Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM DI INDONESIA Aris Yaman dan Syahrizal Maulana Pusat Inovasi LIPI, Jl. Raya Jakarta Bogor Km 47 Cibinong 16912, Bogor, Jawa Barat email:
[email protected]
ABSTRAK UMKM berperan besar bagi perekonomian nasional, terutama dalam menyokong pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Data terakhir menunjukkan UMKM memberi sumbangan 61,9% dari total PDB Indonesia. Namun, hal ini tidak ditopang oleh daya saing yang baik. Ukuran daya saing UMKM di Indonesia masih rendah dengan nilai di bawah 4 (dari total maksimum 10). Tujuan makalah ini adalah untuk mengeksplorasi hubungan antara penerapan ISO 9001:2008 dan daya saing UMKM. Makalah ini juga membahas adanya variabel mediasi di dalam hubungan antara penerapan ISO 9001:2008 dan daya saing UMKM, yaitu variabel daya saing produk. Makalah konseptual ini menganalisis literatur-literatur yang relevan yang membahas mengenai ISO 9001:2008, daya saing produk UMKM dan daya saing UMKM. Makalah ini juga mengantispasi adanya kemungkinan ISO 9001:2008 mempengaruhi daya saing produk maupun daya saing UMKM. Tahapan berikutnya akan dilakukan analisis empirik untuk memvalidasi hipotesis dalam makalah ini. Kata kunci: ISO 9001:2008, Daya Saing Produk, Daya Saing UMKM, Variabel Mediasi
PENDAHULUAN UMKM telah terbukti mampu bertahan dalam terjangan krisis global. Hal ini terbukti di tahun 1998, UKM mampu bertahan di saat banyak usaha besar (UB) mengalami kebangkrutan akibat krisis global yang melanda. Pada tahun 2011 UMKM mampu berandil besar terhadap penerimaan negara dengan menyumbang 61,9% pemasukan produk domestik bruto (PDB) melalui pembayaran pajak, yang diuraikan sebagai berikut: sektor usaha mikro menyumbang 36,28% PDB, sektor usaha kecil 10,9%, dan sektor usaha menengah 14,7% melalui pembayaran pajak. Sementara itu, sektor usaha besar (UB) hanya menyumbang 38,1% PDB melalui pembayaran pajak (Badan Pusat Statistik, 2011). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kesuksesan suatu UMKM akan berdampak secara
21
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
langsung terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara, baik di negara maju maupun berkembang (Demirbag, Koh, Tatoglu, & Zaim, 2006) dan hampir sebagian perkembangan ekonomi di berbagai negara di dunia dipengaruhi oleh kinerja UMKM (Aharoni, 1994). Karenanya pemerintah Indonesia memberikan perhatian khusus bagi UMKM ini, diantaranya dibuktikan dengan mengeluarkan PP dan UU dengan persetujuan DPR sebagai payung hukum sekaligus landasan yang kuat tentang pemberdayaan usaha kecil menengah. Payung hukum dituangkan dalam UU No. 9 tahun 1995 tentang usaha kecil dan Inpres N0. 10 tahun 1999 tentang pemberdayaan usaha menengah, merupakan amanat kebijaksanaan ekonomi nasional agar tercipta struktur ekonomi yang lebih kecil berimbang dan kuat antar pelaku ekonomi. Meskipun demikian perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta tingginya tingkat pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM yang besar itu menjadi terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan dari adanya krisis global namun pada kenyataannya permasalahan-permasalahan yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain dipengaruhi secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus pula menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah upah buruh, ketenagakerjaan dan pungutan liar, korupsi, dan lain-lain (Sudaryanto, Ragimun, & Wijayanti, 2013). Adapun permasalahan lain yang dihadapi UMKM yaitu adanya liberalisasi perdagangan, seperti pemberlakuan ASEAN - China Free Trade Area (ACFTA) yang secara efektif telah berlaku tahun 2010. Disisi lain, Pemerintah telah menyepakati perjanjian kerja sama ACFTA ataupun perjanjian lainnya, namun tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu kesiapan UMKM agar mampu bersaing. Sebagai contoh kesiapan kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan pasar dan kurang jelasnya peta produk impor sehingga positioning persaingan kurang jelas. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM Indonesia pada saat diberlakukannya ASEAN Community (Sudaryanto, Ragimun, & Wijayanti, 2013). Melihat berbagai permasalahan yang terkait daya saing produk, perlu kiranya produk UMKM dipastikan kualitasnya, karenanya diperlukan suatu suatu sistem manajemen yang mampu menjaga kualitas tersebut. Salah satu sistem manajemen yang dapat mengendalikan kualitas produk UMKM yaitu dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Tahun 2015 merupakan momen penting di antara negara-negara ASEAN saat diberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yaitu kesepakatan integrasi ekonomi di antara negara-negara ASEAN. Pada masa MEA, perdagangan barang dan jasa di antara negara-negara anggota ASEAN berlangsung secara bebas, tanpa hambatan. Dalam konteks pemberlakuan MEA, daya saing adalah satu-satunya kekuatan yang akan membuka peluang UMKM untuk meraih potensi pasar di kawasan ASEAN (Badan Standarisasi Nasional, 2013). Dalam hal peningkatan daya saing, produk UMKM harus memiliki standar mutu yang sesuai
22
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
dengan keinginan pelanggan. Hal ini mau tidak mau UMKM harus memiliki sistem standar manajemen mutu untuk memastikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan agar mampu bersaing ditengah era MEA. Oleh sebab itu, penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 dapat menjadi salah satu solusi usaha untuk menjamin mutu produk yang berdaya saing.
METORE KEGIATAN Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen mutu / kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan - persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu. ISO 9001:2008 bukan merupakan standar produk, karena tidak menyatakan persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah produk (barang atau jasa). ISO 9001:2008 hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas. Namun, bagaimanapun juga diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu sistem manajemen kualitas internasional akan berkualitas baik (standar), sehingga dapat disimpulkan bahwa Quality Management Systems ISO 9001:2008 merupakan prosedur terdokumentasi dan praktek - praktek standar untuk manajemen sistem, yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (barang atau jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu, dimana kebutuhan atau persyaratan tertentu tersebut ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan dan organisasi (ISO 9001:2008). Pada dasarnya manfaat penerapan ISO 9001:2008 adalah meningkatkan kepercayaan pelanggan, jaminan kualitas produk dan proses, meningkatkan produktivitas perusahaan & market gain, meningkatkan motivasi, moral dan kinerja karyawan, sebagai alat analisis kompetitor perusahaan, meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan pemasok, meningkatkan cost efficiency & keamanan produk, meningkatkan komunikasi internal, meningkatkan citra positif perusahaan, sistem terdokumentasi, dan media untuk pelatihan dan pendidikan (STIE Banten, 2011). ISO 9001:2008 berisi standard / elemen yang memungkinkan organisasi / industri dalam melakukan perbaikan yang berkesinambungan (Continual Improvement ) pada: 1. Proses yang terkait dengan pelangan 2. Sistem kepemimpinan / leadership 3. Manajemen sumber daya 4. Perbaikan dan peningkatan proses 5. Sistem manajemen 6. Sistem perbaikan yang berkesinambungan 7. Pengambilan keputusan yang faktual 8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok
23
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
Daya Saing Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional (Walsh, 1994). Oleh karena daya saing industri merupakan fenomena di tingkat mikro perusahaan, maka kebijakan pembangunan industri nasional didahului dengan mengkaji sektor industri / UMKM secara utuh sebagai dasar pengukurannya. Daya saing perusahaan dicerminkan dari daya saing produk yang dihasilkan. Daya saing perusahaan di antaranya ditentukan oleh tujuh faktor, yaitu: keahlian atau tingkat pendidikan pekerja, keahlian pengusaha, ketersediaan modal, sistem organisasi dan manajemen (sesuai kebutuhan bisnis), ketersediaan teknologi, ketersediaan informasi, dan ketersediaan inputinput lainnya seperti energi, bahan baku, dan sebagainya (Man, Lau, & Chan, 2002). Secara ringkas faktor penentu daya saing perusahaan di gambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Faktor Penentu Daya Saing Perusahaan Sumber: (Badan Standarisasi Nasional, 2013) Pada era MEA saat ini isu daya saing menjadi sesuatu yang menjadi fokus perhatian negara, karena penelitian yang diterbitkan APEC SME Innovation Center, daya saing UMKM Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah negara anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Bahkan, daya saing UMKM Indonesia memiliki nilai di bawah 4, lebih rendah dibanding dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan
24
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
Filipina seperti yang terlihat pada Gambar 2 (APEC, 2006). Fakta ini menjadi tantangan sekaligus pekerjaan rumah yang mendesak dalam membenahi daya saing UMKM. Jika langkah pembenahan diabaikan, UMKM di Indonesia hanya akan kalah bersaing dan bangkrut. Menurut laporan World Economic Forum, faktor-faktor yang menghambat daya saing Indonesia (berurut menurut penyebab tertinggi) disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai, ketidakstabilan politik, akses pada pembiayaan, tenaga kerja terdidik yang memadai, etika kerja yang buruk, ketidakstabilan pemerintah, inflasi, peraturan pajak, peraturan buruh yang membatasi, kriminalitas dan pencurian, kesehatan umum yang buruk, dan peraturan mata uang asing (World Economic Forum, 2011). Pemberlakuan MEA akan mengubah kondisi dan perilaku pasar ASEAN yang akan ditandai: (1) karakteristik pasar yang dinamis, kompetisi global, dan bentuk organisasi yang cenderung membentuk jejaring (network), dan (2) tingkat industri yang pengorganisasian produksinya fleksibel dengan pertumbuhan yang didorong oleh inovasi atau pengetahuan dan mengandalkan teknologi digital, (3) sumber kompetisi berpusat pada inovasi, kualitas, waktu, dan biaya, (4) mengutamakan research and development, dan (5) mengembangkan kemitraan (aliansi) dan kerjasama (kolaborasi) intensif di antara pelaku bisnis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna memperkuat daya saing UMKM diantaranya: meningkatkan kualitas dan standar produk, meningkatkan akses finansial, meningkatkan kualitas SDM dan jiwa kewirausahaan UMKM, memperkuat dan meningkatkan akses dan transfer teknologi bagi UMKM untuk pengembangan UMKM inovatif, memfasilitasi UMKM berkaitan akses informasi dan promosi di luar negeri (Ahmedova, 2015).
Gambar 2. Daya Saing UMKM di Sejumlah Negara APEC Sumber: (APEC, 2006)
25
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
Untuk mengukur tingkat daya saing UMKM / perusahaan digunakan beberapa indikator, diantara seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator-indikator Utama Daya saing UMKM / perusahaan No
Indikator
1
Pertumbuhan nilai / volume output
2
Pangsa PDB (%)
3
Pangsa pasar
4
Nilai omset
5
Profit
6
Tingkat pendidikan rata-rata pekerja dan pengusaha
7
Pengeluaran R&D
8
Jumlah sertifikat standarisasi yang dimiliki dan jumlah paten yang dibeli
9
Produk terstandarisasi
10
Jenis teknologi yang digunakan (dalam produk maupun proses produksi)
11
Produktivitas / efisiensi
12
Nilai mesin dan peralatan produksi
13
Jumlah pengeluaran promosi
Sumber: (Tambunan, 2008)
Teori dan Hipotesis yang Dikembangkan ISO 9001:2008 dan Daya Saing UMKM Studi terkait ISO 9001:2008 telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem manajemen mutu berdampak pada peningkatan pangsa pasar UMKM, efisiensi dalam penggunaan material dan sumber daya, dan meningkatkan daya saing bisnis UMKM (Ahire & Golhar, 1996). Sebuah penelitian konsep menemukan kemungkian akan terjadi peningkatan daya saing pada UMKM di malaysia ketika menerapkan Total Quality Management system (Mahmud & Hilmi, 2014). Berdasarkan paparan di atas dapat diduga bahwa: H1 : ISO 9001:2008 berpengaruh positif terhadap Daya Saing UMKM
ISO 9001:2008 dan Daya Saing Produk UMKM / industri memiliki dua motivasi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Motivasi pertama bisa saja karena faktor eksternal, sebagai contoh industri mendapatkan sertifikasi sistem manajemen mutu karena desakan konsumen, pasar ataupun kebijakan
26
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
pemerintah, dan bisa saja motivasi dalam mendapatkan sertifikasi manajemen mutu karena motivasi internal perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitaas dan efisiensi (MartínezCosta, Martínez-Lorente, & Choi, 2008). Penelitian konsep lanjutan menunjukkan bahwa adanya hubungan antara penerapan ISO 9001:2008 dan inovasi produk, dan bisa jadi tidak berhubungan langsung, akan tetapi di mediasi oleh variabel lain, misalnya motivasi (Manders, Vries, & Blind, 2016). Terkait hubungan antara sistem manajemen mutu dengan daya saing produk, terdapat hasil yang menunjukkan peningkatan mutu produk diyakini akan meningkatkan kepuasan pelanggan, dan lebih dari itu, akan meningkatkan daya saing produk tersebut (Badan Standarisasi Nasional, 2013). Indikator-indikator yang umum digunakan untuk mengukur daya saing sebuah produk dijabarkan di Tabel 2. Tabel tersebut adalah indikator-indikator dasar, dan selanjutnya dari sini bisa dihitung sejumlah rasio yang umum digunakan di dalam penelitian-penelitian empiris mengenai daya saing di dalam perdagangan internasional, seperti misalnya revealed comparative advantage (RCA), constant market share, similarity index, complementarity index, export product dynamics, dan banyak lagi. Selain itu daya saing produk dalam era pasar global juga dipengaruhi oleh kemampuan UMKM dalam melakukan ekspor produk (Tambunan, 2008). Berdasarkan pernyataan tersebut, kiranya dapat diambil hipotesis: H2 : ISO 9001:2008 berpengaruh positif terhadap daya saing produk UMKM
Tabel2. Indikator Utama Daya Saing Sebuah Produk No.
Indikator
Sifat Data Sekunder
1.
Pangsa ekspor per tahun, % dari jumlah ekspor
X
2.
Pangsa pasar luar negeri per tahun (%)
X
3.
Volume / laju pertumbuhan ekspor per tahun (%)
X
4.
Pangsa pasar dalam negeri per tahun (%)
X
5.
Volume / laju pertumbuhan produksi per tahun (%)
X
6.
Nilai / harga produk
X
7.
Diversifikasi pasar luar negeri (satu versus banyak negara)
X
8.
Diversifikasi pasar domestik (local versus nasional)
X
9.
Kepuasan konsumen
Primer
X
Sumber: (Tambunan, 2008)
27
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
Daya Saing Produk dan Daya Saing UMKM Pada dasarnya daya saing UMKM / perusahaan dicerminkan dari daya saing produk yang dihasilkan (Man, Lau, & Chan, 2002). Karenanya bisa diambil hipotesis: H3 : Daya Saing Produk berpengaruh positif terhadap Daya Saing UMKM H4 : Daya Saing Produk UMKM dapat menjadi mediasi variabel antara ISO 9001:2008 dan Daya Saing UMKM Kerangka Berpikir:
Gambar 3. Kerangka Berpikir
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN Seperti yang tertera dalam studi literatur beberapa manfaat yang didapat dengan adanya implementasi ISO 9001:2008 pada UMKM / perusahaan, beririsan dengan indikator-indikator daya saing produk UMKM. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa implementasi ISO 9001:2008 memiliki pengaruh positif terhadap daya saing produk UMKM. Begitu pula beberapa manfaat penerapan ISO 9001:2008 pada UMKM beririsan dengan beberapa indikator daya saing UMKM, hal ini pun bisa mengindikasi bahwa adanya hubungan positif antara Implementasi ISO 9001:2008 dengan daya saing UMKM. Disisi lain sejalan dengan penelitian (Man, Lau, & Chan, 2002) bahwa daya saing UMKM tercermin dari daya saing produk UMKM itu sendiri. Dan hal ini juga dapat berarti daya saing produk UMKM berpengaruh positif terhadap daya saing UMKM itu sendiri. Terkait tingkat pengaruh varibel mediasi daya saing produk UMKM, akan dianalisis lebih lanjut dengan metode Causal Step ketika dilakukan analisis empiris.
DAFTAR PUSTAKA Aharoni, Y. (1994). How Small Firms Can Achieve Competitive Advantages in an Interdependent World. New York: Oxford University Press. Ahire, S. L., & Golhar, D. Y. (1996). Quality management in large vs. small firms. Journal of Small Business Management, 1-11.
28
Proceeding Seminar Nasional Peningkatan Kapabilitas UMKM dalam Mewujudkan UMKM Naik Kelas
Ahmedova, S. (2015). Factors for Increasing the Competitiveness of Small and MediumSized Enterprises (SMEs) In Bulgaria. Social and Behavioral Science (hal. 1104-1112). Bulgaria: Elsevier. APEC. (2006). A Research on the Innovation Promoting Policy for SMEs in APEC” Survey and Case Studies". Seoul: Korea Technology and Information Promotion Agency for SME's. Badan Pusat Statistik. (2011). Produk Domestik Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Standarisasi Nasional. (2013). SISTEM MANAJEMEN MUTU SNI ISO 9001:2008, PENERAPAN PADA USAHA KECIL DAN MENGAH. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Badan Standarisasi Nasional. (t.thn.). SNI ISO 9001-2008 : Sistem Manajemen Mutu. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Demirbag, M., Koh, S. L., Tatoglu, E., & Zaim, S. (2006). TQM and market orientation's impact on SMEs' performance. Industrial Management & Data Systems, 1206-1228. Mahmud, N., & Hilmi, M. F. (2014). TQM and Malaysian SMEs Performance: The Mediating Roles of. Social and Behavioral Sciences (hal. 216-225). Elsevier. Man, T. W., Lau, T., & Chan, K. (2002). The competitiveness of small and medium enterprises : A conceptualization with focus on entrepreneurial competencies. Journal of Business Venturing, 123-142. Manders, B., Vries, H. J., & Blind, K. (2016). ISO 9001 and product innovation: A literature review and research. Technovation, 41-55. Martínez-Costa, M., Martínez-Lorente, A., & Choi, T. Y. (2008). Simultaneous consideration of TQM and ISO 9000 on performance and motivation: An empirical study of Spanish companies. International Journal of Production Economics, 23-39. STIE Banten. (2011, November). PENGERTIAN ARTI & MANFAAT ISO 9001 : 2008. Dipetik Mei 14, 2016, dari Blog My Campus: http://stiebanten.blogspot.co.id/ 2011/09/pengertian-arti-manfaat-iso-9001-2008.html Sudaryanto, Ragimun, & Wijayanti, R. R. (2013). Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Jakarta: Kementerian Keuangan. Tambunan, T. (2008). Ukuran Daya Saing Koperasi dan UKM. Jurnal Pusat Studi Industri dan UKM. Walsh, V. (1994). Technology and the economy — the key relationships . Research Policy, 473-475. World Economic Forum. (2011). The Indonesia Competitiveness Report 2011. Geneva: World Economic Forum.
29