PERBEDAAN KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh:
BENNY WICAKSONO F100 050 051
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
PERBEDAAN KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Diajukan oleh :
BENNY WICAKSONO F100 050 051
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAKSI PERBEDAAN KENAKALAN REMAJA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA Remaja merupakan individu yang masih labil. Terkadang para remaja melakukan perbuatan yang menyimpang atau disebut nakal. Perbuatan remaja yang menyimpang sering membuat kerugian bagi pihak lain. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya status sosial ekonomim orangtua. Kondisi kurang mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari remaja dalam kondisi tersebut mencari cara untuk bisa memenuhi kebutuhannya dengan cara yang mungkin kurang benar dan cenderung kearah yang negatif misalnya dengan mencuri atau pemalakan. Tujuan penelitian yaitu 1) mengetahui perbedaan kenakalan remaja ditinjau dari sosial ekonomi orangtua; 2) mengetahui tingkat kenakalan remaja. Hipotesis yang diajukan: ada perbedaan kenakalan remaja ditinjau dari sosial ekonomi orangtua Subjek penelitian adalah siswa-siswi siswa-siswi SMK (SMEA) Sukawati Gemolong, dan siswa-siswi SMK (STM) Sukawati Sragen, jumlah subjek secara keseluruhan sebanyak 170 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling . Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu angket status sosial ekonomi dan skala kenakalan remaja. Teknik analisis data menggunakan analisis uji t. Berdasarkan analisis uji t diperoleh nilai–nilai sebagai berikut: Analisis antara A1-A2 (SSE rendah dengan SSE sedang) nilai t= 2,059; p= 0,039 (p<0,05), hasil ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kenakalan remaja ditinjau status sosial. Analisis antara A1-A3 (SSE rendah dengan SSE tinggi) nilai t= 1,970; p = 0,039 (p<0,05), hasil ini juga menunjukkan ada perbedaan yang signifikan. Selanjutnya analisis antara A2-A3 (SSE sedang dengan SSE tinggi) nilai t = 0,305; p = 0,759 (p>0,05), hasil ini menunjukkan ada tidak perbedaan kenakalan remaja ditinjau status sosial ekonomi. Nilai rata -rata (mean) kenakalan remaja = 87,067, nilai mean tersebut menunjukkan kenakalan remaja subjek tergolong sedang.
Kata kunci : status sosial ekonomi , kenakalan remaja
menghentikan perbuatannya pada usia 21
PENDAHULUAN Remaja merupakan individu yang masih
labil.
Terkadang
remaja
Yan (2007) dalam harian umum
melakukan perbuatan yang menyimpang atau
“Berita Kota” pada jum’at 07 Agustus 2009
disebut
yang
menyatakan bahwa dalam sepekan terakhir
menyimpang sering membuat orang lain
terjadi tawuran pelajar selama beber apa kali
khawatir. Kenakalan remaja dapat disebabkan
di daerah Depok khususnya di wilayah
oleh
keluarga,
kecamatan Sukmajaya. Sedangkan menurut
lingkungan dan sekolah. Kenakalan remaja
Rusli (2008) menyatakan bahwa masalah-
memang dapat digolongkan sebagai masalah
masalah yang saat ini berkembang dikalangan
yang kompleks karena mencakup beberapa
remaja
factor
penyakit
nakal.
beberapa
yang
para
sampai 23 tahun.
Perbuatan
faktor
remaja
yaitu
mempengaruhinya.
Menurut
diantaranya kelamin,
penyebaran kehamilan
narkoba, dini
serta
Gunarsa (2005) faktor pribadi, keluarga dan
ancaman HIV AIDS. Yang juga menjadi
lingkungan social adalah penyebab utama
kecemasan adalah 20 % remaja sudah begitu
kenakalan
akrab dengan rokok yang merupakan pintu
remaja
dan
penyalahgunaan
narkotik.
masuk bagi narkoba dan MIRAS.
Kondisi keluarga merupakan salah
Kasus kenakalan remaja setiap tahun
satu penentu perilaku nakal pada anak.
dicatat semakin meningkat khususnya dalam
Menurut Gerungan (2002) 63% dari anak
kasus penyalahgunaan narkoba. Dari data
yang nakal dalam suatu lembaga pendidikan
BNN
adalah anak yang berasal dari keluarga tidak
persentase
utuh. 70% dari anak yang sulit dididik adalah
meningkat menjadi 1,99 % dari penduduk
dari keluarga yang tidak teratur, tidak utuh
Indonesia
atau mengalami tekanan yang terlampau
mencapai 1,75 %. Dalam hal ini remaja
berat. Menurut penelitian dari McCord (dalam
cenderung terpengaruh oleh teman sebayanya.
Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa
Apabila remaja salah dalam memilih teman
pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe
bergaul
terisolir
kekecewaan. Hal ini dikarenakan gaya hidup
meninggalkan
kriminalnya.
Paling
tingkah sedikit
60
laku %
yang
tahun
2008
menyatakan
penyalahgunaan
dibanding
maka
berbeda-beda
tahun
akan
dan
bahwa narkoba
2004
yang
menimbulkan
dapat
membuat
remaja frustrasi karena mengikuti gaya hidup
membuat masyarakat berada dalam garis
remaja (http://www.acehforum.or.id).
kemiskinan. Hal ini dapat menyebabkan
Kecenderungan
bahwa
pelaku
remaja dalam kondisi tersebut mencari cara
kenakalan lebih banyak berasal dari kelas
untuk bisa memenuhi kebutuhannya dengan
sosial ekonomi yang lebih rendah dengan
cara
perbandingan jumlah remaja nakal di antara
cenderung kearah yang negatif misalnya
daerah perkampungan miskin yang rawan
dengan mencuri atau pemalakan.
dengan daerah yang lebih mapan diperkirakan
yang
mungkin
kurang
benar
dan
Kartono (2010) berpendapat bahwa
50 : 1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan
secara
kurangnya kesempatan remaja dari kelas
delinkuen pada remaja disebabkan oleh faktor
sosial
mengembangkan
internal dan eksternal. Faktor internal yang
ketrampilan yang diterima oleh masyarakat.
dimaksud meliputi karakteristik kepribadian,
Remaja
akan
nilai- nilai yang dianut, sikap negatif terhadap
mendapatkan perhatian dan status dengan cara
sekolah, serta kondisi emosi rema ja yang
melakukan tindakan anti sosial. Menjadi
labil. Adapun faktor eksternal mancakup
“tangguh” dan “maskulin” adalah contoh
lingkungan rumah atau keluarga, sekolah,
status yang tinggi bagi remaja dari kelas
media massa, dan keadaan sosial ekonomi.
rendah
untuk
mungkin
saja
merasa
garis
besar
munculnya
perilaku
sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini
Tingkat pendapatan orang tua sangat
sering ditentukan oleh keberhasilan remaja
erat hubungannya dengan perilaku anak
dalam melakukan kenakalan dan berhasil
dilingkungan
meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.
disekolah. Anak yang memikili orang tua
Menurut hasil penelitian Hawari (1996)
yang berpendapatan rendah akan lebih nakal
menyebutkan
dapat
dibanding anak yang memiliki orang tua yang
mempengaruhi anak menjadi nakal dan liar
berpendapatan tinggi. Seperti pendapat dari
kemungkinan besar berasal dari kondisi
Kartono (2003) bahwa anak yang melakukan
keluarga itu sendiri yaitu status
social
kenakalan sebagian besar adalah anak yang
ekonomi. Seperti yang dikatakan Mutrofin
memiliki status sosial rendah dan tinggal
(2009) bahwa kondisi ekonomi yang tidak
dilingkungan miskin. Jika keluarga hudip
stabil dan sulitnya orang mencari pekerjaan
dalam keadaan miskin maka kebutuhan anak
dan sebagian masyarakat kurang mampu
tidak bisa terpenuhi sehingga anak akan
memenuhi
cenderung
bahwa
kebutuhan
factor
hidup
yang
sehari-hari
tempat
melakukan
tinggalnya
tindakan
maupun
untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara
bagaimana cara untuk memupuk kekayaan
apapun.
dan
Menurut pendapat Walgito (2007), faktor -faktor yang mempengaruhi kenakalan
mengejar
sehingga
keuntungan
tidak
yang
menutup
banyak
kemungkinan
bimbingan dari orangtua yang berkurang.
remaja adalah:
3) Jumlah anggota dalam keluarga.
a. Faktor situasi keluarga . Situasi
Keadaan keluarga yang besar jumlahnya
keluarga yang baik akan sangat mendukung
berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga
tumbuhnya hubungan yang baik antara anak
besar soal pengawasan agak sulit dilakukan
dan orangtua dan situasi keluarga yang
dengan baik. Lain dengan keluarga kecil,
kurang baik atau kurang harmonis akan
pengawasan
mengakibatkan gangguan didalam hubungan
dilakukan. Di samping itu, perhatian orangtua
dengan orangtua dengan anak. Masalah yang
terhadap masing-masing anak lebih mudah
erat kaitannya dengan situasi keluarga adalah
diberikan, baik pendidikan akhlak, pendidikan
:
di sekolah, pergaulan dan sebagainya.
dan
disiplin
lebih
mudah
1) Keutuhan keluarga . Pada keluarga
4) Sikap anak betah tinggal di rumah.
yang tidak normal, dengan istilah broken
Rumah dianggap sebagai tempat berlindung,
home, maka dalam keluarga itu akan terjadi
tempat mencari ketenangan, tetapi apabila
disintegrasi.
memberikan
orangtua tidak berperan seperti sewajarnya,
pengaruh yang kurang menguntungkan bagi
maka terbentuk sikap negatif terhadap rumah.
perkembangan
Rumah dilihatnya sebagai sumber frustrasi
Keadaan
ini
anak
ketidakharmonisan
keluarga
dimana mempunyai
dan sumber kekacauan.
pengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anak.
Semakin kurang kesempatan anak untuk
2) Kesibukan pekerjaan.
5) Hiburan-hiburan dalam keluarga.
Kesibukan
orangtua orangtua
dalam
bersama keluarga (misalnya, rekreasi atau
dalam
berlibur bersama keluarga), maka semakin
pekerjaan akan cepat menimbulkan kesulitan
besar
tingkahlaku anak. Pada keluarga dengan
mengalami kekurangan dalam perkembangan
keadaan ekonomi yang kurang, orangtua akan
sosialnya.
bekerja
le bih
keras
untuk
pula
kemungkinannya
bahwa
ia
memenuhi
b. Faktor-faktor yang ada dalam diri
kebutuhan rumahtangganya. Demikian pula
remaja. Faktor-faktor yang ada dalam diri
halnya dengan keluarga yang kaya, berpikir
remaja sendiri yang menyebabkan kenakalan,
misalnya lemahnya kemampuan pengawasan
perilaku tersebut dapat merusak reputasi
diri dan penyesuaian diri terhadap pengaruh
dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
lingkungan, tidak memiliki
dikarenakan
keagamaan
yang
kuat
dasar-dasar
sehingga
memiliki
kedudukan
yang
sukar
terhormat dimasyarakat. Berdasarkan social
mengukur norma luar atau memilih norma
control theory (Hircshi dalam Ingram dkk,
yang baik di lingkungan masya rakat.
2007) menyatakan bahwa seseorang yang
c. Faktor sosial ekonomi dan budaya.
rendah atau retak dengan bonding social
merupakan
(keluarga, teman, sekolah dan media) akan
lingkungan yang sangat penting apabila
mengalami masalah perilaku, dalam hal ini
lingkungan ini tidak mendukung secara
disebut delinquency. Seorang anak yang lekat
positif,
dengan orang tuanya akan mampu mengurangi
Lingkungan
sosial
remaja
budaya
bisa
terperosok
dalam
pergaulan yang tidak bertanggung-jawab. Perhatian remaja terhadap masyarakat di lingkungan sangat besar dan pengaruh sosial ekonomi serta budaya lingkungannya sangat mempengaruhi
keadaan
jiwanya
dan
bentuk
penyimpangan
perilaku,
termasuk
delinquency. Apabila objek lekatnya (bond) yang berada di luar keluarga mengarah pada aktifitas
yang
memperparah
kurang
baik,
perilakunya,
maka
akan
mengarah
pada
delinquency yang serius
menentukan pula sikap tindakannya dalam hidup.
Berdasarkan kerangka teori di atas, hipotesis
Menurut Kartono (2010) kenakalan
remaja
dapat
perilaku
berasal
dari
yang
diajukan
adalah:
Ada
perbedaan kenakalan remaja ditinjau dari status sosial ekonomi.
lingkungan keluarga dengan status social ekonomi yang rendah, pada umumnya sulit
METODE
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh
Subjek dalam penelitian ini adalah 88
karena bertindak apa saja demi memenuhi
siswa-siswi
kebutuhan
Gemolong, dan 82 siswa-siswi SMK (STM)
hidup
seperti,
makan
atau
SMK
(SMEA)
Sukawati
kebutuhan lainnya yang semuanya tidak
Sukawati
dapatkan dari orang tua. Sedangkan menurut
keseluruhan
Sears dkk (1994) pada seorang yang berstatus
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada
ekonomi atas, perilaku nakal dan agresif yang
10 – 15 Januari 2013 di SMK S ukawati
ditampilkan biasanya akan dipikirkan dahulu
Sragen
bagaimana
Pengambilan sampel melalui teknik cluster
dampak
kedepannya,
sebab
Sragen, jumlah subjek secara
dan
sebanyak
SMK
170
Sukawati
orang.
Gemolong.
random sampling. Alat pengumpulan data
(cenderung tinggi). Adapun mean status sosial
menggunakan skala kenakalan remaja dan
ekonomi orangtua sedang = 82,610, nilai
angket status sosia ekonomi. Adapun analisis
masuk dalam kategori sedang (cenderung
data menggunakan teknik analisis uji t.
rendah) dan status sosial ekonomi orangtua tinggi = 81,636 masuk dalam kategori sedang (cenderung rendah). Adapun nilai hipotetik
HASIL DAN PEMBAHASAN
kenakalan remaja yaitu 85. Hasil penelitian Hasil analisis pada tabel di atas dapat diinterpretasi sebagai berikut; analisis antara status sosial ekonomi rendah (SSE rendah) dengan status sosial ekonomi sedang (SSE sedang) diperoleh nilai t= 2,059; p=0,039 (p<0,05),
artinya
ada
perbedaan
yang
signifikan kenakalan antara SSE rendah dengan SSE sedang. Analisis antara status sosial ekonomi rendah (SSE rendah) dengan status sosial ekonomi tinggi (SSE tinggi ) diperoleh nilai t = 1,970; p=0,048 (p<0,05), artinya
ada
perbedaan
yang
signifikan
kenakalan antara SSE rendah dengan SSE tinggi. Adapun analisis antara status sosial ekonomi sedang (SSE sedang) dengan status
ini sesuai dengan pendapat Kartono (2010) kenakalan remaja bergandengan erat dengan kemiskinan.
Hal
ini
dicerminkan
oleh
distribusi ekonomis dan distribusi ekologis dari orang-orang yang berasal dari kelas-kelas sosial yang berbeda -beda. Dengan sendirinya dalam
masyarakat
terdapat
banyak
kesenjangan antara si kaya dan si miskin, semua kejadian tadi merangsang terjadinya peningkatan jumlah kejahatan yang dilakukan oleh remaja yang berasal dari stratifikasi ekonomi
rendah
dengan
pola
subkultur
kemiskinan, namun anak anak remajanya memiliki ambisi materiil yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
sosial ekonomi tinggi (SSE tinggi ) diperoleh nilai t = 0,305; p=0,759 (p<0,05), artinya ada tidak
ada
perbedaan
yang
signifikan
kenakalan SSE sedang dengan SSE tinggi. Nilai rata-rata (mean) status sosial ekonomi orangtua rendah= 87,067, nilai mean tersebut menunjukkan kenakalan subjek yang memiliki status sosial ekonomi orangtua rendah
masuk
dalam
kategori
sedang
. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Berdasarkan analisis nilai– nilai sebagai berikut:
uji t diperoleh Analisis antara
A1-A2 (SSE rendah dengan SSE sedang) nilai t= 2,059; p= 0,039 (p<0,05), hasil ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan kenakalan
remaja
ditinjau
status
sosial
ekonomi rendah dengan status sosial ekonomi
bersama,
sedang. Analisis antara A1-A3 (SSE rendah
mengerjakan PR anak.
dengan SSE tinggi) nilai t= 1,970; p = 0,039 (p<0,05),
hasil
ini
menunjukkan
ada
bersenda
Bagi
Kepala
gurau,
membantu
Sekolah
dan
staf
pengajar. Disarankan memberikan sanksi
perbedaan yang signifikan kenakalan remaja
yang
ditinjau status sosial ekonomi rendah dengan
melakukan tindak kenakalan. Selain itu
status sosial ekonomi tinggi. Selanjutnya
kepala sekolah dan para guru harus mampu
analisis antara A2-A3 (SSE sedang dengan
mengoptimalkan kegiatan ekstrakurikuler di
SSE tinggi)
0,305; p = 0,759
sekolah untuk menyalurkan potensi, minat,
(p>0,05), hasil ini menunjukkan ada tidak
bakat, atau hobi siswa secara positif, misalnya
perbedaan kenakalan remaja ditinjau status
Pramuka, Olahraga dan Kesenian, Palang
sosial ekonomi sedang dengan status sosial
Merah Remaja, magang dan sebagainya.
nilai t =
ekonomi tinggi.
tegas
Peneliti
Nilai rata-rata (mean) status sosial
bagi
siswa
yang
selanjutnya.
memperhatikan
terbukti
Disarankan
faktor-faktor
lain
yang
ekonomi orangtua rendah= 87,067, nilai mean
mempengaruhi kenakalan remaja seperti jenis
tersebut
kelamin ,
menunjukkan
kenakalan
remaja
tingkat
keagamaan,
pola
asuh
subjek yang memiliki status sosial ekonomi
orangtua, moralitas masyarakat. Selain itu
orangtua rendah masuk dalam kategori sedang
juga
(cenderung tinggi). Adapun mean status sosial
memperbanyak sampel, agar ruang lingkup
ekonomi orangtua sedang = 82,610, nilai
dan generalisasi penelitian menjadi lebih luas,
masuk dalam kategori sedang (cenderung
misalnya membandingkan kenakalan remaja
rendah) dan status sosial ekonomi orangtua
antara siswa dari SMK di Kota dengan SMK
tinggi =81,636 masuk dalam kategori sedang
di Desa.
dapat
memperluas
populasi
dan
(cenderung rendah). Adapun nilai hipotetik DAFTAR PUSTAKA
kenakalan remaja yaitu 85. b. saran Orangtua
disarankan
melakukan
pengawasan, meningkatkan komunikasi dan kebersamaan, melakukan aktivitas bersamasama anak, seperti rekreasi, makan malam
Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco. Gunarsa, S.D. 2005. Psikologi Remaja . Jakarta : Gunung Mulia.
Hawari, D., 1996, Konsep Islam Memerangi Aids dan NAPZA. Yogyakarta: Dharma Bhakti Prima Yasa. Kartono, K. 2003. Psikologi Bandung: Alumni.
Remaja.
________. 2010. Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Cet 9.Jakarta: Rajagrafindo Persada Mazerolle, P & Maahs, J. (2000). General strain and delinquency : An alternative examination of conditioning influences. Justice Quarterly. Vol. 17, No. 4, December 2000: 753 777. Moon, B., Blurton, D., & McClueskey,J. D. (2008). General strain theory and delinquency: Focusing on the influences of strain characteristics on delinquency. Crime & Delinquency. Vol. 54, N0 4, 582 613. Ngai, N. P & Cheung, C. K. (2005). Predictors of the likehood of delinquency: A study of marginal youth in Hong Kong China. Youth & Society, Vol. 36. No. 4, June 2005 445-470 Walgito, B 2007. Psikologi Yogyakarta: Yayasan Fakultas Psikologi UGM.
Remaja. Penerbit
Wadsworth, T. (2000). Labor markets, delinquency, and social control theory: An empirical assessment of the mediating process. Social Forces, March 2000, 78 (3) : 1041 1066. Wester, K. A, MacDonald, C. A., & Lewis,T. F. (2008). A glimpse into the lives of nine youth in correctional facility: Insight into theories of delinquency. ]ournal of Addictions & Offender Counseling • April 2008 • Volume 28
Wiatrowski, M. D., Griswold, D. B., & Roberts, M. K. (1981). Social control theory and delinquency. American Sociological Review, Vol. 46 (October: 525 541). http://www.acehforum.or.id. 2010. Kenakalan di kalangan Remaja http.beritakota.com. 2007. Tawuran Semakin Marak