JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
Penerapan Pembelajaran Kontekstual dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Mulhamah dan Susilahudin Putrawangsa Pendidikan Matematika FITK Institut Agama Islam Negeri Mataram E-mail:
[email protected] Abstract: The current research intends to clarfy the following question “How to improve students’ capability in problem solving in mathematics by using contextual teaching approach?” The recent research is conducted based on the view of Classroom Action Research (CAR). The findings shows that the implementation of contextual teaching and learning as it is implemented in the recent study can improve students’ capability in problem solving at mathematics. Keywords: Contextual Teaching Approach (CAR), Problem Solving
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual?” Penelitian ini adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual seperti yang dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika. Kata kunci: Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, Pemecahan Masalah
58
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
Dewasa ini pendidikan memiliki peranan
symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
penting dan sentral dalam kehidupan sebagai
memperjelas
wadah dalam membangun manusia-manusia
Memiliki
yang unggul dan berbudaya. Salah satu tujuan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
dari pendidikan adalah membangun manusia
rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
yang kritis dan memiliki kemampuan dalam
mempelajari matematika, serta ulet dan
merumuskan solusi logis atas permasalahan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
kehidupan manusia yang semakin komplek
keadaan sikap
atau
masalah;
menghargai
Memperhatikan
kegunaan
keadaan
dunia
(problem solver). Untuk tujuan tersebut, mata
pendidikan
pelajaran matematika di sekolah diharapkan
pembelajaran matematika, harapan pendidikan
dapat memainkan peranan penting untuk
sebagai wadah untuk membangun insan yang
mewujudkan insan yang kritis dan memiliki
kritis dan memiliki kapasitas sebagai problem
kompetensi sebagai problem solver.
solver nampaknya masih jauh dari harapan.
Hal
selaras
dengan
khususnya
tujuan
Fauzan (2002), misalnya, menemukan bahwa
pembelajaran matematika yang tertuang pada
siswa Indonesia kurang memiliki sikap kritis
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006.
dalam menyelesaikan masalah matematika.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
Mereka hanya menerapkan prosedur dan
mata pelajaran matematika bertujuan agar
algoritma penyelesaian yang telah diajarkan
peserta didik memiliki kemampuan sebagai
tanpa memahami konsep matematika di
berikut: 1) Memahami konsep matematika,
dalamnya. Hal ini selaras dengan studi awal
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
kami, dimana masih banyak ditemukan di
mengaplikasikan
algoritma,
kalangan siswa sekolah menengah yang
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
memiliki pola pikir yang keliru, kurang kritis,
pemecahan
Menggunakan
dan kurang memiliki kemampuan sebagai
penalaran pada pola dan sifat. Melakukan
problem solver. Lebih lanjut, studi kami
manipulasi
menemukan bahwa salah satu penyebab
generalisasi,
ini
Indonesia,
5)
konsep
masalah;
atau
2)
matematika
dalam
atau
masalah tersebut adalah karena siswa lebih
pernyataan
senang menyelesaikan masalah dengan cara
matematika; 3) Memecahkan masalah, yang
singkat dengan algoritma yang biasanya
meliputi kemampuan memahami masalah,
diajarkan di lembaga-lembaga bimbingan
merancang model matematika, menyelesaikan
belajar di luar sekolah tanpa memperhatikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;
kontek masalah yang diberikan dan tanpa
menjelaskan
4)
menyusun
membuat
gagasan
Mengkomunikasikan
bukti, dan
gagasan
dengan 59
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
mengkaji konsep matemtis yang berlaku
siswa
dalam masalah tersebut.
pembelajaran kontekstual?
Sejumlah efektifitas
dari
penelitian
menggunakan
pendekatan
menunjukkan
pembelajaran
kontekstual
METODE
dalam mengembangkan kemampuan siswa sebagai sosok problem solver (Widadi, 2009; Nurdani, 2011; Arlis, 2008; Abbas, 2010) dimana
ditemukan
bahwa
penerapan
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan life skill siswa, pemahaman konsep, prestasi, dan kualitas pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pendekatan pembelajaran kontekstual berorientasi
pada
penyelesainya
masalah
kehidupan sehari-hari yang dapat memicu proses berfikir kritis, logis, dan kreatif sehingga siswa memiliki kemampuan sebagai sosok problem solver. Akan tetapi penelitian-
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru matematika
artinya peneliti dibantu oleh teman sejawat yang
pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran matematika masih minim dilakukan oleh para
penerapan
Oleh bertujuan pembelajaran membangun
karena untuk
itu,
penelitain
menemukan
ini
model
kontekstual
yang
dapat
kemampuan
siswa
dalam
secara
langsung
dengan
pendekatan
pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah
siswa
pada
mata
pelajaran matematika. Tindakan penelitian ini menggunakan model siklus pelaksanaan tindakan yang dikembangkan Kemmis (Emzir, 2011: 239240) yang mengembangkan model sederhana siklus proses penelitian tindakan yaitu empat tahap
peneliti.
terlibat
penelitian. Tindakan yang direncanakan, yaitu
penelitian tersebut dilakukan dalam konteks pembelajaran sain. Sedangkan, kemampuan
kelas. Sedangkan partisipatif
berikut:
perencanaan,
tindakan,
observasi dan refleksi. Sesuai dengan gambar dibawah ini;
pemecahan masalah pada mata pelajaran matematika. Untuk tujuan tersebut, dirumusan rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: Bagaimanakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika 60
Gambar 1. Model penelitian tindakan Kemmis
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
Penelitian ini dilakukan di Kelas
berbeda-beda
disesuaikan
dengan
VII SMPN 8 Yogyakarta.
Standar
karakteristik data untuk mendapatkan
Kompetensi
rujukan
kesimpulan yang valid (triangulasi).
yang
dijadikan
dalam pemilihan materi ajar dalam
Indikator
penelitian ini adalah memahami sistem
peningkatan
persamaan linear dua variabel
masalah
menggunakannya
dalam
dan
pemecahan
tercapainya
kemampuan
matematika
pemecahan siswa
pada
penelitian ini merujuk pada:
masalah, dengan kompetensi dasar yaitu
1. Adanya pencapaian ketuntasan belajar
menyelesaikan sistem persamaan linear
minimal 75% dari jumlah seluruh
dua variabel. Penelitian ini dilakukan
siswa dan perolehan nilai minimal
selama
sesuai KKM tempat penelitian.
empat
bulan,
yaitu
dari
September sampai Oktober tahun 2013.
2. Peningkatan kemampuan pemecahan
Penelitian Tindakan Kelas dalam
masalah
siswa
diperoleh
dari
penelitian ini menggunakan model spiral
pendeskripsian lembar aktivitas siswa
yang dikembangkan oleh Kemmis. Setiap
dan penilaian sesuai dengan rubrik
siklus
penskoran dan nilai akhir di analisis
terdiri
(planning),
dari
perencanaan
tindakan
(action),
pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Keempat
3. Peningkatan kreativitas siswa dilihat
dalam
dari skor yang diperoleh pada lembar
penelitian tindakan kelas digambarkan
observasi siswa dalam menyelesaikan
dengan
masalah
sebuah
fase
mengikuti poin pertama.
spiral
PTK
seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1. Siklus
pendekatan
matematika pembelajaran
jika dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
kontekstual
yang telah dilakukan sesuai dengan
Hasil
indikator keberhasilan penelitian, yaitu
1. Tindakan Siklus I
meningkatnya kemampuan pemecahan
a. Perencanaan Setelah
masalah siswa. Data
dalam
penelitian
ini
ditetapkan
kontekstual
untuk
wawancara. Masing-masing sumber data
pemecahan
masalah
tersebut
kegiatan
dengan
cara
yang
untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran
didapatkan melalui observasi, tes, dan
dioleh
dalam
pembelajaran dikelas.
dihentikan
pembelajaran
matematika
selanjutnya
meningkatkan siswa
maka
menyiapkan 61
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
beberapa hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan. Peneliti bersama guru
melakukan
4. Merancang perangkat evaluasi untuk tes siklus I
pembentukan
Persiapan lainnya adalah lebih
kelompok yang disesuaikan dengan
memantapkan
pengetahuan
pendekatan pembelajaran kontekstual.
pemahaman
guru
Karena jumlah siswa
pelaksanaan
kelas VIII-9
SMPN 8 Yogyakarta sebanyak 30 orang, maka kelompok yang dibentuk sebanyak
7
kelompok,
dengan
kelompok terdiri dari 5 orang. Dalam setiap kelompok terdiri dari campuran terdiri
dari
siswa
laki-laki
dan
perempuan yang memiliki kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Selanjutnya, setelah
mempresentasikan
proposal
dengan dosen pembimbing, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pembuatan
rencana
mengenai
pembelajaran
dengan
pendekatan pembelajaran kontekstual. b. Pelaksanaan Tindakan
5
kelompok terdiri dari 4 orang dan 2
dan
Pelaksanaan
tindakan
pada
siklus 1 untuk pertemuan pertama dilakukan
pada
jam
pembelajaran
07.15-08.45 hari kamis tanggal 8 November
2012.
Dalam
hal
ini,
pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru dengan bantuan peneliti,
sedangkan
teman
sejawat
bertindak sebagai pengamat (observer). Terkait pelaksana penelitian ini adalah
pelaksanaan
guru, disebabkan dari hasil diskusi
RPP yang
peneliti dan guru kelas tersebut untuk
dibuat untuk siklus I terdiri dari 2
menghindari adanya hasil penelitian
pertemuan pada materi “Sistem
yang bias, dikarenakan pelaksananya
persamaan linear dua variabel”,
adalah orang yang baru mereka kenal.
dengan menggunakan pendekatan
Hal tersebut disiasati dengan kesepatan
pembelajaran kontekstual.
bahwa
pembelajaran (RPP).
guru
harus
mengikuti
2. Menyiapkan lembar observasi yang
pendekatan pembelajaran yang akan
ditujukan pada guru dan siswa
disusun peneliti pada RPP sebagai
(aspek yang diobservasi didasarkan
acuan
pada langkah-langkah pembelajaran
penelitian
pada RPP),
pembelajaran siklus I dilaksanakan
3. Menyiapkan LKS
guru
dalam tersebut.
melaksanakan Tindakan
dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari kamis dan jumat bertepatan pada
62
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
tanggal 8 dan 9 November 2012.
yaitu
Kegiatan pembelajaran diawali dengan
kontekstual terutama manfaat yang
pembukaan yang dilakukan oleh guru
dapat
dengan
dan
pendekatan pembelajaran ini. Tahap
seharusnya guru menyiapkan siswa
pendahuluan cukup terlaksana sesuai
untuk mengikuti pembelajaran pada
dengan
materi
pembelajaran
mengucapkan
yang
akan
salam
dipelajari
serta
pendekatan
dicapai
pembelajaran
dari
rencana
penerapan
pelaksanaan
dengan
beberapa
menyampaikan tujuan pelajaran yang
modifikasi penyampaian yang tidak
akan dicapai pada pertemuan hari itu,
mengubah sasaran kegiatan yang dituju.
tapi hal itu tidak dilakukan oleh guru. Selanjutnya,
dengan
metode
pengelompokan siswa, penemuan dan tanya jawab guru memberikan motivasi kepada
siswa
dengan
menjelaskan
pentingnya mempelajari konsep system persamaan linear dua variabel dalam kehidupan sehari-hari dengan ungkapan “system peramaan linear dua variable sangat membantu dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari”. Beberapa siswa yang asyik mengobrol tentang hal di luar materi pelajaran. Kemudian guru mengadakan apersepsi yaitu mengaitkan konsep awal yang telah dimiliki siswa dengan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Apersepsi
ini
dimaksudkan
menggali
pengetahuan
awal
untuk yang
dimiliki siswa mengenai pengertian penggunaan
matematika
pada
kehidupan sehari-hari. Namun guru tidak
menyampaikan
Dalam
kegiatan
kelompok,
guru membagikan LKS kepada masingmasing kelompok dan meminta kepada setiap kelompok untuk berdiskusi dan saling
membagi
menyelesaikan diberikan.
Guru
memberikan
tugas
dalam
soal-soal
yang
memantau
bimbingan
dan
terhadap
kegiatan diskusi terutama terhadap kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang ada didalam LKS. Pada saat diskusi kelompok
berlangsung,
masih
ada
siswa yang hanya diam pada saat diskusi
sehingga
tidak
terjalin
kerjasama yang baik antara anggota kelompok. Hal ini terjadi karena siswa kurang
memperhatikan arahan
bimbingan
guru
dalam
dan
proses
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual yang lebih mengutamakan adanya
kerjasama
antar
anggota
pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan 63
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
kelompok
dan
keberanian
siswa
mengeluarkan pendapat serta bertanya. Setelah waktu yang diberikan untuk diskusi kelompok selesai, guru meminta
perwakilan
kelompok
untuk
hasil
ini
setiap
mempresentasekan
diskusinya.
kelompok
dari
Hasil
sudah
presentase
menunjukkan
jawaban yang benar, dan pada saat presentase tidak ada tanggapan dari kelompok lain dikareanakan masingmasing anggota kelompok hanya sibuk pada pekerjaan masing-masing. Oleh karena
itu,
guru
memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menanyakan
hal-hal
yang
belum
dimengerti
kemudian
memberikan
pentingnya pembelajaran SPLDV pada kehidupan sehari-hari mereka. Padahal jika saja ini dilakukan akan menambah pengetahuan dan penguasaaan konsep siswa menjadi lebih baik. Pembelajaran di kelas dipastikan akan lebih aktif dan menyenangkan.
itu,
guru
seharusnya
lebih
mampu
memberi
motivasi
agar
siswa
dapat
menyimpulkan,
menyusun
dan
menyelesaikan yang diberikan, siswa tidak hanya menyelesaikan soal dengan cara cepat yang mereka ketahui. Dari hasil diskusi ini, guru bersedia untuk memperbaiki
kekurangannya
pada
siklus berikutnya. c. Observasi
penghargaan kepada kelompok yang
Pada
tahap
ini
peneliti
diskusinya lebih baik. Selama proses
mengobservasi setiap pelaksanaan proses
pembelajaran
pembelajaran
berlangsung
peneliti
selama
siklus
I
mengobservasi jalannya pembelajaran
menggunakan lembar observasi. Setiap
dengan menggunakan lembar observasi
aspek yang diamati disusun mengacu
guru dan siswa.
pada RPP dan ditujukan terhadap guru
Setelah pelaksanaan tindakan siklus
I
ini,
guru
dan
peneliti
mendiskusikan beberapa kekurangan yang
terjadi
dalam
kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini, guru masih kurang memberi arahan dan bimbingan serta kurang tegas dalam memberikan
informasi
tentang
dan
siswa
kelas
VIII-9
SMPN
8
Yogyakarta. Hal-hal yang diobservasi meliputi cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dan sikap siswa selama mengikuti pelajaran, keaktifan kelompok, menemukan
64
Selain
siswa
selama
diskusi
kemampuan
siswa
penyelesaian
masalah
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
tersebut, keberanian siswa untuk bertanya
ditujukan pada kelompok tertentu
dan
menyampaikan
observasi
terhadap
pendapat.
Hasil
saja sehingga kelompok lain tidak
guru dan
siswa
terkontrol dengan baik, dan jika
menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1)
menemui
tegas
dalam
4)
memantau
yang
kegiatan masing-masing bersama
bersemangat dan
terlihat
mengikuti
pelajaran
memperhatikan
Guru
5)
yang
hanya
malu
bertanya
hanya
Guru
sudah
memberikan
penghargaan berupa pujian kepada
pelajaran
siswa dan ungkapan “bagus” ketika
masih
kurang
presentase di depan kelas dan inilah
dalam
yang
mengarahkan dan memancing siswa
membuat
siswa
lebih
termotivasi untuk jadi yang terbaik.
untuk bertanya 3)
siswa
kemampuannya saja.
dengan baik. 2)
memperhatikan
menyelesaikan LKS sesuai dengan
teman-temannya dan hanya siswa yang
hanya
bertanya saja, sehingga kelompok
siswa yang masih aktif dengan
saja
Guru kelompok
kegiatan siswa, hal ini terlihat dari
tertentu
cenderung
bertanya dikelompok lain
Guru kurang memotivasi siswa dan kurang
kesulitan
Pemantauan guru terhadap kegiatan kelompok tidak menyeluruh, hanya
Tabel 1 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru pada Pembelajaran Siklus I No
Aspek-aspek yang dinilai
Hasil Skor Pertemuan I
Pertemuan II
Ratarata
Pendahuluan 1.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3
3
3
2.
Guru memotivasi siswa
3
3
3
3.
Guru mengadakan apersepsi
2
3
2,5
4.
Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar
2
4
3
4
5
4,5
Kegiatan Inti 5.
Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan pendekatan kontekstual
65
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
No
Hasil Skor
Aspek-aspek yang dinilai LKS
kepada
siswa
Pertemuan I
Pertemuan II
Ratarata
6.
Guru membagikan berkelompok
secara
5
5
5
7.
Guru membimbing siswa dalam kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas
3
3
3
8.
Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka dan siswa lain menanggapi
4
3
3,5
9.
Guru mengarahkan dan membahas hasil diskusi antar kelompok kearah jawaban yang benar
3
3
3
10.
Guru bersama siswa memeriksa kembali hasil diskusi kelompok dalam proses pemecahan masalah yang baik
3
4
3,5
11.
Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang memperoleh hasil diskusi terbaik
3
3
3
Kegiatan Penutup 12.
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang diajarkan
3
3
3
13.
Guru memberikan PR dan mengarahkan untuk mengerjakan soal tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada LKS yang telah mereka bahas
5
5
5
Jumlah
45
Persentase Ketuntasan
69,23%
ditetapkan Berdasarkan tabel di atas, ketuntasan hasil
observasi
guru
pada
sehingga
perlu
dilakukan
perbaikan pada siklus berikutnya.
proses
Sementara itu, hasil observasi
pembelajaran mencapai 69,23%. Hal ini
terhadap aktivitas siswa menunjukkan
menunjukkan bahwa indikator kinerja
hal-hal sebagai berikut:
dari segi proses belum tercapai yaitu minimal
75%
proses
pelaksanaan
tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
1) Tidak semua siswa memperhatikan guru dalam penyampaian materi, beberapa siswa melakukan kegiatan di luar pembelajaran seperti bercerita dengan temannya dan sibuk dengan urusan masing-masing.
66
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
2) Siswa masih belum kompak dalam menyelesaikan dikarenakan perhatian
tugas kurang
tentang
kelompok minat
dan
pentingnya
kerjasama. Oleh karena itu, yang lebih banyak andil dalam menyelesaikan
memperhatikan jawaban kelompok temannya,
sehingga
dalam
kelas
tersebut para kelompok masih bersifat hanya
memperhatikan
kelompok
masing-masing saja. 5) Tidak semua siswa yang aktif didalam
tugas LKS hanya pada siswa tertentu
kelompok
hanya
siswa
saja.
berkemampuan tinggi yang terlihat
3) Interaksi siswa dan siswa masih
bersemangat, sedangkan siswa yang
rendah dalam menyelesaikan tugas
lain terlihat pasif hal ini menunjukan
bersama, sedangkan interaksi guru
bahwa
dan siswa sudah dapat dikatakan baik.
komunikasi
4) Siswa
dalam
kelompok
dapat
belum
terjalin
yang
kerjasama,
baik
diantara
mereka.
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas, tetapi siswa dalam kelompok
lain
masih
tidak
Tabel 2 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus I No 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Aspek-aspek yang dinilai Siswa mendengarkan atau memberikan perhatian penuh pada penjelasan materi dan tujuan pembelajaran Siswa memperhatikan guru dalam pemberian motivasi Siswa aktif memberi respon dalam kegiatan apersepsi Siswa aktif dalam kelompok ketika belajar dalam menyelesaikan soal LKS Beberapa siswa merasa senang bila belajar dalam kelompok Siswa mampu mengungkapkan pemikiran tentang materi yang diajarkan Siswa dalam kelompok mampu mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas Siswa di kelompok lain menanggapi hasil pekerjaan temannya Siswa mampu bertanya apabila menemui kesulitan dalam belajar Dengan bimbingan guru, siswa merangkum materi
Hasil Skor Pertemuan I Pertemuan II 2 3
Ratarata 2,5
2 3 3
3 3 4
2,5 3 3,5
3
3
3
2
2
2
4
5
4,5
3
4
3,5
4
4
4
3
4
3,5 67
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
Hasil Skor Pertemuan I Pertemuan II
Aspek-aspek yang dinilai
No
Ratarata
pelajaran Jumlah Persentase Ketuntasan
32 57,5%
Berdasarkan tabel di atas, ketuntasan hasil
“Menyelesaikan system persamaan linear
observasi siswa pada proses pembelajaran
dua variabel”, dilaksanakan evaluasi
mencapai
64%. Hal ini menunjukkan
tindakan siklus I pada tanggal 12
bahwa indikator kinerja dari segi proses
November 2012. Kegiatan ini dilakukan
belum tercapai yaitu minimal 75% proses
dengan tujuan untuk melihat sejauh mana
pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai
materi pelajaran telah dikuasai siswa dan
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
untuk melihat seberapa besar sumbangan
yang ditetapkan sehingga perlu dilakukan
nilai yang diberikan oleh masing-masing
perbaikan pada siklus berikutnya.
anggota kelompok kepada kelompoknya.
d. Evaluasi Setelah 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan kompetensi dasar
Besarnya
sumbangan
nilai
yang
diberikan
akan
menentukan
suatu
kelompok termaksud dalam kategori kelompok
cukup,
kelompok
baik,
kelompok hebat dan kelompok super. Tabel 3 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar pada Pembelajaran Siklus I No 1. 2.
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata nilai Persentase Ketuntasan
Persentase (%) 30 70 100%
Berdasarkan tabel di atas, hasil tes siklus I
Hal ini menunjukan bahwa indikator kerja
yang diperoleh adalah sebanyak 9 siswa
dari segi hasil belum tercapai sehingga
atau 30% memenuhi ketuntasan belajar
perlu dilakukan perbaikan pada siklus
(memperoleh nilai > 80) dengan nilai
berikutnya.
rata-rata 76,11. Sedangkan 20 siswa atau 70% belum memenuhi ketuntasan belajar.
68
Jumlah 9 20 76,11
e. Refleksi
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
Pada tahap ini, peneliti bersama
pada evaluasi siklus I yang belum
guru dan teman sejawat bersama-sama
memenuhi indikator keberhasilan, maka
menilai dan mendiskusikan kelemahan-
penelitian dilanjutkan pada tindakan
kelemahan
siklus
yang
terdapat
pada
berikutnya
dalam
upaya
pelaksanaan tes siklus I yang akan
meningkatkan hasil belajar dilihat dari
diperbaiki pada siklus II. Pada siklus I
kemampuan pemecahan masalah siswa
ini,
pembelajaran
kelas VIII-9 SMPN 8 Yogyakarta melalui
menggunakan pendekatan kontekstual
pembelajaran menggunakan pendekatan
masih
kontekstual.
penerapan
belum
optimal.
Penerapan
pendekatan kontekstua merupakan hal
Berdasarkan
hasil
refleksi
yang baru bagi siswa, berdasarkan hasil
tersebut dan setelah peneliti berkonsultasi
observasi peneliti menilai siswa belum
dengan guru dan teman sejawat sebagai
dapat
tujuan
observer, maka direkomendasikan guru
pembelajaran secara berkelompok yang
dan siswa perlu melakukan perbaikan
mengutamakan kebersamaan dalam kerja
pada siklus berikutnya. Adapun hal-hal
kelompok,
yang perlu dilakukan perbaikan adalah
memahami
kemauan
betul
keterbukaan dalam
komunikasi
membantu
teman,
sebagai berikut:
kemauan berperan serta untuk lebih aktif
1) Guru harus menyampaikan tujuan
dalam kelompok. Disamping itu siswa
pembelajaran agar siswa memiliki
juga belajar saling menghargai dalam
gambaran
hidup berdampingan satu sama lain,
pengetahuan yang diperoleh setelah
sehingga kebersamaan betul-betul terjalin
proses pembelajaran,
dengan baik dan pada akhirnya kegiatan tidak didominasi oleh siswa tertentu saja terutama hanya siswa yang gemar mata
yang
jelas
tentang
2) Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa tentang hakikat dan tujuan belajar secara berkelompok,
pelajaran matematika. Pemantauan guru kurang
efektif
kelompok kelompok
terhadap
sehingga yang
lebih
kegiatan
kadang-kadang membutuhkan
bimbingan merasa kurang diperhatikan.
3) Guru
harus
lebih
memberikan
bimbingan terhadap kelompok yang memerlukan bimbingan agar waktu yang digunakan lebih efektif,
banyaknya
4) Siswa harus belajar saling menghargai
kelemahan yang terjadi pada pelaksanaan
dan menerima pendapat temannya
Mengingat
masih
tindakan dan hasil belajar matematika 69
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
agar dapat terjalin kerjasama yang baik dalam kelompok.
terdapat kesulitan dalam belajarnya, tidak hanya pada siswa tertentu saja. 6) Siswa harus belajar dengan tekun agar belajarnya
ketuntasan
dapat
belajar
pada
tahap
perencanaan ini peneliti berkolaborasi
5) Siswa harus berani bertanya ketika
hasil
Selanjutnya,
memenuhi
yang
telah
ditetapkan.
dengan guru melakukan hal sebagai berikut: 1) Membuat
rencana
perbaikan
pembelajaran (RPP) untuk tindakan siklus II. 2) Membuat
lembar
observasi
yang
ditujukan pada guru dan siswa (aspek yang diobservasi didasarkan
3. Tindakan Siklus II
pada langkah-langkah pembelajaran a. Perencanaan
pada RPP).
Berdasarkan
hasil
observasi,
akan
digunakan
untuk
evaluasi dan refleksi pada tindakan siklus
memantau/mengamati kegiatan guru
I,
dan
maka
peneliti
bersama
guru
merencanakan tindakan siklus II, agar kelemahan-kelemahan yang terjadi pada pelaksanakan tindakan siklus I dapat diperbaiki dan mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru harus lebih mengoptimalkan seluruh faktor yang
mempengaruhi
pembelajaran
yaitu
keberhasilan guru
harus dapat
memotivasi
siswa
untuk
bekerjasama
dengan
baik
anggota
kelompoknya
lain
(teman
maupun
siswa
selama
proses
pembelajaran berlangsung. 3) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai upaya membantu siswa agar lebih cepat memahami materi pelajaran dan hasil belajar bagi siswa dapat dicapai dilihat dari kemampuan pemecahan masalah siswa.
bersama
dan
dapat
menghargai jawaban atau pendapat orang
70
nantinya
Lembar observasi ini
guru)
serta
4) Menyiapkan
perangkat
evaluasi
untuk evaluasi tindakan siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan
mengungkapkan pengetahuan yang telah
Pelaksanaan tindakan siklus II
diperolehnya dan memberikan informasi
terdiri dari 1 pertemuan. Penelitian ini
kepada teman-temannya dalam proses
dilaksanakan pada jam 10.00-11.30 hari
interaksi belajar siswa di kelas.
jumat tanggal 16 November 2012. Pada
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
penelitian siklus kedua, yang bertindak
Guru
memastikan
setiap
sebagai guru adalah sama halnya dengan
kelompok mendiskusikan kemungkinan
pembelajaran siklus I yaitu guru kelas
jawaban
sendiri sedangkan peneliti dan teman
penyelesaian contoh soal yang diberikan
sejawat
guru
bertindak
sebagai
pengamat
yang
benar
dalam
dan
LKS
cara
dan
(observer). Sebagai gambaran kegiatan
memantau/mengamati
pembelajaran diawali dengan pembukaan
kelompok serta membimbing kelompok
yang
yang mengalami kesulitan. Selanjutnya
dilakukan
mengucapkan
guru
salam,
dengan
menyampaikan
guru
kerja
mempersilahkan
kepada
kelompok
kepada siswa tentang pentingnya materi
mengerjakan soal latihan tersebut di
ini dalam kehidupan sehari-hari dan
papan
mengadakan apersepsi untuk menggali
pengembangan karakter rasa percaya diri
pengetahuan yang dimiliki siswa tentang
siswa.
system persamaan linear dua variable,
tersebut mempresentasikan hasil kerja
serta kilas balik dari materi yang telah
kelompoknya
dipelajari mengenai kompetensi dasar
mencermati dan memberikan tanggapan
menyelesaikan system persamaan dua
bila jawabannya berbeda dengan jawaban
variabel.
kelompoknya. Pada pertemuan siklus II,
guru
memberikan
penjelasan
materi
tentang model matematika pada suatu soal yang berbentuk cerita. Disela-sela penjelasan
guru
tidak
lupa
untuk
memberi motivasi dan membuka ruang yang baik kepada siswa untuk bertanya dan
berpendapat.
meminta
siswa
berkelompok kelompoknya
Kemudian duduk sesuai
masing-masing
guru secara dengan
tulis,
bersedia
satu
tujuan pembelajaran, memberi motivasi
Pada kegiatan inti ini, selanjutnya
yang
setiap
sebagai
Melalui
salah
wakilnya
sedang
untuk
satu
kelompok
kelompok lain
siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan efektif, hal ini terlihat dari semua kelompok dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan dan semua kelompok sudah dapat memberikan jawaban yang benar. Di akhir
pembelajaran
guru
bersama siswa menyimpulkan jawaban yang tepat sehingga semua siswa dapat mengetahui jawaban yang tepat. Selama
proses
pembelajaran
untuk
berlangsung, peneliti dan teman sejawat
menyelesaikan soal latihan yang ada
mengobservasi jalannya pembelajaran
dalam LKS tersebut.
71
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
dengan menggunakan lembar observasi untuk guru dan siswa.
1) Guru
sudah
mampu
mengorganisasikan pembelajaran
c. Observasi
waktu
dengan
baik
dan
langkah-langkah pembelajaran telah Pada siklus II ini, pembelajaran dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual.
Dengan
cara
ini
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan hasil belajar yang
diamati
melalui
kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII-9 SMPN 8 Yogyakarta. Hasil observasi
terhadap
guru dan
siswa
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
sesuai dengan RPP. 2) Setiap kelompok sudah diberikan tugas menyelesaikan soal-soal latihan melalui LKS dan bimbingan guru sudah dirasakan siswa di setiap kelompok. 3) Guru cukup baik dalam menciptakan suasana
yang
rileks
penuh
kekeluargaan bagi setiap siswa dalam kelompoknya sehingga mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran.
Tabel 4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru pada Pembelajaran Siklus II
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
72
Aspek-aspek yang dinilai Pendahuluan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Guru memotivasi siswa Guru mengadakan apersepsi Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar Kegiatan Inti Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok sesuai dengan pendekatan kontekstual Guru membagikan LKS kepada siswa secara berkelompok Guru membimbing siswa dalam kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja mereka dan siswa lain menanggapi Guru mengarahkan dan membahas hasil diskusi antar kelompok kearah jawaban yang benar
Rata-rata
4 4 4 4 5 5 4 5 5
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
No
Aspek-aspek yang dinilai
Rata-rata
10.
Guru bersama siswa memeriksa kembali hasil diskusi kelompok dalam proses pemecahan masalah yang baik Guru memberikan penghargaan terhadap kelompok yang memperoleh hasil diskusi terbaik Kegiatan Penutup Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang diajarkan Guru memberikan PR dan mengarahkan untuk mengerjakan soal tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada LKS yang telah mereka bahas Jumlah Persentase Ketuntasan
4
11.
12. 13.
Secara umum, ketuntasan hasil observasi siswa pada proses pembelajaran yang dilakukan guru sudah mencapai 89,23%. Hasil
observasi
kemampuan
guru
mengelola pembelajaran ini meningkat sebesar 20% dari siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa indikator kinerja dari segi proses telah tercapai yaitu minimal 75%
proses
dilaksanakan
pelaksanaan sesuai
dengan
tindakan rencana
perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang
diterapkan
guru
4 5 58 89,23%
model
pembelajaran kooperatif. 2) Siswa
dalam
kelompok
mampu
mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyenangkan. 3) Siswa dibeberapa kelompok terlihat belum
semuanya
aktif
dalam
menyimpulkan materi. 4) Siswa telah mengikuti pembelajaran dengan antusias dan tertib. 5) Siswa senang belajar dalam kelompok kooperatif
ditetapkan.
dengan
5
karena
adanya
kebersamaan, kerja sama dan sikap Sementara itu, hasil observasi terhadap
siswa
menunjukkan
hal-hal
sebagai berikut: 1) Pada pertemuan kedua, siswa sudah bisa mengikuti pembelajaran yang
tanggung jawab (responsible) sebagai anggota
kelompok.
Di
dalam
kelompok tersebut juga antarsiswa dapat saling berbagi pengetahuan dan berani bertanya kepada guru.
Tabel 5 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus II
73
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
No
Aspek-aspek yang dinilai
Skor Penilaian
1.
Siswa mendengarkan atau memberikan perhatian penuh pada penjelasan materi dan tujuan pembelajaran Siswa memperhatikan guru dalam pemberian motivasi Siswa aktif memberi respon dalam kegiatan apersepsi Siswa aktif dalam kelompok ketika belajar dalam menyelesaikan soal LKS Beberapa siswa merasa senang bila belajar dalam kelompok Siswa mampu mengungkapkan pemikiran tentang materi yang diajarkan Siswa dalam kelompok mampu mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas Siswa di kelompok lain ada yang menanggapi hasil pekerjaan temannya Siswa mampu bertanya apabila menemui kesulitan dalam belajar Dengan bimbingan guru, siswa merangkum materi pelajaran Jumlah Persentase Ketuntasan
5
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
4 5 4 3 3 4 4 5 3 40 80%
Secara umum, ketuntasan hasil observasi
dasar kedua hanya memuat tentang
akitivitas siswa pada proses pembelajaran
bagaimana
yang dilakukan guru pada siklus kedua
kemampuan pemecahan masalah yang
sudah mencapai 80%. Hasil observasi
berkaitan
siswa ini meningkat sebesar 16% dari
berbentuk model matematika. Rangkaian
siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa
selanjutnya pada tindakan ini adalah
indikator kinerja dari segi proses telah
memberikan evaluasi tindakan siklus II,
tercapai
proses
Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai
sejauh mana kemampuan siswa dalam
dengan rencana perbaikan pembelajaran
menyelesaikan
yang ditetapkan.
siswa pada materi “Sistem persamaan
yaitu
minimal
75%
d. Evaluasi
siswa
dengan
menggunakan
soal
cerita,
masalah
atau
matematika
linier dua variabel” setelah diterapkan pendekatan pembelajaran kontekstual.
Pada siklus II ini, pembelajaran dilakukan selama 1 kali pertemuan, dikarenakan materi pada kompetensi
Selain itu, juga untuk melihat apakah pelaksanaan tindakan siklus II lebih baik atau
mengalami
peningkatan
pelaksanaan tindakan siklus I. Tabel 6 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar pada Pembelajaran Siklus II 74
dari
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
No 1. 2.
Ketuntasan Tuntas Tidak Tuntas Rata-rata nilai Persentase Ketuntasan
Jumlah 24 6 91,66
100 indikator kinerja penelitian ini, dapat
Berdasarkan tabel di atas, hasil evaluasi siklus II menunjukan bahwa hasil belajar melalui
pengamatan
peningkatan dari evaluasi siklus I, siswa memenuhi
ketuntasan
belajar
sebanyak 24 siswa 80% (memperoleh nilai > 80) dengan nilai rata-rata 91,66. Sedangkan ada 6 siswa atau 20% yang belum
memenuhi
dilihat
dari
disimpulkan sudah tercapai. e. Refleksi
kemampuan
pemecahan masalah siswa mengalami
yang
ketuntasan
kemampuan
Persentase (%) 80 20
belajar
pemecahan
Kegiatan refleksi pada siklus II ini,
menunjukkan
hasil
yang
mengembirakan, baik bagi guru maupun peneliti. Hasil observasi yang dilakukan peneliti
menunjukkan
pembelajaran
dengan
bahwa
menggunakan
pendekatan kontekstual yang diterapkan di kelas VIII-9 SMPN 8 Yogyakarta memberikan hasil yang sangat baik.
masalah siswa. Selain itu, telah ada peningkatan Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, keberhasilan hasil pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat dua segi yaitu:
Pertama,
pelaksanaan
dari
segi
rencana
proses:
pelaksanaan
pembelajaran oleh guru telah mencapai indikator lebih dari 75%. Kedua, dari segi
hasil
mencapai yakni
secara indikator
telah
perorangan yang
mencapai
telah
ditetapkan 75%
siswa
memperoleh nilai 80. Mengacu pada
jumlah
siswa
menyampaikan
yang pendapatnya
mampu dalam
diskusi kelas walaupun hanya sedikit dan mendapat bimbingan dari guru. Banyak siswa lebih aktif dalam menjelaskan kembali
pengetahuan
yang
telah
diperolehnya, bertanya, mengemukakan pendapat dalam kelompok kooperatifnya, dan menyimpulkan materi. Secara umum, kelemahan pada pelaksanaan tindakan siklus I telah diperbaiki pada siklus II ini. Walaupun masih ada siswa yang tidak fokus dalam pembelajaran, namun hal itu tidak mengganggu proses pembelajaran.
75
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
Namun demikian tentu masih
sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki
terdapat beberapa kekurangan didalam
siswa. Hasil observasi awal menunjukkan
pelaksanaan
ini,
kemampuan siswa rata-rata masih dibawah
diantaranya masih ada sebagian kecil
nilai 80. Tentu hal ini mengharuskan perlu
siswa
memperhatikan
adanya suatu tindakan dalam pembelajaran
penjelasan guru dan tidak aktif belajar
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
dalam
pemecahan masalah siswa di kelas tersebut.
tindakan
yang
siklus
tidak
kelompok
Disamping
itu,
II
masing-masing.
guru
harus
lebih
memotivasi siswa agar mereka lebih berani mengemukakan pendapatnya dan lebih
menghargai
pendapat
orang
lain.Sesuai dengan rencana tindakan yang tercantum dalam RPP dan berdasarkan pada tercapainya indikator kinerja, maka penelitian ini dilaksanakan sampai pada siklus II.
Berdasarkan observasi pelaksanaan pembelajaran
matematika
pada
materi
menyelesaikan system persamaan linear dua variabel untuk siklus I, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual belum sempurna dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Guru tidak menyampaikan tujuan pelajaran
yang
membimbing
akan
siswa
dicapai,
untuk
kurang
mengarahkan
pembelajaran yang saling berinteraksi dengan
Pembahasan
baik antar siswa dengan siswa yang dilihat Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini terdiri dari 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan siklus II terdiri
dari
dilaksanakan
1
kali
sesuai
pertemuan dengan
yang
prosedur
penelitian. Kuantitas pertemuan dalam setiap siklus didasarkan pada kepadatan materi yang dibahas.
dari kurangnya kerjasama siswa dan masih kurang kemampuan berpendapat siswa, siswa kurang aktif pada saat diskusi kelompok atau belum meratanya aktivitas diskusi atau siswa yang mempunyai kemampuan yang tinggi lebih
mendominasi
jawaban
dari
setiap
kelompok tersebut. Kekurangan guru yang lain
adalah
masih
kurang
efektifnya
Sebelum dilaksanakan tindakan pada
bimbingan terhadap kelompok diskusi di
siklus I terlebih dahulu peneliti melihat nilai
kelas. Pada pertemuan I siklus I misalnya guru
awal yang dilihat dari hasil MID yang
hanya membimbing sebagian kelompok saja,
diilakukan
sedangkan
siswa
kelas
VIII-9
SMPN
Yogyakarta dengan tujuan untuk mengetahui 76
kelompok
yang
lain
tidak
mendapat bimbingan langsung dari guru.
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
Sebenarnya cara ini sangat baik dalam
presentasi kelompok di depan kelas dan inilah
membantu
meningkatkan
kemampuan
yang membuat siswa lebih termotivasi untuk
pemecahan
masalah
terhadap
jadi kelompok yang terbaik di kelasnya dan
pembelajaran
matematika
siswa
pada
memberi energi positif bagi optimalisasi hasil
materi system persamaan linear dua variabel.
belajar siswa terutama pada kemampuan
Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat
pemecahan masalah.
membantu
siswa
untuk
terutama
lebih
banyak
bekerjasama dan menyatukan pendapat dalam kelompoknya, serta dapat mengaplikasikan penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari siswa. Demikian juga hal yang sama terlihat ketika diskusi kelas berlangsung, guru
belum
mengoptimalkan
perannya
sebagai fasilitator, mediator dan organisator pembelajaran.
di peroleh adalah sebesar 30% atau sebanyak 9 siswa yang memperoleh nilai ≥ 80 dengan nilai rata-rata 76,11. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa di atas belum mencapai indikator
kemampuan
pemecahan
yang
ditetapkan. Ada beberapa item yang peneliti anggap sebagai sebab tidak tercapainya hasil yang diinginkan, bahwa pada siklus I ini ada
Dalam pembelajaran ini juga peneliti mengamati
Hasil evaluasi tindakan siklus I yang
perkembangan
Secara
bahkan tidak dilakukan oleh guru dan hal
umum untuk siklus I terdapat beberapa
tersebut merupakan inti atau pokok dari
kekurangan yaitu tidak semua siswa aktif
pembelajaran
dalam
sedikit
pendekatan kontekstual yaitu salah satunya
mengemukakan pendapat dan masih banyak
bimbingan guru kurang maksimal. Ketuntasan
kelompok yang tidak memperhatikan petunjuk
dari segi proses pelaksanaan pembelajaran
yang terdapat dalam LKS. Namun, dalam
yang dilakukan guru dan siswa hanya
perkembangannya keterampilan guru dalam
mencapai 69,23%.
diskusi
menerapkan
siswa.
beberapa poin yang kurang maksimal atau
kelompoknya,
pembelajaran
menggunakan
pendekatan kontekstual khususnya pada siklus I semakin baik dari setiap pertemuan yang dilaksanakan. Guru pun dinilai cukup baik dalam memotivasi siswa pada pertemuan kedua
siklus
memberikan
I
karena
sudah
sering
penghargaan
berupa
pujian
kepada siswa dan ungkapan “bagus” ketika
dengan
menggunakan
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan tindakan untuk siklus II yang menerapkan
pembelajaran
menggunakan
pendekatan kontekstual ini sudah lebih baik dari
sebelumnya.
Guru
terus
berupaya
memperbaiki kelemahan yang ditemui dalam pelaksanaan tindakan siklus I. Guru sudah mampu mengontrol kegiatan siswa di kelas 77
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
dengan cukup baik. Guru telah memperbaiki
pemecahan masalah siswa tentang materi
kekurangan ini yang ditemui pada tindakan
yang diajarkan. Pertemuan pada siklus II
sebelumnya, dan siswa juga turut aktif dalam
menjadi lebih bermakna atau bercirikan
pembelajaran di kelas. Keaktifan siswa sangat
pembelajaran
penting untuk ditunjukkan dalam setiap proses
kontekstual
pembelajaran karena dapat meningkatkan
penghargaan berupa pujian kepada siswa dan
kemampuan pemecahan masalah. Hal ini juga
ungkapan “bagus” ketika presentasi di depan
akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
kelas dan inilah yang membuat siswa lebih
Sekalipun masih ada beberapa siswa yang
termotivasi untuk jadi yang terbaik.
masih ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan guru,
namun
dalam
kegiatan
diskusi
kelompok telah menunjukkan hal-hal yang cukup baik.
menggunakan saat
Sementara
pendekatan
guru
itu,
memberikan
hasil
observasi
terhadap siswa secara umum menunjukkan bahwa siswa lebih aktif dalam belajar, bertanya, dan berdiskusi secara bermakna
Secara umum ketuntasan rencana
dengan rekannya di dalam kelompok, antar
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan
kelompok, dan kepada guru. Hal ini sangat
guru rata-rata mencapai 69,23%. Hal ini
positif dalam memacu upaya meningkatkan
karena guru sudah cukup baik dalam memberi
kemampuan
semangat kerjasama dan apersepsi kepada
terintegrasi terhadap hasil belajar siswa pada
siswa.
matei system persamaan linear dua variabel.
Selanjutnya,
mengikuti yang
guru
langkah-langkah
terdapat
pembelajaran.
sudah
pembelajaran
dalam rencana Selain
itu,
mampu
guru
perbaikan mampu
mengarahkan dan memotivasi siswa untuk bertanya dan berrbagi dengan temannya yang belum memahami pembelajaran. Guru juga cukup baik dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kembali pengetahuan
yang
telah
diperolehnya.
Keterampilan dalam memandu diskusi siswa terlihat meningkat pada siklus II. Sehingga aktifitas ini dapat membantu meningkatkan hasil belajar yang diamati dari kemampuan 78
pemecahan
masalah
yang
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan siklus II, menunjukan peningkatan hasil belajar
siswa
secara
perorangan
bila
dibandingkan dengan hasil evaluasi tindakan siklus I.
Dari 30 siswa
yang mampu
memperoleh nilai ≥ 80 mencapai 80% atau sebanyak 24 siswa dengan nilai rata-rata sebesar 91,66. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari 30% siswa tuntas pada siklus 1 dan 80% siswa tuntas pada siklus II, yang berarti bahwa ada peningkatan sebesar 50% atau sebanyak 16 siswa dari hasil evaluasi
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
tindakan siklus I. Dengan demikian siswa
masalah
yang
matematika.
mampu
menunjukkan
pemahaman
siswa
pada
mata
pelajaran
konsep pada materi system persamaan linear dua variabel semakin bertambah dibandingkan dengan evaluasi siklus I. Dengan kata lain, hasil evaluasi siklus II menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan
masalah
siswa
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan evaluasi siklus I.
SIMPULAN Pada siklus I secara klasikal mendapatkan nilai rata-rata sebesar 76,11, kurang dari pencapaian KKM sekolah. Sedangkan, pada siklus kedua skor kemampuan pemecahan masalah siswa secara klasikal mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu mencapai nilai rata-rata sebesar 91,66. Jika dikaji dari sisi ketuntasan, pada siklus pertama hanya 9 siswa yang mencapai nilai KKM dari 30 siswa. Sedangkan pada siklus kedua terjadi peningkatan yang signifikan, yaitu terdapat 24 siswa yang mencapai nilai KKM. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa baik dilihat dari nilai secara individu maupun klasikal. Hal ini merujuk pada kesimpulan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual seperti yang dilakukan pada penelitian ini dapat meningkatkan
kemampuan
pemecahan
DAFTAR PUSTAKA Adams, D., & Hamm, M. (2010). Demystify math, science, and technology: Creativity, innovation, and problem solving. Plymouth: Rowman & Littlefield Education. Akhmad, S. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan model pembelajaran. Diambil tanggal 30 Oktober 2012, dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com Akhmad, N. (2011). Peningkatan Life Skills dalam pembelajaran sains/IPA melalui pendekatan kontekstual di Sekolah Dasar Islam terpadu. Yogyakarta: Pascasarjana UNY Baharuddin & Makin, M. (2007). Pendidikan humanistik. Yogyakarta: A-Ruzz Media. Billstein, R., Libeskind, S., & Lott, J.W. (1990). A problem solving approach to elementary school teachers (4th ed). California: Cummings publishing company, Inc. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Erman, S, dkk .(2001). Stategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Haylock, D., & Thagata, F. (2007). Key concepts in teaching primary mathematics. London: SAGE publications, Inc. Johnson, E, B. (2011). Contextual Teaching dan Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan 79
Mulhamah, Penerapan Pembelajaran Kontekstual…
dan Bermakna. Bandung: Penerbit Kaifa Learning. NCTM. (2000). Principles and standars for school mathematics. Reston, VA: NCTM. Nurdin. (2009). Implementasi Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April. Diambil pada tanggal 10 September 2012, dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR ._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN /197907122005011NURDIN/KARYA_ILMIAH_7.pdf Polya, G. (1973). How to solve it: A new aspect of mathematical method. New Jersey: Princeton University Press. Saekhan Muchith. (2008). Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Rineka Cipta. Santrock, W. J. (2008). Psikologi pendidikan. (Terjemahan Tri Wibowo B.S) Jakarta: Kencana. (Buku asli diterbitkan tahun 2004). Schunk, D. H. (2008). Learning theories: An educational perspective (fifth edition). North California: Pearson Educational, Inc. Soedjadi. (2000). Kiat pendidikan matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Shumway, R. J. (1980). Research in mathematics education. Ohio: National Council of Teachers of Mathematics. Sugeng, W. (2009). Pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap kualitas pembelajaran sains di SMP 4 Wates. Yogyakarta: Pascasarjana UNY. Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sukardi Abbas. (2010). Peningkatan prestasi belajar sains dengan menggunakan pendekatan kontekstual di SMPN 2 80
Kota Ternate. Yogyakarta: Pascasarjana UNY Suryosubroto. (2009). Proses belajar mengajar di sekolah.Jakarta: Rineka Cipta. Syamsu, A. (2008). Upaya meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas V SDN 06 Teluk Bayur Padang. Yogyakarta: Pascasarjana UNY Van de Walle, J. A. (2007). Elementary school mathematics: teaching developmentally (6th ed). New York: Pearson Education. Wina, S. (2011). Stretegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Volume 10 No.1 Januari 2016
81
82