PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI DI SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta)
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: MUHAMMAD ASHIP NIM: 107011000881
Disetujui oleh Dosen Pembimbing
Pror. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor, MA. 19470902 196712 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada jenjang Strata Satu (S1) di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya, dan atau merupakan jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat,
Juli 2014
Muhammad Aship
ABSTRAK
Muhammad Aship (107011000881). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Study Penelitian pada Siswa Kelas VIII D di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).Universitas Islam Negeri Sayarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakartatahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional. Data penelitian diperoleh melalui angket, observasi, dan kajian dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun pelajaran 2013/2014.Ini dibuktikan dari hasil observasi (angket) yang menunjukkan bahwa penerapan metode Jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 236 (39,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 90 (15,00%), dan jawaban responden sangat tidak setuju adalah sebanyak 18 (3,00%). Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 Jakarta adalah sudah baik atau mendekati sangat baik. Hal ini berdasarkan frekuensi jumlah jawaban responden yang sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban responden yang setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban responden yang tidak setuju adalah sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban responden yang sangat tidak setuju adalah sebanyak 8 (1,33%). Penerapan metode kooperatif Jigsaw berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar Agama Islam pada siswa kelas VIII D di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Hal ini berdasarkan pada nilai t-hitung sebesar 5,374 > t-tabel sebesar 1,333 dan nilai probabilitas (Sig) < α = 0,05. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%). Kata kunci: Metode pembelajaran kooperatif jigsaw, motivasi belajar.
i
ABSTRACT Muhammad Aship (107011000881). The Application of Learning Method Cooperative Type of Jigsaw to Increase Students’ Learning Motivation in PAI Lesson in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta (Research Study at the Students VIII D Grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta). Thesis, Department of Islamic Education. Faculty of Tarbiya and Teaching (FITK). State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. The purpose of this research is to improve students' motivation in learning PAI in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta in academic year 2013/2014 by using learning method cooperative type of jigsaw. The methodology that was used in this research was research methodology of correlational. The data were obtained through questionnaires, observation, and study the documentations. The data analysis techniques used in the study is quantitative descriptive analysis. The validity of the data using a data source triangulation techniques. The conclusion from this study is that the application of learning method cooperative type of jigsaw can increase students' motivation in subject of PAI in SMP Muhammadiyah Jakarta 8 in academic year 2013/2014. This is evidenced from the observation that indicates that the application of learning method cooperative type of jigsaw in teaching and learning in Islamic studies at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is good or very good approach. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree that as many as 256 (42.67%), respondents who agree are as many as 236 (39.33%), respondents who do not agree are as many as 90 (15.00%), and respondents who strongly disagree are as many as 18 (3.00%). Students’ learning motivation in SMP Muhammadiyah 8 Jakarta is already good or approaching very good. It is based on the frequency of the number of respondents who strongly agree are as many as 263 (43.83%), respondents who agree are as many as 248 (41.33%), respondents who do not agree are as many as 81 (13.50%), and respondents who strongly disagree are as many as 8 (1.33%). The application of learning method cooperative type of jigsaw has positif effect and significant on motivation to learn Islamic study at the students VIII D grade at SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. It is based on the percentage of 5,374 t count> t-table is 1.333 and the probability value (Sig) <α = 0.05. The amount of the contribution (influence) the application of the Jigsaw method on learning motivation is 0.508 (50.8%). Keywords: Jigsaw cooperative learning method, learning motivation.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji hanyalah milik Allah swt. Rabb Semesta Alam semata, yang karena taufiq dan inayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini meski harus melalui berbagai hambatan dan rintangan, hingga berjuang pada penyelesaian masa study yang cukup lama. Shalawat teriring salam semoga senantiasa Allah sampaikan kepada manusia agung, Muhammad al-Musthafa, yang warisan-warisannya senantiasa menjadi bahan kontemplasi dan rujukan di tengah kegelapan alam pikiran manusia dalam dunia yang semakin renta. Dalam penyelesaian skripsi ini tak terhitung banyaknya lantunan do’a, motivasi, dukungan dan uluran tangan yang diretima oleh penulis. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai
pihak
sehingga
penulis
mampu
menjalani
perkuliahan
dan
menyelesaikan syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ucapan terima kasih kepada Seluruh staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dan mengerti keadaan penulis ketika terlambat mengembalikan buku pinjaman. Juga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk meminjamkan buku-bukunya. Ucapan terima kasih pula penulis sampaikan kepada : ( Ibu Nurlena Rifa’I, MA.,Ph.D. selaku ketua Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan ), Drs. Sapiudin, M.Ag. Selaku dosen Penasehat Akademik, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi'i Noor selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Dr. H. Abdul Majid Khon, MA. Selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan Ibu Marhkamah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Bpk. Faza, selaku staf administrasi Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh Dosen Penguji Skripsi pada Sidang Munaqosah, serta penulis sampaikan pula kepada seluruh Pengelola dan Staf Akademik Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan juga Staf Akademik Pusat yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi. Ucapan
iii
terimaksih juga penulis sampaikan kepada kepala sekolah dan guru serta siswa SMP Muhammadiyah 8 Jakarta, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dalam skripsi ini. Ucapan terima kasih yang se-tulus-tulusnya juga penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta, Almarhum Almaghfurlah Bpk. Amin Mundzir, yang nasihat-nasihat dan pesan-pesanya senantiasa penulis ingat, semangat dan perjuangan yang tak pernah padam hingga akhir hayat beliau, yang menjadi motivasi terdalam bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini demi mewujudkan cita-cita dan harapan yang sempat beliau sampaikan sebelum kepergiannya, serta untuk melanjutkan perjuangan beliau. Semoga Allah senantiasa menaunginya dengan Rahmat dan Cinta-Nya. Aamiinn… Juga untuk Ibunda tercinta, Ibu Fatimah, terima kasih atas curahan do'a, kasih sayang, ketulusan, kesabaran dan perhatian yang diberikan sejak penulis
kecil hingga saat ini. Semoga Allah
senantiasa menjaganya dengan Kasih dan Sayang-Nya. Serta untuk keduanya-lah skripsi ini penulis persembahkan. Serta untuk kakak-kakakku tercinta, kang udin, kang mimin, kang ipah dan untuk adik-adikku tercinta, Ma’mun, Nur’aini dan Zubaedah yang telah mencurahkan perhatian, kasih saying, keikhlasan do’a yang tiada henti untuk penulis. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Guru kami yang terhormat Bpk. H. Bachron Fathin M.A “ dan " Bpk. Subchi Ahmad Fikri, MA., yang telah banyak memberikan saran, motivasi dan taushiah-taushiah sepirit ke-Agama-an kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda H. Azhar Fuady Azuddin dan Bunda Faizah yang juga telah banyak meng-infaq-kan morilnya maupun materilnya. Penulis sampaikan juga terima kasih kepada bunda Hj. Radi’ah Salim, Hj. Retno Bambang Sumantri, Hj. Rosmawati Redha, H, Setidarma kanani selaku Pengurus dan pengasuh anak-anak yatim Majlis ta’lim Yayasan Istiqomah Tanah Kusir, Yang juga telah banyak membantu penulis, semoga Allah swt. Senantiasa memberikan balasan yang se-baik-baiknya kepada mereka semua. serta Selalu diberikan
keberkahan,
keselamatan,
Aamiiinnn…
iv
dan
kebahagiaan,
Dunia-Akhirat.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Sahabat-Sahabatku, santriwan dan santriwati serta Pengurus Mushalla Ar-Ridho Sawah Baru Ciputat dan Pengurus Masjid Istiqomah Tanah Kusir yan telah membantu penulis dam memotivasi penulis serta mengajarkan tentang indahnya kebersamaan. Kemudian penulis sampaikan pula terima kasih banyak kepada Istriku tercinta adinda Fatimatuzzahro, yang senantiasa setia mendampingi penulis dalam suka-maupun duka pada perjuangan ini, serta kesabaran yang begitu besar, juga lantunan do’a dan perhatiannya yang tak kenal lelah yang selalu mengiringi penulis dalam menyelesaikan skripsi. penulis sampaikan pula kepada sahabatsahabat PAI, khususnya angkatan 2007, yang sama-sama dalam perjuangan keras pada penyelesaian tugas akhir ini. Semoga kalian berhasil, dan dapat berjumpa kembali dalam dunia masa depan yang baik dan cemerlang. Aamiin..
Jakarta, 24 Juli 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAK .........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix PENDAHULUAN
BAB I
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................
5
C. Pembatasan Masalah .......................................................................
6
D. Perumusan Masalah .........................................................................
6
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian ...........................
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif .................................
8
b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw ...................... 10 c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ..... 12 d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ................. 12 e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . 13 f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif .... 15
vi
2. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi .......................................................... 16 b. Fungsi dan Peranan Motivasi ............................................ 18 c. Macam-macam Motivasi ................................................... 19 d. Upaya Membangkitkan Motivasi Belajar ......................... 22 3. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 23 b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ...................................... 24 c. Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................... 25 B. Kerangka Berfikir ............................................................................ 26 C. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 29 B. Subjek Penelitian ............................................................................. 29 C. Metode Penelitian ............................................................................ 30 D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 30 E. Sumber Data dan Penelitian ............................................................ 33 F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 34 G. Teknik Validitas Data ...................................................................... 35 H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 36 BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil SMP Muhammadiyah 8 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ................ 40
vii
2. Tujuan, Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ........... 41 3. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta ............... 41 B. Uji Validitas dan Reabilitas.............................................................. 42 C. Deskiptif data penelitian................................................................... 46 D. Deskriptif Jawaban Responden ........................................................ 50 E. Deskriptif Total Skor ........................................................................ 55 F. Uji Prasyarat Data ............................................................................ 55
BAB V
1.
Uji Normalitas Data .................................................................. 56
2.
Uji Linieritas Data ..................................................................... 56
3.
Analisa Data dan Interpretasi .................................................... 57
4.
Uji Hipotesis ............................................................................. 59
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 60 B. Saran ................................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw ........................................ 43
Tabel 2.
Reliabilitas Metode Jigsaw .......................................................... 44
Tabel 3.
Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ...................................... 45
Tabel 4.
Reliabilitas Motivasi Belajar ...................................................... 46
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw ................................... 47
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar ................................ 49
Tabel 7.
Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw ............................................. 51
Tabel 8.
Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar ......................................... 53
Tabel 9.
Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw, dan Motivasi Belajar ......................................................................................... 55
Tabel 10.
UjiNormalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov .................... 56
Tabel 11.
Uji Linieritas ................................................................................ 56
Tabel 12.
Uji Model Summary ................................................................... 57
Tabel 13.
Uji T (Uji Coefficients) .............................................................. 58
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Menurut Trianto, “Perubahan dan perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan”.1 Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2 Pada hakikatnya, pendidikan formal yang dilaksanakan di sekolah merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar, terencana, dan sistematis oleh pendidik dalam melaksanakan tugasnya untuk mengembangkan kepribadian, kecerdasan, dan kemampuan peserta didik ke arah yang lebih maju guna
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.1 Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003) h. 5-6. 2
1
2
menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga siap dan mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi. Proses pembelajaran di sekolah pada umumnya belum menampakkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bertindak melakukan penggalian potensi yang ada padanya. Sikap yang demikian mungkin disebabkan karena metode pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif lebih sukar. Hal ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa. Salah satu mata pelajaran khusus yang diberikan kepada siswa adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan akhlak dan pribadi siswa. Pendidikan Agama Islam secara umum dapat
dipahami sebagai upaya untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama Islam. Sehingga menjadi pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada umumnya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Sehingga kegiatan belajar mengajar masih monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Kondisi seperti itu akan menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa dan kurangnya pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan penelitian, permasalahan tersebut tidak jauh berbeda terjadi di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta. Perhatian siswa yang rendah terhadap mata pelajaran PAI disebabkan karena tidak adanya peningkatan motivasi belajar siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Seorang guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya sebagai guru didepan kelas. Komponen yang harus dikuasai adalah menggunakan bermacam-macam model pembelajaran yang bervariasi yang dapat menarik minat belajar siswa dan guru tidak hanya cukup dengan memberikan ceramah di depan kelas. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik, melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan apabila hanya guru sendiri
3
yang berbicara, sedangkan mereka duduk, diam dan mendengarkan. Kebosanan dalam mendengarkan uraian guru dapat mematikan semangat belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu menguasai model pembelajaran. Perlu adanya usaha untuk memperbaiki hasil belajar siswa dengan berbagai cara antara lain: perbaikan model pembelajaran, penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, peningkatan sarana dan pra sarana, memberi motivasi siswa supaya semangat belajar, mengingatkan orang tua agar memberi motivasi belajar dirumah. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Rusman, “Model pembelajaran ini bisa melatih siswa aktif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk salin berinteraksi”.3 Penggunaan secara efektif keterampilan-keterampilan kooperatif menjadi semakin penting untuk mengembangkan sikap saling bekerja sama, mempunyai rasa tanggung jawab dan mampu bersaing secara sehat. Menurut Artzt & Newman, sebagaimana dikutip Trianto, "menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugastugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama".4 Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Model pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Beberapa alasan lain yang menyebabkan model jigsaw perlu diterapkan sebagai model pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikir yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan 3
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal.203 4 Trianto, Op. Cit., h.56
4
akurat seluruh materi. Dengan demikian, jika model pembelajaran ini diterapkan dalam proses pembelajaran, maka akan terjadi pembelajaran student center, bukan teacher center. Dengan adanya faktor kesamaan tersebut, maka dalam pencapaian keberhasilan siswa dapat pula dikombinasikan antara model pembelajaran jigsaw dengan
peningkatan
motivasi
belajar
siswa.
Yang
diharapakan
dapat
meningkatkan mutu pembelajaran pada mata pelajaran PAI. Motivasi sebagai salah satu faktor psikologis adalah sangat penting dalam proses
kegiatan
belajar.
Motivasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan siswa. Asumsi ini sejalan dengan pendapat Sardiman yang mengatakan bahwa seseorang itu akan mendapat hasil yang diinginkan dalam belajar bila dalam dirinya terdapat keinginan untuk belajar.5 Ini berarti bahwa motivasi memiliki pengaruh terhadap keberhasilan siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Sebaliknya rendahnya motivasi siswa dalam belajar maka akan rendah pula hasil yang dicapai. Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong untuk pencapaian prestasi. Seseorang akan melakukan suatu kegiatan karena adanya motivasi dalam dirinya. Adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan mencapai hasil yang optimal. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Ar-Ra’du ayat 11 :
: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Dalam ayat lain juga Allah berfirman : Artinya
5
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.40
5
(2). apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. (3). dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiaptiap sesuatu. (Q.S. At-Thalaq : 2-3)6 Artinya :
Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun terutama yang didasari oleh adanya motivasi maka seseorang itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai:
“PENERAPAN
METODE
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA
PADA
MATA
PELAJARAN
PAI
DI
SMP
MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA”.
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka identifikasi masalah antara lain sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran pada mata pelajaran PAI. 2. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa pada mata pelajaran PAI.
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1984).
6
3. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI masih rendah. 4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum optimal. 5. Metode pembelajaran yang kurang bervariasi
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis memberi batasan penelitian ini sebagai berikut: 1. Metode Pembelajaran Jigsaw Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil yang bertanggunga jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. 2. Motivasi belajar Yang dimaksud motivasi belajar di sini adalah adanya dorongan baik internal maupun eksternal pada siswa kelas VIII D untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang meliputi; adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka pokok perumusan masalah yang ingin penulis kemukakan yaitu: 1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata Pelajaran Agama Islam di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan? 2. Apakah terdapat pengaruh penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan?
7
E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui proses penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI. b. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilakukan di kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta pada mata pelajaran PAI. 2. Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bersifat teoritis dan praktis. a. Secara Teoritis Hasil penlitian diharapakan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan Islam. b. Secara Praktis 1) Bagi para pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. 2) Bagi siswa Meningkatkan
motivasi
serta
keaktifan
siswa
dalam
belajar
pendidikan Islam. 3) Bagi penulis Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif ketika mengajar mata pelajaran PAI.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Melalui pembelajaran kooperatif akan memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Melalui pembelajaran kooperatif pula, seorang siswa akan menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain. Lie mengatakan bahwa, “Pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan dasar asumsi bahwa proses belajar akan lebih bermakna jika peserta didik dapat saling mengajarkan".7 Walaupun dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat belajar dari dua sumber belajar utama, yaitu pengajar dan teman belajar lain. Menurut Rusman, “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”.8 Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan 7
Made, Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009) Cet. II, h.189 8 Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h.202
8
9
guru (multi way traffic comunication). Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Selama
belajar
secara
kooperatif
keterampilan khusus agar dapat bekerja
siswa
diajarkan
keterampilan-
sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Menurut Eggen and Kauchak, "Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama".9 Pembelajaran kooperatif ini disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Diatas telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerjasama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Menurut Johnson & Johnson, seperti yang dikutip oleh Richard M. Felder dan Rebecca Brent didalam bukunya Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, memberikan gambaran lebih rinci dengan menyatakan pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang 9
h.58
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2009).
10
melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam tim, menyelesaikan suatu tujuan bersama, dalam suatu kondisi yang meliputi sejumlah unsur dan prinsip-prinsip berikut : 1) Saling ketergantugan positif, yaitu anggota tim terikat untuk bekerja sama satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran; 2) Tanggung jawab individu, yaitu seluruh siswa dalam tim bertanggung jawab untuk mengerjakan bagian tugasnya sendiri serta wajib menguasai seluruh materi pembelajaran; 3) Interaksi tatap muka, walaupun setiap anggota tim secara perorangan mengerjakan tugas bagiannya sendiri, sejumlah tugas harus dikerjakan secara interaktif, masing-masing memberikan masukan, penalaran dan kesimpulan, dan lebih penting lagi mereka saling mengajari dan memberikan dorongan (motivasi) satu sama lain; 4) Penerapan keterampilan kolaboratif, dimana siswa didorong dan di bantu untuk mengembangkan rasa saling percaya, kepemimpinan, pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan mengelola konflik; 5) Proses kelompok, dimana anggota tim menetapkan tujuan kelompok, secara periodik menilai hal-hal yang tercapai dengan baik dalam tim, serta mengidentifikasi perubahan yang harus dilakukan agar ke depan tim dapat berfungsi lebih efektif. 10 b. Karakteristik Metode Pembelajaran Jigsaw Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang. Di dalam kelompok inilah siswa yang menjadi “ahli” dalam subtopik yang akan bertanggung jawab untuk mengajarkan kepada anggota kelompoknya agar dapat menguasai materi yang diberikan guru. Hisyam Zaini dkk. Menyatakan bahwa “Tipe pembelajaran jigsaw merupakan tipe yang menarik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, 10
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, (Bandung: Rosda Karya, 2012), h.166
11
apalagi materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Pada tipe ini seluruh siswa dilibatkan dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa yang lainnya”.11 Dengan kegiatan siswa mengajari siswa maka kondisi seperti ini dapat memotivasi siswa lain untuk mengungkapkan gagasannya serta bertukar pendapat. Adanya pencapaian tujuan bersama juga mendorong siswa saling membantu setiap anggota dalam kelompoknya agar dapat mencapai penguasaan materi. Jhonson and Jhonson, seperti dikutip dalam bukunya Rusman, Modelmodel Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perekembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah: 1) Meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan daya ingat; 3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tigkat tinggi; 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu); 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen; 6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah; 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru; 8) Meningkatkan harga diri anak; 9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif; dan 10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong. 12 Kegiatan yang dilakukan dalam metode jigsaw adalah sebagai berikut: 1) Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi. Siswa memperolah topik-topik permasalahan untuk dibaca, sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut. 2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik permasalahan tersebut. 3) Laporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan hasil yang didapat dari diskusi tim ahli. 4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi. 5) Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. 13
11
Hisyam Zainin, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008),
h.56 12 13
Rusman, Op. Cit., h.219 Ibid.
12
c. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Di setiap kelompoknya bersifat heterogen dimana kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang yang berbeda. Salah satu ciri yang membedakan dari metode-metode pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran model jigsaw yang dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif ini menandakan bahwa pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok biasa, karena pada pembelajaran ini siswa tidak hanya bertanggung jawab pada dirinya sendiri tetapi juga bertanggung jawab terhadap kelompoknya. Siswa juga dapat berpartisipasi secara aktif serta saling terkait satu sama lain di dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif juga dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan di kehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama. d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran kooperatif Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pemebelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar
13
peserta dapat saling membelajarkan melalui bertukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk di miliki di dalam masyarakat di mana sebagian besar orang dewasa banyak melakukan pekerjaan di dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Adapun menurut Warsono dan Hariyanto, keuntungan atau manfaat bersama yang di dapat dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) Saling memperoleh hasil usaha orang lain (suksesmu menguntungkan aku dan suksesku menguntungkan kamu); 2) Kesadaran bahwa semua anggota kelompok akan saling berbagi manfaat yang sama (kita semua berenang atau tenggelam bersama di sini); 3) Merasa bangga dan mau bergabung untuk merayakan keberhasilan semua anggota kelompok. 14
e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Priyanto, seperti yang telah dikutip oleh Made Wena, dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada beberapa langkah yang harus dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:15 1) Pembentukan Kelompok Asal Setiap kelompok asal terdiri dari 4-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen. 2) Pembelajaran pada Kelomok Asal Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual. 14 15
Warsono dan Hariyanto, Op. Cit., h. 166 Made Wena, Op. Cit., h. 194
14
3) Pembentukan Kelompok Ahli Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli. 4) Diskusi Kelompok Ahli Anggota kelompok ahli mengajarkan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. 5) Diskusi Kelompok Asal (Induk) Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran. 6) Diskusi Kelas Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa. 7) Pemberian Kuis Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang di peroleh masing- masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok. 8) Pemberian Penghargaan Kelompok Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai. Berikut adalah ilustrasi penjelasan jigsaw:
Gambar kelas model Jigsaw
15
f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 1) Keunggulan Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran diantaranya: a) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. b) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. c) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersoanal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya. g) Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil). h) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2) Kelemahan Di samping keunggulan, model pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan, di antaranya: a) Untuk memahami dan mengerti filosofis model pembelajran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasioanl kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang di anggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka
16
di bandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapakan adalah prestasi setiap individu siswa. d) Keberhasilan
pembelajaran
kooperatif
dalam
upaya
mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali penerapan strategi ini. e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan pada kemampuan secara individual. Oleh karena itu, idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam model pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah. 16 2. Motivasi a. Pengertian Motivasi Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang selalu dikemukakan ialah: bagaimanakah memotivasi seseorang agar mempelajari apa yang harus dipelajarinya? Dalam kehidupan sehari-sehari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar.17
16
Wina, Op. Cit., h.249 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 139 17
17
Dalam psikologi istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi. Silverstone menganggap motif ini merupakan tahap awal dari proses motivasi, karena itu W.S. winkell menanamkan motif ini baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan) saja.18 Sebab motif-motif itu tidak selamanya aktif. Motif-motif ini hanya aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.19 Oleh karena itu, motif-motif menjadi aktif pada saat tertentu saja, dan bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Mc. Donald mengatakan bahwa, "Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions". (Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan).20 Yakni sebuah perubahan energi pada diri seseorang yang berbentuk nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya. Dan motivasi menurut Sumardi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.21 Menurut M. Ustman Najati, "Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku
18
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h.129 19 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007). h. 73 20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 148 21 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 101
18
serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu".22 Sedangkan, menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik yang di kutip dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.23 Dari paparan berbagai definisi para ahli, dapat dipahami bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong tingkah laku, daya gerak, aktivitas seseorang yang menuntut atau mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya. Seseorang yang mempunyai tujuan dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi untuk mencapainya. Dan semakin kuat motivasi seseorang maka semakin besar peluang untuk mencapai tujuan.
b. Fungsi dan Peranan Motivasi Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip dalam tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut. 1) Motivasi sebagai Dasar Penggerak yang Mendorong Aktivitas Belajar Seseorang yang hanya berminat untuk belajar tapi belum sampai pada tataran motivasi dan belum menunjukkan aktivitas nyata, maka tidak akan ada kegiatan belajar. Namun, minat adalah alat motivasi dalam belajar. Minat merupakan potensi psikologi yang dapat di manfaatkan untuk menggali motivasi. Bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu. Oleh karena itulah, motivasi diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang. 2) Motivasi Instrinsik Lebih Utama dari pada Motivasi Ekstrinsik dalam Belajar Efek yang diharapkan dari pemberian motivasi ekstrinsik adalah kecenderungan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu dari luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karen itu, motivasi instrinsik lebih utama dalam belajar. Anak didik yang belajar berdasarkan motivasi instrinsik sangat sedikit terpengaruh dari luar serta semangat belajarnya sangat kuat. 22
Abdul Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2009. h. 183 23 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), h.158
19
3) Motivasi Berupa Pujian Lebih Baik daripada Hukuman Meski hukuman tetap diberlakukan dalam memicu semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang dikatakan itu tidak asal mengatakan, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4) Motivasi Berhubungan Erat dengan Kebutuhan dalam Belajar Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak didik. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar. 5) Motivasi Dapat Memupuk Optimisme dalam Belajar Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukan pekerjaan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetapi juga di hari-hari mendatang. 6) Motivasi Melahirkan Prestasi Dalam Belajar Dari berbagai hasil penelitian selau menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik. 24 Dari uraian diatas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan memepengaruhi serta mengubah kelakuan. Adapun fungsi motivasi menurut Oemar Hamalik yang dikutip dalam bukunya, antara lain :25 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar. 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. c. Macam-macam Motivasi Pendapat mengenai klasifikasi motivasi itu bermacam-macam. Beberapa pendapat para ahli psikologi diantaranya adalah sebagai berikut. Menurut Chaplin, motivasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu physiological drive dan social motives. Physiological 24
Syaiful Bahri Op. Cit., h. 152 Oemar Hamalik, Op. Cit., h.161
25
drive ialah dorongan-dorongan yang
20
bersifat fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social motives ialah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti estetis, dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke dalam social motives.26 Disamping itu Frandsen, menambahkan macam-macam motif yaitu: 1) Cognitive motives Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual. 2) Self-expression Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri. 3) Self-enhancement Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.27 Selain dua tokoh di atas, beberapa psikologi ada yang membagi motivasi menjadi dua, yaitu: 1) Motivasi Intrinsik, ialah motivasi yang berasal dari diri seseorang itu sendiri tanpa di rangsang dari luar. Misalnya: orang yang gemar membaca, tidak usah ada yang mendorong, ia akan mencari sendiri buku-bukunya untuk di baca. 2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi datang karena adanya perangsangan dari luar, seperti: seorang mahasiswa rajin belajar karena akan ujian.28 Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik akan sulit untuk 26
Abdul Rahman, Op. Cit., h. 192 Sadirman, Op. Cit., h. 87. 28 Abdul Rahman, Op. Cit., h. 194 27
21
melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Sebaliknya seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna di masa kini dan mendatang. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau belajar. Berbagai macam cara dilakukan agar anak didik termotivasi untuk belajar. Guru yang berhasil mengajar adalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya.29 Abraham Maslow, mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Aktualisasi diri Penghargaan Sosial Keamanan Faali
a. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya) b. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya) c. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
29
Syaiful Bahri, Op. Cit., h.151
22
d. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan) e. Kebutuhan memahami,
aktualisasi dan
diri
(kebutuhan
menjelajahi;
kebutuhan
kognitif: estetik:
mengetahui, keserasian,
keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya). Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
d. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Menurut De Decee dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang tercapainya tujan pengajaran.30 1) Menggairahkan Anak Didik Dalam kegiatan rutin di kelas sehari-hari guru harus berusaha menghindari hal-hal yang monoton dan membosankan. Ia harus selalu memberikan kepada anak didik cukup banyak hal-hal yang perlu dipikirkan dan dilakukan. Guru harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberi kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar. 2) Memberikan Harapan Realistis Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurng tau tidak realistis. Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan antara harapan-harapan yang realistis, pesimistis, atau terlalu optimistis. 30
Ibid. h. 169
23
3) Memberikan Insentif Bila anak didik mendapat keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga anak didik terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran. 4) Mengarahkan Perilaku Anak Didik Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Anak didik yang diam, yang membuat keributan, yang berbicara semaunya, dan sebagainya harus di beri teguran secara arif dan bijaksana. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat anak didik adalah sebagai berikut: a) Membangkitkan kebutuhan pada diri anak seperti kebutuhan rohani, jasmani, sosial, dan sebagainya. Rasa kebutuhan ini kan menimbulkan keadaan labil, ketidakpuasan yang memerlukan kepuasan. b) Pengalaman-pengalaman yang ingin ditanamkan pada anak hendaknya didasari oleh pengalaman-pengalaman yang sudah dimiliki. c) Beri kesempatan berpartisipasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tugas-tugas harus disesuaikan dengan kesanggupan murid. Anak yang tidak pernah mencapai hasil yang baik atau tidak pernah dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, akan merasa putus asa. d) Menggunakan alat-alat peraga dan berbagai metode mengajar.31 1. Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Menurut Tayar Yusuf, mengartikan "Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya", sedangkan menurut A. Tafsir, "Pendidikan agama Islam adalah 31
Zakiah Daradjat, Op. Cit., h.143
24
bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang
secara maksimal sesuai ajaran Islam".32 Lalu menurut Imam Bawani menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani-rohani berdasarkan hukumhukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.33 Tohirin dalam bukunya, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, bahwa mengenai pendidikan agama Islam dapat dipahami, sebagai berikut: 1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life). 2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran Islam. 3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaranajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan jaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Dasar pendidikan Islam tentu saja didasarkan kepada falsafah hidup umat Islam dan tidak ddidasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sebab sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. 34
b. Fungsi Pendidikan Agama Islam Menurut Majid, pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:35 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam 32
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.11 33 Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h.9 34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.121 35 Abdul Majid, Op. Cit., h.15
25
keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya. 2) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. 4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari. 5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya. 6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya. 7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai ajaran agama Islam kepada anak didik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaanny serta menjadikannya sebagai pedoman hidup untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan anak didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-sehari.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan
Agama
Islam
di
sekolah/madrasah
bertujuan
untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.36
36
Ibid. h.16
26
Tujuan pendidikan agama Islam di atas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II, pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.37 Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam merupakan usaha dalam membangun manusia yang utuh dalam rangka pembentukan kepribadian, moralitas, sikap ilmiah dan keilmuan, kemampuan berkarya, profesionalisasi sehingga mampu menunjukkan iman dan amal shaleh sesuai nilai-nilai keagamaan dan kehidupan.
B. Kerangka Berfikir Pada dasarnya, guru adalah seorang motivator bagi para siswanya dalam melakukan proses kegiatan belajar – mengajar, guru sebagai seorang pemimpin melakukan dua usaha utama: (1) memperkokoh motivasi siswa. (2) memilih strategi yang tepat. Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu; (1) Motivasi intrinsik yang mengacu kepada faktor-faktor dari dalam, tersirat baik dari tugas itu sendiri maupun pada diri siswa. Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan untuk menjelajah pengetahuan merupakan faktor intrinsik semua orang. (2) Motivasi ekstrinsik yaitu mengacu kepada faktor-faktor dari luar dan ditetapkan pada tugas atau pada diri siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik dapat berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode mengajar yang tepat akan membawa prestasi belajar siswa yang maksimal. Pemilihan metode mengajar ini harus disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan juga standar
37
Undang-undang Sisdiknas, Loc. Cit.
27
kompetensi yang disampaikan, selain memperhatikan sarana dan prasaranayang ada dan kondisi dan situasi siswa. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah mata pelajaran yang erat kaitannya dengan pembentukan karakter, sikap dan sifat siswa. Mata pelajaran ini juga erat sekali dengan lingkungan tempat siswa beradaptasi sehingga pada dasarnya siswa telah memiliki pengetahuan-pengetahuan atau konsep-konsep dasar dalam mata pelajaran ini yang diperoleh dari lingkungan dan media massa. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama islam guru dituntut untuk menggali konsep, pengetahuan atau informasi dasar yang telah dimiliki oleh siswa dan memilahnya ke dalam kumpulan konsep atau pengetahuan yang benar dan membangunnya dalam pengetahuan yang tepat untuk pembetukan sikap dan sifat yang baik yaitu sikap siswa berdasarkan ajaran-ajaran Islam. Dengan metode ini guru dapat menggali konsep dan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh seorang siswa dan membangunnya dalam suatu konsep pengetahuan yang benar. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kelompok. Dalam proses pembelajaran kooperatif terjadi peristiwa pengajaran teman sebaya (peer teaching) yang cenderung lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran oleh guru. Dalam sistem pembelajaran kooperatif siswa berkesempatan untuk bekerjasama dengan teman untuk mengembangkan diri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator belajar sehingga hasil belajar akan lebih bermakna mendalam bagi siswa. Pada pembelajaran konvensional, guru yang lebih berperan aktif sebagai sumber belajar dan siswa hanya sebagai objek pembelajaran yang cenderung bersifat pasif. Dengan metode yang berbeda yaitu metode kooperatif tipe jigsaw dan pembelajaran konvensional seperti terurai diatas akan membawa prestasi siswa yang berbeda.
C. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai
28
berikut: “Semakin tepat penggunaan metode Jigsaw pada siswa maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam”. Berdasarkan hipotesis tersebut maka hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) dapat dirumuskan. Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara tepatnya penggunaan metode Jigsaw dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, bentuk dan strategi pendidikan, sumber data dan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta yang berlokasi di Jl. Bendi Raya/Besar No. 42 Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.Tindakan penelitian ini dilakukan di kelas VIII D, hal tersebut dikarenakan menurut pihak sekolah dan guru kelas yang mengajar dikelas VIII D serta hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti, permasalahan pada motivasi belajar siswa yang menurun yang menjadikan kurangnya perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam.
B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Muhammadiyah 8 Jakarta Tahun ajaran 2013/2014”. Jumlah siswa dikelas tersebut adalah 30 siswa, yang terdiri dari 16 siswa putra dan 14 siswa putri dengan peniliti bertindak sebagai guru kelas. Penelitian ini mengambil objek penelitian metode pembelajara kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).
29
30
C. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional,yang bertujuan untuk melihat pengaruh atau hubungan antara dua variable.38 Yaitu dengan cara menganalisa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa data dan informasi mengenai masalah pengaruh antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa. Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variable bebas (Independent Variable) yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (X) dan Variabel terikat (Dependent Variable) yaitu motivasi belajar siswa (Y). Penelitian korelasi bermaksud mengetahui sejauh mana suatu variable berpengaruh pada variable lainnya. Penelitian ini akan terlihat seberapa besar korelasi antara penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Adapun sebagai pedoman penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Skripsi, yang Disusun oleh Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2013
D. Populasi dan Sample Agar pembahasan lebih terarah dan sistimatis sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk menguraikan halhal yang berkaitan dengan metode penelitian ini adalah : populasi dan sampel, instrumen pengumoulan data dan teknik analisis data. 1. Populasi Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang populasi, terlebih dahulu akan diuraikan batasan-batasan populasi yang dimaksud, antara lain adalah sebagai berikut: Menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research in Education, mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah yang lebih 38
Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat:Islamic Research Publishing, 2009), h. 132.
31
besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan sebagai seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas.39 Menurut Winarno Surakhmad mengemukakan bahwa Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dilakukan baik berupa manusia, hewan, benda, tumbuh-tumbuhan serta gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berkaitan dengan obyek dari suatu penelitian.40 Suharsimi Arikunto memberikan pengertian bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Apabila peneliti ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.41 Dalam buku Pengantar Metode Statistik II dikemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri atau karakteristik yang sama.42 Jadi, yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian, baik itu seluruh anggota, sekelompok orang, kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas dan memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang sama. Dengan demikian yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan obyek yang menjadi sasaran penelitian yaitu keseluruhan siswa dengan jumlah 492 sebagai obyek penelitian yang ada di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta tahun ajaran 2013-3014. 2. Sampel Sampel menurut Suharsimi
Arikunto dalam Nazar Bakry yang
mengemukakan bahwa “sampel adalah sebahagian atau wakil populasi yang di
39
Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkan oleh Arif Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 189. 40 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah. Cet. II. (Bandung : Tarsito, 1985), h. 93. 41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), h.108. 42 Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik II, Cet. II. (Jakarta : LP3S, 1986), h. 110.
32
teliti”.43 Sedangkan Mohammad Ali mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang akan diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan tehniktehnik tertentu.44 Kedua penjelasan tersebut di atas, maka dengan demikian, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa sampel adalah anggota bagian dari suatu populasi yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diteliti dengan mengambil sebahagian saja dari populasi yang telah ditentukan tersebut. Peneliti menggunakan tehnik sampling. Sebab penggunaan cara tersebut atas pertimbangan beberapa hal yaitu dengan mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa : Jika peneliti mempunyai beberapa ratus atau beberapa puluh subyek dalam suatu populasi, mereka (peneliti) dapat menentukan kurang lebih 25 sampai 30% dari jumlah subyek tersebut. Jika jumlah subyek dalam populasi hanya meliputi 20 sampai 30 orang dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan daftar interview atau wawancara dan sebaiknya diambil jumlah subyek secara keseluruhan.45 Sampel dalam penulisan ini tetap akan dibatasi beberapa orang yang akan dijadikan obyek untuk memperoleh data ini. Hal ini sesuai dengan maksud jenis sampel yang digunakan yaitu purposive sampling yang mengandung makna bahwa seluruh populasi yang ada hanya diwakilkan atas beberapa obyek saja. Berdasarkan uraian tersebut di atas dijelaskan bahwa dari beberapa populasi yang ada, 30 orang siswa kelas VIII D yang akan diberi angket secara untuk memperoleh data berupa tanggapan siswa tentang penerapan Metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 8 Jakarta.
43
Nazar Bakry, Tuntunan Praktis Metodologi Penelitian, Cet. I. (Jakarta : Pedoman Jaya, 1995), h. 29. 44 Mohammad Ali, Penelitian Pendidikan (Prosedur dan Strtaegis), Cet. III. (Bandung : Angkasa, 1985), h. 54. 45 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Cet. I. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990), h. 125.
33
E. Sumber Data dan Penelitian 1. Jenis Data Karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa efektif penerapan metode Jigsaw dalam meningkat kanmotivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan, maka datayang diperlukan antara lain data tentang situasi daerah penelitian yang meliputi: a) Letak geografis Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
b) Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
c) Struktur organisasi d) Keadaan Guru Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
e) Keadaan siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
f)
Gambar denah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
g) Data tentang pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan yang meliputi:
1) Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
2) Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
3) Sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 8 Tanah Kusir, Kebayoran Lama – Jakarta Selatan.
34
2. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.46Pada dasarnya sumber data dalam penelitian ini penulis peroleh dari kepala sekolah, dewan guru dan wali kelas serta dokumentasi sebagian siswa baik yang berkenaan dengan proses belajar siswa maupun datadata lain yang penulis perlukan.
F. Teknik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tehnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.Bermacam-macam tekhnik pengumpulan data secara umum terdapat empat macam tehnik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi.47 1. Observasi Pengamatan
dilakukan
sebelum,
selama,
dan
sesudah
penelitian
berlangsung. Observasi atau pengamatan ini dilakukan di dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Di dalam kegiatan observasi ini peniliti bertindak sebagai partisipan aktif. Dimana peneliti menempati posisi menjadi guru kelas dan berinteraksi langsung dengan peserta didik. Sehingga dengan begitu peniliti dapat dengan mudah mengamati dan mengetahui perkembangan afektif serta kognitif peserta didik selama masa observasi berlangsung. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti kemudian didiskusikan dengan guru kelas sebelumnya. Untuk kemudian di analisis untuk mengetahui kelemahan proses pembelajaran PAI serta mencari solusi kelemahan tersebut.
46
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2002), h.108. 47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.225
35
Dengan demikian hasil observasi atau pengamatan ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan siklus tindakan selanjutnya. 2. Dokumen Peneliti melengkapi hasil penelitian observasi atau wawancara dengan sebuah dokumen. Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian. 3. Triangulasi Pada teknik triangulasi ini peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif (angket), dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
G. Teknik Validitas Data Validitas menunjukkan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Adapun menurut Crocker dan Algina bahwa validitas tidak sekedar mengukur apa yang seharusnya di ukur, melainkan juga mengandung pengertian sejauh mana informasi yang diperoleh dari pengukuran dapat diinterpretasikan sebagai tingkah laku karakteristik yang di ukur. Adapun dilakukan tes validitas untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah sungguh-sungguh mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk memperoleh data yang valid, perlu dilakukan teknik-teknik uji valditas seabagai berikut: 1. Triangulasi metode, tehnik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan dengan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. 2. Triangulasi sumber data, tehnik ini digunakan untuk menguji kebenaran data yng diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. 3. Refiew informan, tehnik ini dignkan untuk menanyakan informasi apakah data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum, dan sudah sesuai dengan kesepakatan anatara peneliti dengan informan.
36
H. Teknik Analisis Data Metode Analisis data adalah bagian yang terpenting dalam penelitian.Oleh karena itu,apakah hipotesis yang telah dikemukakan penulis diatas telah sesuai atau belum. Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran yang kemudian diolah dan dianalisis. Dari hasil analisis dan pengolahan data inilah akan dapat diambil kesimpulan. Data yang terkumpul untuk masing-masing variabel dibuat tabulasi dan diolah dengan bantuan program aplikasi SPSS for WindowRelase16. Pengolahan data
dalam penelitian ini dilakukan tiga pengujian yaitu uji
instrumen, uji prasyarat, dan uji hipotesis statistik, dengan uraian sebagai berikut: 1. Uji Validitas Butir Item Pertanyaan Arikunto menyatakan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Suatu instrument yang valid (sahih) mempunyai validitas tinggi, namun sebaliknya instrument yang kurang valid memiliki validitas rendah.Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas instrument menggunakan jenis pengujian validitas internal berdasarkan rumus korelasi Product Moment.Arikunto (2010: 213).48 Rumusnya adalah:
Keterangan:
48
Rxy
=
Koefisien korelasi variabel X dan Y
ΣX
=
Jumlah skor dalam distribusi X
ΣY
=
Jumlah skor dalam distribusi Y
ΣXY =
Jumlah kuadrat masing-masing skor X
N
Jumlah subyek keseluruhan
=
Sambas Ali MuhidindanMamanAbdurahman, danJalurdalamPenelitian, PustakaSetia, Bandung, 2009), h.30
AnalisaKorelasi,
Regresi,
37
2. Uji Reliabilitas Konstruks Menurut Arikunto, reliable artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menujuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukupdapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Jenis pengujian reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan pengujian reabilitas dengan rumus Alpha . Arikunto (2010: 239)
Keterangan:
3. Uji Prasyarat: a. Uji Normalitas Uni normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan (a) Uji Kertas Peluang Normal, (b) Uji Lilifors, dan (c) Uji Chi Kuadrat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode Lilifors Kolmogorov-Smirnov.49 b. Uji Linieritas Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah pola korelasi yang terbentuk linear ataunon-linear. Pengujian linearitas hubungan dengan menggunakan ujir2 melalui harga F untuk mengetahui kelinearan hubungan masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan bantuan SPSS 17 dengan taraf signifikansi 5%. 49
H.Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula, 119, 2004)
38
4. Uji Hipotesis Statistik: a. Analisis Regresi Langkah awal sebelum melakukan pengujian hipotesis penelitian adalah dengan mencari persamaan regresilinier sederhana untuk masing-masing variable bebas dan persamaan regresi linier ganda. Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), dalam arti ada variabel yang mempengaruhi dan ada variabel yang dipengaruhi. Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:50 Y =a+bX Keterangan: Y : Variabel bebas (nilai yang diprediksikan) X : Variabel terikat a
: Konstanta (nilai Y apabilaX =0)
b
: Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan
jika bernilai negatif) b. Uji t Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan Uji t.Sebagai dasar pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis nilai dan hipotes isi alternatif Ho : Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Ha : Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. 2) Menentukan level ofsignificanceα=0,05 Dimana T-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variable independen
50
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula, 147, 2004)
39
3) Kriteria pengujian51
Gambar 3. 2. Daerah T-hitung Diterima
Ho di terima apabila T-tabel> T-hitung Ho ditolak apabilaT-hitung> T-tabel
51
H. Buchari Alma, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula, 164, 2004
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil SMP Muhammadiyah 8 Jakarta 1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah 8 Jakarta SMP Muhammadiyah 8 Jakarta merupakan salah satu sekolah reguler yang menyelenggarakan pembelajaran dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). SMP Muhammadiyah 8 mempunyai misi, visi dan bertujuan mengidentifikasi
serta
mengembangkan
bakat,
minat,
pengetahuan
dan
keterampilan peserta didik untuk menjadi yang terbaik dibidang akademik maupun non akademik. Pada tahun 1953 – 1955 SMP Muhammadiyah berlokasi di Senayan, dekat Pintu Sembilan (9). Mengingat Senayan akan digunakan oleh Pemerintah untuk membangun sarana olahraga, maka sekolah dipindahkan ke gedung PU Taman Puring (sekarang RSIA Taman Puring). Setahun kemudian dipindahkan ke jalan Limau Kebayoran Baru. Pada tahun 1956 - 1957 sebagai uji coba SMP dipecah menjadi dua. SMP Muhammadiyah Puteri (pagi hari) dan SMP Muhammadiyah Putera (sore hari). Pemisahan antara SMP Muhammadiyah puteri dan putera hanya berlangsung 2 tahun, kemudian pada tahun 1960 terjadi pemisahan kembali yaitu siswa yang belajar pagi menjadi siswa SMP Muhammadiyah 9 dan siswa yang
40
41
belajar siang hari menjadi siswa SMP Muhammadiyah 8. Pada masa ini sampai dengan tahun 1980-an kedua SMP ini mencapai masa kejayaannya. Seiring
dengan
perkembangan
zaman
para
Pengurus
Cabang
Muhammadiyah Kebayoran Baru dengan pertimbangan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan mendorong agar siswa dapat belajar pagai hari, mulai tahun pelajaran 1994 – 1995, SMP Muhammadiyah 8 dipindahkan ke gedung baru yang berlokasi di jalan Bendi Raya No. 42, Tanah Kusir sampai dengan saat ini. 2. Tujuan, Visi dan Misi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta Tujuan: membantu meletakkan dasar terbentuknya pribadi mandiri seutuhnya dalam mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual dan prilaku secara optimal dalam lingkungan pendidikan yang Islami, kondusif, demokratis dan kompetitif. Melalui pendekatan multiple intelegences learning. Visi: menjadikan sekolah yang bernuansa Islami dengan menyiapkan peserta didik yang beriman dan bertaqwa, menguasai iptek dan mampu mengembangkan potensi dirinya. Misi: dengan disiplin dan pelayanan yang baik, kita tingkatkan prestasi peserta didik. Sumber penyebarluasan pendidikan berkualitas yang dijiwai nilainilai Islam.
3. Struktur Organisasi SMP Muhammadiyah 8 Jakarta Struktur kepengurusan SMP Muhammadiyah 8 Jakarta periode 2013 – 2014 adalah sebagai berikut: Kepala Sekolah
: Saryoto, S.Pd.
Wakil Kepala Sekolah
: Rita Harpaningsih, S.Pd.
Dewan Komite
: Abdul Basir
Tata Usaha
: Sardias, BA
Wakil Ur. Kurikulum
: Nur Aisrah, S.Pd.
Wakil Ur.Kesiswaan
: Bambang Wahyu Supriyanto, S.Pd
Wakil Ur. Sarana Prasarana : Harun Syarif
42
Wakil Ur. Humas
: Imron Roshidi, S.Pd
BP / BK
: Kurnia Zawaly, S.Pd H. Moch. Solichin, S.Pd
Wali Kelas VII
: 1. Nurul Alipah, S.Pd 1. Budi Riva’i, S.Pd 2. Nia Roniawati, S.Kom 3. Imron Roshidi, S.Ag 4. Sri Lestari, S.Ag 5. Lena Maryana, SE
Wali Kelas VIII
: 1. Yuli Astuti Asnei, S.Pd 2. Drs. Ramli Tadjudin 3. Andriyanto, S.Pd 4. Bambang Wahyu S, S.Pd 5. Mudaiyah, S.Pd
Wali Kelas IX
: 1. Harun syarif 2. Nur Aisrah, S.Pd 3. Abdul Aziz Zaininurrahman, S.Pd 4. Cholis Mu’arifah, S.Pd
B. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Item Variabel X (Metode Jigsaw) Pengujian
validitas
dari
instrumen
penelitian
dilakukan
dengan
menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel, didapat dari jumlah kasus – 2, atau 30 – 2 = 28, tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0,361. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.
43
Tabel 4.1. Uji Validitas Variabel Metode Jigsaw Pertanyaan
Nilai r hitung
Nilai r tabel
Kriteria
P1
0,523
0,361
Valid
P2
0,584
0,361
Valid
P3
0,480
0,361
Valid
P4
0,471
0,361
Valid
P5
0,541
0,361
Valid
P6
0,749
0,361
Valid
P7
0,613
0,361
Valid
P8
0,606
0,361
Valid
P9
0,586
0,361
Valid
P10
0,716
0,361
Valid
P11
0,445
0,361
Valid
P12
0,648
0,361
Valid
P13
0,397
0,361
Valid
P14
0,617
0,361
Valid
P15
0,634
0,361
Valid
P16
0,624
0,361
Valid
P17
0,587
0,361
Valid
P18
0,587
0,361
Valid
P19
0,493
0,361
Valid
P20
0,480
0,361
Valid
Sumber : Output SPSS 17 Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item butir pertanyaan pada
uji coba 30 responden variable Metode Jigsaw
menunjukkan bahwa terdapat 30 butir item pertanyaan adalah valid. Hal ini karena nilai semua rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%.
44
2. Uji reliabilitas Variabel X (Metode Jigsaw) Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah sebuah instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 17. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0.60. Tabel 4.2. Reliabilitas Metode Jigsaw Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .901
20
Sumber : Output SPSS 17 Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel Metode Jigsaw, adalah 0.901. Karena nilai variabel Metode Jigsaw memiliki nilai cronbach alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Metode Jigsaw adalah reliable.
3. Uji Validitas Item Variabel Y (Motivasi Belajar) Pengujian
validitas
dari
instrumen
penelitian
dilakukan
dengan
menghitung angka korelasional atau r hitung dari nilai jawaban tiap responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Nilai r tabel, didapat dari jumlah kasus – 2, atau 30 – 2 = 28, tingkat signifikansi 5%, maka didapat r tabel 0.361. setiap butir pertanyaan dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan lebih besar atau sama dengan r tabel.
45
Tabel 4.3. Uji ValiditasVariabel Motivasi Belajar Pertanyaan
Nilai r hitung
Nilai r tabel
Kriteria
P1
0,462
0,361
Valid
P2
0,701
0,361
Valid
P3
0,663
0,361
Valid
P4
0,448
0,361
Valid
P5
0,527
0,361
Valid
P6
0,596
0,361
Valid
P7
0,610
0,361
Valid
P8
0,524
0,361
Valid
P9
0,477
0,361
Valid
P10
0,679
0,361
Valid
P11
0,529
0,361
Valid
P12
0,729
0,361
Valid
P13
0,676
0,361
Valid
P14
0,517
0,361
Valid
P15
0,397
0,361
Valid
P16
0,757
0,361
Valid
P17
0,479
0,361
Valid
P18
0,515
0,361
Valid
P19
0,550
0,361
Valid
P20
0,480
0,361
Valid
Sumber : Output SPSS 17 Berdasarkan tabel validitas di atas diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item butir pertanyaan pada
uji coba 30 responden variable Metode Jigsaw
menunjukkan bahwa terdapat 30 butir item pertanyaan adalah valid. Hal dikarenakan nilai rhitung > rtabel pada taraf signifikan 5%.
46
4. Uji reliabilitas Variabel Y (Motivasi Belajar) Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini digunakan untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi sebuah konstruk pertanyaan yang digunakan. Untuk melihat reliabilitas konstruk pertanyaan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’ Alpha dengan bantuan program SPSS 17. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu pertanyaan dapat dikategorikan reliable jika nilai alpha lebih besar dari 0.60. Tabel 4.4. Reliabilitas Motivasi Belajar Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .885
20
Sumber : Output SPSS 17 Berdasarkan data pada tabel di atas nilai cronbach’s Alpha variabel Motivasi Belajar, adalah 0.885. Karena nilai variabel Motivasi Belajar memiliki nilai cronbach alpha lebih dari 0.60, maka dapat disimpulkan bahwa konstruk pertanyaan dari variabel Motivasi Belajar adalah reliable.
C. Deskriptif Data Penelitian Deskripsi data yang disajikan dalam penilitian ini terdiri dari variable Metode Jigsaw (X) sebagai variable independent dan Motivasi Belajar (Y) sebagai variable dependent. Variabel independen tersebut menentukan nilai variable depenendent atau variable independent tersebut
mempengaruhi variable
dependent. Berikut ini disajikan statistic deskriptif tentang variable X dan variable Y. 1. Metode Jigsaw (X) Instrumen Metode Jigsaw yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 item butir pertanyaan. Dari semua butir item pertanyaan adalah valid. Dari data Metode Jigsaw memiliki rentang skor teoritik yaitu antara 20 sampai dengan 80.
47
Sesuai dengan hasil data penelitian, diperoleh data terendah 52 dan tertinggi adalah 80. Dan berdasarkan perhitungan model Sturgess, diperoleh jumlah kelas interval adalah 6 dan panjang interval adalah 5, dengan demikian dapat dibuat tabel distribusi frekuensi skor metode jigsaw seperti tertera pada tabel 4.5 untuk menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram. Mencari skor terbesar dan terkecil Skor terbesar Skor terkecil
80 52 28
Mencari nilai rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 80 - 52 = 28 Mencari banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 Log n BK = 1 + 3,3 (1.48) BK = 1 + 4.88 BK = 6 Mencari nilai panjang kelas (i) I = R/BK = 28/6 = 5 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Metode Jigsaw Frekuensi Frekuensi Frekuensi No. Kelas Interval Mutlak Relatif (%) Kumulatif (%) 1 52-56 7 23.33 23.33 2 57-61 6 20.00 43.33 3 62-66 7 23.33 66.67 4 67-71 4 13.33 80.00 5 72-76 1 3.33 83.33 6 77-80 5 16.67 100.00 30 Sumber : Excel 2007 Data skor di atas diperoleh berdasarkan pada pengelompokan data dalam empat kategori, yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju ,dan sangat tidak setuju. Berdasarkan tabel 4.6. di atas, menunjukkan bahwa nilai skor Motivasi Belajar dengan frekuensi atau jumlah responden terbanyak adalah rentang interval antara 62 sampai dengan 66, yaitu sebanyak 7 responden atau (23,33%). Sedangkan
48
kedua terbanyak adalah rentang interval antara 52 sampai dengan 56, yaitu sebanyak 7 responden atau (23,33%). Ketiga adalah rentang rentang interval antara 57 sampai dengan 61, yaitu sebanyak 6 responden atau (20,00%). Keempat adalah rentang interval antara 77 sampai dengan 80, yaitu sebanyak 5 responden atau (16,67,00%). Kelima adalah rentang interval antara 67 sampai dengan 71 adalah sebanyak 4 responden atau (13,33%). Dan terakhir adalah rentang interval antara 72 sampai dengan 76 adalah sebanyak 1 responden atau (3,33%). Jika dari kelima terbanyak dijumlahkan diperoleh nilai sebesar 23 (76,66%), yang berarti bahwa terdapat lebih dari separoh responden setuju jika Metode Jigsaw yang digunakan
dalam
proses
pembelajaran
pada
siswa
di
sekolah
SMP
Muhammadiyah 8 adalah baik.
8 7 6 5 4 3 2 1 0 52-56
57-61
62-66
67-71
72-76
77-80
Gambar 4.1. Histogram Skor Metode Jigsaw
2. Motivasi Belajar (Y) Instrumen metode jigsaw yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 20 item butir pertanyaan. Dari semua butir item pertanyaan adalah valid. Dari data Motivasi Belajar memiliki rentang skor teoritik yaitu antara 20 sampai dengan 80. Sesuai dengan hasil data penelitian, diperoleh data terendah 51 dan tertinggi adalah 79. Dan berdasarkan perhitungan model Sturgess, diperoleh jumlah kelas interval adalah 6 dan panjang interval adalah 5., dengan demikian dapat dibuat
49
tabel distribusi frekuensi skor Motivasi Belajar seperti tertera pada Tabel 4.5 untuk menentukan rentang kelas, rentang nilai, dan menyusun histogram. Mencari skor terbesar dan terkecil Skor terbesar Skor terkecil
79 51 28
Mencari nilai rentangan (R) R = skor terbesar - skor terkecil R = 79 - 48 = 31 Mencari banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 Log n BK = 1 + 3,3 (1.48) BK = 1 + 4.88 BK = 5.88 Mencari nilai panjang kelas (i) I = R/BK = 31/6 = 5 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Belajar Frekuensi Frekuensi Frekuensi No. Kelas Interval Mutlak Relatif (%) Kumulatif (%) 1 48-52 2 6.67 6.67 2 53-57 4 13.33 20.00 3 58-62 6 20.00 40.00 4 63-67 6 20.00 60.00 5 68-72 4 13.33 73.33 6 73-79 8 26.67 100.00 30 Sumber : Excel 2007
Data skor di atas diperoleh berdasarkan pada pengelompokan data dalam empat kategori, yaitu : sangat setuju, setuju, tidak setuju ,dan sangat tidak setuju. Berdasarkan tabel 4.5. di atas, menunjukkan bahwa nilai skor Motivasi Belajar dengan frekuensi atau jumlah responden terbanyak adalah rentang interval antara 73 sampai dengan 79, yaitu sebanyak
8 responden atau (26,67%). Rentang
interval kedua terbanyak adalah rentang interval antara 63 sampai dengan 67, yaitu sebanyak 6 responden atau (20,00%). Rentang interval ketiga adalah rentang
50
interval antara 58 sampai dengan 67 adalah sebanyak 6 responden atau (20,00%). Rentang interval keempat adalah rentang interval antara 68 sampai dengan 72, yaitu sebanyak 4 responden atau
(13,33%). Rentang interval kelima adalah
rentang interval antara 53 sampai dengan 57 adalah sebanyak 4 responden atau (13,33%). Dan terakhir adalah rentang interval antara 48 sampai dengan 52 adalah sebanyak 2 responden atau (6,67%). Jika dari ketiga terbanyak dijumlahkan diperoleh nilai sebesar 24 (80%), yang berarti bahwa terdapat hamper seluruhnya responden setuju jika Motivasi Belajar yang pada siswa di sekolah SMP Muhammadiyah 8 adalah baik.
9
8
8 7
6
6
6 5
4
4
4 3
2
2 1 0 48-52
53-57
58-62
63-67
68-72
73-79
Gambar 4.2. Histogram Skor Motivasi Belajar
D. Deskriptif Jawaban Responden 1. Metode Jigsaw (X) Analisa deskriptif jawaban responden tentang Metode Jigsaw ini dimaksud untuk mengetahui frkuensi nilai skor jawaban dari yang paling banyak sampai dengan yang paling terendah pertanyaan tersebut.
di jawab oleh responden dari 20
item butir
51
Tabel 4.6. Deskriptif Jawaban Metode Jigsaw Descriptive Statistics Pertanyaan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
0
3
14
13
2
4
8
16
3
6
11
10
2
9
12
7
2
4
9
15
0
3
13
14
0
1
13
16
4
4
7
15
0
7
12
11
Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode
jigsaw
sangat
menarik
dan
menyenangkan. Dengan metode jigsaw saya dan teman-teman aktif dalam proses belajar. Kami saling menghargai pendapat sesama teman kelompok. Memecahkan
masalah
melalui
diskusi
kelompok membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam. Cara belajar yang telah dilakukan membuat saya akrab dengan guru dan berani bertanya. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya semakin akrab dengan temanteman, sehingga saya semakin senang dan bersemangat untuk belajar bersama temanteman. Guru
Pendidikan
Agama
Islam
selalu
memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya. Guru
Pendidikan
Agama
Islam
selalu
memberikan jawaban yang menyenangkan terhadap pertanyaan
dan jawaban
yang
diberikan murid-murid. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat Meningkatkan daya ingatsaya
52
Metode jigsaw dapatMeningkatkan hubungan 3
5
9
13
0
2
10
18
1
7
13
9
1
7
11
11
0
8
11
11
0
4
14
12
0
1
14
15
0
0
16
14
0
4
13
13
0
8
13
9
0
3
13
14
18
90
236
256
antarsiswa yang heterogen Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap sekolah Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap guru; Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya belajar untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dengan teman. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya lebih bertanggung jawab pada diri saya. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya lebih bertanggungjawab pada teman-teman. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkaktkan ketrampilan berdiskusi. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan ketrampilan bertanya. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan kemampuan berbaha sayang baik dalam berdiskusi. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam belajar. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya tertantang untuk belajar lebih giat lagi. Total
Sumber : Excel 2007
53
Berdasarkan tabel deskriptif variable metode jigsaw tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden frekuensi jumlah jawaban yang paling banyak adalah jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 256 (42,67%), jawaban setuju adalah sebanyak 236 (39,33%), jawaban tidak setuju adalah sebanyak 90 (15,00%), dan jawaban paling rendah adalah sangat tidak setuju adalah sebanyak 18 (3,00%). Hal ini berarti metode jigsaw yang digunakan dalam proses belajar mengajar pelajaran agama sudah baik atau mendekati sangat baik.
2. Motivasi Belajar (Y) Analisa deskriptif jawaban responden tentang Motivasi Belajar
ini
dimaksud untuk mengetahui frkuensi nilai skor jawaban dari yang paling banyak sampai dengan yang paling terendah di jawab oleh responden dari 20 item butir pertanyaan tersebut. Tabel 4.8. Deskriptif Jawaban Motivasi Belajar
Pertanyaan
Descriptive Statistics Sangat Tidak Setuju
Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam sampai selesai. Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar Pendidikan Agama Islam. Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam dengan usaha sendiri. Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islamasal-asalan yang penting selesai. Saya baru belajar Pendidikan Agama Islamketika ada tugas atau ulangan. Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
0
3
10
17
3
6
11
10
0
4
13
13
2
5
8
15
2
5
14
9
0
6
13
11
0
5
11
14
0
4
12
14
1
4
10
15
54
Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam lebih baik dari kemarin. Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam yang rendah. Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam saya tingggalkan. Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang tinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak masuk saya mendiskusikan pelajaran yang telah lalu dengan teman. Jika ada pelajaran kosong, maka saya mempelajari kembali pelajarannya yang sebelumnya Saya ingin berprestasi lebih baik dari yang sebelumnya Saya tidak cepat putus asa ketika mengalami masalah dalam belajar Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga dapat saya kerjakan dengan baik. Guru selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya. Saya jadi semangat belajar, karena guru menggunakan metode yang bervariasi. Total
0
2
14
14
0
3
13
14
0
6
13
11
0
2
15
13
0
3
13
14
0
1
15
14
0
6
11
13
0
2
14
14
0
4
14
12
0
5
14
11
0
5
10
15
8
81
248
263
Sumber : Excel 2007 Berdasarkan tabel deskriptif variable Motivasi Belajar tersebut di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden frekuensi jumlah jawaban yang paling banyak adalah jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 263 (43,83%), jawaban setuju adalah sebanyak 248 (41,33%), jawaban tidak setuju adalah sebanyak 81 (13,50%), dan jawaban paling rendah adalah sangat tidak setuju adalah sebanyak 8 (1,33%). Hal ini menunjukkan bahwa Motivasi Belajar Siswa dengan metode jigsaw adalah sudah baik atau mendekati sangat baik.
55
E. Deskripsi Total Skor Pengukuran statistik deskriptif total skor suatu variabel dilakukan untuk melihat nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk masing-masing variabel Metode Jigsaw (X), dan variabel Motivasi Belajar (Y) disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.9 Deskriptif Totak Skor Variabel Metode Jigsaw, dan Motivasi Belajar Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Metode Jigsaw Motivasi Belajar Valid N (listwise)
30 30 30
3 3
4 4
3 3
Std. Deviation 0.44 0.42
Sumber : Excel 2007 Berdasarkan tabel descriptive statistic di atas diperoleh gambaran mengenai deskripsi masing-masing variable. Untuk variable Metode Jigsaw (X) menunjukkan nilai minimum jawaban responden adalah sebesar 30 atau minimal jawaban responden adalah 3 artinya setuju, nilai maksimum sebesar 4 artinya sangat setuju, nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3 artinya setuju , dan nilai standar deviasi sebesar 0.44 (simpangan bakunya adalah rendah). Untuk variable Motivasi Belajar (Y) menunjukkan nilai minimal jawaban responden adalah 3 artinya setuju, nilai maksimum sebesar 4 artinya sangat setuju, nilai rata-rata jawaban responden adalah sebesar 3 artinya setuju , dan nilai standar deviasi sebesar 0.44 (simpangan bakunya adalah rendah).
F. Uji Prasyarat Data Pengujian persyaratan analisis dilakukan apabila peneliti menggunakan anaisis parametrik, maka harus dilakukan pengujian persyaratan analisa terhadap asumsi-asumsinya yaitu uji normalitas data dan linieritas data untuk uji korelasi (Prof Dr. H. Buchari Alma, 119, 2004).
56
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan (a) Uji Kertas Peluang Normal, (b) Uji Lilifors, dan (c) Uji Chi Kuadrat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan uji normalitas dengan metode Lilifors Kolmogorov-Smirnov yang tertera pada table 4.10 sebagai berikut. (Prof Dr. H. Buchari Alma, 119, 2004). Tabel 4.10 Uji Normalitas Data Lilifors Kolmogorov-Smirnov Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Statistic metode Jigsaw motivasi belajar siswa
df
.106 .098
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic *
30 30
.200 * .200
Df
.929 30 .948 30
Sig. .046 .152
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Excel 2007 Berdasarkan table 4.10 menunjukkan bahwa nilai Asymp.sig masingmasing variable adalah sebesar 0,200, dan 0,200. Karena nilai Asymp.sig lebih besar dari α = 0,05, maka distribusi kedua variable adalah berdistribusi normal. 2. Uji Linieritas Data Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empirisnya sebaiknya berbentuk linier, kuadrat atau kubik. linieritas dapat diperoleh
Dengan uji
informasi apakah model empiris sebaiknya linier,
kuadrat atau kubik. (Prof Dr. H. Imam Ghazali, 115, 2012). Tabel 4.11 Uji Linieritas ANOVA Table Sum of Squares motivasi belajar Between (Combined) siswa * metode Groups Linearity Jigsaw Deviation from Linearity Within Groups Total
Sumber : Excel 2007
df
Mean Square
F
Sig.
1714.467
17
100.851 1.614 .202
1308.214
1
1308.214 20.936 .001
406.253
16
25.391
749.833
12
62.486
2464.300
29
.406 .953
57
Berdasarkan table 4.9 dapat diperoleh nilai linieritas signifikan 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan linieritas antara variable Metode Jigsaw (X1) dengan Motivasi Belajar (Y) 3. Analisa Data dan Interpretasi (Pembahasan) Uji Pengaruh antara variable metode jigsaw terhadap motivasi belajar. Untuk melihat besarnya koefisien korelasi dan kontribusi variable Metode Jigsaw terhadap Motivasi Belajar adalah adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Uji Model Summary Std. Error of the Model 1
R
R Square .713
a
Adjusted R Square
.508
Estimate
.490
5.932
a. Predictors: (Constant), metode Jigsaw b. Dependent Variable: motivasi belajar siswa
Sumber : Excel 2007
Berdasarkan tabel Model Summary di atas dapat disimpulkan bahwa: Nilai koefisien korelasi hubungan antara variabel metode jigsaw terhadap metode belajar adalah sebesar 0,713. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah kuat, karena nilai ini berada pada rentang 0,70 sampai dengan 0,80 (berdasarkan table nilai korelasi dari Guilford Emperical Rulesi). Nilai determinasi atau nilai R square (R2)
pengaruh antara variabel
variabel metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah sebesar 0,508 atau 50,8%. Hal ini berarti bahwa variabel Motivasi Belajar dapat dijelaskan oleh variabel Metode Jigsaw sebesar 50,8% selebihnya 49.2% (100%-50,8%= 49,2%) berasal dari variabel lain atau faktor lain yang tidak diteliti dalam model ini.
58
Tabel 4.12 Uji T (Uji Coefficients) Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
22.458
8.089
2.777 .010
.670
.125
.713 5.374 .000
metode Jigsaw
Std. Error
Beta
t
Sig.
a. Dependent Variable: motivasi belajar siswa
Sumber : Excel 2007 Uji T-test pada regresi linier sederhana bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara individual variabel independen terhadap variabel dependen. Dimana t-tabel dihitung dengan rumus df = n-k, k adalah jumlah variable independen. Berdasarkan tabel Coefficients dan asumsi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa : Nilai T-hitung
variabel metode jigsaw adalah
sebesar 5,374 > nilai Ttabel 1,333 (n-k =30-2=28) dan nilai signifikan adalah 0,000 < α = 0,05. Karena nilai T-hitung variable metode jigsaw 5,374 > nilai ttabel = 1,333 dan nilai signifikan 0,000 < α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa variabel metode jigsaw berpengaruh secara signifikan terhadap variabel motivasi belajar. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari koefisien regresi diatas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi sebagai berikut: Ŷ=a+bX Ŷ = 28,877 + 0,670X Dimana : a = konstanta b = koefisien regresi X = Metode Jigsaw
Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana di atas dapat disimpulkan dengan nilai konstanta sebesar 28,877 menyatakan bahwa jika tidak ada
59
peningkatan dari metode jigsaw (X), maka Motivasi Belajar (Y) adalah sebesar 28,877. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,670 artinya bahwa setiap peningkatan metode jigsaw satu point, maka akan meningkatkan motivasi belajar sebesar 0,670.
4. Uji Hipotesis Berdasarkan perhitungan pada tabel koeficient di atas menunjukan bahwa diperoleh thitung sebesar 5,374 sedangkan ttabel sebesar 1,333 dengan nilai signifikan sebesar 0,000 < nilai α = 0,05
. Karena nilai thitung 5,374 > 1,333
dan nilai signifikan 0,000 < nilai α = 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variable Metode Jigsaw (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi Belajar (Y). Hal ini dapat dilihat pada gambar uji t dibawah ini :
Ho ditolak (daerah penerimaan)
H1 diterima (daerah penerimaan)
0 1,333 5,374 thitung ttabel
Berdasarkan pada gambar di atas, maka dinyatakan bahwa t hitung berada pada
daerah penolakan Ho, maka dapat dinyatakan hipotesis nol (Ho) yang
berarti terdapat pengaruh positif antara metode jigsaw terhadap motivasi belajar.
BAB V SARAN DAN KESIMPULAN Pada bab terakhir ini, peneliti akan memberi kesimpulan mengenai dan saran yang berkaitan dengan penelitain. Berdasarkan pada hasil pengolahan data secara kuantitatif maupun diskriptif pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan dan saran tentang penilitian ini sebagai berikut: A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian serta pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti lebih mampu meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa. 2. Penerapan metode jigsaw dalam proses belajar mengajar pelajaran agama Islam pada sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran Lama-Jakarta Selatan sudah baik atau mendekati sangat baik. 3. Motivasi Belajar Siswa pada SMP Muhammadiyah 8 adalah sudah baik atau mendekati sangat baik. 4. Terdapat berpengaruh positif dan signifikan penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas di sekolah SMP Muhammadiyah 8 Kebayoran LamaJakarta Selatan.
60
61
5. Besarnya kontribusi (pengaruh) penerapan metode jigsaw terhadap motivasi belajar adalah 0,508 (50,8%).
B. Saran Diakhir penelitian ini, dengan berdasarkan pada kesimpulan yang telah diambil, maka disarankan kepada: 1. Bagi sekolah dan guru diharapkan dapat menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternative untuk merubah cara belajar siswa yang tadinya pasif menjdi lebih aktif di dalam proses pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran Pendidikana Agma Islam. 2. Guru, hendaknya dapat menggunakan dan mengembangkan Metode pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran salah satunya adalah menggunakan
metode
pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa
kooperatif
tipe
jigsaw,
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Referensi dari Buku Alisuf Sabri, M., Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993. Bahri Djamarah, Syaiful, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta:Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, 1984. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001. Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012. Moleong. Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. 2002. Nuraida & Khalid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic Research Publishing, 2009 Rahman Shaleh, Abdul, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2009. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: RajawaliPers, 2011. Sadirman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011. Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2007.
62
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2011. Tohirin, Psikologi Pembelajaan Pendidikan Agama Islam,Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta: Kencana, 2009. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana, 2010. Cet. 3. Undang-undang Sisdiknas SinarGrafika, 2003.
(SistemPendidikanNasional)
2003,
Jakarta:
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, Bandung: Rosda Karya, 2012. Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Cet. 2. Yonny, Acep, dkk, Menyusun Penelitian Tindakan Kelas, yogyakarta: Familia, 2010. Zainin, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Insan Madani, 2008.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: SMP MUHAMMADIYAH 8 JAKARTA
Mata Pelajaran
: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Kelas/ Semester
: VIII / II (GENAP)
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Pokok Bahasan
: MAD DAN WAQAF
Alokasi Waktu
: 2 x 40 Menit
========================================================== A. Standar Kompetensi Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf B. Kompetensi Dasar Menjelaskan hukum bacaan mad dan waqaf C. Indikator Memahami bacaan mad dan waqaf D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat memahami pengertian dan
pembagian mad, menjelaskan pengertian dan
pembagian mad, menjelaskan waqaf, membedakan bacaan waqaf dengan washal serta menyebutkan pembagian waqaf E. Materi Pembelajaran Terlampir F. Kegiatan Pembelajaran 1. Model
: Kooperatif tipe jigsaw
2. Metode
: Diskusi kelompok, pemberian tugas, dan presentasi.
G. Langkah- langkah Pembelajaran Kegiatan Guru Pendahuluan 1. Mempersiapkan siswa Guru mengucapkan salam, melihat kesiapan siswa untuk belajar, dan memeriksa kehadiran siswa. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi Guru menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan Kegiatan Inti 2. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok Guru menyampaikan sekilas materi yaitu Mad dan Waqaf Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok asal yang terdiri atas 6 siswa (masyarakat belajar). Guru mengarahkan siswa untuk berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli dalam setiap kelompok asal. 3. Membimbing dalam diskusi kelompok . Guru memerintahkan siswa membuka Lembar Kerja Siswa ( LKS ) mengenai mad dan waqaf Guru memberikan kesempatan siswa berdiskusi untuk membangun (kontruktivisme) pengetahuan dan menemukan (inkuiri) jawaban LKS yang diberikan. Guru memantau kerja setiap kelompok dan memberi kesempatan siswa untuk
Kegiatan Siswa
Alokasi Waktu 8 menit
Siswa menjawab salam, menyiapkan diri untuk belajar, dan memberitahu teman yang tidak hadir. Siswa menyimak guru penjelasan
1 menit
Siswa menyimak penjelasan guru
4 menit
3 menit
62 menit Siswa mendengarkan penjelasan guru Siswa membentuk kelompok asal sesuai arahan guru (masyarakat belajar). Siswa berbagi tugas menjadi anggota kelompok ahli di kelompoknya masing-masing.
Siswa membuka Lembar Kerja Siswa (LKS) mengenai mad dan waqaf. Siswa mulai berdiskusi untuk membangun (kontruktivisme) pengetahuan dan menemukan (inkuiri) jawaban LKS dalam kelompok ahli. Siswa mengerjakan LKS dan bertanya apabila ada yang tidak mengerti.
5 menit
5 menit
2 menit
2 menit
20 menit
3 menit
bertanya jika mengalami kesulitan. Guru meminta para anggota Para anggota kelompok ahli kelompok ahli untuk kembali kembali ke kelompok asal ke kelompok asal dan dan berdiskusi untuk berdiskusi untuk membangun membangun (kontruktivisme) (kontruktivisme) pengetahuan pengetahuan yang yang diperolehnya kepada diperolehnya kepada anggota-anggota kelompok anggota-anggota kelompok asalnya dan menemukan asalnya dan menemukan (inkuiri) jawaban LKS yang (inkuiri) jawaban LKS dalam diberikan. kelompok asal. 4. Evaluasi Guru memberikan Siswa bertanya apabila ada kesempatan kepada siswa yang tidak dimengerti. untuk bertanya apabila ada yang tidak dimengerti. Penutup Pemberian skor secara kelompok dan pemberian reward. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pelajaran. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi berikutnya. H. Alat dan Sumber Belajar
Kelompok terbaik mendapatkan reward. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pelajaran. Siswa memperhatikan arahan guru.
1. Alat o Whiteboard o Spidol o Infokus o Layar Infokus o Laptop 2. Sumber Belajar o Buku PAI kelas VIII o LKS MGMP PAI SMP / MTS o Mushaf Al-Qur'an I. Penilaian 1. Teknik
:
Tes Tertulis
2. Bentuk Instrumen
:
Essay
20 menit
5 menit
10 menit 5 menit 4 menit 1 menit
3. Instrumen Contoh Instrumen
:
Tes Tertulis
:
1. Jelaskan pengertian hukum bacaan mad! 2. Sebutkan macam-macam mad! 3. Jelaskan pengertian waqaf! 4. Apakah perbedaan antara waqaf dengan washal! 5. Sebutkan tanda-tanda waqaf!
Mengetahui Jakarta,………………………. Kepala sekolah
Guru Mapel PAI
Saryoto, S.Pd
Muhammad Aship
NIP
NIP
HUKUM MAD & WAQAF SERTA PEMBAGIANNYA A. MAD a. Pengertian Mad Mad secara bahasa artinya panjang, sedangkan menurut Ilmu tajwid, mad adalah memanjangkan suara bacaan menurut aturan-aturannya dalam membaca al-qur'an.
b. Pembagian Mad 1. Mad Tabi'I atau Mad Ashli Yaitu memanjangkan bacaan (mad) karena adanya salah satu dari tiga huruf mad (yaitu Alif Mati dan sebelum berbarus fathah, ya Mati dan sebelum nya berbaris kasrah, dan wawu mati dan sebelumnya berbaris dlommah). Maka adalah alif (2harokat). Misalnya :
قبلْا- ْ قْل- هْسي- عيسي- هب الdan lain sebagainya. 2. Mad Far'i a. pengertian yaitu memanjangkan bacaan yang lebih atau sama dari mad ashli karena disebut oleh hamzah atau sukun (tanda mati). b. Macam-macam Mad Far'i 1). Mad Wajib Muttasil Yaitu apabila ada huruf mad ashli bertemu dengan huruf hamzah dan masih dalam satu suku kata. Maka kadar (ukuran) panjang nya ialah 2 1/2 Alif atau 5 harakat. Contoh dalam ayat:
اذا جبء ًظس اهلل ّالفتح اّلئل علٔ ُدٓ هي زبِن ّاّلئل ُن الوفلحْى
2). Mad Jaiz Munfasil Yaitu ketika mad asli bertemu dengan huruf hamzah pada dua suku kata, yaitu huruf mad pada akhir suku pertama dan hamzah pada awal suku kata kedua. Jika dipisah antara dua suku kata tersebut kedua-duanya memiliki arti sendiri. Ukuran panjangnya 2 sampai 5 harakat (ketukan) contoh ayat:
~ٓيببٌٔ اسسءيل اذمسّا ًعوتٔ التٔ اًعوت علينن ّاّفْا بعِد اّف بعِد من ّائ فبزُبْى 3). Mad 'Arid Lisukun Yaitu mad yang terjadi karena waqaf (memberhentikan) pada huruf akhir suku kata dan sebelum huruf terakhir tersebut terdapat salah satu huruf mad asli (alif, waw, dan ya mati). Ukuran mad nya 2-6 harakat (ketukan), contoh-conton mad 'arid lissukun. الديي dari ayat هبلل يْم الديي
ًستعييي العقبة
ّايبك ًستعيي شديد العقبة
dari ayat dari ayat
4). Mad Badal Yaitu terhimpunnya mad dengan hamzah dala satu suku kata, tapi huruf hamzah terletak di depan huruf mad. Maka ukurannya adalah 1 alif (2 harakat). Contoh mad ini adalah: ااتْا di baca اّتْا asalnya
ااهبى
dibaca
ايوبى
asalnya
5). Mad 'Iwad Yaitu mad yang terjadi pada saat waqaf fathatain yang diikuti dengan alif rasam. Cara membacanya adalah dengan cara membuang bunyi "an" pada fathatainndan menggantikannya dengan "a" saja. Ukuran panjang mad ini adalah 1 alif (2 harakat). Contoh 'Iwadh:
عليوبى حنيوب
Dibaca : ' aliiman hakiima
ّمبًبهلل غفْزاDibaca : wakaanallahu ghafuurur rakhiim زحيوب
6). Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi Yaitu mad yang berlaku ketika huruf mad bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam satu suku kata. Maka cara membacanya mestilah diberatkan pada kalimat itu. Ukuran panjang mad ini adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini dalam penggalan ayat:
َ الدا ب- ّ ا لظب خة-ّال الضب ليي 7). Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi Yaitu mad yang diiringi atau disambut oleh huruf yang bertanda mati yang terdapat pada dua suku kata. Ukuran panjangnya adalah 3 alif ( 6 harakat). Contoh mad ini: pada Q.S. Yunus [10]: 91
ءالئي ّقد عظيت قبل ّمٌت هي الوفسديي 8). Mad Lazim musaqqal Harfi Nama lainnya adalah Mad Lazim Harfi Musyba, yaitu mad yang berlaku pada hurufhuruf tunggal ( huruf-huruf potong) yang terdapat dalam beberapa pangkal surat dalam Al-qur'an yang dikenal dengan ayat-ayat mutasyabihat. Ukuran panjangnya adalah 3 alif (6 harakat). Contoh mad ini sebagai berikut: a. Pada pangkal Surat Al Baqarah [2] : ا لن b. pada pangkal surat Yusuf [12] :
الس
c. pada pangkal surat Yaasiin [36] :يس d. pada pangkal Surat Maryam [19] : e. pada pangkal surat al Qalam [68]:
مِيعض
ى
9). Mad Lazim Mukhaffaf Harfi Yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal (huruf-huruf potongan) yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat pada pangkal surat-surat tertentu. Panjangnya adalah 1 alif (2 harakat). Contoh:
حن
a. pada pangkal surat Fushilat [41]: b. pada pangkal surat yaasiin [36] :
يس
c. pada pangkal surat tha ha [20] :
َط
10). Mad Lien
Yaitu mad yang terjadi pada saat yaa dan wawu dan sebelumnya berbaris fathah ketika menghentikan bacaan (waqaf). Contoh :
سْف – خْف – ًْم
11). Mad Shilah Yaitu mad yang terjadi pada Ha dhomir ( Ha/ Hi/ Hu sebagai kata ganti). Mad jenis ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu: a. Mad Silah Qasirah ( Mad Silah Pendek) Contoh : - َاًَ – ل Catatan : Jika huruf sebelum Ha Dhomir itu mati (sukun), maka tidaklah berlaku mad nya. Seperti pada kata: b. Mad Silah Tawilah ( Mad Silah panjang) contohnya:
)3( ٍيحسبَ اى هب لَُ آخلد
12). Mad Farq Yaitu mad yang terjadi pada huruf hamzah istifham ( bertanya) bertemu dengan alif lam washal. Ukurannya adalah 3 alif ( 6 Harakat). Contoh:
قل الر مسيي حسم ام االًشييي قل اهلل اذى لنن س Catatan : Pada mad jenis ini sedikit sekali dijumpai dalam Alqur'an ( terdapat hanya pada 4 ayat ) yaitu surat Al-An'am : 143 dan 144 dan Surat Yunus : 59 serta Surat An Naml : 59. 13). Mad Tamkin Yaitu apabila terhimpun dua buah huruf yaa. Yaa pertama berbaris dibawah serta bertasydid dan yaa kedua mati (sukun). Ukuran panjangnya 1 alif (2 harakat). Contoh:
حييتم- والنبيين – ربنيين
B. WAQAF Pengertian Waqaf Menurut bahasa , waqaf berarti berhenti/menahan. Sedangkan menurut istilah ilmu tajwid, waqaf adalah memutuskan suara di akhir kata untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya. Jenis dan Tanda Waqaf No
Lambang Waqaf
Nama Waqaf
1.
م
Waqaf lazim/waqaf taam
Wajib memberhentikan bacaan
2.
ط
Waqaf muthlaq
Wajib memberhentikan bacaan
3.
ص
Waqaf murakhkhash
4.
ٔطل
Waqaf al washal aulaa
Lebih baik tidak berhenti, tapi diperbolehkan berhenti pada saat darurat Meneruskan bacaan lebih baik
5.
ق
Qilaa alaihi waqaf
Disini boleh waqaf
6.
ال
'Adamul waqaf
Tidak boleh waqaf
7.
ك
Khathaalik=serupa
8.
ج
Waqaf jaiz
9.
؞؞
10.
ش
Waqaf Mujawal
Waqaf ini semakna dengan waqaf sebelumnya Bacaan boleh disambung atau boleh berhenti Bila berhenti, maka berhentilah pada salah satu tanda tersebut. Jangan pada kedua-duanya Boleh berhenti
11.
ٔقل
Al waqfu ulaa
Dihentikan lebih utama
Waqaf muraqabah/ waqaf ta'anuq
Arti
Angket Metode Jigsaw
Keterangan:
SS S TS STS
: Sangat Setuju : Setuju : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
Nama : Kelas : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Pernyataan Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw sangat menarik dan menyenangkan. Dengan metode jigsaw saya dan teman-teman aktif dalam proses belajar.. Kami saling menghargai pendapat sesama teman kelompok.. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam. Cara belajar yang telah dilakukan membuat saya akrab dengan guru dan berani bertanya.. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya semakin akrab dengan teman-teman, sehingga saya semakin senang dan bersemangat untuk belajar bersama teman-teman. Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya. Guru Pendidikan Agama Islam selalu memberikan jawaban yang menyenangkan terhadap pertanyaan dan jawaban yang diberikan murid-murid. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat Meningkatkan daya ingat saya Metode jigsaw dapatMeningkatkan hubungan antarsiswa yang heterogen Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap sekolah Metode jigsaw dapat Meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap guru. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya belajar untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dengan teman Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya lebih bertanggung jawab pada diri saya. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya lebih bertanggungjawab pada teman-teman. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkaktkan ketrampilan berdiskusi. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat meningkatkan ketrampilan bertanya. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat
SS
S
TS
STS
19. 20.
meningkatkan kemampuan berbaha sayang baik dalam berdiskusi. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw dapat menumbuhkan rasa percaya diri saya dalam belajar. Belajar dengan menggunakan metode jigsaw membuat saya tertantang untuk belajar lebih giat lagi.
Angket Motivasi Belajar
Keterangan:
SS S TS STS
: Sangat Setuju : Setuju : Tidak Setuju : Sangat Tidak Setuju
Nama : Kelas : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Pernyataan Hadir tepat waktu pada saat ada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam sampai selesai. Saya bersemangat memperhatikan guru mengajar Pendidikan Agama Islam. Saya mempunyai keinginan untuk mendapatkan nilai tertinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya berusaha mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam dengan usaha sendiri. Saya malas masuk sekolah jika ada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya mengerjakan tugas Pendidikan Agama Islam asalasalan yang penting selesai. Saya baru belajar Pendidikan Agama Islam ketika ada tugas atau ulangan. Saya tidak pernah selesai mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam. Saya puas jika mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam lebih baik dari kemarin. Saya puas mendapatkan nilai Pendidikan Agama Islam yang rendah. Jika saya merasa kesulitan dengan pelajaran Pendidikan Agama Islam saya tingggalkan. Saya tidak ingin mendapatkan nilai yang tinggi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ketika guru Pendidikan Agama Islam tidak masuk saya mendiskusikan pelajaran yang telah lalu dengan teman. Belajar Pendidikan Agama Islam dengan metode jigsaw sangat menarik dan menyenangkan. Memecahkan masalah melalui diskusi kelompok (jigsaw) membantu saya lebih mampu mengenal Pendidikan Agama Islam. Belajar dengan metode kooperatif tipe jigsaw membuat saya akrab dengan guru dan berani bertanya. Tugas-tugas dan soal-soal mudah dimengerti, sehingga dapat saya kerjakan dengan baik. Guru selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya. Saya jadi semangat belajar, karena guru menggunakan metode yang bervariasi.
SS
S
TS
STS
DOKUMENTASI