PENERIMAAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI
SKRIPSI
Oleh : Mutia Nadia 201210230311028
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
PENERIMAAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Mutia Nadia 201210230311028
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016
LEMBAR PENGESAHAN 1. Judul Skripsi
:
Penerimaan Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi
2. Nama Peneliti
: Mutia Nadia
3. NIM
: 201210230311028
4. Fakultas
: Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian :
3 Desember – 29 Desember 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 2 Februari 2016 Dewan Penguji Ketua Penguji
: Dr. Iswinarti, M.Si.
(
)
Anggota Penguji
: 1. Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA. (
)
2. Ni’Matuzahroh, S.Psi, M.Si.
(
)
3. M. Shohib, S.Psi, M.Si.
(
)
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Iswinarti, M.Si.
Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA. Malang, Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
i
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Mutia Nadia
NIM
: 201210230311028
Fakultas/Jurusan
: Psikologi
Perguruan Tinggi
: Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul : Penerimaan Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi 1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Malang, 28 Januari 2016 Mengetahui, Ketua Program Studi
Yang Menyatakan, Materai Rp. 6000
Yuni Nurhamidah, S.Psi, M.Si.
Mutia Nadia
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, rezeki, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga, sahabat, dan kepada umatnya sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini dengan judul “Penerimaan Diri Dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi” diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan yang bermanfaat, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku ketua program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. 3. Dr. Iswinarti, M.Si selaku pembimbing I dan Siti Maimunah S.Psi., MM., MA selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan arahan, bimbingan yang sangat berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 4. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah membimbing, memberikan nasihat, dan begitu banyak mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang begitu berarti bagi penulis. 5. Kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman serta memberikan pengarahan yang bermanfaat bagi penulis. 6. Kepada Ayah dan Ibu tersayang, M. Munawar dan Dian Yuliatmianti yang tidak hentinya memanjatkan doa dalam setiap sujudnya, memberikan semangat, dukungan, serta menjadi motivasi bagi penulis baik secara moril dan materil demi kelancaran skripsi ini. Dukungan dari kalian menjadi kekuatan besar bagi penulis agar mampu dan yakin dalam proses perkuliahan sampai dengan proses skripsi ini. Serta adik-adik terkasih, M. Faishal Aldian, Aqilah Fadhiyah yang menjadi motivasi dan semangat bagi penulis. Teruslah berprestasi dan melakukan hal positif untuk membanggakan kedua orang tua. 7. Kepada Zani Patria Akbar yang selalu mendukung, mendoakan, memberikan nasihat dan memberikan semangat tiada henti untuk kelancaran perkuliahan dan proses skripsi, serta Fritta Esya Putri yang juga tidak luput selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis agar mampu menjalani hari-hari dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Kepada teman-teman tercinta, Nova Ariyanthi, Amelia Namira, Galuh Kikiany Sulanjono, Weny Joana Indrianing Islam, yang tiada henti mencurahkan kasih sayang, menjadi penyemangat dan memberikan dukungan tiada habisnya untuk mendorong penulis menjadi lebih termotivasi dalam perkuliahan sampai dengan proses skripsi. Terima kasih selalu menemani hari-hari penulis dalam keadaan senang maupun susah. 9. Kepada Muhammad Slamet (Mas Memet) yang membantu kelancaran proses skripsi dan dengan sabar memberikan arahan dan bantuan kepada penulis serta terima kasih iii
untuk ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan. Serta sahabatku Amalia Asfarina, yang selalu memberikan dukungan luar biasa, Syauqi Dzulfikar dan Ical Nesar yang juga selalu memberikan semangat. 10. Kepada seluruh keluarga besar psikologi 2012, khususnya psikologi B dan psikologi A angkatan 2012 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang memberikan banyak pengalaman, dukungan, dan telah menjadikan penulis sebagai keluarga baru. 11. Teman-teman bimbingan seperjuangan Dewi, Astri, Ayu, Syifa, Andin, Mirza, Kiki Yunida, Kiki, Shella, Alfi, Resti, Lovi, Defi, Manda yang selalu memberikan informasi dan menjadi motivasi bagi penulis untuk terus menyelesaikan skripsi dengan baik. 12. Kepada seluruh kerabat, teman, sahabat, dan sanak keluarga di Malang maupun Mataram yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang juga tidak lupa selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah mendukung dan menjadi motivasi bagi penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan karena setiap manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat menjadikan penulis lebih baik lagi dan dapat menciptakan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga karya ini memberikan manfaat bagi semua pihak.
Malang, 28 Januari 2016 Penulis
Mutia Nadia
iv
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan .....................................................................................................................i Surat Pernyataan ........................................................................................................................ ii Kata Pengantar .......................................................................................................................... iii Daftar Isi ..................................................................................................................................... v Daftar Tabel ...............................................................................................................................vi Daftar Lampiran ....................................................................................................................... vii ABSTRAK ................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 2 Masa Pensiun .......................................................................................................................... 5 Penerimaan Diri ...................................................................................................................... 6 Status Sosial Ekonomi ............................................................................................................ 8 Penerimaan Diri Pensiun Berdasarkan Status Sosial Ekonomi ............................................ 10 METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 11 Rancangan Penelitian ........................................................................................................... 11 Subjek Penelitian .................................................................................................................. 11 Variabel dan Instrumen Penelitian ....................................................................................... 11 Prosedur dan Analisa Data ................................................................................................... 13 HASIL PENELITIAN ............................................................................................................ 14 DISKUSI .................................................................................................................................. 15 SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................................. 18 REFERENSI ............................................................................................................................ 19 LAMPIRAN............................................................................................................................. 22
v
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Indeks validitas dan reliabilitas instrumen penelitian .............................................. 12 Tabel 2.1. Deskripsi subjek penelitian ...................................................................................... 14 Tabel 2.2. Hasil analisa uji beda penerimaan diri ditinjau dari status sosial ekonomi ............. 14 Tabel 2.3. Penerimaan diri dengan mean status sosial ekonomi............................................... 14 Tabel 2.4. Tabel perbandingan status sosial ekonomi .............................................................. 15
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Hasil Uji One Way Anova ....................................................................................................... 22 Uji normalitas ....................................................................................................................... 23 Uji linieritas .......................................................................................................................... 23 Uji homogenitas ................................................................................................................... 23 Uji Hipotesis ......................................................................................................................... 23 Multiple comparisons ........................................................................................................... 24 Analisa mean penerimaan diri .............................................................................................. 25 Lampiran II Blue Print Skala ....................................................................................................................... 26 Blue print skala penerimaan diri .......................................................................................... 27 Blue print skala status sosial ekonomi ................................................................................. 27 Lampiran III Validitas dan Reliabilitas ....................................................................................................... 28 Item valid skala penerimaan diri .......................................................................................... 29 Item valid skala status sosial ekonomi ................................................................................. 29 Hasil uji coba skala............................................................................................................... 29 Lampiran IV Norma dan Tabel .................................................................................................................... 30 Norma kategori status sosial ekonomi.................................................................................. 31 Tabel penilaian skala status sosial ekonomi ......................................................................... 31 Lampiran V Skala Penelitian ....................................................................................................................... 32 Skala 1. Skala status sosial ekonomi .................................................................................... 33 Skala 2. Skala penerimaan diri ............................................................................................. 34 Lampiran VI Tabulasi Data .......................................................................................................................... 36
vii
Tabulasi data subjek status sosial ekonomi .......................................................................... 37 Tabulasi data subjek penerimaan diri ................................................................................... 41 Tabulasi data kategori instrument skala penelitian .............................................................. 45
viii
PENERIMAAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI Mutia Nadia Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected] Bagi para pekerja, terutama para pegawai negeri perlu adanya kesiapan diri untuk menjalani kehidupan pensiun baik secara psikologis maupun secara finansial. Butuh penerimaan diri yang positif bagi para pekerja untuk melewati fase pensiun yang positif. Penerimaan diri berhubungan dengan status sosial ekonomi. Semakin tinggi status sosial ekonomi individu, semakin tinggi pula dirinya menerima pensiun. Sebaliknya semakin rendah status sosial ekonomi, semakin sulit untuk menghadapi pensiun karena tidak adanya kesiapan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penerimaan diri dalam menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Subjek penelitian yaitu pensiunan pegawai negeri sipil usia 55 sampai 70 tahun. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala penerimaan diri dan skala status sosial ekonomi terhadap 100 subjek pensiunan PNS. Analisa data yang digunakan adalah analisa statistik One Way Anova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan diri dalam menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi yang signifikan (F = 3,667; Sig = 0,029<0,05). Kata Kunci : Penerimaan diri, status sosial ekonomi, pensiun For workers, particularly civil servants need for preparedness to live a retired life both psychologically and financially. It took a positive self-acceptance for workers to pass a positive retirement phase. Self-acceptance associated with socioeconomic status. The higher socioeconomic status of individuals, the higher the pension he receives. Conversely, the lower socioeconomic status, they will be more difficult to engage with pensions in the absence of economic readiness. This study aims to determine the differences in selfacceptance in facingthe retirement in terms of socioeconomic status. The subject of this research were the retired civil servants aged 55 to 70 years. The methods employed for data collection in this study uses self-acceptance scale and the scale of socioeconomic status on 100 subjects retired civil servants. The data analysis used is the One Way ANOVA statistical analysis. The results showed that there were differences of self-acceptance in facing the retirement in terms of significant socioeconomic status (F = 3.667; Sig = 0.029 < 0.05). Keywords : Self-acceptance, socioeconomic status, retirement
1
Setiap individu akan mengalami fase dimana dirinya akan menjadi tua dan kehilangan pekerjaan seperti pensiun. Masa individu memulai bekerja dinamakan “saat bekerja” dan setelah mengabdikan dirinya pada perusahaan selama berpuluh-puluh tahun tiba pada masa akhirnya disebut “pensiun” (Hasibuan 2000, dalam Adhiwardani, 2002). Idealnya masa pensiun dirasakan oleh individu sebagai suatu kebahagiaan, suatu masa yang ditunggutunggu karena dirinya merasa sudah cukup bekerja, merasa puas, dan sudah merasa saatnya berhenti bekerja sehingga dapat meluangkan waktu untuk melakukan hobi yang selama ini mereka tinggalkan (Hadjam 2001, dalam Adhiwardani, 2002). Perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, perubahan secara keseluruhan terhadap pola individu yang akan pensiun (Hurlock 1999, dalam Adhiwardani, 2002) dapat menimbulkan perbedaan sikap penerimaan atau penolakan (Walgito 1998, dalam Adhiwardani, 2002). Menurut Hardy dan Heyes (1998, dalam Adhiwardani, 2002) individu yang menerima masa pensiun dapat merasa bahagia dan gembira karena memiliki waktu luang untuk mengerjakan segala sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan konsentrasi penuh, sebaliknya ada yang tidak dapat menerima keadaan pensiun dengan merasa cemas, takut karena diasingkan dan tidak berguna lagi oleh lingkungannya. Ada juga individu yang merasa biasa saja karena memiliki keyakinan bahwa masa pensiun tidak benar-benar membawa perubahan pada dirinya. Penerimaan diri berarti menerima keadaan diri sendiri tanpa suatu syarat terlepas dari apakah perilaku tersebut kompeten atau benar dan apakah orang lain cenderung untuk mengungkapkan rasa persetujuan atau perhatian (Matthews, 1993). Matthews (1993) juga menyatakan bahwa penerimaan diri adalah suatu keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan karakteristik dirinya, serta mampu dan mau untuk hidup dengan keadaan tersebut. Individu dengan penerimaan diri akan mampu menghadapi kenyataan dirinya yang dimiliki serta mengetahui kelemahan dan kelebihan akan dirinya. Hjelle dan Ziegler (1985, dalam Adhiwardani, 2002) menyatakan bahwa individu dengan penerimaan diri akan memiliki toleransi terhadap hal-hal frustasi atau kejadian-kejadian yang menjengkelkan, dan toleransi terhadap kelemahan-kelemahan dirinya tanpa harus menjadi sedih atau marah. Komponen penerimaan diri (Cronbach 1963, dalam Adhiwardani, 2002) yaitu memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri dalam menjalani hidup dan menganggap diri sebagai pribadi yang berharga bagi orang lain, menyadari keadaan diri sendiri dan bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan serta tidak merasa bersalah akan keadaan diri. Para pekerja yang akan mendekati masa pensiun sering mengatakan bahwa mereka ingin melakukan pensiun secara bertahap daripada pensiun secara langsung dari pekerjaan penuh waktu yang mereka selama ini lakukan. Beberapa survei melaporkan bahwa lebih dari setengah pekerja dari keseluruhan pekerja yang telah mendekati masa pensiun memilih cara tersebut untuk mengakhiri masa kerja mereka (Hutchens, dalam Calvo, 2007). Para pekerja telah menghabiskan tiga puluh tahun bahkan lebih dalam masa kerja mereka dan pensiun menjadikan mereka untuk beristirahat secara sosial, psikologis, maupun dalam hal ekonomi yang mana mereka telah ketahui sebelumnya akan hal tersebut. Tidak heran bahwa para pekerja memilih untuk bernegosiasi pada tahapan transisi. Tahapan transisi yang mulus memungkinkan para pekerja yang telah memasuki masa pensiun untuk tetap melanjutkan aktivitas sehari-hari serupa dengan yang mereka lakukan pada usia tengah baya (Atchley 1999, dalam Calvo, Haverstick, Sass, 2007). Pensiun yang dilakukan secara bertahap juga dapat meningkatkan peluang untuk tetap aktif dan terlibat dalam hubungan secara sosial. Bukti menunjukkan bahwa tetap aktif dan mampu terlibat secara sosial pada masa pensiun dapat berdampak positif pada kesehatan dan kesejahteraan di masa pensiun (Brummett, dkk 2001, dalam Calvo, Haverstick, Sass, 2007). 2
Pemilihan dan penentuan diri juga merupakan faktor yang penting dalam kesuksesan pekerja dan fase pensiun (Herzog, House, & Morgan, 1991; Reis & Gould, 1993, dalam Santrock, 2002). Semakin sedikit pilihan orang-orang dewasa lanjut yang berhubungan dengan fase pensiunnya, maka semakin kurang puas mereka dengan kehidupannya. Pilihan-pilihan untuk mengontrol dan menentukan diri merupakan aspek-aspek penting dari kesehatan mental orang dewasa lanjut (Fry, Slivinske & Fitch, 1989, dalam Santrock, 2002). Satu dari tiga pekerja usia 55 mengatakan bahwa mereka ingin tinggal dalam pekerjaan mereka lebih lama jika mereka dapat mengurangi jam kerja (Wyatt 2004, dalam Calvo, Haverstick, Sass, 2007). Dua dari tiga usia 50 sampai 70 tahun mengatakan bahwa mereka berencana untuk bekerja di masa pensiun (Brown 2003, dalam Calvo, Haverstick, Sass, 2007). Memperluas kesempatan pekerja untuk melakukan pensiun secara bertahap telah menjadi perhatian pembuat kebijakan hal ini dikarenakan untuk melihat akomodasi keinginan pekerja, memfasilitasi masa transisi pekerja yang memasuki pensiun agar sukses dan untuk meningkatkan keamanan pendapatan pensiun (Hutchens & Papps, 2007, dalam Calvo, Haverstick, Sass, 2007). Di Inggris, pemerintah menyediakan hak sederhana tarif tetap yang memberikan manfaat pada pensiunan agar mereka menjaga pendapatan pensiunnya dan Negara berada diatas garis kemiskinan. Dengan demikian, melihat hal tersebut diharapkan pemberi kerja atau pelaku pensiun ataupun pensiunan pemegang jabatan dapat membuat perbedaan antara Negara pensiun dan aspirasi pendapatan masyarakat pensiun (Hills 2006, dalam Clark & Knox, 2010). Konsekuensinya, pemerintah Inggris, seperti kebanyakan pemerintah barat lainnya, berupaya untuk mendorong pekerja pria dan wanita untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk perencanaan pensiun. Tabungan pensiun mungkin menjadi satu-satunya cara untuk mencapai standar hidup yang wajar di masa pensiun yang akan datang (Pensions Commission 2005, dalam Clark & Knox, 2010). Seperti Negara lain, Indonesia percaya Negara wajib melindungi rakyatnya agar terhindar dari ketiadaan penghasilan pada usia lanjut. Untuk itu, pemerintah mengadakan program Jaminan Pensiun (JP) sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) yang akan diselenggarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang mana untuk merencanakan rancangan program pensiun yang optimal agar memperoleh manfaat yang memadai, dapat bertahan untuk jangka waktu lama, tidak memberatkan dan terjangkau, serta bersifat adil dan sama rata (Kompas, April 2015). Pertanyaan dasar di setiap Negara adalah apakah perbedaan dalam hal kesehatan terkait status sosial ekonomi dengan indikator pendidikan, pendapatan, dan kekayaan sebagian besar mencerminkan dampak dari status sosial ekonomi untuk kesehatan. Ilmuwan medis banyak menyimpulkan bahwa jalur yang dominan adalah status sosial ekonomi yang bervariasi dalam menghasilkan besar kesenjangan kesehatan. Indikator pada status sosial ekonomi tersebut menjadikan para pekerja yang akan memasuki masa pensiun menjadi ragu dan tidak sedikit yang tidak menerima dirinya akan pensiun dan merasa masih mampu untuk bekerja (Strauss & Lei, 2010). Debat utama mereka adalah mengenai mengapa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan kesehatan yang buruk karena kekhawatiran para pensiunan dengan keadaan kehidupan mereka setelah pensiun (Marmot, 1999, dalam Strauss & Lei 2010). Grundy dan Holt (2001) menyatakan bahwa terdapat tiga teori yang mengkaitkan hubungan status sosial ekonomi dengan faktor kesehatan. Pertama, individu menjadi materialistis.
3
Seseorang dengan pendapatan lebih tinggi akan mampu membeli sesuatu yang jauh lebih baik, misalnya rumah untuk tempat tinggal dengan lingkungan dan akses yang lebih baik dan makanan yang diinginkan jauh lebih baik dan mahal. Kedua yaitu menekankan perilaku atau gaya hidup seperti merokok, diet, mengkonsumsi alkohol dan lebih memperhatikan pola kesehatan yang tepat. Ketiga yang mana seseorang lebih menekankan pada faktor-faktor psikososial seperti pemberdayaan, tingkatan berhubungan sosial, hubungan status sosial dengan relasi, seperti halnya dalam pekerjaan. Status sosial ekonomi adalah salah satu hal yang menunjukkan pemahaman mendalam tentang bagaimana masyarakat bekerja atau mungkin bagaimana seharusnya masyarakat bekerja untuk mencapai posisi diri dalam hirarki sosial yang berkonotasi pada posisi seseorang dalam hirarki terstruktur dan sangat mempengaruhi konsekuensi hidup seseorang. Dengan kata lain, status sosial ekonomi menunjukkan akses seseorang menuju sumber daya yang diinginkan, melalui barang-barang, uang, kekuasaan, hubungan pertemanan, kesehatan, waktu luang, atau kesempatan pendidikan dan akses sumber daya tersebut memungkinkan individu atau kelompok untuk mencapai kesejahteraan sosial (Strauss & Lei, 2010). Hirarki sosial atau stratifikasi tampaknya secara intuitif diakui oleh kebanyakan orang dimana-mana. Interaksi sosial biasanya menampilkan dari berbagai indikator atau mengungkapkan status sosial ekonomi kepada orang lain dari kelompok sosial (Smith, dkk, 2011, dalam Oakes, 2010). Status sosial berpengaruh terhadap kemampuan seseorang menghadapi masa pensiunnya. Jika semasa kerja ia mempunyai status sosial tertentu sebagai hasil dari prestasi kerja keras (sehingga mendapatkan penghargaan dari masyarakat dan organisasi), ia pun cenderung lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik (karena konsep diri yang positif dan social network yang baik). Namun, jika status sosial itu didapat bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya lebih karena politis dan uang atau harta ) orang itu justru cenderung mengalami kesulitan saat menghadapi pensiun karena begitu pensiun, kebanggaan dirinya lenyap sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang menempel pada dirinya selama ia bekerja (Oakes, 2010). Dalam ABS survei (Australian Bureau of Statistics), keamanan finansial dan kesehatan menjadi dua alasan yang paling penting untuk memasuki masa pensiun. Survei ABS juga meminta responden yang belum memasuki masa pensiun untuk menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pensiun yang akan terjadi pada mereka dan dapat diketahui bahwa faktor utama yang menjadi perhatian mereka adalah kesehatan dan sosial ekonomi (Strauss & Lei, 2010). Dengan kata lain, sosial ekonomi dan kesehatan menjadi perhatian utama individu yang akan memasuki atau yang telah memasuki masa pensiun karena dua hal tersebut mempengaruhi kehidupan keseharian mereka setelah menjalani pensiun. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan penerimaan diri pensiun jika dilihat dari tingkatan status sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perbedaan penerimaan diri pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Selain itu adapun beberapa manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan masukan dalam bidang psikologi perkembangan mengenai penerimaan diri individu dalam menghadapi pensiun dan juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada individu yang akan menghadapi pensiun mengenai penerimaan diri yang ditinjau dari keadaan status sosial ekonomi.
4
Masa Pensiun Pensiun adalah masa dimana seseorang istirahat atau berhenti dari pekerjaannya (Calvo, Haverstick, Sass, 2007) dan dianggap tidak mampu lagi bekerja pada sebuah perusahaan tempat mereka bekerja karena usia mereka yang tidak mampu lagi dan akan digantikan dengan pekerja yang lebih muda. Seseorang yang pensiun rata-rata usia 55 sampai dengan 65 tahun. Pensiun juga dapat diartikan sebagai masa dimana seorang pekerja telah selesai menyelesaikan tugas disuatu perusahaan dan dapat menikmati sisa hidup hari tuanya bersama pasangan. Seseorang yang pensiun juga akan diberikan uang gaji sebagi haknya tiap bulannya walaupun telah pensiun sebagai bentuk menghargai kerja keras serta pengabdiannya di perusahaan tersebut (Charles, 2002) Biren dan Butler (dalam Malette & Oliver, 2006) menekankan pentingnya makna pribadi dan pertumbuhan pribadi dalam proses penuaan dan hal tersebut menjadi hubungan yang kuat dan erat di seluruh jangka kehidupan. Terutama dalam dekade terakhir ini, merupakan tugas utama bagi pensiun dan para lansia lainnya untuk menemukan makna pribadi dalam hidupnya. Pensiun dapat menjadikan individu menemukan makna hidupnya. Namun, hal tersebut merupakan sesuatu yang kurang efektif dan menjadi bagian dari proses yang spontan, tetapi dapat membantu individu lebih efektif dan efisien dalam menghadapi tantangan kehidupan (dalam Malette & Oliver, 2006). Namun kemungkinan terjadi guncangan, kehilangan, dan penyesuaian saat memasuki masa penisun diperkuat dengan temuan bahwa sepertiga dari pensiunan memiliki gaya penyesuaian yang buruk (Osborne, 2012) Usia 65 tahun adalah usia sewajarnya dipilih sebagai usia pensiun dalam usia harapan hidup yaitu 37 tahun (Friedan, 1995, dalam Mallete & Oliver, 2006). Sejak saat itu individu berumur panjang meningkat secara signifikan, tetapi kebanyakan orang tetap memilih untuk pensiun pada usia 65 tahun atau bahkan lebih awal (Blanchard de Ravinel & de Ravinel, 2003; Friedan, 1995, dalam Mallete & Oliver, 2006). Sebuah awal baru menanti di “usia tua muda” para pensiun dan definisi mengenai pensiun saat ini lebih mungkin sebagai : surutnya kehidupan kerja dan membuat transisi pada fase kehidupan baru dimana peluang untuk meraih kebahagiaan dan lebih mengisyaratkan pengembangan pribadi. Definisi tersebut menjadi lebih optimistis dan membuat tantangan menjadi peluang untuk membuat hidup lebih sukses (Milne, 2013). Pensiun lebih berkaitan dengan proses pengertian terhadap diri sendiri dari titik waktu tertentu (Greer, 2004, hal.10, dalam Mallete & Oliver, 2006). Dengan demikian, pensiun melibatkan definisi ulang dari diri berdasarkan sesuatu yang lain dari pekerjaan seseorang dan kompetensi yang berhubungan dengan pekerjaan. Selanjutnya, menjadi perubahan utama dalam rutinitas sehari-hari yang berhubungan dengan relasi, peran kerja, dan identitas (Blanchard de Ravinel & de Ravinel, 2003; Hogue-Charlebois & Pare, 1998; Houde, 2003; Jonsson, Borell & Sadlo, 2000; Price, 2000; Schlossberg, 2004, dalam Mallete & Oliver, 2006). Pensiun merupakan masa transisi untuk meninggalkan kebiasaan yang biasa dilakukan, biasanya memasuki situasi atau keadaan yang tidak dikenal sebelumnya, dan mungkin mengalami perasaan yang signifikan (sedih atau kurang terbiasa) dengan keadaan yang baru (Mallete & Oliver, 2006). Pensiun memberikan akhir dari pekerjaan seseorang, dapat memberikan dampak positif dan negatif (Atchley, 1971, 1993, dalam Charles, 2002). Banyak kemungkinan seseorang dapat membuka dirinya untuk menghadapi pensiun, secara pribadi dan profesional (Dittman, 2004, dalam Mallete & Oliver, 2006). Jonsson, dkk (2000, dalam Mallete & Oliver, 2006) menemukan bahwa sebagian besar pensiunan telah mempelajari kegiatan rutin yang akan 5
mereka lakukan ketika menghadapi pensiun, seperti olahraga, membaca, menjadi relawan dan melakukan aktivitas berkomitmen yang telah dipilihnya. Berbagai kegiatan yang dipilih oleh kebanyakan para pensiun melibatkan kegiatan saling menghargai satu sama lain dengan maksud untuk kesejahteraan diri sendiri dan orang lain (Schlossberg, 2004, dalam Mallete & Oliver, 2006). Vicktor (1994, dalam Osborne, 2012) mengidentifikasi lima (5) tahap yang muncul dalam transisi untuk pensiun : meningkatnya minat sebagai pensiunan, euphoria awal, beberapa stress, penyesuaian dengan gaya hidup baru, dan kemudian menetap. Setiap pensiunan memiliki kekhawatiran terhadap penyesuaian perubahan gaya hidup yang terjadi, saat usia produktif untuk bekerja mulai akan berakhir. Transisi masa pensiun menimbulkan beberapa guncangan dan kejutan bagi berakhirnya kehidupan pekerjaan. Persiapan menghadapi pensiun juga dapat menjadi perencanaan keuangan karena mereka yang telah memasuki masa pensiun harus memperhatikan perencanaan keuangan mereka dikarenakan tidak akan lagi menjalani pekerjaan sebagaimana biasanya dan pemasukan yang semakin berkurang (Osborne, 2012). Pensiun, seperti halnya masa transisi lainnya mendorong banyak orang paling tidak untuk menjadi introspektif. Mereka akan mempertanyakan manfaat yang telah mereka ciptakan, masa lalu profesional, dan prestasi pribadi yang mereka jalani disisa hidup mereka. Peningkatan perasaan merasa terdesak lebih kuat dibandingkan dengan masa transisi lainnya dan dapat mengingatkan akan kesadaran tentang kematian (Nadeau, 2003, dalam Mallete & Oliver, 2006). Kesadaran akan kematian menyebabkan seseorang mencoba untuk hidup lebih lengkap dan berarti serta lebih sadar akan bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka (Mallete & Oliver, 2006). Pensiunan lebih cenderung memiliki setidaknya beberapa masalah psikologis karena tidak semua para pensiun dapat menikmati hidup mereka hanya berada di rumah saja, tetapi ada pula yang setelah pensiun masih mampu melanjutkan kegiatan bekerja yang produktif. Masalah psikologis tersebut dapat diatasi jika para pensiunan tersebut dapat mengoptimalkan kepuasan hidup mereka (Osborne, 2012). Penerimaan Diri Menurut Szentagotai & David (2013) penerimaan diri adalah kesadaran diri sendiri melalui proses memahami kehidupan individu itu sendiri dengan dihadapkan pada kenyataan yang wajar serta memahami pro dan kontra dan menerima keterbatasan dan kesalahan penilaian yang dilakukan, termasuk juga memahami konteks lingkungan dan situasi yang terlibat. Seseorang dengan penerimaan diri akan bertanggung jawab pada keputusan yang dipilih dan menjalani hidup dengan kemampuan yang dimiliki sendiri. Selain itu peneriman diri juga mengarah pada perasaan bahwa mereka berharga dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara efektif dan kreatif. Chamberlain dan Haaga (2001, dalam Szentagotai & David, 2013) menemukan bahwa ukuran seseorang mampu menerima dirinya berkaitan positif dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan, terlepas dari kecemasan, depresi dan hal-hal negatif lainnya. untuk mencapai hal tersebut harus berkorelasi dengan harga diri. Menurut Maslow (dalam Szentagotai & David, 2013) yang mendukung penerimaan diri seseorang yang baik adalah salah satunya terletak pada karakteristik aktualisasi diri orang tersebut. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang merasa menerima dirinya sendiri tanpa kecewa, merasa kekurangan dan keluhan. Pribadi tersebut juga mampu mengaktualisasikan dirinya pada lingkungan sekitar (Maslow, 1954 dalam Szentagotai & David, 2013). Carls Roger (dalam Szentagotai & David, 2013) juga memiliki pandangan yang sama mengenai penerimaan diri yaitu sebagai proses menuju kesejahteraan hidup dan menjadi unsur utama untuk merasa puas dan terbebas dari emosi negatif. 6
Penerimaan diri merupakan variabel yang penting dan telah teruji dalam berbagai terapi Gestalt dan Rogerian. Pengembangan kesadaran diri dan penerimaan diri individu merupakan objek utama terapi Gestalt (Dryde & Neenan, 2004; Ellis, 1994, dalam Davies, 2008) yang mengarah pada aktualisasi diri (Chamberlain & Haaga, 2001, dalam Davies, 2008). Objek utama terapi Rogerian adalah memecahkan keadaan yang tidak harmoni (inconcruence) dengan membantu klien untuk dapat menerima dan menjadi diri sendiri (Davies, 2008). Penerimaan diri dapat dicapai apabila aspek-aspek dari diri dalam keadaan seimbang, di mana penerimaan diri individu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (real self) dan keadaan yang diinginkannya (ideal self). Davies (2008) juga menuturkan bahwa penerimaan diri berkaitan dengan konsep diri yang positif. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat memahami dan menerima faktafakta yang begitu berbeda dengan dirinya, orang dapat menyesuaikan diri dengan seluruh pengalaman mentalnya sehingga evaluasi tentang dirinya juga positif dan dapat dengan mudah menjauhkan dirinya dari hal negatif. Seseorang yang memiliki konsep diri, dapat juga terhindar dari perilaku stress dan depresi karena adanya konsep untuk hidup secara positif. Penerimaan diri terkait pula dengan emosi positif dan terpuaskannya hubungan sosial, prestasi dan penyesuaian terhadap kejadian hidup negatif (Williams & Lynn, 2010, dalam Szentagotai & David, 2013). Penerimaan diri juga menjadi tujuan utama dalam situasi permusuhan atau situasi yang bertentangan dengan keinginan yang mana hal tersebut tidak dapat dihindari, melarikan diri atau dihilangkan oleh individu itu sendiri (Szentagotai & David, 2013). Pentingnya penerimaan diri untuk kesehatan jiwa dan kesejahteraan agar terhindar dari efek merugikan. Seseorang dengan penerimaan diri yang baik akan merasa memiliki harga diri yang tinggi seperti halnya dia membiarkan orang lain mengetahui bagaimana dia berpikir dan merasa. Sebaliknya seseorang dengan harga diri yang rendah akan takut dan menolak orang lain mengetahui keadaan dirinya dan akan mengambil langkah untuk menuju penerimaan diri. Syarat penerimaan diri akan mempengaruhi harga diri karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Tanpa penerimaan diri seseorang tidak akan memiliki kemajuan dalam hubungan yang efektif (Matthews, 1993). Aspek-aspek Penerimaan Diri Sheerer (dalam, Denmark, 1973) menyebutkan aspek-aspek penerimaan diri, yaitu a) kepercayaan atas kemampuannya untuk dapat menghadapi hidupnya, b) menganggap dirinya sederajat dengan orang lain, c) tidak menganggap dirinya sebagai orang hebat atau abnormal dan tidak mengharapkan bahwa orang lain mengucilkannya, d) tidak malu-malu atau sadar diri, e) mempertanggung jawabkan perbuatannya, f) mengikuti standard pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan, g) menerima pujian atau celaan secara objektif h) tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang berlebihan atau tidak memanfaatkan sifat-sifat yang luar biasa, dan i) menyatakan perasaannya secara wajar. Faktor-faktor Penerimaan Diri Kebanyakan dari seseorang bekerja dengan kepercayaan yang samar-samar berpendapat bahwa mereka tidak akan meninggal dalam pekerjaan tetapi justru akan menikmati hasil pekerjaan yang dilakukan jauh untuk masa depan (dalam Santrock, 2002). Orang-orang dewasa lanjut yang memiliki penyesuaian diri paling baik terhadap pensiun adalah orangorang dewasa yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, dan memiliki relasi sosial yang luas yang termasuk diantaranya teman-teman dan keluarga, dan 7
biasanya mereka puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985, dalam Santrock, 2002). Orang-orang dewasa yang lanjut dengan penghasilan tidak layak, kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stress yang terjadi pada masa pensiun, seperti misalnya kematian pasangannya, memiliki kesulitan untuk menghadapi masa pensiun (Stull & Hatch, 1984, dalam Santrock, 2002). Dua faktor yang mempengaruhi penerimaan diri (Carson & Langer, 2006) yaitu : a) faktor internal (dalam). Individu akan menanggapi dunia luarnya secara selektif. Individu akan melakukan seleksi terhadap hal apa saja yang akan diterima dan akan ditolak. Penyeleksian yang dilakukan oleh individu tersebut berhubungan dengan cara-cara yang digunakan untuk menanggapi suatu objek. Oleh karena itu, individu menjadi penentu bagi dirinya. Faktor lainnya yaitu b) faktor eksternal (luar) yang mana faktor eksternal ini berupa keadaan atau hal-hal yang berasal dari luar yang menjadi rangsangan bagi individu untuk terbentuknya suatu sikap. Carson dan Langer (2006) juga menemukan faktor lainnya yang mempengaruhi penerimaan diri adalah pendidikan dan dukungan sosial. Penerimaan diri semakin baik apabila ada dukungan dari orang sekitar. Individu yang mendapatkan dukungan yang baik akan berperilaku baik dan menyenangkan. Selain itu pendidikan juga dikatakan sebagai faktor penerimaan diri dimana individu yang memiliki pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi pula dalam menghadapi pensiun dan segera mencari upaya untuk menghadapi masa pensiun. Status Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai potensi serta kepribadian yang memungkinkan diterima dalam pergaulan dengan individu yang lain. Karena setiap individu akan menyalurkan potensi tersebut untuk kepentingan tertentu kemudian individu yang lain dapat menerima dan mengakuinya (Oakes, 2010). Oakes (2010) juga mendefinisikan status sosial merupakan kedudukan seseorang di masyarakat, di mana didasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat yang tinggi ke yang lebih rendah dengan mengacu pada pengelompokkan menurut kekayaan kelas sosial Status sosial ekonomi dapat didefinisikan secara luas sebagai akses seseorang pada hal keuangan, sosial, budaya dan sumber daya modal manusia. Komponen status sosial ekonomi antara lain pendidikan, pekerjaan, rumah tangga, dan pendapatan. Status sosial ekonomi adalah cerminan budaya dan materi harta (furniture, aksesories), pendapatan, dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Oleh karena itu dapat diukur dengan harta dan keadaan lingkungan rumah (Oakes, 2010). Oakes (2010) menyatakan bahwa status sosial ekonomi adalah pemahaman bagaimana seharusnya masyarakat bekerja, atau mungkin bagaimana seharusnya bekerja untuk mencapai status atau hasil yang diinginkan. Status sosial ekonomi juga berkonotasi pada posisi seseorang dalam hirarki sosial, dengan kata lain status sosial ekonomi menunjukkan akses seseorang pada sumber daya yang diinginkan baik itu materi berupa barang, uang, kekuasaan, hubungan pertemanan, kesehatan, waktu luang, atau pendidikan. Akses tersebut memungkinkan individu untuk makmur dalam dunia sosial (Oakes, 2010). Pendekatan struktural yang biasanya mengukur status sosial ekonomi seseorang adalah pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan (Wright & Shin, 1988, dalam Nichol, Brown, & Haynes, tanpa tahun) 8
Status sosial ekonomi dikonsepkan sebagai identitas suatu kelompok, yaitu kelompok dengan status sosial ekonomi rendah dan kelompok status sosial ekonomi tinggi. Berikut klasifikasi status sosial ekonomi menurut Wright & Shin (1988, dalam Nichol, Brown, & Haynes, tanpa tahun) adalah: a) status sosial ekonomi atas adalah kelas sosial yang berada paling atas dari tingkatan sosial yang terdiri dari orang-orang yang sangat kaya, yang sering menempati posisi teratas dari kekuasaan. Dengan kata lain, status sosial ekonomi atas adalah dimana harta yang dimiliki di atas rata-rata harta orang lain pada umumnya dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan baik. b) status sosial ekonomi bawah adalah kedudukan seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut kekayaan, dimana harta kekayaan yang dimiliki termasuk kurang jika dibandingkan dengan rata-rata masyarakat pada umumnya serta tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun ciri-ciri umum keluarga dengan status sosial ekonomi atas dan bawah yang dikemukakan oleh Adler, dkk (1994), yaitu : a) ciri-ciri keluarga dengan status sosial ekonomi atas yaitu, tinggal di rumah-rumah mewah dengan status sebagai rumah pribadi (hak milik), kesehatan terjamin dan masih produktif untuk mencari nafkah, kepala rumah tangga memiliki pendidikan dan pendapatan yang tinggi, biasanya dalam pekerjaan memegang suatu jabatan, serta memiliki modal usaha. b) ciri-ciri keluarga dengan status sosial ekonomi bawah yaitu, tinggal di sebuah rumah yang bukan merupakan hak milik atau rumah kontrakan, kurangnya perhatian akan kesehatan dan tidak produktif lagi untuk bekerja, kepala rumah tangga menganggur dan hidup dari bantuan sanak saudara dan bekerja sebagi buruh atau pekerja rendahan seperti pembantu rumah tangga, tukang sampah, dan lainnya, dan tidak memiliki modal usaha Faktor-faktor Sosial Ekonomi Dapat diketahui bahwa faktor penentu status sosial ekonomi dari karakteristik-karakteristik rumah tangga mengacu pada sifat yang mencirikan kemiskinan dan sifat yang mencirikan ketidakmiskinan (Badan Pusat Statistik, 2014). Hasil Studi Penentuan Kriteria Penduduk Miskin (SPKPM 2012) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS pada tahun 2012, terdapat delapan (8) variabel yang dianggap layak sebagai penentuan rumah tangga miskin atau tidaknya di lapangan, yaitu : luas lantai perkapita, jenis lantai, air minum/air bersih, jenis jamban, kepemilikan asset, pendapatan (total perbulan), pengeluaran (persentase pengeluaran untuk makanan, dan konsumsi lauk pauk. Beberapa faktor yang mempengaruhi status sosial ekonomi menurut Adler, dkk (1994) yaitu meliputi pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pemilikan, dan kesehatan. Seseorang dikatakan memiliki status sosial ekonomi tinggi apabila memenuhi ke lima faktor yang disebutkan. Apabila salah satu faktor yang menunjang status sosial ekonomi tersebut kurang atau tidak terpenuhi, maka seseorang dapat dikatakan termasuk dalam golongan status sosial ekonomi rendah (Adler, 1994). Salah satu faktor status sosial ekonomi yang paling berpengaruh adalah kesehatan. Kesehatan menjadi unsur penting dalam tingkatan status sosial ekonomi. Beberapa ahli telah membandingkan bahwa tingkat peduli akan kesehatan adalah seseorang dengan tingkat ekonomi tinggi, sedangkan mereka yang berada dalam status ekonomi rendah tidak peduli dengan permasalahan kesehatan. Dapat dilihat dari lingkungan tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan nutrisi makanan sehari-hari, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Selain itu kesehatan menjadi penompang seseorang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja yang menjadi pemicu meningkatnya status sosial ekonomi (Strauss & Lei, 2010).
9
Penerimaan Diri Pensiun Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Menurut Szentagotai & David (2013) penerimaan diri adalah kesadaran diri sendiri melalui proses memahami kehidupan individu itu sendiri dengan dihadapkan pada kenyataan yang wajar serta memahami pro dan kontra dan menerima keterbatasan dan kesalahan penilaian yang dilakukan, termasuk juga memahami konteks lingkungan dan situasi yang terlibat. Seseorang dengan penerimaan diri akan bertanggung jawab pada keputusan yang dipilih dan menjalani hidup dengan kemampuan yang dimiliki sendiri serta merasa dirinya berharga dan mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara efektif dan wajar. Pada pensiun perlu adanya penerimaan diri dalam menerima keadaan dirinya yang dari masa transisi bekerja memasuki keadaan tidak bekerja lagi. Setiap pensiunan memiliki kekhawatiran terhadap penyesuaian perubahan gaya hidup yang terjadi, saat usia produktif untuk bekerja mulai akan berakhir. Transisi masa pensiun menimbulkan beberapa guncangan dan kejutan bagi berakhirnya kehidupan pekerjaan. Persiapan menghadapi pensiun juga dapat menjadi perencanaan keuangan karena mereka yang telah memasuki masa pensiun harus memperhatikan perencanaan keuangan mereka dikarenakan tidak akan lagi menjalani pekerjaan sebagaimana biasanya dan pemasukan yang semakin berkurang (Osborne, 2012). Seseorang dengan status sosial ekonomi tinggi biasanya lebih memiliki sikap penerimaan diri menghadapi pensiun dibandingkan dengan seseorang dengan status sosial ekonomi rendah karena mereka telah memiliki aset atau tabungan yang lebih dalam mempersiapkan masa pensiunnya. Orang-orang dewasa lanjut yang memiliki penyesuaian diri paling baik terhadap pensiun adalah yang sehat, yang memiliki pendapatan yang layak, aktif, pendidikan yang baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman-teman dan keluarga, dan biasanya mereka puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore dkk, 1985, dalam Santrock 2002). Dengan kata lain, kemampuan untuk hidup dengan segala kekurangan dan kelebihan diri tidak berarti bahwa individu tersebut akan menerima begitu saja keadaannya, karena individu ingin tetap berusaha mengembangkan diri. Individu dengan penerimaan diri akan mengetahui segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki dan mampu mengelolanya.
Kerangka Penelitian Status sosial ekonomi tinggi Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi menengah
Penerimaan diri pensiun
Status sosial ekonomi rendah Penerimaan diri seseorang dalam menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi, baik itu status sosial ekonomi tinggi, status sosial ekonomi menengah sampai dengan status sosial ekonomi rendah. Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi penerimaan diri seseorang dalam menghadapi pensiun. Semakin tinggi status sosial ekonomi yang diperoleh, maka semakin baik pula penerimaan dirinya karena merasa puas dengan apa yang dimiliki.
10
Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini bahwa ada perbedaan penerimaan diri pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi pada fase perkembangan dewasa madya pada usia 55-70 tahun dalam menghadapi masa pensiun.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Pada umumnya penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial yaitu dalam rangka pengujian hipotetsis dan menyandarkan kesimpulan pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka akan diperoleh signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti (Musianto, 2002). Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian metode yang didalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik (Musianto, 2002). Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif komparatif karena bertujuan untuk membandingkan dua gejala atau lebih. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah pensiunan pegawai negeri sipil yang baru memasuki masa pensiun dan sampai dengan 10 tahun masa pensiun sebanyak 100 subjek, laki-laki maupun perempuan, berusia 55 sampai dengan 70 tahun. Pengambilan subjek dilakukan menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2014). Dengan kata lain, peneliti akan mencari subjek sejumlah 100 orang subjek pensiunan pegawai negeri sipil, baik guru, perawat, TNI maupun polisi yang mana 100 orang tersebut akan diberikan kuesioner yang sama dengan jumlah yang sama. Variabel dan Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas (variabel independen) dan variabel terikat (variabel dependen). Variabel independen atau dapat dikatakan variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen atau variabel bebas merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah status sosial ekonomi, sedangkan variabel terikat adalah penerimaan diri. Status sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktrur masyarakat, pemberian posisi disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi oleh si pembawa status, misalnya pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan, kesehatan, dan kepemilikan (Adler, dkk, 1994). Status sosial ekonomi mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat. Status sosial 11
ekonomi tinggi menunjukkan kedudukan yang tinggi, sebaliknya status ekonomi yang rendah dapat menunjukkan masyarakat tersebut berada di bawah kedudukan seseorang yang berada dalam status sosial ekonomi tinggi. Penerimaan diri adalah keadaan dimana individu memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya dan selalu berpikiran positif tentang apa yang dimiliki dan apa yang akan dihadapi. Individu yang memiliki penerimaan diri akan selalu memiliki sikap positif dan menerima kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Selain itu individu tersebut juga lebih realistis dalam memandang kehidupan dan tidak putus asa dengan dirinya (Sheerer, dalam Denmark, 1973). Adapun data penelitian ini diperoleh dari instrument penelitian menggunakan model skala. Skala yang digunakan yaitu model skala likert dan skala Guttman. Pada skala penerimaan diri menggunakan skala likert. Skala likert adalah suatu himpunan butir pertanyaan sikap yang dipandang kira-kira sama dengan nilai persepsi. Subjek menanggapi setiap butir pertanyaan dengan mengungkapkan intensitas dan taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan tersebut. Variabel penerimaan diri yang digunakan dalam penyusunan skala ini berdasarkan aspekaspek penerimaan diri oleh Sheerer (dalam Denmark, 1973) yaitu memiliki gambaran yang positif tentang dirinya, dapat mengatur dan dapat bertoleransi dengan rasa frustasi dan kemarahannya, dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa memusuhi mereka apabila orang lain menyampaikan kritik, dan dapat mengatur keadaan emosi mereka. Item-item dalam skala ini merupakan pernyataan dengan lima pilihan jawaban, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), STS (sangat tidak setuju). Pada status sosial ekonomi menggunakan model skala Guttman karena hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel pada item skala. Pada skala status sosial ekonomi terdapat dua pilihan jawaban, a dan b. Skala status sosial ekonomi menggunakan skor yang dapat dilihat dari skala yang berisi gambaran mengenai keadaan individu yang dilihat dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, pemilikan, dan kesehatan (Adler dkk, 1994). Pada skala status sosial ekonomi terdapat pilihan jawaban a dan b, yang mana pada pilihan a memiliki nilai 2 satu dan pada pilihan b memiliki nilai 1. Dari hasil nilai status sosial yang diperoleh akan dikelompokan menjadi 3 kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah yang mana pengelompokkan nilai didapatkan dengan menggunakan t-score. Table 1.1 Indeks Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian Skala
Jumlah item yang diujikan
Jumlah item yang valid
Indeks validitas
Indeks reliabilitas
Skala penerimaan diri
47 item
29 item
0,318-0,805
0,966
Skala status sosial ekonomi
10 item
9 item
0,533-0,757
0,884
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas pada tabel 1, dapat dijelaskan bahwa hasil uji validitas pada skala penerimaan diri menunjukkan bahwa dari 47 item yang telah diujicobakan, terdapat 18 item yang gugur, sehingga item yang valid dan dapat digunakan untuk penelitian sebanyak 29 item yang memiliki nilai validitas antara 0,318 sampai dengan
12
0,805. Sedangkan pada skala status sosial ekonomi, menunjukkan bahwa dari 10 item yang diujicobakan, terdapat 1 item yang gugur dan item yang dapat digunakan sebagai penelitian sebanyak 9 item dengan nilai validitas antara 0,533 sampai dengan 0,757. Prosedur dan Analisa Data Pada tahap persiapan, yang pertama dilakukan adalah menentukan judul proposal yang akan diteliti setelah itu membuat latar belakang penelitian. Pada latar belakang penelitian terdiri dari fenomena-fenomena yang ada dari variabel penelitian, seperti fenomena pensiun, penerimaan diri pensiun dan keadaan status sosial ekonomi pensiun, perumusan masalah, dan menentukan variabel penelitian. Selanjutnya mencari skala yang akan digunakan dalam penelitian dan menentukan subjek penelitian. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala penerimaan diri dan skala status sosial ekonomi. Sebelum melakukan pengambilan data, perlu dilaksanakan try out pada skala yang akan diujikan. Tujuan melakukan try out adalah untuk menguji apakah skala yang digunakan tersebut valid dan reliabel. Try out dilakukan selama kurang lebih satu minggu, pada tanggal 21 November 2015 sampai dengan 29 November 2015 di berbagai tempat terhadap 50 orang subjek pensiunan, salah satunya di perumahan Landungsari Asri, Malang. Dari 50 skala yang telah disebarkan, yang kembali berjumlah 30 skala dan 20 skala tanpa keterangan. Karena masih kekurangan subjek untuk try out akhirnya peneliti mencari subjek kembali sebanyak 30 subjek untuk menyebarkan skala yang belum terisi untuk melengkapi ketentuan subjek try out. Dari 30 subjek yang diberikan skala, didapatkan 10 subjek berasal dari daerah Arjosari dan 10 subjek berasal dari daerah Dinoyo sehingga total subjek yang telah didapatkan sebanyak 20 subjek, dan 10 subjek lainnya tanpa keterangan atau dapat dikatakan skala yang telah diberikan tidak kembali. Total subjek keseluruhan yang telah memenuhi ketentuan subjek try out sebanyak 50 subjek. Setelah melakukan penyisihan item yang valid pada masing-masing variabel, didapatkan item yang digunakan sebagai item sebaran penelitian yaitu 29 item pada skala penerimaan diri dan 9 item pada skala status sosial ekonomi. Pemberian skala dilakukan dengan mendatangi langsung rumah subjek (door to door) yang dilaksanakan langsung oleh peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa data one way anova. Teknik analisa one way anova atau analisa varian satu jalur digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata tiga atau lebih kelompok data yang independen (Priyatno, 2014). Perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu software SPSS 21 for Windows.
13
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa deskripsi keseluruhan subjek penelitian sebagai berikut: Tabel 2.1. Deskripsi subjek penelitian Kategori
Frekuensi
Mean
Std. Deviation
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
74 26
95,038 94,595
6,029 7,22
Pekerjaan
PNS Guru TNI-AD Perawat
60 26 9 5
94,6 95,8 90,6 97,2
6,78 5,86 10,39 4,26
Golongan
II III IV
12 32 56
92,81 93,08 96,14
6,01 10,3 6,28
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa subjek berjenis kelamin laki-laki memiliki ratarata penerimaan diri paling tinggi dibandingkan dengan perempuan dengan mean 95,038 (standar deviasi 6,029). Pada tabel kategori pekerjaan diketahui bahwa subjek dengan profesi sebagai perawat memiliki rata-rata penerimaan diri paling tinggi dengan mean 97,2 (standar deviasi 4,26), sedangkan pada kategori pekerjaan sebagai TNI-AD memiliki rata-rata penerimaan diri rendah dengan mean 90,6 (standar deviasi 10,39). Pada kategori golongan, diketahui bahwa subjek dengan golongan IV memiliki rata-rata penerimaan diri tinggi dengan nilai mean 96,14 (standar deviasi 6,28) sedangkan subjek dengan golongan II memiliki ratarata penerimaan diri paling rendah dengan mean 92,81 (standar deviasi 6,01). Dapat disimpulkan bahwa subjek laki-laki dengan penerimaan diri tinggi, perawat dengan kategori pekerjaan yang memiliki penerimaan diri paling tinggi dan golongan IV merupakan golongan subjek dengan penerimaan diri paling tinggi. Tabel 2.2. Hasil analisa uji beda penerimaan diri ditinjau dari status sosial ekonomi Penerimaan diri Between Groups
Kategori 2
Mean Square 166.045
Within Groups
97
45.284
Total
99
166.045
F 3.667
Sig. .029
Hasil uji hipotesis berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan one way anova, diperoleh hasil adanya perbedaan penerimaan diri pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi (F = 3,667, p = 0.029). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa hipotesis di terima, bahwa ada perbedaan penerimaan diri menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Tabel 2.3. Penerimaan diri dengan mean status sosial ekonomi Status sosial ekonomi
N
Mean penerimaan diri
Std deviation
Tinggi Sedang Rendah
43 48 9
96.581 93.771 90.778
5.7331 6.8331 10.1091
14
Berdasarkan hasil pengukuran pada 100 subjek diperoleh hasil bahwa status sosial ekonomi tinggi memiliki rata-rata penerimaan diri paling tinggi yaitu 96,581 (dengan standard deviasi 5,7331) dan status sosial ekonomi sedang memiliki rata-rata penerimaan diri yaitu 93,771 (dengan standard deviasi 6,8331), sedangkan pada status sosial ekonomi rendah memiliki penerimaan diri yang rendah pula dengan memperoleh rata-rata 90,778 (dengan standard deviasi 10,1091). Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui pula sejumlah 43 subjek memiliki penerimaan diri dengan status sosial ekonomi tinggi, 48 subjek memiliki penerimaan diri dengan status sosial ekonomi sedang, dan 9 subjek memiliki penerimaan diri dengan status sosial ekonomi rendah. Dengan demikian subjek dengan status sosial ekonomi sedang atau rata-rata yang lebih banyak memiliki penerimaan diri. Tabel 2.4. Tabel perbandingan status sosial ekonomi. Kategori Tinggi – sedang Tinggi – rendah Sedang – rendah
Mean difference 2,810 5,803 2.993
Sig. 0,120 0,033 0,442
Berdasarkan tabel perbandingan status sosial ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penerimaan diri pensiunan pegawai negeri antara status sosial ekonomi tinggi dan status sosial ekonomi rendah hal ini dapat dilihat pada nilai sig 0.033 < 0.05, namun tidak terdapat perbedaan penerimaan diri pensiunan pegawai negeri antara status sosial ekonomi tinggi dan status sosial ekonomi sedang hal ini dapat dilihat pada nilai sig 0.120 > 0.05. Begitu pula dengan penerimaan diri pensiunan pegawai negeri antara status sosial ekonomi sedang dan status sosial ekonomi rendah tidak terdapat perbedaan hal ini dapat dilihat pada nilai signifikan 0.442>0.05.
DISKUSI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh nilai koefisien F sebesar 3,667 dengan nilai p sebesar 0,029<0.05 yang artinya adanya perbedaan penerimaan dalam menghadapi masa pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Perbedaan yang terlihat sangat signifikan. Sirin (2005) mengatakan bahwa status sosial ekonomi menjadi penunjang bagi kehidupan individu sebab status sosial ekonomi menjadi identitas individu dalam masyarakat. Beberapa faktor yang menunjang status sosial ekonomi antara lain pekerjaan, pendapatan, pendidikan, dan kesehatan. Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi akan lebih terpandang dan status sosial ekonomi rendah menjadi bawahan. Sama halnya ketika individu tersebut menghadapi pensiun. beberapa subjek dengan jabatan yang tinggi lebih menerima dirinya pensiun dari pekerjaan sebab telah terpenuhinya faktor yang menunjang status sosial ekonomi, seperti memiliki asset, penghasilan yang tidak hanya dari gaji pensiun dan memperhatikan kesehatan yang baik. Subjek dengan status sosial ekonomi rendah yang hanya mengandalkan gaji pensiun dan tidak memiliki asset menjadi lalai dalam memperhatikan kesehatannya. Berdasarkan hasil penelitian, subjek dengan status sosial ekonomi tinggi memiliki rata-rata penerimaan diri 96,581, status sosial ekonomi sedang dengan rata-rata penerimaan diri 93,771, sedangkan subjek dengan status sosial ekonomi rendah memiliki rata-rata penerimaan 15
diri yang rendah pula yaitu 90,778. Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi akan lebih menerima dirinya dalam menghadapi pensiun, sedangkan subjek yang berstatus sosial ekonomi rendah menjadi lebih merasa kehilangan pekerjaan dan cenderung tidak menerima dirinya untuk pensiun karena merasa kehilangan pekerjaan dan penghasilan kesehariannya yang semakin berkurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Kanfer, Nguyen, Korff, tanpa tahun). Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi telah memiliki persiapan yang matang. Memiliki usaha lain atau berinvestasi menjadi salah satu pilihan mereka. Dari hasil penelitian terlihat bahwa beberapa subjek dengan status sosial ekonomi tinggi, mereka memiliki asset atau seperti halnya rumah dan tanah sebagai investasi. Hal itu mereka persiapkan sebelum memasuki pensiun. Sedangkan pada subjek dengan status sosial ekonomi rendah, mereka cenderung tidak memiliki usaha lain dan hanya mengharapkan gaji pensiun untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Palmore, dkk, 1985 (dalam Santrock, 2002), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan diri. Faktor-faktor tersebut antara lain adanya dukungan sosial, memiliki kesehatan yang baik, dan berpendidikan tinggi. Orang yang sehat secara psikologis dan yang dapat digolongkan sebagai orang yang menerima diri adalah orang yang selalu terbuka terhadap setiap pengalaman serta mampu menerima setiap kritikan dan masukan dari orang lain (Carson & Langer, 2006). Seseorang akan mampu menerima keadaan yang terjadi jika seseorang telah menerima begitu saja kondisi diri tanpa berusaha mengembangkan diri lebih lanjut, orang yang menerima diri berarti telah mengenali di mana dan bagaimana dirinya saat ini, serta mempunyai keinginan untuk mengembangkan diri lebih lanjut. Proses penerimaan diri umumnya diterangkan melalui pengertian konsep diri. Melalui konsep diri akan membantu subjek melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan akan membantu melakukan evaluasi diri. Evaluasi diri mengarah ke penerimaaan diri atau kemampuan untuk menghargai diri sendiri secara objektif (Grace, 2007). Berdasarkan penelitian mengenai penerimaan diri terhadap pensiun, diketahui pula bahwa subjek laki-laki memiliki penerimaan diri lebih baik daripada subjek perempuan dengan mean 95,038, sedangkan pada kategori pekerjaan terlihat bahwa profesi perawat memiliki rata-rata penerimaan diri paling tinggi dengan mean 97,2 dibandingkan dengan pensiunan TNI-AD dengan mean 90,6 yang memiliki rata-rata penerimaan diri paling rendah. Dalam penelitian Oktavianus (2011), menyebutkan bahwa perawat di RSUD Kabupaten Sukoharjo, khususnya perawat wanita, telah mempersiapkan mekanisme coping yang baik dalam menghadapi pensiun seperti adanya dukungan dari pihak keluarga, memantapkan kesiapan diri, meningkatkan kebutuhan spiritual dan tingkat kepuasaan bekerja dan pengalaman bekerja sebagai perawat yang telah mereka jalani dari saat masih duduk di bangku sekolah perawat sampai dengan menjadi pegawai negeri sebagai perawat. Para perawat yang menghadapi pensiun merasa lebih bahagia dan terbebas dari tugas-tugas berat selama bekerja dan merasa menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya sebab selama masih aktif bekerja peran sebagai ibu rumah tangga terabaikan karena banyak menghabiskan waktu di kantor. Rendahnya penerimaan diri pada TNI-AD dapat terjadi karena pada saat masa aktif bekerja subjek terbiasa dengan keadaan lingkungan kerja yang keras dan dituntut untuk selalu aktif. Saat memasuki pensiun, subjek tidak terbiasa dengan keadaan diri yang hanya berdiam diri di rumah dan cenderung pasif. Subjek pensiunan tentara ini biasanya mengalami gejala postpower syndrome atau keadaan dimana individu tersebut masih terbayang dengan masa-masa karirnya saat masih bekerja. Pada kategori golongan terlihat bahwa subjek dengan golongan IV memiliki rata-rata penerimaan diri tinggi dengan mean 96,14. Hal ini dikarenakan subjek
16
telah mempersiapkan kebutuhan dirinya untuk menghadapi pensiun dibandingkan dengan subjek golongan rendah seperti subjek golongan II. Rohwedder dan Willis (2010) mengatakan, karyawan pensiunan di dalam sebuah perusahaan, masing-masing individu memiliki jabatan yang berbeda-beda sesuai dengan pengalaman dan tingkat pendidikan mereka. Hal tersebut juga menyebabkan penerimaan diri yang berbedabeda pula. Mereka yang memegang suatu jabatan merasa lebih aman dan terjamin dibandingkan dengan bawahan. Berbeda pada individu dengan status sosial ekonomi rendah, gaji pensiun yang mereka dapatkan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa subjek pegawai negeri dengan golongan berbeda-beda. Dapat diketahui bahwa subjek golongan II atau tidak memegang jabatan, tidak dapat menerima dirinya untuk pensiun dibandingkan subjek dengan golongan III dan IV atau subjek yang memegang suatu jabatan. Salah satu alasannya karenakan jumlah penghasilan atau gaji yang mereka dapatkan setelah pensiun masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Beberapa diantaranya juga masih menanggung anak yang masih bersekolah namun telah pensiun. Terlihat dari perbandingan status sosial ekonomi tinggi dan status sosial ekonomi rendah yang memiliki nilai signifikan 0.033 < 0.05, yang berarti terdapat perbedaan penerimaan diri antara individu dengan status sosial ekonomi tinggi dan status sosial ekonomi rendah. Adanya perbedaan masa waktu pensiun juga menjadi salah satu faktor bagi subjek untuk menerima dirinya pensiun. Subjek dengan masa pensiun yang masih terbilang dalam hitungan bulan akan berbeda penerimaan dirinya dengan mereka yang telah memasuki masa pensiun bertahun-tahun. Pada subjek yang baru saja memasuki masa pensiun dalam hitungan bulan masih merasakan suasana ruangan pekerjaan dan kesibukan yang biasanya dilakukan seharihari saat berada di kantor. Masih sulit untuk beradaptasi dengan keadaan pasif di rumah bagi subjek yang terbiasa untuk kerja aktif. Bagi subjek yang telah menikmati masa pensiunnya selama bertahun-tahun telah menerima keadaan dirinya pensiun dan menikmati masa istirahatnya berada di rumah dan memiliki waktu lebih untuk keluarga. Mc Garry (2004, dalam Scholz dan Seshadri, 2012) melihat secara menyeluruh terdapat hubungan antara pensiun dengan status kesehatan. Scholz dan Seshadri (2012) juga menyebutkan bahwa efek kesehatan jauh lebih kuat daripada masalah keuangan. Bahkan perubahan individu yang pensiun juga dapat dilihat dari tingkatan kesehatannya. Semakin individu tersebut dapat melakukan penerimaan diri menghadapi pensiun, tidak akan mengalami efek kesehatan yang negatif pada masa-masa dirinya akan memasuki masa pensiun. Dari hasil penelitian terlihat bahwa subjek dengan status sosial ekonomi tinggi lebih memperhatikan kesehatan daripada subjek dengan status sosial ekonomi rendah. Cara yang dilakukan beberapa subjek berstatus sosial ekonomi tinggi dalam memperhatikan kesehatan seperti melakukan chek up rutin ke dokter dan menerapkan pola hidup sehat seperti memperhatikan makanan yang mereka konsumsi. Kanfer, Nguyen, & Korff (tanpa tahun) menyebutkan pekerja yang akan menghadapi pensiun maupun yang telah terlibat dengan pensiun akan cenderung mengalami penurunan keuangan dikarenakan berkurangnya penghasilan yang didapatkan. Oleh karena itu, untuk menambah penghasilan, setelah pensiun dari pekerjaan utama mereka akan mencari pekerjaan baru dan para perusahaan yang menerima mereka masih memberikan kesempatan untuk para pekerja tua bekerja kembali dengan semangat dan tenaga yang masih mereka miliki dalam bekerja. Adanya program tersebut menjadi harapan bagi para pensiun untuk mempertahankan kemampuan mereka bekerja yang telah selesai mereka lakukan pada pekerjaan utama di usia pensiun mereka. Beberapa subjek penelitian menjelaskan masih terlibat dengan kegiatan lain 17
setelah memasuki pensiun, seperti mengikuti organisasi sosial, aktif di lembaga kesehatan desa, dan mulai memiliki pekerjaan baru untuk mengisi waktu dan mendapatkan penghasilan tambahan. Kegiatan tersebut biasa dilakukan oleh para subjek dengan status sosial ekonomi tinggi sedangkan subjek dengan status sosial ekonomi rendah cenderung tidak mengikuti kegiatan tersebut. Masa pensiun lebih mudah membangun peningkatan kualitas hidup ke arah yang lebih baik dan menyenangkan bagi dirinya (Rodrigues, Ayabe, Lunardelli, & Caneo, 2005, dalam Alvarenga, Kiyan, Bitencourt, & Wanderley, 2009). Menikmati masa pensiun yang telah dihadapi dan selalu berpikiran positif dapat membantu individu untuk menjalani kehidupannya setelah tidak bekerja lagi. Pensiun adalah masa di mana seseorang diharapkan beristirahat dari pekerjaannya dan menikmati masa tua. Namun demikian, pensiun bukan berarti membiarkan hidup menjadi pasif. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seseorang ketika telah memasuki usia pensiun dan dapat berbagi ilmu dan pengalaman terdahulu. Cara tersebut dapat meningkatkan kualitas hidup dan menyenangkan bila dijalani dengan positif. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan dalam penerimaan diri menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Subjek dengan status sosial ekonomi tinggi lebih menerima dirinya pensiun, sedangkan subjek dengan status sosial ekonomi sedang dan rendah kurang dapat melakukan penerimaan diri dalam menghadapi pensiun, karena subjek dengan status sosial ekonomi tinggi lebih mampu memenuhi kebutuhan hidupnya ketika pensiun seperti memiliki asset, pendapatan yang tidak berasal hanya dari gaji, pendidikan yang layak serta lebih memperhatikan kesehatan dibandingkan subjek dengan status sosial ekonomi yang rendah.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya perbedaan penerimaan diri dalam menghadapi pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi dengan nilai signifikansi 0,029<0,05. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan penerimaan diri pensiun ditinjau dari status sosial ekonomi. Subjek dengan status sosial tinggi lebih menerima dirinya pensiun dibandingkan dengan subjek yang memiliki status sosial ekonomi rendah. Penelitian ini dapat memberikan masukkan bagi para pegawai negeri yang akan memasuki masa pensiun atau yang telah pensiun agar lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pensiun dan menerima dirinya untuk pensiun. Subjek diharapkan dapat mempersiapkan berbagai program untuk menghadapi pensiun seperti menabung dan berinvestasi sejumlah asset seperti rumah dan tanah yang dapat dijadikan simpanan kebutuhan yang akan datang. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang penerimaan diri dalam menghadapi pensiun diharapkan untuk lebih banyak mencari referensi mengenai pensiun dari berbagai sumber dan buku. Selain itu diharapkan juga mencari faktor psikologis lainnya yang dapat dikaitkan dengan penerimaan diri dalam menghadapi pensiun karena terdapat banyak faktorfaktor yang menjadikan seseorang menerima dirinya untuk menghadapi pensiun.
18
REFERENSI Adhiwardani, Magdalena H. (2002). Sikap penerimaan diri karyawan ditinjau dari persepsi tentang pensiun. Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Adler, Nancy E., dkk. (1994). Socioeconomic status and health (the challenge of the gradient). Journal of American Psychologist Association Vol. 49, No. 1, 15-24, January 1994. Alvarenga, L, N., Kiyan, L., Bitencourt, B., & Wanderley,K. (2009). The impact of retirement on the quality of life the elderly. Article 2009;43(4):794-800. Diunduh dari http://www.scielo.br/pdf/reeusp/v43n4/en_a09v43n4.pdf , diunduh tanggal 9 Januari 2016. Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik daerah Kota Mataram. Mataram: CV. Maharani. Bungin, Burhan H.M. (2009). Metodologi penelitian kuantitatif (Ed. 1). Jakarta: Kencana. Carson, Shelley H., & Langer, Ellen J. (2006). Mindfulness and self-acceptance. Journal of rational-emotive & cognitive-behavior theraphy, Vol. 24, N0. 1, spring 2006, June 20, 2006 Calvo, Esteban., Haverstick, Kelly., & A, Steven. (2007). What makes retirees happier : A gradual or ‘cold turkey’ retirement?. Center for Retirement Research at http://crr.bc.edu/wpBoston College. Diunduh dari content/uploads/2007/10/wp_2007-181.pdf diunduh tanggal 30 Agustus 2015. Charles, Kerwin K. (2002). Is retirement depressing?: Labor force inactivity and psychological well-being in later life. Working paper 9003, diunduh dari http://www.nber.org/papers/w9033 , diunduh tanggal 26 Agustus 2015. Clark, Gordon L., Knox Hayes, Janelle., &. (2008). The significance of socio-economic status, financial sophistication, salience and the scale of deliberation in UK retirement planning. Oxford University, Pension Planning Version 12 University. Davies, Martin F. (2008). Irrational beliefs and unconditional self-acceptance. II. Experimental evidence linking two key features of REBT. Journal of Rational-Emotive & Cognitive-Behaviour Therapy (2007). Denmark, K. (1973). Self acceptance and leader effectiveness. Journal of extension 1973. Grace, Harry A. (2007). The self and self-acceptance. Journal of educational theory, Vol. 3, Issue 3, Pages 220-271, April 2, 2007. Grundy, E., Holt, G. (2001). The socioeconomic status of older adults: How should we measure it in studies of health inequalities?. Journal Epidemiol Community Health 2001;55:895–904. Kanfer, R., Nguyen, J., dan Korff, J. (tanpa tahun). Retirement and post-retirement work: Intentions during an economic downturn. Georgia institute of technology.
19
Diunduh dari http://www.shrm.org/about/foundation/research/documents/kanfer%20final%2 0report%2012-10.pdf , diunduh tanggal 11 Januari 2016. Leonesio, Michael V. (1996). The economics of retirement: A nontechnical guide. Social security bulletin Vol. 59, No. 4, Winter 1996. Diunduh dari https://www.ssa.gov/policy/docs/ssb/v59n4/v59n4p29.pdf , diunduh tanggal 11 Januari 2016 Malette, J., Oliver, L. (2006). Retirement and existential meaning in the older adult: A qualitative study using life review. Journal of Counselling, Psychotherapy, and Health, 2(1), 30-49, April 2006. Matthews, D Wayne. (1993, May). Acceptance of self and others. Diunduh dari https://www.ces.ncsu.edu/depts/fcs/pdfs/fcs2762.pdf. Diunduh tanggal 21 November 2015. McCarthy, Jean., & Heraty, Noreen. (2015). Unearthing psychological predictors of financial planning for retirement among late carees older workers: Do selfperceptions of aging matter? Working, aging, and retirement article. Diunduh dari http://workar.oxfordjournals.org/content/1/3/274 , diunduh tanggal 19 Januari 2016. Milne, Derek. (2013). The psychology of retirement : Coping with the transition from work. Inggris: Wiley-Blackwell. Musianto, Lukas S. (2002). Perbedaan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif dalam metode penelitian. Jurnal manajemen & kewirausahaan Vol. 4 No. 2 Sept. 2002: 123-136. Nichol, H, W., Brown, S., & Haynes, W. (tanpa tahun). Social class and socioeconomic status : Relevance and inclusion in MPA-MPP programs. Journal of public affairs education 17(2), 187-208. Oakes, Michael. (2010). Behavioral & Social Sciences Research, Measuring socioeconomic status. Diunduh dari http://www.esourceresearch.org/Portals/0/Uploads/Documents/Public/OakesFu llChapter.pdf , diunduh tanggal 7 Agustus 2015. Oktavianus. (2011). Koping Perawat Usia Madya (50-55 Tahun) Menghadapi Pensiun Di RSUD Kabupaten Sukoharjo. Jurnal KesMaDaSKa, Vol. 2, No. 1, Januari 2011 (17-26). Osborne, John W. (2012). Psychological effects of the transition to retirement. Canadian journal of counseling and psychotherapy Vol. 46 No.1 pages 45-58. Priyatno, Duwi. (2014). SPSS 22, Pengolahan data terpraktis. Yogyakarta: ANDI. Rohwedder, Susann., & Willis, Robert J. (2010). Mental Retirement. Journal of economic perspectives volume 24, No. 1, Winter-2010, Pages 119-138. Tanner, Steven. Jaminan pensiun yang merisaukan. (2015, 12 April). Tempo, hal. 74-75. Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Jakarta: Erlangga. 20
Scholz, John Karl., & Seshadri, Ananth. (2012). The interplay of wealth, retirement decisions, policy and economic shocks. Working paper 2012-271. Diunduh dari http://www.mrrc.isr.umich.edu/publications/papers/pdf/wp271.pdf , diunduh tanggal 17 Januari 2016. Sirin, Selcuk R. (2005). Socioeconomic status and academic achievement: A metal-analytic review of research. Journal educational research, Vol. 75, No.3, pp.917- 453. Strauss, John., Lei, Xiaoyan., dkk. (2010). Health outcomes and socio-economic status among the elderly in China : Evidence from the CHARLS pilot. RAND Labor and Population working paper. Diunduh dari http://www.rand.org/pubs/working_papers/WR774.html , diunduh tanggal 12 Agustus 2015. Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Szentagotai, Aurora., & David, Daniel. (2013). Self-acceptance and happiness. Practice and research. Diunduh dari, http://www.springer.com/psychology/book/978-14614-6805-9 , diunduh tanggal 8 Oktober 2015.
21
LAMPIRAN I Hasil Uji One Way Anova
22
Uji Normalitas Tests of Normalitya Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk subjek Statistic Df Sig. Statistic df Sig. total pd pns .084 100 .077 .984 100 .269 a. There are no valid cases for total pd when subjek = .000. Statistics cannot be computed for this level. b. Lilliefors Significance Correction
Uji Linieritas
total pd * total sse
ANOVA Table Sum of Squares 613.085 211.003
8 1
Mean Square 76.636 211.003
F 1.918 5.281
Sig. .067 .024
402.083
7
57.440
1.438
.200
Within Groups
3635.665
91
39.952
Total
4248.750
99
Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
df
Uji Homogenitas Descriptives total pd
N tinggi sedang rendah Total
43 48 9 100
Mean 95.209 93.771 92.222 94.250
95% Confidence Interval for Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 6.0536 .9232 93.346 97.072 84.0 112.0 6.8331 .9863 91.787 95.755 80.0 111.0 7.3106 2.4369 86.603 97.842 80.0 104.0 6.5511 .6551 92.950 95.550 80.0 112.0
Uji hipotesis Descriptives total pd
N tinggi sedang rendah Total
43 48 9 100
Mean 96.581 93.771 90.778 94.710
95% Confidence Interval for Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum 5.7331 .8743 94.817 98.346 86.0 112.0 6.8331 .9863 91.787 95.755 80.0 111.0 10.1091 3.3697 83.007 98.548 70.0 104.0 6.9082 .6908 93.339 96.081 70.0 112.0
Test of Homogeneity of Variances total pd Levene Statistic df1 df2 1.620 2 97
Sig. .203
23
ANOVA total pd Between Groups Within Groups
Sum of Squares 332.090 4392.500
Total
4724.590
Df
Mean Square 166.045 45.284
2 97
F 3.667
Sig. .029
99
Multiple comparisons Dependent Variable: total pd Tukey HSD (I) k sse tinggi sedang rendah
(J) k sse sedang rendah tinggi rendah tinggi sedang
Mean Difference (I-J) 2.8106 5.8036 -2.8106 2.9931 -5.8036 -2.9931
Std. Error 1.4130 2.4667 1.4130 2.4444 2.4667 2.4444
24
Sig. .120 .033 .120 .442 .033 .442
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound -.553 6.174 -.068 11.675 -6.174 .553 -2.825 8.811 -11.675 .068 -8.811 2.825
Analisa mean penerimaan diri
Golongan Descriptives totalpd N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval Minimum Maximum for Mean Lower Upper Bound Bound 90.646 94.979 80.0 103.0
II
12
92.813
6.0077
1.0620
III
32
93.083
10.3261
2.9809
86.522
99.644
70.0
111.0
IV
56
96.143
6.2825
.8395
94.460
97.825
82.0
112.0
100
94.710
6.9082
.6908
93.339
96.081
70.0
112.0
Total
Pekerjaan Descriptives totalpd N
pns guru tni-ad perawat Total
60 26 9 5 100
Mean
94.617 95.846 90.667 97.200 94.710
Std. Deviation
6.7826 5.8699 10.3923 4.2661 6.9082
Std. Error
.8756 1.1512 3.4641 1.9079 .6908
95% Confidence Interval Minimum Maximum for Mean Lower Upper Bound Bound 92.865 96.369 80.0 112.0 93.475 98.217 86.0 107.0 82.678 98.655 70.0 101.0 91.903 102.497 93.0 103.0 93.339 96.081 70.0 112.0
Jenis kelamin
totalpd
jk perempuan laki-laki
N
Group Statistics Mean 26 95.038 74 94.595
25
Std. Deviation 6.0298 7.2261
Std. Error Mean 1.1825 .8400
LAMPIRAN II Blue print skala
26
Blue print skala penerimaan diri
No.
Item
Aspek
F
UF
Jumlah
1.
Kepercayaan atas kemampuan untuk dapat 1,3,5 menghadapi hidupnya
2,4,6
6
2.
Menganggap dirinya sederajat dengan orang 7,9,11 lain.
8,10,12
6
3.
Tidak menganggap dirinya hebat atau 13,15 abnormal dan tidak berharap dikucilkan
14,16
4
4.
Tidak malu-malu atau sadar diri Mempertanggung jawabkan perbuatannya
17,19,21
18,20,22
6
23,25,27
24,26,28
6
5. 6.
Mengikuti standard pola hidupnya dan tidak 29,31 ikut-ikutan
30,32
4
7.
Menerima pujian atau celaan secara objektif
34,35
4
8.
Tidak menganiaya diri sendiri dengan 37,38,40,41 kekangan-kekangan yang berlebihan
39
5
9.
Menyatakan perasaan secara wajar
46
6
33,36
42,43,44,45,47
Blue print skala status sosial ekonomi No.
Indikator
Jumlah item
Skor
1
Pekerjaan
2
4
2
Pendapatan
2
4
3
Pendidikan
1
2
4
Kesehatan
2
4
5
Kepemilikan
3
6
10
20
Total
27
LAMPIRAN III Validitas dan Reliabilitas
28
Item valid skala penerimaan diri No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aspek Kepercayaan atas kemampuan untuk dapat menghadapi hidupnya Menganggap dirinya sederajat dengan orang lain. Tidak menganggap dirinya hebat atau abnormal dan tidak berharap dikucilkan Tidak malu-malu atau sadar diri Mempertanggung jawabkan perbuatannya Mengikuti standard pola hidupnya dan tidak ikut-ikutan Menerima pujian atau celaan secara objektif Tidak menganiaya diri sendiri dengan kekangan-kekangan yang berlebihan Menyatakan perasaan secara wajar
1, 5
F
Item
UF 2,4,6
Jumlah 5
8,10,12
3
13,15
14,
3
17 25,27
20,22 26,28
3 4
29
30,32
3
33,36
35
3
40,41
39
3
43, 45
2
Item valid skala status sosial ekonomi No. 1 2 3 4 5
Indikator
Jumlah item 2 1 1 2 3 9
Pekerjaan Pendapatan Pendidikan Kesehatan Kepemilikan Total
Skor 4 2 2 4 6 18
Hasil uji coba skala Skala
Indeks Validitas
Cronbach’s Alpha
Penerimaan diri Status sosial ekonomi
0,318 – 0,805 0,533 – 0,757
0,966 0,884
29
Jumlah item valid 29 9
LAMPIRAN IV Norma dan Tabel
30
Norma dan Tabel Norma kategori status sosial ekonomi Kategori
Nilai kategori status sosial ekonomi
tinggi sedang rendah
51.704 - 67.18 36.227- 51.703 20.75 - 36.22
Tabel penilaian skala status sosial ekonomi Alternative pilihan jawaban
Skor
a
2
b
1
31
LAMPIRAN V Skala Penelitian
32
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Perkenalkan nama saya Mutia Nadia. Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2012 yang sedang menempuh skripsi. Oleh karena itu saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini sebagai bahan penelitian skripsi. Pada kuesioner ini tidak ada jawaban benar dan salah. Saya mengharapkan Bapak/Ibu bersedia menjawab pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya dan diharapkan tidak ada jawaban yang terlewatkan. Karena jawaban yang Bapak/Ibu berikan sangat berpengaruh besar terhadap hasil penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasama yang Bapak/Ibu lakukan, saya ucapkan terima kasih. Sebelum Bapak/Ibu memberikan pilihan pada pernyataan-pernyataan di bawah ini, diharapkan untuk mengisi identitas sebagai berikut : A. Identitas Nama Usia Jenis kelamin Pekerjaan (sebelum pensiun) Golongan/Jabatan (sebelum pensiun) Gaji setelah pensiun Tahun pensiun
: : : P / L (*lingkari salah satu) : : : Rp. :
Skala 1 B. Pertanyaan Lingkarilah salah satu jawaban pada pertanyaan di bawah ini yang paling sesuai dengan diri Anda. Jawablah dengan sejujur-jujurnya. Periksa kembali jawaban Anda untuk memastikan tidak ada pernyataan yang terlewatkan. 1. Memegang suatu jabatan saat masih aktif bekerja dulu (sebelum pensiun) : a. Iya b. Tidak 2. Pekerjaan anda setelah pensiun : a. Mengikuti kegiatan/organisasi lain b. Menganggur 3. Penghasilan yang diperoleh setelah pensiun : a. Gaji dan memiliki usaha lain b. Hanya dari gaji 4. Pendidikan terakhir : a. S1/S2/S3/Sederajat b. SMP/SMA/Sederajat 5. Apakah anda memperhatikan kesehatan : a. Iya, dengan rajin melaksanakan check up rutin ke dokter selama 3 bulan sekali atau lebih dan berolahraga b. Tidak, jarang melakukan check up ke dokter hanya pada saat merasa sakit atau timbul suatu penyakit 6. Makanan yang dikonsumsi setiap harinya : a. Selalu bervariasi b. Tidak juga 7. Keadaan rumah : a. Rumah pribadi b. Rumah kontrakan
33
8. Memiliki asset lain selain rumah pribadi : a. Iya b. Tidak 9. Jumlah anggota keluarga yang masih ditanggung : a. Hanya istri/suami saja b. Masih menanggung > 2 anak yang masih bersekolah Skala 2 Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan. Berikanlah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat atau keadaan Anda yang sejujur-jujurnya. Pastikan tidak ada kolom pernyataan yang terlewatkan. Alternatif pilihan jawabannya : SS
: jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan kondisi yang anda alami
S
: jika pernyataan tersebut sesuai dengan kondisi yang anda alami
TS
: jika pernyataan tersebut kurang sesuai dengan kondisi yang anda alami
STS : jika penyataan tersebut sangat tidak sesuai dengan kondisi yang anda alami No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pernyataan Saya mampu dan yakin menghadapi tantangan dalam menghadapi kehidupan. Saya merasa ragu menghadapi tantangan dalam kehidupan saya setelah pensiun. Saya tidak dapat melakukan hal produktif lagi setelah pensiun. Usia pensiun tidak menjadi penghambat untuk tetap aktif dalam kegiatan lain. Setelah pensiun saya menjadi pasif dalam berkegiatan di luar pekerjaan lama saya. Saya merasa berbeda dengan rekan-rekan saya karena telah pensiun. Semua orang harus menghormati dan menghargai saya. Saya merasa orang lain tidak menerima kehadiran saya karena saya telah pensiun. Saya merasa kehidupan saya tidak ada yang berubah walaupun telah pensiun. Kehidupan saya mulai berubah semenjak pensiun. Saya tidak merasa frustasi hanya berdiam diri di rumah dengan keluarga dalam menghabiskan masa pensiun. Ketika mengerjakan sesuatu, saya akan menerima konsekuensi yang akan terjadi. Kesalahan yang saya lakukan disebabkan oleh perbuatan orang lain. Saya akan cenderung menghindar ketika ada permasalahan yang dikarenakan perbuatan saya Kemampuan yang saya miliki membuat saya percaya diri menjalani kehidupan. Keadaan yang saya alami saat ini membuat saya tidak yakin
34
SS
Jawaban S TS STS
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
menjalani kehidupan. Saya merasa percaya diri mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang saya miliki, meskipun hasilnya gagal ataupun berhasil. Ketika saya tidak bisa menyelesaikan sesuatu maka saya akan menyalahkan kemampuan yang saya miliki. Saya lebih menikmati kehidupan jika dijalani dengan prinsip yang saya miliki. Saya merasa nyaman jika menggunakan standar pola hidup yang dilakukan oleh orang lain. Mengikuti pola hidup orang lain adalah hal yang menyenangkan bagi saya. Saya menerima kritikan dan dapat mengambil hikmah dari kritikan tersebut. Saya hanya menerima pujian dari orang lain. Saya akan menerima pujian maupun celaan dari orang lain dengan senang hati. Saya merasa tidak berguna dengan keadaan saya saat ini yang sudah tidak bekerja lagi. Saya percaya pada kemampuan diri saya sendiri. Apabila saya sedih saya tidak akan menyakiti diri saya dan saya akan selalu bersyukur. Saya akan menceritakan masalah yang saya hadapi apabila masalah tersebut tidak mampu saya hadapi sendiri. Saya akan mengatakan apa yang saya rasakan. TERIMA KASIH *Mohon periksa kembali jawaban anda agar tidak terdapat jawaban yang terlewatkan
35
LAMPIRAN VI Tabulasi data
36
Tabulasi data subjek status sosial ekonomi
Rp. 3.643.900 Rp. 3.600.000
Tahun Pensiun 2013 2014
A 1 2 2
A 2 1 1
A 3 1 1
A 4 2 1
A 5 2 1
A 6 2 2
A 7 2 2
A 8 2 1
A 9 2 2
Total SSE 16 13
III b / staff
Rp. 1.770.000
2006
1
1
1
1
1
2
2
1
2
12
PNS
IV a / pembina
Rp. 3.604.800
2008
2
1
1
2
1
2
2
2
2
15
L
PNS
Penata
Rp. 2.560.300
2007
2
2
2
1
1
2
2
1
2
15
66 tahun
L
PNS
IV b / kasubdin
Rp. 3.300.000
2005
2
2
1
2
2
2
2
2
2
17
Flora Sijabat
60 tahun
P
Perawat
III c
Rp. 2.300.000
2013
1
2
1
1
2
2
2
2
2
15
Siti Ramlah I.
60 tahun
P
Guru
IV b
Rp. 4.000.000
2015
2
2
2
2
2
2
2
2
1
17
H.M. Hadi
62 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 2.700.000
2009
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
H.M. Nasir
59 tahun
L
PNS
Ivb/fungsional
Rp. 3.655.100
2013
2
1
1
2
2
2
2
1
2
15
H.L Murlian Noer
69 tahun
L
PNS
Ivd
Rp. 4.000.000
2004
2
1
1
2
2
1
2
2
2
15
Hj. Surtini
60 tahun
P
PNS
IIIc
Rp. 2.200.000
2011
2
1
1
2
1
1
2
2
2
14
Tohri
62 tahun
L
TNI-AD
II
Rp. 3.876.300
2011
2
2
2
1
2
2
2
1
2
16
Subuh
59 tahun
L
TNI-AD
II
Rp. 3.785.600
2007
1
1
1
1
2
1
1
1
2
11
Mujito
63 tahun
L
TNI-AD
II
Rp. 3.892.800
2009
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
Drs. Djati Utomo
65 tahun
L
Guru/Pengawas
IV
Rp. 3.940.300
2008
2
2
1
2
2
2
2
2
2
17
Drs. Abdul Malik
66 tahun
L
Guru/Pengawas
IV
Rp. 3.865.700
2006
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Ralu Rukman
60 tahun
L
TNI-AD
II
Rp. 3.784.600
2008
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
Sri Mulyani
63 tahun
P
Guru/Pengawas
IV
Rp. 3.889.700
2012
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Sutrisno
63 tahun
L
TNI-AD
II
Rp. 3.875.700
2006
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
H. L. Mustamin,
65 tahun
L
PNS
IV/Kepala bagian
Rp. 3.750.000
2006
2
2
1
2
1
2
2
2
2
16
Kerti
58 tahun
L
TNI-AD
I
Rp. 2.750.300
2007
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
H. Syamsul Arifin
60 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 3.850.000
2011
2
2
1
2
1
2
2
1
2
15
H.M. Musannif Zohry
63 tahun
L
PNS
III b / staff
Rp. 1.900.000
2008
1
1
1
1
1
1
2
1
1
10
H. Sukmayadi
65 tahun
L
PNS
III b / staff
Rp. 3.084.200
2011
1
2
2
2
2
2
2
2
1
16
Nama
Usia
Jk
Pekerjaan
Gol/Jabatan
Subaedah Bahrun
60 tahun 59 tahun
P L
PNS PNS
III d / Kasubbag III b / staff
Ismaini
67 tahun
L
PNS
Arief Hualuddin R
63 tahun
L
Jasti Roesti
65 tahun
Osmar Manik
Gaji
37
Mastar
58 tahun
L
PNS
III d / Kasubag
Rp. 3.630.000
2014
2
2
2
2
1
2
2
2
1
16
Rudi Syarif
59 tahun
L
PNS
VI b
Rp. 3.500.000
2012
2
2
2
2
2
2
2
2
1
17
Indrum
66 tahun
L
PNS
III b / staff
Rp. 3.100.000
2005
1
2
1
1
1
2
2
2
2
14
L. Murdi
66 tahun
L
Guru
III
Rp. 3.300.000
2005
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Murtajam
58 tahun
L
PNS
II b
Rp. 2.500.000
2014
1
2
1
1
1
1
2
2
2
13
Haenuddin
57 tahun
L
PNS
III c
Rp. 1.800.000
2015
1
1
1
1
1
1
2
1
1
10
Ir. Busrah Hasan
68 tahun
L
PNS
IV e
Rp. 4.500.000
2006
2
2
2
2
1
2
2
2
2
17
Nasruddin Alsan
56 tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.879.700
2015
2
2
2
2
2
1
2
2
1
16
H.M. Arsyad
58 tahun
L
PNS
IV b
Rp. 3.700.000
2013
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
Masri Zain
62 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 3.200.000
2009
2
1
1
2
1
2
2
1
2
14
H. Tukimin
65 tahun
L
Guru/Pengawas
IV b
Rp. 4.000.000
2009
2
2
1
2
2
2
2
2
2
17
Hartiningsih
60 tahun
P
Guru SD
IV a
Rp. 2.500.000
2015
2
1
1
2
1
2
2
1
2
14
Ruslan
60 tahun
L
PNS
III a
Rp. 3.000.000
2006
2
1
1
1
2
2
2
2
1
14
Wahyuningsih
63 tahun
P
Guru SD
IV a
Rp. 3.000.000
2012
2
1
1
2
2
2
2
2
1
15
Jamilah
60 tahun
P
PNS
III
Rp. 2.450.300
2011
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
H. Mulizar
65 tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.427.600
2012
1
2
1
2
2
2
2
1
1
14
sanusi
68 tahun
L
Polisi
II
Rp. 3.242.300
2008
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Ralu Rusdi
62 tahun
L
PNS
Iva
Rp. 3.475.500
2010
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
H. Ridwan
63Tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.754.200
2010
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Umar Sahidu
70 tahun
L
Jaksa
IV b
Rp. 3.765.400
2005
2
2
2
2
2
2
2
1
1
16
HJ. Antasiah
60 tahun
P
Guru
IVa
Rp. 3.425.300
2015
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Siti Azrah
60 tahun
P
PNS
III
Rp. 2.765.300
2011
1
2
1
1
2
2
2
1
1
13
Hasanudin
63 tahun
P
PNS
IVa
Rp. 3.350.600
2013
2
2
1
2
2
2
2
2
2
17
H. Sudirman
60Tahun
L
Guru
IV
Rp. 3.824.200
2015
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Hj. Faridah
62 tahun
P
Guru
IV b
RP. 3.465.200
2013
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Lalu Hartono
59 tahun
L
PNS
IV b
Rp. 3.650.000
2013
2
2
2
2
2
2
2
2
1
17
Sosiawan
58 tahun
L
PNS
III d
Rp. 3.300.000
2013
2
2
1
2
1
2
2
2
2
16
38
Ida Bagus Suta
59 tahun
L
TNI
Rp. 2.300.000
2012
1
2
2
1
2
2
2
2
2
16
Salmiatun
59 tahun
P
PNS
III d
Rp. 3.100.000
2013
2
1
1
2
1
2
2
2
2
15
H. Pamudji
64 tahun
L
PNS
IV b
Rp. 2.300.000
2008
2
1
1
2
2
2
2
2
2
16
H.M. Innahu
61 tahun
L
PNS
II b
Rp. 2.000.000
2010
1
2
2
1
2
2
2
2
1
15
Muharis Asmi
60 tahun
L
PNS
IV b
Rp. 3.600.000
2012
2
2
2
2
2
2
2
1
2
17
H. Munawar
58Tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.320.000
2013
2
2
2
2
1
2
2
2
1
16
H. Suwaeb Usman
66 tahun
L
Guru
IV
Rp. 3.754.600
2009
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Bq. Widiastuti
63 tahun
P
PNS
III
Rp. 3.764.500
2013
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Aruman Karyono
63 tahun
L
PNS
III
Rp. 3.475.200
2012
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Hj. Sakmah
65 tahun
P
Guru
IV a
Rp. 3.200.000
2012
2
2
2
1
2
2
2
2
2
17
H. Bokhri Rahman
67 tahun
L
PNS
IV c
Rp. 4.200.000
2009
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
H. L. Akhmad
61 tahun
L
PNS
III d
Rp. 3.500.000
2009
2
1
1
2
1
2
2
2
1
14
Hj. Jaenab
61 tahun
P
PNS
IV a
Rp. 3.535.000
2015
1
1
1
2
1
1
2
1
2
12
Fahri
59 tahun
L
PNS
III b / staff
Rp. 2.850.000
2013
1
1
1
1
1
2
2
1
1
11
H. Zakaria
63 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 3.800.000
2010
2
2
2
2
1
1
2
2
2
16
Sahoda Akhmad H. Syamsudin Ibrahim Kamhar Gazali
63 tahun
P
Guru
IV b
Rp. 3.632.900
2011
1
1
2
1
2
1
2
2
2
14
68 tahun
L
Guru/Pengawas
IV b
Rp. 4.104.500
2007
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
63 tahun
L
PNS/Kasubag
IV a
Rp. 3.600.000
2008
2
1
2
2
1
2
2
2
2
16
I Gede Genti
58 tahun
L
PNS
III b
Rp. 2.700.000
2013
1
1
1
1
1
2
2
1
2
12
H. Anwar
62 tahun
L
PNS
kasubbag
RP. 3.782.000
2009
2
1
1
2
1
2
2
1
2
14
Suprih Utami
65 tahun
P
Guru
IV
Rp. 3.200.000
2010
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Endang Pujiastuti
63 tahun
P
Guru
IV
Rp. 3.700.000
2012
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Rita Suhartini
62 tahun
P
Guru
IV
Rp. 3.600.000
2013
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Sri Pujiningsih
64tahun
P
Guru
IV
Rp. 3.700.000
2008
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Bakran
65 tahun
L
IV
Rp. 3.878.450
2012
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Abdul Majid
62 tahun
L
PNS Guru/Kepala sekolah
IV
Rp. 3.800.000
2013
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
39
Syarifudin Ginting
62 tahun
L
Guru/Pengawas
IV
Rp. 3.680.000
2014
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
H. Margono
64 tahun
L
Guru
IV b
Rp. 3.850.600
2013
1
2
1
2
2
2
2
1
2
15
Danis Wari
60 tahun
P
Perawat
III
Rp. 2.450.300
2012
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
Hamdan Ali
65 tahun
L
Kepala sekolah
IV
Rp. 3.762.300
2013
2
2
2
2
2
2
2
1
2
17
Mulyadi
60 tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.865.700
2011
2
2
1
2
2
2
2
1
1
15
H. Akwal Ali
62 tahun
L
PNS
IV
Rp. 3.752.300
2012
2
2
2
2
2
2
2
2
2
18
Baharudin
59 tahun
L
PNS
II d/Staff
Rp. 2.400.000
2013
1
1
1
1
1
2
2
1
2
12
L. Wiradarma
62 tahun
L
PNS
III d/ kasubbag
Rp. 2.780.000
2009
2
1
1
2
1
2
2
1
2
14
Hardi
66 tahun
L
Kepala sekolah
IV b
Rp. 3.870.200
2008
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
Ali Asbar
62 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 3.654.700
2012
2
2
1
2
2
2
2
1
2
16
H. Baharuddin
65 tahun
L
PNS
III
Rp. 2.575.600
2008
1
2
1
1
2
2
2
1
2
14
Adenan Jauhari
66 tahun
L
Kepala sekolah
IV b
Rp. 3.785.600
2011
2
2
2
2
2
1
2
2
2
17
Endang Widiastuti
60 tahun
P
PNS
III d/staff
Rp. 3.100.000
2012
1
1
1
1
2
2
2
1
2
13
Kadek Ayu Wirani
57 tahun
P
Perawat
III c
Rp. 3.000.000
2013
1
1
1
2
1
2
2
1
2
13
Hj. Dhesy Anwalia
56 tahun
P
Perawat
III c
Rp. 3.565.100
2013
1
1
1
2
1
2
2
2
2
14
Maulana Juaeny
60 tahun
L
PNS
III b
Rp. 3.400.000
2010
1
2
2
2
1
2
2
1
2
15
H.L. sahrun
62 tahun
L
Perawat
IV a
Rp. 3.900.000
2009
2
1
2
2
1
2
2
2
1
15
Rositah Umar
59 tahun
P
PNS
II b
Rp. 2.000.000
2011
1
1
1
2
1
1
2
1
2
12
M. Idnuali Hasyim
65 tahun
L
PNS
IV a
Rp. 3.856.000
2010
2
2
1
2
2
2
2
2
2
17
Rozaki Idwar
55 tahun
L
PNS
III a
Rp. 2.500.000
2014
1
1
2
2
2
2
2
1
2
15
Sulanjono
60 tahun
L
Polisi
III b
Rp. 3.255.500
2013
1
2
1
1
2
2
2
1
1
13
H.L. Muhammad
65 tahun
L
Kepala sekolah
IV a
Rp. 3.800.000
2010
2
2
2
2
2
2
2
2
1
17
40
Tabulasi data subjek penerimaan diri
Subaedah
PNS
4
3
3
2
3
3
3
3
3
b 1 0 3
Bahrun
PNS
4
4
3
1
3
2
3
3
4
2
4
4
3
1
4
4
3
3
4
3
2
4
4
3
4
3
3
3
2
90
Ismaini
PNS
4
4
4
4
2
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
2
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
99
Arief Hualuddin R
PNS
4
4
3
1
3
2
4
4
3
4
4
3
3
3
4
4
2
3
3
3
4
3
4
2
4
3
3
3
3
93
Jasti Roesti
PNS
4
3
4
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
2
3
3
3
2
2
86
Osmar Manik
PNS
4
4
4
4
4
4
1
4
3
4
1
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
105
Flora Sijabat
Perawat
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
1
3
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
3
4
4
4
4
3
103
Siti Ramlah Ismail
Guru
4
3
4
4
4
4
1
4
4
4
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
1
1
3
4
4
4
3
3
98
H.M. Hadi
PNS
4
3
3
4
4
2
2
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
2
4
3
3
3
3
88
H.M. Nasir
PNS
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
84
H.L Murlian Noer
PNS
3
4
3
2
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
2
82
Hj. Surtini
PNS
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
1
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
3
80
Tohri
TNI-AD
4
4
4
4
4
2
3
4
4
1
3
4
4
4
4
4
4
2
4
4
3
4
1
3
4
4
3
3
2
98
Subuh
TNI-AD
4
3
2
1
1
2
3
1
4
3
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
2
3
2
3
2
2
1
3
4
70
Mujito
TNI-AD Guru/Pengaw as Guru/Pengaw as TNI-AD Guru/Pengaw as TNI-AD
4
4
4
4
4
4
3
3
1
1
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
1
4
4
3
2
2
97
4
3
3
4
4
4
3
4
2
2
2
2
3
4
3
4
3
3
3
3
3
4
2
3
4
4
3
3
3
92
4
3
2
1
4
3
3
4
2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
2
3
1
3
3
1
4
4
3
1
2
84
4
4
3
4
4
4
3
4
3
2
4
2
4
3
4
4
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
3
2
3
101
4
3
3
4
4
3
3
3
2
2
3
3
3
1
2
3
4
2
4
3
3
4
2
3
4
4
3
3
2
87
4
4
4
4
4
4
3
4
2
1
4
4
4
4
4
4
4
1
2
3
2
4
3
4
4
4
2
2
3
96
PNS
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
95
TNI-AD
4
3
2
4
2
2
3
4
3
2
3
4
3
2
4
2
4
2
4
3
3
4
2
2
3
4
3
2
3
86
Nama
Drs. Djati Utomo Drs. A. Malik sahidu Ralu Rukman Sri Mulyani, A.Md Sutrisno H. L. Mustamin, S.Sos Kerti
Pekerjaan
b 1
b 2
b 3
b 4
b 5
b 6
b 7
b 8
b 9
b 1 1 3
b 1 2 3
b 1 3 3
b 1 4 3
b 1 5 3
b 1 6 3
b 1 7 3
b 1 8 3
b 1 9 3
b 2 0 3
b 2 1 3
b 2 2 4
b 2 3 3
b 2 4 3
b 2 5 3
b 2 6 3
b 2 7 3
b 2 8 3
b 2 9 3
41
total pd 88
H. Syamsul Arifin H.M. Musannif Zohry H. Sukmayadi
PNS
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
89
PNS
3
3
4
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
93
PNS
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
2
3
3
4
3
3
3
99
Mastar
PNS
4
3
3
4
1
4
3
4
3
3
2
4
4
4
4
3
1
4
4
3
3
3
4
3
1
4
3
3
4
93
Rudi Syarif
PNS
3
4
3
4
4
4
2
4
3
2
1
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
98
Indrum
PNS
3
3
4
3
4
3
3
4
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
1
3
4
2
4
2
95
L. Murdi
Guru
4
3
3
4
3
4
3
4
2
2
1
3
4
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
2
2
2
93
Murtajam
PNS
4
4
3
3
2
3
2
4
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
83
Haenuddin
PNS
2
3
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
4
3
2
4
2
4
3
4
4
1
4
1
4
1
1
3
3
80
Ir. Busrah Hasan
PNS
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
2
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
99
Nasruddin Alsan
PNS
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
2
3
3
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
3
4
4
3
1
2
97
H.M. Arsyad
PNS
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
2
3
3
4
4
1
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
4
3
4
96
Masri Zain
4
4
3
4
2
2
3
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
2
2
99
3
4
2
4
3
1
3
2
4
4
2
4
2
3
4
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
96
Hartiningsih
PNS Guru/Pengaw as Guru SD
3
3
2
1
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
3
4
3
4
3
3
97
Ruslan
PNS
4
3
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
3
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
4
3
3
100
Wahyuningsih
Guru SD
4
3
1
2
3
4
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
3
3
1
3
93
Jamilah
PNS
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
2
3
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
98
H. Mulizar
PNS
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
2
4
3
4
3
3
3
4
4
4
3
4
104
sanusi
Polisi
4
3
3
1
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
3
3
3
2
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
89
Ralu Rusdi
PNS
4
1
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
3
3
4
3
4
2
3
3
3
3
3
4
4
3
3
3
3
89
H. Ridwan
PNS
4
3
2
3
2
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
1
3
3
88
Umar Sahidu
Jaksa
4
3
2
3
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3
2
4
2
3
3
2
3
3
3
3
3
4
3
3
90
HJ. Antasiah
Guru
4
4
3
2
3
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
1
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
4
91
Siti Azrah
PNS
4
3
2
3
3
3
4
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
2
2
3
3
3
3
3
91
Hasanudin
PNS
4
3
3
3
3
3
4
3
2
3
3
3
2
3
4
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
93
H. Tukimin
42
H. Sudirman
Guru
4
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
3
98
Hj. Faridah
Guru
4
3
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
3
4
3
1
4
4
4
4
3
97
Lalu Hartono
PNS
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
95
Sosiawan
PNS
4
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
4
3
3
3
3
3
2
4
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
92
Ida Bagus Suta
TNI
4
4
4
4
4
1
3
4
3
3
1
3
4
4
4
1
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
99
Salmiatun
PNS
4
4
3
3
2
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
96
H. Pamudji
PNS
3
2
2
3
1
1
2
4
3
1
2
3
3
4
4
4
1
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
3
87
H.M. Innahu
PNS
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
111
Muharis Asmi
PNS
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
1
3
3
93
H. Munawar
PNS
4
3
4
4
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
95
H. Suwaeb Usman
Guru
4
2
3
4
4
4
3
3
4
1
3
3
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
98
Bq. Widiastuti
PNS
3
1
3
4
4
3
4
3
4
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
4
94
Aruman Karyono
PNS
4
2
3
4
4
4
4
3
4
1
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
3
98
Hj. Sakmah
Guru
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
3
107
H. Bokhri Rahman
PNS
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
3
2
2
104
H. L. Akhmad
PNS
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
1
1
4
3
4
1
4
3
4
3
3
4
3
4
4
4
4
4
2
97
Hj. Jaenab
PNS
4
4
3
3
2
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
2
104
Fahri
PNS
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
92
H. Zakaria
PNS
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
2
112
Sahoda Akhmad H. Syamsudin Ibrahim Kamhar Gazali
Guru Guru/Pengaw as PNS
3
3
3
3
2
3
4
3
3
2
3
4
4
2
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
2
87
3
3
3
3
2
3
4
3
3
2
3
4
4
2
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
2
2
87
3
3
3
3
1
3
3
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
4
3
3
3
4
3
3
3
3
93
I Gede Genti
PNS
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
3
92
H. Anwar
PNS
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
95
Suprih Utami
Guru
4
1
3
4
3
4
4
3
4
2
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
2
3
4
4
4
4
3
98
Endang Pujiastuti
Guru
4
2
3
4
4
4
4
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
2
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
99
Rita Suhartini
Guru
4
3
3
4
3
3
3
3
2
1
4
3
3
3
4
3
4
3
4
3
3
4
3
1
4
4
3
1
2
88
43
Sri Pujiningsih
Guru
4
3
3
4
4
3
4
3
4
2
4
3
3
2
4
4
3
3
4
3
4
4
2
3
4
4
4
4
3
99
Bakran
PNS Guru/Kepala sekolah Guru/Pengaw as Guru
4
2
3
4
4
4
4
3
4
2
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
3
100
4
2
3
4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
2
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
3
4
98
3
3
3
4
3
4
3
3
4
2
4
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
4
3
4
100
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
1
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
3
104
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
1
4
1
4
1
3
3
3
4
4
4
4
3
3
93
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
1
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
105
Mulyadi
Perawat Kepala sekolah PNS
4
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
3
3
104
H. Akwal Ali
PNS
4
3
3
4
3
3
4
4
2
3
4
3
3
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
1
3
4
1
4
3
96
Baharudin
PNS
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
92
L. Wiradarma
PNS Kepala sekolah PNS
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
2
3
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
90
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
3
3
2
3
3
3
2
4
4
3
3
3
2
3
4
4
4
3
92
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
3
3
2
3
4
3
4
3
96
4
2
3
4
3
3
3
4
4
3
4
3
2
3
3
3
2
3
4
3
4
3
3
2
3
4
2
4
4
92
4
3
2
4
2
2
3
4
3
2
3
4
3
2
4
2
4
2
4
3
3
4
2
2
3
4
3
2
3
86
Endang Widiastuti
PNS Kepala sekolah PNS
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
4
4
3
3
3
89
Kadek Ayu Wirani
Perawat
3
3
4
3
4
2
3
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
3
3
93
Hj. Dhesy Anwalia
Perawat
4
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
2
3
3
4
3
3
3
99
Maulana Juaeni
PNS
4
3
3
4
1
4
3
4
3
3
2
4
4
4
4
3
1
4
4
3
3
3
4
3
1
4
3
3
4
93
H.L. Sahrun
Perawat
3
4
3
4
4
4
2
4
3
2
1
3
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
98
Rositah Umar
PNS
3
3
4
3
4
3
3
4
2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
1
3
4
2
4
2
95
M. Idnuali Hasyim
PNS
4
3
3
4
3
4
3
4
2
2
1
3
4
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
4
4
2
2
2
93
Rozaki Idwar
PNS
4
4
3
3
2
3
2
4
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
3
2
2
83
Sulanjono
Polisi Kepala sekolah
2
3
3
2
4
3
2
4
2
3
2
2
4
3
2
4
2
4
3
4
4
1
4
1
4
1
1
3
3
80
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
2
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
3
4
99
Abdul Majid Syarifudin Ginting H. Margono Danis Wari Hamdan Ali
Hardi Ali Asbar H. Baharuddin Adenan Jauhari
H.L. Muhammad
44
Tabulasi data kategori instrumen skala penelitian Nama
Jk
Pekerjaan
Total SSE
Total PD
Z SSE
Z PD
T SSE
T PD
K SSE
K PD
Subaedah Bahrun
P L
PNS PNS
16 13
88 90
0.55723 -1.18411
-0.88741 -0.59741
55.57 38.16
41.13 44.03
Tinggi Sedang
Rendah Rendah
Ismaini
L
PNS
12
99
-1.76456
0.70761
32.35
57.08
Rendah
Tinggi
Ariefhualuddin R
L
PNS
15
93
-0.02322
-0.1624
49.77
48.38
Sedang
Rendah
Jasti Roesti
L
PNS
15
86
-0.02322
-1.17742
49.77
38.23
Sedang
Rendah
Osmar Manik
L
PNS
17
105
1.13767
1.57762
61.38
65.78
Tinggi
Tinggi
Flora Sijabat
P
Perawat
15
103
-0.02322
1.28762
49.77
62.88
Sedang
Tinggi
Siti Ramlah Ismail
P
Guru
17
98
1.13767
0.56261
61.38
55.63
Tinggi
Tinggi
H.M. Hadi
L
PNS
18
88
1.71812
-0.88741
67.18
41.13
Tinggi
Rendah
H.M. Nasir
L
PNS
15
84
-0.02322
-1.46742
49.77
35.33
Sedang
Rendah
H.L Murlian Noer
L
PNS
15
82
-0.02322
-1.75742
49.77
32.43
Sedang
Rendah
Hj. Surtini
P
PNS
14
80
-0.60366
-2.04743
43.96
29.53
Sedang
Rendah
Tohri
L
TNI-AD
16
98
0.55723
0.56261
55.57
55.63
Tinggi
Tinggi
Subuh
L
TNI-AD
11
70
-2.345
-3.49744
26.55
15.03
Rendah
Rendah
Mujito
L
TNI-AD
14
97
-0.60366
0.41761
43.96
54.18
Sedang
Tinggi
Drs. Djati Utomo
L
Pengawas
17
92
1.13767
-0.3074
61.38
46.93
Tinggi
Rendah
Drs. A. Malik sahidu
L
Pengawas
16
84
0.55723
-1.46742
55.57
35.33
Tinggi
Rendah
Ralu Rukman
L
TNI-AD
14
101
-0.60366
0.99761
43.96
59.98
Sedang
Tinggi
Sri Mulyani, A.Md
P
Pengawas
16
87
0.55723
-1.03241
55.57
39.68
Tinggi
Rendah
Sutrisno
L
TNI-AD
14
96
-0.60366
0.2726
43.96
52.73
Sedang
Tinggi
H. L. Mustamin, S.Sos
L
PNS
16
95
0.55723
0.1276
55.57
51.28
Tinggi
Tinggi
Kerti
L
TNI-AD
14
86
-0.60366
-1.17742
43.96
38.23
Sedang
Rendah
H. Syamsul Arifin
L
PNS
15
89
-0.02322
-0.74241
49.77
42.58
Sedang
Rendah
H.M. Musannif Zohry
L
PNS
10
93
-2.92545
-0.1624
20.75
48.38
Rendah
Rendah
H. Sukmayadi
L
PNS
16
99
0.55723
0.70761
55.57
57.08
Tinggi
Tinggi
45
Mastar
L
PNS
16
93
0.55723
-0.1624
55.57
48.38
Tinggi
Rendah
Rudi Syarif
L
PNS
17
98
1.13767
0.56261
61.38
55.63
Tinggi
Tinggi
Indrum
L
PNS
14
95
-0.60366
0.1276
43.96
51.28
Sedang
Tinggi
L. Murdi
L
Guru
16
93
0.55723
-0.1624
55.57
48.38
Tinggi
Rendah
Murtajam
L
PNS
13
83
-1.18411
-1.61242
38.16
33.88
Sedang
Rendah
Haenuddin
L
PNS
10
80
-2.92545
-2.04743
20.75
29.53
Rendah
Rendah
Ir. Busrah Hasan
L
PNS
17
99
1.13767
0.70761
61.38
57.08
Tinggi
Tinggi
Nasruddin Alsan
L
PNS
16
97
0.55723
0.41761
55.57
54.18
Tinggi
Tinggi
H.M. Arsyad
L
PNS
18
96
1.71812
0.2726
67.18
52.73
Tinggi
Tinggi
Masri Zain
L
PNS
14
99
-0.60366
0.70761
43.96
57.08
Sedang
Tinggi
H. Tukimin
L
Pengawas
17
96
1.13767
0.2726
61.38
52.73
Tinggi
Tinggi
Hartiningsih
P
Guru
14
97
-0.60366
0.41761
43.96
54.18
Sedang
Tinggi
Ruslan
L
PNS
14
100
-0.60366
0.85261
43.96
58.53
Sedang
Tinggi
Wahyuningsih
P
Guru
15
93
-0.02322
-0.1624
49.77
48.38
Sedang
Rendah
Jamilah
P
PNS
14
98
-0.60366
0.56261
43.96
55.63
Sedang
Tinggi
H. Mulizar
L
PNS
14
104
-0.60366
1.43262
43.96
64.33
Sedang
Tinggi
Sanusi
L
Polisi
15
89
-0.02322
-0.74241
49.77
42.58
Sedang
Rendah
Ralu Rusdi
L
PNS
16
89
0.55723
-0.74241
55.57
42.58
Tinggi
Rendah
H. Ridwan
L
PNS
16
88
0.55723
-0.88741
55.57
41.13
Tinggi
Rendah
Umar Sahidu
L
PNS
16
90
0.55723
-0.59741
55.57
44.03
Tinggi
Rendah
HJ. Antasiah
P
Guru
15
91
-0.02322
-0.45241
49.77
45.48
Sedang
Rendah
Siti Azrah
P
PNS
13
91
-1.18411
-0.45241
38.16
45.48
Sedang
Rendah
Hasanudin
P
PNS
17
93
1.13767
-0.1624
61.38
48.38
Tinggi
Rendah
H. Sudirman
L
Guru
15
98
-0.02322
0.56261
49.77
55.63
Sedang
Tinggi
Hj. Faridah
P
Guru
15
97
-0.02322
0.41761
49.77
54.18
Sedang
Tinggi
Lalu Hartono
L
PNS
17
95
1.13767
0.1276
61.38
51.28
Tinggi
Tinggi
Sosiawan
L
PNS
16
92
0.55723
-0.3074
55.57
46.93
Tinggi
Rendah
Ida Bagus Suta
L
TNI-AD
16
99
0.55723
0.70761
55.57
57.08
Tinggi
Tinggi
Salmiatun
P
PNS
15
96
-0.02322
0.2726
49.77
52.73
Sedang
Tinggi
46
H. Pamudji
L
PNS
16
87
0.55723
-1.03241
55.57
39.68
Tinggi
Rendah
H.M. Innahu
L
PNS
15
111
-0.02322
2.44763
49.77
74.48
Sedang
Tinggi
Muharis Asmi
L
PNS
17
93
1.13767
-0.1624
61.38
48.38
Tinggi
Rendah
H. Munawar
L
PNS
16
95
0.55723
0.1276
55.57
51.28
Tinggi
Tinggi
H. Suwaeb Usman
L
Guru
15
98
-0.02322
0.56261
49.77
55.63
Sedang
Tinggi
Bq. Widiastuti
P
PNS
15
94
-0.02322
-0.0174
49.77
49.83
Sedang
Rendah
Aruman Karyono
L
PNS
15
98
-0.02322
0.56261
49.77
55.63
Sedang
Tinggi
Hj. Sakmah
P
Guru
17
107
1.13767
1.86762
61.38
68.68
Tinggi
Tinggi
H. Bokhri Rahman
L
PNS
18
104
1.71812
1.43262
67.18
64.33
Tinggi
Tinggi
H. L. Akhmad
L
PNS
14
97
-0.60366
0.41761
43.96
54.18
Sedang
Tinggi
Hj. Jaenab
P
PNS
12
104
-1.76456
1.43262
32.35
64.33
Rendah
Tinggi
Fahri
L
PNS
11
92
-2.345
-0.3074
26.55
46.93
Rendah
Rendah
H. Zakaria
L
PNS
16
112
0.55723
2.59263
55.57
75.93
Tinggi
Tinggi
Sahoda Akhmad
P
Guru
14
87
-0.60366
-1.03241
43.96
39.68
Sedang
Rendah
H. Syamsudin Ibrahim
L
Pengawas
18
87
1.71812
-1.03241
67.18
39.68
Tinggi
Rendah
Kamhar Gazali
L
PNS
16
93
0.55723
-0.1624
55.57
48.38
Tinggi
Rendah
I Gede Genti
L
PNS
12
92
-1.76456
-0.3074
32.35
46.93
Rendah
Rendah
H. Anwar
L
PNS
14
95
-0.60366
0.1276
43.96
51.28
Sedang
Tinggi
Suprih Utami
P
Guru
15
98
-0.02322
0.56261
49.77
55.63
Sedang
Tinggi
Endang Pujiastuti
P
Guru
15
99
-0.02322
0.70761
49.77
57.08
Sedang
Tinggi
Rita Suhartini
P
Guru
15
88
-0.02322
-0.88741
49.77
41.13
Sedang
Rendah
Sri Pujiningsih
P
Guru
16
99
0.55723
0.70761
55.57
57.08
Tinggi
Tinggi
Bakran
L
16
100
0.55723
0.85261
55.57
58.53
Tinggi
Tinggi
Abdul Majid
L
16
98
0.55723
0.56261
55.57
55.63
Tinggi
Tinggi
Syarifudin Ginting
L
PNS Kepala sekolah Pengawas
16
100
0.55723
0.85261
55.57
58.53
Tinggi
Tinggi
H. Margono
L
Guru
15
104
-0.02322
1.43262
49.77
64.33
Sedang
Tinggi
Danis Wari
P
14
93
-0.60366
-0.1624
43.96
48.38
Sedang
Rendah
Hamdan Ali
L
Perawat Kepala sekolah
17
105
1.13767
1.57762
61.38
65.78
Tinggi
Tinggi
47
Mulyadi
L
PNS
15
104
-0.02322
1.43262
49.77
64.33
Sedang
Tinggi
H. Akwal Ali
L
PNS
18
96
1.71812
0.2726
67.18
52.73
Tinggi
Tinggi
Baharudin
L
PNS
12
92
-1.76456
-0.3074
32.35
46.93
Rendah
Rendah
L. Wiradarma
L
14
90
-0.60366
-0.59741
43.96
44.03
Sedang
Rendah
Hardi
L
16
92
0.55723
-0.3074
55.57
46.93
Tinggi
Rendah
Ali Asbar
L
PNS Kepala sekolah PNS
16
96
0.55723
0.2726
55.57
52.73
Tinggi
Tinggi
H. Baharuddin
L
14
92
-0.60366
-0.3074
43.96
46.93
Sedang
Rendah
Adenan Jauhari
L
17
86
1.13767
-1.17742
61.38
38.23
Tinggi
Rendah
Endang Widiastuti
P
PNS Kepala sekolah PNS
13
89
-1.18411
-0.74241
38.16
42.58
Sedang
Rendah
Kadek Ayu Wirani
P
Perawat
13
93
-1.18411
-0.1624
38.16
48.38
Sedang
Rendah
Hj. Dhesy Anwalia
P
Perawat
14
99
-0.60366
0.70761
43.96
57.08
Sedang
Tinggi
Maulana Juaeny
L
PNS
15
93
-0.02322
-0.1624
49.77
48.38
Sedang
Rendah
H.L. sahrun
L
Perawat
15
98
-0.02322
0.56261
49.77
55.63
Sedang
Tinggi
Rositah Umar
P
PNS
12
95
-1.76456
0.1276
32.35
51.28
Rendah
Tinggi
M. Idnuali Hasyim
L
PNS
17
93
1.13767
-0.1624
61.38
48.38
Tinggi
Rendah
Rozaki Idwar
L
PNS
15
83
-0.02322
-1.61242
49.77
33.88
Sedang
Rendah
Sulanjono
L
13
80
-1.18411
-2.04743
38.16
29.53
Sedang
Rendah
H.L. Muhammad
L
Polisi Kepala sekolah
17
99
1.13767
0.70761
61.38
57.08
Tinggi
Tinggi
48