e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERCAKAP-CAKAP BERBANTUAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA PADA ANAK TK MAHA WIDYA I Ni Pt. Loka Eka Putri1, I Ngh. Suadnyana2, Ni Nym. Ganing3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa anak melalui penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 24 orang anak TK pada kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian tentang kemampuan berbahasa dikumpulkan dengan menggunakan metode non tes (wawancara/percakapan) dengan instrumen lembar wawancara dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh pencapaian kemampuan berbahasa sebesar 63,5% dengan kategori rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian kemampuan berbahasa sebesar 88,45% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapkan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar. Kata-kata kunci: metode bercakap-cakap, media grafis, kemampuan berbahasa.
Abstract This study aims to determine Increasing language skills children through the implementation of the method conversing aided graphic media in children of group B the second semester of kindergarten Maha Widya I Batuan Gianyar Academic Year 2013/2014.This research is Classroom Action Research implemented in second cycle. Subjects in this study were 24 kindergarten children in group B the second semester of kindergarten Supreme Widya I Batuan Gianyar academic year 2013/2014. Data collected research on language proficiency tests using non like interview/conversation and also with the questionnaires and observation instruments. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis of quantitative techniques. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle known achievement of 63,5% proficiency in the low category. While in the second cycle
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) proficiency attainment by 88,45% to a high category. It can be concluded that to apply the method of conversing aided graphic media can improve children's language skills in group B the second semester of kindergarten Maha Widya I Batuan Gianyar.
Keywords : method of conversing, graphic media, the ability to speak.
PENDAHULUAN Menurut Yulianti (2010:7) menyatakan bahwa ”anak adalah titipan tuhan yang harus kita jaga dan kita didik agar ia menjadi manusia yang berguna dan tidak menyusahkan siapa saja”. Secara umum anak mempunyai hak dan kesempatan untuk berkembang sesuai potensinya terutama dalam bidang pendidikan. Setiap anak dilahirkan bersamaan dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Ini merupakan tugas orang tua dan guru untuk dapat menemukan potensi tersebut. Syaratnya adalah penerimaan yang utuh terhadap keadaan anak. Dalam bidang pendidikan seorang anak dari lahir memerlukan pelayanan yang tepat dalam pemenuhan kebutuhan pendidikan disertai dengan pemahaman mengenai karakteristik anak sesuai pertumbuhan dan perkembangannya akan sangat membantu dalam menyesuaikan proses belajar bagi anak dengan usia, kebutuhan, dan kondisi masing-masing, baik secara intelektual, emosional dan sosial. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (dalam Santoso, 2008:1.3) tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “hakikat anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun”. Pada pendapat lain menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini (dalam Permendiknas Nomor 58, 2009: 1) menyebutkan bahwa, anak usia dini merupakan masa peka, karena masa ini merupakan masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi lingkungan dan menginternalisasikan ke dalam pribadinya. Masa ini merupakan masa awal pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tercapai secara optimal. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anakanak usia prasekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensipotensinya sejak dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari Pendidikan Anak Usia Dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan intelektual, sosial, dan emosional sesuai dengan tingkat usianya. Taman Kanak-kanak (TK) adalah sebagai salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak yang berusia 4-6 tahun. Perkembangan berpikir anak-anak usia Taman Kanakkanak atau prasekolah sangat pesat. Perkembangan intelektual anak yang sangat pesat terjadi pada kurun usia nol sampai usia prasekolah. Dalam masamasa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan dari orang-orang yang berada dilingkungan anak-anak tersebut, misalnya dengan bantuan orang tua dan guru Taman Kanak-kanak. Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang saat usia Taman Kanak-kanak adalah kemampuan berbahasa. Penguasaan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Yang termasuk dalam pengembangan bahasa selain dari
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) berbicara adalah kemampuan menyimak, membaca, dan menulis. Perkembangan bahasa anak usia Taman Kanak-kanak memang masih jauh dari sempurna. Namun demikian, potensinya dapat dirangsang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan anakanak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa. Aspek perkembangan yang akan diteliti adalah aspek perkembangan bahasa. Kemampuan berbahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Menurut Santrock (dalam Dhieni: 2006) menyatakan bahwa, perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis, kognitif, dan soial-emosional. Bahasa adalah suatu sistem symbol untuk berkomunikasi yang meliputi fonologi (unit suara), morfologi (unit arti), sintaksis (tata bahasa), semantik (variasi arti) dan pragmatik (penggunaan) bahasa. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain. Anak usia dini, khususnya usia 4-6 tahun dapat mengembangkan kosa kata secara mengagumkan. Owens (dalam Papalia et al: 1990) mengemukakan bahwa “anak usia tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan.” Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mungkin belum memahami artinya. Dalam mengembangkan kosa kata tersebut, anak menggunakan fast mapping yaitu suatu proses dimana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali dalam percakapan. Pada masa kanak-kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat. Penggunaan metode bercakapcakap mampu mengkomunikasikan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pemberi kepada penerima. Oleh karena itu dalam merancang proses belajar hendaknya dipilih metode yang benarbenar efektif dan efisien atau merancang metode sendiri sehingga dapat menyampaikan pesan pembelajaran, yang akhirnya terbentuk kompetensi tertentu dari anak. Metode yang dimaksud dalam penelitian ini adalah metode bercakap-cakap. Metode bercakap-cakap mempunyai kemampuan atau potensi mengatasi kekurangankekurangan guru, metode bercakapcakap mampu menyampaikan meteri secara jelas dan mudah di pahami anak. Dengan demikian penggunan metode bercakap-cakap dapat menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan. Dari hal tersebut maka proses belajar akan efektif dan prestasi belajar anak akan meningkat. Metode bercakap-cakap menurut Isjoni (2011:90) mengatakan “bercakapcakap mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam melakukan kegiatan bersama”. Sedangkan menurut Moeslikhatoen (2004:92) menuliskan bahwa “bercakapcakap dapat berarti komunikasi lisan antara anak dan guru atau antara anak dengan anak melalui kegiatan monolog dan dialog”. Dari pengertian metode bercakapcakap menurut pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode bercakap-cakap adalah suatu cara penyampaian bahan pengembangan bahasa yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanyajawab antara anak dengan guru atau anak dengan anak, yang dikomunikasikan secara lisan dan merupakan salah satu bentuk komunikasi antarpribadi, dimana satu dengan yang lainnya saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan secara verbal atau kemampuan mewujudkan bahasa yang reseptif dan ekspresif dalam suatu dialog yang terjadi dalam suatu situasi.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Media yang akan menunjang pembelajaran untuk pengembangan bahasa anak di Taman Kanak-kanak dengan cara yang menarik adalah Media Grafis. Dengan menggunakan media grafis anak-anak akan termotivasi untuk belajar, mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh gurunya dan akan lebih mudah menarik perhatian anak untuk belajar sehingga guru dapat menggunakan media grafis sebagai bahan untuk percakapan mereka. Oleh karena itu media grafis dapat membantu meningkatkan kemampuan berbahasa anak, dan peningkatan keterampilan anak dalam bernalar. Menurut Sadiman (1984:28) menyatakan bahwa, media grafis merupakan media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, atau angka-angka dan symbol atau gambar. Media grafis dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Grafis dapat juga menumbuhkan minat anak dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata. Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikian Nasional atau National Education Association/NEA (dalam Sadiman, 1984:7) memiliki pengertian yang berbeda yaitu “media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya”. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 1997:2) menyatakan bahwa “media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima”. Dari beberapa pendapat di atas tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan media
dalam pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Disini media grafis yang digunakan atau dipakai yaitu media yang menarik dan bervariasi. Anak-anak dengan aktif dilibatkan untuk memberikan tanggapan dan keputusan. Langkah ini akan membiasakan anak untuk lebih mudah mengekspresikan gagasan dan idenya, serta memperkuat daya imajinasi anak selain itu agar anak sejak dini dapat berpikir logis dan sistematis melalui pengamatan terhadap benda-benda konkret, gambar-gambar ataupun angkaangka yang terdapat disekitar anak. Jadi dapat disimpulkan bahwa media grafis merupakan salah satu cara meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru pendamping kelompok B di TK Maha Widya I Batuan berjumlah 24 orang terdiri dari 17 anak laki-laki dan 7 anak perempuan, ketuntasan kemampuan berbahasa yang ingin dicapai yaitu anak berkembang secara optimal. Berdasarkan pencatatan dokumen diperoleh beberapa informasi yaitu dari 24 anak ada beberapa anak kemampuan berbahasanya masih belum memuaskan atau optimal. Selain itu motivasi anak untuk belajar masih belum maksimal. Guru-guru juga mengalami kesulitan untuk menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena media dan sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk menunjang pengembangan kemampuan berbahasa anak masih belum lengkap dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Berdasarkan kondisi tersebut untuk membuat anak menyenangi kegiatan pembelajaran tanpa membuat anak merasa bosan dan tidak ada antusias untuk aktif di dalam kelas, maka dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap berbantuan Media Grafis.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Berdasarkan paparan di atas maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode Bercakap-cakap Berbantuan Media Grafis untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa pada Anak Kelompok B Semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini difokuskan pada permasalahan pokok yaitu Apakah penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar? Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan kemampuan berbahasa melalui penerapan metode bercakapcakap berbantuan media grafis pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar. METODE Penelitian ini dilaksanakan di TK Maha Widya I Batuan yang berada di Kecamatan Sukawati Gianyar, Kabupaten Gianyar. Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK) Menurut Agung (2010:1) menyatakan “PTK adalah penelitian yang dilakukan guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat”. Selain itu, Menurut Muliawan (2010:1), menyatakan “ Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran”. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan bercakapcakap dengan menggunakan media grafis, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diingikan dan belum memenuhi target penelitian.
Adapun rancangan dari penelitian tindakan kelas ini adalah: Perencanaan SIKLUS I
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2009:16) Penelitian ini dilaksanakan secara bersiklus, masing-masing siklus terdiri atas 1) Rencana Tindakan, adalah perencanaan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah: a) menyamakan persepsi dengan metode dan media yang akan digunakan, b) menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH), c) menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, d) mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan, e) menyiapkan instrumen penilaian, 2) Pelaksanaan adalah upaya yang dilaksanakan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini adalah: melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan, 3) Evaluasi/Observasi, evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah: a) penilaian tugas kelompok, b) penilaian keaktifan dalam melaksanakan kegiatan, c) penilaian terhadap hasil karyanya. Observasi dilakukan untuk mengamati
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam observasi ini adalah: (1) mengobservasi guru dalam membuka, menyampaikan materi dan menutup, dan (2) mengobservasi anak dalam kerja kelompok, 4) Refleksi, refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan kekurangankekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncakanakn tindakan pada siklus selanjutnya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan metode wawancara. Dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012: 61). Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang lebih dominan menggunakan indera pengelihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variable tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara merupakan salah satu teknik untuk memperoleh informasi mengenai keberadaan anak-anak, dalam upaya melakukan identifikasi. Apabila data atau informasi yang diperoleh melalui observasi kurang memadai, maka peneliti dapat melakukan wawancara terhadap siswa, orang tua, keluarga, teman sepermainan, atau pihak-pihak lain yang dimungkinkan untuk dapat memberikan informasi tambahan mengenai kemampuan anak. “Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab yang sistematis,
dan hasil tanya jawab ini dicatat atau direkam secara cermat” (Agung 2012: 62). Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi dan pedoman wawancara. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Tingkatan perkembangan bahasa anak Taman Kanak-kanak dengan metode bercakap-cakap dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut. Tabel 1. Tabel Pedoman Acuan Patokan (PAP) Skala Lima tentang Kemampuan Berbahasa Anak.
Persentase 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Kriteria Kemampuan Berbahasa anak dalam bercakapcakap Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi/Sedang Rendah Sangat Rendah ( Agung, 2010: 9)
HASIL DAN PEMBAHASAN Data Kemampuan Berbahasa pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala Dari hasil observasi yang lima. dilaksanakan dengan penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis diperoleh rata-rata (Mean) = 63,5, modus (Mo)= 63,2, dan median (Md) = 41,75 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Gambar 2. Grafik polygon kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Maha Widya I Batuan pada siklus I
15
10
5
0 46
51
56 Mo= 63,2
61
66
71 M = 63,5
Md = 63,2
Nilai rata-rata yang di dapat pada siklus I sebesar 63,5. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbahasa anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 63,5% yang berada pada kriteria rendah. Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Maha Widya I Batuan Gianyar masih berada pada kriteria sangat rendah, sedangkan dari hasil kemampuan berbahasa itu masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: a) beberapa anak masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari peneliti, b) beberapa anak masih kurang fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh, c) anak masih terlihat malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya atau dalam berbicara. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala di atas sebagai berikut, a) membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan dimiliki masing-masing anak, b) memberikan anak stimulus dengan penyataan dan pertanyaan yang dapat merangsang anak agar lebih aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dan mengungkapkan pendapatnya serta menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan mengajak anak melakukan kegiatan bercakapcakap agar anak lebih fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan secara tidak langsung anak dapat berkomunikasi dengan baik. Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I. Hasil analisis data pada siklus II, diperoleh rata-rata (Mean) = 88,45, modus (Mo) = 90,5, dan median (Md) = 91,5 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon. Gambar 3. Grafik polygon kemampuan berbahasa pada anak kelompok B TK Maha Widya I Batuan pada siklus II 12 10 8 6 4 2 0 77
82
M = 88,45
87
92
97
102
Mo = 90,5 Md = 91,5
Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 88,45. Untuk menentukan tingkat kemampuan berbahasa anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) (PAP) skala lima sebesar 88,45% yang berada pada kriteria tinggi. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B di TK Maha Widya I Batuan Gianyar. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: a) dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran kemampuan berbahasa anak sudah meningkat, yang awalnya sangat rendah meningkat menjadi sangat tinggi, b) secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan anak meningkat sesuai dengan harapan, c) peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis ternyata dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan berbahasa anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kemampuan berbahasa anak kelompok B semester II di TK Maha Widya I Batuan Gianyar pada siklus I sebesar 63,5%. Dengan memperhatikan hasil presentase kemampuan berbahasa pada siklus I maka dilanjutkan ke siklus II dengan melihat permasalahan pada siklus I. hal ini terbukti dari refleksi dari siklus I yang masih terdapat permasalahanpermasalahan dalam pelaksanaan tindakan. Adapun permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran pada siklus I yaitu: (1) beberapa anak masih kurang aktif dalam menjawab pertanyaan dari peneliti., (2) beberapa anak masih kurang fokus
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga suasana kelas menjadi gaduh, (3) anak masih terlihat malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya atau dalam berbicara. Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang dihadapi pada siklus I tersebut maka adapun solusinya yaitu: (1) membimbing dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran untuk memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan nilai. Nilai yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan dimiliki masing-masing anak, (2) memberikan anak stimulus dengan penyataan dan pertanyaan yang dapat merangsang anak agar lebih aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan dan mengungkapkan pendapatnya serta menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan mengajak anak melakukan kegiatan bercakap-cakap agar anak lebih fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan secara tidak langsung anak dapat berkomunikasi dengan baik. Pembelajaran pada siklus II berlangsung sangat kondusif, anak sudah mengetahui dan mampu beradaptasi dengan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis. Hal ini terlihat dari presentase rata-rata kemampuan berbahasa anak pada siklus II 88,45%. Ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata presentase kemampuan berbahasa anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24,95% dan dari rendah menjadi tinggi. Peningkatan ini tidak terlepas dari penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis secara optimal dengan perbaikan-perbaikan pembelajaran sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya. Penerapan metode bercakapcakap dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Dengan media grafis, guru dapat merangsang anak dengan cara memberikan stimulus berupa pernyataan atau pertanyaan agar anak lebih aktif dan bisa berpikir kritis dalam mengikuti
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri dan secara tidak langsung anak dapat mengebangkan kemampuan berbahasanya melalui kegiatan bercakapcakap. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, dimana menurut Isjoni (2011:90) menyatakan “metode bercakap-cakap merupakan bercakapcakap mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK karena bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan bekomunikasi dalam melakukan kegiatan bersama”. Selain itu menurut Dhieni (2009:9.5) menyatakan bahwa karakteristik akemampuan berbahasa anak taman kanak-kanak yaitu, a) Usia 4-5 tahun: (a) terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak, (b) telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang digunakannya, (c) dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. b) Usia 5-6 tahun: (a) sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata, (b) sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik, (c) dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan, (d) percakapan yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain serta apa yang dilihatnya. Maka dari itu metode bercakap-cakap merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain sambil belajar secara mandiri melalui permainan sehingga guru bisa menilai kemampuan anak tersebut. Penerapan metode bercakap-cakap dalam penelitian ini dibantu dengan media grafis. Dimana media grafis menurut Sadiman (1984:28) yaitu “berfungsi untuk menyalurkan pesan dari dari sumber ke penerima pesan”. Media
ini akan merangsang kemampuan berbahasa anak dalam hal mengenal kata, sehingga kemampuan berbahasa anak akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suradnya (2003) yang ditemukan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I rata-rata persentase sebesar 64,5 %, setelah dikonversikan dengan kriteria PAP skala lima berada pada interval 65-79 dengan kategori sedang. Pada siklus II diperoleh rata-rata persentase sebesar 82% setelah dikonversikan dengan kriteria PAP skala 5 berada pada interval 81-89 dengan kategori tinggi. Ini dapat diartikan ada peningkatan hasil belajar sebesar 17,5%. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bercakapcakap berbantuan media grafis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis yang dilihat dari adanya peningkatan kemampuan berbahasa pada setiap siklus. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan berbahasa sebesar 63,5% menjadi sebesar 88,45% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Jadi penerapkan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak kelompok B semester II TK Maha Widya I Batuan Gianyar. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang ingin peneliti sampaikan yaitu a) Kepala Sekolah hendaknya menganjurkan kepada guru-
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) guru untuk menerapkan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak, b) dalam proses pembelajaran guru sebaiknya menggunakan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak, c) melalui penerapan metode bercakap-cakap berbantuan media grafis, anak dapat meningkatkan keaktifan dan daya pikir anak, sehingga kemampuan yang diperoleh benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak seperti kemampuan berbahasa anak, d) peneliti lain bisa memakai penelitian ini sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A.Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: makalah disajikan pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha pada Tanggal 27 September 2010 Di Kampus PGSD FIP Undiksha Singaraja. -------,
2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Dhieni,
dkk. 2006. Metode Pengembangan Bahasa. Cetakan Ke-4. Jakarta: Universitas Terbuka.
Isjoni. 2011. Medel Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta. Menteri Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: DirektoratPendidikanAnakUsiaDini
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT Rineka Cipta. Muliawan, Jasa Unggah. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Gava Media. Papalia, D. et al. (1990). A Child’s World Infancy Through Adolescence (9th ed). USA: Mc Graw Hill. Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sadiman, dkk. 1984. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Santosa, Puji. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka. Santoso, Soegeng. 2007. Dasar-Dasar Pendidikan TK. Jakarta: Universitas Terbuka.