PENGARUH ADVERSITY QUOTIENT DAN STRES KERJA TERHADAP PERILAKU PROKRASTINASI PADA KARYAWAN
Rosita Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
[email protected]
INTISARI Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara empiris pengaruh Adversity Quotient dan Stres Kerja terhadap Perilaku Prokrastinasi. Prokrastinasi merupakan perilaku buruk yang berpotensi menghambat produktivitas. Penelitian dilakukan terhadap 84 subyek penelitian pada karyawan bagian back office dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan cara menyebarkan kuesioner Adversity Quotient, Stres Kerja dan Perilaku Prokrastinasi di PT. Firmindo Ditamandiri Samarinda Kalimantan Timur. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan bantuan program statistik SPSS 19 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan antara Adversity Quotient dan Stres Kerja terhadap Perilaku Prokrastinasi dengan nilai F = 28,903 dan p = 0,000. Pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel Adversity Quotient dan Stres Kerja terhadap Perilaku Prokrastinasi adalah sebesar 41,6% yaitu nilai (R2) sebesar 0,416. Sedangkan sumbangan parsial Adversity Quotient terhadap Perilaku Prokrastinasi adalah sebesar 23,90% manakala sumbangan parsial Stres Kerja terhadap Perilaku Prokrastinasi sebesar 17,70%. Terdapat hubungan yang negatif antara Adversity Quotient terhadap Perilaku Prokrastinasi dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,599, semakin rendah Adversity Quotient, maka akan semakin tinggi Perilaku Prokrastinasi. Sebaliknya, terdapat hubungan yang positif antara Stres Kerja terhadap Perilaku Prokrastinasi dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,568, semakin tinggi Stres Kerja maka akan semakin tinggi pula Perilaku Prokrastinasi. Kata Kunci: Adversity Quotient, Stres Kerja, Perilaku Prokrastinasi.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
1
ABSTRACT Research was implemented with objective to know Adversity Quotient and Job Stress influence empiracally to employee procrastination. Procrastination is a bad habit that can destroy productivity. Research was implemented to 84 research subjects of back office and used purposive sampling technique and distribute questionnaire of Adversity Quotient, Job Stress and Procrastination to Employee of PT. Firmindo Ditamandiri Samarinda, East Kalimantan. Data Analyses had been used doubled linear regression analyses technique and used SPSS Statistical 19 for Windows program. Result of the research are shows that there is a significant effect between Adversity Quotient and Job Stress to Procrastination in Employees of Firmindo Ditamandiri Company with value of F = 28,903 and p = 0,000. The influence of Adversity Quotient and Job Stress to employee procrastination is 41,6% with value of (R2) 0,416. The single influence of Adversity Quotient to employee procrastination is 23,90% while the single influence of Job Stress to Procrastination is 17,70%. There is negative influence between Adversity Quotient to Procrastination with value of coefficients regression -0,599, it means that if Adversity Quotient lower, then procrastination will get higher. At the same time, there is positive influence of Job Stress to Procrastination with value of coefficients regression 0,568, which means that if Job Stress is higher, Procrastination will higher too. Key Words: Adversity Quotient, Job Stress, Procrastination.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
2
PENDAHULUAN Karyawan
perusahaan
karyawannya bekerja tidak produktif
merupakan dua hal yang tidak bisa
dan asal-asalan karena mengalami
dipisahkan.
dalam
stres dalam pekerjaan dan memiliki
aset
semangat kerja yang rendah serta
perusahaan karena dianggap sebagai
disiplin kerja yang buruk sehingga
faktor penggerak bagi setiap kegiatan
sering berperilaku prokrastinasi yaitu
dalam perusahaan. Tanpa adanya
menunda-nunda
karyawan,
menjadi tanggung jawab mereka.
perusahaan
dan
Karyawan sering
disebut
sangat
mustahil
bagi
perusahaan untuk tetap berjalan dan
Dalam
pekerjaan
kancah
yang
psikologi,
berkembang. Oleh karena itu, tak
fenomena menunda-nunda pekerjaan
dapat
dikenal dengan istilah prokrastinasi.
dipungkiri
memegang
peran
karyawan utama
dalam
Menurut Bernard (dalam Azzaniar,
menjalankan
roda
kehidupan
2011)
perusahaan.
Apabila
karyawan
kebiasaan atau perilaku yang patut
memiliki produktivitas dan kualitas
dicela karena melibatkan kemalasan
yang
roda
dan pengabaian tanggung jawab.
organisasi pun akan berjalan lancar,
Fenomena prokrastinasi ini bukanlah
yang
akan
masalah baru, namun hal ini tidak
menghasilkan kinerja dan pencapaian
bisa dianggap sepele karena sudah
yang baik bagi perusahaan. Di sisi
tentu
lain,
menimbulkan
tinggi,
maka
pada
bagaimana
perusahaan
laju
akhirnya
mungkin
berjalan
baik,
roda kalau
prokrastinasi
perilaku
merupakan
prokrastinasi banyak
ini
dampak
negatif bagi prokrastinator yaitu
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
3
pelaku
prokrastinasi
dan
respon negatif, salah satunya adalah
lingkungannya. Prokrastinasi terjadi
dengan
karena adanya keyakinan irrasional
penundaan atau biasa disebut sebagai
yang
seseorang.
prokrastinasi.
Menurut Ellis dan Knaus (dalam
Seseorang
dimiliki
Ghufron
&
oleh
Risnawita,
2014)
melakukan
yang
perilaku
mempunyai
kecenderungan menunda pekerjaan
keyakinan irrasional tersebut dapat
disebut
disebabkan oleh suatu kesalahan
(Ghufron
dalam mempersepsikan tugas, yaitu
Karyawan yang prokrastinator akan
seseorang memandang tugas sebagai
terus menunda setiap pekerjaan yang
sesuatu
tidak
diberikan kepadanya secara sengaja
menyenangkan. Begitu pula dalam
dan berulang-ulang. Semakin banyak
hal pekerjaan yang dimiliki oleh
tugas yang diterima oleh karyawan
seorang karyawan. Jika karyawan
prokrastinator, maka semakin malas
beranggapan
mereka
untuk
merupakan sebagai sebuah karya
sehingga
satu
maka
menyusul pekerjaan yang lain maka
yang
berat
yang
pekerjaannya
pekerjaan
tersebut
akan
sebagai &
Risnawita,
2014).
mengerjakannya, pekerjaan ditunda
dirasakan ringan, sebaliknya jika
akan
pekerjaan tersebut dianggap sebagai
Akhirnya kualitas dari pekerjaan
tuntutan maka hal ini menjadikan
yang
pekerjaan tersebut terasa berat lantas
deadline tidak akan semaksimal dari
menyebabkan
karyawan
pekerjaan yang langsung dikerjakan
mendatangkan
karena mengerjakan tugas secara
menurun
motivasi
sehingga
terjadi
procrastinator
penumpukan
ditunda-tunda
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
dan
tugas.
dikejar
4
terburu-buru
dapat
menyebabkan
prokrastinasi. Salah satunya terletak
tingginya tingkat kesalahan serta
pada kemampuan dan kegigihan
dapat juga menimbulkan rasa cemas
karyawan
dalam
dan
kesulitan.
Kemampuan
frustasi,
sehingga
hal
ini
menghadapi dalam
berdampak pada produktivitas atau
menghadapi kesulitan ini disebut
kualitas kerja karyawan menjadi
dengan adversity quotient.
menurun.
Selain
itu,
perilaku
Menurut
Stoltz
dan
prokrastinasi
juga
dapat
Weihenmayer (2008) situasi sulit dan
menyebabkan
kacaunya
fungsi
tantangan dalam hidup dapat diatasi
yang
dengan adversity quotient (AQ) yang
organisasi
secara
internal
ditandai dengan rendahnya tingkat
baik.
kedisiplinan kerja karyawan dan
adversity quotient (AQ) yang tinggi,
tingginya tingkat kemangkiran kerja
hal ini akan menjadikan karyawan
dikalangan karyawan.
tersebut memiliki kegigihan dalam
Kesulitan atau hambatan dalam melaksanakan dirasakan
pekerjaan
oleh
karyawan
memiliki
setiap aspek kehidupannya dan tidak
yang
mudah menyerah. Karyawan yang
tidak
memiliki adversity quotient (AQ)
kemungkinan
yang tinggi akan memiliki kekebalan
karyawan
menutup
Jika
mengakibatkan karyawan berperilaku
atas
indisiplin
menghadapi masalah dan tidak akan
dengan
prokrastinasi.
Hal
melakukan tersebut
mudah
ketidakmampuan
terjebak
dirinya
dalam
dikarenakan banyak faktor yang
keputusasaan.
mempengaruhi
jika seseorang karyawan memiliki
perilaku
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Namun
kondisi
sebaliknya,
5
adversity quotient (AQ) yang rendah
Karyawan yang mengalami stres
maka karyawan tersebut akan mudah
kerja akan rentan terhadap rasa
rapuh dan menyerah pada keadaan.
malas,
Karyawan
yang
menyerah
frustasi,
kecemasan
dan
kejenuhan (burn out) terhadap tugas-
terhadap rasa ketidakberdayaannya
tugas
akan rentan terhadap stres kerja.
jawabnya
Stres kerja yang berujung pada
akhirnya, karyawan akan berperilaku
dampak negatif diartikan sebagai
prokrastinasi sebagai bentuk dari
distress, yaitu perasaan negatif yang
coping stresnya, dengan kata lain
tidak menyenangkan serta dapat
karyawan melakukan penghindaran
mengganggu
terhadap tekanan pekerjaan yang
berprestasi
karyawan dalam
untuk organisasi
yang
menjadi
di
dihadapinya
tanggung
organisasi.
dengan
mengalihkan
(Wijono, 2010). Distress merupakan
fikirannya
perilaku
diharapkan
dalam menyelesaikan pekerjaannya
karena dampaknya yang bersifat
dengan melakukan aktivitas yang
negatif dan merusak. Stres kerja itu
lebih
sendiri adalah suatu kondisi yang
bergosip,
mempengaruhi keadaan fisik atau
sebagainya.
psikis
yang
karyawan
tidak
karena
diri karyawan tersebut yang dapat
mereka.
menunda-nunda
menyenangkan bermain
games
seperti dan
adanya
tekanan dari dalam ataupun dari luar
mengganggu pelaksanaan
serta
Pada
kerja
KAJIAN PUSTAKA Dalam dunia psikologi, suatu kecenderungan penyelesaian
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
menunda-nunda suatu
tugas
atau
6
pekerjaan disebut dengan istilah
termanifestasikan dalam aspek dan
prokrastinasi.
indikator tertentu yaitu:
Prokrastinasi
merupakan suatu perilaku menundanunda
pekerjaan
yang
biasa
a. Percieved
Time
untuk
memulai
(penundaan maupun
dilakukan oleh kebanyakan orang
menyelesaikan kerja pada tugas
terhadap tugas atau suatu pekerjaan
yang dihadapi).
untuk
Prokrastinator
mengulur
waktu
atau
sebenarnya
menghindari suatu pekerjaan yang
menyadari bahwa suatu tugas
menjadi kewajiban mereka.
yang dihadapinya harus segera
Prokrastinasi
diartikan
oleh
ditangani, namun ia menunda-
Knaus (2010) sebagai kegagalan
nunda
untuk
yang dialami oleh individu untuk
atau
kalaupun
memulai
ataupun
mengerjakannya maka ia akan
menyelesaikan tugas atau aktivitas
menunda untuk menyelesaikan
tepat pada waktunya dan hal ini
tugas tersebut.
melakukan
terbentuk
dari
irrasional
yang
fikiran-fikiran telah
menjadi
kebiasaan atau trait. Ferrari
(dalam
mengerjakannya ia
b. Percieved
telah
Deadline
(keterlambatan
dalam
menyelesaikan tugas). Ghufron
&
Indikator ini menunjukkan bahwa
Risnawita, 2014) mengatakan bahwa
individu
sebagai suatu perilaku penundaan,
prokrastinasi cenderung lamban
perilaku
dalam
prokrastinasi
dapat
tugasnya
yang
melakukan
mengerjakan
tugas-
dikarenakan
mereka
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
7
memerlukan waktu yang lebih
melakukan hal-hal yang tidak
lama dari seharusnya dan kurang
dibutuhkan dalam penyelesaian
mengalami
suatu tugas. Indikator ini juga
kemajuan
pengerjaan tugas
tugasnya tersebut
dalam sehingga
menunjukkan
mungkin
prokrastinator memiliki kesulitan
tanpa
dalam melakukan sesuatu sesuai
diselesaikan memperhitungkan
keterbatasan
dengan
rencana
waktu yang dimilikinya. Pada
dibuat
akhirnya,
mengalami
seseorang
tidak
bahwa
sehingga kegagalan
berhasil memenuhi deadline yang
menyelesaikan
telah ditentukan.
memadai.
c. Intention antara
Action
(kesenjangan
rencana
dan
kinerja
aktual).
yang
tugas
sudah sering untuk secara
d. Percieved Priority (melakukan aktivitas lain). Seorang prokrastinator dengan
Seorang
prokrastinator
sengaja tidak segera melakukan
membutuhkan waktu yang lebih
tugasnya,
lama
yang
menggunakan waktu yang ia
umumnya
miliki untuk melakukan aktivitas
daripada
dibutuhkan
waktu
pada
dalam mengerjakan suatu tugas
lain
karena
menyenangkan
ia
menghabiskan
cenderung waktu
yang
yang
mendatangkan
akan
dianggap
tetapi
lebih dan
hiburan
seperti
dimiliki untuk mempersiapkan
membaca (koran, majalah, atau
diri
buku cerita lainnya), nonton,
secara
berlebihan
serta
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
8
ngobrol,
jalan-jalan,
mendengarkan sebagainya,
musik,
sehingga
dan
a. Control (kendali) Control
atau
kendali
menyita
berkaitan dengan seberapa
waktu yang dia miliki untuk
besar individu merasa mampu
mengerjakan
mengendalikan
tugas
pekerjaan
yang seharusnya diselesaikannya. Stoltz (2010) mendefinisikan adversity
quotient
kecerdasan
menghadapi
rintangan
atau
Adversity
quotient
mengungkap individu
sebagai
kesulitan.
diri
ini
akan
berdampak pada respon yang dilakukan
individu
bersangkutan,
untuk
tetap
jauh
keinginannya walau sesulit
bertahan
apapun keadaannya. Semakin
kesulitan
kemampuan
individu
dan
besar kendali yang dimiliki
untuk
semakin besar kemungkinan
mengatasinya. (2010)
Kendali
berusaha keras mewujudkan
menghadapi
Stoltz
kesulitan yang dihadapinya.
dapat
seberapa mampu
kesulitan-
seseorang
untuk
dapat
menyatakan
bertahan
menghadapi
bahwa aspek-aspek dari adversity
kesulitan
Sebaliknya,
quotient
(AQ)
semakin
beberapa
komponen
kemudian
disingkat
CO2RE, antara lain:
mencakup yang menjadi
rendah
mengakibatkan menjadi menghadapi
tidak
kendali seseorang berdaya
kesulitan
dan
mudah menyerah.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
9
b. Origin and Ownership (asalusul dan pengakuan) O2
merupakan
kesalahan
atau
kegagalan
tersebut.
gabungan
c. Reach (jangkauan)
antara Origin and Ownership.
Aspek
Origin menjelaskan mengenai
sejauh mana kesulitan akan
bagaimana
menjangkau
individu
Reach
memandang sumber masalah
lain
yang
ia
individu.
memandang
adversity
ada.
Apakah
cenderung masalah bersumber
menjelaskan
bagian-bagian
dalam
kehidupan Respon-respon
quotient dapat
yang
yang
terjadi
rendah
membuat
dari
dirinya
kesulitan menyebar luas ke
sendiri atau faktor-faktor lain
segi-segi
di luar dirinya. Rasa bersalah
kehidupan
seseorang.
yang tepat akan menggugah
Membatasi
jangkauan
seseorang
kesulitan
untuk
bertindak
lain
dalam
akan
sedangkan rasa bersalah yang
memungkinkan
terlampau
untuk berfikir jernih dalam
besar
menciptakan Ownership sejauh
mana
mengakui
akan
seseorang
keterpurukan.
mengambil
mengungkap
Manakala,
membiarkan
seseorang
jangkauan
kesulitan
kesalahan
dan
memasuki satu atau lebih
kesediaan seseorang untuk
wilayah
bertanggung
membuat
jawab
atas
tindakan.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
kehidupan,
akan
seseorang
10
kehilangan
kekuatannya
masalah sehingga ketegaran
untuk terus bertahan dalam
hati dan keberanian dalam
kondisi
menyelesaikan masalah dapat
penuh
tekanan.
Dengan kata lain, jika satu
terwujud.
masalah
untuk
mempunyai
aspek
quotient
dibiarkan
mempengaruhi
Individu
yang
adversity yang
rendah
kehidupan yang lain atau
mempunyai
aktivitas dalam keseharian,
yang
maka masalah tersebut akan
menganggap kesulitan dan
merembet menjadi masalah
penyebabnya
yang
berlangsung lama, hal ini
baru
sehingga
satu
kemungkinan besar
masalah akan menjadi dua
akan
masalah
kepesimisan
dan
begitu
seterusnya.
untuk
akan
berakibat
pada
individu
dan
ketidakberdayaan.
d. Endurance (daya tahan)
Beehr
dan
Newman
(dalam
Endurance adalah aspek yang
Wijono, 2010) mendefinisikan stres
menjelaskan
mengenai
kerja sebagai suatu keadaan yang
kemampuan individu dalam
timbul dalam interaksi di antara
mempersepsikan
manusia
dan
kekuatan
kesulitan,
dengan
pekerjaan.
dalam
Sedangkan menurut Wijono (2010)
kesulitan
stres kerja diartikan sebagai distress,
tersebut dengan menciptakan
yaitu perasaan negatif yang tidak
ide solusi dalam mengatasi
menyenangkan
menghadapi
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
serta
dapat
11
mengganggu berprestasi
individu dalam
untuk
berdasarkan
aspek-aspek
perilaku
kehidupan
prokrastinasi, adversity quotient dan
organisasi. Dalam suatu kesempatan
stres kerja dari teori Ferrari, Stoltz,
Heilrigel
(dalam
Robbins dan Judge. Skala tersebut
Wijono, 2010) mengatakan bahwa
berbentuk skala Likert yang telah
stres kerja dapat disebabkan oleh
diuji validitas dan reliabilitasnya
empat faktor utama, yaitu konflik,
dengan rumus cronbanch alpha,
ketidakpastian, tekanan dari tugas
didapatkan reliabilitas alpha untuk
serta
pihak
skala perilaku prokrastinasi sebesar
manajemen. Aspek-aspek stres kerja
0,966; reliabilitas alpha untuk skala
meliputi
adversity quotient sebesar 0,969 dan
dan
hubungan
Slocum
dengan
psikologis,
fisik
dan
perilaku.
reliabilitas alpha untuk skala stres kerja sebesar 0,973.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan teknik analisis regresi
Uji asumsi normalitas dalam
berganda dan purposive sampling
penelitian ini menggunakan teknik
terhadap 84 orang karyawan back
statistik non parametrik one sample
office PT. Firmindo Ditamandiri
Kolmogorov-Smirnov
Samarinda. Pengumpulan data pada
taraf signifikansi 0,05. Suatu data
penelitian ini menggunakan skala
dikatakan terdistribusi secara normal
perilaku
adversity
apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed)
quotient dan stres kerja yang disusun
nya yaitu p > dari 0,05 level of
prokrastinasi,
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
test
dengan
12
significant (a) sebaliknya jika p <
3) Skor perilaku prokrastinasi (Y)
0,05 maka sebarannya tidak normal.
dengan
One
Sample
1) Skor
Kolmogorov-Smirnov
diperoleh
Adversity
dengan
uji
quotient
(X1)
uji
One
Sample
nilai Z = 0,923 dan nilai Asymp.
Kolmogorov-Smirnov
diperoleh
Sig (2-tailed) p = 0,361 artinya
nilai Z = 1,025 dan nilai Asymp.
dengan (p > 0,05) maka variabel
Sig (2-tailed) p = 0,244 artinya
Perilaku prokrastinasi (Y) adalah
dengan (p > 0,05) maka variabel
normal
Adversity quotient (X1) adalah
persyaratan uji normalitas dan
normal
sampel penelitian dapat mewakili
atau
memenuhi
atau
memenuhi
persyaratan uji normalitas dan
populasi.
sampel penelitian dapat mewakili
Uji linearitas dilakukan untuk
populasi.
mengetahui
2) Skor Stres kerja (X2) dengan uji One
Sample
Kolmogorov-
linearitas
hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linearitas dapat pula
Smirnov diperoleh nilai Z =
untuk
1,138 dan nilai Asymp. Sig (2-
penyimpangan
tailed) p = 0,150 artinya dengan
hubungan tersebut. Adapun kaidah
(p > 0,05) maka variabel Stres
yang digunakan dalam uji linearitas
kerja (X2) adalah normal atau
hubungan
memenuhi
uji
linearity p < 0,05 maka hubungan
normalitas dan sampel penelitian
dinyatakan linear, Berdasarkan hasil
persyaratan
mengetahui
adalah
dari
taraf linearitas
apabila
nilai
dapat mewakili populasi.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
13
pengujian
liniearitas
diketahui
multikolinearitas).
Uji
bahwa:
multikolinearitas dilakukan dengan
1) Hasil uji asumsi linearitas antara
nilai Variance Inflation Factor (VIF)
Adversity Quotient (X1) dengan
dan
Perilaku
(Y)
terjadi jika nilai Variance Inflation
mempunyai nilai linearity F =
Factor (VIF) > 10,00 dan Tolerance
56,304 dan nilai p = 0,000 <
< 0,10.
Prokrastinasi
0,05 yang berarti hubungannya dinyatakan linear.
Tolerance.
Berdasarkan
Multikolinearitas
hasil
uji
multikolinearitas menunjukkan nilai
2) Hasil uji asumsi linearitas antara
VIF = 1,701 untuk semua variabel
Stres Kerja (X2) dengan Perilaku
independen yaitu adversity quotient
Prokrastinasi
(Y) mempunyai
(X1) dan stres kerja (X2), nilai VIF
nilai linearity F = 40,855 dan
sebesar 1,701 masih lebih kecil
nilai p = 0,000 < 0,05 yang
daripada 10,00 (VIF < 10,00) dan
berarti hubungannya dinyatakan
nilai tolerance 0,588 masih lebih
linear.
besar dari 0,10 (tolerance > 0,10).
Uji Multikolinearitas bertujuan
Maka
untuk
menguji
apakah
dalam
persamaan regresi ditemukan adanya korelasi
antar
variabel
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinearitas.
bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (tidak terjadi
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
14
karena p < 0,05 maka terdapat
HIPOTESIS Untuk menguji pengaruh dari
pengaruh antara Adversity Quotient
Adversity Quotient (X1) dan Stres
(X1) dan Stres Kerja (X2) secara
Kerja (X2) secara simultan atau
simultan
secara bersamaan terhadap Perilaku
Prokrastinasi (Y). Diketahui pula
Prokrastinasi
nilai
(Y),
pengujian
terhadap
koefisien
determinasi
(R2)
Arti
nilai
dilakukan dengan teknik analisis
sebesar
Regresi liniear berganda. Adapun
koefisien ini adalah, pengaruh yang
hasil pengujian hipotesis tersebut
diberikan oleh kombinasi variabel
terdapat pada tabel di bawah ini:
Adversity Quotient (X1) dan Stres Kerja
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel
F
Adversity Quotient (X1) Stres Kerja (X2) Perilaku Prokrastinasi (Y)
R Square (R2)
(X2)
dari
terhadap
Perilaku
Prokrastinasi (Y) adalah sebesar 41,6%,
sedangkan
sisanya
p
dipengaruhi oleh variabel lain. Selanjutnya untuk mengetahui
28,903
0,416
0,000
variabel manakah dari Adversity Quotient (X1) dan Stres Kerja (X2) yang
Hasil
0,416.
Perilaku
pengujian
berpengaruh
lebih
besar
menunjukkan terhadap Perilaku Prokrastinasi (Y),
bahwa
ada
pengaruh
Adversity maka dapat kita ketahui dengan
Quotient (X1) dan Stres Kerja (X2) menghitung
besarnya
sumbangan
terhadap Perilaku Prokrastinasi (Y), efektif masing-masing variabel bebas yakni pada Anova diperoleh nilai F = (independen). 28,903 dengan p = 0,000. Oleh
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
15
Berdasarkan
hasil
perhitungan,
diketahui
sumbangan
efektif
(X1)
terhadap
bahwa
prokrastinasi (Y). Semakin rendah
pengaruh
adversity quotient, maka akan
variabel Adversity Quotient (X1)
semakin
terhadap Perilaku Prokrastinasi
prokrastinasi
(Y)
adalah
perilaku
tinggi
perilaku
karyawan
PT.
sebesar
23,90%
Firmindo Ditamandiri Samarinda.
sumbangan
efektif
Selanjutnya nilai koefisien regresi
pengaruh variabel Stres Kerja
bagi variabel Stres Kerja (X2)
(X2)
perilaku
adalah sebesar 0,568 atau bernilai
prokrastinasi (Y) adalah sebesar
positif, sehingga dapat dikatakan
17,70%. Maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang positif
bahwa variabel Adversity Quotient
antara Stres Kerja (X2) terhadap
berpengaruh lebih besar terhadap
perilaku
perilaku
(Y)
Semakin tinggi stres kerja, maka
variabel
akan semakin tinggi pula perilaku
sedangkan
terhadap
prokrastinasi
dibandingkan
dengan
Stres Kerja (X2).
prokrastinasi
prokrastinasi
karyawan
(Y).
PT.
Koefisien regresi bagi variabel
Firmindo Ditamandiri Samarinda.
Adversity Quotient (X1) adalah
Persamaan garis regresi untuk
sebesar
-0,599
atau
bernilai
adversity quotient dan stres kerja
negatif, sehingga dapat dikatakan
terhadap
bahwa terdapat hubungan yang
adalah sebagai berikut:
negatif antara Adversity Quotient
perilaku
prokrastinasi
Ŷ = 174,689 - 0,360X1 + 0,186X2
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
16
Maksud dari persamaan garis regresi
tersebut
adalah
sebagai
berikut:
KETERBATASAN PENELITIAN Adapun
keterbatasan
dari
penelitian ini antara lain adalah
a. Nilai konstanta (a) adalah 174,689
sebagai berikut:
artinya jika adversity quotient
1. Subyek penelitian yang diambil
dan stres kerja bernilai 0 maka
sebaiknya tidak hanya karyawan
nilai Y (perilaku prokrastinasi)
yang bekerja di bagian back
adalah 174,689.
office saja, tetapi juga pada
b. Nilai koefisien b1 negatif yaitu -
karyawan yang bekerja pada
0,360. Hal ini berarti bahwa
bagian
lain
setiap penurunan skor dalam
penelitian yang diperoleh lebih
variabel
adversity
quotient,
lengkap.
maka
tingkat
perilaku
2. Kejujuran,
prokrastinasi akan mengalami
keterbukaan
peningkatan sebesar 0,360.
mengisi
c. Nilai koefisien b2 positif yaitu
peningkatan satu skor dalam
manusiawi.
peningkatan
perilaku
prokrastinasi sebesar 0,186.
keseriusan
dan
responden
dalam
psikologi tidak dapat dihindari dari
ada
lingkup
kuesioner/skala
0,186 yang berarti bahwa setiap
variabel stres kerja maka akan
agar
bias
3. Keterbatasan
dan
kesalahan
waktu
penelitian
hanya
memungkinkan
pengambilan sebanyak
data satu
menyebabkan
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
diambil kali
data
dan yang
17
diperoleh sangat rentan terhadap bias.
KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian
4. Setiap variabel dalam penelitian ini baik variabel bebas yaitu
ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat
pengaruh
antara
Adversity Quotient dan Stres
Adversity Quotient (X1) dan Stres
Kerja maupun variabel terikat
Kerja (X2) terhadap Perilaku
yaitu
Prokrastinasi,
Prokrastinasi (Y), dengan nilai F
belum diteliti secara mendalam
= 28,903 dan p = 0,000. Oleh
per indikator, sehingga belum
karena p < 0,05 maka terdapat
diketahui pengaruh antara tiap
pengaruh
indikator dari variabel bebas
Quotient (X1) dan Stres Kerja
terhadap variabel terikat.
(X2) secara simultan terhadap
5. Dasar
Perilaku
utama
penelitian
ini
(teori)
dalam
antara
Adversity
Perilaku Prokrastinasi (Y).
menggunakan
2. Diketahui
referensi berdasarkan penelitian
Adversity
sebelumnya yang dilakukan di
berpengaruh lebih besar terhadap
luar negeri dan referensi para ahli
Perilaku
Prokrastinasi
dari luar sehingga perbedaan
karyawan
di
budaya dan kondisi ekonomi
Ditamandiri Samarinda dengan
tidak dipertimbangkan.
didapatkan sumbangan pengaruh
bahwa
variabel
Quotient
PT.
variabel
(X1)
pada
Firmindo
efektif
Adversity
Quotient (X1) terhadap Perilaku Prokrastinasi
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
(Y)
sebesar
18
23,90%. Sedangkan sumbangan
karyawan
efektif pengaruh variabel Stres
Ditamandiri
Kerja (X2) terhadap Perilaku
Sebaliknya, terdapat hubungan
Prokrastinasi (Y) adalah sebesar
yang positif antara Stres Kerja
17,70% dengan nilai koefisien
(X2)
determinasi (R2) sebesar 0,416.
Prokrastinasi (Y) dengan nilai
Arti dari nilai koefisien ini
koefisien regresi sebesar 0,568
adalah, pengaruh yang diberikan
atau bernilai positif sehingga
oleh
variabel
dapat dikatakan, semakin tinggi
Adversity Quotient (X1) dan Stres
stres kerja, maka akan semakin
Kerja (X2) terhadap Perilaku
tinggi pula perilaku prokrastinasi
Prokrastinasi (Y) adalah sebesar
karyawan
41,6%,
Ditamandiri Samarinda.
kombinasi
sedangkan
sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain.
PT.
Firmindo Samarinda.
terhadap
PT.
Perilaku
Firmindo
4. Persamaan garis regresi untuk
3. Terdapat hubungan yang negatif
adversity quotient dan stres kerja
antara Adversity Quotient (X1)
terhadap perilaku prokrastinasi
terhadap Perilaku Prokrastinasi
adalah Ŷ = 174,689 - 0,360X1 +
(Y) dengan nilai koefisien regresi
0,186X2 yang bermaksud, jika
sebesar
bernilai
Adversity Quotient (X1) dan Stres
negatif sehingga dapat dikatakan,
Kerja (X2) bernilai 0 maka nilai
semakin
Perilaku Prokrastinasi (Y) adalah
-0,599
atau
rendah
adversity
quotient, maka akan semakin
174,689.
tinggi
menunjukkan -0,360. Hal ini
perilaku
prokrastinasi
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Nilai
koefisien
19
berarti bahwa setiap penurunan
antara adversity quotient dan stres
skor dalam variabel Adversity
kerja terhadap perilaku prokrastinasi
Quotient, maka tingkat perilaku
pada karyawan, maka saran yang
prokrastinasi
akan
dapat diberikan oleh peneliti adalah
peningkatan
sebesar
mengalami 0,360.
Sebaliknya, nilai koefisien b2
beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi pihak perusahaan
positif yaitu 0,186 yang berarti
Disarankan kepada PT. Firmindo
bahwa setiap peningkatan satu
Ditamandiri
skor dalam variabel Stres Kerja
meningkatkan
maka
terhadap semua karyawan demi
akan
perilaku
ada
peningkatan
prokrastinasi
sebesar
0,186.
Samarinda
untuk
pengawasan
meminimalisir
perilaku
prokrastinasi serta mengadakan beberapa
kegiatan
pelatihan
seperti seminar, training, dan
SARAN Dari penelitian yang dilakukan
outbound
guna
memperbaiki
diketahui bahwa adanya pengaruh
disiplin para karyawan sehingga
produktivitas perusahaan dapat
menentukan prioritas pekerjaan
ditingkatkan.
yang akan dilakukan sehingga
2. Bagi karyawan
mempermudah para karyawan
Karyawan disarankan untuk lebih mengembangkan bertanggung
jawab
dalam memajemen waktu.
rasa terhadap
pekerjaannya serta bijak dalam
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
20
3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti
prokrastinasi
W. (2010). Based on cognitive, emotive, and behavioral techniques end procrastination now get it done with a proven psychological approach. United States: McGraw-Hill Companies.
Stoltz,
P.G. (2010). Adversity quotient: Mengubah hambatan menjadi peluang Jakarta: PT. Gramedia.
perilaku
pada
disarankan
Knaus,
karyawan
menggunakan
variabel dan teknik analisa data yang berbeda, dan memperluas jumlah
sampel
yang
dipakai
sehingga dapat memperkaya hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Azzaniar, Q. (2011). Hubungan antara prokrastinasi dan stres kerja pada pegawai negeri sipil. [Skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Sumatera.
Stoltz, P.G., & Weihenmayer, E. (2008). Adversity advantage: mengubah masalah menjadi berkah. Jakarta: PT. Gramedia. Wijono, S. (2010). Psikologi industri dan organisasi dalam suatu bidang gerak psikologi sumber daya manusia. (rev. ed). Jakarta: Kencana Media Group.
Ghufron, M.N., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori psikologi. Jakarta: Ar-Ruz Media.
Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
21