Hubungan Keterampilan Komunikasi Guru Mengajar Dan Reward System Dengan Motivasi Belajar Siswa Di Sekolah Cynthia Nida Nitamy Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi kontribusi keterampilan komunikasi guru mengajar dan pemberian reward system terhadap motivasi belajar siswa SD Banyakan Sitimulyo Piyungan Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi guru dalam mengajar mempengaruhi motivasi belajar siswa, dengan besarnya kontribusi sebesar 8,9%, Rewad system mempengaruhi motivasi belajar siswa, dengan besarnya kontribusi sebesar 6,4% dan Besarnya kontribusi interaksi keterampilan komunikasi guru dalam mengajar dan reward system terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 11,9%. Kata kunci : Keterampilan Komunikasi, Reward System, Motivasi Belajar Abstract The purpose of this study was to determine the interaction contribution of teachers to teach communication skills and the reward system to motivate elementary students Banyakan Sitimulyo Piyungan Bantul. Based on the analysis it can be concluded that the communication skills of teachers in teaching affect student motivation, with the contribution of 8.9%, Rewad system affects students' motivation, with the contribution of 6.4% and the magnitude of the contribution of interaction in teaching communication skills and reward teachers system on students' motivation is at 11.9%. Keywords: Communication Skills, Reward Systems, Motivation
Pendahuluan Institusi sekolah merupakan tempat berlangsungnya proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi di mana siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Proses itu sendiri merupakan mata rantai yang
menghubungkan antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan pembelajaran. Kemampuan belajar siswa saat ini menjadi sorotan berbagai pihak, banyak orang tua siswa mengeluh mengapa putra-putrinya malas belajar? Segala fasilitas untuk mendukung keberhasilan belajar telah dipenuhi, namun para siswa masih belum mensyukuri dan mengimbangi upaya orang tua agar anaknya kelak meraih prestasi terbaik. Banyak faktor yang mempengaruhi menurunnya prestasi siswa diantaranya adalah kurangnya motivasi dalam belajar, tidak sedikit siswa masih menganggap dari pada tidak sekolah maka keberadaannya disekolahpun bukan menjadi suatu kebutuhan tetapi asal berangkat kesekolah dan pulang kerumah layaknya benar telah pulang dari sekolah. Fenomena tersebut jika dibiarkan tanpa ada kerjasama antara orangtua, siswa dan elemen sekolah akan semakin memperburuk mutu pendidikan, sehingga diperlukan kiat-kiat khusus untuk mensinergikan tujuan pendidikan. Bagian penting untuk menumbuhkan minat belajar siswa adalah motivasi dalam belajar. Dalam menciptakan iklim komunikatif guru hendaknya memperlakukan siswa sebagai individu yang berbeda-beda, yang memerlukan pelayanan yang berbeda pula, karena siswa mempunyai karakteristik yang unik, memiliki kemampuan yang berbeda, minat yang berbeda, memerlukan kebebasan memilih yang sesuai dengan dirinya dan merupakan pribadi yang aktif. Untuk itulah keterampilan berkomunikasi guru dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan. Disamping pentingnya Keterampilan berkomunikasi yang baik yang harus dimiliki seorang guru. Guru juga harus mempunyai metode pembelajaran yang efektif agar dapat menstimulasi motivasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi para siswa adalah dengan menggunakan metode reward system. Pemberian reward merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik yang mempengaruhi belajar siswa. Motivasi sudah diyakini mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Setiap ulangan yang diberikan oleh guru tidak dihadapi dengan resah gelisah, tetapi dihadapi dengan tenang dan percaya diri. Situasi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan ini juga diperlukan siswa dan siswi yang belajar di SD Banyakan Sitimulyo Piyungan Bantul. Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena tidak dapat dipungkiri fenomena permasalahan pembelajaran seperti kemorosotan belajar, gejala bolos sekolah, turunnya nilai, dan kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran disekolah seringkali menjadi problematika pembelajaran yang dihadapi guru SD Banyakan Sitimulyo Piyungan Bantul. Pada akhirnya keterampilan komunikasi guru dalam mengajar, reward system merupakan paduan yang sangat penting dan berpengaruh besar terhadap
meningkatnya motivasi belajar siswa, khususnya di SD Banyakan Sitimulyo Piyungan Bantul.
Tinjauan Pustaka Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran. Ada atau tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat serta aktif dalam proses pembelajaran atau bersifat pasif tidak peduli. Kedua kondisi ini tentu saja berakibat yang sangat berbeda dalam proses pembelajaran dan hasilnya. Motivasi belajar siswa memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil belajar siswa. Salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah adanya semangat maupun motivasi belajar dari para siswa. Motivasi memiliki pengaruh terhadap perilaku belajar siswa, yaitu motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan yang penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energy yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik. Dalam pengertian umum, motivasi merupakan daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan tertentu. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: a. Memberi Angka Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustrasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. b. Pujian Pemberian pujian pada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang. c. Hadiah Cara ini dapat pula dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olah raga. d. Kerja Kelompok
Dalam kerja kelompok dimana melakukan kerja sama dalam belajar, setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam pembuatan belajar. e. Persaingan Baik kerja kelompok maupun persaingan memberikan motif-motif sosial kepada siswa. Hanya saja persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti: rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar. f. Sarkasme Ialah dengan jalan mengajak para siswa yang mendapat hasil belajar yang kurang. Dalam batas-batas tertentu sarkasme dapat mendorong kegiatan belajar demi nama baiknya, tetapi dipihak lain dapat menimbulkan sebaliknya, karena siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya konflik antara siswa dan guru. g. Penilaian Penilaian secara kontinyu akan mendorong siswa belajar, oleh karena anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Disamping itu, para siswa selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan seksama. h. Karyawisata dan Ekskursi Cara ini dapat membangkitkan motivasi belajar karena dalam pembelajaran ini akan mendapat penglaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari itu, karena objek yang akan dikunjungi adalah objek yang menarik minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan luas besar manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada, sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan dengan menyenangkan. i. Film Pendidikan Setiap siswa merasa senang menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan unit cerita yang bermakna. j. Belajar Melalui Radio Mendengarkan radio kadang-kadang lebih disukai daripada mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk mendorong motivasi belajar siswa. Meskipun demikian, radio tidak mungkin menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Namun yang lebih penting adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa seperti dorongan kebutuhan, kesadaran akan tujuan, dan juga pribadi guru sendiri merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka. Menurut Sardiman A.M (2003) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dicirikan sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa). 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 4) Lebih senang kerja mandiri. 5) Dapat mempertahanankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 6) Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya. 7) Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Komunikasi Iklim komunikatif yang baik dalam hubungan interpersonal antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif, karena setiap personal diberi kesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan di dalam kelas sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sehingga timbul situasi sosial dan emosional yang menyenangkan pada tiap personal, baik guru maupun siswa dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. keterampilan komunikasi guru mengajar adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan mendengar dalam berinteraksi dengan siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas. Santrock (2007) membagi keterampilan komunikasi ke dalam tiga aspek utama yaitu : a. Keterampilan Berbicara b. Keterampilan Mendengar c. Keterampilan Berkomunikasi Secara Non Verbal Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa yaitu : (Effendy 2001:43) a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi misalnya guru menerangkan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah, sementara siswa mendengarkan keterangan dari guru tersebut. b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama, yakni pemberi aksi dan penerima aksi sehingga keduanya dapat saling memberi dan menerima. Misalnya setelah guru memberi penjelasan pelajaran kepada siswanya, kemudian guru memberi pertanyaan kepada siswanya dan siswa menjawab pertanyaan tersebut. c. Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Yakni komunikasi yang tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Misalnya guru mengadakan diskusi dalam kelas. Dengan adanya tiga pola komunikasi yang jelas dari komunikator kepada komunikan diharapkan dapat memperlancar proses kegiatan belajar mengajar secara efektif, efisien dan mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar
merupakan satu hal yang penting dalam segala kegiatan atau aktifitas manusia, termasuk kegiatan belajar. Belajar tanpa didasari motivasi akan kurang bersemangat dan akhirnya akan mempengaruhi pencapaian hasil atau prestasi belajarnya. Kurang berhasilnya belajar siswa tidak mesti ditentukan oleh kemampuannya, tetapi juga dipengaruhi dorongan ke arah belajar. Oleh karena itu motivasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Reward System Disamping pentingnya Keterampilan berkomunikasi yang baik yang harus dimiliki seorang guru. Guru juga harus mempunyai metode pembelajaran yang efektif agar dapat menstimulasi motivasi belajar siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi para siswa adalah dengan menggunakan metode reward system. Reward system sebagai sebuah metode dapat berguna sebagai pendorong yang positif yang diberikan guru kepada siswa. Reward system berperan untuk menstimulasi motivasi belajar siswa agar lebih fokus dalam proses pembelajaran. Reward system juga dapat meningkatkan dorongan dari dalam yang dibutuhkan untuk memberi nilai positif bagi para siswa dalam berperilaku. Peranan Reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor aksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya Reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan metode Reward ini adalah sebagai berikut: 1. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dibahas pada setiap pertemuan dalam kegiatan pembelajaran. 2. Siswa memperhatikan guru ketika guru menerangkan materi yang akan Diajarkan. 3. Guru memotivasi siswa dengan reward yang akan diberikan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung. 4. Setiap siswa yang menyelesaikan tugasnya dengan baik dan benar akan mendapatkan reward dari guru atau seluruh siswa. 5. Demikian seterusnya ketika siswa siswa maju dan berhasil mengerjakan apa yang diperintahkan oleh guru. 6. Kesimpulan/penutup Dengan diterapkannya metode Reward ini siswa akan termotivasi dan aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa berusaha untuk mendapatkan Reward yang akan diberikan. Hubungan Ketrampilan Komunikasi Guru Mengajar dan Reward System Dengan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah Keterampilan komunikasi guru mengajar adalah keterampilan guru dalam teknik komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan dalam berbicara dan
mendengar dalam berinteraksi dengan siswa yang sifatnya mendukung di dalam kelas. Dengan demikian, guru yang trampil dalam berkomunikasi dapat memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa Variabel komunikasi (X1), pengelolaan kelas (X2) dan proses pembelajaran (X3) baik secara parsial maupun bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi belajar metematika (Y). Kesimpulan ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dapat dilakukan dengan peningkatan keterampilan guru dalam, komunikasi, pengelolaan kelas dan proses pembelajaran ( Nugroho, 2009) motivasi belajar mempunyai hubungan yang erat dengan komunikasi yang dilakukan guru. Dengan demikian secara kronologi dapat dikatakan bahwa kreativitas komunikasi yang diberikan guru terhadap siswanya akan menjadikan semangat siswa dalam belajar tinggi sehingga akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar yang baik pula. Reward adalah sebuah metode yang diberikan untuk meningkatkan motivasi seseorang. Pada kenyataannya seorang akan senang jika ia mendapatkan sesuatu dari oranglain, misalnya mendapat pujian, hadiah, ditraktir, dan lainya. .Motivasi belajar tidak akan terwujud jika guru bersifat acuh dan tidak tidak peduli terhadap anak didiknya. Pemberian reward mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan motivasi belajar siswa. Siswa cenderung lebih bersemangat belajar apabila hasil belajarnya nanti diberi suatu penghargaan. Pemberian penghargaan (reward) itu baik berupa hadiah, pujian atau bonus nilai merupakan tingkat kepuasan tersendiri bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar, baik berasal dari guru maupun oarangtua karena dengan hal itu siswa merasa dihargai atas hasil usaha mereka dalam belajar. Sebaliknya siswa yang tidak diberikan penghargaan (reward) merasa tidak dihargai dan cenderung kurang bersemangat dalam belajar. Apalagi siswa yang sering mendapat hukuman dari guru mereka akan cenderung tidak peduli terhadap prestasi belajarnya. Pemberian reward dapat menyebabkan meningkatnya motivasi belajar siswa, sedangkan pemberian hukuman dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, dengan demikian sebaiknya pemberian hukuman yang berlebihan bagi siswa dihilangkan ( Siswanto,2008) Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Banyakan Sitimulyo Piyungan Bantul, Kelas V yang terdiri dari 2 kelas setiap kelas berisi 32 siswa. Menurut Sugiyono (2002), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive random sampling. Adapun tujuan dari penggunaan teknik
sampel tersebut adalah menggunakan dua kelas yang akan dijadikan sebagai kelas sampel sesuai dengan tujuan penelitian yang telah direncanakan. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 siswa kelas V yang terdiri dari 2 kelas. Penentuan besarnya sampel mengacu pada pendapat Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner dan dokumentasi. Hasilnya dipadukan dan dianalisis untuk selanjutnya diambil kesimpulan. 1. Kuesioner atau angket Menurut Sugiyono, (2008) “Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah respondennya cukup besar dan tersebar ke wilayah yang banyak. Arikunto, (2006) menyatakan bahwa pengambilan data dengan kuesioner memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut: “Kelebihan kuesioner antara lain : (a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti, (b) Dapat dibagikan serentak kepada responden, (c) Dapat dijawab oleh responden sesuai dengan kecepatannya masing-masing, (d) Dapat dibuat anonim, sehingga responden dapat dibuat jujur dan tidak malu untuk menjawab, (e) Dapat dibuat standar sehingga seluruh responden benar-benar mendapat pertanyaan yang sama”. Kelebihan-kelebihan tersebut menjadi dasar pemilihan dalam penggunaan angket sebagai salah satu instrumen penelitian ini. Pada penelitian ini, kuesioner atau angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup. Sugiono (2008) berpendapat : “Angket tertutup adalah angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah disertai dengan pilihan jawaban”. Dasar pemilihan angket tertutup karena selain sederhana juga dapat memudahkan responden dalam memberikan jawaban. Dengan demikian sistem nilai dapat dibuat dengan standar yang sama. Adapun angket ini digunakan untuk mengungkap Data tentang motivasi belajar siswa di sekolah. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersumber pada hal-hal yang tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturanperaturan, notulen, rapat, catatan harian dan sebagainya”. (Arikunto, 2002). Pada penelitian ini metode dokumentasi mengacu pada nilai rapor siswa yang digunakan untuk mengungkap data. Adapun alasan mengapa penelian ini menggunakan metode dokumentasi ini adalah: a) Dapat memperoleh data konkrit yang dapat dievaluasi setiap saat,
b) Lebih efektif dan efisien untuk mengungkap data yang penulis harapkan. c) Data yang akan diungkapkan berupa hal tertulis yang telah didokumentasikan. Instrumen merupakan pengumpul data dalam penelitian. Tujuan dari penggunaan instrumen adalah untuk memudahkan peneliti dalam mengambil dan mengolah data. Menurut Sudjana & Ibrahim (2001) instrumen penelitian sebagai alat pengumpul data dibedakan menjadi: (1) test; (2) wawancara dan koesioner (angket); (3) daftar inventaris; (4) skala pengukuran; (5) observasi; (6) sosiometri.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Deskriptif Data Berdasarkan hasil desktiptif data penelitian dapat diuraikan mengenai kategorisasi masing-masing variabel penelitian. Kategorisasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kategori jenjang ordinal yang didasari bahwa skor subyek berdistribusi normal. Hasil penelitian diperoleh dari data skala keterampilan komunikasi guru, reward system dan motivasi belajar siswa. Deskriptif statistic dari data hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9Deskripsi Data Penelitian Variabel ∑ Skor Empirik Item Min Maks Mean SD X1 16 16 62 42,64 14,904 X2 12 13 47 31,09 8,101 Y 12 12 48 29,76 7,258 Keterangan: X1 : Keterampilan Komunikasi Guru X2 : Reward System Y : Motivasi Belajar
Skor Hipotetik Min Maks Mean 16 64 40 12 48 30 12 48 30
SD 8 6 6
Skor hipotetik: a. Skor minimal (min) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai terendah dari pembobotan pilihan jawaban b. Skor maksimal (maks) adalah hasil perkalian jumlah butir skala dengan nilai tertinggi dari pembobotan pilihan jawaban c. Rerata hipotetik dengan rumus mean = (skor tertinggi + skor terendah)/2 d. Standar deviasi hipotetik (SD) adalah = (skor tertinggi – skor terendah)/6 Skor empirik: a. Skor minimal (min) adalah skor terendah yang diperoleh subyek b. Skor maksimal (Maks) adalah skor tertinggi yang diperoleh subyek
Deskripsi data penelitian di atas dapat dimanfaatkan untuk melakukan kategoriasi pada masing-masing variabel penelitian, yaitu dengan menetapkan kriteria kategori yang didasari asumsi bahwa skor subyek berdistribusi normal, sehingga dapat dibuat skor teoritis yang berdistribusi menurut model normal. Kategorisasi yang akan digunakan adalah kategorisasi jenjang berdasarkan distribusi normal. Norma kategorisasi yang digunakan sebagai berikut: Kelompok sangat tinggi : X > (M + 1,5 SD) Kelompok tinggi : (M + 0,5 SD) < X ≤ (M + 1,5 SD) Kelompok sedang : (M – 0,5 SD) < X ≤ (M + 0,5 SD) Kelompok rendah : (M – 1,5 SD) < X ≤ (M – 0,5 SD) Kelompok sangat rendah : X ≤ (M – 1,5 SD) Berikut ini adalah kategorisasi variabel keterampilan komunikasi guru, reward system dan motivasi belajar. Tabel 10 Kategorisasi Skala Variabel Penelitian Variabel Keterampilan komunikasi guru
Reward system
Motivasi Belajar
Interval ≤ 20,28 20,28 < X ≤ 35,19 35,19 < X ≤ 50,09 50,09 < X ≤ 64,99 X > 64,99 ≤ 18,94 18,94 < X ≤ 27,04 27,04 < X ≤ 35,14 35,14 < X ≤ 43,24 X > 43,24 ≤ 18,87 18,87 < X ≤ 26,13 26,13 < X ≤ 33,39 33,39 < X ≤ 40,65 X > 40,65
Frekuensi 6 16 21 23 5 16 25 16 4 4 22 20 15 5
% 9,09 24,24 31,82 34,85 7,58 24,24 37,88 24,24 6,06 6,1 33,3 30,3 22,7 7,6
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Berdasarkan kategori skor di atas, dapat disimpulkan bahwa skala keterampilan komunikasi guru menurut sebagian besar subyek penelitian cenderung tinggi (34,85% dari 66 subyek), skala reward system menurut sebagian besar subyek penelitian cenderung sedang (37,88% dari 66 subyek) dan skala motivasi belajar siswa sebagian besar subyek penelitian cenderung rendah (33,3% dari 66 subyek). Uji Asumsi Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah model yang digunakan linier atau tidak. Hasil pengujian linieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11 Hasil Pengujian Linieritas Model X1 terhadap Y X2 terhadap Y
F hitung 1,041 0,490
Sig 0,449 0,973
Keterangan Linier Linier
Sumber: data primer diolah Berdasarkan tabel 11 di atas, model dalam penelitian ini mempunyai nilai sig > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variabel independen dengan variabel dependennya memiliki hubungan yang linier. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2011), uji normalitas data digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah sebagai berikut: Tabel 12 Uji Normalitas Variable Keterampilan Komunikasi guru Reward system Motivasi belajar
K-S 1,158 0,527 0,675
Nilai Sig 0,137 0,944 0,752
Keterangan Normal Normal normal
Sumber: data primer diolah Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa nilai asymp.sig masing-masing variabel > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Uji Multikolinieritas Multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terdapat hubungan yang sempurna antara beberapa/semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat korelasi antarvariabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikoleniaritas: 1) Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) melebihi angka 10 maka terjadi multikoleniaritas. 2) Jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 maka tidak terjadi multikoleniaritas Berikut ini hasil pengujian multikolinieritas. Dari table di atas, terlihat bahwa masing-masing variable independen mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Table 13 Uji Multikolinieritas
Variable Keterampilan Komunikasi guru Reward system
Tolerance 0,994 0,994
VIF 1,006 1,006
Sumber: data primer diolah
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heterokodesitas adalah dengan uji Gleijser, yaitu dengan meregresikan absolute residual terhadap variabel independen. Kriteria pengujiannya adalah nilai signifikansi dari variabel independen lebih besar dari 0,05. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Tabel 14 Uji Heteroskedastisitas Variable Keterampilan Komunikasi guru Reward system
B 0,151 0,073
t 1,885 0,649
Sig 0,064 0,519
Sumber: data primer diolah Table di atas menunjukkan nilai signifikansi dari masing-masing variable independen lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Persamaan Regresi Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh keterampilan komunikasi guru dalam mengajar dan reward sistem terhadap motivasi belajar siswa. Hasil analisis regresi linier berganda dapat disajikan pada tabel berikut: Tabel 15 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel Konstanta Keterampilan komunikasi guru Reward sistem F hitung Sig F Korelasi ganda Adjusted R square
Koefisien regresi 29,009 0,147 0,226
t hitung
Sig t
2,487 2,074
0,016 0,042
Keterangan
Signifikan Signifikan 4,267 0,018 0,345 0,091
Sumber : Data Primer yang diolah Berdasarkan persamaan regresi tersebut maka dapat dijelaskan kontanta sebesar 29,009, hal ini menyatakan bahwa jika variabel keterampilan komunikasi guru dan reward sistem tidak ada, maka motivasi belajar siswa akan tetap. Variabel keterampilan komunikasi guru (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,147 artinya variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa apabila keterampilan
komunikasi guru dalam mengajar meningkat maka motivasi belajar siswa juga akan meningkat. Variabel reward sistem (X2) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,226 artinya bahwa variabel reward sistem berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa apabila penggunaan reward system semakin baik maka motivasi belajar siswa juga akan semakin meningkat.
Tabel 16Uji Koefisien Determinasi R 0,345
R Square
Adusted R Square
0,119
0,091
Std. Error of the Estimate 6,919
Sumber: data primer diolah Table 16 di atas menunjukkan bahwa secara bersama-sama variable keterampilan komunikasi guru dan reward system dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 11,9% sedangkan 88,1% dipengaruhi oleh factor lain.
Uji korelasi parsial Korelasi parsial adalah korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel terikat dengan variabel bebas lainnya bersifat tetap. Berikut ini adalah hasil korelasi antara variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa dengan variabel reward system sebagai variabel kontrol. Tabel 17 Uji Korelasi Parsial Variabel Keterampilan komunikasi guru Reward system
r 0,299 0,253
Sig 0,016 0,042
Sumber: data primer diolah Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar terhadap motivasi belajar siswa dengan variabel reward system sebagai variabel kontrol adalah sebesar 0,299 atau sebesar 29,9%. Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel reward ssitem terhadap motivasi belajar siswa dengan variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar sebagai variabel kontrol adalah sebesar 0,253 atau sebesar 25,3%
Uji signifikansi korelasi parsial Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui hasil pengujian signifikansi menunjukkan bahwa variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar (X1) mempunyai nilai t hitung sebesar 2,487 > t tabel = 1,9983 artinya bahwa variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Variabel reward system (X2) mempunyai nilai t hitung sebesar 2,074 > t tabel = 1,9983 artinya bahwa variabel reward system berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa secara parsial, keterampilan komunikasi guru dalam mengajar mempunyai hubungan yang rendah dengan motivasi belajar siswa dengan tingkat hubungan sebesar 29,9%. Namun, secara statistik variabel keterampilan komunikasi guru dalam mengajar mempunyai hubungan yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa, yang ditunjukkan oleh nilai t hitung > t tabel (2,487 > 1,9983). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan komunikasi guru dalam mengajar mempengaruhi motivasi belajar siswa. Guru merupakan komponen pengajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswanya. Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang disampaikan guru. Dalam kegiatan pendidikan pada umumnya dan dalam proses kegiatan belajar pada khususnya, komunikasi merupakan salah satu faktor utama yang turut serta dalam penentuan pencapaian tujuan pendidikan, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan sarana atau media dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Maka untuk mencapai interaksi belajar mengajar perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru (komunikator) dengan siswa (komunikan). Untuk mencapai hal tersebut, maka seyogyanya guru mempunyai keterampilan dalam melakukan komunikasi dengan siswa, sehingga siswa dapat memahami pesan yang disampaikan guru. Salah satu bentuk komunikasi guru dengan siswa dengan teknik verbal adalah memberikan pujian kepada siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Keterampilan guru dalam berkomunikasi merupakan kunci penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena guru merupakan salah satu orang yang biasanya menjadi panutan atau teladan bagi siswa, sehingga apa yang diucapkan guru dapat mempengaruhi siswa. Begitu juga dengan belajar, guru yang mampu menggunakan bahasa verbal dengan baik, dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah antara reward system dengan motivasi belajar siswa, dengan tingkat hubungan sebesar 25,3%. Secara statistic, terdapat hubungan yang signifikan antara reward system
dengan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan oleh t hitung > t tabel (2,074 > 1,9983). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa reward system mempengaruhi motivasi belajar siswa. Reward adalah sebuah metode yang diberikan untuk meningkatkan motivasi seseorang. Pada kenyataannya seorang akan senang jika ia mendapatkan sesuatu dari oranglain, misalnya mendapat pujian, hadiah, ditraktir, dan lainya. Pemberian reward mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan motivasi belajar siswa. Siswa cenderung lebih bersemangat belajar apabila hasil belajarnya nanti diberi suatu penghargaan. Pemberian penghargaan (reward) itu baik berupa hadiah, pujian atau bonus nilai merupakan tingkat kepuasan tersendiri bagi siswa dalam mencapai prestasi belajar, baik berasal dari guru maupun oarangtua karena dengan hal itu siswa merasa dihargai atas hasil usaha mereka dalam belajar. Sebaliknya siswa yang tidak diberikan penghargaan (reward) merasa tidak dihargai dan cenderung kurang bersemangat dalam belajar. Apalagi siswa yang sering mendap/at hukuman dari guru mereka akan cenderung tidak peduli terhadap prestasi belajarnya. Pemberian reward dapat menyebabkan meningkatnya motivasi belajar siswa, sedangkan pemberian hukuman dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa, dengan demikian sebaiknya pemberian hukuman yang berlebihan bagi siswa dihilangkan (Siswanto, 2008). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa reward juga mampu mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar. Reward yang diberikan guru, baik berupa pujian maupun pemberian hadiah, dapat memicu siswa untuk belajar lebih baik lagi. Hal ini disebabkan, karena dengan diberikannya reward, siswa merasa hasil belajarnya dihargai, dan kondisi ini akan mendorong siswa untuk terus belajar dengan rajin. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan komunikasi guru dengan motivasi belajar siswa, semakin tinggi keterampilan komunikasi guru maka motivasi belajar siswa juga akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah keterampilan komunikasi guru maka motivasi belajar siswa juga akan rendah. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara reward system dengan motivasi belajar siswa, semakin tinggi reward system maka motivasi belajar siswa juga akan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah reward system maka motivasi belajar siswa juga akan rendah. 3. Secara bersama-sama ada hubungan yang positif dan signifikan antara keterampilan komunikasi guru dan reward system terhadap motivasi belajar siswa. 4. Sumbangan efektif (r2) dari keterampilan komunikasi guru terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 0,089. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan
5.
6.
komunikasi guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 8,9% sedangkan 91,1% dipengaruhi oleh factor lain. Sumbangan efektif (r2) dari reward system terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 0,064. Hal ini menunjukkan bahwa reward system dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 6,4% sedangkan 93,6% dipengaruhi oleh factor lain. Secara bersama-sama, sumbangan efektif (r2) dari keterampilan komunikasi guru dan reward system terhadap motivasi belajar siswa adalah sebesar 0,119. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi guru dan reward system dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 11,9% sedangkan 88,1% dipengaruhi oleh factor lain.
Saran 1. Guru perlu meningkatkan keterampilan yang dimilikinya terutama yang berhubungan dengan komunikasi kepada siswa, agar siswa dapat memahami pesan. 2. Guru juga perlu mempertimbangkan sistem reward dalam kegiatan pembelajaran, agar siswa mendapat dorongan untuk belajar dengan sungguh-sungguh. 3. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menambah variable lain yang diduga mempengaruhi motivasi belajar siswa. Daftar Pustaka Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Budingsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Brophy, J. 2004. Motivating Student to Learn (2nded). London: Lawrence Erlbaum Associates. Publishers. Djiwandono. 2000. Globalisasi dan Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius. Edy. S. 2008. Reward atau hadiah dapat meningkatkan motivasi belajar. http://www.wajah pendidikan kita.blogspot.com Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hadi. S. N. 2009. Jurnal: Pengaruh Komunikasi. Penguasaan Kelas dan Proses Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar matematika. Harefa . A. 2002. Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta: Gramedia. Heinz. K. 1991. Saya Guru Yang Baik, Yogyakarta: Kanisius. http://www.sdpemuda bangsa. Com . Monday, 13 October 2008 Ditulis oleh Administrator. Hadiah Dan Hukuman: Metode Perantara.) Indrakusuma. D. A. 2003. Pengantar Ilmu Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional. Jalal. F. & Dedi .S. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Dareah. Yogyakarta: Adicitra Karya Nusa. John M. E. dan Hasan S. 1996. Kamus Inggris Indonesia Jakarta: Gramedia.
Kauchak, D & Eggen, P. 2004. Educational Psychology: Windows on Classrooms (6th). New Jersey: Prentice Hall. Inc. Komarudin. 2008. Konsep reward dan punishment. http://sas.ilbn.info/gdl.php?mod= browse8op.com Maslow. H. A. 1954. Motivation and Personality. M. Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Toretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mahfudh . S. dkk. 1987. Metodologi Pendidikan Agama. Surabaya: Bina Ilmu. Muhibbin .S. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. 2004. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Sobur . A. 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia. Schunk, D.H., Pintrich, P.L., & Meece, J.L. 2003. Motivation in Education. New Jersey: Merril Prentice Hall. Santrock, J. W. 2007. Psikologi Pendidikan, Terjemahan oleh: Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suryadi, S. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakart: Raja Grafindo. Suryabrata. S. 2006. Psikologi Kepribadian. Bandung: Rajawali Press Sardiman. A. 2000, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV Rajawali Pers. Suciati, dkk. 2007. Bejajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka. Syaiful. B.D. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Tabrani .R. dkk. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Rosdakarya. Tri. W. 2007. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kepuasan Reward terhadap Prestasi Belajar Matematika pada siswa kelas VIII SMP N 26 Surakarta.Skripsi.(tidak diterbitkan). Surakarta : UMS.