Berani!
i
PENERBIT nulisbuku.com JUDUL BUKU BERANI ! Writing Will Copyright © 2011 by Writing Will
DESAIN SAMPUL : Bonifacio Renanda Diterbitkan oleh : nulisbuku.com
ii
Kata Pengantar - Pihak SMA Fons Vitae 1
Kata Pengantar Setiap orang ditakdirkan untuk memiliki berjuta pengalaman. Dan cerpenlah media untuk merekam pengalaman hidup itu lewat katakata. Maka, setiap orang pada dasarnya punya talenta untuk menulis cerpen. Hanya sayang, kadang orang lebih nyaman bersembunyi di balik kata “tidak bisa” bahkan sebelum mencobanya. Oleh karena itu, sebuah pencerahan tersendiri bagi sekolah ketika ada sekelompok anak muda berbendera alumni Fons Vitae 1 yang berinisiatif memberikan pelatihan penulisan cerpen bagi anak-anak muda yang lain. Bukan hanya bagi mereka yang sudah merasa bisa, melainkan juga bagi mereka yang baru ingin mencoba. Inilah hasilnya. Meski belum sempurna, inilah wujud kemenangan untuk mencoba. Semoga karya ini menjadi awal dari karya-karya besar selanjutnya. Terima kasih Ikatan Alumni Fons Vitae 1. Api yang Anda nyalakan, harapan yang Anda tumbuhkan, dan cinta yang Anda sertakan akan kami ingat dan kenang selalu
Jakarta, 10 Mei 2011
Perwakilan SMA Fons Vitae 1 Marsudirini Matraman
iii
Kata Pengantar - Panitia
Pengantar oleh Panitia Writing Will merupakan salah satu acara yang special dan menjadi hadiah di awal tahun, baik bagi para peserta, maupun bagi kami para panitia. Bukanlah peristiwa yang dapat ditemukan sehari-hari, ketika tiga orang dengan bermodalkan kecintaan pada dunia tulis-menulis, menyatukan visi, dan menggelar acara workshop menulis, dan workshop pertama Writing Will yang diadakan di SMA Fons Vitae 1 Marsudirini, dapat berjalan dengan sangat baik. Ucapan terima kasih yang sangat besar kepada Tuhan YME kami haturkan, tidak lupa kepada pihak Ikatan Alumni SMA Fons Vitae 1 Marsudirini atas dukungan moril dan materiilnya, kepada pihak penerbit nulisbuku.com atas dukungan dan kerja samanya, serta kepada para narasumber kami Ika Natassa, Brilliant Yotenega, Iksaka Banu, dan Jed Revolutia, serta kepada seluruh peserta siswa dan siswi yang telah mengikuti workshop Writing Will : BERANI ini. Buku ini bukanlah sebuah akhir karya, tetapi merupakan langkah awal bagi para siswa-siswi untuk terus berkarya dan terus menulis. Buku ini adalah pintu peserta untuk menggapai mimpinya. Mereka memulai dengan keberanian. Hingga akhirnya rasa bercampur dengan semangat dan terciptalah sebuah cerita. Tiga bab awal adalah tiga karya terbaik yang telah ditentukan oleh para narasumber. Untuk itu, bersama kita ucapkan selamat kepada karya terbaik. Jangan pernah berhenti untuk bermimpi!! Inilah yang menjadikan Writing Will ada. Semoga mimpi untuk berani menulis akan terus ada selamanya! Selamat membaca!
Panitia Writing Will 2011 iv
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar oleh SMA Fons Vitae 1 v Pengantar oleh Pantia Daftar Isi vi Rumah A 13 - Angel Liem 1 They Invaded My Family - Fransiska Felicia
4
Janji Coklat Nenek Nani - Vinni Andrayni
8
Ungkapkan Cintamu! - Valerian I.S. 12 Bangunkan Aku - Benediktus Jansen 16 Dear Daniels, - Angelina Hirawan 19 Duo Notte - Dionisius Susanto 21 Date to be Different - Felicia Yosiana
24
Pelajaran Hidup untuk Tara - Irena Margareta 27 Rahasia dibalik Keberanian Rachel - Mahargiyanti Yudi Utami 30
Inareb Menjadi Berani - Maria Theresia Divine Mercy Immanes 33 Cerita Kita.. - Monika Tania 36 Sunshine After The Rain - Angelina Rosari
39
Berani - Ratu Sitompoel 42 Isi Hatiku - Vania Tyas Utami 44
v
Daftar Isi Alice in Dreamland - Theresia Wirawan
47
Inside Herself - Michael Adrian 51 60 Menit Terakhir - Nikita Natassa 54 Pelangi - Michelle Layanto 57 Mentari - Pingkan Rachel 60 Don’t Go Dad, Don’t Go Mom - Marcel 63 Liburan Musim Dingin di Rumah Nenek - Novelia Dharmawan 67
Akhir Sebuah Mahakarya - Gabriel Enrico Adiputra 70
Satu Senyum Terakhir - Dona Saraswati
73
My Diary and My World - Cindy Hermawan
76
Outpouring of Heart About My Friends Who Have Gone Leave Me (diary)-Bernadette Sonia 78 Sang Pemimpi (Bukan Andrea Hirata) - Yesica Yuliani 81 Pelita - Angelin Irena 84 Becak - Elaine Noviany 85 CERITA TAMBAHAN 87 Mimpiku - Irene Wibowo
88
Pasti Pas ! - Irene Wibowo 89 vi
Daftar Isi Puja Semesta - Bonifacio Renanda
90
Kisah Enam Tahun Lalu - Vania Oktiviani
92
#roadtrip - Denny Dominicus 96
i
Rumah A 13 - Angel Liem
RUMAH A 13 Angel Liem Rumah itu tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Arsitekturnya bergaya Belanda dan kondisinya tidak terawat, catnya sudah mengelupas disana-sini, serta rerumputan liar yang tumbuh memanjang di pekarangannya. Pagar besi setinggi 3 meter lebih dan berkarat mengelilinginya menjadikan rumah tersebut terkesan seram. Hanya satu yang membuat rumah itu nampak normal. Sebuah papan yang bertuliskan “RUMAH INI DIJUAL”. Mengapa aku mengatakan papan itu menjadikan rumah tesebut terlihat normal? Ya iyalah semenjak dipasang lima tahun yang lalu sampai sekarang, rumah itu tidak pernah terjual bahkan tidak ada yang mau menawar. Siapa juga yang mau membeli rumah dengan kondisi yang memprihatinkan seperti itu di lokasi perumahan yang cukup jauh dari pusat kota. Belum lagi isu-isu dan cerita seram yang beredar tentang rumah itu. Ada isu tentang hilangnya seorang anak disana dan tak pernah ditemukan. Juga ada isu yang mengatakan seorang wanita bunuh diri di dalam rumah tersebut, bahkan ada juga cerita tentang seekor anjing yang selalu mengejar-ngejar orang yang melewati depan rumah itu pada malam hari. Anehnya, anjing itu tidak pernah ditemukan pada pagi hari. Salah satu cerita lainnya versi Robin tentang rumah itu. “Tau gak lo Ren!? Kemarin gw lewat rumah yang di situ, tuh.””Rumah yang mana Bin??”tanyaku sok bodoh. ”Yang serem itu.””Yang mana si???” jawabku tetap pura-pura tidak tahu. ”Rumah A13 yang depan rumah lo peris itu.” “Emang kenapa??” tanyaku sedikit penasaran “Kemarin malem pas gw lewat situ, gw berasa banget deh, kalo ada yang ngeliatin gw dari dalem rumah itu.””Alah, alay banget si, perasaan lo aja kali.”
1
Rumah A 13 - Angel Liem Jawabku sengit. “Serius deh, bulu kuduk gw aj sampe berdiri, bahkan bulu ketek gw juga berdiri.””Halah, emang lo lewat situ jam berapa si?”tanyaku jadi semakin penasaran. “Tengah malem Ren, pas gw abis anterin Mpo Mirna kondangan, eh sial, mesin vespa gw ngadat, persis depan rumah itu.””Terus, terus??” tanyaku penasaran. “Yah kan gw tadi udah bilang, masa lw kaga percaya sama gw, you know me so well” katanya sambil menyanyikan sepenggal lagu boy band alay. Tanpa kusadari vespa butut yang kutumpangi bersama Robin sudah sampai didepan rumahku. “Makasih ya Bin, udah anterin gw.” Kemudian aku berlari masuk kedalam rumah “Nanti malem gw jemput yeh?” teriak Robin padaku “Kemana??” tanyaku dari dalam rumah. “Nonton orkest tunggal, si Rosyit anak Babe Sabeni ngadain syukuran.””Gw mah ogah nonton kaya gitu, mendingan gw samperin aja tuh rumah A13 nanti malem, buat ngebuktiin cerita lo itu.” Kataku menolak ajakannya. “Gile lo Ren, nekat lo, yaudah deh gw balik dulu, kaya berani aja.” Malam itu ketika aku di pembaringanku, saat aku menatap langitlangit kamarku, aku terngiang-ngiang cerita Robin siang tadi. Penasaran juga aku, tanpa sadar kulayangkan pandanganku keluar jendela. Kulihat dengan mata kepalaku, rumah yang biasanya selalu tampak gelap gulita dari salah satu jendela rumah A13 itu nampak sinar lampu, walau hanya sekelebatan kemudian padam kembali. Jantungku berdegup kencang, jangan-jangan benar yang diceritakan Robin. Rasa penasaran menjalari tubuhku, segera saja aku mengambil handphoneku, dan keluar dari kamar melalui jendela. Sesampainya di depan rumah itu ada sedikit keraguan dalam hatiku, tiba-tiba seekor anjing yang entah muncul darimana menggonggongiku kemudian berlari kearahku. Dengan reflek tanganku meraih pagar besi berkarat itu dan mulai memanjatnya, menghindari terkaman anjing gila itu. “Bret” si anjing gila itu berhasil merobek celana piyamaku. Aku kehilangan pegangan dalam ketakutan, kedua tanganku mencari pegangan, namun yang kudapat hanyalah udara kosong. Keseimbanganku hilang dan tubuhku terjatuh kedalam pekarangan yang dipenuhi rumput panjang. Pandangan mataku menjadi semakin 2
Rumah A 13 - Angel Liem gelap, suara gonggongan anjing itu terdengar semakin jauh. Kurasakan sesuatu yang basah menyentuh pipiku, membuatku tersadar, kupaksakan membuka kedua mataku walau terasa berat. Sesuatu mengalir dari kepalaku, aku menyentuhnya dan dengan pandangan mata yang buram kulihat sesuatu berwarna merah pekat di telapak tanganku dan bau anyir darah yang berasal dari pelipisku. Dan kulihat anjing yang mengejarku sedang menjilati darahku. Kemudian terdengar suara “Golongan darahmu AB+ ya? Darah langka, selamat datang dan bergabung dalam komunitas.” Aku tak percaya dengan penglihatan dan pendengaranku, yang tengah berbicara padaku tidaklah lain anjing yang tadi mengejarngejarku. Setelah sadar betul aku bangun dari rumputan itu. Aku menatap kebelakang dan kulihat ragaku sendiri yang tetap terbaring di rumputan itu. “Apa aku bermimpi?” tanyaku “Tidak, kamu tak bermimpi, kau hanya terlalu nekat Ren, ‘kaga gw sangka, berani juga lo masuk ke rumah ini.’ Apakah sekarang kau mengenaliku? Dasar manusia, mudah sekali diperdaya!” Anjing itu mengangkat kedua kaki depannya dan berdiri dengan kedua kaki belakangnya kemudian bertransformasi menjadi Robin. “Loh, Robin, bukannya lo pergi nonton orkes tunggal di syukuran Babe Sabeni?”
~§~
3
They Invaded My Family - Fransiska Felicia
They Invaded My Family Fransiska Felicia
Cilamaya, 14 Oktober 1941 Boom… Boom!!! “Tolong… Tolong…!” “Tidak!! Jangan ambil anak-ku!” Suasana berisik seperti itulah yang kualami saat ini. Aku bingung!! Demi Tuhan aku bingung mengapa orang-orang di sekitarku berteriak ketakutan. Anak-anak kecil seusiaku, berlari-lari mencari ayah dan ibu mereka. Para petani beserta keluarganya lari ketakutan. Asap… Bunyi gemuruh dimana-mana, bahkan ‘si jago merah’ pun ikut serta memporak porandakan desa kami. Ibu dengan perut buncitnya, menggandeng tanganku masuk ke rumah. Ayah bergegas lari menuju rumah kami sambil menggendong adik. “TUTUP PINTUNYA RAPAT-RAPAT!!!” Ayah berteriak. Tidak hanya aku dan keluargaku yang berada dalam atap rumahku, melainkan tetangga-tetanggaku yang duduk menangis kehilangan harta benda serta rumah mereka yang habis terbakar, juga ikut berlindung di rumahku. Tidak seorangpun dari kami yang berani keluar rumah ini. Berkali-kali orang-orang asing itu mengacaukan desa kami. Tidak seorangpun dari kami, yang berani melawan mereka karena siapapun yang melawan, mereka akan menyaksikan satu per satu dari orangorang yang mereka cintai, dihabisi secara perlahan-lahan.
Cilamaya, 6 september 1947 Hari demi hari kujalani, keadaan di desaku semakin memburuk. 4
They Invaded My Family - Fransiska Felicia Meskipun di radio, surat kabar, serta gosip-gosip yang beredar bahwa negara ini sudah merdeka, tapi tetap saja keadaan di desaku sama saja seperti sebelum adanya gosip-gosip tersebut. Yang ada, orang-orang asing itu masih tetap singgah di desaku ini. Pintu sekolahku tak lagi terlihat terbuka, pepohonan yang rindang di depan sekolahku hangus terbakar, guru-guruku serta kelompok belajarku entah kemana. Hah! Pembahasan bagian inilah yang paling ku benci. Ya! Tepatnya saat ayah memutuskan agar aku sekolah di Jakarta, ditemani oleh ibu. “Ayah, aku masih ingin bersama ayah… Ayah harus ikut ke Jakarta bersama aku dan ibu. Supaya kita bisa berkumpul lagi. Lalu adik-adik, mereka juga harus ikut…” tangisku. “Tidak bisa, nak.. ayah ingin kamu melanjutkan sekolahmu di Jakarta karena usia-mu semakin lama semakin bertambah dan ayah yakin, kamu perlu mendapat pendidikan yang layak untuk bekalmu nanti. Ayah akan menjaga adik-adikmu disini, jika mereka besar nanti, ayah janji akan membawanya ke Jakarta agar bisa bertemu denganmu dan ibumu lagi. Ingat! Kamu tidak boleh menyusahkan ibu, paman, dan bibi-mu. Peliharalah sifat kemandirianmu dan jangan bersikap seperti anak kecil lagi! Kirimlah surat, jika kau merindukan ayah dan adik-adikmu” kata ayah. Aku hanya sanggup menganggukkan kepala mendengar semua pesan-pesan terakhir ayah dan setetes… dua tetes… tiga tetes air mataku berlinang saat memeluk mereka satu per satu. Ibu juga memeluk ayah dan adik-adikku dengan mata berkaca-kaca. Truk yang kutumpangi, begitu sesak, penuh dengan orang-orang yang bernasib sama denganku dan ibu. Mereka juga harus berpisah dengan orang-orang yang mereka cintai. Kulihat ayah dari arah belakang, sedang melambai-lambaikan tangannya. Jauh… Jauh… Jauh… semakin lama ayah dan adik-adikku menghilang dari pandanganku. Truk melaju menghapus kenanganku bersama mereka di desa ini. Hamparan sawah yang hijau, kini semua rusak. Gubuk-gubuk kecil tempat para petani berteduh, kini hangus terbakar. Tak henti-hentinya ku menitikkan air mata di sepanjang
5
They Invaded My Family - Fransiska Felicia perjalananku ke Jakarta.
16 tahun kemudian... “POS…. POS....” Hoaammm.. pagi-pagi benar sudah berisik. Kulihat sesampul surat di tanganku. Ya! Dari adikku tercinta. Dengan semangat, aku memanggil ibu untuk membuka surat bersama-sama. Setelah kubuka… “Ku harap kalian baik-baik saja. Bu… Kakak juga baik-baik saja kan? Aku mengirim surat ini hanya ingin memberi kabar bahwa ayah sudah beristirahat dengan tenang di Surga. Sebelumnya ayah berpesan untuk membawanya pulang ke negara kelahirannya, Tiongkok. Lalu ayah dijemput oleh paman Bi, pulang kesana dalam keadaan kritis. Sesampainya ayah di sana, ayah meninggal. Aku harap, kalian tidak kaget mmbacanya karena sebelumnya ayah juga sudah menderita kanker paru-paru dan tidak ada obatnya. Ibu.... Kakak…., kita harus bersama-sama mengahadapi hidup ini. Secepatnya aku dan yang lain akan menysul ibu dan kakak ke Jakarta. Disini kami susah payah mengolah ladang kami. Aku dan yang lain juga ingin sekolah, bu… Keinginan ayah untuk menyekolahkan kami, belum tersampaikan. Kami sedih mengapa di saat-saat seperti ini kita harus terpisah? Balas secepatnya!” Ibu tak dapat menahan tangis sejadi-jadinya. Begitu juga aku yang berusaha menenangkan ibu, ikut menangis. Kertas basah… tinta hitam yang meluntur disekitarnya, ku simpan dalam sebuah kotak pribadiku. Sepanjang hari, telingaku masih terus terngiang-ingang akan janji ayah yang sebelumnya. Aku sangat sedih kehilangan orang yang sangat ku cintai di umurku yang masih terlalu muda, 28 tahun. Lalu perjalanan hidupku berlanjut… Meskipun sekarang aku telah memiliki suami, anak, cucu, dan menantu. Terkadang cerita ini masih ku kisahkan kepada anakanakku yang belum sempat bertemu dengan kakek mereka, lalu 6
They Invaded My Family - Fransiska Felicia berlajut kepada cucu-cucuku. Terutama kepada cucuku yang paling besar, bernama Felicia. Aku menceritakannya karena yang pertama, aku ingin dia menjadi anak yang patuh pada kedua orangtuanya, dan dapat membahagiakan mereka. Dan yang kedua, karena aku ingin agar ia kelak suatu hari nanti menjadi seorang ibu yang baik, yang selalu menjaga suami dan anak-anaknya dikala masalah rumah tangga menghujani atap rumah tangga mereka. Karena seindah-indahnya berlian, hal yang paling berharga di dunia ini adalah KELUARGA.
Based on true story, Jakarta 30 Januari 2011 ”
“I made this for my grandma who taught me the meaning of life...
7
Janji Coklat Nenek Nani - Vinni Andrayni
Janji Coklat Nenek Nani Fransisca Veronica Vinni Andrayni “ Dia yang mencintaiku sudah tiada.. Janjinya akan selalu kukenang, sebuah coklat berbentuk boneka.. Yang berbentuk hati, adalah yang pertama dan terakhir kalinya. Andai kutahu waktu akan memisahkan kita, akan kuhabiskan setiap detik bersamamu ! Dulu disaat kau memelukku, yang terpikirkan olehku adalah, “kapan kau melepaskan pelukanmu? Huhh !” Aku menyesalinya, sungguh ! Aku ingin kau kembali memelukku lagi dan kali ini aku berharap kau yang tidak akan melepaskan pelukananmu ! “
***
Baru kali ini kutemui seorang nenek yang begitu sabar merawatku dan tidak pernah menyakiti hatiku sedikitpun. Padahal hanya nenek yang kukenal secara tidak sengaja. Aku seorang anak jalanan yang hidupnya tidak menentu. Setiap malam aku harus berpetualang mencari tempat untuk tidur, dan terkadang harus mengais – ngais tempat sampah untuk mendapatkan makanan. Ya, itu memang butuh keberanian yang cukup besar. Aku tidak sendiri, aku bersama teman – temanku yang sama denganku. Itulah hidupku. Kalau kau bertanya tentang keluargaku, aku hanya dapat menjawab, “ aku dilahirkan dari jalanan. “ Dan namaku.... Arum. Nenek Nani, seorang nenek yang kukenal secara tidak sengaja seperti tadi kubilang. Aku berjumpa dengannya disaat aku menangis. Aku menangis karena makanan yang kubeli dari hasil mengamen dicuri oleh orang jahat berbadan besar yang tidak kukenal. Pada saat itu sudah hampir 2 hari perutku tidak bertemu dengan makanan. Aku menangis sebisaku. Kuluapkan segala kekesalan dan amarahku. Aku 8
Janji Coklat Nenek Nani - Vinni Andrayni hanya bisa menangis.. Ya, karena aku hanyalah seorang gadis kecil. Pada saat itu seorang nenek bersuara lembut datang menghampiriku. Aku terkejut, dan kutatap wajahnya. Tangisku tiba- tiba berhenti. Dia memberiku satu tangkai coklat berbentuk hati. Aku tidak tahu apa itu coklat pada saat itu. Dan dengan keberanian yang besar, aku menhgambil setangkai coklat itu dan mencobanya. Aku senang sekali karena yang namanya coklat itu begitu manis ! Aku benar-benar merasa menjadi orang paling bahagia pada saat itu. Aku suka sekali coklat ! Dan itu coklat yang tak akan terlupakan dalam hidupku… Dan mulai saat itu, nenek Nani merawatku. Ia selalu memelukku disaat aku bersedih. Tetapi apa yang kupikirkan? “ Uhhh !! aku tidak suka dipeluk ! Aku ingin coklat ! “ “ Aku hanya ingin coklat.“ Ya, itu yang selalu kuucapkan ke nenek Nani, setiap waktu selalu kuucapkan. Tiada bosan aku mengucapkannya. Tetapi nenek Nani hanya menjawab, “ Nanti nenek belikan yang gambar boneka, kalau nenek ada rejeki ya, Arum. Nenek janji. “ tidak lupa senyumnya diakhir kalimat. Huaaaaaa.. aku ingin sekali coklat ! Suatu pagi, tidak sepert biasanya. Aku tidak melihat sosok nenek. Aku mencari – cari nenek, tetapi tidak kutemukan. Yaa,aku pikir nenek sedang mencarikan coklat untukku. Lama kelamaan, aku khawatir akan nenek. Karena sudah 1 minggu aku tidak melihat nenek. Tidak ada lagi yang memelukku disaat aku sedih. Kali ini aku sedih karena aku tidak melihat nenek. Kemana nenek ? aku selalu bertanya dalam hatiku, Apa nenek marah kepadaku? Karena aku selalu ingin dibelikan coklat? Apa nenek sudah bosan denganku? Tidak satupun pertanyaan yang kuciptakan sendiri dapat kujawab. “ Arum ! Arummmm ! “ suara salah seorang temanku menghentikan lamunanku disuatu siang. “ Ada apa? “ “ Itu nenek Rum, nenek ! “
9
Janji Coklat Nenek Nani - Vinni Andrayni “ Mana nenek ? Dimana dia ? “ aku langsung bangkit dari tempat dudukku. “ Dipinggir jalan raya ! “ Aku bingung saat temanku mengatakan hal itu. Sedang apa nenek dipinggir jalan raya? Ahh, aku tidak peduli dengan pikiranku. Aku dan temanku langsung berlari menuju jalan raya. Langkahku tiba-tiba terhenti pada sesuatu yang ingin membuatku berteriak, “ NENEKKKKKKKKKK .“ Dan pada saat itu juga tubuhku lemas dan air mataku mengalir. Nenek telah meninggal dunia. Semua orang yang mengerubungi jenazah nenek langsung memberiku jalan untuk melihatnya secara jelas. Aku berharap itu bukan nenek. Tetapi seharusnya aku tidak berharap karena itu memang nenek. Tubuh nenek berdarah didepan sebuah mobil yang berdarah karena nenek. Aku tahu mobil itu yang membuat nenek tiada. Tapi tak kupikirkan mobil itu. Kupeluk nenek. aku goyang – goyangkan tubuhnya berharap ia akan bangun lagi dan membalas pelukanku. Tapi tidak, itu tidak mungkin terjadi !! Sekali lagi kuyakinkan diriku, nenek sudah meninggal . ! Bungkusan kecil ditangan nenek cukup menarik perhatianku pada saat itu. Aku mengambil bungkusan itu dan membukanya perlahan. Tangisku semakin tak terkontrol pada saat aku melihat apa isinya. Kalian tahu apa isinya? Itu bukan sebuah coklat. Tetapi sebuah surat tulisan tangan nenek. Kubuka suratnya dan kubaca perlahan.
“ Maaf Arum, nenek masih belum bisa membelikan coklat berbentuk boneka yang kamu inginkan. Seminggu ini nenek telah mencari uang untuk membelikan kamu coklat, tetapi uang nenek belum terkumpul. Tetapi nenek janji, nenek akan membelikan kamu coklat boneka yah Arum. Maaf juga Arum, nenek menulis surat seperti ini. Nenek tahu kamu pasti kecewa. Tetapi nenek akan segera 10
Janji Coklat Nenek Nani - Vinni Andrayni
kembali untuk memberikan kamu coklat. Nenek sangat merindukan Arum. Tapi Arum pasti lebih merindukan coklat boneka yah. Nenek sayang Arum.. tunggu nenek ya. “ Aku tidak dapat berkata apapun saat itu .. otakku sudah berhenti berfikir.. aku hanya dapat menjawab surat nenek dalam hatiku.. “ Nek, aku tidak ingin coklat apapun sekarang. Aku hanya ingin nenek ada untuk memelukku saat ini. Tapi itu tidak mungkin terjadi. Nenek yang dulu memelukku sekarang sudah tiada. Dan itu karena kesalahanku. Karena keegoisanku akan sebuah coklat. Tetapi percuma aku mengatakan ini, sekarang nenek sudah tiada. Waktupun tidak bisa diputar kembali. Aku menyesal, sungguh menyesal. Aku akan sangat merindukan nenek. Lebih dari nenek merindukanku pada saat itu.... dan janji nenek, itu adalah kenangan terindah yang pernah ada. “ ~§~
11
Ungkapkan Cintamu! - Valerian I.S.
Ungkapkan Cintamu! Valerian I.S. Judul di atas bukan judul lagu atau slogan iklan yang biasa dilihat di televisi. Ini adalah sebuah kisah yang ingin aku ceritakan. Bagaimana ceritanya? Mau tahu ceritanya? Inilah kisahku. Aku adalah seorang pemuda, tepatnya lagi seorang teenager. Kini, aku bersekolah di sebuah SMA. Tak usah kau tahu di mana tempatnya. Masih mau tahu? Ah… kau ini ngeyel sekali. Baiklah, tempatnya di SMA Fons Vitae 1 Marsudirini di Jalan Matraman Jatinegara. Kubangga jadi warganya. Kok jadi nyanyi sih? Saat ini, aku duduk di kelas XI. Bukannya kelas 2 SMA? Kau boleh menyebutnya itu. Entah mengapa, kini disebut kelas XI. Mungkin karena kurikulumnya. Sampai mana tadi? Ikuti saja cerita berikutnya! Sejak kecil, aku telah terbiasa untuk tampil berani dan percaya diri. Itulah yang membuatku bisa dikenal banyak orang. Entah mengapa, sikap itu sudah ada di dalam diriku. Dulu, aku dikenal agak “nakal.” Sekarang bagaimana? Sedikit-sedikit saja. Waktu kecil, aku pernah menyanyi dengan sebuah mic di Taman Safari. Itu terjadi di saat sebuah rombongan TK berwisata dan melakukan piknik. Sebelumnya, aku dihalanghalangi oleh pemandu wisatanya. Karena aku sudah mencobanya beberapa kali, ia membiarkannya.Para guru TK itu menyambutku dengan antusias. Setelah aku selesai, beberapa mencoba mengikutiku. Itulah kisahku di masa lalu. Tapi bukan itu yang sebenarnya ingin aku ceritakan. Kalau kau minta aku ceritakan dari lahir sampai sekarang, cerpen ini tak sanggup menampungnya. Dimulai pada saat aku ikut MOS. Kau tidak tahu MOS? Kalau dulu, mungkin kau akan mengenal istilah ”dipelonco.” Di universitas, dikenal dengan nama Posma (Pekan Orientasi Mahasiswa). Baik, MOS itu Masa Orientasi 12
Ungkapkan Cintamu! - Valerian I.S. Siswa. Untuk lebih jelasnya, ikuti saja ceritanya. Di saat MOS, aku masuk ruang kelas X. Sepuluh apa? Tanyakan saja kepada teman temanku. Aku kenakan kemeja putih dan celana pendek berwarna biru gelap. SMP apa ya? Tebak sendiri. Di depan mataku, kulihat tiga orang kakak pembina bersiap untuk memimpin acara. Aku mengamati persiapan mereka. Mereka semua pemudi. Ada satu yang telah “mencuri perhatian”-ku. Parasnya cantik, indah dan mempesona. Tolong jangan piker yang macam-macam dulu. Masa aku ingin bercinta dengan yang lebih tua dariku? Aku hanya memujinya dan mengarakan yang sebenarnya. That’s it. Kucoba curi perhatiannya, tapi tak sampai curi hatinya. Aku terus bertanya kepadanya dan menatap wajahnya. Ia tersenyum dan berpikir kalau aku ini lucu. Aku malu untuk meneruskannya. Setelah itu, aku ikut berdiri bersama teman-teman dan menyanyikan yel-yel dengan menambahkan gayaku. Seisi kelas tertawa melihatku. Sudahlah, tak penting bila aku teruskan. Di hari berikutnya, seluruh siswa dikumpulkan di aula. Suster akan bicara kepada kami. Suster yang dimaksudkan di sini adalah suster dalam istilah Gereja Katolik. Sebelumnya, suster menanyakan tujuan kami masuk SMA. Kami diam seribu bahasa. Suasana menjadi hening dan dingin. Ditambah lagi dengan ruang aula yang kurang penerangan. Hanya mengandalkan sinar mentari yang menembus celah pada kaca jendela. Ia kecewa dengan sikap kami yang apatis. Akhirnya, kuacungkan telunjuk tangan kananku ketika ia masih bicara. Sebuah mic disodorkan oleh seorang guru. Jawabannya sudah ada di benakku dari tadi. Hanya saja, aku menunggu yang lain memberikan jawabannya. Aku berdiri dan memperkenalkan diri di hadapan suster dan mereka yang masih kurang kukenal. Aku sebutkan alasannya dengan panjang lebar. Kujelaskan dengan faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya, aku melihat suasana “Marsud” yang kondusif. “Marsud” adalah sebutan lain dari SMA ini jika kau ingin cepat menyebutnya. Faktor eksternalnya, orang tuaku pernah di sana kira-kira 20 tahun yang lalu. Bahkan, di zaman kakekku, keluargaku sudah mengenal “Marsud.” Setelah itu, aku duduk. Mereka bertepuk tangan. Namun
13
Ungkapkan Cintamu! - Valerian I.S. saying, suster salah paham. Ia malah berpikir kalau kakekku pernah bersekolah di sana. Suster masih kecewa. Teman-teman dari SMP-ku banyak tetapi sedikit yang ingin menjawab. Selanjutnya, seseorang menyusulku. Ia berdiri. Tapi aku sudah lupa alasannya. MOS sampai ke acara pensi (Pentas Seni). Aku moonwalk di acara pensi kelasku. Di saat itu, aku sedang menggemari Michael Jackson. Aku sudah mengenalnya sebelum berita kematiannya. Ia di Amerika Serikat dan aku di Indonesia. Entah mengapa, kedua kakiku terasa licin tanpa gesekan walau ada beberapa kabel listrik dibawahnya. Setelah itu, aku tak bisa lagi melakukannya dengan sempurna. Setelah MOS berakhir, aku sempat membacakan puisi pada saat misa bulanan sekolah di Gereja Santo Yoseph Matraman. Begitulah ceritaku. Namun, bukan itu yang ingin aku ceritakan. Bagaimana ya aku ceritakannya? Jika diceritakan, aku jadi malu. Tapi sudahlah kalau kau ingin tahu. Kau mungkin mengenalku sebagai orang yang berani dalam segala hal. Tapi itu tak benar. Karena aku tak bisa menghadapi urusan asmara. Ini adalah rahasia yang belum pernah kuungkapkan sebelumnya. Aku simpan dalam lubuk hatiku yang terdalam. Inilah baru ceritanya. Aku sudah mengenal perempuan itu sejak SD. Sebut saja, si A. Ia selalu menjadi teman akrab bagiku. Aku juga suka berkumpul dengan teman temannya. Kami masih bertemu di SMP dan SMA yang sama. Aku sebenarnya sudah terbiasa menghadapinya. Kini, entah mengapa, perasaanku jadi lain kepadanya. Aku jadi sering salting (Salah Tingkah) tanpa sebab. Ia seakan akan selalu terbayang dalam mimpiku. Hingga aku tak habis habisnya memikirkan dia. Ada juga si B. Ia baru kukenal di SMA ini. Parasnya cantik, ayu dan menawan. Suaranya halus hampir tak terdengar. Auranya begitu indah. Awalnya, perasaanku biasa saja. Tetapi sekarang berubah. Aku jadi ingin memberikan perhatian lebih kepadanya. Menatap wajahnya membuat aku lega sesaat. Aku tidak mengerti semua perasaan ini. Apa ini yang namanya cinta? Kurasa bukan. Mungkin ini hanya mengagumi mereka. Tak usah kau perpanjang lagi. Pipiku bisa memerah nanti. Mau diteruskan tidak? Baik, kulanjutkan ceritanya. 14
Ungkapkan Cintamu! - Valerian I.S. Aku mempunyai banyak teman. Namun, teman terdekatku adalah James dan Rudi. James sudah kukenal sejak TK, sedangkan Rudi baru sekarang kukenal. Kami sering bercanda ria sampai lupa waktu dan lupa belajar.Terkadang, masih ada di sekolah sampai langit siang mulai membiru gelap. Memang tak ada habis habisnya bagi kami untuk bersenda gurau. Walaupun, waktulah yang membatasinya. Ya, begitulah kalau mau sukses. Sebuah dilema ketika memilih teman atau pelajaran. Tugas pelajar seharusnya belajar. Itulah Wawasan Wiyatamandala. Jangan salah. Ini bukan pidato lho. Ini sekedar informasi. Setelah beberapa lama, sampai aku naik kelas XI, kami jadi jarang bertemu. Namun, hubungan kami tidak lepas begitu saja. Kami terkadang saling mengirimkan SMS. Suatu hari, kami bertemu lagi. Senang rasanya. Tetapi hari itu ada yang beda. Aku ingin menyampaikan perasaanku terhadap si A dan si B. Mereka menyarankan aku untuk ungkapkan saja perasaan itu. Mungkin memang ini yang namanya cinta atau hanya sekedar suka. Kau tak mengerti? Terlebih aku. Aku juga tak mengerti. Aku tak bisa. Aku tak sanggup. Berat rasanya. Kebetulan, si A satu kelas dengan James dan si B satu kelas dengan Rudi. Karena itu, aku meminta mereka untuk mengawasi si A dan si B. Di rumah, aku sering menanyai kabar mereka kepada James dan Rudi lewat pesan singkat. Mereka hanya tahu sebatas di sekolah. Dengan SMS pula, aku kirimkan ungkapan cintaku dengan rangkaian kata-kata indah. Sebatas itulah yang bisa kuungkapkan. Si A dan si B sebenarnya juga mulai mempunyai rasa denganku. Sebenarnya, langkahku tinggal sedikit lagi. Tetapi, berat rasanya untuk kujadikan pacar. Apalagi pelajaran semakin sulit. Lagipula, cinta itu pengorbanan. Bagiku, cinta terbesar diberikan oleh Tuhan dan orang tua. Itulah ungkapan cinta yang lebih penting. Yang benar saja. Masa aku pacari dua duanya? Sudahlah, aku tak perlu memikirkannya. Biarlah waktu yang menjawab semuanya. Seperti judul OST Ca Bau Kan saja. Memang, cinta itu seperti (maaf ) kentut. Ditahan sakit, dikeluarkan berisik. ~§~
15
Bangunkan Aku - Benediktus Jansen
Bangunkan Aku! Benediktus Jansen Pagi ini seperti biasa aku terbangun dari tidurku karena kicauan burung yang berisik dari rumah tetangga sebelah. Aku bangkit dari tidur dengan rasa malas karena menyadari kalau aku harus kembali bersekolah hari ini. Setelah mengucek mata, aku melihat sekeliling kamar tidurku. Aku merasa ada yang berbeda dikamarku, karena sepanjang aku melihat hanya ada tanah dengan rumput yang jarang dan barisan pepohonan yang tingginya kuperkirakan sekitar 15 meter, tanpa ada lemari baju ataupun meja belajarku. Masih setengah sadar aku memperhatikan deretan pohon didepanku. Di dahan salah satu pohon, aku melihat tupai kecil berwarna coklat yang sedang memegang buah kenari. Di pohon lain aku melihat kumpulan burung yang membangunkanku dengan kicauan mereka. “Loh! Tunggu tunggu! Ini jelas bukan di kamarku! Aku pasti masih bermimpi! Kucoba mencubit pipiku dan aku bisa merasakan sakit. Ini kenyataan, karena kata orang kalo mimpi kita tidak bisa merasakan sakit.” Pikirku polos. Lalu dimana aku? Bahkan aku yakin aku tidak berada lagi di Jakarta. Di Jakarta sudah tidak ada tupai dan pepohan setinggi itu. Apa ada yang menculikku? Tapi kalo diculik pasti ada penculiknya sekarang.” Pikirku dengan cemas. Aku berteriak memanggil mamaku namun hanya gema suaraku yang aku terima sebagai balasan.Kemudian aku duduk dan mencoba menenangkan diri.Aku melihat dikakiku terpasang kaus kaki berwarna emas dengan lambang naga perak disisinya. Seingatku aku tidak pernah memakai kaus kaki saat tidur, apalagi aku baru pertama melihat kaus kaki itu. Aku pun mengabaikan kaus kaki itu dan memutuskan untuk berkeliling dan mencari tau dimana aku berada. 16
Bangunkan Aku - Benediktus Jansen Ketika sudah berjalan selama 5 menit tanpa arah yang jelas aku melihat dari kejauhan ada yang mendekat ke arahku.Secara samar terlihat ada 3 Kuda Putih besar yang berderet rapi, dan 1 kuda hitam yang lebih besar dari ketiga kuda lainnya berada dibelakang deretan kuda putih. Aku juga bisa melihat di tiap kuda putih ditunggangi oleh 3 orang berpakaian hijau lumut seperti “Robin Hood”. Berbeda dengan penunggang Kuda putih, Kuda hitam ditunggangi oleh orang yang gemuk dan memakai pakaian seperti raja di film “Gladiator”. Orang itu berambut gimbal seperti Bob Marley, dan di atas kepalanya ada mahkota yang menegaskan bahwa ia memang seorang Raja. Apa mereka yang menculikku? Tapi mana ada penculik mengenakan kostum itu. Pasti aku berada di suatu parade dan mama ingin memberiku kejutan. “Hey! Apakah kita berada di sebuah parade?” Teriakku senang pada mereka. Tak satupun dari mereka menjawab pertanyaanku. Mereka terus mendekat kearahku dan setelah semakin dekat ketiga orang mirip “Robin Hood” itu turun dari kuda mereka masing masing. Dua diantara mereka mendekat kearahku, dan dengan cepat memegang kedua tanganku. Aku mencoba memberontak dan berteriak namun orang mirip “Robin Hood” satu lagi memukul perutku yang membuat aku terdiam dan tak berani melawan lagi. “Hey pencuri! Kembalikan kaus kaki suci kerajaan kami!” Teriak sang Raja dari atas kudanya. “Pencuri? Jangan sembarangan menuduh! Kaus kaki ini sudah ada di kakiku sejak aku bangun tadi. Lagipula siapa kalian? Dimana aku? Kalian pasti menculikku! Aku bisa melaporkan kalian ke polisi karena telah menculik dan memukulku!” Kataku sambil menahan sakit di perut. “Polisi? Makanan apa itu? Tak usah berpura pura bodoh! Ini adalah daerah kerajaan Socks. Kami bukanlah orang jahat sepertimu. Aku adalah Raja disini dan mereka adalah pengawalku yang akan
17
Bangunkan Aku! -Benediktus Jansen mengambil kaus kaki suci itu darimu!” Jawab sang Raja dengan muka marah. Kemudian Ksatria yang tadi memukulku, menarik pedang yang tergantung dipinggangnya. Tangan dia sudah berada dalam posisi siap menusuk perutku. Aku menutup mata karena tak berani melihat apa yang akan terjadi, aku mendengar suara Raja yang memberinya perintah untuk menusukku. “TIDAKK!!!” Aku kembali membuka mata dan merasa mamaku menggoyangkan perutku untuk membangunkanku dari tidurku. “Ayo segera bangun Tommy, kamu mengigau tuh. Tidak mau sekolah ya?” Ledek mama yang setelahnya beranjak dari kamar tidurku. “Diruang tamu ada orang yang mencarimu tuh.” Tambah mama sebelum dia menutup pintu kamar. Setelah mama keluar aku memegang perutku dan memastikan tidak ada luka. “Syukurlah itu semua hanya mimpi pasti akibat menonton film semalam, pikirku dalam hati. Aku mendorong selimut dengan kaki hingga jatuh ke lantai kemudian aku bangun dan berdiri disamping kasurku. Namun, saat aku melihat ke kakiku terpasang kaus kaki emas dengan lambang naga perak disisinya. Aku yang bingung kemudian mendengar suara mama yang memanggilku keluar. Aku segera keluar kamar dan melihat di ruang tamu ada 4 orang yang kulihat dalam mimpiku, mereka melihatku dan tersenyum sinis ke arahku. Apa aku masih bermimpi? Kalau memang aku bermimpi kumohon... BANGUNKAN AKU!!
~§~
18
Dear Daniels, - Angelina Hirawan
Dear Daniels, Angelina Hirawan Aku menulis karena aku tidak berani untuk berbicara dan melisankan padamu, semua hal yang ada di dalam hatiku. Sekalipun aku berani untuk menemuimu, tapi aku tak pernah berani mengucapkan katakata itu. Karena aku tahu jika aku berani mengatakan yang sebenarnya kepadamu kau pasti akan hancur. Aku tidak berani membayangkan apa yang mungkin akan kau lakukan. Aku tidak berani melihat kau terpuruk lagi. Aku menulis bukan karena aku tidak berani mengakui perasaanku. Bukan karena aku hanya berani menyimpan semua itu di dalam hatiku. Aku pengecut dan tidak berani untuk mengakuinya langsung. Pada kenyataannya, aku memang tidak berani lagi menemuimu setelah kau mengatakan maksud hatimu. Aku tidak berani menunjukan diriku dan pergi untuk sementara dari kehidupanmu. Aku menulis sebab aku tidak mungkin berani membalas ucapanmu waktu itu. Ketika kau berani untuk mengucapkan apa yang sebenarnya kau simpan dalam hatimu. Aku menghargai tindakan beranimu itu. Harus kuakui kau sangat berani mengambil resiko itu. Biarpun kau tidak pernah mengetahui asal-usulku, dan berani menerimaku apa pun adanya aku. Aku menulis, hanya dengan cara inilah aku berani untuk mengatakan apa yang sebenarnya menjadi alasanku tidak membalas perasaanmu. Aku tahu kau orang sangat berani, baik hati, dan bijak. Kau berani mengenalku. Bahkan kau berani membuka pintu hatimu yang selama ini tertutup untukku. Sayangnya kau tidak pernah berani untuk menghadapi dunia. Tidak berani menghadapi kekejaman dunia padamu. Kau hanya berani berdiam dalam zona amanmu. Keberanian yang kau punya hanyalah untuk menciptakan duniamu sendiri.
19
Dear Daniels, - Angelina Hirawan Aku menulis karena aku sendiri tidak berani untuk benar-benar pergi dari kehidupanmu. Aku tidak berani membayangkan apabila aku menghilang. Aku tidak berani menghadapi kebenaran mengenai diriku sendiri. Kau mungkin sudah tahu siapa sebenarnya diriku, tapi tidak berani untuk mengatakannya, karena tidak ingin aku tersinggung. Kau pun tidak berani mengakui kebenarannya, dan takut kesepian. Aku menulis semua ini, karena aku sendiri tidak pernah berani mengakui bahwa aku adalah alter egomu. Aku tidak berani mengakui bahwa diriku tidak pernah ada. Aku tidak mungkin berani mengatakan pada penciptaku untuk menghapusku dan menghilangkanku dari pikirannya. Tapi aku tidak mungkin berani melihat kesedihanmu yang berlarut-larut, merindukan aku. Kehilangan harapan dan keberanian yang selama ini kau tunjukan padaku dari hatimu. Aku menulis untuk mengucapkan semua rasa terima kasihku atas hari-hari berani yang telah kau berikan untukku. Mengenalmu adalah sebuah keberanian yang akan selalu kukenang. Tapi maafkan aku karena aku tidak bisa lagi bersamamu dan melihatmu berani keluar dari duniamu. Sebenarnya, sangat sulit bagiku untuk berani mengatakan hal ini. Tapi jangan kecewakan semua keberanian yang susah payah kukumpulkan untuk mengatakan kenyataan ini dengan menutup dirimu lagi. Percayalah, aku tidak pernah benar-benar pergi darimu, dan keberanianku akan selalu menyertai langkahmu. Kau pasti bisa, Daniels! Lupakan aku. Hadapilah dunia dengan berani untukku. From Kitty P.S: Aku percaya kau berani menghapusku dari pikiranmu. Jakarta, 29 Januari 2011, 17.10 WIB
20
Duo Notte - Dionisius Susanto
Duo Notte Dionisius Susanto “ What a beautiful night “ That what I said when standing in the roof of my house. Hello there, my name is Ricardo Gilbert. Well, I’m just an ordinary guy, I’m not your typical hero or anything like that. I work in music industry, when I mean musical not as artist or solo singer or anything like that. I’m just a street performance that shows every night in many-many city in Europe. Why I left home? Well, Both of my parent died in a car accident when I was 16. And no body want to take me in, so I travel around the Europe to live on my own. Every night, I play some music to make money. Now, this is a story when I was 19 years old. Oh, by the way, my hair is not that long and I have a black eye color. My body height is about 173 cm tall. That night I was playing as usual. Then again, I’m playing in Italia capital city, Roma. When I was playing, some guy pass through and ask me in a Italian language “ Hai visto questa bambina ? “ while pointing a picture of a girl in a blue skirt and a brown top with a coat. Her face shows no mercy or more like a sadistic girl, with a brown long hair. She look like a mafia kid, so I just shake my head and continue playing my guitar. Two hour later, when I’m getting ready to go away from there and find sleeping spot. A girl shows up from the dark alley , running towards me. She stops in front of me and suddenly said “ Take me away with you !! “ “ HAAHH !?” of course I’m surprised, I didn’t even know that girl and she told me to take her away with me. “ Wait ! I didn’t even know you. Why should I take you with me?? “ I said “ Because if you don’t, you’ll be dead. “ She said while pointing a knife in my throat. I’m just can’t move around with a knife in my
21
Duo Notte - Dionisius Susanto throat, so I accept her condition. “ So, where would you like to go?? “ I asked him while sighing about my life. But she just space out while staring into the dark sky, “ Oi, are you listening to me, Mrs. Brave Killer? “ I said while weaving my hand in front of his face. Then she glare at me while saying “ My name is Silvia d’Aosta. Remember it, Mr. Street performance. And I want to go to Sicilia. “ After saying that, she takes off while grabbing my hand. We take boat from Roma to Sicily island. Silvia is really quiet all the way through to Palermo, when I though I could talk to her, but she push me away with her evil glare. Well after that, we should be arrive at morning but something happened. It’s about 4 in the morning when suddenly the boat stopped, I heard a loud bang from the deck. With a little jump, I ran to the front deck and found out that the boat is started to sinking. I just stood there because of the shock, when a couple of man in black ran pass me to the passenger deck. That’s when I realize that Silvia is the girl in that photo. What ? oh, ok maybe I’ll just speed up a little bit. Well in the end we get of that boat and arrive in Palermo. Silvia said she want to visit some house or something like that. And…. Aaahhhh….. mmmm….. look like I forgot. So in the end, Silvia left me in Palermo and it’s looks like I made a promise to her. But I don’t remember, well that’s my story what’s yours ? “ Well, that’s some story you got there, Gilbert.” Said the other traveler. “ Yah, thank you… “ said Gilbert “ But, then again she left me in Sicilia and that was rough… “ “ Oi, Gilbert !! There is someone want to meet you !” “ Oh, ok, see you again, guys ! “ said Gilbert while waving his hand He walk through the entrance and he saw a girl standing with many cars behind her. And the girl begin to speak
22
Duo Notte - Dionisius Susanto “ It’s been two year’s, right ? Mr. Street performance. “ she said. “ Eh ?....... eeeeeeeeehhhhh!! Silvia!? “ said Gilbert while pointing at her. “ I’ve come to fulfill the promise. Are you ready? “ said Silvia while smiling. “ Promise… Ah? Right…. “ Said Gilbert “ Well… you’ve already finish the work that time. Well, shall we ? “ “ Andiamo, mio marito. “ said Silvia “ Va bene, mia moglie. “ reply Gilbert.
~§~
23
Dare to be Different - Felicia Yosiana Gunawan
Dare to be Different Felicia Yosiana Gunawan End of the world. Apa yang terbesit di benak Anda saat ada orang yang melontarkan kata ‘kiamat’ ke muka Anda? Takut? Cemas? Mulai berspekulasi mengenai hari yang tak pasti itu? Atau malah tidak peduli karena sinetron lebih menarik untuk disimak dibanding film 2012? Yang manapun jawaban Anda, saya yakin betapapun Anda tidak peduli dan bersikap cuek bebek, pasti kata itu akan terngiang-ngiang di otak Anda untuk—seenggaknya—satu menit. Kenapa saya bisa yakin? Ya karena saya juga manusia yang sama egoisnya seperti Anda; manusia yang sama serakahnya seperti semua orang yang ‘napak’ di bumi ini. Tidak usah malu dan ditutup-tutupi, kok. Cemas dan takut itu kan wajar. Siapa sih yang nggak pingin selamat? Insting binatang aja begitu lihat api adalah ngibrit... Apalagi manusia? Tenang aja, saya nggak bermaksud mendoktrin Anda dengan aliran-aliran aneh karena saya sendiri tidak paham seratus persen soal ‘kiamat’ yang sedang hot dibicarakan itu. Keinginan saya sederhana kok, cuma mau mengajak Anda sedikit berpikir mengenai realita yang kita hadapai di ‘zaman edan’ ini. Kita yang dibesarkan di Indonesia dari kecil sudah kenal berbagai produk mi instan. Sebut saja merk A sampai Z, pasti kita tahu dan pernah icip-icip. Dibesarkan dengan berbagai produk instan pula kita menjadi terbiasa untuk menerima segala sesuatu enak adanya. Serba cepat, murah, enak. Pokoknya yang nggak makan waktu tapi memuaskan deh! Lagian siapa juga yang mau menghabiskan waktu dan tenaga buat menggiling mi plus meracik kaldunya? Time is money, bro! Buat ape gue repot-repot kalo ada yang sekali seduh langsung jadi? 24
Dare to be Different - Felicia Yosiana Gunawan Yep, memang itulah pemikiran a’la kadarnya dan a’la zaman edan sekarang ini. Dikit-dikit copy, paste... Dikit-dikit ngeluarin kocek demi mempercepat proses...Akui aja deh, orang Indonesia itu kan paling anti untuk mikir dari nol. Karya ilmiah aja bisa bayar orang, seni tinggal tiru punya orang luar, segala-galanya comot sana, comot sini. Saya merasa tidak perlu menyebutkan sederet contoh kemalasan bangsa ini untuk lompat ke pertanyaan intinya: apakah Anda sama dengan mereka—para pemalas zaman instan ini? I don’t know about you, but I know I don’t want to be one of those brainless fools. Saya selalu merasa tertantang saat saya menemukan ada karya baru yang melejit di pasaran—merasa tertantang untuk segera mencantumkan nama saya sendiri ke dalam deretan para pengubah dunia. Berbeda dengan orang-orang yang tertarik untuk membuat keuntungan dengan copy, paste, saya ingin ‘menantang’ karya-karya mereka dengan sesuatu yang orisinil dan ‘gue banget’. Kan ogah aja gue dicap sebagai tukang tiru karya orang! Tapi memang memulai sesuatu yang baru itu nggak pernah ada gampang-gampangnya. Setiap cara yang tidak dikenal masyarakat pasti dianggap remeh dan cenderung mendapat penolakan pada awalnya. Lagipula saya tidak pernah menemukan biografi orang-orang sukses yang sudah diterima masyarakat sejak awal ia membawa perbedaan. Setiap pembawa perbedaan pasti diuji keberaniannya lewat serentetan kritik dan serangan dari berbagai pihak, dan itu memang risiko hidup di dunia yang isinya adalah hakim-hakim non-formal ini. But once again, so what? ‘Dare to be different’ is the only way out of this endless circle of boredom, no? Saya tidak tahu apa profesi ataupun hobi yang Anda tekuni, tapi saya hanya mau bilang: beranilah untuk berbeda! Bila Anda seorang pemusik, ciptakanlah sebuah musik baru yang membawa angin segar dalam dunia musik! Bila Anda seorang pengajar, temukan esensi mengajar yang hanya bisa dibawakan oleh Anda seorang! Asal jangan jadi teroris dan mengkalim kalao Anda berbakti pada negara dengan
25
Date to be Different - Felicia Yosiana Gunawan cara baru lho ya... Nanti saya yang dirajam karena nulis begini. Zaman menuntut Anda untuk diam dalam barisan. Tapi puaskah Anda dengan itu? Jujur, saya sih enggak. I’m a rebel and so are you. Karena saya tidak berbakat menulis artikel ringkas ataupun karya pendek, saya tidak bisa menumpahkan seluruh isi pemberontakan saya dalam sekali ketik seperti ini. Tapi saya cuma tahu dua hal, yaitu bahwa waktu kita enggak banyak dan peserta semakin ngebludak. Menolak untuk bergerak sekarang berarti mati karena keduluan.
So, what are you waiting for? Make a difference in this world already!
~§~
26
Pelajaran Hidup untuk Tara - Irena Margareta
Pelajaran Hidup untuk Tara Irena Margareta Aku ini gadis yang biasa, tak memiliki kemampuan khusus dan keberanian yang besar seperti bagaimana Spiderman merangkap dalam tembok atau Sailormoon yang berhasil menangkap monster penghancur bumi. Hidupku suram sebelum bertemu dengannya, Zet Apillo. Tara Hazuka namaku, gadis tunggal keturunan Indonesia – Jepang. kini aku ikut ibuku untuk tinggal di Indonesia. aku pernah tinggal di Jepang hampir separuh umurku, itu pun sebelum kedua orangtuaku bercerai. Ayahku memiliki darah keturunan Indonesia – Jepang, namun lebih didominasi oleh Jepang, tak heran apabila raut muka ku tak jauh seperti orang Jepang, dan ibuku asli orang Indonesia. Mereka bercerai dengan alasan yang wajar pada umumnya, sudah tidak cocok. Walau aku pikir itu sangat aneh. Bagaimana tidak? Ibu dan Ayahku adalah sepasang sejoli yang mesra dahulunya, sama-sama saling mengerti dan bahkan mengalahkan kekuatan cinta Romeo dan Juliet bagiku. Bahkan sempat terpikir olehku untuk menjadi seperti mereka, tapi itu semua sudah tak lebih dari sebuah kertas yang terbakar dengan api yang membara-bara. Kini aku seorang gadis berumur 16 tahun yang hidup di tengahtengah kerumunan kota Jakarta yang terkenal dengan mal-mal metropolitannya. jujur, aku bosan di Indonesia. Walau sudah hampir 1 tahun disini namun aku sangat merasa ini semua really bad. Banyak teman sekolahku yang tak mau bicara padaku, bukan karena aku tidak bisa bahasa Indonesia, aku bisa berbahasa Indonesia. Tapi menurut mereka aku ini jutek dan sombong, memang, aku ini bukan seorang yang supel dan berani berbicara banyak dengan orang baru, aku ini seorang yang pendiam dan tak peduli akan sekitar, tidak berani mengambil keputusan untuk seseorang dan terkadang untuk diriku sendiri.
27
Pelajaran Hidup untuk Tara - Irena Margareta Pagi itu aku jalani selayaknya seorang pelajar biasa. bangun pagi, mandi, sarapan, dan berangkat ke sebuah sekolah swasta elit dan memiliki fasilitas sempurna. Aku mengamati langkah kakiku yang berjalan beriringan dengan alunan suara ‘tuk tuk tuk’ dari sepatu kets putihku. Tanpa disadari olehku, sebuah bola kasti tepat meluncur ke arah keningku. Seseorang datang menghampiriku dan berkata ‘Hey,’ sebelum segalanya menjadi gelap… “Hey, kau tak apa?”, suara bass seorang laki-laki dan bau minyak kayu putih yang sangat menusuk hidung menyadarkanku dari tidur lelapku. “Siapa kau?”, tanyaku. “Zet Apillo, panggil aku Zet. Maafkan aku, aku telah membuatmu pingsan karena bola kasti yang kulempar. Apa kau mau berangkat sekolah? Oh maaf, mungkin sekarang kau sudah terlambat karena aku”, jawabnya dengan raut muka yang penuh rasa bersalah. Aku melihat sekelilingku, hanya ada rumah tua yang terbuat dari anyaman bambu, dan kardus-kardus bekas yang seakan menjadi meja, kursi, dan brangkas untuk menyimpan sesuatu. “Aku dimana?” tanyaku. “Maaf, membawamu kesini, ini rumahku, aku panik dan yang dapat kulakukan membawamu kesini. Ooh jangan berpikir macam-macam, aku hanya ingin mengobatimu”. Mendengar jawabannya yang tegas itu cukup membuatku percaya padanya. “Oh, baiklah, terimakasih. Sudah terlambat untukku untuk pergi ke sekolah, biarlah hari ini aku bolos. Mana orangtuamu?” tanyaku. “Hm, aku ini seorang yatim piatu. Aku hidup dengan anak - anak jalanan yang sama denganku. umur kami rata-rata 10 – 18 tahun. Aku paling tua, karena itu aku harus menafkahi mereka dengan jualan es. lumayan loh hasilnya.hehe”, balasnya. Aku tersentak dengan apa yang baru ia katakan, tak heran, penampilannya memang tak rapi. rambut acak-acakkan dan baju robek dengan kotoran tanah membekas. “Kenapa kau mau hidup seperti ini? Apa kau tak sengsara? Aku saja yang bisa dibilang berkecukupan malas 28
Pelajaran Hidup untuk Tara - Irena Margareta dengan hidupku ini, apalagi kau?”, tanyaku spontan. “Ikut aku”, ajaknya cepat. ia membawaku ke suatu tempat kumuh, kotor dan bau tapi bisa kulihat di sana segerombol anak kecil berlarilari tertawa dan bahkan bermain dengan sampah yang ada. “Kau lihat, bagaimana ekspresi anak-anak itu di tengah suasana yang tak wajar ini? Walau mereka masih anak-anak tapi mereka masih bisa menerima nasib dan berani mensyukuri hidup mereka. Begitu juga aku”, sahut Zet bangga. Aku tak bisa berkata-kata, hatiku terasa luluh akan keadaan ini. Rasanya aku ingin menangis juga menertawakan diriku yang kekanak-kanakkan dan manja ini. Mulai hari itu, aku selalu menghabiskan waktu bermain dan belajar bersama anak yatim piatu dan Zet sepulang sekolah. “Hey, ada apa Zet? apa ada masalah?”, tanyaku khawatir melihat wajah Zet yang pucat. “Karina sakit. badannya panas”, kata-kata Zet membuat jantungku berdegup kencang, Entah perasaan kaget dan panik menghantuiku saat mendengar salah seorang gadis yatim piatu itu sakit. “Cepat bawa ke rumah sakit! masalah biaya, aku memiliki cukup uang dari uang tabunganku, cepat!”, jawabku cepat. Zet terpaku denganku seolaholah tak mempercayai omonganku, lalu tanpa banyak pikir ia berlari mendatangi Karina dan menggendongnya menuju poliklinik terdekat. Tak pernah kusangka dalam hidupku. aku, Tara Hazuka, seorang yang tak berani mengambil keputusan kini mampu mengambil sebuah keputusan. Yang aku pikirkan hanya kesehatan anak itu. Kini pikiranku lebih terbuka, hidupku mengasyikkan dengan tetap bersyukur akan keadaan orangtua yang tak sempurna. Terima kasih Zet Apillo. terima kasih untuk bola kasti yang mempertemukanku dengan Zet. Terima kasih. ~§~
29
Rahasia dibalik Keberanian Rachel - Mahargiyanti Yudi Utami
Rahasia dibalik Keberanian Rachel Mahargiyanti Yudi Utami Aku tersesat di hutan. Kehidupanku berputar 180 derajat. Ku mulai memasuki lorong kehidupan baru yang gelap gulita ini. Seperti sedang berada di terowongan yang gelap. Gelap sekali. Butuh keberanian untuk memasuki dan melewati lorong ini. Namun, apa dayaku? Aku tak dapat melewatinya tanpa hadirnya keberanian didalam diriku. Aku takut akan kegelapan. Gelap merupakan musuh bagiku. Seakan kegelapan ini akan menerkamku. Takut, aku sungguh takut. Sampai suatu ketika, aku berkhayal ada seorang pangeran yang datang menghampiriku. Ia gagah, berani, dan tampan. Ia pun telah berhasil membuat hatiku terpikat. Pangeran itu datang didalam hidupku dan membawakan pelita cahaya untuk menerangi lorong kehidupan yang gelap ini. ”Andai khayalku itu menjadi kenyataan. Aku pasti berani menerobos kegelapan ini.” ucapku dengan penuh harapan. Mencari, mencari, dan terus mencari, itu yang ku lakukan. Meski aku takut, namun ada seorang penyelamat dalam hidupku yang memberikan cahaya keberanian yang ditanamkan didalam hatiku. Dia penyelamatku, Dia raja bagiku, Dia bapak bagiku, Dia kekasihku, dan Dia adalah segalanya bagiku. Siapakah Dia? Dialah Tuhan. Ku tatap langit malam ini. Aku berharap dapat bertemu dan melihat Tuhan. Namun itu semua tak mungkin. Aku hanya dapat bertemu Tuhan didalam doa. ”Wahai langit, bulan, bintang, maukah kalian menjadi terang bagiku? Maukah kalian menjadi temanku? Salahkah aku mendambakan seorang pangeran datang didalam hidupku? Dapatkah aku memiliki pangeran yang ku dambakan dalam dunia 30
Rahasia dibalik Keberanian Rachel - Mahargiyanti Yudi Utami khayalku itu?” curahan hatiku kepada mereka. Tak lama kemudian, muncul cahaya dari langit yang mengarah kepadaku. Semakin lama, semakin dekat. ”Cahaya itu.... Oh tidaaaakk! Silau sekali! Cahaya apa itu?” ujarku spontan dengan keadaan kedua tangan menutupi wajah. ”Wahai gadis cantik, tataplah aku! Aku tidak berniat jahat kepadamu. Aku datang kesini karena diutus oleh Tuhan. Akulah peri yang akan menemanimu.” ucap peri cantik itu kepadaku. ”Benarkah? Kamu peri yang diutus Tuhan? Peri, bolehkah aku memelukmu?” sahutku sambil perlahan memuka mata. ”Kemarilah Rachel! Peluklah aku!” Jawab peri itu kepadaku. Di dunia yang gelap inilah, ku curahkan segala isi hati dan perasaanku kepada kakak peri cantik itu. ”Sebentar lagi kamu akan mendapatkannya dan hidupmu ini akan menjadi terang kembali setelah kau menemukannya.” jawab peri cantik itu dengan singkat. Peri cantik itu hilang seketika. Dunia menjadi gelap gulita lagi. Aku tak mengerti maksud perkataan peri itu. Tak lama kemudian, ada cahaya seperti cahaya obor yang muncul dari kejauhan. ”Siapakah gerangan yang membawa obor itu? Apakah itu orang yang dimaksudkan oleh peri cantik tadi?” tanyaku dalam hati. ”Jangan takut! Aku bukan orang jahat. Perkenalkan, namaku James. Kenapa putri ada di hutan malam-malam seperti ini? Sendirian pula.” tanya James dengan menepuk pundak kiriku dengan pelan. ”Aku tersesat! Aku bingung harus kemana. Pangeran sendiri ada keperluan apa ke hutan ini?“ balasku. ”Putri secantik kamu tersesat di hutan yang gelap gulita ini? Aku ingin mencari tanaman obat untuk ibunda yang sedang sakit.” balas pangeran James. ”Iya, aku tersesat. Ada seseorang yang sengaja ingin meninggalkanku di hutan ini sendirian. Baiklah Pangeran, bagaimana jika aku ikut membantu pangeran? Jika obat itu sudah ketemu, aku berjanji akan bercerita lebih banyak lagi” sahutku lagi. ”Baiklah” balas Pangeran James. Tak perlu memakan waktu lama untuk mencari obat itu karena aku telah menemukannya. Lalu segeralah kami membawa obat itu ke istana pangeran James untuk diracik dan diberikan kepada ibunda. Tak lama kemudian, obat itu langsung bereaksi dan ternyata manjur.
31
Rahasia dibalik Keberanian Rachel - Mahargiyanti Yudi Utami Kesehatan ibunda semakin membaik. Aku pun diperkenalkan kepada ayahanda dan ibunda dan aku pun menikah dengan Pangeran James. Bahagia rasanya, namun aku teringat akan ibuku yang telah tega meninggalkanku di hutan itu sendirian. Sejak menikah dengan Pangeran, aku tak takut lagi dengan kegelapan, karena ku yakin, Pangeran selalu disampingku. Pangeran James adalah Pangeran impianku. Ia berani, gagah, dan tampan. Sungguh ku merasa hidupku ini seperti mimpi, tapi inilah realitanya. Dari perjalanan hidupku ini, aku belajar untuk berani menerobos dinding kegelapan dan berani mengambil keputusan serta berani untuk membuka diri kepada siapapun yang ingin berbuat baik kepadaku.
~§~
32
Inareb Menjadi Berani - Maria Theresia Divine Mercy Immanes
Inareb Menjadi Berani Maria Theresia Divine Mercy Immanes
Inareb . Hei ! Apa itu Inareb ? Apakah, sebuah makanan ? Atau, apakah sejenis hewan ? Atau, sebuah permainan ?
Hei kamu ! Diam ! Jangan banyak bicara ! Jangan banyak bertanya ! Pikirkan !
Baik . Aku diam Aku berpikir Aku renungkan
33
Inareb Menjadi Berani - Maria Theresia Divine Mercy Immanes
I–N–A–R–E–B Kamu berpikir ? I–N–A–R–E–B Kamu renungkan ? I – N – A – R – E –B Kamu . .? Sudaaah ! Hentikaan ! Kamu tau ?! Katakan !
Bersabarlah . Pikirkan Berpikir Memikirkan
Hei ! Kita rubah semua ! Rubah semuuuaaa ! Semuuaa !
34
Inareb Menjadi Berani - Maria Theresia Divine Mercy Immanes
Ayo ! Mari kita rubah ! I–N–A–R–E–B Menjadi B–E–R–A–N–I
Berhasiill !
35
Cerita Kita.. - Monika Tania
Cerita Kita… Monika Tania Pagi ini, hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Entah kenapa aku sangat semangat pagi ini. Oia, aku lupa memperkenalkan diri. Aku Tiara, aku anak tunggal dalam keluargaku dan mulai hari ini aku duduk di kelas 3 SMA di SMA swasta di Jakarta. Pagi ini sekolah masih sepi. Tetapi tiba-tiba.. “Tiaraaaa…” Aku merasa ada yang memanggilku. Aku mencari suara tersebut dan ternyata berasal dari arah kursi taman. Aku pun berlari menghampiri mereka. Mereka adalah Alexa dan Sandra, sahabatku. “Haii semuaa…” Jawabku tak kalah bersemangat. “Gimana liburan lo kemarin?” Tanya Sandra. “Yaa gitu-gitu aja lah. Cukup menyenangkan.” Jawabku. Lalu tibatiba… “Eh… eh… liat deh siapa yang lewat.” Kata Alexa. Aku dan Sandra melihat ke arah yang di tunjuk oleh Alexa. Aku sedikit kaget melihat siapa yang di tunjuk Alexa tetapi aku juga malas melihatnya. “Oh.. Dia..” Jawabku. Mendengar tanggapanku kedua sahabatku merasa bingung. “Lo masih marah sama Ryan?” Tanya Sandra. “Marah sih ga cuma gue masih kesel aja sama perlakuan dia ke gue 1 tahun yang lalu.” Jawabku. “Ya ampun. Udah 1 tahu Ra.. Baikan dong!” Kata Sandra. Aku diam. 36
Cerita Kita.. - Monika Tania Ingatanku kembali ke kejadian 1 tahun yang lalu. “Ra.. gue suka sama Gina. Gue mao jadian sama dia.” Kata Ryan. “Ya udah. Kalo itu keputusan lo gue dukung lo kok.” Jawabku. “Thanks yaa Ra! Cuma sama lo gue bisa cerita semua masalah gue” Kata Ryan lagi. “Iya Yan, gue siap ngbantuin lo kok.” Kataku.
Beberapa hari kemudian. “Yan, jadi ga hari ini kita pergi? Udah pada siap nih.” Tanyaku pada Ryan. “Ga bisa Ra. Gue udah ada janji sama Gina.” Kata Ryan tanpa rasa bersalah dan tanpa minta maaf. Kejadian itu terjadi berulang-ulang. Tapi dari semuanya, Cuma aku yang ga bisa maafin Ryan. Aku merasa kehilangan Ryan yang dulu jadi sahabatku. “Eh, liat Ryan menuju kesini.” Seru Alexa. Aku kaget dan semua ingatanku buyar. Aku hanya bisa melihat dia mendatangi kami. “Ra.. Ada yang mau gue omongin ke lo.” Kata Ryan. Aku kaget mendengar suara Ryan. Rasanya aku kangen sama suara Ryan. “Mau bilang apa? Bilang aja disini.” Jawabku malas. “Gue cuma mao ngomong sama lo. Bisa?” Katanya. Dengan sedikit malas, akhirnya aku mengangguk dan mengikuti Ryan. Kami berjalan menuju tempat yang cukup sepi dan kami pun duduk di sebuah kursi taman. Cukup lama kami hanya terdiam samapai aku memulai percakapan. “Ryan mau ngomong apa sih? Kalo cuma diem-diem kayak gini gue
37
Cerita Kita.. - Monika Tania balik lagi deh.” Jawabku sedikit kesal. “Eh.. tunggu dulu. Gue cuma mau bilang kalo gue putus sama Gina. Gue juga mau kita ga diem-dieman kayak gini. Gue pengen kita kayak dulu, cerita-cerita bareng. Gue minta maaf kalo gue punya salah sama lo.” Jawab Ryan panjang. “Terus urusannya sama gue apa kalo lo putus sama Gina? Bukannya gue udah ga penting lagi buat lo? Susah Yan buat kayak dulu, gue masih sakit hati sama lo. Lo lebih milih Gina daripada gue temen lo sendiri. Sekarang setelah lo putus sama Gina, baru lo nyari gue lagi! Capek gue Yan.” Jawabku marah dan langsung meninggalkan Ryan. Aku langsung kembali ke tempat Alexa dan Sandra dan aku menceritakan semuanya ke mereka. “Ra, dengan lo tiba-tiba ninggalin dia sama aja lo lari dari masalah. Lo harus berani maafin dia, Ra. Ketakutan terbesar kita adalah diri kita sendiri dan lo harus berani maafin dia karena gue yakin lo ga akan nyesel, Ra.” Kata Alexa dan diyakinkan dengan anggukan Sandra. Setelah kejadian ini aku memikirkannya selama beberapa hari dan akhirnya aku dapat menagmbil keputusan. Beberapa hari kemudian. Aku mencari Ryan, dan akhirnya aku menemukannya. “Ryan..” Teriakku sambil berlari menghampirinya. “Gue mau kita kayak dulu lagi dan gue juga mau maafin lo.” Kataku sambil tersenyum. “Serius? Thanks yaa, Ra. Gue janji ga akan ngulang kesalahan yang sama.” Kata Ryan sambil memelukku. Akhirnya dengan kejadian ini aku berani melawan ketakutan yang ada di dalam diriku. Dari kejauhan terlihat Sandra dan Alexa sedang memperhatikan kami sambil tersenyum. Dan hari-hari selanjutnya kami berkumpul bersama. Fin… ~§~
38
Sunshine After The Rain - Angelina Rosari
Sunshine After The Rain Angelina Rosari Membuka mata disambut mentari pagi itu merupakan hal yang biasa yang kulakukan setiap hari, nothing special. Berjalan menyusuri lantai kayu yang rapuh merasakan sejuknya udara pagi hari sembari minum segelas kopi hangat disudut dapur dirumah tua ini. Banyak orang yang berpikir mengapa aku masih bertahan utk tinggal di rumah ini tapi aku tak pernah menanggapinya biarlah mereka berpikir seperti itu. Kembali ku menyusuri lantai kayu rapuh itu dan menuju kamar mandi setelah aku membersihkan badan dan bersiap-siap, aku menuju garasi, garasi yang pintunya hanya bisa aku ganjal dengan batu krn telah lama rusak. Kunyalakan mobil tua milikku dan mengeluarkannya dr garasi. Kukendarai mobil tua ini menuju tujuanku yaitu rumah sakit ketika ada pertigaan aku memilih utk membelokkan mobil ini padahal rumah sakit seharusnya lurus tp aku tidak ingin ke rumah sakit, aku lebih memilih membatalkan niatku ke rumah sakit. Tidak lama aku dan mobil ini berhenti di sebuah taman, taman yang sangat sepi krn orang lebih memilih utk pergi ke mall dibandingkan taman ini. Sesampainya aku di sana, aku memilih bangku yang berwarna putih kusam krn debu. Tanpa kusadari ada seorang anak perempuan kecil di bawah pohon taman itu. Kira-kira anak itu berumur 7 tahun dan aku bertanya kpd anak itu, “Kenapa km sndirian di sini?” Dan anak itu menjawab, “Aku sedang menunggu Tuhan mengembalikan kedua kakiku” dan ternyata memang ketika aku melihat secara seksama, anak ini telah kehilangan kedua kakinya dan secara spontan aku bertanya lagi, “Ada apa dengan kakimu?” Dan anak itu menjawab, “1minggu yang lalu aku ditabrak mobil dan ketika aku tersadar aku sudah tidak memiliki kaki dan tak ada yang menjagaku, aku tanya kepada om dokter dan om dokter berkata kalau dia hanya merawatku saja dan tidak tau apa
39
Sunshine After The Rain - Angelina Rosari yang sbenarny trjadi.” “Lalu?” tnyaku “Ibuku pergi meninggalkanku wkt aku masih bersama ayah.” “Kemana ayah km skrng?” tnyaku lagi “2bulan yang lalu waktu aku bangun, aku mengajak ayahku utk bangun juga tp ayahku malah tetap tidur dan smpai sekarang ayahku belum bangun juga dan kata org aku tidak akan bersama dengan ayahku lagi, aku juga ga tau kenapa.” “Km ingin kakimu kembali utk apa?” tnyaku semakin penasaran “Aku ingin mencari ibuku dan aku yakin kalau Tuhan kasih kaki aku lg, aku akan lebih mudah mencari ibu dan aku jd lebih berani utk melangkah kemana aku harus mencari ibu.” dijawab anak itu dengan wajah polosnya. Disaat yang bersamaan otakku langsung berpikir bagaimana mungkin dihati seorang anak kecil yang hidupnya terlalu berat utk dijalani apalagi dia baru berumur 7 tahun masih bisa mempunyai tujuan hidup yaitu mencari ibunya dan berharap kakinya akan dikembalikan Tuhan, sedangkan aku? Satu bulan yang lalu dokter mengatakan bahwa aku terkena penyakit kanker otak stadium 3 dan mulai memasuki stadium 4, harapan utk hiduppun sangatlah kecil, mungkin tinggal 4 atau 5 bulan lagi, Ketika aku mengetahui penyaki itu telah menggrogoti tubuhku yang ada di pikiranku hanyalah keputus-asaan dalam menjalani hidup ini. Waktu hidupku tinggal sebentar lagi dan satiap hari waktuku hanyalah utk minum obat dan terapi yang aku sendiripun juga tau kalau itu semua tak akan berhasil, percuma dilakukan. Pagi ini yang seharusnya aku pergi ke rumah sakit utk menjalani terapi, aku batalkan dengan sendirinya krn aku merasa bosan sudah hampir 3 minggu selalu kujalani terapi itu toh nanti aku akan mati juga dengan penyakit ini. Aku malah pergi ke sebuah taman yang awalnya tidak ada tujuan sama sekali sampai akhirnya aku bertemu seorang anak kecil berumur 7 tahun dan anak itu telah berhasil mengubah hidupku. Aku kembali mengendarai mobil dan menyusuri jalan menuju rumah dan ada yang berbeda yaitu rasa semangat ketika aku berangkat tidak aku rasakan sama sekali dan ketika aku pulang rasa semangat itu ada, rasa semangat itu adalah semangat utk menjalani hidup. Dari perbincangan sederhana di taman itu, aku percaya bahwa hal yang Tuhan kasih ke kita semuanya telah diatur oleh Dia dan aku juga percaya bahwa Tuhan kasih aku hidup 4 bulan bukan sebagai maut 40
Sunshine After The Rain - Angelina Rosari yang menanti tetapi sebagai kehidupan kedua dimana aku masih ada kesempatan utk memperbaiki hidup selama 4 bulan, aku juga ga tau aku mampu atau tidak tp masih ada kekuatan Tuhan yang bisa kuandalkan yang jauh lebih kuat dibandingkan manusia manapun kalau misalnya saat 4 bulan itu berakhir mungkin saja Tuhan masih mau memberikan aku hidup lagi yang lebih panjang dan aku tidak akan pernah tau itu tapi satu yang pasti, aku mempunyai harapan dan keberanian utk menjalani hidup ini. Hari-hariku selama satu bulan terakhir telah diselimuti rasa ketakutan, keputus-asaan, dan rasa tidak sanggup menjalani hidup sebagai orang yang mengidap kanker tp selama 4 bulan kedapan, harihariku akan dipenuhi rasa syukur, keberanian, dan rasa mampu yang selalu ada untukku dr Tuhan. Sesampainya dirumah hari sudah sore dan aku pergi ke halaman belakang rumahku, disana aku bisa melihat sesuatu yang Tuhan berikan dihidupku yang baru ini yaitu sebuah pelangi yang melengkung panjang yang ditemani matahari berwarna oranye dan memancarkan sinar yang begitu indah dan cerah secerah hari yang telah Tuhan berikan kepadaku. Banyak hal yang tak terduga yang telah Tuhan berikan kepadaku hari ini dan itu sungguh berarti. Hidup adalah pilihan dan pagi ini aku memilih utk pergi ke sbuah taman walau tadinya tidak ada tujuan sama sekali tapi yakinilah pilihan kamu ketika ingin melangkah di pagi hari dapat menentukan perjalanan hidupmu disatu hari itu dan bisa saja pilihan itu mengubah hidup kamu. Aku sudah memilih pagi ini dan menjalani pilihan tersebut, perasaanku saat ini adalah aku senang dengan pilihan yang aku ambil krn telah mengubah apa yang ada dihidupku. Bagaimana dengan pilihan kamu pagi ini?
~§~
41
Berani - Ratu Sitompoel
Berani Ratu Sitompoel Helo guy’s! Kalian tau, awalnya, gue enggak tau mau nulis tentang apa! Dan tiba-tiba gue keinget film ‘Hairspray’ dan di situ gue ngeliat Tracy Trunblad (Nicky Blonsky) yang dengan berani ngebela ras kulit hitam supaya dapat kesetaraan ras. Dia bahkan berani ikutan demo ke stasiun TV bareng sama orang kulit hitam, loh. Dia juga ngelakuin itu karena memang kemauannya sendiri, kok. Bukan karena paksaan dari orang-orang negronya, atau karena hal lain. Dan dari situ, gue mikir, be brave is the thing that you choose by yourself. Yup! Mungkin kalau apa yang Tracy lakuin terlalu big step buat kita. Tapi, apa salahnya kita coba untuk jadi berani dari hal baik yang lebih sederhana? Salah satu contohnya adalah, kita berani untuk ungkapin pendapat kita di depan umum. Salah satu area paling kecil adalah di kelas. Jangan malu untuk menyampaikan pendapat kita dan mempertahankannya. Kita juga punya hak untuk menyampaikan pendapat, selama pendapat kita itu logis dan bener. Dan kalau kita sopan dalam nyampein pendapat kita, yakin deh, guru pasti mau terima dan nganggep kita kritis. Atau, waktu salah satu dari temen kita yang lebih menonjol atau berpengaruh di kelas ngelakuin sesuatu hal yang enggak mengenakan sama kita, kita juga harus berani ngelawan mereka. Kita bisa ngomong sama mereka kalau kita enggak suka sama cara dia memperlakukan kita. Emang, kadang-kadang kita ngerasa kalau kita enggak bisa ngomong kayak gitu, karena sama aja kayak bicara sama trampolin. Apapun yang kita katakan, bakal mantul balik dan nyerang kita. Tapi apa salahnya? Ini hak kita untuk bela diri. Dan mereka juga enggak boleh memperlakukan kita kayak gitu. 42
Berani - Ratu Sitompoel Same as smoke, clubing and drugs. Kalau sekarang banyak remaja yang udah coba clubing dan ngerokok untuk bikin mereka keliatan keren dan oke, tapi sebenernya itu adalah satu kesalahaan besar yang sulit buat dijauhi lagi. Dan kita juga harus berani untuk ambil keputusan tegas kalau kita nolak hal itu! Mereka yang udah terbiasa ngelakuinnya, mungkin bisa lepas untuk sementara. Tapi, ujungujungnya mereka bakal ngulangin hal itu lagi. Dan kalau udah sampai taraf drugs, itu sama aja kita udah tanda tangan kontrak mati sama Tuhan. Dan lo pasti enggak mau kan, kalau masih muda udah nyimpen penyakit, atau paling parah meninggal? Serem bener. Masih banyak yang bisa dinikmati di dunia ini, kali. At the end, berani itu bukan hal yang susah, tapi bukan juga hal yang mudah. Tapi, keberanian itu akan keluar dengan sendirinya kalau kita bener-bener sayang banget sama diri kita sendiri. Dan satu lagi, berani enggak selalu di lakukan dengan action kok. Cara paling sederhana untuk menjadi berani adalah SAY ‘NO’ WHEN OTHER PEOPLE SAY ‘YES’. Enggak salah lagi bilang enggak. Dan siapa tahu ternyata kita yang justru jadi menonjol. Gimana? Gampang, kan?
43
Isi Hatiku - Vania Tyas Utami
Isi Hatiku Vania Tyas Utami
“Kenapa aku seperti ini ? Apakah Tuhan tidak menyayangiku ?” Pemikiran ini terus terlintas di kepala seorang remaja wanita yang sedang berada dalam perjalanan pulang seorang diri. Sekarang dia berada dalam angkot warna biru yang dia tumpangi. Sebagaimana layaknya suasana angkot, hawa di dalam angkot panasnya seperti berjemur di bawah terik matahari langsung yang dapat mewarnai kulit dengan warna gelap favoritnya. “Uh, Jakarta semakin lama bukannya makin adem malah makin panas !” Ujar sang supir angkot sambil menunggu penumpang lainnya. Suasana angkot saat itu cukup sepi. Ada seorang ibu yang membawa sekantong tas kresek hitam besar yang terisi penuh, entah apa yang ada di dalamnya. Seorang remaja berseragam putih biru dengan jaket merah dan seorang bapak berseragam coklat khas pegawai negeri duduk sebaris dengan bangku panjang yang dia tempati. Perlahan dia bergeser menuju tepi angkot. Tunggu! Kenapa dia? Apa yang terjadi? “Engkau tahu bahwa aku sangat membutuhkanMu di sini. Maka aku berharap Kau mendengarkan permasalahanku. Aku tidak berani mengungkapkan isi hatiku kepada siapapun selain padaMu.” Dia mulai menutup kedua matanya. Tidak terlihat apapun, hanya kegelapan menyeruak di sana. Beberapa saat kemudian kegelapan tersebut mencair, semakin cair ketika dia membuka matanya. Matanya yang bening memerah dan sembab. Dia segera menyadari hal tersebut. 44
Isi Hatiku - Vania Tyas Utami “Pokoknya tidak boleh berakhir seperti ini. Aku harus kuat, ya aku masih bisa bertahan,” pikirnya sambil mengusap kedua matanya yang basah. Perlahan angkot tersebut berangkat. Sopir angkot merasa sudah puas dengan empat penumpang yang dia dapat. Perjalanan pulang masih sangat panjang. Di pikiran remaja itu terbayang tentang kebodohan yang dia buat. “Aku sangat bodoh. Kurasa semua orang tidak dapat mengalahkan kebodohanku. Aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku. Tapi aku tidak menyangka pikiranku akan mengkhianatiku. Harusnya aku memikirkan dulu apa yang harus aku katakan. Harusnya, “ katanya dengan gusar tetapi segera terhenti saat angkot mulai berhenti. “Ayo turun bu. Saya harus segera putar balik. Neng juga turun ya,” kata sang sopir dengan cukup tegas. “ Tidak usah bayar kan, bang ? “ “Tidak perlu, bu, neng. Bayarnya di angkot lain saja tidak apa-apa.” Di saat remaja ini sedang mengingat kejadian yang menggelapkan hatinya, rupanya remaja berseragam putih biru dengan jaketnya telah turun lebih dulu, tepat di depan sekolahnya. Bapak berseragam coklat menyusul turun di perempatan lampu merah. Tersisa dia dan ibu yang segera turun dari angkot. “Kenapa tidak ada angkot lain yang lewat? Kok bisa macet begini ya? Biasanya tidak semacet ini.” Remaja ini penasaran dan berjalan kaki untuk mengetahui sumber dari segala kemacetan ini. Setelah cukup jauh berjalan, dia menemukan penyebabnya. “Rupanya bis ini penyebabnya. Bis yang ditumpangi para pendukung tim sepak bola Jakarta yang semuanya memakai atribut bernuansa oranye. Lajunya lama sekali bahkan sempat berhenti. Padahal jalan
45
Isi Hatiku - Vania Tyas Utami di depannya mulus. Mereka tidak memikirkan kendaraan lain di belakang mereka, sungguh keterlaluan!” Dia pun terus berjalan pulang sambil menatap jalan yang mulus. Dia pun menyadari sesuatu sebelum dia selesai melewati jalan tersebut. “Tidak ada orang yang bisa luput dari kesalahan. Tapi ingatlah bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Aku tidak ingin kebodohan menghambatku seperti bis itu. Masih ada hari esok yang masih bisa kulewati dengan penuh sukacita dan aku akan lebih berani dalam mengambil keputusan yang benar. Terima kasih atas penyadaran ini, Engkau sungguh baik,” ujarnya sambil membuka pagar rumahnya dengan seulas senyum.
~§~
46
Alice in Dreamland - Theresia Wirawan
Alice in Dreamland Theresia Wirawan Semua orang kurasa tentu tahu tentang Alice in the Wonderland. Kisah tentang anak kecil polos yang berpetualang di dunia penuh keajaiban serta tidak masuk akal yang tidak lain adalah mimpinya sendiri.Tapi untuk kali ini,akan diceritakan tentang Alice yang lain. Alice yang sama sekali berbeda,dan ia hidup jauh sebelum Alice in the Wonderland ada. Pada zaman dahulu,orang-orang yang sedang tertidur tidaklah memiliki bunga tidur,alias mimpi.Ketika mereka terlelap,yang mereka lihat hanyalah gelap hitam dan kemudian terbangun ketika pagi hari tiba,hal itu terulang begitu untuk seterusnya setiap hari. Tidak ada yang mengenal seperti apa mimpi itu,dan oleh karena itu mereka tidak terlalu memperdulikannya.Semuanya berjalan biasa saja,dan mereka juga tidak terganggu dengan tidak adanya mimpi karena memang belum mengenalnya,padahal bila bermimpi saat tertidur,pasti lebih menarik . *** Sepasang bola mata warna kelabu menatap apa yang ada di balik jendela berdebu,terkadang helaian rambut pirang kecoklatan sang gadis jatuh menyentuh pipinya yang pucat pasi. Gadis itu duduk di atas ranjang reot dengan selimut menutup hampir seluruh tubuhnya yang kecil mungil,ya,dia adalah Alice. Sejak kecil, Alice terserang penyakit leukemia dan harus sabar untuk terus diam didalam rumah akibat tubuhnya yang lemah dan tidak tahan dingin,perkembangan medis di zaman itu belum maju dan masih minim perkembangannya,sehingga tidak banyak usaha yang bisa dilakukan untuk Alice.
47
Alice in Dreamland - Theresia Wirawan Kontras,keluarga Alice semuanya sehat, sehingga bisa menjalankan aktivitas normal selayaknya kegiatan-kegiatan orang lain pada zaman itu,mau tidak mau,keluarganya sering meninggalkan Alice sakit sendirian di rumah untuk bekerja,tapi sebetulnya keluarga Alice sangat menyayanginya,sehingga mereka bekerja juga untuk menghidupi Alice,perlu diketahui bila kondisi ekonomi keluarga Alice tidak begitu baik. Alice menyadari betapa banyak kasih sayang yang diberikan keluarganya untuknya,meski hanya berupa sup hangat atau baju baru pasaran,tapi itu semua dibeli bukan tanpa kerja keras.Apa yang mereka beri terasa lebih dari cukup,tapi apa yang bisa dilakukan Alice untuk mereka?Walaupun ingin membalasnya,ia sendiripun tahu bila dirinya,lebih tepatnya kondisi tubuhnya tidak memungkinkan. Ia merasa tidak berguna,seperti parasit,perasaan itu jelas tidak mengenakkan. Aku hanya benalu dalam keluarga.Tidak jarang kata itu terbersit di benaknya.Tidak ada yang bisa kulakukan untuk membalas semua kebaikan mereka, baik sekarang atau nanti.Tubuhku menderita digerogoti penyakit,yang tidak tahu akankah bisa sembuh.Lantas…untuk apa aku hidup? Pertanyaan itu terus menghantuinya,meski ia tahu bila berpikir seperti itu adalah salah,tetap sulit untuk menghardiknya.Hidup hanya untuk menanti ajal dengan penderitaan seperti ini?Untuk apa? Menyerah,Alice meyakinkan diri pergi dari rumah,mungkin untuk mengakhiri hidupnya. Dibutuhkan suatu keberanian untuk pergi keluar rumah dengan kondisi tubuh seperti itu,tapi sayang motivasinya salah. Ketika hampir tengah malam tiba,keluarganya sudah tertidur,diamdiam ia pergi dari rumah dengan hanya bermodalkan selimut rombeng penuh tambalan sebagai baju keduanya,pelindungnya dari hawa dingin yang menusuk tulang. 48
Alice in Dreamland - Theresia Wirawan Ini pertama kalinya Alice berjalan di luar rumah sendirian,apalagi di malam hari.Kaki kecilnya yang hanya beralas sepatu tipis gemetar tidak tahan untuk terus menelusuri jalan,tapi ia tetap memaksakan diri,padahal ia sendiri tidak tahu harus pergi kemana.Akhirnya batas kekuatan Alice habis,ia terjatuh di jalan yang sepi dan gelap,dimana tidak ada orang lain lewat,sedikit sekali lampu jalan yang meneranginya. Ah,ini memang sudah saatnya..Gumam Alice pelan dengan campuran rasa takut dan bingung,ia lalu menutup kedua matanya yang lelah. Ketika kedua mata Alice tertutup,yang ia lihat bukanlah pemandangan hitam gelap seperti yang biasa terlihat ketika semua orang lain tertidur atau memejamkan mata,yang ia lihat adalah sebuah padang rumput luas dan indah dengan banyak bunga beraneka warna bergoyang semilir akibat angin yang berhembus lembut,matahari bersinar cerah, sepertinya musim semi,peri-peri kecil berterbangan di sekitar bunga-bunga.Pemandangan yang hanya pernah Alice lihat dalam lukisan. Kaget,Alice segera membuka kedua matanya,dan kembali yang ia lihat adalah jalan sepi tempat ia terduduk sebelum ia memejamkan mata. Aneh…Alice mengusap mata dengan kedua tangannya,ia tidak pernah mengalami hal itu,mimpi.Sebelumnya,orang lain juga tidak pernah mengalaminya,yang pasti bila sedang menutup mata,seharusnya tidak ada yang terlihat.Tapi,yang ia lihat terasa nyata,meski bukan kenyataan.Bagi orang yang pertama kali mengalami mimpi,hal tersebut terasa ganjil. Pemandangan tadi memang menyenangkan,dan Alice jadi memiliki ingin untuk melanjutkan tidurnya,tidak perduli dimana ia bermalam,dengan ubin keras tempat ia duduk dan cuaca dingin yang membuat tangannya terasa beku,ia terlelap. Dan benar,pemandangan itu terlihat lagi,dan kini Alice enggan untuk membuka matanya,ia melihat padang rumput hijau subur seperti yang pertama ia lihat,tapi kali ini tidak hanya peri yang menampakkan diri
49
Alice in Dreamland - Theresia Wirawan disana,putri,naga,kurcaci,penyihir dan makhluk-makhluk khayalan lainnya,saling kait-mengait menjadi sebuah dongeng yang indah. Pagi menjelang,Alice terbangun,tubuhnya terasa kuat dan sehat,Alice sendiri tidak tahu mengapa,tapi kini ia merasakan kebahagiaan yang amat sangat yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya,hatinya melonjak kegirangan seperti bukan orang sakit,seperti bukan Alice yang dulu. Tidak ingin sendirian saja yang bahagia,Alice menceritakan kisah yang ia lihat dalam mimpinya pada anak-anak jalanan,ceritanya sangat menarik,terutama cara Alice membawakannya juga sangat hidup,sehingga anak jalanan setiap hari tidak sabar menanti dongeng Alice,penuh dengan keajaiban,khayalan serta fantasi yang tidak terbatas,tapi disertai dengan moral yang terkandung didalamnya. Ketika ia tua dan tubuhnya terlalu lemah untuk berdongeng,ia merasa sedih karena tidak bisa membagikan khayalannya,padahal banyak orang yang menanti kisah selanjutnya,tapi mereka juga berusaha mengerti dengan kondisi dan usia Alice.Maka,di menit-menit menanti ajalnya,Alice berdoa agar setiap orang bisa bermimpi seperti dirinya sehingga tidak akan ada yang sedih dengan kepergiannya. Alice ingin agar setiap orang bisa memiliki mimpi dimana mereka bisa merasakan petualangan yang mustahil di dunia nyata,dimana mimpi membawa seseorang ke dunia lain yang berbeda. Hal itu dikabulkan,sejak saat itu semua orang,baik anak-anak maupun orang dewasa dapat bermimpi di setiap tidurnya,terkadang memang tidak selalu mimpi indah yang menarik,terkadang muncul juga mimpi buruk yang tidak ingin untuk diingat.Meski mimpi bukan hal mutlak penting dalam kehidupan,tapi mimpi selalu bisa menjadi bumbu dalam hidup. Oh iya, Alice saat itu hidup ketika Andersen masih belia,apa mungkin dongeng Alice yang menginspirasi Andersen dalam menulis Alice In The Wonderland ? Siapa yang tahu? ~§~ 50
Inside Herself - Michael Adrian
Inside Herself Michael Adrian Sembari memandang wallpaper handphone-nya, Min berjalan menelusuri gang-gang kecil. Dirinya sering dihantui pikiran yang penuh masalah. Ia selalu tampak murung, menjauhkan diri dari teman-temannya. Ada saja masalah yang selalu dihadapinya dan dia begitu tertekan karenanya, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dari orang lain. Min terkadang merasa hidup itu tidaklah berguna. Sejak kedua orang tuanya berpisah ketika ia masih kecil, ia tinggal bersama neneknya. Ia kurang merasakan kasih sayang orang tuanya. Saat itu hujan turun, bunyi gemericik di halaman luar rumahnya membuat dirinya merasa nyaman. Sebentar saja, ia tertidur lenyap hanyut ke dalam dunia mimpi. Mukanya yang bundar dan rambut pendeknya membuatnya terlihat seperti boneka. Dalam mimpinya itu, ia seperti masuk ke dalam sebuah ruangan kosong. Suasana ruangan yang hitam kelam dan sunyi, membuatnya memikirkan tentang dirinya “Aku dimana ?” Tanyanya kepada dirinya sendiri. Ia mencoba melangkah, berjalan ke depan. Semakin ia melangkah, semakin ia bingung. Mengapa semua ruangan ini terasa menceritakan kekosongan dirinya. Tanpa tahu seberapa panjang lorong itu, ia tetap berjalan. Sekilas, ada cahaya seperti kilat yang melesat mendahuluinya. Cahaya yang ditinggalkan oleh benda itu masih bersinar terang menyilaukan. Min kemudian berjalan lebih cepat mengikuti kilatan cahaya itu. Cahaya itu terlalu cepat baginya. Ia hampir kehilangan arah. Min memberanikan dirinya untuk berlari ke depan, karena rasa
51
Inside Herself - Michael Adrian penasaran yang besar. Ia berlari, tanpa lelah, dan akhirnya keluar dari ruangan hitam gelap itu. Cahaya itu tidak terlihat lagi, karena semua terlihat terang dan putih. Ia berjalan ke sana ke mari, berharap menemukan sesuatu. “Min..” Sayup-sayup terdengar suara memanggilnya. “S-s-siapa itu ?” Tanyanya sambil ketakutan. Tiba-tiba sesosok tubuh mungil seperti dirinya muncul dihadapannya. “Ini aku, dirimu, Min..” “T-tak mungkin !! Bagaimana kau disitu sedangkan aku berdiri memandang diriku sendiri ??” Teriaknya. “Jangan takut, Min..” Bayangan itu berusaha menenangkannya. “Aku kasihan melihat dirimu, kau selalu terlihat sedih. Kau bahkan kesepian.” Min hanya diam saja, rasa takut dan bingungnya kini hilang diterpa rasa murung dan sedih. Kesepian mulai masuk lagi kedalam dirinya. Kali ini yang terbesar. “Dengar, Min, aku adalah bayangan dirimu. Aku hidup karena mu. Jika kau terus seperti ini, kekuatanku akan hilang dan aku akan mati.” “A-aa-ahh, apakah semua ini berujung pada diriku sendiri ??” Tanya Min merasa bersalah. Ia sudah cukup sendiri dan kesepian, seringkali ia ditinggalkan oleh orang-orang disekitarnya. “Sudah kubilang, aku adalah dirimu, menyelamatkanku adalah keputusanmu. Aku adalah kebahagiaan dalam dirimu. Kau tak akan merasakannya lagi jika aku mati.”Jawab bayangan itu. Min semakin bingung, takut, dan mulai menangis, ketakutan terbesarnya adalah kehilangan rasa kebahagiaan yang sudah lama ia tak rasakan. “Kau dapat mengubahnya, itu semua tergantung padamu, aku tidak dapat menahan kesedihanmu. Ruangan gelap diluar tadi, lebih besar dan luas dibanding ruangan terang ini. Kedua ruangan ini melambangkan dirimu.” 52
Inside Herself - Michael Adrian “Aku akan melepaskanmu sekarang, ku harap bagian dirimu yang satu ini tidaklah mati.” Kata-kata terakhir yang diucapkan bayangan itu, mengantar Min kembali menuju tempat awal. Min terbangun, sedikit kaget. Sembari ia melamun, sedikit demi sedikit ia merasakan ketenangan dalam dirinya. Ia mulai mencoba untuk mengingat saat-saat ia merasakan kebahagiaan. Seketika itu juga, nenek masuk ke dalam kamarnya. Nenek tertegun, Min memeluknya tiba-tiba. Saat dimana ia merasakan kebahagiaan adalah dimana ada orang yang sayang dan perhatian padanya. Sekarang ia tidak lagi menutup dirinya, ia tidak membiarkan dirinya larut, tertelan dalam kesedihan dan kesepian. Ia tidak membiarkan bagian dirinya itu mati…
~§~
53
60 Menit Terakhir - Nikita Natassa
60 Menit Terakhir Nikita Natassa (Sheryl) “Luke Alexander” Aku tersentak mendengar nama yang dipanggil oleh pembawa acara. Kualihkan perhatianku dari handphone yang sedang kumainkan ke arah panggung aula sekolahku yang berhiaskan tulisan “This Is Your Start Line! Graduation #30 2010”. Ya, ini adalah hari kelulusan kami sebagai siswa SMA. Hari terakhir kami akan menggunakan seragam sekolah. Hari terakhir kami menggunakan sepatu kets hitam yang selalu menjadi keluhan kami karena mudah rusak. Hari terakhir kami memakai kaos kaki bergambar lambang sekolah kami yang berwarna biru hijau. Hari terakhir aku dapat bertemu dengan Luke. Kulihat laki – laki yang memakai kemeja putih bersih seperti vanilla dan dasi biru yang tidak terpasang rapi menaiki tangga panggung dan menerima piagam tanda kelulusan dari kepala sekolah. Dialah Luke. Sosok orang yang kubenci karena aku sangat menyukainya. Aku sudah mengenal Luke sejak sekelas dengannya saat duduk di bangku kelas 2 SMP. Kesan pertamaku kepadanya adalah dia orang yang sangat baik hati. Sangat menyenangkan saat mengobrol dengannya. Akupun dapat menjadi diriku sendiri saat bersama dengan dirinya. Aku dapat tertawa lepas. Aku dapat membicarakan masalahku tanpa rasa canggung sedikitpun. Di depan dirinya aku bisa menunjukkan kelemahan diriku. Tidak pernah ada orang yang mengenal Sherly yang lemah selain Luke. Lama kelamaan aku mulai jatuh cinta kepadanya. Tapi perasaanku inipun hanya bertepuk sebelah tangan. Luke tidak pernah menganggapku lebih dari sekedar teman. Bahkan saat aku digosipkan 54
60 Menit Terakhir - Nikita Natassa dengan seorang kakak kelas saat aku duduk di bangku kelas 1 SMA, Luke malah mendukung hubunganku dengan Kak Yu. Saat aku berusaha menghapus kesalahpahaman itu dengan memberikan Luke cokelat pada hari valentine, dia mengatakan bahwa seharusnya aku memberikan cokelat tersebut kepada Kak Yu. Tanpa terasa mataku mulai basah mengingat hal tersebut. Cepat cepat aku menyeka air mataku dengan tangan. Sudah tidak berguna menangis lagi. Sekarang semuanya sudah terlambat. Bahkan Luke tidak merasa sedih saat kukatakan aku akan kuliah di luar negeri. Aku benci Luke. Tapi aku lebih membenci diriku sendiri. Mengapa aku tidak berani untuk jujur? Mengapa aku tidak berani mengatakan bahwa orang yang kusukai sesungguhnya adalah Luke? (Luke) Setelah menerima piagam bertuliskan “Luke Alexander” dari kepala sekolah, aku bergegas turun dari panggung. Sambil mencuri pandang ke arah seorang perempuan berambut ombak yang menggunakan bando berwarna cokelat. Seorang perempuan yang terlalu cantik. Perempuan yang terlalu sempurna sampai aku membenci kesempurnaannya itu yang memberikannya beasiswa ke luar negeri. Seorang perempuan yang membuatku membenci hari kelulusan ini. Tepat 1 jam lagi. Pada saat jarum jam menunjukkan pukul 13.00, maka itu akan menjadi saat terakhir aku dapat menatap wajah perempuan yang sudah kukenal sejak masa SMP ini. Seorang perempuan yang hatinya tidak berhasil kudapatkan. Perempuan itu adalah Sherly. Pertama aku mengenalnya ia adalah perempuan yang sangat hebat. Terlalu hebat. Kepintarannya ditambah dengan kecantikkannya itu menjadikannya perempuan yang sempurna. Pribadinya sangat kuat, ia selalu tampil ceria di depan semua orang. Dalam aspek apapun ia sangatlah sempurna sampai aku berpikir dia seperti robot. Itulah anggapanku terhadap Sherly sampai aku melihat sisi lain dari dirinya.
55
60 Menit Terakhir - Nikita Natassa Hari itu aku melihat Sherly duduk di sudut sekolah yang sangat jarang dilalui para siswa. Dirinya pada saat itu sangatlah berbeda dari Sherly yang biasanya selalu dikagumi semua orang. Yang kulihat adalah tetesan air mata yang jatuh satu demi satu ke pangkuan tangannya. Namun saat aku memberanikan diri untuk menyapanya, yang kulihat adalah senyumnya yang ceria. Sherly benar - benar seorang perempuan yang tidak mau menunjukkan kelemahannya pada siapapun. Dan saat itulah aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan menjadi kekuatan bagi dirinya. Aku jatuh cinta padanya. Namun 5 tahun sudah berlalu dan aku tak pernah lebih dari sekedar teman baginya. Aku tidak pernah berani menyatakan perasaanku karena Sherly menyukai kakak kelas yang juga sangat sempurna dan sangat pantas untuk dirinya. Aku memutuskan untuk berusaha melupakan dirinya dan hanya mendoakan kebahagiaan Sherly dengan orang yang disukainya. Cokelat yang Sherly siapkan untukku sebagai tanda pertemanan pun tidak kuterima karena aku takut akan semakin menyukainya. Namun saat ini, aku terduduk di kursi dingin ini memikirkan 60 menit lagi, aku tidak akan pernah bertemu dengannya lagi. Kalau saja aku berani menyatakan perasaanku, apakah semuanya akan berbeda ?
~§~
56
Pelangi - Michelle Layanto
Pelangi Michelle Layanto Juli 2009 Aku merasa ada yang salah. Tidak seharusnya aku disini. Seharusnya aku bersekolah di sekolah luar biasa (SLB) untuk tuna rungu. Tidak ada tempat bagiku di tengah anak-anak normal. Tidak, yang salah adalah diriku. Sekilas tidak ada yang salah, aku bisa melihat, aku bisa berbicara, aku bisa berjalan. Tapi yang salah adalah aku tidak bisa mendengar, alias tuli, alias tuna rungu. Aku pun hanya bertampang pas-pasan dengan wajah dipenuhi jerawat. Aku hanya menjadi “penumpang” di kelas. Sekarang ini, sifat dan prestasi adalah nomor sekian, fisik adalah nomor 1. Kesalahanku adalah keberadaan diriku. September 2009 Aku masih ingat saat kau memperkenalkan diri padaku di awal tahun ajaran, Albert, itulah namamu. Kamu menjabat tanganku dan mengajakku bicara seakan aku adalah anak normal, bukan anak cacat. Kamu tidak pernah menganggap diriku berbeda. Berkatmu, aku mulai menyukai keberadaan diriku. Oktober 2009 Anak-anak cowok di kelasku ini sungguh menyebalkan. Mereka pikir aku tidak bias mendengar mereka? Lewat sudut mataku aku bisa melihat mereka sedang memanggil-manggil namaku sambil tertawa-tawa, yang tentu saja tak pernah ku tanggapi. Salah satu dari mereka berkata “Bego! Mana dia denger!” Kemudian aku melihatmu membentak mereka dan berkata “Jangan ganggu dia!”
57
Pelangi - Michelle Layanto Sungguh, aku sangat kaget melihatmu membentak mereka. Kau tahu ini akan membuatmu menjadi bahan ejekan mereka, tapi kau tidak peduli. Tahukah kau, hatiku terasa hangat berkatmu? November 2009 “Agnes, berani bukanlah berarti tidak pernah merasa takut, berani adalah merasa takut tapi tidak lari melainkan menghadapinya. Jangan biarkan kehidupan menguasaimu, tapi kaulah yang harus menguasai kehidupanmu,” katamu menguatkanku sewaktu aku bercerita padamu mengenai ketakuanku akan hidupku. Di lain waktu kamu berkata, “Hidup itu seperti pelangi, pelangi terdiri dari berbagai macam warna, begitupun dengan hidup kita. Ada waktu untuk sedih dan ada waktu untuk senang.” Kau benar, hidupku tidak hanya bewarna hitam putih, hidupku penuh dengan warnawarna yang indah seperti pelangi. Desember 2009 Hatiku hancur mendengar kabar itu. Aku mendengarnya dari wali kelas kita pagi ini. Kau pindah ke Amerika. Kau tidak mengatakannya langsung padaku. Kau tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Kenapa di saat kau menjadi orang yang begitu penting dalam hidupku, kau meninggalkanku pergi? Dalam benakku tergiang katakata terakhirmu saat kita terakhir bertemu, “Jangan pernah takut, hadapilah tantangan hidupmu dengan berani, percayalah, kau pasti bisa. Kau bukanlah orang cacat, kau adalah seseorang yang hebat.” Kurasa, itulah pesan terakhirmu untukku. Tapi, apapun alasanmu pergi, aku akan menunggumu, dan ketika kau kembali, aku akan menunjukkan diriku yang baru, diriku yang sudah berubah. Agustus 2010 Berkatmu, hidupku benar-benar berubah menjadi warna-warni. Aku mulai percaya diri. Aku berusaha bergaul dan mempunyai banyak teman. Aku berusaha mengatasi kekuranganku dengan belajar keras dan berhasil meraih peringkat 10 besar di kelas, bahkan aku berhasil 58
Pelangi - Michelle Layanto masuk universitas unggulan melalui jalur prestasi. Tapi ternyata rencanaku untuk mengejutkanmu hancur berantakan. Aku sungguh tidak menyangka aku harus bertemu kembali denganmu saat kau terbaring di dalam tanah. Kenapa kau tidak pernah bilang padaku bahwa kau pergi ke Amerika untuk menjalani operasi kanker? Ya, operasi itu berhasil membuatmu bertahan selama 6 bulan, tapi akhirnya kau harus menyerah. Tapi aku bisa mengerti alasanmu, kamu tidak ingin membuatku sedih. Padahal, apakah kamu tahu? Aku akan jauh lebih sedih karena aku tidak bisa ada di sampingmu saat kau membutuhkanku. Aku menutup jurnal bewarna biru itu dengan senyuman. Meski kau sudah tiada, kau akan selalu berada dalam kenanganku, kau orang yang berjasa membawa perubahan dan warna dalam hidupku. Hidupku masih belum selesai dan masih terus berlanjut. Aku menghadapi kekurangan dan ketakutan hidupku dengan berani dan aku berhasil menaklukannya. Aku akan terus mempertahankan rasa ini dan menjejakkan kakiku ke kehidupan masa depan yang menungguku.
~§~
59
Mentari - Pingkan Rachel
Mentari Pingkan Rachel
Jam sudah menunjukan pukul 04:30. Ah sudah waktunya untuk bangun, melihat sekeliling kamarku yang gelap dan sepi membuatku merasa lemas dan tidak mau bergerak. Sinar matahari belum sampai menyentuh kulitku. Untuk apa aku bangun? Bila tidak ada sinar mentari pagi yang hangat penuh kasih sayang menyambutku? Tapi aku memaksakan diriku untuk bangun dan menguatkan otot-otot ku. Terasa hawa dingin menusuk menari di tulangku. Membuat bulu romaku berdiri dan sedikit gemetar. Ternyata AC belum kumatikan. Saat aku turun kebawah yang kulihat hanya kegelapan dan kesunyian. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan. Yang bisa kudengar hanya suara geraman kecil yang membuatku tambah merinding. Ternyata itu hanya suara anjing kecil ku yang terbangun dari tidurnya. Seiring berjalannya detikan waktu, matahari sudah mulai terlihat seiring dengan kehangatannya. Dan sudah ada tanda-tanda kehidupan. Yang hanya kupikirkan saat ini adalah masa depanku. Aku masih bingung dengan jalan apa yang akan kuambil untuk kedepan. Jalan yang membuatku hidup sukses dan tenteram. Banyak orang salah mengambil jalan yang salah dan mereka tidak dapat menikmati hidup karena kesusahan, penderitaan dan cobaan menyerang. Keberanian dalam diriku tidak banyak dan aku takut salah dalam memilih. Apa aku berani untuk bisa menjalani hidup dengan ketakutan ini? Apa aku bisa menyingkirkannya? Sering kurasa jiwaku melayang entah kemana, dan susah untuk mengembalikannya. Apa yang kulakukan secara jasmani berbeda 60
Mentari - Pingkan Rachel dengan kerohanianku. Seringkali aku berpikir yang tidak masuk akal, berbeda dengan yang lain. Aku menduga bahwa pikiranku telah memanipulasi jiwaku. Orang berpikir aku tidak punya masalah atau kekhawatiran dalam hidup. Mereka tidak tahu apa yang ada didalam hatiku dan pikiranku. Perjuanganku melawan ketakutan ini sangatlah berat. Tak kusangka hanya dengan memikirkan hal ini, matahari sudah tepat berada diatas kepalaku. Aku hanya terbengong-bengong memikirkan hal ini. Dengan semua aktivitas yang kulakukan, Tuhan masih mengijinkanku untuk melihat matahari terbenam, dan aku terpaku melihat atap rumah tampak berkilau gelap dipenuhi cahaya matahari senja. Suara ibuku terdengar ditelingaku, memberitahu bahwa sudah saatnya aku untuk makan, mengisi energi dan semangat untuk aku melanjutkan kegiatanku tanpa pancaran kehangatan matahari. Kutatap langit keatas dan yang bisa kulihat hanya kelam kelabu langit yang tiada batasnya. Hawa dingin terasa lebih menusuk daripada waktu pagi hari. Satu-satunya cahaya alam yang ada hanyalah cahaya bulan diramaikan oleh cahaya bintang berkilau-kilau menemani kesendirian bulan. Malam hari terasa berbeda dengan siang hari, kesunyian lebih kuat dan ketenangan yang lebih mendalam membuatku merasa lebih damai dan lebih nyaman. Pikiranku mulai bermain lagi, kubayangkan hal yang aneh dan tidak masuk akal. Memikirkan hal itu membuatku bertambah merinding dan menjauhkan ku dari perasaan tenang dan nyaman. Kuhabiskan sisa kari ini dengan bermain alunan musik tenang dan lagu yang lembut dan ditemani segelas cokelat panas untuk memberiku sedikit kehangatan. Tak kusadari tetesan air mengalir dari mataku, membasahi pipiku dan mulutku. Perasaan ku menyerap dengan dalam makna dari permainan musikku yang sedih mengingat masa depanku yang tidak tentu. Setiap air mata yang jatuh mengandung makna yang dalam atas kepedihan seseorang yang tiak bisa diungkapkan. Malam sudah sangat larut, aku kembali kekamarku dan menunggu
61
Mentari - Pingkan Rachel pergantian hari. Aku duduk dengan tenang dan aku tuang kembali pengalamanku hari ini kedalam memoriku yang paling dalam. Ku kunci ingatan ini agar aku bisa menceritakannya kepada orang yang bisa kupercaya dan kusayang. Serasa waktu berjalan cepat aku mulai menutup mataku perlahan dalam kegelapan, bersiap untuk menyambut kembali mentari pagi yang juga sudah menungguku sejak saat ia terbenam.
~§~
62
Don’t Go Dad, Don’t Go Mom - Marcel
Don’t Go Dad, Don’t Go Mom Marcel Rico, bocah bermata sipit yang selalu tersenyum. Senyuman yang memancarkan kebahagian. Senyuman yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Rico menatap foto keluarganya yang terpajang di ruang tamu. Keluarga kecil yang beranggotakan kedua orang tuanya dan dirinya. Dari luar rumah terdengar suara klakson mobil yang sudah dihafalnya. Tanpa menunggu aba-aba, rico langsung berlari untuk membukakan pintu pagar rumah untuk ayahnya. Rico selalu bangga dengan sosok ayahnya. Baginya, ayah adalah sosok pahlawan yang tidak ada saingannya termasuk superman si tokoh kartun favoritnya. Setelah berhasil memarkir mobilnya di garasi, ayah rico langsung keluar dan menggendong Rico. Tidak ketinggalan sebuah kecupan hangat mendarat di pipi putih Rico. “Mama di mana?” tanya ayah. “Lagi macak di dapul,” jawab rico polos. “Oww... Kok kamu belum bobo? Besokkan harus sekolah?” “Aku nunggu papa. Ngga mau bobo kalo papa belom pulang!” Sebuah kecupan kembali mendarat di pipi rico. “Papa... Rico sayang papa!” “Papa juga sayang kamu. Jadi rico ngga boleh nakal.” “Okelah kalo begitu!” ucap Rico. Mendengar jawaban anak satu-satunya Daniel langsung mencubit mesra hidung rico. Ibu Inggrid menatap Rico yang sedang asyik mengerjakan tugasnya di kelas. Dengan langkah yang pelan di hampirinya. ”Rico, sekarang kamu bisa pulang!” Rico menatap wali kelasnya. Sebuah kebingungan besar bersarang di kepalanya. “Pulang? Tapikan belum waktunya pulang,bu?” “Ayah kamu di rawat di rumah sakit!” ucap Ibu Inggrid
63
Don’t Go Dad, Don’t Go Mom - Marcel pelan. “Papa sakit? Tapi tadi pagi masih sehat!” “Saat dalam perjalanan pergi kerja tadi, ayahmu mengalami kecelakan,” kata ibu Ingrid “lalu bagaimana keadaan papa sekalang?” “Papamu keadaanya sedang koma” jawab ibu Ingrid. Rico pun langsung lemas dan wajahnya berubah pucat sehingga menutupi wajah yang selalu riang setelah mendengar perkataan ibu Ingrid. “Sekarang kamu pergi ke tempat mamamu, yang sedang menunggu di luar gerbang dan ibu harap papamu lekas sembuh ya” ucap bu Ingrid. Rico pun bergegas membereskan alat tulisnya dan berlari menuju luar gerbang. Sesampainya di rumah sakit mama menanyakan ruang tempat suaminya di operasi dan segera memasuki ruang UGD. Tapi saat akan masuk ruang UGD mereka di tahan oleh suster yang berjaga di sana dengan alasan untuk kebersihan. Tapi mama bersikeras untuk masuk. “Saya ingin melihat keadaan suami saya” sambil berteriak dan mejulurkan tangannya ke depan yang badanya di tahan oleh suster. Akhirnya mama mulai menenangkan diri dan menunggu di ruang tunggu. Setelah 3 jam berlalu dokter keluar dari ruang operasi. “Bagaimana keadaan suami saya dok?” Tanya mama. “Maaf bu kami telah berusaha sebaik mungkin” jawab dokter. Setelah mendengar kabar tersebut, badan mama terasa lemas hingga kakinya tergeletak lemas di lantai. Air mata mulai turun dari mata ibu yang memancarkan kelemah lembutan seorang ibu. Melihat ibunya memanggis Rico pun menangis. “Bagaimana keadaan papa ma?” Kata Rico. Mamanya tidak menjawab dan hanya memeluk Rico erat-erat. Beberapa bulan kemudian setelah kepergian ayahnya, Rico dan mamanya tinggal di sebuah gubuk tua yang berlapiskan seng dan atapnya hampir rubuh. Seluruh harta mereka yang kemarin sudah dijual untuk membayar hutang-hutang perusahaan ayahnya. Sekarang ibunya bekerja sebagai pedagang kue-kue kering. Sekolah Ricopun putus di tengah jalan karena ibunya tidak sangup untuk menyekolahkannya. saat subuh mama sudah bersiap untuk kerja. Keranjang berwarna merah yang berisi jualannya, dengan di tutupi oleh selembar kain. Dari subuh hingga menjelang malam uang yang terkumpul hanya 10rb. Cukup untuk satu hari makan. 64
Don’t Go Dad, Don’t Go Mom - Marcel Kadang jika dagangan tidak laku mereka hanya makan dari sisa penjualan kue itu. Saat ia sedang berkeliling menjual dagangannya ia melewati rumah yang pernah mereka tinggali yang berisi kenangankenangan bersama dengan ayahnya. Rico heran melihat mamanya yang berhenti berjalan, dengan mata yang berkaca-kaca. “Kenapa berhenti ma?” Tanya rico. “Tidak apa-apa kok” jawab mama sambil mengahapus air mata yang akan turun dari matanya. “Mari lanjutkan berjualannya” ucap mama 6 bulan kemudian mama mulai jatuh sakit. Sehingga Rico bekerja sendiri. Rico bekerja sebagai tukang koran pada pagi hari dan tukang semir sepatu pasa siang hari. Hari demi hari, penyakit mama semakin parah. Mama tidak pernah ke rumah sakit karena tidak mau menyusahkan Rico. Biarpun di paksa mama tetap tidak mau. Suatu saat pada Rico sedang bekerja mamanya berdoa kepada Tuhan. Ricopun pulang, ia heran melihat ibunya yang di sisi tempat tidur dan sedang berlutut dengan tangan di lipat. Setelah melihat ibunya selesai, ia bertanya ,”ibu sedang apa tadi?”. “Ibu sedang berdoa.” “Berdoa itu apa ma?” Tanyanya “Berdoa itu berbicara kepada Tuhan” “Emangnya buat apa kita berdoa?” “Agar kita di beri ketentraman, kesembuhan dan keberanian menghadapi sesuatu.” “Rico pengen berdoa juga ah, biar Rico makin berani dan mama biar sembuh” ucap Rico sambil tersenyum. “Rico, mama boleh bersatu dengan papa tidak?” Sambil mengengam tangan mungil Rico. “Tentu saja boleh ma”. Mamapun tersenyum mendegar jawabannya. “Emang bagaimana caranya ma biar bersatu lagi? Bukannya papa....”
65
Don’t Go Dad, Don’t Go Mom - Marcel Kata-kata rico terpotong karena tangan mamanya mulai melepaskan tangan Rico dan mulai memejamkan matanya. “Mama ngantuk ya? Mama jangan tidur dulu, Rico mau cerita sama mama” “mama bangun ma” ucap Rico sambil merengek. “Mama” kata Rico. Rico mulai menanggis. Air matanya menetes di pipi ibunya. “Bangun ma, kalo mama pergi nanti Rico sendirian” “MAMA” teriak Rico.
66
Liburan Musim Dingin di Rumah Nenek - Novelia Dharmawan
Liburan Musim Dingin di Rumah Nenek Novelia Dharmawan
Aku terbangun dari tidur lelapku yang panjang, aku melirik ke arah dinding berwarna cream tua dan melihat sekeliling ruangan. Lampu tidur berwarna merah hati di atas meja kayu tepat di sebelah tempat tidur berwarna coklat muda. Kumpulan dongeng-dongeng kecilku bersama nenek di sisi ruangan.Sebuah kamar mandi berlantai keramik putih di sisi kanan ruangan. Dan lemari baju besar yang terbuat dari kayu jati di sebelah kamar mandi. Kamar ini memang khusus didesain untukku oleh nenek dengan aksen tua dan tradisional. Desain kamar ini memang cocok untuk daerah yang beriklim dingin. Liburan musim dingin kali ini akan kuhabiskan di rumah nenekku. Ayah dan ibuku berlibur ke luar negri, mereka ingin mengunjungi kakek dan keluarganya di London. Aku tidak ingin ikut mereka dan ingin menghabiskan waktu liburanku di tempat memori-memori masa kecilku terukir. Di depan rumah nenek terdapat sebuah danau kecil yang sangat indah, danau Swannie yang membeku. Di belakang rumah nenek terdapat hutan yang sangat lebat, sejak kecil aku bertanya-tanya pada diriku dimana ujung dari hutan lebat itu. Dan dibalik hutan itu dapat terlihat sebuah gunung es yang menjulang tinggi.Itu menambah rasa penasaranku saat ini, aku hanyalah perempuan kecil yang penakut. Tapi nenek selalu memperingatkan aku untuk tidak mencoba masuk ke dalam hutan lebat itu. Aku meminta ijin kepada nenek untuk bermain di halaman luar rumah dekat danau Swannie sehabis jam makan siang. Sehabis makan siang aku mengenakan sweater merah
67
Liburan Musim Dingin di Rumah Nenek - Novelia Dharmawan mudaku dan sepatu boots kulit milikku. Lalu aku berlari keluar rumah dan bermain di luar halaman rumah, aku kembali menatap hutan yang entah di mana ujungnya. “Sungguh hutan yang sangat besar dan lebat!” Di daerah ini hanya terdapat sedikit rumah warga. Karena terletak di daerah terpencil, suasana di sini sangat sepi dan damai. Rasa penasaranku semakin tak terbendung lagi, ”Yup!Aku harus BERANI!” Akhirnya aku memasuki hutan ini, aku melangkah cukup jauh ke dalam hutan. “Wow! Oh my God! this is so amazing!I’ve never seen something like this before!” Aku baru pernah melihat keindahan hutan yang tertutup salju putih ini, sungguh indah. Setelah berjalan cukup jauh, aku mulai merasa kedinginan sekarang! Aku meneruskan langkahku, dan beberapa saat kemudian aku melihat sebuah pondok kecil di sisi hutan. Aku berjalan mendekati pondok itu dan mencoba mengetuk pintunya. Tapi tidak ada jawaban, aku mencoba masuk dan melihat kedalamnya. Sepertinya sudah lama pondok ini tak berpenghuni, aku melihat banyak jaring laba-laba di sudut pondok, meja kayu reot yang sudah lapuk, aku melihat sebuah boneka teddy usang terjatuh di dekat tumpukan kayu-kayu. Aku memungutnya dan mengambilnya, setelah itu aku bergegas keluar dari pondok reot itu. Sejenak aku tersadar, aku sudah berjalan sangat jauh ke dalam hutan. “Di mana aku sekarang?Aku takut...” aku mencoba menenangkan diriku sendiri “Aku harus BERANI!” Tetapi aku sungguh merasa ketakutan dan sekujur tubuhku mulai menggigil kedinginan karena hujan salju ini. Aku sadar bahwa sebentar lagi hari akan menjadi gelap, sambil memeluk erat teddy bear yang tadi kupungut aku terus melangkah ke arah pulang, aku terus melangkah tetapi tidak terlihat juga rumah nenek. Aku mulai menangis mataku terasa panas, aku memeluk teddy dengan erat. Dari kejauhan kulihat sosok 2 orang laki-laki tua, siluetnya terlihat samar-samar dan gelap dimataku. Siluet itu semakin dekat kearahku, aku sangat takut dan memeluk teddy dengan kencang. ”Nak,astaga! Kau menggigil, mari pulang nenekmu sudah khawatir mencarimu sejak sore tadi, ”kata paman itu. ”Betul, nenekmu menyuruh kami untuk mencarimu kedalam hutan. Benar perkiraannya kau akan masuk kedalam hutan ini, ”tambah paman yang satunya. 68
Liburan Musim Dingin di Rumah Nenek - Novelia Dharmawan Akhirnya aku sampai dirumah nenek dan memeluk nenek dengan erat.”Nek maafkan aku,aku sayang nenek!” “Ia sayang,tenang kau sudah aman.” Jawab nenek lembut. Aku tertidur karena sangking lelahnya dan bermimpi indah malam itu. ~§~
69
Akhir Sebuah Mahakarya - Gabriel Enrico Adiputra
Akhir Sebuah Mahakarya Gabriel Enrico Adiputra “Berani itu adalah sebuah hak, bukan kewajiban” Pagi itu... Aku terbangun dari tidur ku yang hanya sebentar. Kulihat, jam diBlackberryku sudah menunjuk pukul ‘06.40’ pagi, seperti Sabtu pagi biasa. Aku masih bermalas-malas an di tempat tidur. Tiba-tiba, “kringg” Blackberryku berdering keras. “Apa sih ganggu aja pagi-pagi udah mengusik liburan-ku” keluhku dalam hati. Kulihat banyak sekali missedcall, seorang teman berusaha menghubungiku. Aku bingung, berusaha mengingat kalau-kalau ada sesuatu yang ingin disampaikan. BAGAIMANA MUNGKIN!...... Aku lupa kalo hari ini ada workshop penulis, padahal.. itu adalah salah satu moment terpenting dalam hidupku sebagai penulis amatir. Aku panik bukan main, kuintip jam di Blackberryku, SUDAH PUKUL 06.55 pagi dan aku belum siap. “Aku ga mau telat!”. Sesegera mungkin, kubilas wajahku yang masih mengantuk. Tanpa mandi, aku bergegas berlari dari kamar kos-kos an yang kutempati. Bak pembalap kelas dunia, kutunggangi motor butut ku. Aku sampai! Dan aku terlambat. Berulang kali ku renungan, “Aku masuk atau tidak”. Aku pun memberanikan diriku yang linglung ini, untuk masuk. Aku mencoba tersenyum. Mengeluarkan senyuman mautku yang kata orang sangat manis. Ternyata senjata ampuh tersebut meluluhkan api amarah kakak panitia yang sudah siap dengan katakata pedasnya. Tak kusangka, kakak panitia itu mempersilahkanku masuk. Tak kusia-siakan kemurahan hati dari kakak panitia yang mengizinkanku masuk ke ruangan. Aku tidak pernah menyangka workshop yang aku ikuti ini menambah ilmu. Lebih dari itu, sebuah pengalaman berharga terekam indah di memoriku. Sebuah batu 70
Akhir Sebuah Mahakarya - Gabriel Enrico Adiputra loncatan untukku menjadi seorang penulis. Penulis yang menghasilkan maha karya yang di baca jutaan pembaca. Aku pun mulai menulis. Aku bertekad untuk itu. “AKU HARUS BERANI!”, Mengalahkan semua rasa takut untuk menjadi seorang penulis. “Sekarang atau tidak sama sekali!” Teriak batinku membakar otak, untuk menemukan sebuah kalimat awal yang akan menjadi kalimat pertama untuk cerpenku. Sebuah tema sudah terbayang didalam kepalaku, namun.... Aku tak tahu kalimat apa yang akan ku gunakan untuk mengawali langkahku. “Langkah pertama adalah awal sebuah perjalanan besar”. Langkah pertama adalah hal yang tersulit untukku, kembali kurenungkan tekadku untuk menyelesaikan perjalanan besar itu! “Aku akan menaklukan hati sejuta pembaca”. Mimpi yang besar, dan Aku akan mengimbanginya dengan niat yang besar pula. Tapi... Tak sedikitpun ide masuk ke otakku. “Arrgghh! Kepalaku mau pecah” Semakin ku mencoba berkonsentrasi, semakin konsentrasiku pecah. Inspirasiku sudah buntu. Tidak ada satu ide pun yang nonggol di otakku. Entah sudah berapa kali aku menatap jam di Blackberryku. Malam semakin larut, namun... Semakin aku mencoba untuk merangkai kata, yang ada hanya suara gema kendaraan yang berlalu-lalang ditambah suara hujan rintikrintik. Kucoba untuk memulai dari hal yang paling mudah. Sebuah kalimat kutuliskan untuk menggambarkan kondisi malam itu. Sebuah kalimat awal dari karya tulis ku itu. Aku terus menulis dan berfikir, merangkai kata-kata indah. Entah berapa menit, berapa jam atau berapa hari yang kuhabiskan. Di depan meja kerjaku. Rasanya, lapar dan kantukku sudah lenyap. Aku mencoba menyelesaikan akhir dari maha karyaku. Aku menatap tulisan yang masih rampung tanpa akhir di kertas yang berceceran di mejaku. Berhari-hari aku membuatnya, tanpa makan minum. Dengan penuh perjuangan. Bagiku itu adalah tulisan terbaik
71
Akhir Sebuah Mahakarya - Gabriel Enrico Adiputra yang pernah ku buat. Tapi aku tidak pernah bisa menyelesaikannya. Aku duduk terpaku membaca tulisanku untuk yang ke-sekian kalinya. Aku mencoba untuk menyentuh kertas tersebut. Tapi sia-sia! seperti menangkap angin. Aku baru sadar ternyata, jiwa dan ragaku sudah terpisah... “Disaat kamu berani untuk memulai sebuah tulisan, selesaikanlah! Atau mungkin kamu tak akan punya waktu untuk itu”
~§~
72
Satu Senyum Terakhir - Dona Saraswati
Satu Senyum Terakhir Dona Saraswati
Sudah berjam-jam aku duduk di bangku taman, sambil membaca sebuah cerita, karya temanku. Ketika aku sudah lelah, aku berhenti membaca. Lalu, ku pandangi wanita yang duduk di sampingku yang baru saja selesai membetulkan tali sepatunya. Ia balas menatapku bingung, namun tetap tersenyum padaku. Itu… senyum yang sangat indah. Sayangnya belum lama aku menatapnya, wanita itu hendak pergi. Untung, aku sempat menahannya dengan memegang tangannya. Aku menanyakan namanya dan ia menjawab sambil tersenyum,“Claresta.” Lalu aku melepas genggamanku dan membiarkannya pergi. Aku terdiam memandangi wanita itu sampai dia sudah pergi jauh. Aku kembali duduk dan membaca cerita milik Jansen. Sementara, bayangan wanita itu terus menghantui pikiranku. Hingga tak diduga, aku sudah tiba pada halaman 18 yang menyadarkan aku bahwa ada kemiripan antara cerita itu dengan apa yang aku alami dan aku rasakan hari ini. Mengejutkan, karena memang mirip sekali antara diriku dengan tokoh utama pria dalam cerita itu. Ah, mungkin itu kebetulan saja. Tapi… aneh ketika hampir setengah dari keseluruhan karyanya benar - benar mirip. Seiring semakin jauh aku membaca cerita itu, aku juga semakin dekat dengan Claresta. Berawal dari seringnya kami bertemu di taman itu, sekarang aku lebih mengenal Claresta. Aku bahkan pernah datang ke rumahnya secara diam-diam. Saat itu, pertama kalinya aku melihat tindakan kasar yang dilakukan ayah Claresta. Untuk hari ini, aku mengajak Claresta ke danau yang letaknya tidak
73
Satu Senyum Terakhir - Dona Saraswati jauh dari taman. Kami duduk di rerumputan, di pinggir danau, sambil memainkan gitar dan bernyanyi. Lalu, aku mengambil beberapa kertas dan pulpen untuk menulis. “Sekarang tulis mengenai apa yang kamu rasakan saat ini atau apapun yang ingin kamu katakan padaku!”pintaku sambil memberikan selembar kertas dan sebuah pulpen padanya. Aku berkata pada Claresta sambil menunjukkan cerita Jansen padanya,”Ini adalah cerita yang dibuat sahabatku. Anehnya, apa yang dirasakan dan dialami tokoh utama pria dalam cerita ini, mirip dengan apa yang aku alami dan aku rasakan. Makanya, aku mau menunjukkan apa yang aku rasakan dengan memperlihatkan apa yang tertulis dalam cerita ini.” Aku berdiri sambil membuka salah satu halaman. Claresta berhenti menulis, lalu mendekat padaku untuk membaca halaman itu. Saat aku mulai tidak bisa berhenti memikirkan kamu, aku tahu aku mulai merasakan sesuatu. Sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata, tapi aku tahu namanya. Itu adalah sesuatu yang selalu aku berikan untukmu, seperti senyum yang selalu kamu berikan padaku. Iya, itu adalah cinta. Aku jatuh cinta pada wanita yang berdiri di depanku sekarang. Setelah membaca halaman itu, Claresta melihatku sambil tersenyum. Ia kembali menulis, lalu menunjukkannya padaku. Aku bertemu seseorang yang selalu membuatku tersenyum. Saat dia berada di sampingku, dia membuat hidupku terasa damai. Dia membuatku jatuh cinta padanya. Dia adalah laki-laki yang berdiri di depanku sekarang dan baru saja mengatakan bahwa dia mencintaiku. Aku sangat bahagia, kemudian aku memeluknya sangat erat sambil berkata,”Aku sangat bahagia. Aku sangat mencintai kamu”
74
Satu Senyum Terakhir - Dona Saraswati Kemudian, hari - hariku dipenuhi senyum… Satu bulan pun dilalui. Hari ini aku datang ke rumah Claresta. Dengan berani, aku masuk melalui jendela, menuju ke kamarnya, yang sebenarnya adalah gudang, berharap tidak diketahui ayahnya. Claresta menyuruhku pergi, sebab ayahnya akan datang. Tapi, aku tidak mau. Pintu terbuka. Ayah Claresta datang bersama 3 anak buahnya. Ayah Claresta nampak tidak suka dengan kehadiranku. Dua anak buahnya mendekat dan kemudian memukuliku. Aku melihat Claresta berusaha menghentikan dua orang itu, tapi seorang anak buah yang lain menahannya. Sementara itu, aku terus dipukuli hingga jatuh. Aku tak berdaya saat melihat anak buah ayah Claresta itu memukuli Claresta. Claresta juga terjatuh, di hadapanku, berlumuran darah seperti aku. Lalu, kudengar ayah Claresta dan anak buahnya keluar dari gudang. Maka, aku berusaha untuk semakin dekat dengan Claresta. Ku genggam tangannya dengan sangat erat. “Aku… Aku sudah selesai baca… cerita Kisah Sang Romeo. Akhirnya… mengejutkan… Romeo meninggal bersama dengan Alizia. Dan yang terakhir ia lihat adalah… apa yang ia lihat pertama kali, yang membuat Romeo sangat mencintainya… yaitu senyum Alizia,”perlahan aku menceritakan bagian akhir cerita yang dibuat Jansen. Claresta tersenyum. Kemudian dengan perlahan, Claresta menutup matanya. Dan aku pun juga sudah tidak kuat lagi. Aku menutup kedua mataku dan menghembuskan nafas terakhirku sambil tetap menggenggam tangannya.
~§~
75
My Diary and My World - Cindy Hermawan
My Diary and My World Cindy Hermawan
23/01/2011 Dear Diary Hi World . I want to tell you about today …. Hari ini hari Minggu .Yahh seperti biasa gua pergi ke wihara dan masuk ke sekolah minggu . Hari ini membahas tentang menghormati orang tua . Tadi guru sekolah Minggu gua sempet nanya napa kita harus menghormati orang yang lebih tua ??Dan gua spontan nunjuk jari terus berdiri dengan PD gua jawab aja karena orang tua yang menjaga kita , merawat kita dan melindungi kita .Guru gua pun bilang iya ...Boleh gak si kita hormatin orang lain selain orang tua kita?Guru gua nanya lagi .Temen gua , Cynthia langsung berkata iya . Karena kita juga menganggap orang lain juga mama dan papa kita . Gua nulis potongan potongan kalimat ini karena kalimat ini buat gua sadar kalo gak cuma orang tua kita doang yang harus dihormatin tapi semua orang yang ada disekitar kita juga harus dihormatin seperti guru , saudara , teman , dll . Diary udah dulu ya .Gua mau istirahat niii kalo gak besok gua keleyengan lagi . Hehheee Byeee world and Good Night. Ramalan hari besok untuk CH : Happy Day Or Rainy Day ?
25/01/2011 76
My Diary and My World - Cindy Hermawan Dear Diary Hi World … I want to tell you about today Ahhh gila hari ini gua rasa pala gua bakal belah dua dah gara gara banyak ulangan yang buat gua stress besok .. ~(._.~) Apa lagi gua tadi habis les dan gua baru pulang jam 7 . Malah belom belajar lahi …==” Ahh males banget si … Rasanya besok gua pengen bolos dah tapi gua gak berani buat bolos ...Hmmm hari ini gua dapetin sebuah pelajaran buat berani tanggung jawab dengan apa yang uda kita lakuin . Hmmm . . .Nothing Special for Today .. Hmmmm.Diary udah dulu yaa . Kayaknya itu aja yang gua dapetin dari hari ini . Bye World . Ramalan hari besok untuk CH : Lucky Day ..
31/01/2011 Dear Diary Hi World … I want to tell you about today Tadi gua pergi makan rame rame sama Lisa , kak Tika , Agnes n Bella . Enak banget dah yang gua makan tadi ayam bakar coz . . Nyam nyam .. Apa lagi tadi pas Istirahat ke 2 gua uda makan . Makanan dari rumah buatan nyokap … Behhhh … Serba enak …Haha ..*promosi makanan nyokap Hari ini hari special buat gua meski sempet Bad mood gara gara salah print laporan biologi yang sempet buat gua GILA!!!! Terus nice banget dah gua masuk BP tadi .. ckck .. Gara gara poto copy laporan biologi pas pelajaran..Yahh apa boleh buat dah gua harus berani tanggung jawab dengan apa yang gua lakuin … Haaahh.. Diary udah dulu yaa . Pengen ngerjain PR bio nii… Bye World . Ramalan hari besok untuk CH : Happy Day .. ~§~
77
Outpouring of Heart About My Friends Who Have Gone Leave Me (diary)Bernadette Sonia
Outpouring of Heart About My Friends Who Have Gone Leave Me (diary) Bernadette Sonia “Hai guys! Gimana kabar kalian semua? Baik kan?” itu mungkin salah satu kata yang sering kita ucapkan kepada sahabat dan temanteman kita. Sahabat dan teman yang udah akrab banget dan sekarang menjauh. Gimana sih perasaan kamu? Sakit kan? Kecewa pasti IYA kan, rindu, kangen, dan berasa ADA YANG KURANG DALAM HIDUP KITA ini! YAAA itu jawaban yang sudah sangat PASTI! Karena sahabat yang dulu ada dalam hidup kita tiba-tiba hilang gak tau kemana. YA itu yang aku alamin sekarang. Emang sih menurut kalian itu BIASA. Dan kalian juga pasti berpikir “NANTI JUGA BALIK LAGI DAN BISA KUMPUL SAMA KAMU LAGI KOK SON!” tapi itu nggak semudah berbicara dan berpikir. SEMUA UDAH BERUBAH 360 DERAJAT. Yang tadi nya biasa kumpul bareng, ketawa-ketawa bareng, jalan bareng, nonton bareng, konfren bareng malem-malem, nyelesain masalah bareng, makan bareng, sekarang udah ga pernah lagi. Udah ga ada lagi yang nama nya kumpul, ketawa, jalan, nonton, konfren, makan bareng-bareng. UDAH udah ga pernah ada lagi semenjak aku “SMA”. Banyak yang bilang kalo SMA itu enak, dapet banyak temen, banyak pengalaman, lebih berani ambil resiko, lebih berani menentukan sikap, lebih berani segala-galanya, dan bakal happy-happy deh. 78
Outpouring of Heart About My Friends Who Have Gone Leave Me (diary)Bernadette Sonia
Tapi aku ngerasa itu semua GA ADA. SMA itu boring! Aku sama skali ga nemuin temen yang bisa sejalan sama pikiranku. Ga ada lagi yang bisa ngertiin aku, kecuali orangtuaku dan Steven. Semua pada jauh. Sedangkan yang lain pada kemana? Mereka sibuk sama urusan masing-masing, ga pernah kumpul lagi, ga pernah cerita-cerita. Kalau ketemu cuma diam membisu, ga ada sama skali kata-kata yang terlontar dari bibir. Aku selalu nunggu kalian dateng lagi dalam hidupku. Aku nunggu kalian bisa ada disampingku saat aku seneng. aku kangen kalian. Aku kangen SMP! Terlalu banyak kenangan yang aku simpan disana. Terlalu banyak peristiwa kebersamaan antara aku sama kalian. Kalian sadar ga? Ga kan? Pasti karena pengaruh temen baru kalian. Itu ga salah kok. Waktu akan terus berputar, berputar, dan berputar. Dan ada masa nya teman dan sahabat lama ditinggal dan diganti dengan yang baru. TAPI GAK BUAT AKU! Walaupun kalian sibuk dengan teman, sahabat, bahkan pacar baru, aku dan steven tetep nunggu kalian bareng-bareng lagi sama aku walaupun aku ga tau sampe kapan aku harus nunggu. Mungkin kalian ngerasa, ah Sonia lebay, ah Sonia aneh, ah apa sih Son nulis cerita kayak gini?! Ya aku cuma pengen kalian tau semua isi hatiku saat ini. Oke gue jujur, AKU KESEPIAAAN. SANGAT KESEPIAN! Dulu, ada Steven, Chatrin, Grace, Dito, Mia, Dennis, Martha, Gabby, Ricky, Alfin, Benny C, Bencil, dan teman-teman lainnya. Tapi skarang apa? Cuma ada 3 yang masih bener-bener care sama aku, yang bener-bener ngerti keadaan aku skarang. Cuma 3!! Bayangin kan aku kehilangan berapa sahabatku. Cuma ada Steven, Chatrin, Mia. Tapi ga papa kok. Aku yakin mereka bakal balik lagi. Bakal nemenin aku lagi. Aku udah cerita sama Steven, dia bilang “tunggu aja yaa, yang sabar, pasti mereka semua akan balik lagi ke kita. Pasti mereka akan kumpul bareng lagi, ketawa-ketawa dan becanda,
79
Outpouring of Heart About My Friends Who Have Gone Leave Me (diary)Bernadette Sonia
jangan sedih lagi, kita tunggu aja yaa” dan jawabanku “YAA, aku akan tunggu mereka datang lagi.” Tenang hanya sesaat tapi setelah itu? Perasaan ya kumpul lagi jadi satu. Berpikir antara mereka emang udah lupa, mau ngejauh, dan udah ga mau temenan lagi sama aku. Sebenernya aku mau beraniin diriku untuk ngomong sama kalian, tapi tiap kali bertemu pasti aja diam dan diam. Aku mau berani untuk sapa kalian, tapi aku takut. Aku inget kok semua kejadian yang pernah terjadi selama 3 tahun dulu. Aku juga inget semua kenangan kita bareng-bareng. Inget ga kita berani ga ngerjain PR fisika dari Pak Kun dulu? Inget ga kita berani ga bawa buku mat pas pelajaran Pak Edi? Inget juga ga kita berani nyontek bareng pas ulangan biologi? Masih banyak lagi hal yang dulu kita lakuin sama-sama. Tapi kalian semua inget ga ya? Pasti ga kan. Pasti kalian juga berpikir “Ah ngapain diinget itu mah udah basi, itu cuma masa lalu, sekarang juga bisa dilakuin lagi, ga usah diinget, skarang kan ada masa depan, pikirin aja masa depan masingmasing…….” YA itu adalah jawaban kalian. No problems, I hope someday you understand what I want. Aku mau beraniin diriku menulis buku tentang persahabatan kita, aku ingin perjalanan persahabatan kita jadi sebuah kenangan dan dapat dibaca terus dan dapat diingat. Aku mau beraniin diriku untuk ikut kegiatan writing will supaya bisa tau menulis buku gimana. Aku mau berbagi pengalaman persahabatanku dengan kalian kepada orang lain kalau Tuhan juga ngijinin. I hope someday our friendship so strong and not shaken again, I really love you guys……..
~§~
80
Sang Pemimpi (Bukan Andrea Hirata) - Yesica Yuliani
Sang Pemimpi (Bukan Andrea Hirata) Yesica Yuliani Hidup hanya sementara. Hari dapat kita hitung. Sementara detik tak lelah berputar. Tak ada waktu untuk berdiam sejenak. Beristirahat atau bersandar. Jika hari itu sudah dekat, hari disaat kita akan tertidur selamanya, tak pernah sedikit pun rela untuk melewatkan waktu .
Hari Pertama Sejuknya embun menemani hangat mentari pagi. Aku Melompat tinggi meraih awan putih. Menari ditengah pepohonan hijau. Bernyanyi bersama kicauan burung. Tertawa dengan bunga yang merekah mempesona. Terpikir sejenak dimanakah aku berada? Apakah ini surga? Bolehkah aku terus berada disini? Sesaat mencoba mengumpulkan kesadaran ku. Aku terduduk, melihat sekeliling . Tidak ada Awan putih tak bernoda, Angkasa yang biru menawan, Kicauan burung,ataupun sejuknya embun pagi. Aku masih berada diruang tidur yang selama 15 tahun aku tempati. Ternyata Tuhan belum mengizinkan aku tinggal disana, mimpi yang indah. Rasa terik sengat matahari menyilaukan mataku. Ingin rasanya aku kembali ke mimpi itu .Tapi aku tidak ingin melewatkan sedetikpun waktu. Aku memberanikan diri untuk memulai hari. Terbesit di pikiranku, Bisakah aku menempatkan mimpi itu menjadi kenyataan? Mungkin aku bisa merasakannya sekali lagi dalam dunia nyata. Mungkin saja nanti aku berkunjung ke taman indah penuh warna dengan kedua orangtuaku? Siapa yang tahu, bila kita belum mencoba?
81
Sang Pemimpi (Bukan Andrea Hirata) - Yesica Yuliani Hari Kedua Seorang pria. Dengan wajahnya yang tampan, nyaris tiada cacat, kulit putih yang seakan bersinar, dan senyum kecil yang manis. Sebuah Perawakan yang sempurna. Membuat aku merasakan getaran kecil di hati. Getaran itu semakin lama semakin kuat, memaksa ku untuk membuka mata. Kudapati ponsel ku yang terus bergetar, alarm membuatku harus menghentikan mimpiku yang nyaris membuatku tak ingin terbangun. Beberapa menit, aku masih terbuai dengan angan yang terhenti itu. Tunggu, mengapa aku harus menghentikan mimpiku? Mungkin aku bisa mengawali hari ini seperti mengatur dalam mimpiku. Sebuah referensi sederhana, berawal dari mimpi. Mungkin saja nanti aku akan menemukan pangeran seperti dalam mimpi ? Aku seorang wanita. Dan aku, masih berharap.Bukankah perasaan yang wajar?
Hari Ketiga Gelap. Hanya itu yang dapat ku ungkapkan. Semua hanya pandangan gelap, dan rasa dingin yang menghantuiku. Aku ingin terbangun dari segala mimpi ini. Aku mencoba mengalihkan seluruh pikiranku kearah yang indah. Aku mulai memutar segala memori dan berimajinasi, bermula dari kartun kesayangan ku, film komedi yang membuatku seperti orang gila, Permen Cokelat termanis yang pernah ku makan, Orangtuaku yang memelukku ketika aku kecil, bermain bersama teman terbaikku. Semua terasa menyenangkan. Hey! Aku bisa merancang mimpiku sendiri! Hingga akhirnya aku tiba di sebuah rumah yang hangat, semua orang yang pernah kutemui tersenyum menjabat tanganku. Apakah aku memenangi sebuah perlombaan? Atau Penghargaan? Aku melihat bidadari cantik tepat menghampiriku, aku bernyanyi dengan nya, sambil melambaikan tanganku kepada orang orang yang pernah kutemui. Kurasa ini mimpi terindahku. Tuhan, bolehkah aku untuk terus berada disini? 82
Sang Pemimpi (Bukan Andrea Hirata) - Yesica Yuliani Aku dapat merasakan senyum dari malaikat malaikat itu membuat pipiku panas dan memerah seakan menjawab pertanyaanku. Ya, Tuhan telah mengizinkan aku untuk terus berada disini, rumah dan segalanya yang indah. Aku hanya seorang gadis berusia 15 tahun, pengidap penyakit Kanker. Seorang gadis yang memiliki sedikit kesempatan dalam meraih mimpi. Namun setiap hari kujadikan mimpi. Bahkan bila mimpi itu tak berwarna akan kugoreskan tinta tinta warna dalam mimpi itu, karena waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali lagi. Ini hanya kisah tiga hari terakhir aku menuliskan mimpi ku. Tak terbayang masih berapa banyak mimpi itu dalam setiap hari yang ku lewati. Di Masa lain, aku berharap setiap orang berani untuk bermimpi setinggi atau sesederhana apapun itu .
~§~
83
Pelita - Angelin Irena
PELITA Angelin Irena Bayangan angin menerpaku dalam kesesakan malam Sesal terus bergulir mematahkan hati dan lengan Lelah tak dapat dielakkan, rasa ingin kembali pergi Air mata menetes hampir mengering Tubuhku bergetar hebat, nyaliku ciut Dingin, bawa aku pergi melampaui kebekuan hatiku Sunyi, bawa aku pergi menghadapi hari Hampa, iringi perjalananku menampakkan wujud kosong darimu Ku lelah, ku hampir menyerah Aku menantimu Air yang memadamkan api, terik yang mencairkan beku es Ku butuh pelita Karena pelita ku melangkah dengan berani Karena pelita ku ada Tuhan kapankah kau kabulkan pintaku Tuk temukan hatiku Yang patah sebagian ~§~ 84
Becak - Elaine Noviany
Becak Elaine Noviany Pagi itu, seperti biasanya, aku bangun dari tidurku yang pulas. Mengerak-gerakan badanku sedikit demi sedikit agar rasa malas dan letih itu hilang. Entah pukul berapa sekarang, aku melihat semuanya masih gelap, rasanya sekarang masih pukul empat pagi. Aku bergegas duduk dengan memejamkan mata dan berdoa, bersyukur karena aku diberikan kesempatan oleh Yang Mahakuasa untuk menjalankan satu hari lagi. Dengan hati-hati aku bangun dari tempat tidurku yang reot, takut satu-satunya peninggalan kedua orang tuaku itu akan runtuh. Kurasakan hawa yang begitu dingin saat aku melangkahkan kakiku di lantai semen kamarku. Segera ku nyalakan saklar lampu agar aku dapat melihat sekelilingku. Dengan membawa dua buah ember kosong yang lumayan besar, aku melangkah keluar rumah menuju sumur milik bersama di perkampunganku. Saat sedang menimba air, ku cium harum masakan Pak Ojan, yang menandakan bahwa sang pemilik warteg tersebut telah bangun dan memulai harinya dengan bersemangat, seperti biasa. Setelah kedua emberku itu penuh terisi air,aku pun membawa ember itu kembali ke rumahku untuk ku pakai mandi. Oleh karena itu, jangan heran, lengan dan betisku agak sedikit lebih besar daripada gadis-gadis remaja kebanyakan. Sesampai aku di kamar mandi rumahku, tempat yang menurutku paling mewah daripada tempat lain di rumahku, ya, tidak semewah kamar mandi kalian tentunya, aku pun mandi dengan cepat, tak ingin ketinggalan waktu. Setelah berpamitan dengan kakek dan nenekku, aku pergi ke halaman belakang rumahku, dengan kaos kuning lusuh dan celana pendek yang sudah sedikit robek, aku bergegas mengayuh becak warisan kakek dan ayahku sampai ke pangkalan, karena semakin pagi aku ke sana, semakin banyak penghasilan yang akan aku dapatkan dan semakin
85
Becak - Elaine Noviany cepat pula aku melunasi uang sekolahku yang telah menunggak dua bulan. Namun, ada yang aneh pagi itu, tak seperti biasa, pangkalan becak yang ramai akan mang becak yang sibuk mencari penumpang, hari ini sepi, entah apa yang terjadi. Aku pun memutuskan untuk berjalan mengitari kota, barangkali aku dapat mengetahui apa yang telah terjadi. Setelah berkeliling cukup lama, aku pun berhenti di dekat Kantor Dinas Perhubungan, aku melihat ada keramaian disana, tunggu dulu, itu bukan hanya sekadar keramaian, aku melihat banyak mang becak yang sedang berteriak-teriak. Mengapa ? Ada apa gerangan ? Tanyaku dalam hati. Aku segera meninggalkan becakku di pinggir jalan dan mendekat pada keramaian itu. Setelah bertanya dan mendapat penjelasan alasan mereka berdemonstrasi, aku pun terdiam, aku begitu terkejut sehingga tak tahu apa yang harus aku lakukan. Mulai hari ini, becak dilarang untuk beroperasi, pemberitahuan yang begitu mendadak ini membuat lututku lemas. Dengan tertatih-tatih aku putuskan untuk berjalan kearah becakku dan duduk disana layaknya seorang penumpang. Aku tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi nanti sore saat Bu Lastri, petugas TU sekolah, menagih janjiku untuk melunasi uang sekolahku hari ini. Tiba-tiba pikiranku dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang sangat tidak kusukai, pertanyaan-pertanyaan pesimis yang menghancurkan harapanku. Bagaimana kalau demostrasi mang becak ini tidak digubris oleh para penguasa itu? Bagaimana kalau sampai kapanpun becak tidak boleh lagi beroperasi? Bagaimana caranya aku melunasi uang sekolahku? Tidak, pertanyaannya adalah bagaimana kalau aku di keluarkan dari sekolah karena dirasa tidak mampu melunasi uang sekolahku? Bagaimana caranya aku melanjutkan kehidupanku kelak tanpa meng-goes becak ini? Aku tidak tahu. 86
Cerita Tambahan
Cerita tambahan ini adalah karya para panitia dan beberapa narasumber, sebagai bukti bahwa dalam kami, panitia, juga berkarya dalam cara dan gaya kami sendiri. Karya tulis, adalah sebuah hasil nyata kita sebagai manusia yang berbudaya. Manusia yang berekspresi dan memiliki rasa, cipta, dan karsa. Karya ini, kami persembahkan, bagi Anda semua.
87
Irene Wibowo - Mimpiku
Mimpiku Irene Wibowo Gelap menghalangi jalanku Saat aku berharap, pintu seakan tertutup Tak ada lagi mimpi yang bersinar
Haruskah aku diam? Bila semuanya berakhir, apakah aku akan bahagia?
Aku inginkan mimpiku Tak lagi sekedar mimpi Biarlah aku mengejarnya Hingga aku mendapatkannya Bila mereka bilang tak mungkin, Bukankah dia bilang mungkin?
88
Irene Wibowo - Pasti Pas!
Pasti Pas! Irene Wibowo Ah, sudahlah! Aku menyerah saja! Belum saatnya. Tapi aku sudah kalah! Kau baru memulai. Kapan aku bisa menang? Pasti pas, asalkan kau mau berusaha. Maksudmu? Ya, kemenanganmu akan pas dengan kemampuanmu dan waktumu. Ayo, sedikit lagi kau lebih berusaha, kau bisa! Kalau aku gagal lagi bagaimana? Kalau kau menyerah, justru kau takkan pernah tahu apakah kau bisa atau tidak. Mengecewakan ya. Ya, tapi Dia tidak mengecewakan kok. Lihat, ukiran senyum di langit sehabis hujan, itu janjiNya. Benar, pasti ada waktunya. Kalau bukan sekarang, suatu hari nanti, pasti pas dan aku bisa menang. Kau tak pernah berjalan sendirian.
89
Bonifacio Renanda - Puja Semesta
Puja Semesta Bonifacio Renanda
Hujan Seperti layaknya terik mentari, kadang didamba, kadang diharapkan untuk tidak datang bagaimanapun, ia memberi kehidupan.
Kekecewaan Amarah dan Angkara Murka, menyakitkan tetapi Kekecewaan lebih menyakitkan.
Tuhan Tuhan itu, dekat namun tak tersentuh jauh namun tak terlihat.
Untuk Hidup Kita tidak butuh nafas, 90
Bonifacio Renanda - Puja Semesta untuk hidup tapi jiwa.
Penghidupan Kita tidak butuh uang untuk hidup, tetapi penghidupan.
Kesunyian Kesunyian bukanlah seperti malam yang tenang, tetapi seperti siang tanpa awan.
Pencapaian Yang patut dikhawatirkan, bukanlah ketika kita tidak meraih impian tertinggi, tetapi ketika kita meraih impian terendah.
91
Vania Oktiviani - Cerita Enam Tahun Lalu
Cerita Enam Tahun Lalu Vania Oktiviani Ini dalah cerita sekian tahun yang lalu. Waktu itu aku masih kelas 5 SD, jadi anak baru di sebuah sekolah swasta di Jakarta. Untuk ukuran anak kecil sepertiku, rasanya berat untuk memulai segala sesuatunya di lingkungan baru. Hari pertama di sekolahku yang baru, aku sudah mendapat teman sebangku yang terkenal biang rIbut. Rasanya mau pulang ke rumah saja dan menangis. Tapi itu hanya ketakutan awalku saja, lama-lama temanku pun banyak. Aku merasa kerasan. Sampai suatu saat ada yang bilang kepadaku ada anak laki-laki yang suka kepadaku. Woaaa.. suka? Bahkan kata-kata itu tidak pernah ada dipikiranku waktu itu. Sejak tau dia suka padaku, aku malah jadi sering kesal padanya. Padahal dia justru memperlakukan ku berbeda dengan anak perempuan lain. Dia bandel, suka mengganggu teman-temanku, tapi tidak terhadapku. Tapi entah mengapa aku selalu merasa kesal padanya. Dan yang lebih parahnya lagi, aku satu antar jemput dengan anak itu. Saat-saat terakhirku di Sekolah Dasar pun usai. Aku dan anak laki-laki itupun pisah sekolah. Dan memang tidak pernah terbersit sekalipun rasa suka padanya. Aku menjalani masa-masa sekolahku dengan rasa senang. Tiga tahun di SMP dan tiga tahun di SMA. Ketika tiba pengumuman kelulusan SMA, rasanya lega sekali. Tapi ada rasa tidak rela juga meninggalkan lingkungan yang menjadi tempatku bertumbuh dewasa. Ketika liburan menunggu waktu kuliah tiba, ada sms dari teman baikku semasa SD dulu. Namanya Marcee. Begini bunyi smsnya : “Vi! 92
Vania Oktiviani - Cerita Enam Tahun Lalu Ada reuni SD Tart Queen. Loe ikut nggak?” Wow, reuni SD? Kedengarannya asik. Maka akupun langsung membalas sms Marcee: “loe ikut? Kalo gitu gue ikut!”. Maka kami pun berkumpul untuk reuni SD di tempat yang sudah ditentukan. Aku pergi bersama teman laki-laki yang rumahnya dekat dengan rumahku, lumayan ada tebengan gratis, hehehe. Sampai di sana sudah berkumpul beberapa teman SD ku dulu. Tapi sungguh deh, mukanya banyak yang tidak kukenal. Berubah semua. Kami pun bersalam-salaman sambil mengingat nama dan muka masing-masing. Ketika tiba giliranku bersalaman dengan seorang anak laki-laki dengan potongan tubuh yang agak besar dan sedikit berewokan, dia tidak langsung menyebutkan namanya, tanganku terus digenggamnya. Aku pun bengong karena aku benar-benar tidak ingat. Lalu dy menyebutkan namanya. Andrian. Wow! Itu nama anak laki-laki yang dulu suka padaku! Kami pun duduk beramai-ramai di dalam restoran yang telah dipesan untuk reuni. Kami makan, bercanda, mengingat masa kecil, mentertawakan foto jaman SD, dan bertukar kontak. Ketika sedang bercanda, aku menangkap mata Andrian tertuju padaku. Entah mengapa aku jadi salah tingkah sendiri dan membuang muka. Setelah acara reuni selesai kami semu berpisah sambil berjanji akan terus saling member kabar. Aku senang bertemu teman-temanku dulu. Ketika di rumah, setelah selesai beres-beres tiba-tiba ada sms masuk ke handphone ku. Isinya : “ Hi, ini bener no hp Via kan? Ini Andrian :D”. Oh my, dia mengirimiku sms! Tidak tahu kenapa aku merasa senang. Tapi aku sadar, aku tidak boleh lebih dari sekedar teman dengannya, karena aku sudah punya pacar. Akhirnya kami saling berkirim sms hampir tiap saat. Dari situ pula kami saling mengetahui kalau kami sudah memiliki pacar masing-masing. Tetapi perasaan itu tetap tidak bisa ditahan. Entah mengapa bersama Andrian membuatku merasa nyaman. Aku menjadi cuek sama pacarku. Bersama Andrian aku merasa menjadi diriku sendiri. Hampir
93
Vania Oktiviani - Cerita Enam Tahun Lalu selama dua minggu kami rutin berkirim sms dan bertemu. Andrian suka datang ke rumahku untuk sekedar bertemu atau bermain dengan adikku. Aku senang sekali. Namun aku merasa hal ini tidak bisa dibiarkan. Hati kecilku tidak membenarkan aku memiliki dua pacar sekaligus. Berhubung aku seketika merasa ilfil dengan pacarku, aku memutuskan hubungan dengannya. Awalnya jelas aku merasa bersalah dengannya, tapi ketika dia memakiku ketika aku memutuskan hubunganku dengannya, aku tahu keputusanku benar. Selama dua minggu kedepan aku menjalani kehidupan sebagai pacar ke-dua Andrian. Hehehe. Aku tidak masalah dengan hal tersebut saat itu. Asal ada di dekat Andrian, aku merasa senang. Walaupun kadang harus ngerasa cemburu juga sih kalau Andrian nge-date sama pacarnya. Tapi lama-lama aku merasa hal ini nggak benar. Aku merasa tindakanku akan menyakitkan pacar pertama Andrian. Dengan berat hati aku berbicara dengan Andrian, menyampaikan ketidak nyamananku tentunya. Setelah melalui percakapan yang penuh dengan air mata (hehehe lebay sih) akhirnya aku memutuskan mundur. Jadilah aku jomblo di saat-saat menjelang kuliah. Lumayan bisa cari senior pas kuliah nanti, pikirku saat itu untuk menghibur diri sendiri. Aku dan Andrian tetap berhubungan baik sampai sekarang. Nggak lama setelah aku memutuskan hubunganku dengan Andrian waktu itu, Andrian putus dengan pacarnya. Tetapi aku tidak menyesal dengan keputusanku waktu itu. Kami seperti teman baik, beberapa kali aku mengenalkan dia dengan temanku, namun tidak ada yang cocok. Aku menganggap itu adalah sebagian kecil dari kenangan indahku saat remaja. Walaupun berakhir nggak menyenangkan sih, tapi aku senang punya pengalaman unik bersama seorang anak laki-laki bernama Andrian. J
94
Denny Dominicus - #roadtrip
#roadtrip Denny Dominicus
Cerita #roadtrip ini adalah kisah nyata perjalanan dokumenter kami berempat, yaitu Saya dengan tiga orang teman sekelas 3 IPS 1 angkatan 2005 SMA Fons Vitae 1 Marsudirini Matraman yaitu Bonifacio Renanda (Nanda), Ignatius Hermanto (Manto), dan Taufin Lawren (Topin) Perjalanan #roadtrip ini adalah sebuah perjalanan yang memberikan kami semua pengalaman yang baru. Pengalaman tentang cinta, dimana kami harus meninggalkan Jakarta tercinta dan pacar kami masingmasing dalam perjalanan 2500 KM menembus rimba Jawa Tengah, perjalanan merasakan kuliner khas berbagai daerah di Jawa Tengah, serta perjalanan spiritual kami, karena wisata ke Ganjuran dan salah satu lokasi pertapaan Ir. Soekarno dulu, di Dieng. Dokumentasi perjalanan ini hanyalah satu dari sedemikian banyaknya dokumentasi yang Saya rangkum, yang dipersembahkan bagi teman-teman Maroonerz, Ibu Anastasia Tuti, para pembaca buku ini, para junior almamater SMA FV 1, dan masyarakat. Sampai detik Anda membaca tulisan ini, kami masih dalam proses penulisan dokumentasi ini, serta pengeditan video untuk dokumenter.
Dokumentasi lengkap beserta video dapat disimak di www.dennydominicus.wordpress.com. www.dennydominicus.com
Trailer film dokumentasi #roadtrip http://www.youtube.com/watch?v=93c0W8rlhWE (trailer 1)
95
Denny Dominicus - #roadtrip
#roadtrip Denny Dominicus Edisi : Jawa Tengah Episode #1 :Ekspetasi Perjalanan “Den,bosen gak sich lo dengan rutinitas lo?” Tanya seorang teman saya, dan saya pun terkejut dengan pertanyaan ini karena semenjak saya mengenal dia di bangku SMA, bagi saya dia salah orang yang paling membosankan. Taufin namanya, Taufin Lawren dengan soft lens hitamnya karena dulu kaca mata tebalnya di jaman sekolah membuat dia memang terlihat membosankan. “Ya, Fin, sebagai seorang agen asuransi jiwa, selama belum capai target tidak bisa kalah dengan kebosanan rutinitas” Jawab saya yang masih bingung mengapa dia mempertanyakan hal tersebut. Alih-alih mau bertanya, dia sudah mulai menjelaskan maksud dari pertanyaan tadi. “Gue lagi pengen ngelakuin sesuatu yang gak seperti biasanya nich! Ada ide gak Den?!” “Hah? Lo kemarin baru saja telah mengejutkan kita (Teman-Teman SMA) pergi ke Bali berdua saja dengan seorang cewek, dan sekarang lo mau ngapain lagi?” Tanya saya karena penasaran dengan perubahan drastis teman saya ini semenjak kerja. *** “Den, lo mau ikut gue pulang kampung gak? Kita ke Wonosobo dan nanti gua ajak lo ke goa semar di Dieng” Ajak Nanda, teman SMA Saya juga dan tentunya teman Taufin. Ajakannya mengingatkan saya dengan pertanyaan Taufin beberapa hari yang lalu tentang melakukan 96
Denny Dominicus - #roadtrip sesuatu yang tidak biasa. “Nah, yuk kita siapkan waktu kapan, dan kita keliling Jawa Tengah aja sekalian” Bales saya. “Boleh Den, nanti gue ajak ke goa Semar, tempat Sukarno dulu bertapa bos” Sahut Nanda. “Gue mau ajak Taufin dulu, dia kemarin juga mau melakukan sesuatu yang seru, pasti dia mau” Sambung saya. *** “Need a vacation immediately” Tulis Manto di twitternya. Hahaha saya pun tertawa karena mengapa teman-teman SMA saya lagi pada ingin liburan. Akhirnya say kumpulkan mereka di grup BB dan menawarkan untuk keliling jawa tengah. Tentu tawaran saya dengan mudahnya disambut dengan kata ‘setuju’. Tanpa pikir panjang, kita langsung tentukan tanggal keberangkatan dan itu jatuh pada tanggal 13 Mei. Entahlah mengapa memilih tanggal ‘13’ yang konon angka sial. Yah, saya kan cuma memenuhi keinginan Taufin yang mau melakukan sesuatu yang tidak seperti biasanya, menjawab kerinduhan Nanda pulang kampung dan tentunya memuaskan dahaga liburan Manto. Lalu saya? Saya dapat kembali dekat dengan mereka seperti waktu SMA. Day #1 Kami berangkat hari Jumat jam 21.00 WIB dari Cipinang, rumah Dian ‘Chubby’ tunangannya Manto. Dian ini luar biasa, memberikan kita bekal perjalanan, yang tidak akan mungkin dipikirkan para pria dalam mempersiapkan perjalanan yang panjang atau Road Trip. Kita mala sibuk mikirin lewat rute mana, mau ke mana dan segala yang berhubungan teknis. Roti, kue lapis, snack, dan kopi instant pun disediakan Dian saat sebelum berangkat. Padahal dia tidak ikut, sehingga membuat hati ini jadi tidak enak hati karena merepotkan. Berangkat di hari Jumat malam membuat kita tidak dapat terhindar dari yang namanya macet di Jakarta. Hasilnya kita 3 jam hanya untuk keluar ke Jakarta. Sampai di tol Pasteur, kita berhenti dan mencoba
97
Denny Dominicus - #roadtrip melihat peta Dari peta kita mendiskusikan mau melewati rute mana yang padahal sudah jelas kita bakal lewat jalur selatan. Hanya sekedar meyakinkan saja. Peta itu sendiri pun ternyata peta Jakarta jadi percuma saja lihat peta, hahaha Dalam perjalanan menuju Bandung agar dapat melewati jalur selatan, kita memutuskan untuk bertanya ke kantor polisi. Kantor polisi yang kita temukan adalah kantor polisi Sukajadi dan itu pukul 2 pagi. Kantornya cukup luas dan lucunya tidak ada satupun penjaga di pintu masuk. Kita pun bebas masuk begitu saja. Jadi berpikir, pantas saja kejadia bom bunuh diri di Mapolres Cirebon bisa terjadi. Kelengahanlah yang penyebabnya. Nanda pun segera ke ruangan yang kacanya tertulis “Kantor Pelayanan Masyarakat’ dan lagi-lagi kita dibuat bingung karena tidak ada satupun polisi yang jaga. Manto pun komentar iseng “Gak ada satu batang hidung, padahal banyak mobil tapi polisinya gak da… ambil satu motor juga gak ketahuan kali”. Tidak lama kemudian, Nanda menemukan seorang polisi yang sedang tidur di ruangan lain dari kantor pelayanan tadi. Polisi itu dibangunkan Nanda dan dengan kagetnya polisi itu bangun. Tanpa rasa bersalah dan sambil merokok, Nanda langsunga nanya “Pak, kalau saya mau ke jawa tengah lewat jalur selatan itu ke mana ya? “Oh, naik tol Jatinangor nanti langsung ke arah Tasik” Jawab polisi itu sesigap mungkin. Setelah diskusi cukup panjang, kami pun paham jalur selatan tersebut dan segera bergegas menuju sasaran. Dan perjalanan sudah masuk hari ke #2. Bersambung…. #TwitSampah : ‘Ini Kantor polisi Sukajadi gak da yang jaga’ I ‘Ya sesuai namanya Sukajadi jadi suka-suka lo deh!’ ***
98