1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN AKTUALISASI DIRI DALAM PEMBELAJARAN IPS Novia Nur Annisa¹, Nina Sundari², Ening Widaningsih³ Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Kenyataan ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan aktualisasi diri siswa dalam proses pembelajaran dengan teknik teacher centered. Penelitian dilaksanakan di SDN Padasuka 3 Kota Bandung dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan desain penelitian mengacu pada desain spiral Kemmis dan Mc. Taggart. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan aktualisasi dengan menggunakan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan aktualisasi diri siswa dari setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata kemampuan aktualisasi diri siswa masih berada pada nilai 68,05, siklus II mulai meningkat menjadi 73,58, dan pada siklus III terjadi peningkatan yang signifikan dengan perolehan nilai rata-rata kemampuan aktualisasi diri 86,07. Merujuk pada pemaparan tersebut peneliti merekomendasikan pembelajaran dengan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah sebagai alternatif model pembelajaran khususnya IPS untuk meningkatkan kemampuan aktualisasi diri siswa di Sekolah Dasar. Kata Kunci : Kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah, aktualisasi diri.
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Novia Nur Annisa¹, Nina Sundari², Ening Widaningsih³ Penerapan Model Kooperatif STAD Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Pembelajaran IPS| 2
APPLYING COOPERATIVE STAD BASED ON PROBLEM SOLVING METHOD TO INCREASE THE ABILITY OF SELF ACTUALIZATION IN SOCIAL STUDY ABSTRACT This research based on a weak of student outcomes in social study. This fact caused by the low ability of self actualization in the learning process with teacher centered technique. Research was organized in Padasuka 3 Elementary School by using classroom action research methods and Kemmis Mc. Taggart spiral research design. The purpose of this research is for knowing learning process and increased capacity for self actualization with applying cooperative STAD based on problem solving method. The result of this research showed increased ability to self actualization in each cycle. In cycle I the average of students self actualization still at a score of 68,05, in cycle II increased to score 73,58, and cycle III have a significant increase in the average score of 86,07. From the description, researcher recommend the cooperative learning type STAD based on problem solving method in social study basically in primary school. Keywords: Cooperative STAD based on problem solving method, self actualization.
3|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Berlandaskan UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah serangkaian usaha pembentukan karakter/watak serta peradaban bangsa yang dioptimalkan pada pemberdayaan potensi peserta didik yang tidak terlepas dari unsur religi berkenaan dengan ketakwaan terhadap Tuhan YME serta melahirkan individu yang terdidik secara sikap maupun pengetahuan agar memiliki keterampilan hidup (life skills) dan bertujuan untuk menghasilkan warga negara dengan sikap demokratis serta bertanggung jawab. Berkaitan dengan pentingnya pendidikan maka diperlukan sistem terpadu yang secara formal dimulai dari tahapan pendidikan dasar dimana pada tahap ini peserta didik menampilkan perbedaan dalam banyak segi dan bidang diantaranya perbedaan intelegensi, kemampuan kognitif, perkembangan kepribadian, perkembangan fisik, pemunculan sikap serta perbedaan karakter tiap-tiap individu. Perbedaanperbedaan tersebut akan sangat mempengaruhi hasil belajar serta kemampuan aktualisasi diri setiap siswa. Aktualisasi diri merupakan salah satu jenis kebutuhan anak usia SD, hal ini berkaitan dengan needs for achievement yang dikemukakan Mc. Clelland dan disinilah tugas seorang guru berfungsi untuk memotivasi sikap kompetensi pada anak menjadi sehat dan terarah. Berdasarkan hakikat aktualisasi diri yang dikemukakan Rogers (dalam Cervone, 2011, hlm.233) dapat diketahui bahwa tahap aktualisasi diri merupakan suatu proses individu dalam menunjukkan eksistensi diri. Peneliti juga memahami bahwa setiap potensi yang dimiliki oleh individu tidak akan terlihat eksistensinya apabila individu tersebut tidak memiliki motivasi eksternal dan internal. ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
Peneliti menganggap mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang berpeluang untuk meningkatkan kemampuan aktualisasi diri juga sebagai jembatan penyampaian dan penanaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik bila pembelajaran IPS tersebut dirancang menjadi sebuah pembelajaran yang inovatif. Menurut National Council for Social Studies (NCSS) mata pelajaran IPS bukan merupakan disiplin ilmu melainkan berupa kajian dan integrasi berbagai ilmu-ilmu sosial dan humaniora. “Pembelajaran IPS menekankan kepada suatu pandangan bahwa anak didik (warga negara) harus terlibat dalam permasalahan-permasalahan kemasyarakatan dan setiap isu-isu kemasyarakatan tersebut sifatnya multidisiplin” (Effendi, 2009, hlm. 8). Menurut Oktavian (2015) karakteristik pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan dan cenderung tekstual, tetapi pembelajaran IPS harus mampu menghubungkan antara materi pembelajaran dengan fenomenafenomena yang terjadi dalam lingkungan keseharian siswa. Dalam praktek pembelajaran yang ditemui di lapangan masih banyak ditemukan berbagai permasalahan belajar IPS baik itu yang timbul dari guru maupun yang timbul dari siswa itu sendiri. Masalah klasik yang ditemui dalam pembelajaran IPS diantaranya anggapan bahwa belajar IPS itu membosankan, monoton, hanya menghafal dan memperhatikan guru ceramah mengenai materi IPS dan anggapan tersebut terjawab setelah peneliti mengamati proses pembelajaran IPS melalui kegiatan observasi di kelas 4 SDN Padasuka 3, pada praktiknya guru selalu lebih mendominasi dalam pembelajaran IPS (teachers centered).
Novia Nur Annisa¹, Nina Sundari², Ening Widaningsih³ Penerapan Model Kooperatif STAD Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Pembelajaran IPS| 4 Masalah lain yang ditimbulkan dari indikasi permasalahan di atas adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS serta kurangnya peningkatan kemampuan aktualisasi diri siswa dalam pembelajaran, dikarenakan siswa tidak dilibatkan secara aktif ketika proses belajar berlangsung, siswa juga kurang dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dan tidak tanggap terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat sehingga kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah sangat rendah bahkan tidak muncul dalam diri siswa karena materi hanya disampaikan oleh guru bukan dikembangkan secara utuh menjadi satu kesatuan dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai gambaran perolehan nilai saat pelaksanaan observasi pembelajaran IPS dari 29 siswa, 5 orang mendapatkan nilai di atas KKM (rentan nilai 78-85), 8 orang mendapat nilai 75 dan 16 orang yang memperoleh nilai di bawah KKM (rentan nilai 70-45). Merujuk dari hasil observasi tersebut maka perlu dilakukan perbaikan kualitas pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar siswa serta meningkatkan kemampuan aktualisasi diri dalam rangka menebang anggapan kurang maksimalnya proses pembelajaran IPS khususnya di Kelas 4 Sekolah Dasar. Berlandaskan Kurikulum KTSP Kelas 4 Sekolah Dasar, peneliti mengangkat materi “Permasalahan Sosial” yang dianggap sebagai materi yang relevan dengan model pembelajaran yang akan diterapkan, karena dapat memadukan cara berpikir kreatif dalam memecahkan masalah sehingga siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar karena umumnya siswa di Sekolah Dasar masih sangat
minim dalam kemampuan memecahkan masalah khususnya masalah sosial yang sering terjadi dan ditemui di lingkungan sekitar siswa. Adapun salah satu model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) berbasis pemecahan masalah (problem solving) akan diterapkan oleh peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 4. Student Team Achievement Division merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdiri dari beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran (Huda, 2013, hlm.201). Pembelajaran kooperatif yang dipadukan dengan pemecahan masalah diharapkan dapat menstimulus siswa untuk belajar mencari solusi dari permasalahan sosial yang ditemui di lingkungan sekitar secara berkelompok sehingga didalamnya dapat terjadi peningkatan kemampuan aktualisasi diri siswa berupa keaktifan, kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan aktualisasi diri peserta didik SD melalui penerapan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah di kelas 4 SD. METODE Penelitian dilaksanakan di Kelas 4 SDN Padasuka 3 dengan jumlah 29 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain spiral Kemmis Mc. Taggart, dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan tiga tindakan
5|Antologi UPI
Volume
setiap siklusnya. Penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (act) ,pengamatan (obresve), dan refleksi (reflect) Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, dokumentasi, dan evaluasi. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu teknik kualitatif dan kuantitatif. Penilaian kemampuan aktualisasi diri dengan indikator keaktifan, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah diperoleh melalui observasi, nilai LKS, dan nilai evaluasi inidivdu.
Edisi No.
Juni 2016
Selanjutnya pada tindakan 3 siklus I, peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan materi masalah kali yang kotor dan bangunan liar, siswa mengamati video. Media yang digunakan pad tindakan kali ini yaitu infokus, laptop, dan speaker. Berikut nilai kemampuan aktualisasi diri siswa pada siklus I. 75 70 65 60 55
70.03 72.05 63.43
Aktualisasi Diri
TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dimulai dari siklus 1 yang dimulai dengan tahap perencanaan berupa RPP, perencanaan media yang akan digunakan, dan segala keperluan yang menunjang penelitian. Setelah tahap perencanaan, peneliti melaksanakan penelitian yang dimulai dari siklus 1 sampai dengan siklus 3 dengan 3 tindakan pada masing-masing siklus, peneliti melakukan observasi keseluruhan proses penelitian yang kemudian hasilnya di refleksi di setiap tindakan, tahap refleksi membantu peneliti dalam melakukan perbaikan segala aspek penelitian untuk memperbaiki tindakan selanjutnya agar lebih optimal. Tahap refleksi ini dapat digunakan sebagai umpan balik peneliti dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Siklus I Pada tindakan 1 siklus I, materi yang diangkat adalah mengenai perbedaan masalah pribadi dan masalah sosial. Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah video pembelajaran. Pada tindakan 2 siklus I, peneliti mengambil materi masalah sampah dengan media yang digunakan yaitu gambar. ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Grafik 4.1 Grafik Kemampuan Aktualisasi Diri Siswa Siklus I Siklus II Dalam siklus II tindakan 1, materi yang diangkat mengenai masalah kemacetan lalu lintas. Media yang digunakan adalah gambar. Pada tindakan 2, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan materi masalah putus sekolah dan pengangguran dengan media yang digunakan adalah gambar dan poster. Selanjutnya pada tindakan 3, peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan materi masalah kenakalan remaja, siswa mengamati gambar contoh-contoh kenakalan remaja yang marak terjadi di lingkungan sekitar. Pada tindakan ini media yang digunakan adalah gambar. Berikut hasil rata-rata kemampuan aktualisasi diri siswa siklus II dapat dilihat pada grafik 4.2.
Novia Nur Annisa¹, Nina Sundari², Ening Widaningsih³ Penerapan Model Kooperatif STAD Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Pembelajaran IPS| 6 80 75 70
76.48 77.2
65 67.06 60
Aktualisasi Diri
Grafik 4.2 Grafik Kemampuan Aktualisasi Diri Siswa Siklus II Siklus III Materi yang digunakan pada siklus III tindakan 1 adalah masalah kemiskinan dengan media pembelajaran yakni video, tindakan 2 masalah kriminalitas yang berkaitan dengan materi pada tindakan sebelumnya, sedangkan pada tindakan 3 melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan me-review keseluruhan materi permasalahan sosial yang telah dibahas dari siklus 1 sampai siklus 3. Adapun rata-rata nilai kemampuan aktualisasi diri siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut. 89 88 87 86 88.29 85 84 85.55 83 84.39 82
Aktualisasi Diri
Grafik 4.3 Grafik Kemampuan Aktualisasi Diri Siswa Siklus III Pembahasan Model pembelajaran STAD berbasis pemecahan masalah merupakan suatu strategi yang diterapkan oleh peneliti dalam rangka meningkatkan kemampuan
aktualisasi diri siswa berupa keaktifan, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Perpaduan antara model kooperatif dan pemecahan masalah (problem solving) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran sehingga siswa ikut berkontribusi dalam memecahkan permasalahan yang terjadi di masyarakat, sejalan dengan Teori Bruner bahwa siswa dapat memahami konsep maka siswa tersebut harus terlibat secara langsung atau dilakukan oleh siswa itu sendiri. Adapun menurut Djamara (2006, hlm. 103) metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Maka dari itu, peneliti menggunakan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah agar kemampuan aktualisasi diri sebagai pencapaian tertinggi seseorang yang diharapkan muncul serta berkembang pada siswa kelas IV khususnya, dapat terealisasi dengan baik. Secara umum kegiatan pembelajaran IPS dengan menerapkan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah sudah terlaksana dengan baik dan lancar. Upaya tersebut dapat membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan, berlatih untuk memecahkan masalah dengan kreatif. Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan setelah menggunakan model kooperatif STAD berbasis pemecahan masalah, kemampuan aktualisasi diri siswa dari setiap siklus dan tindakannya menunjukkan peningkatan. Berdasarkan observasi dan analisis diketahui bahwa kemampuan aktualisasi diri dengan progress yang terus meningkat yaitu pada indikator
7|Antologi UPI
Volume
keaktifan, dimana setiap siswa dari siklus I tindakan 1 sampai tindakan 3 semakin menunjukkan partisipasi aktifnya dalam proses pembelajaran meskipun belum seluruh siswa karena masih ditemukan beberapa siswa lain yang masih pasif serta kurang mampu menujukkan eksistensi dirinya di dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Namun begitu guru selalu memberikan motivasi kepada siswa sehingga pada setiap tindakannya terjadi peningkatan yang cukup baik pada indikator kemampuan aktualisasi diri lainnya. Untuk memperjelas peningkatan kemampuan aktualisasi diri siswa dari siklus I sampai dengan siklus III, berikut disajikan grafik yang memuat nilai ratarata dari tindakan 1 sampai 3 di setiap siklus Nilai Rata-rata Kemampuan Aktualisasi Diri Siswa 100 80 60 40
68.5
73.58
86.07
20 0 Siklus I Siklus II Siklus III
Grafik 4.4 Grafik Nilai Rata-rata Kemampuan Aktualisasi Diri Siswa KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, deskripsi, dan pembahasan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) berbasis pemecahan masalah di Kelas 4 SDN Padasuka 3 Kota Bandung dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran terlaksana dengan baik, kondusif, dan sistematis sesuai dengan tahapan model ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
kooperatif STAD. Dari setiap siklus dan tindakan menunjukkan peningkatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, siswa juga terlibat aktif dalam diskusi memecahkan permasalahan sosial. Hal ini dibuktikan melalui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus dan tindakan. Adapun kemampuan aktualisasi diri siswa melalui penerapan model kooperatif Students Team Achievement Division (STAD) berbasis pemecahan masalah mengalami peningkatan dari setiap siklus dan tindakannya dengan perolehan rata-rata nilai pada siklus I berada pada angka 68,50 dan dikategorikan pada rentang skor cukup. Siklus II mulai meningkat dengan perolehan nilai rata-rata 73,58 termasuk pada kategori rentang skor baik dan untuk siklus III mengalami peningkatan yang signifikan yakni 86,07 dan dikategorikan sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Cervone. Daniel, A. Lawrence & Pervin. (2011). Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika Djamara, Syaiful.B dan Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Effendi, Ridwan. (2009). Silabus Pengembangan Pendidikan IPS. Bandung: UPI PRESS Huda, M. (2015). Cooperative Learning; Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Oktavian, Catur Nurrochman. (2015). “IPS Bukan Hafalan” (Sebuah Kajian untuk Memperkuat Konsep dan Tujuan IPS). Bandung: PT. Grafindo
Novia Nur Annisa¹, Nina Sundari², Ening Widaningsih³ Penerapan Model Kooperatif STAD Berbasis Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Aktualisasi Diri dalam Pembelajaran IPS| 8 Redaksi Sinar Gafika. (2010). UndangUndang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional). Jakarta: Sinar Grafika. Slavin, R. (2015). Cooperative Learning; Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.