PENGARUH DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENURUNKAN STRES PADA MAHASISWA YANG SEDANG SKRIPSI Faridah Ainur Rohmah Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak The purpose of this research was to investigate the effectiveness of group discussion that given to minimize stress of students writing thesis. The subjects were students of the Faculty of Psychology, Ahmad Dahlan University in Yogyakarta, working on their thesis. They volunteered to participate in the research. There were 18 students who were randomly divided into two groups. Nine were joining group discussion and the other nine were in the control group. This study performed by with pre-test and post-test control measurement toward scale of stress. The subject’s stress before, after the treatment, and one month after treatment were measured. The process of the experiment was observed and recorded with video tape recorder. The data were analyzed quantitatively and qualitatively. The quantitative data were analyzed with t-test. The data from the observational record, interview, and self report from the subjects were analyzed qualitatively. The result show that: there is not difference in stress between the discussion group and the control group (t=-3,67, p>0,05). Keywords : group discussion, stress
Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk meneliti efektifitas kelompok diskusi yang diberikan untuk meminimalkan stres terhadap mahasiswa yang menulis skripsi. Subjek penelitian adalah mahasiswa fakultas psikologi universitas Ahmad Dahlan di yogyakarta, yang sedang mengerjakan skripsi. Mereka secara sukarela berpartisipsi dalam penelitian. Ada 18 mahasiswa yang diambilsecara random dan dibagi menjadi dua kelompok. Sembilan mengikuti kelompok diskusi dan yang lain sebagai kelompok control. Studi ini diambil datanya secara pre tes dan pos tes dengan pengukuran menggunakan skala stres. Stres mahasiswa diukur sebelum dan sesudah tritment, dan sebulan sesudah tritment. Proses eksperimen diamati dan direkam dengan video. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisa dengan t-tes. Data observasi, iterview, dan self report dari subjek penelitian dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: tidak ada perbedaan stress antara kelompok diskusi dan kelompok control (t=-3,67, p>0,05). Kata kunci : diskusi kelompok, stres
\ 50[ [
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
Pendahuluan Stres dan ketidakpuasan merupakan aspek yang tidak dapat dihindari oleh individu. Siapa pun dapat terkena stres baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Mahasiswa termasuk golongan remaja akhir yang tidak luput dari stres. Para mahasiswa oleh orangtua dan masyarakat umum sudah dianggap dewasa dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Di pendidikan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam segala hal dan mampu mengambil keputusan sendiri. Berbeda sekali di pendidikan dasar sampai menengah mereka masih dibimbing dan diarahkan secara penuh. Perubahan ini banyak menimbulkan masalah penyesuaian dan berakibat negatif pada prestasi belajar dan performansinya secara keseluruhan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shenoy (2000) bahwa tuntutan terhadap mahasiswa bisa merupakan sumber stres yang potensial. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya tanggung jawab baru yang harus dihadapi oleh mahasiswa, contohnya tekanan untuk meningkatkan prestasi akademik, kehidupan yang mandiri dan pengaturan keuangan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Biro Pelayanan Psikologi Universitas Ahmad Dahlan bahwa sebagian besar klien yang datang adalah mahasiswa. Masalah yang banyak dialami mahasiswa di antaranya adalah salah memilih jurusan, gangguan hubungan interpersonal, praktikum dan tugas-tugas yang banyak, nilai yang kurang memuaskan, manajemen waktu dan kesulitan keuangan, konflik dengan pacar dan keluarga, serta tuntutan orang tua yang terlalu tinggi dan desakan untuk segera menyelesaikan studi. Sebagian besar mereka terbebani oleh tugastugas, praktikum dan skripsi atau tugas akhir. Skripsi memang merupakan tugas yang membuat cemas. Banyak mahasiswa yang
terbebani oleh skripsi, demikian pula mahasiswa Fakultas Psikologi UAD. Tidak sedikit mahasiswa yang gagal atau lama lulusnya karena masalah skripsi. Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada jenjang program Sarjana (S1). Menurut informasi dari Biro Skripsi diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa tergolong lama dalam mengerjakan skripsi, di antaranya lama mencari judul dan lambat dalam menyelesaikan revisi proposal setelah seminar proposal dilakukan. Hal itu didukung oleh data yang diperoleh dari Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion / FGD) yang dilakukan oleh penulis pada mahasiswa yang sedang skripsi terungkap bahwa selama melakukan bimbingan skripsi mereka mengaku mengalami stres. Gejalagejala emosi yang mereka rasakan di antaranya perasaan jengkel karena dosennya sulit ditemui dan tidak menepati janji, cemas, pesimis, mudah marah, mudah putus asa, merasa tegang dan tertekan, malu, sering menangis dan linglung. Gejala-gejala fisik yang muncul antara lain tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, muncul jerawat, sakit pinggang, migrain, sakit perut, mata tegang dan berair, gatal-gatal, sari awan dan gemetar pada waktu akan konsultasi. Selain itu gangguan perilaku yang muncul adalah bahwa mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan merokok, melihat TV, menjadi pendiam, dan malas berinteraksi dengan teman. Sebenarnya stres dapat merupakan motivasi yang dibutuhkan oleh individu untuk bergerak dan merupakan suatu energi yang dapat digunakan secara efektif (Rickard, 2000). Hal itu sejalan dengan pendapat Prawitasari (1988) bahwa stres yang dosisnya kecil dapat merupakan tantangan dan motivasi bagi seseorang untuk bergerak ke arah yang lebih baik, tetapi stres yang terlalu berat akan menjadi sesuatu yang mengganggu kestabilan diri seseorang dan akan membawa penderitaan
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 51[ [
bagi yang mengalaminya. Selye (Sarafino, 1998) menyebutkan satu jenis stres yang sangat berbahaya dan merugikan, disebut dengan distress. Satu jenis stres lainnya justru bermanfaat atau konstruksif disebut eustress. Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat yang bermanfaat, tetapi jika stres berlangsung terus menerus akibat yang terjadi menjadi negatif, karena akan mengganggu kesehatan dan kehidupan pada umumnya. Jika stres dinilai negatif dan berlebihan akan berdampak pada kesehatan dan prestasi akademis (Campbell dan Suenson dalam Misra dkk, 2000). Perasaan yang ditekan dan tidak diekspresikan atau stres yang ditunda pemecahannya akan mengikat energi, yang sebenarnya dapat digunakan secara menguntungkan. Diperkirakan hanya sedikit orang yang menggunakan secara maksimal kemampuannya (Coulter dalam Bernard dan Huckins, 1991) meskipun sebenarnya ada dorongan dalam diri seseorang untuk mengaktualisasikan potensi dirinya. Ada individu yang tampaknya berisiko terhadap stres tetapi ada juga yang tidak, salah satunya tergantung dari faktor psikologis. Salah satu faktor psikologis yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan stres adalah melalui efikasi diri (Prokop dkk, 1991). Efikasi diri adalah kepercayaan individu tentang kemampuan yang dimiliki untuk menunjukkan suatu perilaku (Bandura, 1997). Efikasi diri mempengaruhi hubungan antara stresor dengan ketegangan (Jex dan Bliese, 2001). Sumber stres akan lebih menjadi ancaman bagi mereka yang merasa dirinya tidak mampu melakukan tugas. Diharapkan dengan semakin ting gi kesadaran seseorang akan kemampuannya, semakin mudah mereka mengatasi persoalan yang dihadapi dengan cara konstr uktif. Sebaliknya hal-hal yang menyebabkan orang ragu-ragu terhadap kemampuannya dalam mengatasi masalah akan menimbulkan stres. Kondisi emosi seperti cemas, stres dan suasana hati yang negatif \ 52[ [
mempengaruhi kegagalan atau kesuksesan terhadap hasil ( Pajares, 2002). Efikasi diri merupakan perkiraan seseorang mengenai kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu (Bandura, 1997). Efikasi diri merupakan kemampuan yang dirasa seseorang untuk berperilaku tertentu atau mengadakan perubahan-perubahan terhadap efek stres (Bandura dalam Rathus dan Nevid, 1991). Menurut Linnenbrink dan Pintrich (2003) efikasi diri merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan kinerja belajar mahasiswa. Efikasi diri dapat memfasilitasi perilaku, kognisi dan peningkatan motivasi dalam situasi belajar. Berdasarkan uraian di atas maka perlu diupayakan suatu intervensi bagi mahasiswa yang mengalami stres ketika sedang skripsi. Salah satu intervensi untuk mengurangi stres yang dapat digunakan adalah diskusi kelompok. Berdasarkan FGD yang dilakukan diperoleh data tentang faktor pendukung kelancaran skripsi di antaranya adalah dukungan teman-teman yang juga sedang mengerjakan skripsi. Kelompok teman sebaya disinyalir merupakan dukungan sosial yang sangat berarti serta dapat merupakan agen perubahan perilaku (Afiatin, 1996). Oleh karena itu satu upaya untuk mengurangi stres adalah melalui diskusi kelompok. Diskusi tersebut akan membahas tentang efikais diri dalam mengerjakan dan menyelesaikan skripsi. Diskusi kelompok merupakan salah satu pendekatan kelompok yang menggunakan metode diskusi untuk menyelesaikan masalah. Pendekatan kelompok sering digunakan karena memiliki kelebihan di antaranya: 1) kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk saling memberi dan menerima umpan balik; 2) anggota akan belajar untuk berlatih tentang perilaku baru karena kelompok merupakan mikrokosmik sosial; 3) kemampuan untuk menggali tiap
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
masalah yang dialami anggotanya, 4) mempelajari keterampilan sosial dan kesempatan memberi dan menerima di dalam kelompok (Prawitasari, 1991). Pada penelitian sebelumnya diskusi kelompok ternyata efektif untuk meningkatkan frekuensi pemilihan pola makan sehat pada lansia (Nurhayati, 2001). Selain itu diskusi kelompok dapat menurunkan penggunaan injeksi (Prawitasari, 2005). Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, tidak sedikit mahasiswa yang menyusun skripsinya mengalami gangguan psikologis misalnya stres. Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: salah satu cara untuk mengurangi stres adalah melalui pendekatan kelompok, di antaranya diskusi kelompok. Seberapa efektifkah diskusi kelompok dapat mengurangi stres pada mahasiswa yang sedang skripsi? Telaah Teori Stres pada Mahasiswa yang Sedang Skripsi Kendall dan Hammen (1998) mendefinisikan stres berdasarkan tiga teori dasar stres yaitu: Stres sebagai stimulus Pengertian stres yang dimaksud di sini adalah menunjuk pada kejadian eksternal atau situasi yang mewakili permintaan atau ancaman. Kejadian atau lingkungan yang menimbulkan perasaan-perasaan tegang disebut sebagai stresor (Sarafino dalam Smet,1994). Stres sebagai respon. Stres merupakan reaksi organisme terhadap ancaman atau tuntutan lingkungan (Sarafino, 1998).
Stres sebagai transaksional Stres dapat terjadi dalam konteks interaksi individu-situasi, yaitu ketika ada ketidakseimbangan antara tuntutan situasi tersebut dengan kemampuan yang dimiliki individu dalam menghadapi kebutuhankebutuhan tersebut. Stres yang dialami mahasiswa dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab. Bertambahnya mikrostresor dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar mengakibatkan mahasiswa mengalami stres. Kehidupan sosial, penyesuaian dalam kuliah dan tanggung jawab pribadi dapat menjadi bagian yang menakutkan bagi mahasiswa. Goodman dan LeRoy (dalam Misra dan Mckean, 2000) mengatakan bahwa sumber stres yang mempengaruhi mahasiswa dapat dikategorikan seperti masalah akademik, keuangan, berhubungan dengan waktu, kesehatan dan beban diri. Misra, dkk (2000) menambahkan bahwa setiap semester mahasiswa mengalami stres yang tinggi di antaranya meliputi tekanan keuangan, komitmen akademis dan kelemahan dalam mengatur waktu. Stres adalah bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di lingkungan kampus. Stres yang dialami oleh mahasiswa dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab. Archer dan Carrol (2003) mengatakan bahwa kompetisi, kebutuhan untuk tampil, dapat juga menyebabkan stres bagi mahasiswa. Penyesuaian dalam kuliah, kehidupan sosial dan tanggungjawab pribadi merupakan bagian tugas yang juga menakutkan bagi mahasiswa. Kesulitan tugas pada mahasiswa dapat menjadi sumber stres yang utama. Salah satu tugas tersebut adalah menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Skripsi merupakan perwujudan dari kemampuan meneliti calon ilmuwan pada jenjang program Sarjana (S1). Skripsi yang disusun oleh mahasiswa program sarjana
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 53[ [
berdasarkan hasil penelitian terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama dan terbimbing. Tujuan dari penulisan skripsi adalah melatih kecakapan mahasiswa dalam memecahkan masalah secara ilmiah dengan cara mengadakan penelitian, menganalisis dan menarik kesimpulan dengan membuat laporan hasil penelitian tersebut dalam bentuk skripsi. Kedudukan penyusunan skripsi sebagai salah satu sistem evaluasi akhir di Pendidikan Tinggi telah ditetapkan dan diatur dalam peraturan pemerintah no 30/1990 pasal 15 ayat (2) yaitu: ujian dapat diselenggarakan melalui ujian semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi. Pernyataan tersebut ditegaskan kembali pada pasal 16 ayat (1) yaitu ujian skripsi diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh gelar sarjana. Peraturan pemerintah no 30/ 1990 juga mengandung pengertian bahwa penyusunan skripsi sebagai tugas akhir bukanlah syarat mutlak kelulusan namun diserahkan pihak perguruan tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa prasyarat penyusunan skripsi adalah salah satu ciri suatu perguruan tinggi (Suhapti dan Wimbarti, 1999). Banyak dari kalangan mahasiswa yang menyelesaikan skripsi dengan cepat dan tidak kalah banyak mahasiswa yang menyelesaikan skripsinya dalam waktu yang lama bahkan mengalami stres akibat skripsi. Ketika mahasiswa mengalami stres, berbagai perubahan akan terjadi dalam tubuh dan pikirannya. Stres dapat mengganggu kemampuan konsentrasi dan prestasi belajar mahasiswa. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi perilaku dan akan berdampak pada seluruh kehidupannya. Secara umum individu mempunyai berbagai macam respon terhadap stres secara berbeda-beda. Reaksi-reaksi tersebut di antaranya reaksi biologis dan psikososial (Sarafino, 1998). Seseorang yang mengalami peristiwa yang menekan akan mengalami \ 54[ [
reaksi fisiologis di antaranya denyut jantung meningkat, pernapasan meningkat, otot-otot bergetar khususnya otot lengan dan paha. Menurut Canon (Sarafino, 1998) respon tubuh terhadap bahaya adalah melawan atau lari (fight or flight) sehingga individu akan menyerang terhadap ancaman yang dihadapi atau melarikan diri dari ancaman tersebut. Stresor menghasilkan per ubahanperubahan fisiologis, tetapi faktor-faktor psikososial juga ikut berperan, di antaranya pengaruh stres terhadap kognisi, emosi dan sistem sosial (Sarafino, 1998). Stres dapat mengganggu konsentrasi dan kemampuan belajar. Stres tingkat tinggi mempengaruhi ingatan dan perhatian orang. Artinya stres dapat mengganggu fungsi kognisi dan merusak perhatian individu. Menurut Baum (Sarafino, 1998) satu faktor utama yang menyebabkan individu tetap dalam keadaan stres adalah pikiran negatif tentang suatu peristiwa dan munculnya ketakutan-ketakutan terhadap pikirannya tersebut. Akhirnya pikiran-pikiran tersebut mengabadikan stres mereka dan membuatnya kronis. Menurut Prokop dkk (1991) ada tiga faktor yang ikut mempengaruhi stres, yaitu: a. Faktor perilaku Saat individu menghadapi stresor dalam lingkungannya ada dua karakteristik dari stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksi individu, yaitu: 1). Durasi, lamanya individu menghadapi stres akan berpengaruh pada efek stres yang ditimbulkan. 2). Dapat diramalkan, semakin seseorang dapat memprediksi stres maka semakin siap seseorang menghadapi stres. b. Faktor psikologis Ada tiga faktor psikologis yang berpengaruh yaitu: 1). Kontrol yang dirasakan (perceived control) adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stresor. Orientasi pusat kendali (locus of control) merupakan suatu dimensi
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
kepribadian yang menilai keyakinan umum orang tentang kontrol di dalam hidup mereka. Individu dengan pusat kendali internal (internal locus of control) cenderung lebih mampu menguasai stresor dan mengatasi stres daripada individu dengan pusat kendali eksternal (external locus of control). Selain itu kontrol situasional juga berpengaruh terhadap stres. Penilaian terhadap situasi erat kaitannya dengan konsep Bandura (1997) tentang efikasi diri. Di dalam konsep efikasi diri mengandung unsur kepercayaan diri, motivasi dan daya juang untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 2). Ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi tidak berdaya seseorang akibat seringnya mengalami peristiwa di luar kendalinya. 3). Kepribadian tabah (hardinness) adalah keberanian dan ketangguhan seseorang menghadapi situasi stres berupa; a). keyakinan mampu mengendalikan sesuatu, b). komitmen, keterlibatan dan makna dari sesuatu yang dilakukan seharihari, c). fkeksibel untuk beradaptasi dengan perubahan c. Faktor sosial Kejadian-kejadian yang utama dalam hidup seperti menikah atau kematian anggota keluarga dapat menjadi penyebab stres dan merupakan stresor sosial. Selain itu tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seperti kecemasan dan depresi. Semua individu dari semua usia mengalami stres dan mencoba untuk menghadapinya. Coping adalah proses untuk mencoba mengatur ketidaksesuaian antara tuntutan yang menekan dengan sumber daya yang dimiliki (Sarafino, 1998). Menurut Lazarus, dkk (Sarafino, 1998) coping dibagi atas koping yang terfokus pada emosi (emotion-
focused coping) dan koping yang terfokus pada pemecahan masalah (problem-focused coping). Pada koping yang terfokus pada pemecahan masalah (problem-focused coping) tujuannya adalah untuk mengurangi tuntutan terhadap situasi yang penuh stres atau dengan memperluas sumber daya untuk menghadapi situasi tersebut. Diskusi Kelompok Bukti-bukti empiris mengatakan bahwa pendekatan kelompok dapat menjadi sebuah bentuk yang efektif untuk tritmen (Bednar dan Kaul dalam Nietzel, 1994). Diskusi kelompok merupakan salah satu bentuk dari pendekatan kelompok, yang menggunakan metode diskusi sebagai salah satu cara penyelesaian masalah. Diskusi kelompok dapat diartikan sebagai sebuah pembahasan di antara para peserta mengenai suatu topik tertentu (http:// www.thefreedictionary.co/group+discussion). Lebih jauh diskusi kelompok merupakan sebuah kelompok yang bertemu bersama secara kooperatif untuk membahas sebuah topik tentang persoalan-persoalan secara bersama-sama (http://www.queensu.ca/idc/ idcresources /handouts/group_discussion .htm). Individu akan mempelajari praktek berbicara, mendengarkan dan juga kepemimpinan sebagai bagian dari dinamika kelompok. Peran instr uktur dalam diskusi kelompok di antaranya adalah menentukan topik yang menarik, mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan penting untuk menstimulasi diskusi, mensugesti perilaku kelompok tetapi tidak menyimpang dari topik, menjaga diskusi tetap pada jalurnya, membangkitkan semua ang gota untuk berpartisipasi, memberikan kesimpulan tentang hal-hal yang dikemukakan dan mensugesti bagian atau bahan yang perlu dipelajari lebih lanjut. Sedangkan peran partisipan adalah mendengarkan secara aktif,
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 55[ [
menambah informasi atau ide yang relevan, membantu anggota untuk memahami satu topik tertentu dan menetapkan bagaimana informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk dipelajari lebih lanjut. Jumlah peserta dalam diskusi kelompok akan mempengaruhi jalannya kelompok. Biasanya terdiri dari 6-8 orang dan paling banyak 10 orang. Jumlah anggota kelompok yang terlalu besar juga akan mengurangi keaktifan masing-masing peserta dan mengurangi tanggung jawabnya untuk turut serta mencapai hasil yang diharapkan. Sebaliknya apabila jumlah anggota kurang dari 6 orang ada kecenderungan dalam kelompok untuk mudah terpengaruh oleh anggota lain sehingga pemecahan masalah tidak sesuai yang diharapkan (Bulatau, 1971). Waktu yang diperlukan untuk diskusi antara 45-60 menit. Ada yang lebih lama yaitu mencapai 120 menit tergantung bahan pembicaraannya. Pembatasan waktu diskusi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya adalah memadamkan diskusi yang sedang menghangat, sedangkan kelebihannya adalah para peserta diskusi mendapat kepastian mengenai lamanya diskusi sehingga mereka tidak segan untuk mengikuti diskusi berikutnya (Bulatau, 1971). Wheelan (1994) mengatakan bahwa ada tiga macam diskusi kelompok ditinjau dari peserta dan tujuannya yaitu: a. Kelompok psikoterapi (psychotherapy groups) Pada kelompok psikoterapi ini tujuan dari diskusi kelompok adalah untuk mengurangi problem-problem psikologi atau penyembuhan gangguan klinis dari para pesertanya. b. Kelompok konseling (counseling group) Pada kelompok konseling pesertanya membutuhkan masukan bagi penyelesaian masalah yang relatif lebih \ 56[ [
ringan dibandingkan dengan masalah pada kelompok psikoterapi. Kelompok tersebut biasanya digunakan untuk pelajar atau mahasiswa yang mempunyai masalah. Mereka dapat saling belajar memecahkan masalah berdasarkan masukan dari anggota lain, sehingga kualitas hubungan antar anggota sangat menentukan terhadap hasil (Prawitasari, 1992). c. Kelompok per tumbuhan diri (personal-growth groups) Pada kelompok ini bertujuan untuk membantu peserta diskusi yang relatif sehat, agar dapat berfungsi lebih baik pada tingkat interpersonal. Pada penelitian ini diskusi kelompok yang dimaksud adalah diskusi kelompok dengan mahasiswa yang sedang skripsi dan mengalami stres. Oleh karena itu diskusi kelompok yang digunakan dalam penelitian ini adalah konseling kelompok.Diskusi kelompok merupakan suatu program diskusi yang disusun dalam bentuk panduan diskusi kelompok yang akan diberikan pada mahasiswa yang sedang skripsi. Diskusi kelompok ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi diri dalam mengerjakan skripsi agar ia mempunyai keyakinan yang tinggi untuk dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Bandura (1997) mengemukakan dimensi-dimensi efikasi diri yang digunakan sebagai dasar bagi pengukuran terhadap efikasi diri individu yaitu: a. Tingkat kesulitan Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas. Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dicoba atau yang akan dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari tingkah laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
b. Tingkat generalisasi Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan luas bidang tugas yang dilakukan. Beberapa keyakinan individu terbatas pada bidang tingkah laku yang khusus dan beberapa keyakinan mungkin menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku. c. Tingkat kekuatan Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kemampuan individu terhadap keyakinan atau pengharapan. Pengharapan yang lemah akan mudah berubah oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Efikasi diri ini menjadi penting karena dapat mengurangi stres. Hal tersebut dijelaskan oleh Jex,Bliese (2001) efikasi diri berpengaruh pada stres. Pendapat tersebut didukung oleh Pajares dan Schunk (2000) bahwa kondisi emosi seperti stres dan mood yang negatif mempengaruhi efikasi dirinya. Hipotesis Berdasarkan uraian penjelasan tersebut di atas maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: Ada perbedaan stres mahasiswa yang sedang skripsi antara kelompok diskusi kelompok dan kelompok kontrol. Kelompok diskusi lebih mengalami penurunan stres dibandingkan kelompok kontrol. Metode Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: variabel bebasyaitu: keikutsertaan dalam diskusi kelompok, dan variabel tergantung adalah stres pada mahasiswa yang skripsi. Definisi operasional masing-masing variabel adalah: Stres pada mahasiswa yang sedang skripsi adalah kondisi yang dialami oleh mahasiswa yang sedang skripsi sebagai reaksi
karena mengalami tekanan, yang meliputi gangguan fisiologis, kognitif, emosional dan sosial (Sarafino, 1998). Kondisi stres ini diungkap dengan skala stres yang dibuat oleh peneliti. Semakin tinggi skor skala stres berarti semakin tinggi tingkat stresnya, sebaliknya semakin rendah skor skala stres berarti semakin rendah tingkat stresnya. Diskusi kelompok yaitu salah satu pendekatan kelompok dengan membentuk kelompok sebagai peserta diskusi. Tujuannya membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan peningkatan efikasi diri dan berusaha untuk mencari jalan keluar. Pada penelitian ini akan membicarakan topik-topik :a) kemampuan mengenali potensi diri; b) kemampuan membentuk persepsi positif, c) penguasaan penulisan skripsi; d) manajemen waktu; e) daya juang. Diskusi kelompok dilakukan dengan cara memberikan tanggapan dan umpan balik di antara para anggota kelompok. Dinamika yang terjadi dalam diskusi kelompok tersebut diharapkan dapat terjadi perubahan pemahaman tentang aspekaspek efikasi diri dalam kaitannya dengan stres selama menyusun skripsi sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku pada diri subyek. Diskusi kelompok dilaksanakan 2 kali pertemuan selama masing-masing 120 menit. Diskusi dipandu oleh seorang pemandu diskusi yang berpengalaman dan peneliti berperan sebagai pengamat. Proses diskusi dibagi menjadi tiga bagian yaitu pembukaan, diskusi dan penutup. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa dengan ketentuan sebagai berikut: a. Berstatus sebagai mahasiswa aktif b. Mahasiswa psikologi UAD (Universitas Ahmad Dahlan) Yogyakarta yang sedang mengambil skripsi c. Sedang melakukan proses pembimbingan Subjek diambil dengan menggunakan teknik random berdasarkan nama subjek. Kelompok Eksperimen berjumlah 10 orang dan kelompok kontrol berjumlah 10 orang. KE
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 57[ [
diberi perlakuan berupa diskusi kelompok sedangkan KK merupakan kelompok daftar tunggu (waiting list). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pedoman diskusi kelompok berisi tentang prosedur, materi dan daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk diskusi kelompok. Topik dalam diskusi adalah mengenai efikasi diri berupa cara-cara menumbuhkan keyakinan diri untuk melakukan suatu tugas dalam hal ini menyusun skripsi, penguasaan materi skripsi dan manajemen waktunya serta caracara mengatasi hambatan yang dihadapi. Diskusi dilaksanakan dua hari selama masingmasing 120 menit. Skala pertama yang digunakan adalah skala stres pada mahasiswa yang sedang skripsi digunakan untuk mengungkap gangguan yang dialami mahasiswa ketika menyusun skripsi terdiri dari empat aspek yaitu gangguan fisiologis, kognitif, emosi dan sosial. Skala tersebut dibuat berdasarkan pendapat Sarafino (1998). Seluruh aitem berjumlah 52 butir, 32 bersifat favorable dan 20 unfavorable. Skor untuk aitem favorable: SS (Sangat Sesuai) skor 4, S (Sesuai) skor 3, TS (Tidak Sesuai) skor 2, STS (Sangat Tidak Sesuai) skor 1. Skor untuk aitem unfavorable: SS (Sangat Sesuai) skor 1, S (Sesuai) skor 2, Tidak Sesuai (TS) skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 4. Skala yang kedua adalah skala efikasi diri yang bertujuan untuk mengungkap sejauh mana keyakinan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu, mencapai tujuan dan mengatasi rintangan. Ada tiga dimensi efikasi diri seperti yang terdapat pada tabel 3 yaitu tingkat kesulitan, tingkat generalisasi dan tingkat kekuatan. Skala efikasi diri dibuat berdasarkan pendapat Bandura (1997). Seluruh aitem berjumlah 30 butir, 17 bersifat favorable dan 13 unfavorable. Skor untuk aitem favorable: SS (Sangat Sesuai) skor 4, S (Sesuai) skor 3, TS (Tidak Sesuai) skor 2, STS (Sangat Tidak Sesuai) skor 1. Skor untuk aitem unfavorable: SS (Sangat Sesuai) skor 1, S \ 58[ [
(Sesuai) skor 2, Tidak Sesuai (TS) skor 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) skor 4. Observasi merupakan metode pengumpulan data penelitian yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap subjek. Setiap perilaku yang dimunculkan oleh subjek dicatat secara sistematis untuk selanjutnya dianalisa bersama data yang lain. Observasi ini dilakukan dengan membuat pedoman observasi yang berisi tentang aspekaspek perilaku subjek baik verbal maupun non verbal yang muncul selama pelatihan maupun diskusi kelompok. Aspek-aspek yang diobser vasi terdiri dari konsentrasi, penguasaan materi, motivasi, komunikasi, kepercayaan diri dan keuletan. Analisis data dilakukan dengan t-tes. Analisis data menggunakan fasilitas komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 10.00 for windows. Uji hipotesis Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan t-tes untuk mengetahui perubahan stres. Hasil uji hipotesis adalah bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok diskusi dan kelompok kontrol (MD= -3,67, p>0,05), tetapi ada perbedaan stres yang sangat signifikan antara pre tes, postes 1 dan postes 2 (F=6,173, p=< 0,1). Secara rinci ada perbedaan yang signifikan antara sebelum diskusi (pretes) dan setelah diskusi (postes 1) yaitu t=3,120 (p<0,05). Rerata skor stres sebelum diskusi lebih tinggi dibanding setelah diskusi (postes 1). Tidak ada perbedaan antara setelah diskusi (postes 1) dan tindak lanjut (postes 2) yaitu t=1,091 (p>0,05). Penurunan rerata skor stres pada postes 1 ketindak lanjut (postes 2), tidak signifikan. Hasil rerata skor stres pretes, postes 1 dan postes 2 adalah pre tes=100,89, postes1=88,00 dan postes2 = 82,11. Berdasarkan analisis terhadap data individual pada kelompok diskusi, didapatkan
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
beberapa kesimpulan di antaranya: 1. Secara keseluruhan hasil analisis individual menunjukkan bahwa tiga orang (33,3%) mengalami penurunan stres tetapi masih dalam kategori stres tinggi walaupun skornya menurun. Empat subjek (44,4%) benar-benar mengalami penurunan stres, satu orang (11,1%) skornya tetap dan satu orang (11,1%) justru meningkat tapi masih dalam kategori stres tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa diskusi kelompok mempunyai taraf keberhasilan program sebesar 44,4%. Variasi perubahan tersebut disebabkan karena perbedaan tingkat pemahaman peserta, keaktifan dan tidak semua peserta cocok dalam kelompok untuk menangani masalah-masalahnya. 2. Pada saat tindak lanjut skor subjek mengalami perubahan, ada enam subjek (66,7%) yang mengalami penurunan stres, dua subjek (22,2%) mengalami penurunan tetapi masih dalam kategori stres tinggi dan satu orang (11,1%) skornya meningkat. Berdasarkan data tersebut diskusi kelompok cukup mempunyai efek jangka panjang terhadap penurunan stres, tetapi variasi perbedaan skor sangat tinggi tergantung dari motivasi, pengembangan dan aplikasi dari pengetahuan yang telah diterima setelah diskusi kelompok. 3. Perubahan yang dialami peserta diskusi di antaranya lebih mengenali diri sendiri, lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, lebih percaya diri, mempunyai persepsi positif, mengembangkan potensi diri, menumbuhkan motivasi intrinsik, mampu mengatur waktu antara kuliah, skripsi dan kegiatan lain, menyadari dan menambah daya juang yang dimiliki tidak hanya untuk skripsi tapi juga untuk hal-hal lain yang positif. 4. Perubahan yang berhubungan dengan skripsi antara lain mengetahui cara
membuat latar belakang masalah, lebih memahami langkah-langkah dan teknikteknik penulisan skripsi, mempunyai gambaran tentang skripsi ke depan, membantu pemecahan masalah berhubungan dengan skripsi, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun skripsi, lebih yakin dalam membuat skripsi, menyadari tentang kesalahan dan hal-hal yang har us dikerjakan dalam menyusun skripsi, mampu mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi, menjaga komitmen untuk mengerjakan skripsi dan termotivasi untuk menyelesaikan skripsi. 5. Manfaat lain yang diperoleh peserta adalah menambah teman baru, dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat bertukar pengalaman tentang pengalaman pribadi, menambah pengetahuan dan wawasan, mengurangi kesulitan yang sedang dihadapi, katarsis, beban pikiran berkurang, mengetahui cara serta teknik untuk menghadapi masa depan, dapat tidur nyenyak, menambah masukan tentang diri sendiri, tidak merasa sendiri, memotivasi diri dalam menghadapi masalah, lebih disiplin diri, dan belajar menghargai dan mempertahankan pendapat. 6. Secara umum penilaian peserta terhadap pelaksanaan pelatihan baik dari segi materi, pemandu, waktu dan fasilitas adalah cukup baik. Ada waktu untuk mengerjakan tugas di rumah memungkinkan mereka untuk mengeplikasikan ilmu yang telah diterima pada saat pelatihan. Pembahasan Hipotesis dalam penelitian ini tidak diterima sehingga tidak ada perbedaan tingkat stres antara kelompok diskusi dan kelompok kontrol. Beberapa kemungkinan tidak terjadi perbedaan penurunan tingkat stres antara
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 59[ [
kelompok diskusi dan kontrol adalah pertama, skala yang digunakan dalam penelitian ini kurang reliabel dan terjadi carry over effect. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kelompok kontrol belajar dari pengisian skala pada saat pretesi. Mereka menjadi sadar dan insight tentang perilaku ideal atau yang seharusnya dilakukan seorang mahasiswa ketika sedang menyusun skripsi sehingga pada saat pengisian posttest perilakunya sudah berubah menjadi lebih baik. Peneliti seharusnya menggunakan skala yang paralel untuk mengukur hal yang sama. Kedua, pada peserta diskusi kelompok ada dua mahasiswa angkatan lama yaitu 1998 dan 1999. Mereka tidak mengalami perubahan stres setelah perlakuan. Menurut Prokop, dkk (1991) lamanya stres yang dialami semakin banyak efek negatif yang dirasakan dan kemungkinan terjadinya stres semakin besar. Selain itu individu akan memberikan reaksi stres yang berbeda pada stresor yang sama (Smet, 1994). Stres bisa dipandang sebagai sesuatu yang (eustres), sesuatu yang negatif (distres) atau netral sehingga individu yang tidak berubah kemungkinan memandang stresor (skripsi) sebagai sesuatu yang netral atau distres. Ketiga, subjek yang mengalami masalah pribadi yang cukup kompleks kurang berhasil dalam diskusi kelompok. Menurut Prawitasari (1992) bahwa tidak semua individu cocok berada dalam kelompok. Beberapa di antara individu tersebut membutuhkan perhatian dan inter vensi individual. Selain itu faktor eksternal juga ikut berpengaruh misalnya keuangan sehingga mahasiswa selain mengerjakan skripsi juga sibuk bekerja. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa diskusi kelompok memberikan manfaat bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, walaupun secara kuantitatif tidak terbukti. Manfaat yang dirasakan di antaranya lebih mengenali diri sendiri, lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, lebih percaya diri, mempunyai persepsi positif, \ 60[ [
mengembangkan potensi diri, menumbuhkan motivasi intrinsik, mampu mengatur waktu antara kuliah, skripsi dan kegiatan lain, menyadari dan menambah daya juang yang dimiliki tidak hanya untuk skripsi tapi juga untuk hal-hal lain yang positif. Perubahan yang berhubungan dengan skripsi antara lain mengetahui cara membuat latar belakang masalah, lebih memahami langkah-langkah dan teknik penulisan skripsi, mempunyai gambaran tentang skripsi ke depan, membantu pemecahan masalah berhubungan dengan skripsi, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyusun skripsi, lebih yakin dalam membuat skripsi, menyadari tentang kesalahan dan halhal yang harus dikerjakan dalam menyusun skripsi, mampu mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi, menjaga komitmen untuk mengerjakan skripsi dan termotivasi untuk menyelesaikan skripsi. Manfaat lain yang diperoleh peserta adalah menambah teman bar u, dapat berinteraksi dengan orang lain, dapat bertukar pengalaman tentang pengalaman pribadi, menambah pengetahuan dan wawasan, mengurangi kesulitan yang sedang dihadapi, katarsis, beban pikiran berkurang, mengetahui cara serta teknik untuk menghadapi masa depan, dapat tidur nyenyak, menambah masukan tentang diri sendiri, tidak merasa sendiri, memotivasi diri dalam menghadapi masalah, lebih disiplin diri, dan belajar menghargai dan mempertahankan pendapat. Menurut Prawitasari (1992) karakteristik pendekatan kelompok merupakan faktor penyembuh di antaranya adalah sependeritaan, kebersamaan, kesempatan memberi atau altr uisme, kesempatan belajar untuk mengenali diri dan orang lain. Faktor-faktor penyembuh itu berkaitan satu sama lain. Beberapa hal yang mendukung keberhasilan individu adalah minat yang besar, ditunjukkan dengan konsentrasi tinggi dan motivasi yang baik.
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62
Selain itu keterlibatan dalam kelompok juga ting gi misalnya berinisiatif dan aktif berpendapat. Menurut Prawitasari (1992) karakteristik subjek dan sikap dalam menghadapi proses konseling akan mempengaruhi efektivitas hasilnya. Pada tindak lanjut, peserta diskusi kelompok mempunyai variasi yang sangat ting gi dalam pemahaman dan aplikasi terhadap materi yang diperoleh selama diskusi kelompok. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Diskusi kelompok tidak efektif dalam menurunkan stres pada mahasiswa yang sedang skripsi, tetapi terjadi perbedaan penurunan stres antara pretes dan postes 1. Berdasarkan analisis individual diskusi kelompok memberikan manfaat di antaranya mampu menambah rasa percaya diri dan optimis dalam hidup, menambah pengetahuan dan wawasan tentang skripsi, termotivasi dan mempunyai komitmen yang tinggi dalam menyusun skripsi, memecahkan masalahmasalah skripsi dan mempunyai strategi pemecahan masalah yang digunakan di masa yang akan datang, berbagi pengalaman dan mengurangi beban pikiran sehingga dapat tidur nyenyak, tidak merasa sendiri dan dapat dukungan dari orang lain, mengurangi kecemasan berbicara di depan umum, tahu mengatur waktu dan termotivasi untuk disiplin diri. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: Kepada mahasiswa yang sedang skripsi, selama skripsi mahasiswa hendaknya mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat menambah wawasan tentang skripsi, misalnya
ke perpustakaan, diskusi dengan dosen atau teman dan mempunyai kelompok belajar sesama skripsi. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu memotivasi diri dan tetap fokus dan komitmen untuk menyelesaikan skripsi. Kepada dosen pembimbing skripsi, perhatian dan dukungan dosen pembimbing sangat membantu untuk kelancaran skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mahasiswa merasa diperhatikan dan termotivasi untuk mengerjakan skripsinya. Kepada peneliti selanjutnya, peneliti yang tertarik melakukan penelitian dengan metode eksperimen sebaiknya menggunakan skala berbeda yang paralel. Proses belajar akan terjadi dan akan mengalami perubahan ketika subjek diminta mengisi skala yang sama. Selain itu ada kecenderungan dari subjek tidak sungguh-sungguh dalam mengisi skala karena merasa sudah pernah mengisi skala tersebut. Hasil atau jawaban subjek menjadi tidak valid karena tidak mengukur keadaan yang sebenarnya dari diri subjek. Daftar Pustaka Afiatin, T. 1996. Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja Melalui Konseling Kelompok. Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Archer, J dan Carroll, C. 2003. Student Stress. Tanggal akses 14 Mei 2004 dalam h t t p : / / w w w. c o u n s e l . u f l . e d u / selfHelp/studentstress.asp. Azwar, S. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. 1997. Self Efficacy. The Exercise of a Control. New York: W.H. Freeman and Company. Bernard, H. W dan Huckins, W.C. 1991. Dynamic of Personal Adjustment. Bulatau, J. 1971. Teknik Diskusi Berkelompok.
Pengaruh Diskusi Kelompok ......... (Faridah Ainur Rohmah)
\ 61[ [
Cetakan ke-22. Yogyakarta: Kanisius Kendall, C. P., Hammen, C. 1998. Abnormal Psychology. Understanding Human Problems (2nd ed.). New York: Houghton Mufflin Company. Linnenbrink, E. A dan Pintrich, P. R. 2003. Reading and Writing Quarterly. 1 April 2003, Vol. 19, No. 2, pp. 119-137 (19). The Role of Self Efficacy Beliefs Instudent Engagement and Learning Intheclassroom. http:// www.ingentaconnect.com/content/tandf/urwl/ 2003/00000019/00000002/art00002 Misra, R., McKean, M. West, S., dan Russo, T. 2000. Academic Stress of Comparison of Student and Faculty Perception. Colledge Student Journal. Tanggal akses 14 Maret 2003 dalam http:// www.findarticles.com/ p/articles/ mi_m0FCR/is_2_34/ai_63365179 Misra, R dan McKean M. 2000. College Students’ Academic Stress and Its Relation to Their Anxiety, Time Management and Leisure Satisfaction. American Journal of Health Studies. Tanggal ases 14 Maret 2003. dalam http://ajhs.tamu.edu/16%2D1/ Nietzel, M.T., Bernstein D.A., Milich. R. 1998. Introduction to Clinical Psychology (4th ed.). New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Eksperimental. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Yog yakarta: Fakultas Psikologi UGM. Prawitasari, Y. S. 1992. Pendekatan Kelompok dalam Konseling dan Psikoterapi. Yog yakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Prawitasari, Y. S. 2005. Terapi Kelompok. Makalah (tidak diterbitkan) Yogyakarta. Prokop, C. K., Bradley, L. A., Burish, T. G., Anderson, Ko & Fox J. E.1991. Health Psychology, Clinical Metods & Research. New York: Macmillan Publishing. Rathus, S. A., dan Nevid, J. S. 1991. Abnormal Psychology. New Jersey: Prentice. Hall. Inc. Rickard, J. 2000. Relaksasi untuk Anak-anak. Jakarta: PT. Grasindo. Sarafino, E. P. 1998. Health Psycholog- Bio Psychosocial Interactions. Third Edition. New York: John Wiley & Sons. Inc. Shenoy, UA. Colledge-Stress and Symptomexpression in International Students: A Comperative Study. Tanggal Akses 31 Juli 2004. dalam http://scholarlib.vt.edu/ thesis/available/etd.07022001-115853. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Pajares, F & Schunk, D.H. 2000. Self Belief and School Success: Self Efficacy. Tanggal akses 27 Juli 2004 dalam http:/ /www.emory.edu/EDUCATION/ mfp/ PajaresShunck2000.html.
Suhapti, R & Wimbarti, S. 1999. Kajian Pelaksanaan Penulisan Skripsi di Fakultas Psikologi UGM. Laporan penelitian (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Pajares, F. 2002. Overview of Social Cognitive Theory and of Self-efficacy. Tanggal akses 27 Juli 2004 dalam http:// www.emor y.edu/EDUCATION/ mfp/eff.html.
Wheelan, S.A. 1994. Group Processes. Developmental Perspective. Massachusetts: Allyn & Bacon.
Prawitasasi, Y. S. 1988. Pengaruh Relaksasi terhadap Keluhan Fisik- Suatu Studi \ 62[ [
Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 50 - 62