SKRIPSI
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
Oleh SANTO FRIYADI MADUWU 11 02 194
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan
Oleh SANTO FRIYADI MADUWU 11 02 194
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
i
PERNYATAAN
HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah saya tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis yang dicantumkan dalam skripsi ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan,
Juli 2015
Santo Friyadi Maduwu
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IdentitasDiri
I.
1. Nama
: Santo Friyadi Maduwu
2. NIM
: 11.02.194
3. Tempat/Tanggal Lahir
: Gunungsitoli, 21 November 1992
4. Agama
: Kristen Protestan
5. Anak Ke-
: 3 (Tiga) dari 4 (Empat) Bersaudara
6. Status Perkawinan
: Belum Menikah
7. No. Hp
: 0823 665 667 54
8. Email
:
[email protected]
Identitas Orang Tua 1. Nama Ayah
: Ratago Maduwu
2. Nama Ibu
: Alm. Suriani Manao
3. Alamat Rumah
: Jalan Baru Kelurahan Pasar Telukdalam Kec. Telukdalam Kabupaten Nias Selatan
II. Riwayat Pendidikan 1. Tahun 1998 - 2004
: SDN Inpres No. 071122 Telukdalam
2. Tahun 2004 - 2007
: SMP Negeri 1 Telukdalam
3. Tahun 2007 - 2010
: SMA Negeri 1 Telukdalam
4. Tahun 2011 s/d Sekarang
: Sedang menyelesaikan Pendidikan S1 Keperawatan Di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
iii
PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
Skripsi, Juli 2015 Santo Friyadi Maduwu Hubungan Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015. xi + 51 hal + 6 tabel + 1 gambar + 12 Lampiran
ABSTRAK
Stres akademik merupakan kondisi individu yang mengalami tekanan dari masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Mahasiswa yang tidak mampu bertahan dengan masalah tersebut, terkadang dapat membuat seorang mahasiswa melakukan tindakan bunuh diri. Dalam ilmu psikologi, adversity quotient merupakan kemampuan seseorang bertahan dalam kesulitan yang dianggap dapat menurunkan tingkat stres seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa semester II Program Studi Ners berjumlah 112 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 79 orang diambil dengan teknik random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi spearman dengan α = 0.05 dan CI = 95 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa semester II memiliki nilai adversity quotient dengan kategori sedang (70,9%), sedangkan tingkat stres akademik mayoritas dengan kategori sedang (55,7%). Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan negatif (p value = 0,037 < 0,05, dengan nilai r = -0,235) antara adversity quotient dan stres akademik, dimana semakin tinggi adversity quotient maka stres akademik rendah. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menambahkan variabel lain yang berhubungan dengan stres akademik dan menambahkan jumlah sampel agar hasil penelitian lebih maksimal.
Kata Kunci
: Adversity Quotient, Stres Akademik
Daftar Pustaka : 37 (2002 – 2015)
iv
SCHOOL OF NURSING FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY UNIVERSITY OF SARI MUTIARA INDONESIA
Scription, July 2014 Santo Friyadi Maduwu Relationship Adversity Quotient With Academic Stress In The Second Semester Student Programme Studi Of Nursing Faculty Of Nursing And Midwifery University Sari Mutiara Indonesia 2015 xi + 51 pages + 6 tables + 1 image + 12 attachments ABSTRACT
Academic stres that the pressure is the condition of individual problems of dealing with education. A student who could not endure to this problem, sometimes can make a student perform the act of suicide. In the science of psychology, adversity quotient is a person ability to survive in difficulty that considered to reduce the stress of a person. The research aims to find the correlation adversity quotient with academic stress in the second semester student Programme Studi Of Nursing Faculty of Nursing and Midwifery University Sari Mutiara Indonesia 2015. The study uses a analitic correlation with cross sectional design. Population in this research in the second semester student Programme Studi Of Nursing total of 112 people. Sample the research of 79 people taken by simple random sampling technique. Statistical test used was spearman correlation α = 0,05 and CI = 95 %. The research results show that the majority of second semester students having value adversity quotient with two categoris of being (70,9 %), the rate of academic stress the majority with two categories of being (55,7%). The research indicate the negative correlation (p value = 0,037 < 0,05, with a value of r = -0,235) between adversity quotient and academic stress of the students, so the higher adversity quotient, the academic stress will be lowest. Is expected to further research in order to develop this research by adding other variables assoiated with academic stress the number sample in order maximize the results. Researchers expected to next can add other variables that deals with academic stress and the added the total sample to the the results of research to be maximum.
Key Word
: Adversity Quotient, Academic Stress
Bibliography : 37 (2002 – 2015)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada peneliti, dan atas berkat, rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Hubungan Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
Penyelesaian proposal penelitian ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015. Dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu: 1. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia Medan. 2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan sekaligus sabagai penguji I, yang telah memberikan berbagai arahan, bimbingan serta saran sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 3. Ns. Janno Sinaga, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan. 4. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan. 5. Ns. Amila, S.Kep, M.Kep, Sp.KMB, selaku Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Ns. Johansen Hutajulu AP., M.Kep, selaku Penguji II yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
vi
7. Ns. Normi Sipayung, S.Kep, M.Kep, selaku Penguji III yang telah meluangkan waktu serta pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. 8. Para dosen dan staf di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. 9. Keluarga peneliti terutama kedua orang tua penulis tercinta yang telah memberikan dukungan doa, semangat, material maupun moril. 10. Kakak, abang dan adik saya tersayang Fridawati Maduwu, Parnando Maduwu dan Budiman Jali Maduwu yang selalu memberikan banyak dukungan, doa dan semangat kepada peneliti 11. Teman-teman serta semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
Medan,
Agustus 2015 Peneliti
Santo Friyadi Maduwu
vii
DAFTAR ISI Hal COVER PERNYATAAN ............................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
i ii iii vi v vii ix x xi
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................... C. Tujuan Penelitian ..................................................................... D. Manfaat Penelitian ...................................................................
1 1 5 5 6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS .............................................................. A. Adversity Quotient ................................................................... 1. Pengertian Adversity Quotient .......................................... 2. Tipe-tipe Adversity Quotient ............................................ 3. Dimensi-dimensi Adversity Quotient ............................... 4. Peran Adversity Quotient Dalam Kehidupan.................... B. Mahasiswa .............................................................................. C. Stres Akademik ....................................................................... 1. Konsep Stres ..................................................................... 2. Pengertian Stres Akademik .............................................. 3. Etiologi Stres .................................................................... 4. Stresor ............................................................................... 5. Respon Stres ..................................................................... 6. Kemampuan Individu Menahan Stres .............................. 7. Dampak Stres Akademik .................................................. 8. Tingkatan Stres ................................................................. D. Hasil-hasil Penelitian Terkait .................................................. E. Kerangka Konsep .................................................................... F. Hipotesa Penelitian ..................................................................
7 7 7 8 12 15 17 18 19 19 20 22 23 25 27 29 30 32 32
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ A. Jenis Penelitian ........................................................................ B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 1. Lokasi Penelitian ............................................................. 2. Waktu Penelitian ............................................................. C. Populasi dan Sampel ...............................................................
33 33 33 33 33 33
viii
1. Populasi ........................................................................... 2. Sampel ............................................................................. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... Definisi Operasional ................................................................ Aspek Pengukuran ................................................................... 1. Adversity Quotient ............................................................ 2. Stres Akademik ................................................................ Etika Penelitian ........................................................................ Pengolahan Data ..................................................................... Analisa Data ...........................................................................
33 33 35 35 36 36 37 38 39 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... A. Hasil Penelitian ........................................................................ 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................ 2. Analisa Univariat .............................................................. 3. Analisa Bivariat ................................................................. B. Pembahasan ............................................................................. 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil ........................................... a. Adversity Quotient ....................................................... b. Stres Akademik ........................................................... c. Hubungan Adversity Quotient dengan stres akademik 2. Keterbatasan Penelitian .....................................................
42 42 42 42 44 45 45 45 47 50 53
BAB V
54 54 54
D. E. F.
G. H. I.
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................
35
Tabel 3.2 Skala Adversity Quotient ............................................................
36
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 ..........................................
42
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UniversitasSari Mutiara Indonesia Tahun 2015 ........................
43
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stres Akademik Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UniversitasSari Mutiara Indonesia Tahun 2015 ........................
43
Tabel 4.4 Tabulasi Silang Adversity Quotient Dengan Stres Akademik pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 ...............................................................
44
x
DAFTAR GAMBAR Hal
Gambar 2.1
Pengelompokan AQ Dengan Hirarki Kebutuhan Maslow …..
xi
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 2
: Lembar Persetujuan Menjadi Respoden
Lampiran 3
: Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
: Lembar Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Lampiran 5
: Surat Izin Memperoleh Data Dasar
Lampiran 6
: Surat Permohonan Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Lampiran 7
: Surat Balasan Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Lampiran 8
: Surat Izin Penelitian
Lampiran 9
: Master Data
Lampiran 10 : Hasil Output SPSS Lampiran 11 : Lembar Konsul Skripsi Lampiran 12 : Lembar Berita Acara
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stres merupakan salah satu masalah sering dialami oleh setiap orang, demikian juga dengan mahasiswa. Tuntutan aktivitas yang tidak sanggup dijalani merupakan salah satu faktor terjadinya stres pada seorang (Potter & Perry 2005). Perlu diketahui bahwa stres juga merupakan salah satu faktor terjadinya ganguan jiwa pada seseorang, dengan demikian apabila kejadian stres pada seseorang tidak bisa diatasi, maka orang tersebut akan lebih mudah mengalami gangguan jiwa. Menurut Keliat (2015 dalam wardana, 2015) bahwa mahasiswa bisa mengalami gangguan jiwa hanya sebatas stres karena banyaknya tugas-tugas kuliah yang berpacu dengan waktu dan dituntut lebih konpetatif . Stres pada dasarnya dapat memberikan dampak positif jika diperlukan, namun apabila terlalu banyak stres pada seseorang tentu akan menjadi masalah bagi individu tersebut (Potter & Perry, 2005). Stres yang sering dialami oleh seseorang mahasiswa yaitu stres akademik dan hampir 80 % remaja termasuk mahasiswa akan mengalami stres akademik. Stres akademik berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan selama kuliah di perguruan tinggi (Govarest & Gregoire, 2004). Perubahan sistem yang terjadi selama menjalani perkuliahan merupakan salah satu stresor bagi seorang mahasiswa, sebab tidak semua orang dapat beradaptasi dan mengatasi stresor akibat perubahan tersebut, sehingga akan ada yang mengalami stres, gangguan penyesuaian diri, maupun sakit (Sumiati, dkk, 2010). Menurut Govarest & Gregoire (2004) kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan tuntutan akademik, penundaan dalam penyelesaian tugas, prestasi akademik yang rendah dan masalah kesehatan merupakan dampak dari mahasiwa mengalami stres akademik. Ketidakmampuan memanajemen
1
stresor akademik, juga dapat mengakibatkan seseorang nekat bunuh diri, seperti dilansir pada berita Tribunnews.com bahwa seorang mahasiswi di Sukoharjo gantung diri, sebab mengalami stres karena skripsinya tidak kunjung kelar (Tribunnews, 2015). Sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya dianggap memiliki manajemen stres yang baik, hal ini dikarenakan sebagai salah satu tugas perawat yaitu konseling dalam UU Kep. No 38 pasal 30 ayat 2 (Depkes, 2014). Sebagai konseling yang baik, seorang perawat harus bisa menangani kondisi pasien, termasuk jika pasien sedang mengalami kondisi stres akibat lamanya masa pengobatan yang dijalani. Nursalam (2009) menyampaikan dalam seminar nasional keperawatan bahwa pasien yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit akan mengalami kecemasan dan stres pada semua tingkat usia, hal ini disebabkan karena kecemasan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang menunggu selama perawatan. Berdasarkan hal tersebut, bagaimana seorang perawat bisa membantu pasien yang sedang mangalami kondisi stres, jika kondisi stres yang dialami selama menjadi mahasiswa tidak mampu diatasinya. Penelitian yang dilakukan Purwati (2012) pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dari 104 orang responden, yang mengalami stres akademik ringan 32 orang, stres akademik sedang 45 orang, stres akademik berat 12 orang dan stres akademik sangat berat 2 orang. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sarina (2012) terhadap mahasiswa tahun pertama, dari 122 orang responden terdapat 43 orang yang mengalami stres akademik ringan, 63 orang yang mengalami stres sedang dan 16 orang yang mengalami stres akademik berat. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata mahasiswa berada dalam stres akademik tingkat sedang. Menurut Poter & Perry (2005)
2
situasi tingkat stres sedang merupakan keadaan yang bersifat beresiko mengalami dampak stres, seperti kegagalan menyelesaikan akademik, berperilaku
negatif
seperti
merokok,
minum-minuman
beralkhohol,
penyalahgunaan NAPZA serta dapat berujung pada kematian seperti tindakan bunuh diri. Menurut Suyanto & Jihad (2013) seorang anak tidak bisa belajar efektif dalam kondisi stres. Situasi ini tentu menjadi sebuah keprihatinan bagi profesi keperawatan nantinya, sebab dengan kondisi stres akademik yang terus terjadi, membuat pembelajaran praktik keperawatan kurang efektif, sehingga pelaksanaan praktik keperawatan baik selama sebagai mahasiswa di praklinik atau didunia kerja, akan terlaksana kurang baik dan hal ini akan mempengaruhi kondisi pasien yang sedang berobat. Untuk itu diharapkan bahwa seorang mahasiswa mampu mengevaluasi kemampuannya dalam menangani stresor yang dihadapinya. Dalam ilmu psikologi, ada sebuah intelektualisasi atau kecerdasan yang diketahui mampu mengukur tentang kemampuan seseorang dalam mengatasi kesulitan hidup, yaitu dikenal dengan adversity quotient (Stoltz, 2005). Menurut Stoltz (2005) Jika seseorang memiliki kecerdasan adversity quotient yang tinggi akan menjadikan seseorang memiliki kegigihan dalam hidup dan tidak mudah menyerah dan sebaliknya, jika rendah maka orang itu akan rapuh dan mudah menyerah. Nilai adversity quotient pada seseorang dapat mempengaruhi tingkat stres yang di alaminya, sebab daya juang yang tinggi dan kegigihan, membuat orang tersebut dapat mengatasi berbagai stresor yang dihadapi, terlebih jika itu berkaitan dengan masalah akademiknya. Peningkatan adversity quotient menjadi penting, karena dapat memperbaiki ketahanan seseorang untuk menghadapi berbagai keadaan, baik itu keadaan yang menyenangkan maupun yang sulit (Wangsadinata & Suprayitno, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara adversity quotient dengan tingkat stres (p value = 0,00<0,05 dan r = -0,504). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan
3
negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan stres kerja (Palupi, 2005 dalam Ismirani, 2011). Penelitian ini didukung oleh Niven (2002) yang menyatakan bahwa intelektualisasi tidak mengurangi ukuran fisiologis dari stres, sebab dari beberapa hasil penelitian bahwa intelektualisasi tidak terbukti seefektif pemusatan sensasi untuk mengurangi stres fisiologis. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang berkaitan dengan intelektualisasi salah satunya adversity quotient belum dapat dinyatakan mampu menurunkan tingkat stres pada seseorang. Dalam kondisi stres diperlukan manajemen stres yang berupa teknik relaksasi dan meditasi untuk menurunkan tingkat stres yang dialami (Niven, 2002). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap lebih dari 300.000 mahasiswa tingkat satu dilebih dari 500 kampus dan universitas, bahwa saat ini lebih banyak mahasiswa tingkat satu yang mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan yang dulu (Sax, dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Hal inilah yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian kepada mahasiswa tahun
pertama
perkuliahan,
dikarenakan
mahasiswa
tahun
pertama
perkuliahan mengalami proses transisi dari siswa menjadi mahasiswa. Saat memasuki perguruan tinggi, penyesuaian terhadap kehidupan kampus adalah salah satu masa transisi yang harus mereka jalani, sebab lingkungan dan tuntutan aktivitas dalam perguruan tinggi belum mereka kenal sebelumnya (Blimling & Miltenberger, 1981 dalam Sarina, 2012). Pada proses transisi, seharusnya setiap mahasiswa memiliki manajemen atau kontrol aktivitas, sebab banyak stresor yang akan dihadapi selama masa transisi maupun adaptasi dan jika tidak teratasi, maka akan berpengaruh pada kehidupan mahasiswa itu sendiri (Santrock, 2007). Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai nilai adversity quotient yang tinggi dianggap memiliki kepribadian individu yang memiliki daya juang tinggi dan pantang menyerah, diharapkan dapat mengatasi dan mengontrol terhadap berbagai masalah atau stresor yang dihadapi selama perkuliahan (Stoltz, 2005), sebab individu yang merasa bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi pada
4
mereka, maka telah mengalami stres tingkat tinggi (Cohen, 1980 dalam Niven 2002). Hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia, dari 8 responden 5 diantaranya dapat dinyatakan mengalami stres akademik, hal ini didasari oleh mengeluhnya para mahasiswa dengan jadwal perkuliahan yang berubah-ubah sehingga terkadang mahasiswa malas kuliah, banyaknya tugas yang harus diselesaikan sehingga sering menunda-nunda untuk menyelesaikannya, kurangnya kegiatan kemahasiswaan sehingga merasa jenuh dan sebagainya. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian tentang apakah ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015
2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui tingkat adversity quotient pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015
5
2. Mengetahui tingkat stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian dapat menjadi acuan bagi para mahasiswa untuk meningkatkan koping atas stresor yang ada, terutama meningkatkan nilai adversity quotient, sehingga tetap pantang menyerah dan mampu memanajemen stresor yang dialami dalam menyelesaikan tuntutan kehidupan akademiknya.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan, dimana sebagai wadah dalam mendidik tentu harus memperhatikan masalah yang dialami para mahasiswanya, seperti mengevaluasi peran dari dosen Pembimbing Akademik (PA) yang berperan sebagai sumber bantuan nasehat akademik kepada para mahasiswa, memilih metode pembelajaran yang baik serta mengevaluasi kegiatan kemahasiswaan yang dianggap sebagai salah satu cara yang membuat seorang mahasiswa menyalurkan bakat dan minatnya, sehingga dapat mengurangi rasa jenuh dan bosan terhadap aktivitas rutin yang sering dijalani.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan dasar maupun referensi bagi penelitian berikutnya, terutama yang berhubungan dengan adversity quotient dan stres akademik pada mahasiswa.
6
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Adversity Quotient 1. Pengertian Adversity Quotient Adversity Quotient (AQ) dikembangkan pertama kali oleh Paul G. Stoltz, seorang konsultan yang sangat terkenal dalam topik-topik kepemimpinan di dunia kerja dan dunia pendidikan berbasis skill. Stoltz menganggap bahwa IQ dan EQ tidaklah cukup dalam menilai atau meramalkan kesuksesan terhadap seseorang, melainkan dari daya juangnya dalam mengatasi segala rintangan dan hambatan yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Adversity Quotient (AQ) adalah bentuk kecerdasan yang berupa kemampuan dalam menghadapi kesulitan dalam keadaan sukses (Habsari, 2005). Kecerdasan Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup (Stoltz, 2005).
Dalam buku Properthic Intelegence (Stoltz, 2005), disebutkan kecerdasan adversity quotient merupakan suatu potensi, dimana dengan potensi ini seseorang dapat mengubah hambatan menjadi peluang. Stoltz (2005) menyatakan bahwa suksesnya suatu pekerjaan dan hidup seseorang ditentukan oleh adversity quotient. Adapun analisa Stoltz (2005) yang menjelaskan konsep dan manfaat yang dapat diperoleh dari adversity quotient, yaitu: a. Adversity Quotient (AQ) menyatakan seberapa tegar seseorang menghadapi kemalangan dan menerima sebuah tantangan; b. Adversity Quotient (AQ) meramalkan siapa yang mampu mengatasi kesulitan dan siapa yang hancur;
7
c. Adversity Quotient (AQ) meramalkan siapa yang akan melampaui harapan-harapan kinerja dan potensi mereka serta siapa yang akan gagal; d. Adversity Quotient (AQ) memperkirakan putus asa dan siapa yang bertahan.
Menurut Habsari (2005) dalam adversity quotient yang menjadi sorotan adalah kemampuan seseorang, bagaimana individu tersebut bertahan ketika dia menghadapi kesulitan. Dengan demikian, adversity quotient mampu memprediksi seseorang atau individu pada tampilan motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, energi, harapan, kegembiraan, vitalitas dan kesenangan, kesehatan mental, kesehatan jasmani, daya tahan, fleksibilitas, perbaikan sikap, daya hidup dan respon terhadap perubahan (Stoltz, 2005).
2. Tipe-tipe Adversity Quotient Stoltz (2005) mengatakan bahwa kita dilahirkan dengan satu dorongan inti yang manusiawi untuk terus mendaki. Dorongan mendaki artinya mengerakkan tujuan hidup kedepan dan merupakan perlombaan naluriah kita melawan waktu dalam menyelesaikan tugas sebanyak mungkin, baik tugas tertulis maupun tidak tertulis, dengan megerjakan semampu kita dalam batas waktu yang ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, Stoltz (2005) kemudian mengelompokkan beberapa individu berdasarkan pada sebuah kisah para pendaki gunung yang hendak menaklukan puncak gunung. Stoltz (2005) mengemukakan bahwa ada pendaki yang menyerah sebelum pendakian selesai, ada yang merasa cukup puas sampai pada ketinggian tertentu dan ada pula yang benar-benar berkeinginan menaklukan puncak tersebut. Adapun pengelompokan tersebut merupakan bagian dari adversity quotient, antara lain (Stoltz, 2005) : a. Mereka Yang Berhenti (Quitters)
8
Quitters adalah orang-orang yang berhenti ditengah pendakian. Kelompok individu seperti ini gampang putus asa, mudah menyerah, mudah puas dengan pemuas kebutuhan dasar fisiologis saja, cenderung pasif, tidak bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan. Kelompok ini cenderung menolak perubahan karena kapasitasnya yang minimal, sehingga dianggap memiliki nilai adversity quotient yang rendah. b. Mereka Yang Berkemah (Campers). Kelompok individu yang pergi tidak seberapa jauh dan lalu berkata, sejauh ini sajalah saya mampu mendaki sehingga tidak mencapai puncak, sudah puas dengan apa yang dicapai. Kelompok individu seperti ini yang sedikit lebih baik dari quitters, sehingga kelompok ini dianggap memiliki nilai adversity quotient yang lumayan tinggi atau sedang, yaitu masih mengusahakan terpenuhinya kebutuhan rasa aman dan keamanan dan kebersamaan, serta masih bisa melihat dan merasakan tantangan pada skala hirarki Maslow. Kelompok ini juga tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan, karena terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Namun, dalam menghadapi kesulitan kelompok ini akan menimbang resiko dan imbalan, sehingga tak pernah mencapai apa yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya. c. Pendaki (Climbers) Climbers yaitu orang yang selalu berupaya mencapai puncak pendakian yaitu kebutuhan aktualisasi diri pada skala kebutuhan Maslow serta siap menghadapi berbagai rintangan. Kelompok ini memang menantang perubahan-perubahan dan kesulitan ataupun krisis yang akan dihadapi walaupun perlu banyak energi, dedikasi dan pengorbanan. Pada kelompok ini dianggap memiliki nilau adversity quotient yang tinggi.
9
Gambar 2.1 Pengelompokkan AQ dengan Hirarki Kebutuhan Maslow (Stoltz, 2005)
Menurut Stoltz (2005) manusia memiliki respon yang berbeda-beda dalam usahanya mencapai keberhasilan. Dorongan untuk mencapai keberhasilan disebut dapat dilihat sama halnya seperti karakter sejumlah orang dalam mendaki sebuah gunung. Sosok quitters mempunyai kemampuan kecil atau bahkan tidak mempunyai sama sekali. Namun, dengan bantuan mereka dapat dibawa kembali untuk menyalakan dorongan tersebut. Campers adalah sosok yang mungkin telah menghadapi cukup banyak kesulitan sampai menemukan tempat berkemah di gunung. Kesulitan ini jugalah
yang
pada
akhirnya
mendorong
campers
untuk
mempertimbangkan berbagai resiko dan imbalannya, yang akhirnya menghentikan pendakiannya. Campers hidup dengan keyakinan bahwa setelah beberapa tahun atau setelah melakukan sejumlah usaha, hidup seharusnya relatif bebas dari kesulitan. Campers yang berkemah secara permanen harus membayar mahal sekali, karena mereka tidak akan pernah tahu menyelesaikan apa yang sebetulnya bisa mereka kerjakan.
Climbers tidak asing terhadap hal yang sulit. Kehidupan mereka memang menghadapi dan mengatasi arus rintangan yang tiada hentinya. Oleh
10
karena itu, kebalikan dari campers dan quitters. Climbers tidak melanjutkan pendakian justru karna kurangnya tantangan. Climbers memahami bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup. Jadi, menghindari kesulitan sama saja dengan menghindari kehidupan. Kebanyakan diantara kita mengetahui apa yang dibutuhkan supaya bisa sukses. Kita diberkahi berbagai macam unsur penting untuk mencapi kesuksesan. Tetapi, kenyataannya adalah jika seseorang memiliki adversity quotient rendah, maka tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan, potensinya juga akan tetap kerdil. Sebaliknya, orang dengan AQ yang cukup tinggi akan bertahan dan berkembang pesat atau sukses (Stoltz, 2005).
Bagi seorang mahasiswa tidak menutup kemungkinan banyak sekali hambatan dalam perjalanannya menuntut ilmu. Aktifitas belajar yang begitu fulltime atau padat, tidak menutup kemungkinan mengakibatkan gangguan fisik dan psikis yang selalu membuat hari-hari mereka terlihat jenuh dan hal ini bisa menjadi sesuatu hal yang membuat mereka malas belajar yang akhirnya prokastinasi akademik. Beban akademik yang diterima tentu juga akan menjadi beban dan dapat mengakibatkan stres pada mahasiswa jika tidak mampu diselesaikan, belum lagi tuntuantuntutan lainya. Hal ini diharapkan seorang mahasiswa memiliki daya juang tinggi seperti hanya seorang climbers (Stoltz, 2005).
Mahasiswa yang mempunyai jiwa quitters cenderung pasif, tidak bergairah untuk mencapai puncak keberhasilan dan biasanya berbuat apa adanya dan hanya melakukan apa yang ada di hadapanya, cenderung tidak ingin untuk berbuat yang optimal dalam belajar dan prestasinya jadi stagnan (menetap) serta minder dengan kemampuanya. Mahasiswa seperti ini cenderung menolak perubahan karena kapasitasnya yang minimal. Mahasiswa yang mempunyai jiwa campers cenderung masih mengusahakan terpenuhinya kebutuhan rasa aman dan keamanan dan kebersamaan yang terlihat pada
11
skala hirarki Maslow (Gambar 2.1). Individu ini juga tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan dalam menghadapi kesulitan akan menimbang resiko dan imbalan sehingga tidak pernah mencapai apa yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya, terutama persaingan di kelas dalam meraih prestasi belajar masih kurang optimal (Stoltz, 2005).
Yang terakhir adalah mahasiswa yang memiliki jiwa climbers cenderung selalu berupaya mencapai puncak pendakian yaitu kebutuhan aktualisasi diri pada skala kebutuhan Maslow yang siap menghadapi berbagai rintangan. Mahasiswa seperti ini memang menantang perubahanperubahan. Kesulitan ataupun krisis akan dihadapi walaupun perlu banyak energi, dedikasi dan pengorbanan. mahasiswa yang mempunyai jiwa climbers mempunyai semangat untuk berprestasi, meraih apa yang belum diraih dan selalu merasa yakin dengan dirinya dalam melakukan yang terbaik untuknya ( Stoltz, 2005).
3. Dimensi-dimensi Adversity Quotient Stoltz (2007, dalam Ekasari dan Hafizhoh, 2009) menyebutkan ada empat dimensi yang menyusun adversity quotient seseorang. Empat dimensi ini adalah dasar untuk menentukan tingkat adversity quotient seseorang. Empat dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut (Stoltz, 2005) : a. Kendali Diri (Control) Dimensi ini ditunjukan untuk mengetahui seberapa banyak kendali yang dapat kita rasakan terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Hal yang terpenting dari dimensi ini adalah sejauh mana individu dapat merasakan bahwa kendali tersebut berperan dalam peristiwa yang menimbulkan kesulitan, yang artinya kemampuan individu
dalam
mempengaruhi
secara
positif
serta
mampu
mengendalikan respon terhadap sebuah situasi yang dialami. Dimensi ini memiliki dua fase yaitu pertama, sejauh mana seseorang mampu
12
mempengaruhi secara positif suatu situasi. Kedua, yaitu sejauh mana seseorang mampu mengendalikan respon terhadap suatu situasi.
Individu yang AQ nya cukup tinggi akan merasakan kendali yang lebih besar atas berbagai peristiwa dalam kesehariannya dibandingkan dengan individu yang lain dengan AQ yang rendah. Individu-individu yang nilai AQ tinggi relatif kebal terhadap ketidakberdayaan. Individu ini merasakan tingkat kendali, tampak mereka dilindungi oleh suatu medan gaya yang tidak dapat ditembus yang membuat mereka tidak jatuh kedalam keputusan yang tak berdasar. Merasakan tingkat kendali, bahkan yang terkecil sekalipun, akan membawa pengaruh yang radikal dan sangat kuat pada tindakan-tindakan serta pikiranpikiran yang mengikutinya.
b. Asal-usul dan Pengakuan (Origin dan Ownership) Asal- usul dan pengakuan yaitu suatu kemampuan individu dalam menempatkan perasaan dirinya dengan berani menanggung akibat dari situasi
yang ada, sehingga menciptakan pembelajaran dalam
melakukan perbaikan atas masalah yang terjadi. Dimensi ini mempertanyakan siapa atau apa yang menimbulkan kesulitan dan sejauh mana seseorang menganggap dirinya sebagai penyebab dan asal usul kesulitan seperti penyesalan, pengalaman dan sebagainya. Dimensi ini juga mengukur sejauh mana seseorang menanggung akibat dari situasi saat itu, tanpa mempermasalahkan penyebabnya dan dimensi ini mempunyai keterkaitan dengan rasa bersalah.
Individu yang AQ nya rendah cenderung menempatkan rasa bersalah yang tidak semestinya atas peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi. Rasa bersalah yang adil dan tepat diperlukan untuk menciptakan pembelajaran yang kritis atau lingkaran umpan balik yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Kemampuan untuk
13
menilai apa yang dilakukan dengan benar atau salah dan bagaimana memperbaikinya
merupakan
hal
yang
mendasar
untuk
mengembangkan pribadi.
c. Jangkauan (Reach) Dimensi ini merupakan bagian dari AQ yang mengajukan pertanyaan sejauh mana kesulitan yang dihadapi akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu seperti hambatan akibat panik, hambatan akibat malas dan sebagainya. Kemampuan individu dalam menjangkau dan membatasi masalah agar tidak menjangkau bidang-bidang yang lain dimensi ini melihat sejauh mana individu membiarkan kemalangan menjangkau bidang lain pekerjaan dan hidup individu.
Respon dengan AQ rendah akan membuat kesulitan dalam segi-segi yang lain dari kehidupan individu, semakin besar pula kemungkinan individu
menganggap
peristiwa
buruk
sebagai
bencana
dan
membiarkannya meluas, serta menganggu kebahagiaan dan ketenangan pikiran individu saat prosesnya berlangsung. Sebaliknya, individu yang memiliki AQ yang tinggi relatif mampu membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi. Misalnya adalah sebuah konflik, dimana suatu peristiwa itu mungkin akan melibatkan komitmen dan tindakan lebih lanjut, bukan berarti hidup akan hancur.
d. Daya Tahan (Endurance) Dimensi keempat ini dapat diartikan ketahanan, yaitu dimensi yang mempertanyakan dua hal yang berkaitan dengan berapa lama penyebab kesulitan itu akan terus berlangsung dan bagaimana tanggapan individu terhadap waktu dalam menyelesaikan masalah, seperti waktu bukan masalah. Dimensi ini mengukur kemampuan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan sebagainya.
14
Daya tahan yaitu kemampuan individu dalam mempersepsi kesulitan, dan
kekuatan
dalam
menghadapi
kesulitan
tersebut
dengan
menciptakan ide dalam penyelesaian masalah sehingga ketegaran hati dan keberanian dalam penyeleasaian masalah dapat terwujud di dimensi ini, berupaya melihat berapa lama seseorang mempersepsi kemalangan ini akan berlangsung. Individu yang mempunyai AQ rendah mempunyai kemungkinan yang besar untuk menganggap kesulitan dan penyebabnya akan berlangsung lama, hal ini akan berakibat pada keraguan (pesimis) individu dan ketidakberdayaan.
4. Peran Adversity Quotient Dalam Kehidupan Menurut Wangsadinata & Suprayitno (2008) bahwa peningkatan adversity quotient menjadi penting, karena dapat memperbaiki ketahanan seseorang untuk
menghadapi
berbagai
keadaan,
baik
itu
keadaan
yang
menyenangkan maupun yang sulit. Stoltz (2005) mengindikasikan bahwa adversity quotient mempunyai kontribusi yang sangat besar karena faktorfaktor kesuksesan dalam hidup, karena dipengaruhi oleh kemampuan pengendalian serta cara kita merespon kesulitan yang diperlukan untuk meraih dan menyelesaikan tantangan. Peran adversity quotient dalam kehidupan sehari-hari adalah (Stoltz, 2005) :
a. Daya Saing Menurut penelitian Jasson Stterfield dan Martin Seligman, terhadap retorika Saddan Hussen dan Josh Bush, menemukan bahwa orangorang yang merespon kesulitan secara lebih optimis, bisa diramalkan akan bisa bersikap lebih agresif dan mengambil lebih banyak resiko, sedangkan reaksi yang lebih pesimis terhadap kesulitan menimbulkan lebih banyak sikap pasif dan berhati-hati. b. Produktivitas Dalam sejumlah penelitian yang dilakukan di perusahaan-perusahaan, orang yang merespon kesulitan secara destruktif terlihat kurang
15
produktif dibandingkan dengan orang yang tidak destruktif. Selligman membuktikan bahwa orang yang tidak merespon kesulitan dengan baik menjual lebih sedikit, kurang berproduksi, dan kinerjanya lebih buruk daripada mereka yang merespon kesulitan dengan baik. c. Kreativitas Inovasi merupakan tindakan yang berdasarkan suatu harapan. Inovasi membutuhkan keyakinan bahwa sesuatu yang sebelumnya tidak ada dapat menjadi ada. Menurut Joel Barker, kreativitas juga muncul dari keputusasaan. Oleh karena itu, kreatifitas menuntut kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal- hal yang tidak pasti. Saya telah mengamati bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari itu bisa menghancurkan kreativitas orang-orang yang cemerlang dan berbakat. Orang-orang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak mampu bertindak kreatif. d. Motivasi Dalam sebuah perusahaan farmasi seorang direktur mengurutkan timnya sesuai dengan motivasi mereka yang terlihat. Kemudian mengukur AQ anggota timnya tanpa terkecuali baik berdasarkan pekerjaan harian maupun untuk jangka panjang, mereka yang adversity quotient tinggi dianggap sebagai orang–orang yang paling memiliki motivasi. e. Mengambil Resiko Dengan tiadanya kemampuan memegang kendali, tidak ada alasan untuk mengambil resiko. Orang-orang yang merespon kesulitan secara lebih konstruktif bersedia mengambil lebih banyak resiko. Resiko merupakan aspek esensial dalam mengambil sebuah tantangan. f. Perbaikan Kita berada di era yang terus-menerus melakukan perbaikan supaya bisa bertahan hidup. Apakah itu dalam suatu menemukan penyebabpenyebab berbagai macam kondisi medis, banyak yang menemukan dirinya memasuki wilayah baru dan mempertanyakan cara-cara
16
berpikir
lama.
Perbaikan
sangat
diperlukan
dalam
upaya
mempertahankan hidup. Diperlukan perbaikan untuk mencegah supaya tidak ketinggalan zaman dalam karir dan hubungan- hubungan dengan orang lain.
Persepsi kendali atas kehidupan anda memainkan peran sentral dalam kesehatan emosional dan jasmaniah anda. Cara anda merepon peristiwaperistiwa dalam hidup bisa menimbulkan akibat-akibat yang mendalam terhadap kesehatan dan kemampuan anda dalam berproses. Emosi dan pola-pola berpikir memainkan peran yang sangat penting dalam kesehatan mental dan fisik. Dr. Steven Locke telah melakukan penelitian pada sekelompok mahasiswa sarjana muda dari Harvard untuk mengetahui tingkat stres yang diderita, bagaimana mereka merespon kesulitan dan kekebalan mereka. Dia menemukan bahwa mereka yang menghadapi dengan buruk, yaitu mahasiswa-mahasiswa yang melaporkan tingginya tingkat depresi serta kecemasan sebagai respon terhadap stres (salah satu bentuk kesulitan), memiliki sel-sel pembunuh alami yang memang lebih lemah. Bagaimana seseorang merespon kesulitan akan mempengaruhi komposisi kimiawi serta kesehatan fungsi-fungsi kekebalannya (Stoltz, 2005).
B. Mahasiswa Menurut Budiman (2006) mahasiswa adalah orang yang belajar pada jenjang perguruan tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian jenjang pendidikan tinggi yang meliputi pendidikan diploma, sarjana, magister atau spesialis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) mahasiswa adalah individu yang belajar di jenjang perguruan tinggi. Mahasiswa merupakan orang yang sudah lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sedang menempuh proses belajar di pendidikan tinggi serta melaksanakan proses sosialisasi (Daldiyono, 2009).
17
Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di harapkan mampu memahami konsep, dapat memetakan permasalahan dan memilih solusi terbaik untuk permasalahan tersebut sesuai dengan pemahaman yang telah di pelajari. Sebagai seorang mahasiswa hanya diri sendiri yang menentukan apakah akan berjalan baik atau tidak, sebab semua seperti dalam kondisi bersaing. Berkelompok dalam mengerjakan tugas tentu ada, namun setiap individu tentu akan berusaha untuk menjadi yang terbaik, tidak jarang semua itu akan menguras emosi, pikiran, dan tenaga (Ekaputra, 2014). Perubahan dan tuntutan yang sering dihadapi sebagai mahasiswa perantau, yaitu seperti perubahan sistem pendidikan, lingkungan baru, teman baru, budaya sosial yang baru, nilai-nilai sosial baru, tuntutan untuk hidup mandiri di perantauan, serta tanggung jawab pribadi saat merantau. Kondisi tersebut juga memicu stres, terutama pada mahasiswa yang lebih sering mendapat masalah tersebut. Stres pada remaja cenderung dikategorikan pada stres psikosial hal ini disebabkan karena tuntutan yang diberikan kepada remaja agar berperan dengan baik dalam berdaptasi terhadap perubahan fisik, emosional, intelektual, spiritual, dan ketidekefektifan mekanisme koping dapat memicu seseorang remaja untuk berperilaku negatif, seperti merokok, minum minuman berakohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007 dalam Purwati 2012). Tuntutan akademik yang dihadapi oleh mahasiswa menjadi stresor bagi mahasiswa. Lubis & Nurlaila (2010 dalam Wulandari, 2012) mengatakan bahwa dalam menyelesaikan akademiknya, mahasiswa dihadapkan pada kondisi ujian, adaptasi terhadap perubahan kehidupan perkuliahan, perbedaan bahasa yang digunakan, dan dalam biaya perkuliahan. Mahasiswa baru pada umumnya memiliki masalah pada penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan sekitar, baik dalam hal lingkungan pergaulan maupun terhadap sistem akademik. Penyesuaian diri terhadap tuntutan dan perubahan tersebut diperlukan sebagai mekanisme yang efektif untuk mengatasi stres dan
18
menghindarkan terjadinya krisis psikologis (Calhoun dan Acocella, 1990 dalam Ubaidilah, 2013).
C. Stres Akademik 1. Konsep Stres Setiap
orang
mengalami
sesuatu
yang
disebut
stres
sepanjang
kehidupannya. Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, suatu stres dapat positif dan bahkan diperlukan. Namun, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi terhadap masalah (Potter & Perry, 2005). Stres adalah segala situasi dimana tuntututan nonspesifik mengharuskan seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976 dalam Sunaryo, 2014).
Brecht (2000, dalam Sunaryo, 2014) mengungkapkan bahwa stres gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, baik yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di lingkungan tersebut. Stres yang sering dialami oleh seseorang mahasiswa yaitu stres akademik. Menurut Govarest & Gregoire (2004) hampir 80 % remaja termasuk mahasiswa akan mengalami stres akademik.
2. Pengertian Stres Akademik Stres yang sering dialami oleh seseorang mahasiswa yaitu stres akademik dan hampir 80 % remaja termasuk mahasiswa akan mengalami stres akademik (Govarest & Gregoire, 2004). Olejnik dan Holschuh (2007, dalam Zuama, 2013) menguraikan mengenai stres akademik, yaitu suatu respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan individu. Stres akademik berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kehidupan akademik. Stres akademik diartikan
19
sebagai suatu kondisi atau keberadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stresor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi (Govarest & Gregoire, 2004).
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap lebih dari 300.000 mahasiswa tingkat satu dilebih dari 500 kampus dan universitas, bahwa saat ini lebih banyak mahasiswa tingkat satu yang mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan yang dulu (Sax, dkk, 2004 dalam Santrock, 2007). Stres telah menjadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa dari tahun ke tahun, bahkan tidak jarang stres berkembang menjadi mesin penghancur hidup para mahasiswa (Leonardo, 2010).
3. Etiologi Stres Akademik Stres dapat terjadi karena adanya suatu perubahan dalam ruang lingkup lingkungan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, hubungan pribadi dan kesehatan. Kondisi yang dapat menyebabkan stres disebut dengan stresor. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual atau kebutuhan kultural. Stresor secara umum dapat diklasifikasikan atas internal dan eksternal. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang, misalnya demam, atau keadaan emosi seperti rasa bersalah, sedangkan stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang, misalnya perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran keluarga atau sosial serta tekanan dari pasangan (Potter & Perry, 2005). Berbagai konflik dan fustasi yang berhubungan dengan kehidupan modern atau suatu keadaan emosi seperti keadaan bersalah dan perasaan rendah diri akibat kegagalan mencapai sesuatu yang di idam-idamkan. Stuart dan Laraia (2005, dalam Purwati, 2012) menyatakan usia berhubungan dengan
20
pengalaman sesorang dalam menghadapi berbagai macam stresor, kemampuan
memanfaatkan
sumber
dukungan
dan
keterampilan
mekanisme koping, maka dengan koping yang baik, kita bisa mengatasi stresor dengan baik. Mahasiswa mengalami stres akademik dengan krakteristik stresor yang kompleks.
Agolla
dan
Ongori
(2009,
dalam
Purwati,
2012)
mengemukakan bahwa sumber stres akademik meliputi : manajemen waktu, tuntutan akademik, dan lingkungan akademik. Sumber stres tersebut dijabarkan dan diperoleh berupa tugas-tugas akademik, penurunan motivasi, ketidakadekuatan peran akademik, jadwal perkuliahan yang padat dan tidak jelas, serta kecemasan tidak mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, sedangkan menurut Davidson (2001, dalam Purwati, 2012), mengemukakan sumber stres akademik meliputi: situasi yang monoton, kebisingan orang-orang atau tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-ngada, ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, keadaan bahaya dan kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan dan deadline tugas perkuliahan, padahal seorang mahasiswa yang menunda pekerjaannya sampai saat-saat terakhir tidak akan berhasil dalam pelajarannya (Rooijakke, 2007)
Menurut Suyanto & Jihad, A. (2013) seorang anak tidak bisa belajar efektif dalam kondisi stres. Hal ini tentu menjadi sebuah keprihatinan bagi profesi keperawatan nantinya, sebab kondisi stres terus terjadi, membuat pembelajaran praktik keperawatan yang diterima selama menjadi mahasiswa kurang efektif, sehingga pelaksanaan praktik keperawatan akan terlaksana kurang baik dan akan sangat berbahaya jika hal ini sampai pada dunia kerja.
21
Seorang mahasiswa keperawatan seharusnya memiliki manajemen stres yang baik, agar dapat membantu mengurangi kondisi stres yang dialami oleh seorang pasien di rumah sakit. Nursalam (2009) menyampaikan dalam seminar nasional keperawatan bahwa pasien yang sedang mengalami sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit akan mengalami kecemasan dan stres pada semua tingkat usia,
hal ini
disebabkan karna kecemasan yang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan lainnya); lingkungan baru maupun dukungan keluarga yang menunggu selama perawatan. Untuk itu, salah satu tugas perawat sebagai konseling dalam UU Kep. No 38 pasal 30 ayat 2 (Depkes, 2014). Dengan demikian, seorang perawat harus memiliki manajemen stresor yang baik, agar mampu menangani kondisi pasien termasuk jika pasien sedang mengalami kondisi stres akibat lamanya masa pengobatan yang dijalani.
4. Stresor Stresor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya stres dan datangnya stresor dapat sendiri-sendiri atau secara bersamaan (Rasmun, 2004). Merujuk pada stres akademik, maka stresor terbagi atas beberapa bagian, yaitu (Gadzella, 1994 dalam Sarina 2012) : a. Frustasi Frustasi merupakan sebuah emosi yang terjadi akibat ketika sebuah pencapaian terhambat. Sumber dari stresor atas frustasi ini disebabkan karena adanya keterlambatan, gangguan sehari-hari dalam mencapai tujuan, keterbatasan sumber yang tersedia (misalnya: uang, buku dan ongkos), kegagalan dalam mencapai tujuan, merasa tidak mendapat kesempatan walau telah memiliki kualifikasi. b. Konflik Konflik merupakan suatu pertentangan perasaan ketika memenuhi dua atau lebih tujuan yang berdasarkan dari motif yang berbeda. Stresor ini
22
disebabkan karena adanya dua atau lebih alternatif yang sama-sama diinginkan, pilihan-pilihan yang tidak menyenangkan dan sasaran yang dituju memiliki alternatif baik yang positif maupun negatif. c. Tekanan Tekanan merupakan stresor yang disebabkan karna adanya kompetisi, tenggat waktu, beban yang berlebih yang harus dilakukan dalam satu waktu, tanggung jawab, dan ekspektasi. d. Perubahan Perubahan yang dapat menjadi sebuah stresor perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, tidak menyenangkan, terlalu banyak dan mengganggu tujuan. e. Beban diri Beban diri mencakup apa yang individu inginkan, sukai, rasakan dan khawatirkan. Hal ini menjadi sebuah stresor pada individu yang menyukai kompetisi dan kemenangan, senang diperhatikan dan dicintai oleh orang lain, mengkhawatirkan segala hal, selalu menundanunda, perfeksionis dan memiliki kecemasan dalam menghadapi tes. Menurut Santrock (2007) pada remaja dan orang-orang yang beranjak dewasa stres dapat bermuara dari berbagai sumber, seperti peristiwa hidup, kesibukan
sehari-hari,
dan
faktor
sosial
budaya.
Sebuah
studi
memperlihatkan bahwa kerumitan terbesar bagi mahasiswa yang dialaminya sehari-hari adalah menyia-nyiakan waktu, merasa kesepian dan kekhawatiran tidak mampu memenuhi standar prestasi yang tinggi (Kenner dkk, 1981 dalam santrock, 2007).
5. Respon Stres Stres menuntut seseorang untuk menggunakan energi fisiologis dan psikologis untuk merespon dan beradaptasi terhadap stresor. Respon stres adalah alamiah, adaptif, dan protektif. Karakter dari respon stres adalah hasil dari respon neuroendokrin yang terintegrasi serta terdapat perbedaan
23
individual dalam berespon terhadap stresor yang sama (Potter & Perry, 2005). Menurut Selye (1976 , dalam Sumiati, et al., 2010) ada 2 respon fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu Local Adaptation Syndrom (LAS) dan General Adaptation Syndrom (GAS). Respon Local Adaptation Syndrom (LAS) terbagi atas respon refleks nyeri dan respon inflamasi. Respon refleks nyeri merupakan respon adaptif yang bertujuan melindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2005, dalam Purwati, 2012). Respon General Adaptation Syndrom (GAS) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. GAS memiliki tiga tahap, yaitu alarm, pertahanan, dan kelelahan. Pada tahap alarm respon simpatis fight or flight diaktifkan yang bersifat defensif dan anti inflamasi yang akan beralih ketahap pertahanan. Pada tahap ini terjadi adaptasi terhadap stresor diperpanjang dan gagal melakukan pertahanan, maka terjadilah kelelahan. Tahap
kelelahan
terjadi
peningkatan
aktivitas
endokrin
yang
mengahasilkan efek pemberhentian pada sistem tubuh terutama sistem peredaran darah, pencernaan dan imun yang dapat menyebabkan kematian (Poter & Perry, 2005). Mahasiswa yang dapat beban tugas akademik dan merasakannya sebagai suatu tugas yang berat, maka dapat mengakibatkan aktifnya jalur neuralendokrin. Sekresi hormon stres dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami
vasokontriksi.
Vasokontriksi
pembuluh
darah
kranial
mengakibatkan respon nyeri pada bagian kepala (Sherwood, 2001 dalam Purwati, 2012). Rasa nyeri tersebut sebagai suatu alarm terhadap tubuh sebagai bentuk kompensasi terhadap faktor lingkungan. Namun, jika stresor tidak dapat dihentikan, maka dapat mengakibatkan mahasiswa memasuki tahap kelelahan dan berakhir dengan gangguan kesehatan berupa gangguan pencernaan, ganggguan sirkulasi dan penurunan respon imun. Reaksi konstruk stres akademis yang dikemukakan oleh Gadzelle (1991, dalam Sarina, 2012) pada alat ukur Student-Life Stress Inventory,
24
reaksi terhadap stresor terbagi atas reaksi fisiologis, kognitif, emosi dan tingkah laku. Respon fisiologis adalah respon yang melibatkan sistem saraf dan sistem endokrin dalam tubuh seseorang. Reaksi dengan cara ini yaitu berkeringat gemetar, resah atau alergi, migraine (sakit kepala), nyeri, flu, kehilangan berat badan dan bertambahnya berat badan. Reaksi kognitif melibatkan proses penilaian terhadap ancaman, tuntutan maupaun tantangan. Respon ini dapat muncul dalam bentuk menganalisa dan memikirkan bagaimana situasi yang membuat stres itu terjadi strategi paling efektif yang digunakan. Emosi merupakan reaksi yang dapat muncul dalam bentuk cemas, marah, memiliki rasa bersalah dan sedih, sedangkan respon tingkah laku adalah respon terhadap stres yang muncul akibat adanya stresor menangis, menyakiti orang lain baik secara verbal maupun fisik, menyakiti diri sediri, merokok secara berlebihan, sensitif terhadap orang lain, memiliki keinginan untuk bunuh diri, menggunakan mekanisme pertahanan diri dan memisahkan diri dari orang lain (Sarina, 2012). 6. Kemampuan Individu Menahan Stres Setiap individu
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menahan stres. Hal tersebut bergantung dari sifat dan hakikat stres (intensitas, lamanya, lokal dan general) dan sikap individu yang terkait dengan proses adaptasi. Rosenmen & Chesney (1980, dalam Sunaryo, 2014) mengungkapkan bahwa kepribadian individu dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a. Tipe Yang Rentan (Vulnerable) Tipe ini terdapat pada tipe A yang disebut A Type Personality dengan pola perilaku Type A Behavior Pattern, individu dengan tipe ini memiliki tipe yang beresiko tinggi mengalami stres dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut : 1) Cita-cita tinggi (ambisius). 2) Suka menyerang (agresif).
25
3) Suka bersaing (kompetitif) yang kurang sehat. 4) Banyak jabatan rangkap. 5) Emosional,
yang
ditandai
dengan
mudah
marah
mudah
tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar. 6) Terlalu percaya diri (overconfident). 7) Self-control kuat. 8) Terlalu waspada. 9) Tindakan dan cara cepat dan tidak dapat diam (hiperaktif). 10) Cakap dalam berorganisasi (organisatoris). 11) Cakap dalam memimpin (leader). 12) Tipe kepemimpinan otoriter. 13) Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic). 14) Bila menghadapi tantangan suka bekerja sendiri. 15) Disiplin waktu yang ketat. 16) Kurang rileks dan serba terburu-buru. 17) Kurang atau tidak ramah. 18) Tidak mudah bergaul. 19) Mudah empati, namun mudah bersikap bermusuhan. 20) Sulit dipengaruhi. 21) Sifatnya kaku (tidak fleksibel). 22) Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur. 23) Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali.
b. Tipe Yang Kebal (Immune). Tipe ini terdapat pada tipe B yang disebut dengan B Type Personality, dengan pola perilaku Type B Behavior Pattern. Individu dengan tipe ini kebal terhadap stres dan memiliki ciri-ciri kepribadian sebagai berikut : 1) Cita-cita atau ambisi wajar. 2) Tidak suka menyerang. 3) Berkompetisi secara sehat.
26
4) Tidak memaksakan diri. 5) Emosi terkendali dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, tidak mudah mengalami ketegangan, tenang, dan penyabar. 6) Self-confident wajar. 7) Self-control wajar. 8) Kewaspadaan wajar. 9) Cara bicara tenang. 10) Cara bertindak tenang dan dilakukan pada waktu yang tepat. 11) Sikap dalam memimpin dan berorganisasi akomodatif dan manusiawi. 12) Ada keseimbangan waktu bekerja dan beristirahat. 13) Mudah bekerjasama (akomodatif). 14) Tidak memaksakan dalam menghadapi tantangan. 15) Bersikap ramah. 16) Mudah bergaul. 17) Dapat menimbulkan empati, untuk mencapai kebersamaan dan tidak mudah bersikap bermusuhan. 18) Sifatnya fleksibel, akomodatif dan tidak terasa merasa dirinya paling pintar. 19) Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur. 20) Mampu menahan dan mengendalikan.
7. Dampak Stres Akademik Stres akademik menjadi topik yang menarik untuk dicermati, karena jumlah mahasiswa yang mengalami stres akademik meningkat setiap semester (Govarest & Gregoere, 2004). Kegagalan mahasiswa dalam menyelesaikan tuntutan akademik yang rendah dan masalah kesehatan merupakan indikator bahwa stres akademik sering dialami mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, jika stres akademik yang dihadapi oleh
27
mahasiswa tersebut tidak diatasi dengan baik, terjadi akumulasi stresor yang dapat menyebabkan penurunan adaptasi, gagal bertahan, dan akhirnya menyebabkan kematian (Govarest & Gregoere, 2004). Gejala
mengalami
stres
adalah
adanya
kecemasan,
ketegangan,
meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, menunda ataupun menghindari pekerjaan/tugas, bingung, marah, sensitif meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin, penurunan prestasi dan produktifitas serta dapat menyebabkan gangguan fungsi faal organ tubuh salah satunya fungsi jantung. Menurut penelitian para ahli kesehatan praklinik, stres dapat memicu semburan adrenalin dan zat ketokolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah jantung serta peningkatan denyut jantung, sehingga dapat menyebabkan terganggunya suplai darah ke jantung dan biasanya akan mengakibat penyakit jantung koroner (Sumiati, et al. 2010).
Mahasiswa mengasumsikan kesehatan diri mereka sendiri berdasarkan perasaan sejahtera, kemampuan berfungsi secara normal, dan tidak adanya gejala penyakit (Potter & Perry, 2005). Beban stres yang dirasa terlalu berat juga dapat memicu seorang remaja untuk berperilaku negatif, seperti merokok,
minum-minuman
beralkohol,
tawuran,
seks
bahkan
penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007, dalam Purwati, 2012). Mahasiswa yang tidak mampu bertahan dengan kondisi stresor yang dialami berkaitan dengan masalah akademiknya, terkadang dapat membuat mahasiswa melakukan aksi nekat bunuh diri, seperti dilansir pada berita Tribunnews.com bahwa seorang mahasiswi di Sukoharjo gantung diri, dikarenakan stres sebab skripsinya tidak kunjung kelar (Tribunnews, 2015).
28
8. Tingkatan Stres Setiap individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma, pengalaman, dan pola hidup, faktor lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu dengan stres serta mekanisme koping. Adapun tingkatan stres yang akan dialami oleh seorang adalah (Poter & Perry, 2005) : a. Stres Ringan Stres ringan adalah stresor yang dihadapi oleh setiap orang secara teratur, seperti terlau banyak tidur, kemacetan lalu lintas, dan lain-lain. Situasi ini biasanya berlangsung dalam beberapa menit atau jam. Biasanya pada kondisi ini tidak mengakibatkan kerusakan fisiologi kronis, tetapi stresor ringan yang banyak dapat mengakibatkan resiko penyakit (Holmes dan Rahe, 1976 dalam Potter & Perry, 2005). b. Stres Sedang Situasi stres sedang merupakan kondisi yang beresiko, sebab situasi stres sedang adalah kondisi dimana stress dialami lebih dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya seperti perselisihan yang tidak terselesaikan, ketidakhadiran anggota keluarga dalam waktu yang lama, dan sebagainya. c. Stres Berat Stres berat merupakan sebuah kondisi situasi kronis yang dapat menyebabkan stres berlanjut hingga beberapa minggu hingga beberapa tahun. Misalnya seperti kesulitan financial yang terus menerus, biasanya makin sering dan makin lama situasi stres, maka makin tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan (Wiebe & Williams, 1992 dalam Potter & Perry, 2005).
Ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penurunan tingkatan stres pada seseorang yaitu seperti strategi coping. Coping stres
29
menurut Sarafino adalah suatu proses dimana seseorang yang berusaha menangani kesenjangan antara kebutuhan atau tuntutan-tuntutan dengan sumber-sumber yang ia miliki dalam situasi yang dapat menimbulkan stres (Aryani, 2008 dalam Fitriani, 2014). Menurut Smet (Sumbayak, 2009 dalam Fitriani, 2014), salah satu faktor yang mempengaruhi strategi coping ialah karakteristik kepribadian, Individu memiliki kecenderungan kepribadian yang berbeda akan menampilkan perilaku yang berbeda-beda pula. Stres juga bisa diredakan dengan melakukan hal-hal seperti meditasi, berjalan-jalan, melakukan hobi yang digemari, dan lainnya. Namun stres dapat juga diatasi dengan mengonsumsi makanan yang tepat. Adapun beberapa makanan yang bisa membantu menunurunkan stres seperti jenis makanan susu, almond, buah berry, sereal, asparagus, dan alpukat (Ananda, 2014).
Dalam ilmu psikologi, ada sebuah intelektual atau kecerdasan yang dianggap dapat menurunkan tngkat stres seseorang yang dikenal dengan adversity quotient (Stoltz, 2005). Nilai adversity quotient pada seseorang dapat mempengaruhi tingkat stres yang di alaminya, sebab dengan memiliki nilai adversity quotient yang tinggi, maka mempunyai daya juang yang tinggi dan kegigihan, sehingga dapat mengatasi dan manajemen stresor dengan baik. Peningkatan adversity quotient menjadi penting,
karena
dapat
memperbaiki
ketahanan
seseorang
untuk
menghadapi berbagai keadaan, baik itu keadaan yang menyenangkan maupun yang sulit (Wangsadinata & Suprayitno, 2008)
D. Hasil-hasil Penelitian Terkait Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) pada mahasiswa tahun pertama kedokteran tahun pertama fakultas kedokteran, bahwa terdapat hubungan hubungan antara adversity quotient dengan tingkat stres (p value = 0,00<0,05 dan
r = -0,504), yang artinya semakin tinggi nilai adversity
30
quotient maka semakin rendah tingkat stres yang dialami oleh seorang mahasiswa, sebaliknya semakin rendah nilai adversity quotient maka semakin berat tingkat stres yang dialami oleh seorang mahasiswa. Hasil penelitian ini didukung oleh Sho‟imah (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif antara adversity quotient dengan toleransi terhadap stres, dilihat dari pvalue 0,000 dimana p-value < 0,01 dengan nilai r sebesar 0,769. Nilai tersebut menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara adversity quotient dengan toleransi terhadap stres. Semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi toleransi terhadap stres, begitu juga sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka semakin rendah toleransi terhadap stres. Berdasarkan hasil kedua penelitian ini , maka disimpulkan bahwa intelektual atau kecerdasan dalam bentuk adversity quotient dapat menurunkan tingkat stres pada seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh palupi (2005) menyatakan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara adversity quotient dengan stres kerja ( Palupi, 2005 dalam Ismirani, 2011). Hasil penelitian ini didukung juga oleh Niven (2002) yang menyatakan bahwa intelektualisasi tidak mengurangi ukuran fisiologis dari stres, sebab dari beberapa hasil penelitian bahwa intelektualisasi tidak terbukti seefektif pemusatan sensasi untuk mengurangi stres fisiologis. Potter & Perry (2005) menyampaikan bahwa syarat dalam mengurangi respon fisiologis terhadap stres secara umum adalah olahraga teratur, humor, nutrisi, diet yang baik, istrahat yang cukup dan teknik relaksasi. Apabila syarat tersebut dilakukan, maka tingkat stres yang dialami oleh seseorang akan menurun. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang berkaitan dengan intelektualisasi salah satunya adversity quotient belum dapat dinyatakan mampu menurunkan tingkat stres pada seseorang. Dalam kondisi stres diperlukan manajemen stres yang berupa teknik relaksasi dan meditasi untuk menurunkan tingkat stres yang dialami (Niven, 2002).
31
E. Kerangka Konsep Berdasarkan dari tinjauan teoritis diatas, maka kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen
Variabel Dependen Stres Akademik
Adversity Quotient
F. Hipotesa Penelitian Ha : Ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kampus mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Juli 2015.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan Tahun 2015 dengan jumlah 112 orang.
2. Sampel Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling atau acak sederhana dimana setiap anggota dari populasi penelitian mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Cara memilih sampel dengan cara mengundi, sebelumnya semua peserta diurutkan berdasarkan nama sesuai
33
abjad, kemudian urutan nomor digunakan sebagai kode responden tersebut. Nomor-nomor tersebut diundi dan setelah itu nomor-nomor yang muncul dalam undian akan terpilih menjadi sampel penelitian.
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini, digunakan rumus penelitian korelatif (Sopiyudin, 2008) : ( α ,(
*
) ) (
)-+
( *
,(
) (
) (
(
)-+
N = 75 Keterangan : N
= Perkiraan besarnya sampel
Zα = 1,64 (Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5 % ) Z
= 1,28 (Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10 %)
r
= Kepustakaan (- 0,5)
Jadi, jumlah sampel berdasarkan perhitungan rumus, diperoleh besar sampel sebanyak 75 Orang.
Untuk mencegah drop out ditambahkan 10% dari sampel, jadi sampel keseluruhan berjumlah : 8 = 83 orang.
Pada saat peneltian dilaksanakan, dari hasil keseluruhan sampel terdapat 4 orang
responden yang tidak dapat mengikuti penelitian. Hal ini
dikarenakan ke 4 responden orang tersebut tidak hadir saat penelitian dilaksanakan, sehingga keseluruhan sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 79 orang. D. Teknik Pengumpulan Data
34
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah berasal dari sumber asli atau pertama (Sumantri, 2013). Data primer dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari mahasiswa itu sendiri tentang nilai adversity quotient dan stres akademik yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bagian adminstrasi Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia terkait data tentang jumlah dan nama-nama mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia tahun 2015. Pada saat penelitian dilakukan, peneliti mengunakan dua orang asisten yang bertugas dalam membantu pada saat penelitian, dalam membagi dan mengumpulkan kuesioner penelitian kepada responden serta membantu dalam pendokumentasian. Dalam hal ini, asisten tetap mengikuti instruksi dari peneliti.
E. Definisi Operasional Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel berdasarkan karateristik yang diamati secara cermat terhadap sesuatu objek dengan menggunakan parameter yang jelas dan mudah dipahami untuk dilakukan pengukuran (Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1
2
Variabel
Defenisi Operasional
Adversity Quotient
Kecerdasan yang berupa kemampuan dalam menghadapi berbagai peristiwa, tantangan dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Stres Akademik
Merupakan suatu respon yang dipersepsikan oleh mahasiswa terhadap stresor yang diterima dari kehidupan akademiknya.
Alat Ukur Kuesioner
Hasil Ukur 1. 2. 3.
Kuesioner
1. 2. 3.
35
Rendah 24 - 48 Sedang 49 - 72 Tinggi 73 - 96 Ringan 20 - 40 Sedang 41 - 60 Berat 61 - 80
Skala Ukur Ordinal
Ordinal
F. Aspek Pengukuran 1. Adversity Quotient Skala adversity quotient yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kuesioner yang mengacu pada aspek-aspek adversity quotient (Stoltz, 2005). Kuesioner ini sebelumnya terdiri dari 30 pernyataan, setelah diuji coba oleh peneliti kepada 30 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas
Darma
Agung (FIK-UDA),
terdapat
6
pernyataan yang dinyatakan tidak valid dan selebihnya dinyatakan valid dan reliabel. 6 peryataan tersebut dianggap gugur dan tidak dipergunakan dalam mengukur nilai adversity quotient. Maka jumlah keseluruhan pernyataan dalam kuesioner ini terdiri dari 24 pernyataan dengan nilai validitas 0,370-0,793 dan reliabilitas 0,926 (Saryono, 2013). Kuesioner ini menggunakan skala Likert, dimana masing-masing pernyataan memiliki empat alternatif jawaban yang dipisahkan menjadi 2 pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Tabel 3.2 Skala Adversity Quotient NO
Aspek
Pernyataan Positif
1
Control (kontrol)
1, 15, 19.
2 3 4
Origin ( asal usul) Reach (jangkauan) Endurance ( daya tahan) Total
4, 5, 6, 20. 14, 21, 24. 7, 11. 12
Pernyataan Negatif
2, 3, 13. 17, 22. 8, 12, 16. 9, 10, 18, 23. 12
Jumlah 6 6 6 6 24
Pada pernyataan positif jika menjawab “sangat setuju” diberi nilai 4, jika “setuju” diberi nilai 3, jika “tidak setuju” diberi nilai 2 dan jika “sangat tidak setuju” maka diberi nilai 1, sedangkan pada pernyataan negatif jika menjawab “sangat setuju” diberi nilai 1, jika “setuju” diberi nilai 2, jika “tidak setuju” diberi nilai 3 dan jika “sangat tidak setuju” maka diberi nilai 4. Jumlah total skor terendah dari hasil kuesioner adalah 24 dan skor tertinggi adalah 96. Untuk mengetahui kriteria nilai adversity quotient,
36
maka dilakukan penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik berikut (Hidayat, 2009) :
P
Keterangan: P
: Nilai yang dicari
Rentang
: Rentang (skor tertinggi – skor terendah)
BK
: Banyak kelas
P= P= P = 24 Kriteria nilai adeversity quotient, antara lain: a. Rendah
: 24 – 48
b. Sedang
: 49 – 72
c. Tinggi
: 73 – 96
2. Stres Akademik Untuk mengukur variabel stres akademik, akan digunakan instrumen skala ukur stres dari DASS 42 yang terdiri dari 14 pernyataan yang kemudian dikembangkan dan dimodifikasi dimodifikasi oleh peneliti menjadi 30 pernyataan. Setelah dimodifikasi oleh peneliti, pernyataan ini kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 30 orang mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Darma Agung (FIK-UDA). Dari hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan 10 pernyataan yang tidak valid, sehingga 10 pernyataan tersebut dianggap gugur, karna dianggap tidak bisa digunakan dalam mengukur tingkat stres akademik. Keseluruhan jumlah pernyataan dalam kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan dengan
37
nilai uji validitas 0,371 - 0,812 dan reliabilitas 0,907 (Saryono, 2013). Masing-masing pernyataan memiliki ciri empat alternatif jawaban. Jika menjawab “selalu” diberi nilai 4, jika “sering” diberi nilai 3, jika “kadangkadang” diberi nilai 2, dan jika “tidak pernah” maka diberi nilai 1. Jumlah total skor terendah dari hasil kuesioner adalah 20 dan skor tertinggi adalah 80. Untuk mengetahui kriteria nilai stres akademik, maka dilakukan penentuan panjang kelas berdasarkan rumus statistik berikut (Hidayat, 2009) :
P
Keterangan: P
: Nilai yang dicari
Rentang
: Rentang (skor tertinggi – skor terendah)
BK
: Banyak kelas
P= P= P = 20 Kriteria nilai stres akademik, antara lain: a. Ringan
: 20 – 40
b. Sedang
: 41 – 60
c. Berat
: 61 – 80
G. Etika Penelitian Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak bertentangan dengan
etika.
Sebelum
melakukan
penelitian,
peneliti
akan
mempertimbangkan prinsip dalam etika penelitian meliputi beberapa hal (Polit & Beck, 2012) :
38
1.
Prinsip pertama, peneliti mempertimbangkan hak-hak responden untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Oleh karena itu, peneliti memperpersiapkan informed consent.
2.
Prinsip kedua, Anonimity peneliti tidak akan menampilkan informasi mengenai nama dan alamat responden dalam kuisioner maupun alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subjek. Oleh karena itu, peneliti menggunakan koding respon.
3.
Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berprikemanusiaan, dan memperhatikan faktorfaktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologi serta perasaan religious mahasiswa. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Agar prosedur penelitian jelas maka peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelumnya, selama dan sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4.
Prinsip keempat, peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek. Peneliti maminimalisasi dampak yang merugikan bagi sujek (nonmaleficence) (Dharma, 2011).
H. Pengolahan Data Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, kemudiaan dilakukanlah pengolahan data dengan melalui tahap : 1. Editing Setelah kuisioner terkumpul, maka peneliti memeriksa kelengkapan kuisioner mulai dari data demografi hingga kelengkapan pengisian kuisioner dan peneliti sudah mendapatkan data sesuai yang diharapkan.
39
2. Coding Peneliti Memberikan kode dalam bentuk angka-angka terhadap data-data penelitian sehingga lebih mudah terbaca dalam komputer. Adapun kode dalam bentuk angka yang telah dibuat oleh peneliti antara lain untuk jenis kelamin laki-laki : 1, perempuan : 2. Untuk tingkat adversity quotient, pada kategori rendah : 1, Kategori Sedang : 2, Kategori Tinggi : 3. Untuk tingkat stres akademik, pada kategori ringan : 1, Kategori Sedang : 2, Kategori Berat : 3. Untuk jawaban pada kuisioner adversity quotient dengan pertanyaan positif, pilihan sangat setuju : 4, setuju : 3, tidak setuju : 2, sangat tidak setuju : 1, sedangkan pertanyaan negatif, pilihan sangat setuju : 1, setuju : 2, tidak setuju : 3, sangat tidak setuju : 4. Untuk jawaban pada kuisioner stres akademik dengan selalu : 4, sering : 3, kadang-kadang : 2, dan tidak pernah : 1.
3. Scoring Peneliti selanjutnya memberikan skor berdasarkan kriteria dan hasil yang telah ditetapkan. Pada hasil kuesioner adversity quotient, diberi kode 1 dengan skor 24 - 48, diberi kode 2 dengan skor 49 - 72, diberi kode 3 dengan skor 73 - 96. Pada hasil kuesioner stres akademik, diberi kode 1 dengan skor 20 - 40, diberi kode 2 dengan skor 41 - 60, diberi kode 3 dengan skor 61 – 80.
4. Tabulating Hasil semua jawaban dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi karakteristik responden, distribusi frekuensi adversity quotient, distribusi frekuensi stres akademik serta tabulasi silang adversity quotient dengan stres akademik.
40
I. Analisa Data. Data yang telah diolah, kemudian dianalis dengan mengelompokkan, membuat suatu urutan, menyingkatkan data agar bisa lebih mudah dipahami. Analisis data dilakukan untuk mendapatkan hubungan adversity quotient dengan stres akademik adalah : 1. Analisa Univariat Analisis univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian yang berbentuk data kategori. Analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi karakteristik responden, distribusi frekuensi adversity quotient dan distribusi frekuensi stres akademik.
2. Analisa Bivariat Analisis bivariat digunakan dengan melakukan uji silang pada kedua variabel yang diteliti. Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi spearmen dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 Apabila nilai p < 0.05 (p< α) maka Ha diterima tetapi apabila nilai p > 0.05 (p >α ) maka gagal menolak Ha atau Ho diterima.
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia terletak di Jln. Kapten Muslim No 79 Medan. Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia terdiri atas 2 program yaitu program ekstensi dengan latar belakang pendidikan D-III keperawatan dan program reguler dengan latar belakang pendidikan SMA. Program Studi Ners program reguler semester II terdiri dari 3 lokal dengan jumlah 112 orang dengan sebagian besar memiliki nilai adversity quotient dengan kategori sedang serta mengalami stres akademik dengan kategori sedang.
2. Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik responden Responden dalam penelitian ini adalah 79 orang dan karakteristik responden dalam penelitian ini didistribusikan berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 (n = 79) Karakteristik Responden Umur 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
42
Frekuensi
Persentase (%)
21 44 13 1
26,6 55,7 16,5 1,3
32 47
40,5 59,5
Berdasarkan tabel 4.1, maka didapatkan mayoritas responden mahasiswa semester II Program Studi Ners berumur 19 tahun (55,7%) dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 47 orang (59,5%).
b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Adversity Quotient Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 (n = 79) Adversity Quotient Sedang Tinggi
Frekuensi 56 23
Persentase (%) 70,9 29,1
Berdasarkan tabel 4.2, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sebanyak 56 orang (70,9%) memiliki adversity quotient dengan kategori sedang, responden yang lainnya sebanyak 23 orang (29,1%) memiliki adversity quotient dengan kategori tinggi.
c. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stres Akademik Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Stres Akademik Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 (n = 79) Stres Akademik Ringan Sedang Berat
Frekuensi 34 44 1
Persentase (%) 43 55,7 1,3
Berdasarkan tabel 4.3, maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden sebanyak 44 orang (70,9%) memiliki nilai stres akademik dengan kategori sedang.
43
3. Analisa Bivariat a. Hubungan Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 Tabel 4.4 Tabulasi Silang Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 (n = 79) Adversity Quotient Sedang
Ringan F % 20 25,3
Stres Akademik Sedang F % 35 44,3
F 1
Berat % 1,3
Tinggi
14
17,7
9
11,4
0
0
Jumlah
34
43
44
55,7
1
1,3
Total 56 (70,9 %) 23 (29,1 %) 79 (100 %)
P
r
0,037
-0,235
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui dari 56 orang (70,9%) yang memiliki adversity quotient dengan kategori sedang didapatkan 20 orang (25,3%) yang memiliki stres akademik dengan kategori ringan, 35 orang (44,3%) yang memiliki stres akademik dengan kategori sedang, 1 orang (1,3%) yang memiliki stres akademik dengan kategorik berat, sedangkan dari 23 orang (29,1%) yang memiliki adversity quotient dengan kategori tinggi didapatkan 14 orang (17,7%) yang memiliki stres akademik dengan kategori ringan, 9 orang (11,4%) yang memiliki stres akademik dengan kategori sedang. Dari hasil uji statistik menggunakan uji korelasi spearman didapatkan p value = 0,037 (P<0,05), dengan nilai r = - 0,235 (0,20 - 0,40 = lemah) yang menunjukkan ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015,
dengan
kekuatan
hubungan
antara
adversity
quotient
dengan stres akademik yang didapat termasuk lemah (Dahlan, 2013), selain itu didapatkan arah hubungan antar variabel negatif (berbanding
44
terbalik) yang artinya semakin rendah nilai adversity quotient maka semakin berat stres akademik yang dialami. B. Pembahasan 1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Adversity Quotient Adversity Quotient (AQ) adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam mengatasi kesulitan dan sanggup bertahan hidup (Stoltz, 2005). Berdasarkan dari data karakteristik responden didapatkan mayoritas responden mahasiswa semester II Program Studi Ners berumur 19 tahun (55,7%) dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 47 orang (59,5%). Hasil penelitian yang dilakukan di ruangan kelas mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 didapatkan bahwa dari 79 responden, diperoleh mayoritas 56 orang (70,9%) responden memiliki nilai adversity quotient dengan kategori sedang. Menurut Habsari (2005) dalam adversity quotient yang menjadi sorotan adalah kemampuan seseorang, bagaimana individu tersebut bertahan ketika dia menghadapi kesulitan. Dengan demikian adversity quotient mampu memprediksi seseorang atau individu pada tampilan motivasi, pemberdayaan, kreativitas, produktivitas, pembelajaran, energi, harapan, kegembiraan, vitalitas dan kesenangan, kesehatan mental, kesehatan jasmani, daya tahan, fleksibilitas, perbaikan sikap, daya hidup dan respon terhadap perubahan terutama dalam hal ini adalah pelajar yang mempunyai kelebihan khusus, baik intelegency, kreatifitas, ataupun skill dan potensi lebih (Stoltz, 2005).
Adversity quotient dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sosok quitters, campers dan climbers. Quitters yaitu kelompok individu seperti ini gampang putus asa, mudah menyerah dan mudah puas. Campers adalah sosok yang menghadapi kesulitan dengan menimbang resiko
45
dan imbalan sehingga tak pernah mencapai apa yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya, sedangkan climbers adalah orang yang selau berupaya serta siap menghadapi dan mengatasi arus rintangan yang tiada hentinya (Stoltz, 2005).
Dalam penelitian ini, sosok quitters dikelompokkan pada orang yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori rendah, sosok campers yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori sedang dan sosok climbers yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori tinggi. Seseorang memiliki adversity quotient rendah, maka tidak mempunyai kemampuan untuk bertahan dalam kesulitan, potensinya juga akan tetap kerdil. Sebaliknya, orang dengan adversity quotient yang cukup tinggi akan bertahan dan berkembang pesat atau sukses (Stoltz, 2005).
Bagi seorang mahasiswa tidak menutup kemungkinan banyak sekali hambatan dalam perjalanannya menuntut ilmu. Aktifitas belajar yang begitu fulltime atau padat, tidak menutup kemungkinan mengakibatkan gangguan fisik dan psikis yang selalu membuat hari-hari mereka terlihat jenuh dan hal ini bisa menjadi sesuatu hal yang membuat mereka malas belajar. Beban akademik yang diterima tentu juga akan menjadi beban dan dapat mengakibatkan stres pada mahasiswa jika tidak mampu diselesaikan, belum lagi tuntuan-tuntutan lainya. Hal ini diharapkan seorang mahasiswa memiliki daya juang tinggi seperti hanya seorang climbers (Stoltz, 2005). Hasil Penelitian ini didukung oleh Sho‟imah (2010) dalam penelitian yang berjudul hubungan adversity quotient dan self effiacacy dengan toleransi terhadap stres pada mahasiswa, didapatkan bahwa responden yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori tinggi sebanyak 16 orang (26,7%), dengan kategori sedang sebanyak 43 orang (71,6%)
46
dan kategori rendah sebanyak 1 orang (1,7%). Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa mahasiswa yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori tinggi maka memiliki nilai toleransi stres yang tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu dan pernyataan yang ada, dimana mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki nilai adversity quotient dengan ketegori sedang. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia memiliki kepribadian campers. Hal ini dikarenakan, sebagai mahasiswa baru tentu masa transisi adalah salah satu tahap yang harus dijalani (Santrock, 2007). Untuk itu, adaptasi terhadap lingkungan sangat diperlukan, sehingga ada rasa keragu-raguan untuk berbuat lebih, melainkan ingin mengenal lingkungan ataupun situasi sekitar terlebih dahulu, sehingga rata-rata mahasiswa baru cenderung ingin mencari posisi yang nyaman. Pada kepribadian adversity quotient, biasanya individu yang mencari nyaman dengan posisi yang dialami ada pada kepribadian campers dengan nilai adversity quotient pada kategori sedang (Stoltz, 2005).
b. Stres Akademik Stres akademik diartikan sebagai suatu kondisi atau keberadaan individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa tentang stresor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi (Govarest & Gregoire, 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruangan kelas mahasiswa tingkat II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 didapatkan bahwa dari 79 responden, mayoritas responden
47
sebanyak 44 orang (70,9%) memiliki nilai stres akademik dengan kategori sedang.
Olejnik dan Holschuh (2007, dalam Zuama, 2013) menguraikan mengenai stres akademik, yaitu suatu respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan individu. Stres telah menjadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa dari tahun ke tahun, bahkan tidak jarang stres berkembang menjadi mesin penghancur hidup para mahasiswa (Leonardo, 2010). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap lebih dari 300.000 mahasiswa tingkat satu dilebih dari 500 kampus dan universitas, bahwa saat ini lebih banyak mahasiswa tingkat satu yang mengalami stres dan depresi dibandingkan dengan yang dulu (Sax, dkk, 2004 dalam Santrock, 2007).
Hasil Penelitian ini didukung oleh Ubaidillah (2013) dalam penelitian yang berjudul hubungan antara kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri terhadap stres akademik mahasiswa baru. Dari 50 orang responden,
menunjukkan bahwa tingkat stres akademik mahasiswa baru yang paling tinggi berada pada kategori sedang dengan responden sebanyak 30 orang (60,0%), sedangkan yang berkategori tinggi sebanyak 12 orang (24,0%) dan pada kategori rendah sebanyak 8 orang (16,0%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu, dimana mayoritas dari mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Indonesia dalam penelitian ini memiliki tingkat stres akademik yang berada pada kategori sedang sebanyak 44 orang (55,7%), sedangkan stres akademik dengan kategori ringan sebanyak 34 orang (43%) dan stres akademik dengan kategori berat sebanyak 1 orang (1,3%).
48
Sebagai mahasiswa baru tentu stresor yang paling utama adalah penyesuaian dengan lingkungan, belum lagi jika jurusan yang dipilih bukanlah pilihannya, tentu mahasiswa tersebut akan membutuhkan kesabaran dan akan berusaha lebih keras lagi, agar biasa mendapat hasil yang maksimal. Selain lingkungan serta metode pembelajaran yang harus dikendalikan, para mahasiswa baru mulai mematangkan dirinya, mulai dari sikap dan gaya hidup, dikarenakan tahap ini merupakan menuju tahap perkembangan menuju dewasa (Santrock, 2007). Menurut potter & Perry (2005) tingkat stres ringan dapat memotivasi dalam pembelajaran, sedangkan yang berada pada kategori sedang dan berat, dapat menghambat proses pembelajaran. Dengan demikian tingkat stres sedang dan berat akan menurunkan kapasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengerjakan sesuatu hal, terutama berkaitan dengan tugas perkulihan, selain itu dapat membuat seseorang menjadi cepat bosan dan jenuh, bolos pada jam perkuliahan, serta menunda-nunda tugas perkuliahan.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti kepada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015, dari 8 responden menyatakan mengeluh dengan jadwal perkuliahan yang berubah-ubah sehingga terkadang mahasiswa malas kuliah, banyaknya tugas yang harus diselesaikan sehingga sering menunda-nunda untuk menyelesaikannya, serta merasa kurangnya kegiatan kemahasiswaan sehingga merasa jenuh dan sebagainya. Hal inilah yang akhirnya mendukung bahwa mayoritas mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 mengalami tingkat stres akademik sedang.
49
c. Hubungan Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015
Adversity quotient dipercaya mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat stres pada seseorang, dikarenakan nilai adversity
quotient
yang tinggi
membuat
seseorang memiliki
kemampuan dalam menghadapi berbagai kesulitan atau masalah (Habsari, 2005). Pada penelitian ini didapatkan ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015, namun memiliki kekuatan hubungan lemah (p value = 0,037, dengan nilai r = - 0,235). Selain itu, didapatkan arah berhubungan antar variabel negatif (berbanding terbalik) yang artinya semakin rendah nilai adversity quotient maka semakin berat stres akademik yang dialami. Rendahnya pola hubungan antara adversity quotient dengan stres akademik, dikarenakan ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi penurunan tingkat stres yaitu coping stres, meditasi dan mengkonsumsi makanan yang tepat. Coping stres menurut Sarafino (Aryani, 2008 dalam Fitriani, 2014) adalah
suatu proses
dimana
seseorang
berusaha
menangani
kesenjangan antara kebutuhan atau tuntutan-tuntutan dengan sumbersumber yang ia miliki dalam situasi yang dapat menimbulkan stres. Menurut Smet (Sumbayak, 2009 dalam Fitriani, 2014), salah satu faktor yang mempengaruhi strategi coping
ialah karakteristik
kepribadian, Individu memiliki kecenderungan kepribadian yang berbeda akan menanmpilkan perilaku yang berbeda-beda pula. Selain itu, Stres bisa diredakan dengan melakukan hal-hal seperti meditasi, berjalan-jalan, melakukan hobi yang digemari, dan lainnya. Namun stres dapat juga diatasi dengan mengonsumsi makanan yang tepat,
50
Adapun beberapa makanan yang bisa membantu menunurunkan stres seperti jenis makanan susu, almond, buah berry, sereal, asparagus, dan alpukat (Ananda, 2014). Pada dasarnya individu yang memiliki nilai adversity quotient dengan kategori
rendah
memiliki
karakteristik
seperti
quitters
yaitu
karakteristik yang sangat mudah mengalami stres, karna kelompok seperti ini gampang putus dan mudah menyerah. Nilai adversity quotient dengan kategori sedang memiliki karakteristik seperti campers yaitu adalah sosok yang menghadapi kesulitan dengan menimbang resiko dan imbalan sehingga tak pernah mencapai apa yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya. Pada kerakteristik ini, biasanya orang tersebut dapat mengalami kondisi stres, karena individu ini hanya bisa mengatasi masalah apabila sudah mempersiap segala sesuatunya dengan matang, sedangkan adversity quotient dengan kategori tinggi memiliki karakteristik seperti climbers, yaitu orang yang tidak mudah mengalami stres, karena dirinya sudah siap menghadapi dan mengatasi arus rintangan yang tiada hentinya (Stoltz, 2005). Stoltz (2005) mengindikasikan bahwa adversity quotient mempunyai kontribusi yang sangat besar karena faktor-faktor kesuksesan dipengaruhi, oleh kemampuan pengendalian serta cara kita merespon kesulitan dimana mencakup semua yang diperlukan untuk meraih tantangan. Peningkatan adversity quotient menjadi penting, karena dapat memperbaiki ketahanan seseorang untuk menghadapi berbagai keadaan, baik itu keadaan yang menyenangkan maupun yang sulit (Wangsadinata & Suprayitno, 2008). Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2013) pada mahasiswa tahun pertama kedokteran tahun pertama fakultas kedokteran, bahwa terdapat hubungan hubungan
51
antara adversity quotient dengan tingkat stres (p value = 0,00<0,05 dan r = -0,504), yang artinya semakin tinggi nilai adversity quotient maka semakin rendah tingkat stres yang dialami oleh seorang mahasiswa. Hasil ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Sho‟imah (2010) bahwa ada hubungan positif antara adversity quotient dengan toleransi terhadap stres, dilihat dari p-value 0,000 dimana p-value < 0,01 dengan nilai r sebesar 0,769. Nilai tersebut menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara adversity quotient dengan toleransi terhadap stres. Semakin tinggi adversity quotient maka semakin tinggi toleransi terhadap stres, begitu juga sebaliknya semakin rendah adversity quotient maka semakin rendah toleransi terhadap stres Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Mahasiswa yang memiliki nilai adversity quotient yang lebih tinggi dianggap mampu menanganani stresornya dan sebaliknya, Mahasiswa yang memiliki nilai adversity quotient yang rendah dianggap kurang mampu menanganani stresornya. Mahasiswa yang memiliki nilai adversity quotient yang rendah akan memiliki jiwa yang gampang putus asa dan mudah menyerah serta memiliki kemampuan yang kecil bahkan tidak mempunyai sama sekali dalam bertahan menghadapi kesulitan atau stresor, sehingga lebih mudah mengalami stres akademik, sedangkan mahasiswa dengan nilai adversity quotient yang tinggi, akan memiliki daya juang yang besar dan tidak mudah menyerah terhadap kesulitan apapun yang dijalani, terutama masalah atau kesulitan yang berkaitan dengan tuntutan akademiknya, sehingga stresor yang dijalani selama menjadi mahasiswa dapat diatasi dengan baik dan kondisi stres akademik yang
52
dialami tidak sampai berlarut-larut, melainkan hanya sebatas respon stimulus untuk berbuat lebih baik. Pada dasarnya manajemen stres yang baik itu dimulai dari diri sendiri, sebab segala sesuatu hal yang merupakan stresor adalah penting dalam hidup, dikarenakan sebagai sebuah stimulus, agar kita dapat cepat merespon sehingga mampu menjalani kondisi yang sedang dialami. Semakin banyak kita menerima tantangan dan terus belajar dan berusaha menghadapinya, maka akan membuat kita semakin kuat dalam menghadapi kehidupan, baik itu jika berkaitan dengan kehidupan akademik.
2. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini masih banyak kekurangan, antara lain keterbatasan dalam melakukan penelitian yang hanya dilakukan pada mahasiswa semester II Program Studi Ners sehingga penelitian ini belum mampu mewakili populasi seluruh mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia secara keseluruhan, untuk itu diperlukan teknik pengambilan sampel dan metode penelitian yang lebih mendukung. Dalam penelitian ini juga didapatkan beberapa faktor-faktor lain yang belum diteliti oleh peneliti, karna faktor-faktor tersebut dapat menurunkan tingkat stres pada seseorang, seperti coping stres, lingkungan, asupan makanan dan sebagainya, sehingga menyebabkan kekuatan hubungan antara adversity quotient berada pada kategori lemah.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II program studi ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa : 1. Mayoritas responden memiliki nilai adversity quotient dengan kategori sedang sebanyak 56 orang sedangkan kategori tinggi sebanyak 23 orang.
2. mayoritas responden memiliki tingkat stres akademik dengan kategori sedang sebanyak 44 orang, sedangkan kategori ringan sebanyak 34 orang dan kategori berat sebanyak 1 orang. 3. Terdapat hubungan antara adversity quotient dengan tingkat stres. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p value = 0,037 (P<0,05) dan nilai r = -0,235 (0,20 - 0,40 = lemah). Kekuatan hubungan adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015 dikategorikan lemah (Dahlan, 2013)..
B. Saran 1. Bagi Mahasiswa Keperawatan Dengan hasil pelitian ini diharapkan para mahasiswa khususnya mahasiswa semester II Program Sudi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia dapat meningkatkan manajemen stresnya. Terlebih bagi mahasiswa semester akhir yang akan menghadapi skripsi. Salah satu cara menurunkan tingkat stres yang dialami adalah dengan meningkatkan nilai adversity quotient. Rasa semangat juang yang tinggi, belajar dan tidak pernah puas akan hal
54
dijalani sebelum mencapai puncak, disertai dengan siap menerima tantangan akan membuat nilai adversity quotient kita akan semakin tinggi.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi institusi pendidikan keperawatan khususnya di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia agar mengevaluasi fungsi dari pembimbing akademik serta menggunakan metode pembelajaran yang lebih menarik, sehingga metode pembelajaran tidak monoton dan membuat kejenuhan bagi para mahasiswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Di harapkan dapat menjadi acuan referensi dalam mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan variabel lain yang berpengaruh terhadap stres akademik dan menambahkan jumlah sampel agar hasil penelitian lebih maksimal. Pada peneliti selanjutnya diharapkan juga dapat meneliti faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat stres akademik pada mahasiswa, sehingga dapat diketahui faktor yang lebih dominan yang membuat penurunan tingkat stres pada seseorang. Selain itu, perlu juga diteliti bagaimana cara meningkatkan nilai adversity quotient pada mahasiswa.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, K.S. (2014). Atasi Stres Dengan Mengonsumsi 6 Makanan Ini. http:// www.merdeka.com/sehat/atasi-stres-dengan-mengonsumsi6-makanan-ini. html. Diperoleh 25 Juni 2015. Budiman, Arief. (2006). Kebebasan, Negara, Pembangunan, Kumpulan Tulisan 1965-2005. Jakarta : Pustaka Alvabet.Christyanti, D., Mustamiah, D., & Sulistiani, W. (2010). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Terhadap Tuntutan Akademik Dengan Kecenderungan Stres Pada Mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. Jurnal fisip Universitas Hang Tuah Vol.12, No 03 (2010). http://journal.unair.ac.id /filerPDF/3-12_3.pdf. Diperoleh 10 Mei 2015. Dahlan, M.S. (2008). Langkah-langkah Dalam Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Dahlan, M.S. (2013). Statistik Untuk Kedokteran. Jakarta : CV. Sagung Seto. Daldiyono. (2009). How to Be a Real and Successful Student. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Depkes. (2014). UU No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan (2014). http://www. hukor.depkes.go.id/up_prod_uu/UU%20No.%2038%20Th%202014%20tt g%20Keperawatan.pdf. Diperoleh 18 juni 2015. Ekaputra, S. (2014). Life Being A University Student. http://satryatama-ekaputrafisip14.web.unair.ac.id/artikel_detail-108940-SOH%20101Life%20Being%20a %20University%20Student.html. Diperoleh 10 juni 2015. Ekasari dan Hafizhoh.(2009). Hubungan Antara Adversity Quotient dan Dukungan Social Dengan Intense Untuk Pulih Dari Ketergantungan Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) Pada Penderita Di Wilayah Bekasi Utara - Lembaga Kasih Indonesia. Jurnal fisip Vol 2, No 2 (2009). http://www. ejournalunisma.net/ojs/index.php/soul/article/view/726/650. Diperoleh 5 april 2015.
Fitriani, A. (2014), Peran Neuroticism dan Problem Focused Coping dalam Menjelaskan Stres Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir FISIP Universitas
Brawijaya.
http://www.academia.edu/4343370/Peran_Neuroticism_dan_ Problem_Focused_Coping_dalam_Menjelaskan_Stres_Akademik_pada_ Mahasiswa
Tingkat_Akhir_FISIP_Universitas_Brawijaya.
Diperoleh
tanggal 25 Juni 2015. Govaerts, S. & Gregoire, J. (2004). Stressful Academic Situations : Study On Appraisal Variables In Adolescence. British Journal of clinical psychology, 54, 261-271. Habsari, S. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta : PT Grasindo. Hidayat, R.D. (2009). Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan : Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : CV. Trans Info Media. Ismirani, M. (2011). Pengaruh Religiusitas Dan Adversity Quotient Terhadap Stres Kerja Pada Agen Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6137/1/MIRA% 20ISMIRANI-FPS.PDF. Diperoleh 15 Juni 2015. Leonardo, M. (2010). Mensiasati Stress Dalam Dunia Perkuliahan. Bahan ajar kuliah. http://sejarah.upy.ac.id/cetak.php?id=54. Diperoleh 13 juni 2015. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan. Edisi kedua. Jakarta : EGC. Nursalam. (2009). Seminar Nasional Keperawatan. http://ners.unair.ac.id/ materikuliah /PNI-HOLISTIK-AIDS.pdf. Diperoleh 20 juni 2015. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Polit, D.F. & Beck, C.T., (2012). Nursing Research. China : J.B. Lippincott Company. Poter & Perry. (2005). Fundamental Of Nursing : Concept, Process, & Practice. (Asih, Y. et. All, Penerjemah). Jakarta : EGC.
Psychology Foundation of Australia. (2010). Depression Anxiety Stress Scale. http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass/. Diperoleh 9 mei 2015. Purwati, S. (2012). Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi. Diperoleh 4 april 2015. Puspitasari, R.T. (2013). Adversity Quotient Dengan Kecemasan Mengerjakan Skripsi Pada Mahasiswa. Jurnal online psikologi Vol. 01 No. 02.(2013). http://ejournal. umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFile/1637/1733. Diperoleh 5 april 2015.
Rasmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi. Edisi pertama. Jakarta: CV. Sagung Seto. Rooijakke, Ad. (2007). Cara Belajar Diperguruan Tinggi. Cetakan ke-23. Jakarta : PT Gramendia Pustaka Utama. Santrock, J.W. (2007). Remaja. Edisi kesebelas : Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga. Sari, C., Firdaus, & Risma, D. (2013). Hubungan Adversity Quotient Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jurnal mahasiswa fakultas kedokteran Vol.1 , No 2 (2014). http://jom.unri.ac.id/ index.php/JOMFDOK/article/view/2857. Diperoleh 10 april 2014. Sarina, N.Y. (2012). Hubungan Antara Stres Akademis dan Psychological Well Being Pada Mahasiswa Tahun Pertama Universitas Indonesia. Skripsi. http://lib.ui.ac. id/file?file=digital/20320114-SNendra%20Yelena%20Sarina.pdf. Diperoleh 6 april 2015. Saryono, M.D. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha Medika. Sho‟imah, W.D. (2010). Hubungan Adversity Quotient dan Self Efficacy Dengan Toleransi
Terhadap
Stres
Pada
Mahasiswa.
Skripsi.
http://eprints.uns.ac.id /4210/1/154222108201011391.pdf. Diperoleh 10 Mei 2015.
Stoltz, P. (2005). Adversity Quotient : Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. (Terjemahan Hermaya, T.). Jakarta : PT Grasindo. Sumantri, A. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Sumiati, Rustika, Tutiany, Nurhaeni, H., & Mumpuni. (2010). Penanganan Stress Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : TIM. Sunaryo.( 2014). Psikologi Untuk Keperawatan. Edisi kedua. Jakarta : EGC. Suyanto & Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Professional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta : Penerbit Erlangga. Tribunnews.com. (2015), Seorang Mahasiswa di Sukoharjo Gantung Diri Stres Pikirkan Skripsi. Juni, 2015). Tribunnews.com sukoharjo. http://www.tribunnews. com/regional/2015/06/18/seorang-mahasiswa-disukoharjo-gantung-diri-stres-pikirkan-skripsi. Diperoleh tanggal 20 juni 2015. Ubaidillah, A. (2013). Hubungan Antara Kesejahtraan Psikologis dan Penyesuain Diri Terhadap Stress Skademik Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malang. http://psikologi.uinmalang.ac.id/ publication/wp-content/uploads/2014/07/Release-SkripsiAzrul-Ubaidillah.pdf. Diperoleh 8 juni 2015. Wangsadinata, W. & Suprayitno, G. (2008). Rosseno: Jembatan dan menjembatani. Edisi pertama. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Wardana, A.K. (2015). Mahasiswa Harus Kuasai Manajemen stres. Tribun timur. http://makassar.tribunnews.com/2015/02/15/mahasiswa-harus-kuasaimanajemen-stress. Diperoleh tanggal 18 Juni 2015. Wulandari (2012). Hubungan Tingkat Stres Dengan Gangguan Tidur Pada Mahasiswa Skripsi di Salah Satu Fakultas Rumpun Science-teehcnology UI.
http://
lib.ui.ac.id/mfile?file=digital/20313206-S43681-
Hubungan%20tingkat.pdf. Diperoleh 9 juni 2015. Zuama, S.N. (2013). Kemampuan Mengelola Stres Akademik Pada Mahasiswa Yang Sedang Skripsi Angkatan 2009 Program Studi PG PAUD. diperoleh 9 juni 2015.
Lampiran 1
LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Nama Peneliti
: Santo Friyadi Maduwu
NIM
: 11 02 194
Judul Penelitian
: Hubungan Adversity Quotient Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015.
Saya adalah mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan sarjana keperawatan di Program Studi Ners. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Hasil penelitian ini akan dijadikan bahan masukan bagi kampus maupun para mahasiswa khususnya dilingkugan Universitas Sari Mutiara Indonesia, bahwa pentingya manajemen stresor yang baik dalam kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan akademik. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan sesuatu yang berdampak negatif karena peneliti berjanji akan menghargai hak responden dengan cara menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diperoleh baik dalam pengumpulan data, pengolahan, maupun dalam penyajian laporan nantinya.
Keikutsertaan saudara adalah sukarela, sehingga bebas untuk menolak ikut serta di dalam penelitian ini tanpa ada sanksi. Oleh karena itu, melalui penjelasan yang singkat ini, peneliti sangat mengharapkan partisipasi saudara dalam penelitian ini. Atas kesediaan dan kerjasamanya, peneliti ucapkan terima kasih. Medan,
Juli 2015
Peneliti (Santo Friyadi Maduwu)
Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( Di isi oleh Peneliti)
Saya bertanda tangan dibawah ini : Inisial Responden
: _________________________________
Tingkat/ semester
: _________________________________
Program Studi
:_________________________________
Usia
:
Jenis Kelamin
: L / P ( coret yang tidak perlu )
menyatakan bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi dan menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Santo Friyadi Maduwu dengan judul “hubungan antara adversity quotient dengan stres akademik pada mahasiswa semester II Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan dalam penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan. Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Demikian surat pernyataan persetujuan menjadi responden ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada pakasaan dari pihak manapun, atas perhatian saya ucapkan terimakasih. Medan,
Juli 2015
Responden
...........................
Lampiran 3 KUESIONER ADVERSITY QUOTIENT PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini akan disajikan beberapa pernyataan. Saudara/i diharapkan menjawab pernyataan tersebut dengan cara memberi tanda check list (√) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dialami.
No
Pernyataan
1
Keterlambatan saya masuk kuliah, merupakan suatu hal yang bisa saya rubah. Saya tidak mampu mengontrol masalah kesehatan saya. Jadwal kuliah yang tidak menentu, membuat saya malas mengikuti perkuliahan.
2 3
4
5
6
7
8
Saya bisa terpilih menjadi pemimpin disebuah organisasi, karena usaha saya. Walau dukungan bagi saya sedikit, saya akan tetap berusaha mendapat hasil yang lebih baik. Saya merasa bukan pembawa sial, meskipun sebuah masalah timbul disetiap saya ada. Saya merasa banyak hal yang dapat dilakukan untuk kemajuan kehidupan saya. Kegagalan akan selalu menghampiri hidup saya.
9
Komentar negatif akan selalu membuat saya marah.
10
Saya merasa letih disetiap aktivitas yang saya jalani.
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
No
Pernyataan
11
Saya lebih suka melewati sebuah tantangan. Masalah perkuliahan yang saya hadapi, akan mempengaruhi kegiatan saya yang lainnya. Hasil studi saya akan lebih baik, jika saya memiliki sahabat-sahabat yang pintar. Saya akan berusaha lebih baik dari kesalahan yang telah saya perbuat. Peristiwa buruk yang saya alami, tidak akan terulang kembali. Saya merasa tidak bisa berbuat lebih, karna kemampuan yang saya miliki dibawah rata-rata. Saya bisa mendapatkan prestasi yang baik jika difasilitasi dengan lengkap. Kritikan dan saran pada saat persentasi, membuat saya kurang percaya diri. Hasil pekerjaan yang saya peroleh sepenuhnya adalah tanggung jawab saya. Lingkungan yang tidak kondusif, bukan alasan untuk mempengaruhi hasil prestasi saya. Kegagalan yang saya alami, bukan karena orang-orang disekitar saya. keinginan saya selalu dibatasi oleh keluarga
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Saya merasa susah berdaptasi.
24
Setiap hal yang saya lalui, bukanlah sesuatu hal yang siasia.
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
KUESIONER STRES AKADEMIK
PETUNJUK PENGISIAN Kuesioner ini terdiri dari berbagai pernyataan yang mungkin sesuai dengan pengalaman Saudara/i dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari. Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pernyataan. Selanjutnya, Saudara/i diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman Saudara/i selama menjalani proses perkulihan. Tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara/i yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam pikiran Saudara/i. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.
NO
PERNYATAAN
1
Saya merasa tidak sanggup lagi untuk
mengerjakan
Tidak Pernah tugas
perkuliahan.
2
Saya
merasa
tentang
kurang
mata
kuliah
paham yang
diajarkan.
3
Saya merasa
sulit konsentrasi
dalam belajar dan berinisiatif melakukan hal yang baru
4
Saya
merasa
hidupku
penuh
beban tugas perkuliahan
5
Saya berharap agar jawal kuliah ini cepat selesai.
6
Saya merasa bakat yang dimiliki kurang dihargai.
7
Saya merasa sedih dan tertekan selama perkuliahan.
8
Saya merasa menyerah dengan kehidupan perkuliahan ini.
Kadangkadang
Sering
Selalu
No
Pernyataan
Tidak Kadang– Pernah kadang
9
.Saya merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan
10
Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif.
11
Saya merasa telah menggunakan banyak energi untuk berpikir dalam mengerjakan tugas kuliah.
12
Saya tidak dapat tidur nyenyak jika keesokan harinya saya harus persentasi depan kelas.
13
Saya
merasa
sulit
untuk
beristirahat.
14
Saya
berkeringat
selama
proses
berlebihan pembelajaran,
padahal suhu tidak panas dan tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya
15
Saya merasa bibir saya sering kering,
setiap
proses
cenderung
bereaksi
pembelajaran.
16
Saya
berlebihan terhadap suatu situasi.
17
Saya
sering
menunda
mengerjakan tugas.
18
Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
19
Saya
merasa
saya
sulit
beradaptasi dengan teman-teman dikampus.
20
Saya merasa perlu menenangkan diri setiap selesai perkuliahan..
Sering
Selalu
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kuesioner Adversity Qutient Item-Total Statistics
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Q21 Q22 Q23 Q24
Scale Mean if Item Deleted 56.9000 56.6000 56.3000 57.3000 56.8000 56.4000 56.3000 57.2000 56.3000 56.5000 56.8000 56.4000 56.8000 56.8000 56.4000 56.5000 56.1000 57.1000 56.7000 55.8000 57.3000 56.8000 56.6000 56.6000
Scale Variance if Item Deleted 108.507 103.903 112.700 111.666 104.166 108.869 108.424 109.959 103.666 109.500 102.097 109.007 111.476 106.097 105.697 106.259 105.472 109.403 109.941 112.648 109.114 110.028 110.179 111.903
Corrected Item-Total Correlation .687 .594 .549 .432 .790 .612 .694 .479 .729 .437 .793 .601 .415 .665 .691 .637 .605 .493 .510 .480 .637 .370 .393 .399
Cronbach's Alpha if Item Deleted .921 .923 .924 .925 .919 .922 .921 .924 .920 .925 .918 .922 .925 .921 .921 .922 .922 .924 .924 .924 .922 .927 .926 .925
Dari 24 pernyataan, semua mempunyai nilai r hasil („Corrected Item-Total Correlation’) berada diatas nilai r tabel (r=0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa ke 24 pernyataan tersebut dinyatakan valid (Saryono, 2013).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .926
N of Items 24
Dari hasil uji diatas ternyata , nilai r Alpha (0,926) lebih besar dari dibandingkan dengan nilai 0,6, maka dapat dismpulkan ke 24 pernyataan dinyatakan sudah reliabel (Saryono, 2013).
Kuesioner Stres Akademik Item-Total Statistics
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11 Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20
Scale Mean if Item Deleted 47.5333 47.4333 47.5000 47.2333 46.7667 46.9667 47.1667 47.4667 47.4667 47.4667 47.0667 47.1667 46.7667 47.7667 47.3667 46.4667 47.9667 47.4667 47.2667 47.2667
Scale Variance if Item Deleted 76.464 75.220 72.259 77.702 76.461 71.757 76.695 69.913 78.051 73.844 72.961 73.661 72.875 75.633 76.447 78.878 75.689 76.326 76.409 78.478
Corrected Item-Total Correlation .626 .457 .812 .403 .499 .697 .397 .801 .394 .625 .694 .622 .599 .528 .518 .473 .655 .386 .414 .371
Cronbach's Alpha if Item Deleted .901 .905 .896 .906 .904 .898 .906 .895 .906 .900 .898 .900 .901 .903 .903 .905 .900 .907 .906 .906
Dari 20 pernyataan, semua mempunyai nilai r hasil („Corrected Item-Total Correlation’) berada diatas nilia r tabel (r=0,361), sehingga dapat disimpulkan bahwa ke 20 pernyataan tersebut dinyatakan valid (Saryono, 2013).
Reliability Statistics Cronbach's Alpha .907
N of Items 20
Dari hasil uji diatas ternyata , nilai r Alpha (0,907) lebih besar dari dibandingkan dengan nilai 0,6, maka dapat dismpulkan ke 20 pernyataan dinyatakan sudah reliabel (Saryono, 2013).
Lampiran 5 Surat Izin Memperoleh Data Dasar
Lampiran 6 Surat Permohonan Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Lampiran 7 Surat Balasan Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 MASTER DATA HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
No
U
Adversity Quotient
JK Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
JLH
KET
1
18
2
4
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
77
3
2
18
2
3
3
1
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
3
4
2
3
3
3
3
4
4
3
72
2
3
20
2
4
2
1
3
4
3
3
3
3
3
3
3
1
4
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
68
2
4
20
2
3
3
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
1
3
3
2
3
3
3
3
4
4
2
3
75
3
5
19
1
4
2
1
3
3
3
3
4
3
3
3
3
1
4
2
3
3
4
4
4
3
3
2
4
72
2
6
19
2
3
1
2
4
4
4
4
4
4
3
3
3
2
4
3
2
1
1
4
3
3
2
3
3
70
2
7
18
2
3
3
1
2
4
3
3
3
3
1
4
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
3
4
75
3
8
19
1
3
3
2
4
4
3
4
3
3
3
3
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
74
3
9
19
1
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
65
2
10
19
1
3
2
2
2
4
4
3
4
2
3
3
3
2
3
2
4
2
1
3
1
3
1
1
3
61
2
11
19
2
4
3
4
2
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
4
1
4
4
4
4
4
4
3
82
3
12
19
2
2
2
2
2
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
4
4
2
2
3
68
2
13
18
2
2
3
2
2
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
73
3
14
19
2
2
3
2
4
4
3
4
3
3
3
3
2
2
4
3
3
2
3
4
3
3
3
1
2
69
2
15
19
1
4
3
2
4
3
3
3
2
2
2
3
3
2
4
4
2
1
2
3
3
4
4
4
3
70
2
16
19
1
3
3
2
4
3
4
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
4
4
3
3
3
3
77
3
17
19
1
3
3
3
2
3
3
3
4
4
3
3
3
1
4
4
4
3
4
4
2
2
4
3
3
75
3
18
20
1
3
2
1
3
4
4
4
4
3
2
3
2
3
4
4
4
4
2
4
3
3
4
3
4
77
3
19
19
2
3
2
1
4
4
4
4
2
3
2
3
2
1
4
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
67
2
20
19
2
3
2
1
4
4
4
4
2
3
2
3
2
1
4
3
3
2
2
4
2
3
3
3
3
67
2
No
U
Adversity Quotient
JK Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
JLH
KET
21
19
2
3
3
1
3
2
3
4
2
1
2
3
2
2
4
4
1
1
1
4
3
3
3
3
3
61
2
22
20
2
3
3
1
4
4
3
4
4
1
2
1
3
2
4
4
2
2
2
3
2
1
3
2
2
62
2
23
20
2
2
3
2
3
3
2
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
4
4
2
1
4
64
2
24
21
2
3
2
1
4
4
4
3
3
3
3
3
1
1
4
3
2
1
2
3
1
2
2
3
3
61
2
25
20
1
3
2
1
3
4
4
4
4
3
3
3
2
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
2
4
78
3
26
18
1
4
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
3
2
3
3
2
3
58
2
27
19
1
2
3
3
3
4
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
73
3
28
20
1
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
3
2
1
4
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
71
2
29
18
2
3
1
2
3
4
1
3
4
3
2
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
67
2
30
18
2
3
2
3
3
4
4
4
3
3
3
3
2
2
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
72
2
31
18
2
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
1
2
4
4
3
2
2
4
1
1
1
1
4
67
2
32
20
1
3
2
2
4
4
3
3
2
3
3
3
3
3
4
2
2
3
2
4
3
4
2
3
4
71
2
33
19
2
3
2
1
2
3
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
2
1
2
3
2
3
3
3
3
62
2
34
19
2
3
2
1
3
3
3
3
1
3
1
2
3
2
4
4
2
2
1
4
4
3
1
4
3
62
2
35
18
2
2
3
4
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
3
3
2
2
3
3
3
3
3
66
2
36
19
2
3
2
2
4
4
3
3
4
3
2
3
3
2
3
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
71
2
37
19
1
3
2
1
3
4
3
3
2
2
2
3
2
3
3
3
4
2
3
3
2
4
3
4
3
67
2
38
18
1
3
2
1
3
3
2
3
2
2
2
3
1
2
3
3
4
2
3
3
3
2
1
2
4
59
2
39
19
2
3
2
2
4
4
3
3
4
3
2
3
3
2
3
3
4
2
3
3
3
2
2
3
3
69
2
40
18
1
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
3
62
2
No
U
Adversity Quotient
JK Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
JLH
KET
41
20
1
2
2
1
4
4
4
4
3
3
3
3
2
2
4
3
4
2
3
4
3
3
3
2
3
71
2
42
19
1
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
73
3
43
19
1
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
67
2
44
19
1
3
2
1
2
4
4
3
4
3
2
1
3
3
4
4
2
2
3
3
3
3
3
2
4
68
2
45
19
1
4
3
1
3
3
4
4
3
3
3
3
2
3
4
3
4
2
4
3
2
2
3
3
3
72
2
46
18
1
3
2
1
3
4
4
3
2
2
4
4
3
1
4
4
2
3
4
2
3
3
2
2
4
69
2
47
19
2
3
2
4
1
4
3
4
4
3
2
3
4
2
4
3
3
3
2
4
3
3
4
3
4
75
3
48
19
2
3
2
2
2
4
2
3
3
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
63
2
49
19
2
2
3
4
3
3
2
4
3
2
2
3
2
1
4
3
2
2
1
4
3
4
4
4
4
69
2
50
18
2
4
2
3
3
4
4
4
4
3
3
3
2
2
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
81
3
51
19
2
3
2
3
2
4
3
4
4
3
2
3
2
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
72
2
52
19
2
4
2
2
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
2
3
3
4
2
3
4
79
3
53
19
2
4
2
2
3
4
4
4
4
4
2
3
3
2
4
3
3
1
3
4
3
4
3
4
4
77
3
54
20
1
4
2
2
1
4
2
4
3
2
3
4
1
2
4
4
4
1
3
4
1
4
4
3
4
70
2
55
20
2
2
2
2
3
4
3
4
4
3
3
4
4
1
3
4
2
2
2
4
4
4
4
2
4
74
3
56
18
2
3
2
1
3
4
4
4
3
2
3
3
2
3
4
4
2
1
3
3
3
2
3
2
3
67
2
57
19
1
3
2
1
2
4
3
3
4
2
2
3
1
3
3
1
4
2
4
4
4
3
3
2
4
67
2
58
18
1
3
2
3
3
4
3
3
4
2
3
3
3
3
4
2
2
2
3
3
4
3
4
3
3
72
2
59
18
1
3
2
1
3
4
3
3
2
3
3
3
2
3
1
3
3
3
2
4
4
4
3
3
4
69
2
60
18
2
3
2
1
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
4
68
2
No
U
Adversity Quotient
JK Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q6
Q7
Q8
Q9
Q10
Q11
Q12
Q13
Q14
Q15
Q16
Q17
Q18
Q19
Q20
Q21
Q22
Q23
Q24
JLH
KET
61
20
1
4
2
3
3
4
3
3
2
4
3
4
2
3
1
1
3
3
1
4
4
3
3
2
3
68
2
62
19
2
3
2
2
3
4
3
4
4
3
3
3
3
1
1
1
3
1
3
4
4
3
3
3
3
67
2
63
19
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
69
2
64
19
2
3
2
1
3
4
4
4
4
4
3
3
2
2
4
4
3
2
2
4
4
3
4
3
3
75
3
65
18
2
3
2
2
3
3
3
4
4
3
3
3
2
2
3
2
4
2
3
4
3
3
4
3
3
71
2
66
18
2
3
3
2
4
4
4
4
4
3
3
2
3
3
4
4
4
1
4
4
4
4
3
4
4
82
3
67
19
2
3
3
2
3
4
3
4
4
3
2
3
2
2
4
3
4
2
3
3
3
2
2
3
2
69
2
68
20
2
3
2
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
1
4
3
3
3
4
4
4
77
3
69
19
2
3
2
2
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
3
4
3
2
3
4
3
3
3
4
3
73
3
70
19
1
3
2
1
3
4
4
4
4
4
2
3
4
3
3
4
4
2
3
3
3
3
4
4
2
76
3
71
19
2
3
3
1
4
3
4
4
2
3
3
4
3
2
3
4
4
4
3
3
2
3
3
4
3
75
3
72
19
1
3
3
3
3
1
4
4
4
3
3
4
4
3
3
2
1
3
4
3
4
3
2
3
2
72
2
73
19
2
2
3
2
3
4
4
4
1
2
2
4
1
2
4
2
2
3
2
4
3
2
1
2
3
62
2
74
19
1
3
2
2
3
4
2
4
3
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
3
3
2
3
3
66
2
75
19
1
3
2
1
3
4
2
4
3
2
2
4
3
1
4
4
4
1
2
3
1
4
3
4
3
67
2
76
18
2
2
2
1
2
3
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
2
2
2
3
59
2
77
19
2
2
2
1
2
3
3
3
3
3
2
3
2
1
4
3
3
2
4
3
1
3
3
4
4
64
2
78
19
1
2
3
4
3
3
1
3
3
1
2
3
3
1
4
3
3
2
2
4
1
2
2
4
1
60
2
79
18
2
2
3
2
2
3
4
3
3
3
2
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
68
2
MASTER DATA HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER II PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA TAHUN 2015
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
U 1 8 1 8 2 0 2 0 1 9 1 9 1 8 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 8 1 9
J K
Stres Akademik Q1 Q1 Q1 Q1 0 1 2 3
JL H
KE T
2
41
2
1
3
41
2
2
2
3
31
1
2
2
1
2
33
1
3
3
2
1
2
44
2
3
2
2
1
2
4
48
2
2
2
4
2
3
1
2
44
2
2
2
2
2
2
2
1
4
43
2
4
3
2
2
2
2
2
1
2
41
2
4
4
2
3
3
2
4
4
4
3
52
2
2
3
2
1
1
2
1
1
1
1
4
34
1
1
3
3
3
2
1
1
2
2
3
2
4
42
2
2
1
2
2
3
2
2
1
1
2
2
1
2
38
1
1
1
1
2
3
3
2
3
2
1
2
1
1
41
2
Q 1
Q 2
Q 3
Q 4
Q 5
Q 6
Q 7
Q 8
Q 9
Q1 4
Q1 5
Q1 6
Q1 7
Q1 8
Q1 9
Q2 0
2
2
2
2
2
2
1
1
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
1
2
4
2
1
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
1
1
1
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
3
2
2
1
1
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
3
2
2
3
2
3
2
1
3
2
1
2
4
2
1
1
2
2
2
2
4
2
1
1
2
2
3
3
1
2
2
2
2
3
2
1
1
2
1
3
1
2
2
3
1
2
1
2
3
2
1
2
2
2
1
2
4
1
1
1
1
2
2
2
3
1
1
2
2
2
2
2
2
3
1
4
2
1
2
3
2
4
3
4
1
1
20
1 9 1 9 1 9 2 0 1 9 1 9
No
U
15 16 17 18 19
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 9 2 0 2 0 2 1 2 0 1 8 1 9 2 0 1 8 1 8
1
2
2
2
2
4
2
2
1
1
2
1
2
1
3
3
2
2
2
1
4
41
2
1
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
36
1
1
1
2
2
1
4
1
2
1
1
4
4
2
3
2
1
3
2
2
1
4
42
2
1
2
2
2
2
4
2
2
2
1
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
1
37
1
2
1
2
1
2
3
1
1
1
1
1
2
2
3
3
3
3
1
2
1
1
35
1
2
2
2
2
3
1
3
2
2
2
2
4
3
4
3
3
2
2
4
1
3
50
2
Q 1
Q 2
Q 3
Q 4
Q 5
Q 6
Q 7
Q 8
Q 9
Stres Akademik Q1 Q1 Q1 Q1 0 1 2 3
Q1 4
Q1 5
Q1 6
Q1 7
Q1 8
Q1 9
Q2 0
JL H
KE T
2
2
2
2
1
4
2
1
1
1
1
4
3
2
1
2
2
2
3
1
4
41
2
2
2
3
3
2
4
4
4
4
2
2
1
4
3
4
4
4
2
4
4
3
63
3
2
2
2
4
2
3
1
1
1
1
2
3
3
2
2
4
2
3
2
2
4
46
2
2
1
2
2
1
4
4
2
2
2
1
4
3
3
2
2
3
3
2
2
4
49
2
1
2
2
2
2
4
2
2
2
1
2
3
1
2
1
2
2
3
2
1
4
42
2
1
2
2
3
2
4
1
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
3
3
49
2
1
1
2
2
2
1
2
1
1
1
3
3
3
3
4
3
1
3
1
1
2
40
1
1
2
2
2
1
2
1
3
1
2
1
3
3
3
1
2
2
2
1
1
3
38
1
2
2
2
2
1
3
2
1
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
38
1
2
2
2
2
1
4
2
1
1
2
2
4
4
2
1
2
2
2
2
1
3
42
2
J K
40
1 8 2 0 1 9 1 9 1 8 1 9 1 9 1 8 1 9 1 8
No
U
31 32 33 34 35 36 37 38 39
41 42 43 44 45 46
2 0 1 9 1 9 1 9 1 9 1 8
2
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
4
2
3
2
4
1
3
2
2
4
40
1
1
2
2
2
2
3
1
2
1
1
1
1
2
3
2
1
1
2
1
2
3
35
1
2
2
2
2
1
2
3
1
1
2
3
2
2
1
2
2
1
3
2
1
1
36
1
2
2
2
2
2
1
3
1
1
2
2
4
2
3
1
3
2
3
2
1
2
41
2
2
2
2
1
1
3
2
2
1
2
1
2
3
2
2
1
1
2
3
1
1
35
1
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
2
32
1
1
2
2
2
1
4
2
2
2
2
1
3
2
3
1
1
2
2
2
3
2
41
2
1
2
2
2
4
1
2
2
4
2
1
3
2
3
1
1
2
2
2
2
1
41
2
2
2
2
2
2
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
1
2
31
1
1
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
42
2
Q 1
Q 2
Q 3
Q 4
Q 5
Q 6
Q 7
Q 8
Q 9
Q1 4
Q1 5
Q1 6
Q1 7
Q1 8
Q1 9
Q2 0
JL H
KE T
1
2
2
2
1
4
2
1
1
1
1
3
1
2
1
1
1
3
2
1
3
35
1
1
2
2
3
1
3
1
1
1
1
1
2
1
2
1
2
1
3
1
1
2
32
1
1
3
3
3
2
2
3
2
2
2
1
3
2
4
4
2
2
2
2
1
2
47
2
1
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
3
2
2
2
42
2
1
2
2
2
1
4
3
1
2
1
1
2
1
1
2
1
3
3
3
2
4
41
2
1
2
3
2
2
3
1
2
2
2
3
3
4
3
2
2
3
3
2
2
3
49
2
J K
Stres Akademik Q1 Q1 Q1 Q1 0 1 2 3
60
1 9 1 9 1 9 1 8 1 9 1 9 1 9 2 0 2 0 1 8 1 9 1 8 1 8 1 8
No
U
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
61 62
2 0 1 9
2
2
2
1
3
3
2
3
1
2
1
3
2
3
2
2
1
3
2
1
3
43
2
2
2
2
2
2
3
3
2
1
2
2
3
3
3
1
2
3
2
1
2
3
44
2
2
2
1
1
1
4
1
1
1
1
1
2
2
4
2
2
2
2
4
1
2
37
1
2
1
2
2
2
3
3
1
2
1
2
3
1
2
1
2
1
2
2
1
3
37
1
2
1
2
2
2
4
3
1
1
2
1
4
2
3
2
1
2
3
3
2
3
44
2
2
1
2
3
2
1
1
1
1
1
1
3
2
2
2
2
1
1
2
1
2
32
1
2
2
1
2
2
4
2
1
1
1
1
2
3
2
2
1
1
2
2
2
2
36
1
1
1
2
3
3
4
1
1
1
1
1
3
4
2
1
3
1
1
1
1
1
36
1
2
1
2
2
3
1
1
1
1
2
2
2
2
3
1
1
1
1
2
2
4
35
1
2
1
2
2
2
3
1
1
1
2
2
3
1
2
1
1
3
2
3
2
2
37
1
1
2
2
1
2
2
1
2
2
2
1
3
3
2
2
3
2
1
3
1
4
41
2
1
2
2
3
1
4
2
1
2
2
2
4
1
2
2
1
2
1
2
2
4
42
2
1
2
2
3
2
4
2
2
1
1
1
3
2
2
1
1
2
1
2
1
4
39
1
2
2
2
3
2
4
2
2
2
1
1
3
2
2
1
1
2
2
2
1
4
41
2
Q 1
Q 2
Q 3
Q 4
Q 5
Q 6
Q 7
Q 8
Q 9
Q1 4
Q1 5
Q1 6
Q1 7
Q1 8
Q1 9
Q2 0
JL H
KE T
1
2
3
1
2
4
2
2
1
2
1
4
2
4
1
2
1
2
2
1
4
42
2
2
2
2
2
1
4
2
1
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
36
1
J K
Stres Akademik Q1 Q1 Q1 Q1 0 1 2 3
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
1 9 1 9 1 8 1 8 1 9 2 0 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 9 1 8 1 9 1 9 1 8
2
2
3
3
2
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
2
3
1
2
3
39
1
2
2
2
2
1
4
2
2
1
1
2
3
3
2
1
2
2
2
2
2
4
42
2
2
2
2
2
2
3
1
2
1
1
2
3
2
3
2
1
1
2
2
3
4
41
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
3
1
4
1
4
1
3
3
2
4
44
2
2
3
2
2
3
2
2
2
1
2
2
3
3
3
1
2
1
2
3
2
2
43
2
2
2
2
4
1
4
4
1
1
1
1
4
4
1
1
3
2
2
1
2
3
44
2
2
2
2
3
2
1
2
1
1
1
2
3
3
1
2
1
2
2
3
1
2
37
1
1
2
3
2
3
3
1
2
1
2
1
3
2
2
2
2
1
2
2
1
1
38
1
2
1
2
2
1
3
1
2
2
2
2
2
1
2
1
1
1
2
2
1
4
35
1
1
2
2
3
1
1
1
2
1
2
1
4
2
4
1
2
2
2
2
1
3
39
1
2
2
2
2
2
4
4
2
4
2
2
2
2
2
3
3
2
3
3
3
4
53
2
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
4
2
2
2
2
2
2
2
45
2
1
2
2
3
3
1
2
1
1
1
1
2
2
2
3
2
1
2
2
1
2
36
1
2
2
3
2
4
1
3
1
1
4
2
3
2
3
1
1
1
1
2
2
4
43
2
2
1
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
2
1
2
1
3
2
1
2
35
1
1
2
3
3
2
3
1
2
1
2
2
3
2
3
3
2
1
1
2
1
4
43
2
2
2
2
2
2
3
2
2
1
2
2
2
2
1
1
2
2
3
2
2
4
41
2
Lampiran 10
Hasil Output SPSS Frequensies statistics
N
Valid Missing
Jenis Kelamin Responden
Umur Responden 79 0
Adversity Quotient 79 0
Stres Akademik 79 0
79 0
Distribusi Frekuensi Umur Responden
Frequency Valid
18.00 19.00 20.00 21.00 Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
21
26.6
26.6
26.6
44
55.7
55.7
82.3
13
16.5
16.5
98.7
1
1.3
1.3
100.0
79
100.0
100.0
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Frequency Valid
Laki-laki
Percent 32
Valid Percent 40.5
Cumulative Percent 40.5
40.5
Perempuan Total
47
59.5
59.5
79
100.0
100.0
100.0
Distribusi Frekuensi Adversity Quotient
Frequency Valid
Sedang Tinggi Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
56
70.9
70.9
70.9
23
29.1
29.1
100.0
79
100.0
100.0
Distribusi Frekuensi Adversity Quotient
Frequency Valid
Sedang Tinggi Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
56
70.9
70.9
70.9
23
29.1
29.1
100.0
79
100.0
100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases Valid N Distribusi Frekuensi Adversity Quotient * Distribusi Frekuensi Stres Akademik
Missing Percent
79
N
100.0%
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 79
100.0%
Kategori Adversity Quotient * kategori Stres Akademik Crosstabulation
Distribusi Frekuensi Stres Akademik
Ringan Distribusi Frekuensi Adversity Quotient
Sedang
Sedang
Total
Berat
Ringan
Count 20
35
1
56
25.3%
44.3%
1.3%
70.9%
14
9
0
23
% of Total
Tinggi
Count
% of Total
Total
17.7%
11.4%
.0%
29.1%
34
44
1
79
43.0%
55.7%
1.3%
100.0%
Count
% of Total
Nonparametric Correlations Correlations
Distribusi Frekuensi Adversity Quotient Spearman's rho
Correlation Coefficient Distribusi Frekuensi Adversity Quotient
Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient
Distribusi Frekuensi Stres Akademik
Sig. (2-tailed) N
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Distribusi Frekuensi Stres Akademik
1.000
-.235(*)
.
.037
79
79
-.235(*)
1.000
.037
.
79
79