PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA di SD (Penelitian Tindakan Kelas yang Dilakukan di Kelas V SDN Bojong Rawalumbu I Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi Tahun Ajaran 2013/2014)
Windurat Iriyanti Guru Kelas V SDN Bojong Rawalumbu I Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi
ABSTRAK The background of this study on students' ability to solve any math problem that the teacher always gets a low value (at 51), this is caused by the learning model used is less varied and lack of active participation of the students. So that learners absorption of any material submitted by teachers is unacceptable to the maximum by learners. This study has been able to answer hipoteses "The Application of Constructivist Learning Model in accordance with the applicable rules, it will enhance the problem solving in elementary mathematics. Kata Kunci: Model Pembelajaran Konstruktivisme, Pemecahan Masalah Matematika
PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi karena ketidak senangan siswa terhadap pelajaran matematika. Sehingga hasil evaluasi pelajaran matematika selalu rendah. Minat belajar matematika siswa sangat rendah, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu I sangat rendah pula. Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan contoh bentuk proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme. Dengan masalah yang diajukan adalah: 1. Bagaimanakah cara pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu I Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi sebelum menggunakan model pembelajaran konstruktivisme? 2. Bagaimanakah aktivitas belajar matematika siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu I Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi ketika mengikuti proses belajar pemecahan masalah matematika menggunakan model pembelajaran konstruktivisme? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas V SDN Bojong Rawalumbu I Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi sesudah menggunakan model pembelajaran konstruktivisme dalam pemecahan masalah matematika?
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
1
KAJIAN TEORI Menurut Mamat dan Suko (2012), konstruktivisme merupakan suatu model dalam pembelajaran. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, prinsip, atau norma yang “siap pakai” dan dapat langsung dipraktekkan oleh peserta didik. Namun, alih-alih daripadam itu, setiap peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan dan pengalamannya melalui penghayatan terhadap segala hal yang bermakna. Menurut pandangan konstruktivisme, watak setiap orang ditentukan oleh skemata masing-masing. Skemata adalah seperangkat nilai, pengetahuan, dan pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh setiap orang. Tidak ada dua orang yang memiliki skema yang sama, dengan demikian maka tidak ada dua orang yang memiliki karakter, minat, dan kemampuan yang persis sama. Bidang studi matematika merupakan bidang studi yang berguna dan membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan hitung- menghitung atau yang berkatan dengan angka. Oleh sebab itu, sebagai salah satu komponen dalam pendidikan,siswa harus selalu dilatih dan dibiasakan berpikir mandiri untuk memecahkan masalah. Melalui pelajaran matematika siswa diharapkan mampu mengatasi berbagai masalah yang akan dihadapinya di masa depan.Menurut Killen (1998) dalam Ahmad. S (2013), pemecahan masalah sebagai strategi pembelajaran digunakan sebagai alat untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari. Menurut Djamarah (2002) dalam Ahmad. S (2013), pemecahan masalah merupakan suatu metode berpikir yang dimulai dengan pencarian data dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam classroom action research (penelitian tindakan kelas),yaitu jenis penelitian yang bertujuan memperbaiki pembelajaran di kelas. Data dikumpulkan melalui tes, wawancara, dan pengamatan secara langsung atau observasi. Dalam penelitian ini peneliti juga berinteraksi secara langsun dengan siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengadopsi model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh John Elliot. Gambaran siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas tampak dalam gambar berikut:
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
2
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
SIKLUS 1
PENGAMATAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
SIKLUS 2
PERENCANAAN
PENGAMATAN
REFLEKSI Riset Aksi Model John Elliot
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara dan diskusi. Dalam penelitian tindakan, ketiga aktifitas yang meliputi; membuat analisis, membuat refleksi, dan merangcang tindakan dilakukan berkelanjutan. Data yang dikumpulkan pada penelitian tindakan ini meliputi tiga unsure, yaitu: (1) tempat atau lokasi dimana penelitian berlangsung, (2) Pelaku kegiatan (guru, siswa dan peneliti), (3) kegiatan yang meliputi proses pembelajran matematika. Data yang telah ditemukan akan dijadikan acuan yang kemudian digunakan sebagai dasar penelitian. PEMBAHASAN Pokok bahasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pecahan. Dipilih pokok bahasan ini, karena merupakan salah satu materi pelajaran matematika yang sulit bagi siswa. Strategi pembelajaran konstruktivisme adalah: a. Menetapkan masalah yang komplit dan menarik. PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
3
b. Masalah yang dijadikan menantang untuk dibuktikan. c. Masalah yang akan dipecahkan banyak solusi atau alternative jawaban yang memungkinkan siswa menggunakan berbagai ide-ide.
Grafik perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
Sebelum dilakukan tindakan kelas, nilai hasil-belajar rata-rata kelas adalah 51 dengan tingkat ketuntasan 20%, sedangkan nilai hasil-belajar minimum adalah 71. Aktivitas belajar peserta didik menunjukkan presentase 47,5%. Setelah dilakukan tindakan kelas, maka seiring itu rata-rata kelas dan keaktifitasan belajar meningkat. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswapun mengalami peningkatan. Selama proses belajar dengan menerapkan model pembelajaran konstruktivisme, peserta didik mengalamani shock culture dikarenakan kegiatan belajar yang berbeda dari kebiasaan. Dikatakan demikian karena pada pembelajaran siklus I peserta didik tampak kebingungan dalam menerima instruksi guru, peserta didik terlihat malu atau bahkan tidak berani mengungkapkan idea tau gagasan yang dimilikinya. Hal tersebut mengakibatkan, guru harus berulang-ulang merayu dan memberikan penguatan sehingga peserta didik mau untuk berbicara. Namun pada pembelajaran siklus II, peserta didik mulai terbuka. Peserta didik sudah mulai berani mengungkapkan ide-ide atau gagasan. Mengkomunikasikan pendapatnya dan menjelaskan setiap detil penyelesaian masalah yang diberikan guru. Bahkan pada siklus III,
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
4
peserta didik mulai berlomba-lomba mengkomunikasikan pendapat bahkan ide-idenya kepada guru demi mendapat perhatian lebih atau bahkan mendapat pujian dan tepuk tangan dari teman-temannya. Secara keseluruhan penelitian tindakan kelas berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa kendalan dalam pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dalam usaha meningkatkan pemecahan masalah matematika pada siswa kelas VB dapat dikatakan berhasil. Hal ini terbukti dari hasil observasi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang terus mengalami kenaikan persentase dari pra siklus, siklus I, siklus II sampai pada siklus III. Rata-rata kelas pada pra siklus yang hanya 51 menjadi 81 pada siklus III, dengan presentase pencapaian KKM oleh peserta didik dalam pra siklus 20% menjadi 87,5%. Masalah yang dibahas dapat dijawab atau dibuktikan dengan cara logis, kritis dan sistematis sehingga pembelajaran bermakna dipelajari oleh siswa kelas V dirasakan sulit. Catatan: 1) Pecahan adalah permasalahan yang biasa ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari oleh karena siswa diharapkan memahami materi yang berhubunngan dengan pecahan. 2) Konsep perbandingan pecahan ada dalam pelajaran selain matematika, namun dalam pemantapan materinya hanya ada dalam pelajaran matematika. Dalam pelajari lain seperti IPS dan IPA pun ada konsep pembelajaran perbandingan pecahan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus di kelas VB SDN Bojong Rawalumbu I mengenai penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika di SD menunjukkan keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari observasi maupun evaluasi dari pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III terdapat perubahan dan peningkatan hasil. 1. Cara peserta didik Kelas V SDN Bojong Rawalumbu I sebelum menerapkan model pembelajaran konstruktivisme relatif tidak efektif. Peserta didik terpaku pada cara-cara yang diberikan oleh guru. Peserta didik tidak kreatif dalam menemukan cara penyelsaian masalah matematika. Namun setelah menerapkan model pembelajaran konstruktivisme,
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
5
peserta didik menjadi sangat kreatif dalam menemukan cara pemecahan masalah matematika. 2. Sebelum menggunakan model pembelajaran konstruktivisme, aktivitas peserta didik sangat pasif. Peserta didik tidak mempunyai keberanian untuk mengeluarkan ide-ide. Peserta didik takut salah dalam berimprovisasi. Setelah menerapkan model pembelajaran konstruktivisme, peserta didik menjadi sangat aktif. Berlomba-lomba untuk dapat menjawab setiap masalah yang diumpankan oleh guru. Aktivitas kelas menjadi sangat baik. Kemunikasi dengan guru menjadi lebih efektif. Peserta didik dapat dengan leluasa mengkomunikasikan ide-idenya yang sangat menakjubkan. 3. Penerapan model pembelajaran konstruktivisme dengan sangat efektif dapat menaikan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar sebelum menerapkan model pembelajaran konstruktivisme berada di bawah KKM, namun setelah penerapan model pembelajaran konstruktivisme hasil belajar dapat lebih baik lagi. Hasil belajar yang awalnya hanya mendapat nilai 51, naik menjadi 62 pada siklus I, naik menjadi 70 pada siklus II dan menjadi 78 pada siklus III.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. (1998). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pusbuk Depdikbud & Rineka Cipta Adjie, Nahrowi. (2012). Pemecahan Masalah Matematika. Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta. Adjie, Nahrowi dan Rostika, Deti. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI Press. Brahin, K. Theresia. (2007). Peningkatan Hasil Belajar Sains Siswa Kelas IV SD Melalui Pendekatan Penempatan Sumber daya alam Hayati di Lingkungan Sekitar. [online] 05 Mei 2014 Depdiknas. (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Gagne, Robert M. (1977). The Conditioning of Learning. New York: Holt, Rinehart and Winston. Hamalik, O. (2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Jakarta: Sinar Baru algesindo.
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
6
Hermawan, Ruswandi. dkk. (2007). Metode Penelitian Pendidikan SD. Bandung: UPI Press. Hidayat, Enday (2011). Kompilasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: MEI. Kasmad, Mamad dan Pratomo, Suko. (2012). Model-Model Pembelajaran Bebasis PAIKEM. Tangerang: PT. Pustaka Mandiri. Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006). Jakarta. Lidinillah, Didin Abdul Muiz (2012). “Pendekatan Investigasi dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar: Kajian Teoritis”. Jurnal Pendidikan Dasar . Nomor: 17- April 2012. Mudjiono. (1989). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bhineka Cipta. Mulyono. (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VI Melalui Strategi Kognitif (PTK di SDN Pengasinan VI). Jakarta: Tidak diterbitkan. Prabawanto, Sufyani. dkk. (2007). Pendidikan Matematika II. Bandung: UPI Press. Prabawanto, Sufyani dan Rahayu, Puji. (2009). Bilangan. Bandung: UPI Press. Sagala. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran I. Bandung: Alfabeta. Sa’dun, Akbar. (2013). Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Depdiknas. S. Saiful. (2003). Konsep dan Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabet. Sudradjat, Hari. (2004). Implementasi KBK dalam UU Sisdiknas. Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika. Sudjana, Nana. (1999) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad (2013). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press. Usman, Moh. Uzer (1997). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
7
Winkel, W.S. (2007) Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta: Gedung Persada Press.
PARADIGMA Vol: XX/No, 02 Desember 2014
8