Pengajaran Mikroekonomi di FEUI: Sebuah Pengalaman1 Oleh Arianto A. Patunru Tulisan pendek ini adalah sebuah refleksi pengalaman penulis dalam belajar dan mengajar Mikroekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ia mendiskusikan beberapa aspek pengajaran ilmu mikroekonomi secara umum, dengan mengacu pada praktik di FEUI. Perspektif mahasiswa S1 di sini ini adalah pengalaman penulis sendiri saat mengikuti kuliah di FEUI dari 1991 sampai 1996, serta berdasarkan bincang-bincang dengan beberapa alumni yang lain. Banyak dosen lain pada saat itu yang mungkin berbeda pendekatannya, dan karenanya tak dapat diwakili oleh tulisan ini. Sedangkan perspektif pengajar, terutama untuk tingkat pascasarjana, dipengaruhi juga oleh pengalaman penulis dalam studi doktoral di University of Illinois at Urbana-Champaign. Tentu juga, pengalaman penulis sebagai dosen yang terbilang junior (mulai 2004) tidak cukup panjang untuk bisa menghayati sejarah perkembangan pemikiran dan pengajaran ilmu ekonomi di FEUI; ini sekedar penggalan episode saja dari sejarah FEUI yang jauh lebih panjang dan berwarna. Selamat ulang tahun, Almamater-ku! Saat pertama penulis mempelajari mikroekonomi di FEUI, buku teks yang digunakan adalah Samuelson – yang belakangan menjadi Samuelson and Nordhaus (2009, untuk edisi terkini). Buku klasik tersebut (edisi pertama oleh Samuelson sendiri tahun 1948) berbekas cukup dalam dan sampai saat ini penulis masih sering menggunakannya sebagai referensi dalam menyiapkan materi kuliah. Dalam kurun waktu belajar S1 itu, juga ada buku Lipsey – yang belakangan menjadi Lipsey, Ragan, and Storer (2007). Buku ini juga bagus, walaupun memang tidak sepopuler Samuelson. Lantas untuk tingkat yang lebih tinggi tapi masih pada strata S1, digunakan buku Pyndick and Rubinfeld (2008) serta Varian (2009) atau yang berbasis matematis seperti Henderson and Quandt (1980). Sebagai refleksi, penulis merasa bahwa penekanan pada S1 seharusnya memang diberikan kepada buku-‐buku pengantar seperti Samuelson dan Lipsey, sementara pendalaman khusus untuk mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi digunakan Pyndick and Rubinfeld, Varian, atau Henderson and Quandt. Namun kadang terjadi, pembekalan materi pengantar cukup terbatas, dan justru lebih banyak di saat pemberian materi pendalaman. Akibatnya, banyak mahasiswa yang lupa filosofi bahkan intuisi dari prinsip-‐prinsip utama mikroekonomi, sekalipun lihai menurunkannya secara matematis atau menggambarnya secara grafis. Hal ini sering tampak pada saat ujian komprehensif. Misalnya, ketika diminta menjelaskan teori dasar permintaan, seorang mahasiswa segera fasih menggambar pertemuan kurva indifferens dan garis anggaran lalu menurunkannya menjadi kurva permintaan. Tapi ia gelagapan menjelaskan 1 Tulisan ini akan dimuat di buku 60 Tahun FEUI (2010)
1
kenapa kurva indifferens bentuknya seperti itu, atau kenapa harus menguji kondisi orde kedua saat melakukannya secara matematis. Mahasiswa juga sering gagap ketika ditanya bagaimana menjelaskan konsep opportunity cost – nilai dari sesuatu yang dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu yang lain – di balik kurva-‐kurva tersebut. (Ini bukan hanya terjadi di mikroekonomi. Di ekonometri, banyak mahasiswa yang lihai mengoperasikan software, tapi tidak mengerti kenapa R-‐square yang tinggi sekali belum tentu pertanda baik, dan yang paling utama: kenapa korelasi belum tentu kausalitas. Di makroekonomi mahasiswa hapal menggambar kurva IS-‐LM dan AD-‐AS, tapi lupa hubungannya dan cerita di belakangnya). Seperti juga di universitas-‐universitas lain, saat ini buku teks Mankiw (2008) bisa dikatakan telah menggeser Samuelson dan Lipsey di FEUI. Penulis juga mengajar pengantar mikroekonomi di S1 dengan menggunakan Mankiw sebagai teks utama. Dapat diakui, memang buku Mankiw lebih moderen dan bahasanya lebih mengalir. Gregory Mankiw, seperti juga Paul Samuelson dan Richard Lipsey punya kecenderungan Keynesian (Mankiw adalah proponen utama Neo-‐ Keynesian, Samuelson adalah perintis Neoclassical Synthesis, sebuah amalgam dari pendekatan klasik dan Keynesian). Tapi Mankiw menulis teks ini dengan pragmatis dan berimbang.2 Mankiw (2008) dimulai dengan ‘deklarasi’ di Bab 1 tentang “10 Prinsip Ekonomi” yang “wajib hukumnya” untuk dimengerti oleh setiap mahasiwa ekonomi. Mereka adalah (1) Manusia menghadapi pilihan, (2) Biaya dari sesuatu adalah besarnya pengorbanan untuk mendapatkannya, (3) Orang yang rasional memutuskan/memilih sesuatu pada situasi marjinal, (4) Manusia bertindak mengikuti insentif, (5) Perdagangan dapat memberi keuntungan pada semua pihak, (6) Pasar biasanya adalah cara terbaik mengatur perekonomian, (7) Pemerintah mungkin bisa membuat hasil dari mekanisme pasar menjadi lebih baik, (8) Standar hidup suatu negara tergantung pada kemampuannya memproduksi barang dan jasa, (9) Inflasi terjadi saat pemerintah mencetak terlalu banyak uang, dan (10) Terdapat hubungan berlawanan antara inflasi dan pengangguran dalam jangka pendek. Beberapa dari prinsip itu diperdalam di makroekonomi (5, 8, 9, 10), namun sebagai prinsip semuanya penting dalam mikroekonomi, terutama ketika kita mengaitkannya dengan kebijakan. Di sini buku Mankiw menjadi makin penting: pada Bab 2 (“Thinking Like an Economist”), ia mendiskusikan peran ekonom, baik sebagai akademisi maupun sebagai penasehat bagi pengambil kebijakan. Tidak lupa ia memberi penekanan tersendiri pada isu mengapa para ekonom sering berbeda pendapat. Dengan kedua bab pertama itu, buku Mankiw menjadi unik, sekaligus penting. Bagi mahasiswa baru memang krusial untuk memulai belajar ekonomi dengan berfokus pada prinsip-‐prinsip dasar sembari membayangkan ia akan menggunakan ilmu ini untuk apa nantinya. Bab-‐bab dalam Mankiw selanjutnya dibangun dengan semangat dari kedua bab pertama tersebut. Untuk mikroekonomi, ini mencakup permintaan dan penawaran (Bab 4, 6), elastisitas 2 Ketiga buku teks ini sesungguhnya berisi pengantar untuk mikroekonomi dan makroekonomi. Tulisan ini hanya menyoroti bagian mikroekonomi.
2
(5), teori kesejahteraan (7), pajak (8, 12), eksternalitas (10), barang publik (11), teori produksi (13-‐18), teori konsumsi (21), serta bab mengenai isu-‐isu terakhir bidang mikroekonomi (22). Terlihat bahwa materi untuk pengantar sebenarnya masif sekali. Karena itu dibutuhkan ketelitian pengajar untuk berfokus pada yang bagian-‐bagian terpenting, sembari memperkenalkan konsep-‐konsep yang lain. Seringkali hal ini menjadi sulit karena keterbatasan waktu. Adalah disayangkan bahwa saat ini Pengantar Mikroekonomi (demikian juga Pengantar Makroekonomi) hanya berdurasi 2 satuan kredit semester (SKS).3 Walaupun masih ada kelanjutan berupa Mikroekonomi 1 (3 SKS) dan bagi mahasiswa ilmu ekonomi ditambah lagi dengan Mikroekonomi 2 (3 SKS), besar sekali kemungkinan terjadi ketidaksinambungan di antara matakuliah-‐matakuliah ini, mengingat dosennya bisa berganti-‐ganti. Tentu saja tidak bisa mengharapkan dosen yang sama akan mengajar mahasiswa yang sama untuk 3 matakuliah seri mikroekonomi ini. Tapi adalah penting bahwa pembekalan dasar dan prinsip-‐prinsip mikroekonomi diberikan oleh dosen yang sama dan pada semester yang sama. Karena itu, sebaiknya Pengantar Mikroekonomi (atau “PE1”) kembali ke sistem 3 SKS (ekivalen dengan 14 kali pertemuan, masing-‐masing 3 jam, di luar ujian dan tugas). Selain isu waktu, hal lain yang sangat signifikan mempengaruhi proses belajar-‐ mengajar mikroekonomi adalah penguasaan alat analisis matematis. Buku ilmu karya Chiang – dan belakangan bersama Wainwright (Chiang and Wainwright 2005) adalah buku wajib di semester satu. Buku teks Chiang ini sangat membantu, terutama bagi mahasiswa yang berasal dari non-‐eksakta pada masa sekolah menengah umum. Sebenarnya, buku ini cukup untuk mempersiapkan mahasiswa mengambil kelas master atau doktoral, di mana pendekatan analisis matematis terutama menggunakan buku Simon and Blume (1994). Sayangnya, pengajaran di FEUI terlalu berfokus kepada optimisasi, sehingga beberapa aspek lain agak lemah. Bagian yang mungkin agak tertinggal tapi justru diperlukan untuk melanjutkan ke tingkat pascasarjana (yang sarat dengan pembuktian matematis) adalah teori set dan analisis riil (real analysis). Topik ini hanya dibahas sedikit dalam Chiang and Wainwright, yaitu di bagian Pendahuluan. Untuk membantu transisi ke Simon and Blume, beberapa mahasiswa lulusan S1 FEUI yang melanjutkan ke tingkat master dan/atau doktoral di luar negeri harus belajar sendiri dari buku berbasis analisis riil seperti Bartle and Sherbert (1999) (beberapa dari mereka sengaja mengambil matakuliah khusus di Departemen Matematika). Bagi mereka yang lalu memilih spesialisasi yang sarat dengan optimisasi yang dinamik seperti ilmu ekonomi sumber daya alam, maka perlu buku Chiang yang lain sebagai jembatan, yaitu Chiang (1999). Di jenjang pascasarjana (S2 dan S3), buku teks utama mikroekonomi seharusnya adalah Mas-‐Colell et al. (1995). Penulis memakai kata “seharusnya’ karena dua hal. Pertama, hampir semua departemen ilmu ekonomi di universitas-‐universitas ternama di luar negeri menggunakan Mas-‐Colell untuk teks master/doktoralnya. Kedua, sampai saat ini masih cukup sulit untuk menerapkan buku ini sebagai 3 Saat ini berturut-‐turut disebut PE1 (Pengantar Ekonomi 1) dan PE2.
3
teks utama di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi FEUI. Penyebabnya ada beberapa hal. Keragaman latar belakang mahasiswa adalah salah satunya. Seringkali, mahasiswa yang masuk ke program ini tidak mempunyai latar belakang ekonomi S1 sama sekali. Sementara itu belum ada program math-camp (kursus intesif matematika) atau matrikulasi yang efektif. Akibatnya, seringkali pengajar terpaksa mengacu kembali kembali kepada buku-‐buku teks S1 dan pada akhirnya tidak dapat memenuhi permintaan silabus, karena waktu yang terbatas. Karena masalah ini, beberapa pengajar mungkin lalu ‘terpaksa’ menggunakan Mas-‐Colell hanya sebagai referensi pendukung. Sebelum Mas-‐Colell et al., teks utama mikroekonomi untuk pascasarjana adalah Varian (1992) pada matakuliah Mikro 1 dan Mikro 2 (master serta sebagian syarat doktoral), lalu artikel-‐artikel klasik dari jurnal ilmiah pada Mikro 3.4 Varian sendiri adalah buku teks yang sangat bagus. Namun ia cenderung terlalu ringkas dan karenanya tidak cukup untuk masuk ke pembuktian yang rinci. Mas-‐ Colell, sebaliknya, cenderung terlalu masif. Namun, ia sangat disiplin dalam struktur dan tingkatan-‐tingkatan argumentasi (definisi, lemma, proposisi, teori, dsb.). Penulis sendiri menggunakan keduanya sebagai acuan dan mempersilakan mahasiswa untuk memilih salah satunya sebagai teks utama dan yang lainnya sebagai penunjang. Mungkin saja ada buku teks di luar kedua buku ini yang bisa menjembatani kekurangannya (Varian terlalu singkat, Mas-‐Colell terlalu panjang). Misalnya, Kreps (1990). Tapi Kreps tampaknya lebih bagus bagi mereka yang nantinya ingin mendalami ekonomi dengan pendekatan game theory. Pada akhirnya memang pengajar perlu mengkombinasikan teks-‐teks ini. Seperti disebutkan di atas, seri mikroekonomi di pascasarjana ilmu ekonomi terdiri dari 3 matakuliah: Mikro 1, 2, dan 3. Idealnya, menurut penulis, cara membagi teks cukup dengan “membelah” Mas-‐Colell menjadi 3 bagian, sesuai dengan urutan di buku tersebut. Jadi, Mikro 1 akan berisi Bagian Pertama dari Mas-‐Colell (“Individual Decision Making”). Ini berisi teori konsumsi, produksi, serta pilihan pada kondisi ketidakpastian. Selanjutnya, Mikro 2 berisi Bagian Kedua dan Bagian Ketiga buku Mas-‐Colell (“Game Theory” dan “Market Equilibrium and Market Failure”). Terakhir, Mikro 3 berisi Bagian Keempat dan Bagian Kelima dari buku tersebut (“General Equilibrium” dan “Welfare Economics and Incentives”). Sejak mengajar mikroekonomi di pascasarjana FEUI, sampai saat ini penulis belum bisa secara efektif menyelesaikan kedua bagian terakhir dari Mas-‐Colell untuk kelas Mikro 3. Penyebabnya, seperti didiskusikan di atas, seringkali penulis harus kembali ke teks-‐teks yang lebih bersifat intermediate, karena varians mahasiswa yang terlalu besar. Hal lain yang mungkin ikut berperan dalam aspek ini adalah belum adanya matakuliah tersendiri untuk subjek penting seperti game theory. Jika ia ada, tentu waktu untuk Mikro 2 bisa mengambil sebagian dari Mikro 3, sementara yang terakhir ini bisa lebih fokus pada teori keseimbangan umum dan teori kesejahteraan. Bahkan untuk pengajaran dengan teks Mas-‐Colell saja sebaiknya disertai dengan buku-‐buku subtopik yang sangat mendalam seperti Berndt (1996) untuk ekonometrik, 4 Perhatikan bahwa ada dua buku teks karya Varian yang diacu dalam tulisan ini.
4
Gibbons (1992) untuk teori permainan, Just et al. (1981) untuk teori kesejahteraan, serta Laffont (1989) untuk teori informasi. Dari pengalaman penulis, sangat sulit untuk mengkombinasikan semua teks ini sementara juga dalam waktu yang terbatas ingin menyelesaikan teks Mas-‐Colell. Belum solidnya pengajaran mikroekonomi, terutama di program pascasarjana sering terefleksikan dalam ujian kualifikasi mahasiswa calon kandidat doktor. Jamak terjadi, mereka terkesan bingung harus menggunakan pendekatan yang mana, sekalipun semuanya pada dasarnya sama. Juga, keharusan untuk menjaga tingkat abstraksi di program S3 seringkali ternyata menyulitkan beberapa mahasiswa dalam menangkapa intuisi di balik deretan teori, proposisi, bahkan definisi. Untuk problem pertama, menurut penulis, perlu dilakukan konsolidasi buku teks lagi dengan lebih tegas dan diikuti oleh semua pengajar di ketiga matakuliah tersebut. Untuk problem kedua, mungkin diperlukan math-camp yang efektif di awal perkuliahan pascasarjana (dan bukan dengan menurunkan tingkat abstraksi Mikro 3, misalnya). Pada akhirnya, kesadaran dan keaktifan mahasiswa sendiri tentu mempunyai peran penting. Biasanya, mereka yang berhasil adalah justru yang banyak mencari dan belajar sendiri. Rekomendasi bacaan, terutama pada artikel-‐artikel klasik yang penting, disebutkan di dalam setiap bab di Mas-‐Colell (dan juga buku teks lainnya). Ini mencakup karya-‐karya Marshall, Nash, sampai Stiglitz. Namun mengingat Mas-‐Colell terbit 1995, tentu perkembangan mikroekonomi juga sudah jauh lebih pesat. Maka penting bagi mahasiswa untuk membaca jurnal-‐ jurnal terbaru, setidaknya untuk mendapatkan sense di mana frontir ilmu mikroekonomi saat ini. Beberapa dari ekonom utama dunia saat ini berbaik hati membagi pandangan-‐pandangan mereka di blog yang mudah diakses (Becker, Mankiw, Krugman, Landsburg, dll). Tapi sumber “edutainment” seperti ini bukan substitusi buku teks dan jurnal ilmiah, sekalipun mereka sangat bermanfaat untuk menjadi salah satu sumber informasi informal tentang frontir tadi. Referensi (dengan menggunakan tahun edisi terakhir): Bartle, Robert G. and Donald R. Sherbert. 1999. Introduction to Real Analysis. 3rd edition. Wiley. Berndt, Ernst R. 1996. The Practice of Econometrics: Classic and Contemporary. Addison Wesley. Chiang, Alpha C. 1999. Elements of Dynamic Optimization. Waveland Press. Chiang, Alpha C. and Kevin Wainwright. 2005. Fundamental Methods of Mathematical Economics. 4th edition. McGraw-‐Hill. Gibbons, Robert. 1992. Game Theory for Applied Economists. Princeton University Press. Henderson, James M. and Richard E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory: A Mathematical Approach. 3rd edition. McGraw-‐Hill. Just, Richard E., Darrel L. Hueth, and Andrew Schmitz. 1981. Applied Welfare Economics and Public Policy. Prentice Hall. Kreps, David M. 1990. A Course in Microeconomic Theory. Prentice Hall.
5
Mas-‐Colell, Andreu, Michael D. Whinston, and Jerry R. Green. 1995. Microeconomic Theory. Oxford University Press. Mankiw, N. Gregory. 2008. Principles of Economics. 5th edition. South-‐Western College. Laffont, Jean-‐Jacques. 1989. The Economics of Uncertainty and Information. The MIT Press. Lipsey, Richard G., Christopher T.S. Ragan, and Paul A. Storer. 2007. Economics. 13th edition. Prentice Hall. Pindyck, Robert L. and Daniel S. Rubinfeld. 2008. Microeconomics. 7th edition. Prentice Hall. Samuelson, Paul and William Nordhaus. 2009. Economics. 19th edition. McGraw-‐ Hill/Irwin. Simon, Carl P. and Lawrence Blume. 1994. Mathematics for Economics. WW Norton and Co. Varian, Hal. 1992. Microeconomic Analysis. 3rd edition. WW Norton and Co. Varian, Hal. 2009. Intermediate Microeconomics. 8th edition. WW Norton and Co.
6