ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sehingga persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1
Diajukan oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat (S-1) Sarjana Psikologi
Diajukan Oleh: Laksmi Fivyan Warapsari F100110088
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ii
ABSTRAKSI ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI Laksmi Fivyan Warapsari Taufik Kasturi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Adversity Quotient merupakan kemampuan individu dimana individu tersebut dapat bertahan dalam menghadapi berbagai macam kesulitan serta dapat menyelesaikan kesulitan tersebut, dengan mengubah cara berpikir dan tindakan terhadap kesulitan tersebut. Mahasiswa berprestasi adalah peserta didik yang belajar menjalankan kewajiban-kewajiban pendidikannya serta berhasil mencapai prestasi tinggi, baik akademik maupun non akademik, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, serta mampu bersikap positif dalam suatu perguruan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan tentang bagaimana adversity quotient pada mahasiswa berprestasi. Informan penelitian ini berjumlah 4 orang mawapres dengan karakteristik sebagai berikut: 1) mahasiswa yang sedang maupun pernah menjadi mawapres; 2) pekerjaan orangtua dan 3) penghasilan orang tua dan uang saku yang diterima untuk kehidupan sehari-hari selama kuliah. Alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa berprestasi memiliki kemampuan Adversity Quotient, dimana mawapres mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya, meskipun kesulitan yang dihadapi tiap mawapres berbeda, akan tetapi mawapres mampu bertahan dan tetap gigih dan penuh semangat serta memiliki motivasi yang tinggi sehingga membuat mereka optimis dalam menyelesaikan kesulitan dan segala kegiatan yang dilakukan. Terselesaikannya kesulitan mawapres dipengaruhi oleh faktor ketekunan, daya saing, dan keyakinan, dengan ketiga faktor tersebut, mawapres mampu merespon kesulitan dengan baik dan akan senantiasa bertahan, membuat informan semakin gigih dalam mencari solusi untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi, kemudian kesiapan dalam menghadapi tantangan sangatlah dibutuhkan agar dapat mencapai kesuksesan. Hal yang mendasari mawapres mampu bertahan dan menyelesaikan kesulitan adalah mawapres melihat suatu kesulitan sebagai sebuah kepercayaan yang diberikan pada mawapres untuk menyelesaikan tugas dengan baik, sebagai proses dalam pencapaian target atau impian yang dituju, sebagai suatu kebutuhan untuk berprestasi, dan sebagai suatu proses untuk menjadi orang yang bermanfaat di lingkungan. . Kata
kunci:
Adversity
Quotient,
vi
Mahasiswa
Berprestasi
butuh proses yang panjang dan sulit
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal
untuk mencapai kematangan atau
yang sangat penting bagi mereka
kedewasaan.
yang ingin menimba ilmu, tujuannya adalah
mendapatkan
Setiap
pengetahuan
generasi,
mendapatkan
berhak
pengetahuan
yang
dan pendidikan yang lebih tinggi.
sama dan kehidupan lebih baik, akan
Individu
tetapi,
sudah
memperoleh
tiap
generasi
tak
selalu
pendidikan mulai dari usia 3 tahun
beruntung mendapatkan kesempatan
sampai dewasa, yang berawal dari
itu. Ada yang bisa mendapatkan
PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan
pengetahuan
yang
perguruan
mudah, ada pula yang harus harus
tinggi, dimana individu berperan
berjuang dengan segala cara, seperti
sebagai
Menurut
sekolah sambil bekerja, menabung
Santrock (2006) mahasiswa harus
hasil jerih payahnya dalam bekerja
mandiri, dapat mengambil keputusan
atau sekedar menabung dari hasil
sendiri, bertanggung jawab akan
uang sakunya hanya untuk membeli
keputusannya
keperluan untuk sekolah.
terakhir
adalah
mahasiswa.
sekaligus
berani
menanggung berbagai resiko atas
(bersekolah)
Kemampuan
dengan
menghadapi
keputusan yang diambil, mampu
tuntutan-tuntutan yang ada dalam
mengatur diri, mengarahkan diri,
kehidupan berkaitan dengan daya
mampu
menyelesaikan
juang.
masalah
dan
berbagai
sebagainya.
Bisa
Dalam
kemampuan
dikatakan proses ini tidaklah mudah,
mengatasi
1
ilmu
Psikologi
seseorang kesulitan
hidup
dalam dan
mengukur kemampuannya dikenal
seseorang
dengan konsep adversity quotient
kesulitan,
kegagalan,
hambatan,
(Stoltz, 2005). Dalam menjalani
sekaligus
mengubah
kesulitan
kehidupan tidak sedikit seseorang
maupun kegagalan tersebut menjadi
yang
dalam
peluang untuk meraih tujuan atau
kesulitan-kesulitan
kesuksesan (Stoltz, 2005). AQ lebih
tidak
berdaya
menghadapi
hidup yang dihadapinya.
dalam
menghadapi
dari sekedar bagaimana seorang
Jika kita yakin bahwa siswa
individu
dapat
bertahan
dalam
yang tidak mampu sekolah dibekali
menghadapi kesuliatan, namun lebih
dengan pengetahuan dan pendidikan
dari
yang
kemampuan
baik,
mereka
akan
dapat
itu
AQ
juga
merupakan
individu
untuk
bersekolah dan mendapatkan ilmu-
memperkecil akibat dari kesulitan
ilmu serta pengetahuan yang luas.
agar kesulitan yang dihadapi tidak
Akan tetapi, jika kita meyakini
mempengaruhi
bahwa biaya sekolah mahal, maka
kehidupannya (Stoltz, 2005).
hanya
kalangan
mendapatkan
sisi
lain
dari
tertentu
yang
Nashori (2007) berpendapat
pengetahuan
dan
bahwa AQ merupakan kemampuan
pendidikan, seta kesempatan untuk
seseorang
yang tidak mampu dapat terbuka,
kecerdasannya untuk mengarahkan,
namun ada prasyarat, yaitu miskin
mengubah
tapi juara.
tindakannya
Adversity
Quotient
dalam
cara ketika
menggunakan
berfikir
dan
menghadapi
(AQ)
hambatan dan kesulitan yang bisa
adalah kemampuan dan ketahanan
menyengsarakan dirinya. Kemudian
2
pendapat dari Suprayitno (2008), AQ
dengan individu dengan AQ yang
adalah
atau
lebih rendah. Sehingga, individu
berupa
tersebut dapat mengambil keputusan
suatu
kecerdasan
kemampuan
ketangguhan
seberapa baik individu bertahan atas
dengan
cobaan yang dialami dan seberapa
mengendalikan dirinya.
baik kemampuan individu dapat
b) Origin (asal-usul) dan ownership
mengatasinya.
(pengakuan). Origin adalah sejauh
Aspek-aspek dari adversity
mudah
yaitu
dengan
mana seseorang mempermasalahkan
quotient (AQ) mencakup beberapa
dirinya
komponen yang kemudian disingkat
kesalahan
menjadi
dirinya, atau sejauh mana seseorang
CO2RE
(Stoltz,
2005),
ketika mendapati tersebut
berasal
bahwa dari
antara lain:
mempermasalahkan orang lain atau
a)
lingkungan yang menjadi sumber
Control (kendali). Control atau
kendali
adalah
kemampuan
kesulitan atau kegagalan seseorang.
seseorang dalam mengendalikan dan
Ownership mengungkap sejauh
mengelola sebuah peristiwa yang
mana seseorang mengakui akibat-
menimbulkan
akibat
kesulitan
di
masa
dan
kesediaan
seseorang untuk bertanggungjawab
mendatang.
atas
Control atau kendali dijelaskan oleh Christina
kesulitan
(2012),
individu
dirinya
atau
kegagalan
tersebut.
yang
Christina
memiliki AQ lebih tinggi dapat mengendalikan
kesalahan
(2012)
menyatakan
bahwa individu dengan O2 yang
dalam
tinggi, semakin besar kemungkinan
mengahadapi kesulitan dibandingkan
3
individu tahu untuk menghindari
d) Endurance (daya tahan). Sejauh
penyesalan yang tidak perlu dan
mana
memahami tanggung jawab mereka
seseorang
sendiri.
masalah, sehingga pada aspek ini
c)
dapat dilihat berapa lama kesulitan
Reach (jangkauan). Sejauh mana
kesulitan
ini
akan
merambah
kecepatan
dan
dalam
ketepatan
memecahkan
akan berlangsung dan berapa lama
kehidupan seseorang menunjukkan
penyebab
bagaimana
suatu
masalah
berlangsung.
mengganggu
aktivitas
lainnya,
Individu dengan daya tahan yang
sekalipun tidak berhubungan dengan
tinggi, dapat melihat kesuksesan
masalah yang sedang dihadapi.
akan abadi. Makin tinggi daya tahan
Reach
dijelaskan
oleh
Shen
individu
itu
akan
seseorang, maka semakin mampu
(2014) adalah individu dengan reach
menghadapi
yang
yang dihadapinya (Shen, 2014).
rendah,
akan
membuat
berbagai
kesukaran
kesulitan memasuki bagian lain dari
Menurut Stoltz (2005), ada tiga
kehidupan individu, semakin besar
faktor yang mempengaruhi adversity
pula
quotient (AQ), yaitu:
kemungkinan
individu
menganggap peristiwa buruk sebagai
1.
bencana. Sebaliknya individu yang
Martin
memiliki AQ yang tinggi relatif
menemukan individu yang merespon
mampu
jangkauan
kesulitan secara lebih optimis, akan
masalahnya pada peristiwa yang
bersifat lebih agresif dan mengambil
sedang dihadapi.
lebih
membatasi
4
Daya saing. Jason sattefield dan Seligman
banyak
(Stoltz,
resiko,
2005),
sedangkan
reaksi yang lebih pesimis terhadap
berupaya menyelesaikan kesulitan
kesulitan menimbulkan lebih banyak
dengan
sifat pasif dan hati-hati. Oleh karena
kemampuan.
itu, kesiapan dalam menghadapi
4.
tantangan sangatlah dibutuhkan agar
yang dilakukan oleh Satterfield dan
dapat mencapai kesuksesan.
Seligman
2.
menunjukkan bahwa seseorang yang
Kreativitas. Joel barker (Stoltz,
menggunakan
Mengambil
risiko.
segenap
Penelitian
(Stoltz,
2005)
2005), kreativitas muncul dalam
mempunyai
keputus asaan, kretaivitas menuntut
tinggi lebih berani mengambil resiko
kemampuan
dari tindakan yang dilakukan.
untuk
mengatasi
Adversity
Quotient
kesulitan yang ditimbulkan oleh hal
5.
hal yang tidak pasti. Joel barker
kemampuan untuk terus menerus
menemukan orang orang yang tidak
berusaha,
mampu
kesulitan
dihadapkan pada kemunduran atau
bertindak
kegagalan. Seligman (Stoltz, 2005)
menjadi
menghadapi tidak
mampu
kreatif. 3.
Ketekunan. Ketekunan adalah
bahkan
pada
saat
membuktikan bahwa seseorang yang
Motivasi.
Penelitian
dilakukan
oleh
ditemukan
orang
Stoltz orang
yang
merespon kesulitan dengan baik akan
(2005)
senantiasa bertahan.
yang
6.
Belajar. Menurut Carol Dweck
Adversity Quotient tinggi dianggap
(Stoltz, 2005) membuktikan bahwa
sebagai orang orang yang paling
seseorang yang merespon secara
memiliki motivasi, artinya seseorang
optimis akan banyak belajar dan
dengan motivasi yang kuat akan
lebih
5
berprestasi
dibandingkan
dengan seseorang yang memiliki
dijelaskan
pola pesimistis.
(Setyaningtyas,
Mahasiswa adalah individu yang
belajar
dan
oleh
Slameto
2011)
terbagi
menjadi faktor dalam dan faktor luar,
menjalani
antara lain:
pendidikan pada perguruan tinggi
1.
(Salim, 2002). Sedangkan menurut
yang
Sudarman (2004) mahasiswa adalah
belajar yang berasal dari siswa yang
peserta didik yang terdaftar dan
sedang belajar,
belajar pada suatu perguruan tinggi.
fisiologis dan kondisi psikologis.
Prestasi belajar adalah hasil
2.
Faktor dalam, yaitu faktor-faktor mempengaruhi
keberhasilan
meliputi
kondisi
Faktor luar, yaitu faktor yang
yang dicapai peserta didik setelah
berasal dari luar diri siswa yang
melakukan kegiatan belajar. Prestasi
dapat mempengaruhi proses dan hasil
belajar
belajar, meliputi faktor lingkungan
merupakan
salah
satu
indikator daya serap dan kecerdasan
dan instrumental.
mahasiswa yang bisa digunakan
METODE PENELITIAN
untuk menyusun dan menetapkan
Metode yang digunakan dalam
keputusan atau langkah kebijakan, baik yang menyangkut mahasiswa, pendidik, maupun institusi mengelola
program
yang
ini
adalah
penelitian
kualitatif.
metode Penentuan
informan dalam penelitian ini dengan
pendidikan
menggunakan
(Syah, dalam Setyaningtyas, 2011). Faktor-faktor
penelitian
dengan
yang
kriteria
mempengaruhi prestasi belajar yang
teknik
pemilihan tertentu,
snowball berdasarkan
yang
menjadi
karakteristik informan antara lain 1)
6
mahasiswa yang sedang maupun pernah
menjadi
pekerjaan
mawapres;
orangtua
dan
Berdasarkan analisis yang telah
2)
dilakukan
3)
ditemukan
terhadap
4
informan,
pernyataan
mengenai
penghasilan orang tua dan uang saku
kemampuan
mawapres
dalam
yang
menghadapi
kesulitan
hingga
diterima
sehari-hari
untuk
selama
kehidupan
kuliah.
Alat
menemukan solusi atau jalan keluar.
pengumpul data yang digunakan
Berikut
adalah wawancara.
berdasarkan aspek dari AQ:
Cresswell (2010), menyatakan bahwa
analisis
proses
yang
data
1.
merupakan
berkelanjutan
adalah
Control
penjelasannya
(menanggapi
respon
negatif dengan respon positif)
yang
Respon atau tanggapan negatif
membutuhkan refleksi terus-menerus
yang diberikan oleh teman-teman
terhadap
mengajukan
informan adalah teman informan
pertanyaan-pertanyaan analitis, dan
merasa ilmu yang telah informan
menulis catatan singkat sepanjang
dapat tidak dibagi kepada mereka.
penelitian. Beberapa prosedur dalam
Respon negatif yang diberikan pada
melakukan
fenomenologi,
informan, tidak ditanggapi dengan
antara lain: Organisasi data, Koding,
negatif pula oleh informan. Informan
Menentukan tema, Mencari kategori,
memiliki
Mendeskripsikan
tinggi, karena mampu menanggapi
data,
studi
kategori,
control
(kendali)
yang
Pembahasan Hasil analisis.
respon negatif yang diberikan oleh
HASIL DAN PEMBAHASAN
teman-teman
7
informan,
serta
informan mampu mengendalikan diri
mempertimbangkan
penyebab
dengan baik.
timbulnya kesulitan dari luar dirinya,
Hal tersebut membuat informan
serta tidak menempatkan penyebab
akan mampu mengambil keputusan
timbulnya masalah tersebut pada diri
yang tepat dalam mengatasi masalah
informan saja.
atau kesulitan.
3. Reach (Kesulitan yang datang
2.
Origin-Ownership
(O2)
mempengaruhi kegiatan sehari-hari)
(menyadari kesulitan berasal dari diri
Berbagai
sendiri)
masalah
yang
dihadapi oleh informan tersebut,
Ketika
menghadapi
masalah,
terkadang belum terselesaikan dan
informan mengetahui bahwa awal
menimbulkan masalah yang baru.
dari permasalahan atau kesulitan
Masalah
tersebut adalah karena diri mereka
mempengaruhi kehidupan sehari-
sendiri, diantaranya karena kurang
hari atau kegiatan yang dikerjakan
disiplin,
oleh
kurang
mengingat
diri
baru
tersebut
informan,
begitu,
kepada Allah, serta karena sikap
informan
malas yang ada pada diri informan,
masalah atau kesulitan tersebut.
meski
begitu
keempat
dapat
mengatasi
informan
masalah
tetap
meski
tentu
menyelesaikan
Ketekunan, daya saing, serta
atau
keyakinan
tersebut
membuat
kesulitan yang muncul karena diri
informan
terus
berjuang,
mereka sendiri.
bersemangat, serta merasa optimis
Informan memiliki O2 yang
untuk
tinggi, dimana informan mampu
menyelesaikan
berbagai
macam masalah yang dihadapi, baik
8
yang berhubungan dengan masalah
baik, sebagai suatu proses dalam
mawapres maupun masalah kegiatan
pencapaian target atau impian
yang lain.
yang
4.
Endurance
(mampu
bertahan
dituju,
sebagai
suatu
kebutuhan untuk berprestasi, dan
dan berusaha untuk menyelesaikan
sebagai
kesulitan)
menjadi orang yang bermanfaat
Beberapa dihadapi dalam
oleh satu
kesulitan
yang
mawapres
datang
waktu,
suatu
proses
untuk
di lingkungan, sehingga dapat dikatakan
membuat
bahwa
mawapres
dalam memaknai suatu kesulitan
mawapres memiliki usaha seperti
sebagai sebuah tantangan.
meminta bantuan teman, membuat
SIMPULAN
skala prioritas, mengorbankan salah
Berdasarkan analisis data dan
satu tugas; dan berusaha menerbitkan
pembahasan
majalah.
quotient pada mahasiswa berprestasi
5. Hal
yang
mendasari
berikut:
adversity
1.
mahasiswa
sebagai
Mahasiswa yang memiliki peran
sebagai mahasiswa berprestasi atau
suatu
kesulitan
mawapres
sebagai
suatu
Adversity
kepercayaan pada
adalah berpestasi
memandang
adversity
maka dapat disimpulkan sebagai
mhasiswa berprestasi memiliki quotient
mengenai
memiliki
kemampuan
Quotient,
yang
yang
diberikan
kemampuan ini menjadi sumber dari
mawapres
untuk
seorang mawapres untuk merubah
menyelesaikan
tugas
dengan
keadaan
9
2.
Adanya
baik
teman
sesama
teman
mawapres
kuliah,
mendukung semangat mawapres
seperjuangan maupun
secara bersamaan, meskipun hal
saling
tersebut juga membuat informan
memberikan
stres, akan tetapi informan tetap
yang
dan membuat dapat
masalah atau kesulitan yang datang
seorang
berusaha
menyelesaikan
optimis
dapat
menyelesaikannya.
kesulitan yang dihadapi. 3.
dan
4.
Berbagai macam kesulitan yang
Terselesaikannya masalah atau
kesulitan
yang
dihadapi
oleh
dihadapi oleh informan, telah melalui
informan dipengaruhi oleh faktor
proses dalam menghadapi kesulitan
ketekunan, keyakinan,
atau yang disebut dengan Adversity
saing. Ketiga faktor tersebut juga
Quotient,
merupakan sumber AQ yg penting
diantaranya
yaitu:
Informan menyadari bahwa kesulitan
bagi seorang mawapres.
berasal dari diri sendiri dan tidak
5.
ingin menyalahkan orang lain, serta
Kesulitan
muncul
dan
datang. adalah
serta membuat informan merasa namun
informan
dengan
menyelesaikan
mempengaruhi kegiatan sehari-hari,
stres,
Informan mampu bertahan serta
berjuang
berusaha untuk mengatasi kesulitan tersebut;
dan daya
Hal
tetap
dalam
kesulitan
yang
yang
motivasi
mawapres.
gigih
mendasarinya
berprestasi
Informan
dari
melihat
kesulitan sebagai tantangan dengan
menyelesaikan kesulitan yang sedang
melakukan tugas yang dipercayakan
dihadapinya; Informan bertahan dan
oleh dosen atau pembimbing dengan
berusaha menyelesaikan beberapa
sebaik mungkin agar tugas yang
10
telah diberikan dapat dimanfaatkan
informan
oleh lingkungan.
dihadapi
Berdasarkan
penelitian
3.
yang
memberikan
atau
infrman
yang menjadi
sebagai
diharapkan
dapat
kemampuan tetap
melakukan
segala
pada
dimilikinya
para
peneliti
mahasiswa
yang
memiliki
prestasi yang rendah agar dapat
dalam
sesuatu
terlihat
dan
perbandingan
mengenai
adversity quotient pada mahasiswa berprestasi dan dapat memperdalam
atau jadwal yang lebih tertata serta dan
kepada
tambahan
mahasiswa berprestasi namun juga
diharapkan untuk membuat timeline
meningkatkan
sebagai
dapat
adverity quotient tidak hanya pada
mawapres,
tenang
ini
memperdalam tema yang ada tentang
meningkatkan
yang
penelitian
selanjutnya sehingga dapat lebih
Informan yang telah dan sedang
berperan
Hasil
informasi
mengajukan
beberapa saran sebagai berikut:
tema ini dengan penambahan jumlah
mengasah
informan yang berada di lingkungan
kemampuan yang telah dimiliki. 2.
oleh
dimanfaatkan
sudah dilakukan, maka peneliti dapat
dengan
kesulitan
berkurang.
SARAN
1.
agar
setempat.
Bagi lingkungan informan atau
teman-teman informan disarankan DAFTAR PUSTAKA
untuk lebih mengenal dan mengerti tentang mawapres serta bagaimana
Christina, M. J. (2012). Assessing the effectiveness of the adapted adversity quotient program in a special education school.
prosedurnya, juga tidak lupa untuk memberikan
dukungan
pada
11
Creswell, J.W. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Edisi Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprayitno, W. W. (2008). Roosseno: Jembatan dan Menjebatani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Nashori, F. (2007). Potensi-Potensi Manusia: Seri Psikologi Islam . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salim, S. &. (2002). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern Inggris Crash. Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 11 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Setyaningtyas, E. (2011). Hubungan Adversity Quotient (AQ) dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Kebidanan Universitas Sebelas Maret. (Karya Tulis Ilmiah Kedokteran). Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Shen,
C.-y. (2014). A study investigating the influence of demoghrapic variables on adversity quotient.
Stoltz, P. G. (2005). Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Jakarta: PT Grasindo. Sudarman, P. (2004). Belajar Efektif di Perguruan Tinggi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
12