample juga bisa di katakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti.234 Teknik pengambilan sample yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: metode Simple Random Sampling. Simple Random sampling yaitu: cara pemilihan sample di mana anggota dari populasi di pilih satu persatu secara random atau acak (semua mendapat kesempatan yang sama untuk di pilih) di mana jika sudah di pilih tidak dapat di pilih lagi.235 Pada
umumnya
peneliti
menggunakan
metode
ini
untuk
memperoleh daftar dalam jumlah yang besar dan lengkap secara cepat dan hemat. Penentuan jumlah sample di tentukan dengan rumus Slovin. 236 Karena jumlah respondennya sudah di ketahui. n
N 1 ne 2
N = ukuran populasi e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan/margin of error max. n
233
N 1 ne 2
Ibid. hlm. 81. Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, hlm: 120. 235 Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Tlletode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm.123. 236 Ibid, hlm. 137. 234
87
n
142 1 142.10% 2
n
142 1 142.0.01
142 1 1,42 142 242 58,6
Berdasarkan data yang di peroleh, jumlah karyawan yang bekerja di BNI Syariah Cabang Semarang adalah 72 orang. Jumlah sample untuk penelitian menggunakan margin of error sebesar 10%. Maka jumlah sample yang di teliti adalah 58,6 dibulatkan menjadi 60 karyawan.
3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data sangat berpengaruh sekali dalam hasil penelitian. Karena pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan diperoleh data yang relevan, dan akurat. Metode pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup
88
besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, internet. 237 Kuesioner yang di gunakan berupa pertanyaan yang menyangkut tentang pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang. 2. Dokumentasi Dokumentasi di gunakan untuk pengumpulan data berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. Misalnya: berupa arsip-arsip, buku-buku catatan yang lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.238 Dokumentasi yang di gunakan yaitu yang berhubungan dengan profil tentang BNI Syariah Cabang Semarang. 3. Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai dengan data. Pencarian data dengan teknik ini dapat di lakukan dengan cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung antara seorang atau beberapa orang pewawancara dengan seorang atau beberapa orang yang diwawancarai.
237
239
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan
Prof. Dr. Sugiyono, Op.cit hlm. 142. Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h1m. 152. 239 Ibid, hlm. 151. 238
89
dengan salah satu karyawan yaitu dengan Bapak Khoiril Anwar, selaku senior marketing karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang untuk mengetahui kebenaran isi kuesioner yang menyangkut dengan pengaruh etika kerja dan motivasi kerja Islam terhadap kinerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang.
3.4. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel penelitian dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 3.1 NO VARIABEL 1. Etika Kerja Islam
INDIKATOR 1. Al-Shalah
2. Al-Itqon
3. Al-Ihsan 4. Al-Mujahadah 5. Tanafus dan ta’awun
6. Mencermati nilai waktu
2. Motivasi Kerja Islam
1. Aqidah 2. Ibadah
3. Muamalah
ATRIBUT - Melakukan pekerjaan yang baik dan bermanfaat - Keyakinan bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah - Kejujuran - Menghindari dosa - Bekerja keras - Ketekunan - Kemandirian - Semangat kerja - Tolong menolong dalam kebaikan - Tidak membuangbuang waktu - Penghematan
SKALA Likert
- Menjaga Prilaku dan perbuatan - Meluangkan waktu untuk menunaikan ibadah kepada Allah swt - Lingkungan kerja yang baik dan kenyamanan bekerja
Likert
90
- Saling berinteraksi - Gaji yang sesuai dengan kebutuhan yang layak - Sarana dan prasarana yang memadai - Kestabilan kerja 5. Harapan - Memberi kesempatan untuk mengungkapkan ideide - Kesempatan untuk mengikuti pelatihan - Memberi penilaian terhadap pekerjaan 6. Insentif - Penghargaan financial 3. Produktivitas 1. Kuantitas kerja - Bekerja sesuai dengan Likert Kerja target yang ditentukan Karyawan - Mampu menjalankan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan 2. Kualitas kerja - Menyelesaikan pekerjaan sesuai prosedur yang ditetapkan - Meminimalkan kesalahan kerja 3. Ketepatan waktu - Menjalankan pekerjaan dengan disiplin waktu yang baik - Menyelesaikan tugas pekerjaan dengan tepat waktu 4. Pengetahuan - Luasnya pengetahuan tentang pekerjaan pekerjaan - Terampil 5. Kreatif - Memunculkan ide-ide baru 6. Kerjasama - Bekerja sama 7. Ketergantungan - Dapat dipercaya - Penyelesaian kerja 8. Inisiatif - Semangat untuk melaksanakan tugastugas baru 4. Kebutuhan
91
- Perbesar tanggung jawab. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya di sebut sebagai variable penelitian. Dengan skala likert, maka variable yang akan di ukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain:240 1) Sangat setuju
di beri skor 5
2) Setuju
di beri skor 4
3) Ragu-ragu
di beri skor 3
4) Tidak setuju
di beri skor 2
5) Sangat tidak setuju
di beri skor 1
3.5. Teknik Analisis Data 3.5.1 Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatantingkatan kevaliditan dan kesahihan suatu instrumen. 241 Instrumen 240
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 93
92
dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang diinginkan dan mengungkap data variabel yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas internal. Validitas internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. sebuah
instrumen
dikatakan
memiliki
242
misi
Dengan kata lain instrumen
secara
keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Dalam pengujian validitas instrumen pada penelitian ini digunakan analisa butir. Cara pengukuran analisa butir tersebut adalah mengkorelasikan skor butir dengan skor total dengan rumus produk moment, yaitu:243 Rxy
N xy ( x )( y )
N ( x )N y 2
2
( x 2 )
Keterangan: R = Koefisien korelasi N = Jumlah subyek atau responden X = Skor butir Y = Skor total 3.5.2 Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen sudah baik.244 Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu
241
Suharsimi Arikunto, Op. cit, h1m. 137. Ibid, hlm. 171 243 Ibid, hlm. 70 244 Ibid, hlm. 178 242
93
instrumen dapat memberi hasil. Pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang sama. Uji reliabilitas ini hanya dilakukan pada data yang dinyatakan valid. Untuk menguji reliabilitas digunakan teknik croanbach alpa > 0,60. Rumus croanbach alpa adalah sebagai berikut:245 2 k b r11 1 2 1 k 1
Keterangan : r11 k
= Reliabilitas instrumen = Jumlah kuesioner
b2 = Jumlah varian butir
b2
= Varian total
3.5.3 Uji Asumsi Klasik 3.5.3.1. Multikolonieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (0). Untuk mendeteksi ada atau
245
Ibid, hlm. 196
94
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut246: a. Mempunyai angka Tolerance diatas (>) 0,1 b. Mempunyai nilai VIF di di bawah (<) 10 3.5.3.2. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari residual satu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka di sebut homokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya suatu heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik dengan ketentuan: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada menentukan poly tertentu yang diatur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.247
246 247
Ibid, hlm. 92. Ibid, hlm. 105
95
3.5.3.3. Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak.
248
Untuk menguji suatu data berdistribusi normal
atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan grafik normal plot.249 Pada grafik normal plot, dengan asumsi : a. Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Apabila data menyebar jauh dari diagonal dan /atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi uji asumsi normalitas.
3.5.4 Regresi Berganda Regresi berganda biasanya digunakan satu variable dependen dan lebih dari satu variable independent. Dalam praktek bisnis, regresi berganda justru lebih banyak digunakan, selain karena banyaknya variable dalam bisnis yang perlu dianalisis bersama, juga pada banyak kasus regresi berganda yang lebih relevan digunakan.250
248
Ibid, hlm. 110. Ibid, hlm. 112. 250 Husain Umar, Op.cit, hlm. 253 249
96
Dalam banyak kasus bisnis yang menggunakan regresi berganda, pada umumnya jumlah variable independent berkisar dua sampai empat variable. Walaupun secara teoritis dapat digunakan banyak variable bebas, namun penggunaan lebih dari tujuh variable independent di anggap tidak akan efektif. Secara umum, data hasil pengamatan Y dipengaruhi oleh variable-variable bebas X1, X2, X3,…. Xn, jadi, rumus umum dari regresi berganda ini adalah: Y
= a + b1 X1 + b2 X2 + …. +e
Keterangan: Y
= Produktivitas Kerja Karyawan
a
= Konstanta
b1, b2, b3
= Koefisien Regresi
X1
= Etika Kerja Islam
X2
= Motivasi Kerja Islam
e
= Standar Error Koefisien - koefisien a, b, c, …. e dapat di cari dengan berbagi
cara. 251 Untuk melakukan regresi berganda dengan uji signifikansi, yaitu dengan alat uji T-test dan F-test. 1) T-test
untuk
menguji
pengaruh
secara
parsial.
Rumusan
hipotesisnya: Ho : P = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel X terhadap Y)
251
Ibid, hlm. 253
97
Ha : P ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel X terhadap Y) Menurut kriteria P value: a) Jika P > 5%, maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol (Ho) atau Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol (Ho) atau Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. 2) F-tes, untuk menguji pengaruh secara bersama-sama atau simultan. Rumusan hipotesis statistiknya: Ho : P=0 (tidak ada pengaruh antara variabel X1, X 2 terhadap Y ) Ha : P ≠ t – 0 (ada pengaruh antara variabel X1, X2 terhadap Y) Menurut kriteria p value: a) Jika P > 5%. maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol (Ho) b) Jika P < 5%, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol (Ho).252
252
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004, h1m. 108.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah BNI Syari'ah Tempaan
krisis
moneter
tahun
1997
membuktikan
ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No. 10 Tahun 1998, pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Di samping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channeling) dengan lebih kurang 750 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH. Ma'ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
98
99
Di dalam Corporate Plat UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akin dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa, aspek regulasi rang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang, Perbankan Syariah. Disamping komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat. Di awali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999. Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang, syariah sebagai berikut: Tepatnya pada tanggal 29 April 2000 BNI Syariah membuka 5 kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial, yakni Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang syariah, yang difokuskan di kota-kota besar di Indonesia, yakni: Jakarta (dua cabang), Bandung, Makasar dan Padang. Seiring dengan
100
perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan perbankan syariah, Tahun 2002 lalu BNI Syariah membuka dua kantor cabang syariah baru di Medan dan Palembang. Di awal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi kantor cabang syariah di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat Kota Jepara, BNI Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu Syariah Jepara. Dari
awal
beroperasi
hingga
kini,
BNI
Syariah
menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Asset meningkat dari Rp. 160 Milyar di Tahun 2001 menjadi 460 Milyar di Tahun 2002. Seiring dengan itu produktivitas kerja usaha juga mengalami peningkatan dengan pencapaian laba sebesar Rp. 7,2 Milyar dibanding tahun 2001 yang masih rugi sebesar 3,1 Milyar. Dana pihak ketiga meningkat sebesar 88% dari tahun 2001 menjadi Rp. 205 Milyar. Pembiayaan juga meningkat 163% menjadi 292,9 Milyar. Data di atas menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki prospek yang baik dan akan terus berkembang di masa yang akan datang. Pada akhir tahun 2003 dana pihak ketiga meningkat 97.56% menjadi Rp405 milyar, pembiayaan meningkat sebesar 67.57% menjadi Rp490 milyar sedangkan laba mencapai peningkatan sebesar 281.39% menjadi Rp.27.46 milyar. Pada tahun
101
2004 BNI Syariah mendapatkan penghargaan The Most Profitable Islamic Bank untuk yang kedua kalinya, penghargaan ini berdasarkan penilaian oleh Karim Business Consulting bekerja sama dengan Majalah Manajemen dan PPM. 4.1.2. Visi dan Misi BNI Syariah 4.1.2.1. Visi Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan produktivitas kerja. 4.1.2.2. Misi 1.
Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.
2.
Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.
3.
Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4.
Menciptakan
wahana
terbaik
sebagai
tempat
kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah. 5.
Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
102
4.2. Karakteristik Responden 4.2.1. Jenis Kelamin Responden Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan BNI Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin LIP
Jumlah
Persentase
Laki-laki
41
68,33
Perempuan
19
31,67
Jumlah
60
100,00
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.1 diatas, dapat diketahui tentang jenis kelamin responden karyawan BNI Syariah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden, yang menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki, yaitu sebanyak 41 orang, sedangkan sisanya adalah responden perempuan sebanyak 29 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden adalah laki-laki. 4.2.2. Umur Responden Adapun data mengenai jenis kelamin responden karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut:
103
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur
Jumlah
Persentase
21-30
43
71,67
31-40
17
28,33
Jumlah
60
100,00
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.2 ini memperlihatkan bahwa karyawan BNI Syariah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden sebagian besar berusia 21-40 tahun. Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas responden berusia 21-30 tahun sebanyak 43 orang, sedangkan yang berusia 3140 tahun sebanyak 17 orang. 4.2.3. Pendidikan Responden Adapun data mengenai pendidikan responden karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Pendidikan
Jumlah
Persentase
SMA/SMK
5
8,33
Diploma III
17
28,33
Sarjana
38
63,33
Jumlah
60
100,00
Sumber: Data primer yang diolah, 2011
104
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 memperlihatkan bahwa karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil sebagai
responden
sebagian
besar
berpendidikan
sarjana.
Berdasarkan tabel tersebut, memberikan informasi bahwa mayoritas responden berpendidikan diploma sarjana sebanyak 38 orang, sedangkan yang berpendidikan Diploma III sebanyak 17 orang dan yang berpendidikan SMA/SMK sebanyak 5 orang. 4.2.4. Jabatan Responden Adapun data mengenai jabatan responden karyawan BNI Syariah Cabang Semarang adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden Jabatan
Jumlah
Persentase
Manajer SDM
1
1,67
Manajer Area
1
1,67
Divisi Operasional
1
1,67
Funding Officer
3
5,00
IT
2
3,33
Teller
6
10,00
Customer service
8
13,33
Marketing
27
45 00
Staf
2
3,33
Magang Marketing
2
3 ,33
105
Cleaning Service
4
6,67
Sopir Mobil Bank
2
3,33
Security
2
3,33
Jumlah
60
100,00
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar dari pekerjaan karyawan BNI Syari'ah Cabang Semarang yang diambil sebagai responden adalah marketing yaitu sebanyak 27 orang, customer service sebanyak 8 orang, teller sebanyak 6 orang, funding officer sebanyak 3 orang, IT, Staf, Magang Marketing, Sopir Mobil Bank, dan Security masing-masing sebanyak 2 orang, Manajer SDM, Manajer Area, dan Divisi Operasional masing-masing sebanyak 1 orang.
106
4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Untuk menguji validitas dan realiabilitas instrumen, penulis menggunakan analisis dengan SPSS. Berikut hasil pengujian validitas. Untuk
tingkat
validitas
dilakukan
uji
signifikansi
dengan
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Untuk degree of freedom (df) = n-k dalam hal ini n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah konstruk. Pada kasus ini besarnya df dapat dihitung 60-2 atau df = 58 dengan alpha 0,05 didapat r tabel 0,2542, jika r hitung (untuk tiap-tiap butir pertanyaan dapat dilihat pada kolom corrected item pertanyaan total correlation) lebih besar dari r tabel dan nilai r positif, maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid.
107
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Instrumen
Item pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
r table
Ket
Etika Kerja Islam 1
0,401
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 2
0,328
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 3
0,457
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 4
0,496
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 5
0,324
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 6
0,510
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 1
0,265
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 2
0,416
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 3
0,408
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 4
0,363
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 5
0,367
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 6
0,465
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 1
0,448
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 2
0,447
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 3
0,626
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 4
0,444
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 5
0,364
0,2542
Valid
Variabel
Etika Kerja Islam (X1)
Motivasi Kerja Islam (X2)
Produktivitas Kerja Karyawan (Y
Produktivitas Kerja Karyawan 6 0,2542 Valid 0,278 Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan table di atas, dapat dilihat bahwa semua indikator variabel independen (etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam) dan variabel dependen (Produktivitas) yang masing-masing berjumlah 6 indikator mempunyai nilai t hitung > t table sebesar 0,2542. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semua indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid.
108
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel
Reliabilitas Coefficient
Cronbach Alpha
Keterangan
Etika kerja Islam X1
6 item
0,634
Reliabel
Motivasi Kerja Islam X2
6 item
0,635
Reliabel
Produktivitas Kerja X3
6 item
0,614
Reliabel
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Dari keterangan tabel di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel memiliki Cronbach Alpha > 0,60. dengan demikian variabel (motivasi, motivasi kerja Islam dan produktivitas kerja karyawan) dapat dikatakan reliabel. 4.4. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan hasil pengujian segala penyimpangan klasik terhadap data penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 4.4.1. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
109
Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) etika kerja Islam
.800
1.250
motivasi kerja Islam
.800
1.250
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Dari hasil pengujian multikolonieritas yang dilakukan diketahui bahwa nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance kurang dari 1. sehingga bisa diduga bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 4.4.2. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Berikut ditampilkan scatter plot hasil uji heteroskedastisitas pada penelitian ini.
110
Gambar 4.1 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara merata diatas maupun dibawah angka nol serta tidak membentuk pola yang teratur. Berdasarkan hal tersebut maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada penelitian ini. Adapun hasil uji statistik Heteroskedastisitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
111
Tabel 4.8 Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1
Sig. (Constant)
.839
etika
.691
motivasi a. Dependent Variable: ABSUT Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
.842
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variable etika kerja dan motivasi kerja Islam masingmasing adalah 0,619 dan 0,842 atau diatas 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 4.4.3. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Cara yang bisa ditempuh untuk menguji kenormalan data adalah dengan menggunakan Grafik Normal P-P Plot dengan cara melihat penyebaran datanya. Jika pada grafik tersebut penyebaran datanya mengikuti pola garis lurus, maka datanya normal. Jika pada tabel test of normality dengan menggunakan Kolmogorov-Smimov nilai sig > 0.05, maka data
112
berdistribusi normal. Adapun Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 4.2 Grafik Scatter Plot
Sumber Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan scatterplot diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar sejajar dengan garis diagonal. Berdasarkan hal tersebut maka model regresi pada penelitian ini adalah normal. Adapun hasil uji statistik Normalitas yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
113
Tabel 4.9. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual a N . Normal Parametersa,,b
60 Mean
Std. Deviation T Most Extreme Differences Absolute e Positive s Negative
.0000000 1.20172553 .074 .074 -.065
tKolmogorov-Smirnov Z
.573
Asymp. Sig. (2-tailed)
.898
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas, menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,898 atau lebih besar dari 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian, residual data berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. 4.5. Analisis Data 4.5.1. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah model untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu etika kerja Islam dan motivasi kerja Islam terhadap variabel dependennya yaitu produktivitas kerja
114
di BNI Syari'ah Cabang Semarang. Ringkasan hasil pengolahan data dengan menggunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Hasil Regresi Berganda Coefficientsa
a. D e p Model e n 1 d e n t
Unstandardized Coefficients B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
4.662
2.604
1.790
.079
Etika kerja Islam
.563
.094
.579 5.981
.000
Motivasi kerja Islam
.272
.090
.293 3.023
.004
V a b. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut diatas, dapat diketahui bahwa koefisien regresi variabel etika kerja Islam adalah sebesar 0,563. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0,563 menunjukkan bahwa pengaruh variabel etika kerja Islam terhadap produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin tinggi variabel etika kerja Islam maka produktivitas kerja akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi variabel etika kerja Islam adalah sebesar 0,00 atau dibawah 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi variabel etika kerja Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa
115
variabel etika kerja Islam dapat dijadikan sebagai prediktor variabel produktivitas kerja. Adapun koefisien regresi variabel motivasi kerja Islam adalah sebesar 0, 272. Tanda koefisien yang positif (+) sebesar 0, 272 menunjukkan bahwa pengaruh variabel motivasi kerja Islam terhadap produktivitas kerja adalah positif atau berbanding lurus, artinya semakin tinggi variabel motivasi kerja Islam, maka produktivitas kerja akan semakin tinggi. Adapun tingkat signifikansi variabel motivasi kerja Islam adalah sebesar 0,004 atau dibawah 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Karena tingkat signifikansi variabel motivasi kerja Islam lebih kecil daripada 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja Islam dapat dijadikan sebagai prediktor variabel produktifitas kerja. Dari dua variabel independen yang dimasukkan dalam regresi tersebut untuk memprediksi produktivitas kerja, dapat disimpulkan bahwa semua variabel dinyatakan signifikan yaitu variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya
yang
berada
dibawah
0,05
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa variabel produktivitas kerja dipengaruhi variabel etika kerja dan motivasi kerja karyawan. Dari hasil tersebut apabila ditulis persamaan regresi sebagai berikut: Y = 4.662 + 0, 563X1 + 0, 272X2 Keterangan:
116
Y
= Produktivitas kerja
X1 = Etika kerja Islam X2 = Motivasi kerja Islam 4.5.2. Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi
yang
memiliki
fungsi
untuk
menjelaskan sejauh mana kemampuan variabel independen (motivasi dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen (produktivitas kerja karyawan). Hasil pengujian yang ditunjukkan Adjusted R Square
menunjukkan
bahwa
variabel
independen
mampu
menjelaskan variabel dependen sebesar 55%, sedang yang 45% sisanya dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini (tidak diteliti). Tabel. 4.11 Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .757a .573 .558 1.22263 a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 Hasil uji koefisien determinasi tersebut memberikan makna, bahwa masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
117
4.6. Uji Hipotesis 4.6.1. Uji Simultan Pengujian secara parsial merupakan salah satu bentuk pengujian pengaruh dari masing-masing variabel dengan asumsi bahwa variabel lain adalah konstan. Uji ini untuk menandai bahwa variabel independen dalam model berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (produktivitas kerja). Tabel 4.12. Uji Simultan ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression Residual
Mean Square
df
114.195
2
85.205
57
Total 199.400 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas
F
Sig.
57.098 38.197 .000a 1.495
59
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011
Hasil pengujian secara simultan (bersama-sama) adalah sebagai berikut: Ho : β1 ≤ 0 : Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap produktifitas kerja. Ha : β1 > 0
: Variabel etika kerja dan motivasi kerja Islam secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap produktifitas kerja
118
Berdasarkan Uji simultan, didapat hasil perhitungan F test yang menunjukkan nilai 38.197 dengan tingkat probabilitas 0,000 yang di bawah alpha 5%. Hal itu berarti bahwa semua variabel independen (etika dan motivasi kerja Islam) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif yang berbunyi "Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika dan motivasi
kerja
produktivitas
Islam
kerja
secara
karyawan
bersama-sama di
BNI
Syariah
terhadap Cabang
Semarang" dinyatakan diterima. 4.6.2. Uji Parsial Uji parsial ini memiliki tujuan untuk menguji atau mengkonfirmasi hipotesis secara individual. Uji parsial ini, dalam hasil perhitungan statistik ditunjukkan dengan t hitung. Secara terperinci hasil t hitung dijelaskan dalam tabel berikut:
119
Tabel 4.13 Uji Parsial Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
4.662
2.604
Etika kerja Islam
.563
.094
t
Beta
Motivasi .272 .090 kerja Islam a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS
Sig.
1.790
.079
.579
5.981
.000
.293
3.023
.004
Sumber: Data Primer yang diolah, 2011 1) Uji Hipotesis Etika kerja Islam Ho : β2 ≤ 0 : Etika kerja Islam tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Ha : β2 > 0 : Etika
kerja
Islam
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap produktivitas kerja. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel etika kerja Islam diperoleh nilai t hitung = 5,981 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar 1,672. Dengan demikian diperoleh t hitung (5,981) > t tabel (1,672) sehingga Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis
yang
menyatakan
bahwa
Etika
kerja
Islam
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja
120
atau Hipotesis 2 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar 0,563 menyatakan bahwa setiap peningkatan Etika kerja Islam akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi. 2) Uji Hipotesis Motivasi kerja Islam Ho : β3 > 0 : Motivasi kerja Islam tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Ha : β3 < 0 : Motivasi kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh untuk variabel motivasi kerja Islam nilai t hitung = 3,023 dengan tingkat signifikansi 0,000. Dengan menggunakan batas signifikansi 0,05, maka diperoleh nilai t tabel dengan df = 57 adalah sebesar 1,672. Dengan demikian diperoleh t hitung (3,023) > t tabel (1,672) sehingga H3 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi kerja Islam berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja atau Hipotesis 3 terbukti. Arah koefisien regresi positif sebesar 0,272 menyatakan bahwa setiap peningkatan Motivasi kerja Islam akan menjadikan produktivitas kerja semakin tinggi.
121
4.7. Pembahasan Pengaruh masing-masing variabel independen (etika dan motivasi kerja Islam) dan variabel dependen (produktivitas kerja karyawan) dapat dijelaskan sebagai berikut: 4.7.1. Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Hasil uji empiris pengaruh antara etika kerja Islam terhadap produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung 5.981 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang di bawah alpha 5%. Artinya bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan di BNI Syariah Cabang Semarang. Nilai beta dalam Unstandardized Coefficients variabel etika kerja Islam menunjukkan arah positif sebesar 0, 563, yang artinya semakin besar etika kerja Islam maka semakin besar produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Maya Puji Febriana dan Muhammad Zama'sari (2010) yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara etos kerja terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama dengan teori yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007) bahwa Etika dapat dipahami sebagai pernyataan (atau ungkapan) rasional yang berkaitan dengan esensi dan dasar perbuatan, keputusan yang benar, dan prinsip-prinsip yang mendasari klaim bahwa hal-hal tersebut secara moral, terpuji, atau tercela. Dengan demikian dapat
122
disimpulkan bahwa etika merupakan seperangkat tatanan dan prinsip kehidupan manusia. Dalam pengertian yang lebih luas, etika adalah seperangkat nilai tentang baik, benar, buruk, dan salah yang berdasarkan prinsip-prinsip moralitas, khususnya dalam perilaku dan tindakan sehingga etika menjadi salah satu faktor penting bagi terciptanya kondisi kehidupan manusia yang lebih baik 4.7.2. Pengaruh Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Hasil uji empiris pengaruh antara motivasi kerja Islam terhadap produktivitas kerja karyawan menunjukkan nilai t hitung 3.023 dan tingkat signifikansi sebesar 0,005 yang di bawah alpha 5%. Artinya bahwa etika kerja Islam berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan di BNI Syari'ah Cabang Semarang. Nilai beta dalam Unstandardized Coefficients variabel motivasi kerja Islam menunjukkan arah positif sebesar 0, 272, yang artinya semakin besar motivasi kerja Islam maka semakin besar produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Masrup (2009) dan Daryatmi yang membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi kerja terhadap produktivitas. Hasil penelitian ini juga sama dengan teori yang dinyatakan oleh Johan Arifin (2007).
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pengujian untuk menganalisis hubungan antara variabel independent (etika dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen (produktivitas) dapat disimpulkan hasil sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh signifikan pada uji simultan (secara bersama-sama) semua variabel independen (etika kerja dan motivasi kerja Islam) terhadap variabel dependen (produktivitas kerja). 2. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel etika kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan. 3. Terhadap pengaruh positif dan signifikan antara variabel motivasi kerja Islam terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja Islam maka semakin tinggi produktifitas kerja karyawan.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut, dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel etika
123
124
kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan dalam melaksanakan tanggung jawabnya selalu menekankan kejujuran, kerja keras, tidak membuang-buang waktu dan menganggap apa yang dikerjakan adalah bermanfaat. Sehubungan dengan hal ini, maka perusahaan perlu dan hendaknya memelihara perilaku yang telah dimiliki oleh karyawannya seperti membudayakan kerja keras serta memupuk sifat kejujuran karyawannya. 2. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikemukakan bahwa variabel motivasi kerja Islam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Hal ini berarti karyawan termotivasi karena bekerja adalah bagian dari ibadah. Disamping itu, mereka juga mempunyai semangat dalam bekerja karena kebutuhan mereka terpenuhi. Sehubungan dengan hal ini, maka perusahaan harus memberikan waktu kepada karyawannya untuk melaksanakan kewajiban seperti sholat. Selain itu, hendaknya perusahaan juga memberikan penghargaan kepada karyawannya yang berprestasi, seperti pemberian insentif.
5.3. Penutup Puji syukur, Alhamdulillahirabbil ‘alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai ungkapan rasa syukur atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik,
125
setelah melalui rentang waktu yang tidal sebentar dengan berbagai macam lika-liku dan rintangan. Skripsi ini penulis susun dengan segenap hati, penulis menyadari bahwa karya skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan. Akhir kata hanya dengan memohon ridha Allah SWT, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abduraahim , Faham Tauhid dan Etos Kerja, Yogyakarta: CV Kuning Mas, 1993 Agung Sulistyo, Rachmad, Skripsi:Pengaruh Pengetahuan Mahasiswa Tentang Perbankan Syariah Terhadap Minat Menabung Di Perbankan Syariah, Yogyakarta:. Universitas Islam Indonesia, 2009 Alma, Buchari, Donni Juni Priansa, S.Pd, manajemen bisnis syari’ah, Bandung: Alfabeta, 2009 Al-Maraghi, Mustafa Terjemah Tafsir al-Maraghi, alih bahasa Bahrun Abubakar dan Hery Noer Aly Semarang: Toha Putra, 1986 Arifin, Johan, Fiqih Perlindungan Konsumen, Semarang: Rasail, 2007 Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen, Jakarta: Alvabeta,2005 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006 Ash-Shiddieqy, T.M., Hasbi Hukum-hukum Fiqih Jakarta: Bulan Bintang, 1970 Buchari Alma, Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syari’ah, Bandung : Alfabeta, 2009 Deliarnov, Perkembangan Persada,1997
Pemikiran
Ekonomi,
Jakarta:
Raja
Grafindo
Dio, Perbankan Syariah minim SDM siap pakai, Jawa Pos edisi sabtu, 8 Oktober 2011 Firdaus, Muhammad, Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2004 Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009 ______, Al-Qur’an Karim dan Terjemahan , Demak : Tanjung Mas Inti, 1992 Kamaludin, Undang Ahmad, Muhammad Alfan, Etika Manajemen Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003
______, Kepala Bagian SDM Yayasan Daarut Tauhiid, Hasil wawancara Asep Ridrid Karana tanggal 13 Agustus 2007 Magnis Suseno, Franz, 13 Tokoh Etika, Yogyakarta : Kanisius, 1997 Mangkunegara, Anwar, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Rosda Karya, 2004 Mansyur, Kahar, Membina Moral dan Akhlaq, Bandung: Rineka Cipta, 1995 Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 2004 Muhammad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer ,Yogyakarta: UII Press, 1999 Muhammad, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008 Muhammmad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002 Munawwir, A.W., Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, edisi II, Yogyakarta : Pustaka Progresif, 2004 P, Siagian, Sondang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 1995 Pajar, ”Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan bagian keperawata pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta”, Jurnal Skripsi Fakultas Ekonomi UMS,2008 Perwataatmadja, Karen dan M. Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakafm, 2005 Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah, metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Prasetyo, Edhi, pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap produktivitas kerja karyawan, riyadi palace hotel di Surakarta, jurnal skripsi Rahman, Afzalur, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 1, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995 Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, cet. ke-3, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2002
Sastrohadiwiry, Siswanto, Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional, Jakarta : PT Bumi Aksara, cet. Ke II, 2002 Sinungan, Muchdarsah, Produktivitas, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 Sudarsono, Heri, Bank dan Lambaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonosia, 2004 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2008 Syafii Antonio, Muh, Bank Syariah Wacana Ulama Dan Cendekiawan , Bank Indonesia, Tazkia Institut, 1999 Syaifuddin Anshari, Endang, Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Bandung: Pelajar Bandung, 1969 Syalthut, Mahmud, Al-Islam,’Aqidah wal Syariah, cet. 1, 1959 Tasmara, Toto, Membudayakan Etos Kerja Islami, Jakarta : Gema Insani Press, 2002 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang : Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo semarang , 2008 Tri Cahyono, Bambang, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: BADAN PENERBIT IPWI, 1996 Umar, Husain, Research Methods In Finance And Banking, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002 Ummu, Abi Salmiyah, Etika kerja dalam Islam, http//Etika kerja dalam Islam « Schatzran’s Weblog.htm. di posting pada tanggal 9 Agustus 2011 pukul 21.30 WIB Vincent, Gaspersz, Total Quality Manajemen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2003 Winardi, Memotivasi Pemotivasian Dalam Manajemen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001 http://www.islamic-center.or.id/29/syariah-mainmenu-44/27-syariah/826-ibnumiskawaih-bapak-etika-islam. diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pada pukul 22.30 WIB
http://spesialis-torch.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=37 diakses pada tanggal 23 september 2011 pada pukul 19.00 http://ummuhanik.wordpress.com/about/jendela-keluarga/motivasi-kerja-dalamislam/ diakses pada tanggal 9 Nopember 2011 pukul 19.30 WIB http://ekisonline.com/component/content/article/39-sumber-daya-manusia/185motivasi-dalam-islam.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2011 pukul 22.30 WIB.
Hal
: Permohonan Pengisian Angket
Kepad Yth. Bapak/Ibu/Saudara Karyawan Bank BNI Syari’ah di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Agus Luqman Fitriyan
NIM
: 072411001
Jurusan
: Ekonomi Islam (EI)
Judul Skripsi
: ”Pengaruh Etika Kerja dan Motivasi Kerja Islam Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan” (Studi pada Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang).
Fakultas/Prodi : Syari’ah/Ekonomi Islam Mohon kepada Bapak/Ibu/Saudara untuk berkenan mengisi angket terlampir guna melengkapi data-data penelitian skripsi. Demikian surat permohonan ini saya buat. Atas perhatian dan terkabulnya permohonan ini, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jum’at, 25 Nopember 2011 Hormat Saya,
Agus Luqman Fitriyan 072411001
KUESIONER PENELITIAN
A. IDENTITAS RESPONDEN 1.Nama
:
2.Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
3.Usia
:
4.Pendidikan
:
5.Jabatan
:
B. PETUNJUK Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pendapat Bapak/ibu/saudara : 1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju (S) 3. Ragu-ragu (R) 4. Tidak Setuju (TS) 5. Sangat Tidak Setuju (STS)
C. DAFTAR PERTANYAAN VARIABEL ETIKA KERJA ISLAM (X1) No 1
PERTANYAAN Kami mempunyai keyakinan bahwa apa yang kami kerjakan adalah bermanfaat Dalam melaksanakan pekerjaan, kami
2
menyempatkan waktu untuk sholat 5 waktu
3
4
Prinsip Kejujuran dalam bekerja adalah hal yang utama Kami selalu menekankan kerja keras dalam melaksanakan pekerjaan
SS
S
R
TS STS
Bila ada rekan kerja yang kesulitan dalam 5
mengerjakan tugasnya, kami berusaha untuk memberikan bantuan Kami berupaya untuk tidak membuang-
6
buang waktu kerja dengan kegiatan yang lain yang tidak berhubungan dengan tugas
VARIABEL MOTIVASI KERJA ISLAM (X2) NO 1 2 3
4
PERTANYAAN
SS
S
R
TS STS
SS
S
R
TS STS
Rukun Iman menjadi dorongan dalam melaksanakan pekerjaan Bekerja adalah bagian dari ibadah Situasi lingkungan kerja dimana saya bekerja adalah baik dan menyenangkan Sarana pendukung dan peralatan yang kami gunakan dalam bekerja memadai Atasan memberikan pelatihan-pelatihan
5
kepada karyawan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Pemberian penghargaan bagi karyawan
6
yang berprestasi dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan
VARIABEL PRODUKTIVITAS KERJA (Y) NO 1
2 3
PERTANYAAN Kami selalu bekerja sesuai dengan target yang ditentukan Kami menjalankan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan Kami selalu menyelesaikan pekerjaan
sesuai prosedur yang ditetapkan 4
5
6
Kami selalu berusah meminimalisir kesalahan kerja Kami menjalankan pekerjaan dengan disiplin waktu dengan baik Kami selalu menyelesaikan tugas pekerjaan dengan tepat waktu
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin LIP
Jumlah
Persentase
Laki-laki
41
68,33
Perempuan
19
31,67
Jumlah
60
100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur 21-30
Jumlah 43
Persentase 71,67
31-40
17
28,33
Jumlah
60
100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin LIP Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 41
Persentase 68,33
19 60
31,67 100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Umur
Jumlah
Persentase
21-30
43
71,67
31-40
17
28,33
Jumlah
60
100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Pendidikan
Jumlah
Persentase
SMA/SMK
5
8,33
Diploma III
17
28,33
Sarjana
38
63,33
Jumlah
60
100,00
Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan Responden Jabatan Manajer SDM Manajer Area Divisi Operasional Funding Officer IT Teller Customer service Marketing Staf Magang Marketing Cleaning Service Sopir Mobil Bank Security Jumlah
Jumlah
Persentase
1 1 1 3 2 6 8 27 2 2 4 2 2 60
1,67 1,67 1,67 5,00 3,33 10,00 13,33 45 00 3,33 3 ,33 6,67 3,33 3,33 100,00
Hasil Uji Validitas Instrumen
Item pertanyaan
Corrected Item-Total Correlation
r table
Ket
Etika Kerja Islam 1
0,401
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 2
0,328
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 3
0,457
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 4
0,496
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 5
0,324
0,2542
Valid
Etika Kerja Islam 6
0,510
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 1
0,265
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 2
0,416
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 3
0,408
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 4
0,363
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 5
0,367
0,2542
Valid
Motivasi Kerja Islam 6
0,465
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 1
0,448
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 2
0,447
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 3
0,626
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 4
0,444
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 5
0,364
0,2542
Valid
Produktivitas Kerja Karyawan 6
0,278
0,2542
Valid
Variabel
Etika Kerja Islam (X1)
Motivasi Kerja Islam (X2)
Produktivitas Kerja Karyawan (Y
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Reliabilitas Coefficient
Cronbach Alpha
Keterangan
Etika kerja Islam X1
6 item
0,634
Reliabel
Motivasi Kerja Islam X2
6 item
0,635
Reliabel
Produktivitas Kerja X3
6 item
0,614
Reliabel
Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) etika kerja Islam
.800
1.250
motivasi kerja Islam
.800
1.250
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas
Uji Penyimpangan Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model 1
Sig. (Constant)
.839
etika
.691
motivasi a. Dependent Variable: ABSUT Grafik Scatter Plot
.842
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60 a,,b
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
1.20172553
Most Extreme Differences Absolute
.074
Positive
.074
Negative
-.065
Kolmogorov-Smirnov Z
.573
Asymp. Sig. (2-tailed)
.898
a. Test a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data
Hasil Regresi Berganda Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
4.662
2.604
1.790
.079
Etika kerja Islam
.563
.094
.579 5.981
.000
Motivasi kerja Islam
.272
.090
.293 3.023
.004
a. Dependent Variable: PRODUKTIVITAS
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a
1 .757 .573 .558 1.22263 c. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Islam, Etika Kerja Islam d. Dependent Variable: Produktivitas Kerja Uji Simultan ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Regression
Mean Square
df
114.195
2
85.205
57
Residual
F
Sig.
57.098 38.197 .000a 1.495
Total 199.400 59 a. Predictors: (Constant), motivasi, etika b. Dependent Variable: produktivitas Uji Parsial Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
(Constant)
4.662
2.604
Etika kerja Islam
.563
.094 .090
Motivasi .272 kerja Islam a. Dependent Variable: Produktivitas
t
Beta
Sig.
1.790
.079
.579
5.981
.000
.293
3.023
.004
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi Nama
: Agus Lukman Fitriyan
Tempat/Tanggal Lahir
: Pati, 11 Mei 1989
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Kewarganegaraan
: Indonesia
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Ds. Tawangrejo RT. 04/ RW. 01, Kec. Winong, Kab. Pati Prov. Jawa Tengah (Kode Pos 59181)
Riwayat Pendidikan Formal
:
1. TK Tawangrejo
: Tahun lulus 1996
2. MI Tawangrejo
: Tahun lulus 2001
3. MTs N I Winong
: Tahun lulus 2004
4. MAN Rembang
: Tahun lulus 2007
Riwayat Pendidikan Nonformal
:
1. PP. Darul Ulum Ds. Sidowayah Kec. Rembang Kab. Rembang Jawa Tengah Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya, untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 09 Desember 2011 Penulis,
AGUS LUKMAN FITRIYAN NIM. 072411001