Jurnal Pendidikan P Sainns e-Pensa. Voolume 01 Nom mor 02 Tahun 2013, 2 194-204
PENERAPA P AN PEMBEL LAJARAN IP PA TERPAD DU TIPE WE EBBED DEN NGAN METOD DE BERMAIN PERAN PADA P TEMA A KEBAKAR RAN HUTAN N UN NTUK SISW WA KELAS V VIII SMP NE EGERI 1 MA ADIUN 2 Mattsna Khoirun n Nisak 1), Elok Sudibyo 2) , dan Sifak Indana 3) 1) 1 2))
Mahasiswa Program P Studi Pendidikan Saains FMIPA UN NESA, e-mail:
[email protected] Dosen Prograam Studi Pendiidikan Sains FM MIPA UNESA A, e-mail:
[email protected] 3) Dosen Jurusan Biiologi FMIPA U UNESA, e-maail:
[email protected]
Abstrak A Penelitiaan ini bertujuann untuk mendesskripsikan keterrlaksanaan pem mbelajaran, hasil belajar, dan respon siswa terhadapp kegiatan pembelajaran IP PA Terpadu tippe webbed dengan metode Bermain Peraan pada tema Kebakaaran Hutan. Raancangan penellitian yang diguunakan adalah “Pra-experiment One Groupp Pretest and Posttestt Design”. Sasaaran penelitian n ini adalah sisw wa Kelas VIII E SMP Negerii 1 Madiun. Haasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan d metodee Bermain Peraan pada tema g dengan kkategori sangatt baik (85%). Kebakaaran Hutan telaah dilaksanakaan secara keseluruhan oleh guru Ketuntaasan hasil belaajar siswa aspek kognitif meningkat m secarra signifikan mencapai m 74% % dari tingkat ketuntasan awal hanyaa 3%. Hasil uji-t terhadap haasil belajar aspeek kognitif terssebut diperolehh thitung = 9,08 > ttabel = 1,70 dengan taraf t signifikassnsi α = 0,05. S Sedangkan nilaii hasil belajar aaspek psikomotor dan aspek afektif telah mencapaai kategori sang gat baik. Resppon siswa terhaadap kegiatan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode m Bermaiin Peran pada tema Kebakarran Hutan menncapai kategorii baik dengan persentaase 55% dan 45 5% lainnya meencapai kategorri sangat baik. Kata Kunci: K IPA Terrpadu tipe webbbed, metode bermain peran, daan tema kebakaaran hutan.
A Abstract The aim m of this resea arch is to desscribe the condducted learninng, learning ouutcomes, and the students’ responsses to the impleementation of webbed w type inn integrated sciience’s learninng with role plaaying method on wildf dfire theme. This research useed Pre-experim ment One Grou up Pretest and Posttest Desig gn. Subject of this reseearch is E classs of VIII Gradde 1st Junior Higgh School of Madiun. M The ressult of this reseearch showed that inttegrated sciencce’s learning webbed type w with role playying method on wildfire them me has been implemented in its en ntirety by teachher with excelllent category (85%). ( Compleeteness cognitiive aspects of studentss’ learning ouutcomes increaased significantly from 3% to t 74%. The reesult of t-test for f cognitive learning g achievement were acquired d tcount= 9,08 > ttable= 1,70 with w significancce level α = 0,005. While the value of psychomotorr and affectivee learning achiievement has reached r categoory to very good. Students’ responsse to the implementation of webbed w type in integrated sciience’s learninng with role pla aying method on wildf dfire theme achieved good cattegory with thee percentage 55 5% and the othher 45% achievved very good categorry. Keywords: webbed tyype of integrateed science’s leaarning, role pla aying method, and a wildfire th heme.
diharapkkan dapat leebih bermaknna, sehingga dapat mendoroong siswa unttuk tanggap terhadap lingkuungan dan buddayanya. Agar pembeelajaran IPA Terpadu meenjadi pembelaajaran bermakkna, maka guru g harus selalu merancaang kegiatan yang merujjuk pada keggiatan menemuukan. Dalam m pembelajaraan IPA Terrpadu, menemuukan merupakkan bagian uttama dari keggiatan pembelaajaran tersebutt. Pengetahuann dan keteram mpilan yang diperoleh d sisw wa diharapkann bukan hasill dari menginggat fakta-faktaa, tetapi hasil dari d menemukaan dan menggeeneralisasikan sendiri, sehiingga pengettahuan yang diiperoleh siswaa itu lebih berrmakna bagi dirinya d yang naantinya siswa ddiharapkan dappat mengaplikaasikan
PENDAHULU P UAN IPA Terpadu Pembelajaran P u merupakan pembelajaran yang y membelaajarkan konsepp-konsep yang berhubungan dengan d objekk nyata sertta dapat meenghubungkan pengetahuan p yang telah dimiliki sisswa dengan penerapan p dallam kehidupan n sehari-hari. Pembelajaran IPA I Terpadu adalah pembellajaran yang erat e kaitannya dengan d pengaalaman sesungguhnya (Mitarlis & Sri 2009). Mulyaningsih, M Dalam m pembelajaran n IPA Terpadu u, siswa lebih dituntut d untukk melakukan dan mencari tahu konsepkonsep k IPA sehingga kon nsep-konsep teersebut lebih tertancap t kuat dalam benak siswa, s bukan hanya h sekedar hafalan h saja. Dengan D begitu, pembelajaran IPA Terpadu 194
Pembbelajaran IPA Terpadu T Tipe W Webbed dengaan Metode Berm main Peran
pengetahuan p teersebut dalam memecahkan permasalahan p yang y ditemui dalam d kehidupaan sehari-hari. Di daalam pembelajaaran IPA, sisw wa akan lebih tertarik t untuk belajar bila materi m yang diaangkat dalam pembelajaran p a adalah suatu peristiwa yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan k sehaari-hari. Salah satu s peristiwa yang y sering dittemui di wilay yah Madiun adaalah peristiwa kebakaran k huttan. Bila mussim kemarau tiba, wilayah Madiun M yang sebagian terrdiri dari huttan, biasanya sering mengallami kebakarann seperti yangg terjadi pada bulan b Septembber tahun 2012 (Yoga, 2012 2). Peristiwa kebakaran k hutan ini, dapat dijadikan d sebaggai salah satu tema t pembelajjaran di dalam kelas. Pembbelajaran denggan tema kebakaran hutan akan a melibatkaan beberapa su ubdisiplin ilmuu dari disiplin ilmu i sains ataau IPA, sehinggga dapat diaj ajarkan secara terpadu. t Menuurut Fogarty (11991), tipe-tipee keterpaduan ada a sepuluh, yang terdiri atas model : Fragmented, Connected, Nested, N Sequenced, Shareed, Webbed, Threaded, Inntegrated, Im mersed, dan Networked. Berdasarkan B kesepuluh k tipee-tipe keterpad duan tersebut, model m webbedd-lah yang coccok untuk diguunakan dalam pembelajaran p dengan tema kebakaran k hutaan, sebab tipe keterpaduan k w webbed dipilih h berdasarkan n pendekatan tematik. t Den ngan pendekatan ini, peengembangan pembelajaran p terpadu t dimulaai dengan mennentukan tema disepakati, tertentu. t Seetelah temaa tersebut dikembangkan d n sub-sub tem ma dengan memperhatikan m disiplin d ilmu-d disiplin ilmu yaang berkaitan. Dari sub-sub tema t ini kemuudian dikembanngkan aktivitass belajar yang harus h dilakukaan oleh siswa. Pada pembelajarann dengan tem ma kebakaran hutan h ini, sisw wa akan mempeelajari perubahhan kimia dan dampak d kebakkaran hutan terhadap t sistem m pernafasan manusia. m Selaain itu, siswaa juga dapat mempelajari peranan p manussia dalam menjjaga kelestariann lingkungan, khususnya k u untuk menceggah dan menanggulangi m kebakaran k hutaan. Pembbelajaran secaraa terpadu ini sesuai s dengan kurikulum k K KTSP (Kuriikulum Tinggkat Satuan Pendidikan) P (D Depdiknas, 20006) yang menyyatakan bahwa pembelajaran p I IPA hendaknya diajarkan seccara utuh atau terpadu t agar siswa s mengen nal kebulatan dan d keutuhan konsep k IPA seebagai ilmu, buukan kumpulann dari konsepkonsep k Biologgi, Kimia, Fisika dan Bum mi Antariksa. Namun N kenyaataan yang berada di lapaangan, masih banyak b sekolaah yang belum m mengajarkann IPA secara utuh u atau terpaadu, seperti di SMP S Negeri 1 Madiun. Berdaasarkan hasil wawancara w peeneliti dengan guru g bidang sttudi IPA di SM MP Negeri 1 Madiun pada tanggal t 5 Okktober 2012, pembelajaran n IPA yang dilakukan d di SMP Negeri 1 Madiun maasih terkotakkotak, k dalam artian pembeelajaran biologgi, fisika dan
kimia masih m diajarkann secara terpisaah dan belum teerlihat saling keterhubungan k nnya, padahal pembelajarann IPA sebenarnnya ada keterhhubungan antaar disiplin ilm munya. Hal ini disebabkan ooleh guru yangg masih menggalami kesulitann dalam mem mbelajarkan IPA secara teerpadu karena background gguru yang mem mang bukan berasal b dari penndidikan IPA dan belum terrsedianya peraangkat pembelaajaran IPA Terrpadu. Selain ittu, berdasarkann hasil angket yang y disebarkaan kepada sisw wa, sebanyak 799,41% respond den menyatakaan bahwa aktiivitas siswa selama pembelaajaran lebih ceenderung menyyimak dan mencatat keteranggan yang ddiberikan olehh guru. Haal ini menunjuukkan bahwa siswa masihh belum menngikuti pembelaajaran secara aktif, sebab aktivitas a siswa lebih sering menerima m keteerangan dari guru g daripadaa aktif mencarii tahu secara m mandiri. Bila haal ini terus berllanjut, maka dapat d mengakibatkan terham mbatnya kreattivitas dan keteerampilan berppikir siswa, sehhingga siswa kurang k dapat mengaplikasikan m n ilmu yang teelah diperoleh dalam d kehiduppan sehari-hari.. Salah satu ccara agar sisw wa dapat menngikuti pembelaajaran secara aktif adalah dengan melibbatkan siswa dalam d proses pembelajaran.. Guru memppunyai peran yang y besar unttuk melibatkann siswa secaraa aktif dalam proses p pembellajaran. Hal in ni berkaitan dengan d model pembelajaran p m maupun metod de yang dipilihh guru dalam membelajarkan m n suatu materi.. Salah satu metode m yang daapat digunakann dalam pembelajaran dengann tema kebakarran hutan adalaah metode berm main peran. Wahab (2012: 109) men ndefinisikan metode m Bermainn Peran atau Role Playingg adalah beraakting sesuai dengan perann yang telah ditentukan teerlebih dahulu untuk tuujuan-tujuan tertentu s seperti menghiddupkan kem mbali suasan na historis atau mengunngkapkan kem mungkinan keeadaan yang akan datang. Menurut Triaanto (2010: 14 41) metode Beermain Peran adalah metode pembelajaran sebagai bagiann dari m perristiwa simulasii yang diarahhkan untuk mengkreasi sejarah, mengkreasi peristiwa-periistiwa aktual, atau kejadian n-kejadian yanng mungkin muncul m pada masa mendataang. Sedangkaan menurut Yamin Y (2012: 109) metode Bermain Perann adalah metoode yang melibbatkan interakssi antara dua siiswa atau lebihh tentang suatuu topik atau sim mulasi. Dengann demikian dap pat dikatakan bbahwa metode Bermain Peran adalah suatu s metode yang memintaa siswa berinteraksi dengan n temannya untuk memeraankan satu peeran atau pem mikiran yang tidak nyata. Pelaku P bertinddak seolah-olahh dia berada dalam dunia yang nyata. Addanya interaksi antar siswa dalam d bermain n peran ini, maaka akan meraangsang siswa untuk berbicarra dan berfikiir, sehingga dapat menumbuuhkan daya kreeatif siswa, meemberikan mottivasi belajar kepada k siswa dan d melatih siswa untuk bekerja samaa dan
Jurnal Pendidikan P Sainns e-Pensa. Voolume 01 Nom mor 02 Tahun 2013, 2 194-204
mengembangk m kan sikap toleeransi dalam kelompoknya (Trianto, ( 2010). Pada pembelajarann dengan tem ma kebakaran hutan h ini, siswa s akan dibagi d menjaadi beberapa kelompok k bessar untuk dap pat bermain peran dalam mekanisme m peernafasan secaara normal dan n mekanisme pernafasan p keetika terjebak sebuah kebaakaran, serta bermain b peraan dalam mencegah m dan n menangani kebakaran k huutan ketika teerjadi peristiw wa kebakaran hutan. h Di dalaam bermain perran, siswa dihaarapkan dapat bekerja b sama dalam kelom mpoknya untuuk berperan, mereka m bertinndak seolah-olah melakukann tugas paruparu p untuk bernafas. Selain itu, mereka juuga bertindak seolah-olah beerada di dalam sebuah peristiw wa kebakaran hutan h yang membutuhkan m p penanganan aggar kebakaran hutan h tidak meeluas. Disitulahh keterampilann siswa dalam berkomunikasi b i, dan krreativitas sisswa dalam memecahkan m masalah ditunntut untuk muuncul. Selain dituntut d untukk memecahkan n masalah agar kebakaran hutan h tidak meluas, sisw wa juga dittuntut untuk memperhatikan m n keselamataan dirinya keetika sedang menangani m keebakaran hutann. Menurut Yamin Y (2012: 109) metode Bermain B Perann ini menuntuut guru untuk mencermati m kekurangan darri peran yangg diperagakan siswa. Salah satu struktur permainan perran yang bisa membantu m adaalah sebagai berikut b (Yamiin, 2012: 3233): 3 1. Persiapan a. Menenttukan masalah b. Membuuat persiapan peran c. Membaangun suasana d. Memilih tokoh e. Menjelaaskan dan mem mberikan pemaanasan f. Mempeertimbangkan latihan 2. 2 Memainkan n a. Memainnkan b. Mengheentikan c. Melibattkan penonton d. Mengan nalisa diskusi e. Mengev valuasi Bermain peran memiliki m beberrapa manfaat (Yamin, ( 2012)), diantaranya adalah: a 1. Meningkatkan kinerjaa guru deng gan indikasi membaikknya cara guuru dalam melaksanakan m proses pembelajaran; mulai darri membuka pelajaran n, mempersiaapkan, meng gelola kelas, memberi reward, menjadi mootivator dan fasilitatorr, maupun melaaksanakan evaaluasi. 2. Peserta didik d memiliki keberanian meengemukakan pendapat, menghargaii pendapat teman, t etika bermain peran, memim mpin diskusi, bekerja b sama, tanggungg jawab, mencaari dan mengollah informasi, menganalisis dan membuat m sim mpulan, serta
3.
tum mbuhnya sikaap kritis, dem mokratis dan kkreatif dallam menyikappi persoalan yang y dihadapi pada saaat pembelajarann. Maampu meningkkatkan hasil bellajar pebelajar,, yaitu sem makin membbaiknya nilai rata-rata seesudah pen nerapan metode Bermain Peran P dibandinngkan den ngan nilai sebeelumnya.
Selain memiliki manfaat, bermain b perann juga memilikki beberapa kekurangan (Yamin, 2012), 2 diantaraanya adalah: 1. Beeberapa peserrta didik muungkin membeerikan reaaksi negatif dalam beerpartisipasi yang dissebabkan permasaalahan-permasaalahan intterpersonal yaang pernah diaalami peserta didik dallam satu kelom mpok. 2. Diskusi mengeenai permainnan peran yang mainkan munngkin bisa membutuhkan waktu w dim yan ng lama. 3. Paada kesempataan yang lain, karena penam mpilan yan ng tidak efekktif dari pemaainnya, atau karena k tid dak mempersiiapkan dengaan baik, haasilnya muungkin hanya pengulangan dangkal darri apa yan ng sudah dikeetahui oleh setiiap orang menngenai maasalah yang dibbahas. Penggunaan metode berm main peran dalam pembelaajaran ini diharrapkan dapat membuat m siswaa lebih aktif daalam mengikutti proses pem mbelajaran, sehhingga siswa merasa sennang dan tertarik t menngikuti pembelaajaran yang naantinya akan beerpengaruh terrhadap hasil bellajar siswa mennjadi lebih baik k. Penelitian R Rohmawati (22011) menunjuukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa dalam d pembelaajaran IPA yaang dilaksanak kan secara teerpadu mencapai 84,85%. Hal H ini sejalan n dengan peneelitian Maziyyah (2011) yang menyaatakan yang dillakukan oleh M bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajarann IPA Terpaduu menggunakaan tipe webbed d mencapai 966,88%. Selain ittu, penelitian F Fadhilah (20133) juga menunjuukkan bahwa ketuntasan k hassil belajar sisw wa dalam pembeelajaran IPA Terppadu dengan metoode Bermain Peraan mencapai 90 0,32% dengan nilai rata-rata 779,39. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumusskan masalah sebagai berikkut: (1) Bagaiimana keterlakksanaan pembeelajaran IPA Terpadu T tipe webbed w dengan metode berm main peran pada tema kebaakaran hutan? (2) Bagaimanna hasil belajaar siswa kelass VIII SMP Neegeri 1 Madiuun setelah peneerapan pembelajaran IPA Terrpadu tipe webbed dengan meetode bermain peran pada teema kebakarann hutan? (3) Bagaimana respon r siswa teerhadap kegiataan pembelajaraan IPA Terpaddu tipe webbed dengan mettode bermain peran pada tema kebakarran hutan?. Adaapun tujuan peenelitian ini adaalah 196
Pembbelajaran IPA Terpadu T Tipe W Webbed dengaan Metode Berm main Peran
mendeskripsika m an keterlak ksanaan pembelajaran, p mendeskripsik m kan hasil belaajar, dan menndeskripsikan respon r siswa terhadap keegiatan pembeelajaran IPA Terpadu T tipe webbed dengan metode Beermain Peran pada p tema Keb bakaran Hutan.. METODE M Penelitian P ini merupakan m pennelitian pra ekssperimen atau eksperimen e seemu, sebab di dalam penelitian ini tidak penyamaan karakteristik menggunakan m k d tidak ada dan variabel v kontrrol atau kelaas pembandinng. Penelitian dilaksanakan d p pada bulan Feebruari-Maret 2013 2 di SMP Negeri N 1 Mad diun, Jl. R. A. A Kartini No o. 4 Madiun. Sasaran peneliitian ini adalahh siswa kelas VIII E SMP Negeri N 1 Maddiun tahun ajaaran 2012/20113. Penetapan kelas k ini sebaggai kelas ekspperimen karenaa kemampuan siswa dalam keelas ini merataa. Rancaangan penelitiaan yang dipakaai adalah Praexperiment e Onne Group Pre-ttest and Post-teest Design.
O 1 X O2 (Arrikunto, 2003) Keterangan K : O1 O : dilakukaan pretest untuk mengetahui seberapa s besar pemahamaan siswa terhaddap materi IPA Terpadu Tema Kebakaran n Hutan X : pemberian treatment, yaitu y siswa diajjar materi IPA secara terrpadu dengan menggunakan m tippe keterpaduan webbed paada tema Kebakaaran Hutan. Pada pembelajaran ini digunakkan metode berm main peran. O2 O : dilakukkan posttest untuk mengeetahui tingkat pemahamaan siswa setelaah diajar materi IPA secara terpadu deengan menggunakan tipe keterppaduan webbed pada temaa Kebakaran Huttan.
Tekniik pengumpulaan data yang digunakan d ada 3 cara, yaaitu: (1) metode m obserrvasi untuk mengumpulkan m n data peengamatan keterlaksanaan k pembelajaran p selama s kegiatann pembelajarann berlangsung dan d data pengaamatan hasil beelajar aspek pssikomotor dan afektif a siswa; (2) metod de tes digunnakan untuk memperoleh m d data tentang hasil h belajar siiswa; dan (3) metode m angkeet digunakan untuk mendapatkan data tentang t responn siswa terhadaap pembelajaraan yang telah diterapkan. d S Sedangkan insstrumen yangg digunakan, diantaranya: d lembar observasi o keterlaksanaan k pembelajaran, p lembar observ vasi kemampuaan psikomotor dan d afektif sisswa, lembar tees hasil belajarr yang terdiri dari d pretest dan d posttest, serta lembar angket a respon siswa. Data keterlaksanaan penerapan pembelajaran dianalisis d secaara deskriptif ku ualitatif. Data ini digunakan untuk u mengannalisis kemamppuan guru dalaam mengelola kelas k dengan menggunakan m rata-rata aspekk dari jumlah
pertemu uan yang telah dilaksanakan, kemudian nilaai ratarata terssebut dikonverssi dengan kateggori: 1,00 – 1,99 = kurang 2,00 – 22,99 = cukup 3,00 – 33,99 = baik 4,00 – 55,00 = sangat baik Pengelolaan ddikatakan efek ktif bila kemam mpuan guru daalam mengeloola pembelajarran telah menncapai kategorii baik atau sanggat baik. Data kemamppuan psikomottor dan afektif siswa yang tellah diperoleh ddianalisis mengggunakan rumuus: Nilai =
St
x 100 %
Sm (diadaptasi dari Maziyyah, 2011) Keteranggan: St = jum mlah skor seluuruh aspek yan ng diamati di semua perteemuan Sm = jum mlah skor maksim mal di setiap perrtemuan
Nilai persenttase yang dipperoleh disimppulkan dalam kalimat k deskriiptif. Kriteria nilai afektif siswa adalah sebagai s berikutt (Riduwan, 20 011: 15): 0% – 20,99% = sangat kurang k 21% – 40,99% = kurang 41% – 60,99% = cukup 61% – 80,99% = baik 81% – 100% % = sangat baik b Siswa dapat dikatakann berhasil dalam d mencapai aspek psikkomotor dan aspek afektif yang diamati bila nilai siswa telah mencappai kategori baiik. Data respoon siswa dianalisis dengan d mengguunakan rumus: P= (diadaptasi dari d Riduwan, 2010) Nilai persenttase yang dipperoleh disimppulkan dalam kalimat k deskripptif. Kriteria respon r siswa aadalah sebagai berikut (Riduw wan, 2011): 0% – 20,99% = sangat kurang % – 40,99% = kurang 21% 41% % – 60,99% = cukup 61% % – 80,99% = baik 81% % – 100% = sangat baik Untuk mengeetahui perbedaaan hasil pretesst dan posttest digunakan ujii t, akan tetapii sebelum diujii, data terlebih dahulu diujii kenormalann nya agar diketahui bahwa sampel s berasal dari populassi yang berdisttribusi normal. Uji normaliitas yang diggunakan adalaah uji Lillieforrs. Setelah itu dilakukan uji--t untuk mengetahui efektivittas treatment. Rumus R yang digunakan d dalam m ujit adalahh sebagai berikuut (Arikunto, 2010): 2 t=
Jurnal Pendidikan P Sainns e-Pensa. Voolume 01 Nom mor 02 Tahun 2013, 2 194-204
Keterangan: K Md M : meann dari perbedaan n pretest dan possttest Xd X : deviaasi masing-masinng subjek (d-mdd) Σ x 2d : jumlaah kuadrat deviaasi N : subjeek pada sampel
tercapaii. Data hassil pengamattan keterlakssanaan pembelaajaran IPA Terpadu tipee webbed dengan d mengguunakan metodde Bermain Peran pada tema Kebakarran Hutan dapaat dilihat pada Tabel 1. Tabel. 1. Data Pengam matan Keterlaksaanaan Pembelajaaran
HASIL H DAN PEMBAHASA P AN
No
Pembelajaran P IPA Terpadu tipe t webbed deengan metode Bermain B Perran pada tema t Kebak karan Hutan dilaksanakan d d dalam 3 kali pertemuan, massing-masing 2 x 40 menit. Pada pertemu uan pertama, materi yang dipelajari d adallah perubahan n kimia yang terjadi dalam peristiwa p kebaakaran hutan. Pada P pertemuann pertama ini, siswa melakukkan kegiatan untuk u membukktikan bahwa terdapat t perubbahan kimia pada p saat terjadi peristiwa kebakaran k hutaan. Pada pertemuan kedua, materi yaang dipelajari adalah a sistem pernafasan maanusia. Pada pertemuan p ini, siswa bermainn peran untuk memperagakan m n kerja sistem pernafasan p m manusia pada saat terjebaak peristiwa kebakaran k hutaan. Kegiatan dimulai d dari tahhap persiapan (meliputi: ( meembuat persiapan peran; membangun suasana; meenyiapkan tookoh; dan memberikan penjelasan p daan demonstrassi) dan tahapp memainkan peran p (meliputti: memainkan, menghentikann, melibatkan penonton p untukk diskusi dan mengevaluasi). m . Pada pertemuan kettiga, materi yaang dipelajari adalah a peran manusia m dalam m menanggulanngi kerusakan lingkungan, l daalam hal ini adalah a peran manusia m untuk mencegah m dan n menanggulanngi kebakarann hutan. Pada pertemuan p kettiga ini, siswaa bermain peraan bagaimana cara c menangggulangi kebbakaran hutaan. Dengan menggunakan m api skala keciil, siswa ditunttut untuk bisa memadamkan m api dengan menggunakan m r ranting basah, pasir p dan alat pemadam ap pi ringan. Kegiatan dimulai dari d tahap peersiapan (melliputi: membuuat persiapan peran; p membaangun suasanaa; menyiapkann tokoh; dan memberikan m p penjelasan dann demonstrasii) dan tahap memainkan m peeran (meliputi: memainkan, menghentikan, m melibatkan m pennonton untuk diskusi d dan menngevaluasi).
I
II
Aspek yyang diamati Peersiapan
Raata-Rata Peelaksanaan A. Pendahuluan • Guru memotiivasi dan membeerikan apersepsi • Guru menyam mpaikan tujuan pembelajarann B. Kegiatan Inti wa ke • Guru mengorrganisasikan sisw dalam kelomppok-kelompok belajar b • Guru membim mbing siswa belaajar dan bekerja • Guru menangggapi pertanyaann siswa • Guru memberrikan umpan ballik C. Penutup • Guru memberrikan evaluasi siingkat
III
IV
Raata-Rata Peengelolaan wakttu
Raata-Rata Suuasana Kelas • Kesesuaian K KBM dengan tujuuan pembelajarann • Pembelajarann berpusat pada siswa s • Siswa antusiaas • Guru antusiass Raata-Rata
a.
Rata-rata R skor I 4.33 II 4.33 III 4.00 4.22 3.00 I II 4.67 III 4.67
Pert
I II III I II II I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III
4.67 4.33 4.00 4.67 3.67 4.33 4.00 4.00 4.33 4.33 4.33 4.00 4.33 4.33 4.00 2.33 3.67 4.33 4.09 3.00 4.33 4.33 3.89 4.00 4.67 4.67 3.67 4.33 4.33 4.00 4.00 4.67 4.67 4.33 4.33 4.31
Berdasarkan data yang terrtulis pada Taabel 1 dapat diilihat bahwa rata-rata skor yang y diperolehh pada setiap aspek yang diam mati terdapat pada p rentang skkor 25, dengaan rata-rata skoor terendah 2,3 33 dan rata-rataa skor tertinggi 4,67. Rata-rrata skor teren ndah terdapat pada aspek guru memberikan evaluuasi singkat pada pertemu uan I. Sedangkkan rata-rata tertinggi pada aspek guru memotivasi m daan memberikaan apersepsi pada
b.
Gambar 1. Sisswa Bermain Peran pada Pertem muan 2 (a) dan Pertemuaan 3 (b)
Peran guru demi terlaksananya t pembelajaran dengan d metod de Bermain Peeran ini sangaat besar, oleh sebab itu peng gelolaan guru pada p saat pembelajaran perlu diamati d agar tuujuan pembelajjaran yang diinnginkan dapat 198
Pembbelajaran IPA Terpadu T Tipe W Webbed dengaan Metode Berm main Peran
Skor rata‐rata
pertemuan p 2 dan 3, gurru menyampaaikan tujuan 1, guru pembelajaran p pada pertemuan mengorganisas m sikan siswa ke dalam kelomppok-kelompok belajar b pada pertemuan 1, kesesuaian KBM K dengan tujuan t pembellajaran pada pertemuan p 2 dan 3, siswa antusias a pada pertemuan 3, 3 dan guru antusias a pada pertemuan p 1. Berdasarkan data-data d penggamatan yang telah t dipapark kan di Tabel 1,, dapat dibuat grafik seperti yang y terlihat dalam d Grafik 1.. 6,00 4,00
Pe ertemuan 1
2,00
Pe ertemuan 2 Pe ertemuan 3
0,00 1
3 5 7 9 11 13 Aspek yang diamati
Grafik 1. Perb bandingan Rata--Rata Skor yang Diperoleh di Setiap Peertemuan Keterangan: K 1 : persiapan 2 : guru memootivasi dan mem mberikan apersepsi 3 : guru menyampaikan tujuann pembelajaran 4 : guru menngorganisasikan siswa ke dalaam kelompokkelompok beelajar 5 : guru membbimbing siswa belajar dan bekerj rja 6 : guru menannggapi pertanyaaan siswa 7 : guru membberikan umpan balik b 8 : guru membberikan evaluasi singkat 9 : pengelolaaan waktu 10 : kesesuain KBM K dengan tujjuan pembelajaran 11 : pembelajarran berpusat padda siswa 12 : siswa antussias 13 : guru antusiias
y terlihat paada Grafik 1, Berdaasarkan data yang dapat d dilihat bahwa terdapat peningkatan dan d penurunan pada p beberapaa aspek. Walaaupun ada bebberapa aspek yang y mengalam mi penurunan, namun penuruunan itu tidak terlalu t drastis.. Penurunan teerjadi pada beeberapa aspek seperti aspek persiapan (1). Aspek perssiapan adalah salah satu unsur u yang harus h diperhaatikan dalam menggunakan m metode Berm main Peran (Y Yamin, 2012). Namun N dalam m penerapan pembelajarann ini, aspek persiapan p menngalami penurrunan. Hal inni disebabkan pada p pertemuaan ketiga berteepatan dengan ujian praktik untuk u siswa Kelas IX, sehingga lap pangan yang rencananya r akkan digunakan untuk bermainn peran harus dipindahkan d ke k tempat yaang lain, sehinngga hal ini berpengaruh b pada aspek perssiapan. Aspekk menyampaikkan tujuan pem mbelajaran (3) juga j mengalam mi penurunan n, hal ini diseebabkan guru memberikan m porsi p waktu yang lebih banyak b untuk kegiatan k inti (bermain peraan), sehingga penyampaian tujuan t pembeelajaran belum m terlaksana dengan d baik.
Aspek guru mengoorganisasikan siswa ke dalam kelompook-kelompok belajar (4) juga menggalami penurun nan tajam paada pertemuan kedua. Haal ini disebabkkan pada perteemuan kedua siswa dibagi menjadi dua kellompok besar untuk bermaain peran, sehhingga pengorg ganisasian sisw wa ke dalam kelompok-kelo k ompok belajar menjadi m kurangg maksimal. Hal H ini sesuai dengan d pernyataaan Yamin bahhwa salah satu u kelemahan metode m Bermainn Peran addalah pesertaa didik muungkin memberrikan reaksi negatif n dalam berpartisipasi yang disebabkkan permasallahan-permasallahan interperrsonal yang dialami d pesertta didik dalaam satu keloompok (Yamin,, 2012). Penurunan juuga terjadi padaa aspek menannggapi pertanyaaan siswa dan aspek pemberiian umpan baliik (7), hal ini dikarenakan d w waktu lebih bannyak terpakai untuk proses bermain b perann, sehingga gurru harus mem mbatasi waktu untuk u menangggapi pertanyaaan-pertanyaann dari siswa dan d juga pem mberian umpan balik. Haal ini mengak kibatkan belum m terlaksananyaa dua aspek terrsebut dengan baik. Selain itu, penurunann juga terjadi pada k guuru. Skor aspek k keantusiasann guru aspek keantusiasan pada pertemuan p pertama lebihh tinggi darripada pertemu uan kedua dan ketiga. Walauupun ada penurrunan, namun penurunan p ini ttidak terlalu drrastis. Penurunnan ini disebabkkan karena guru terlaalu fokus untuk memperrhitungkan w waktu dengann langkah-lanngkah pembelaajaran yang harus dilalu ui. Secara uumum, penurun nan-penurunan yang ditunjuk kkan pada Graafik 1 terjadi karena terkeendala masalaah waktu. Secara S keseluru uhan, hasil penngamatan terhaadap keterlakssanaan pembelaajaran dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat dinyatakkan bahwa ppembelajaran IPA Terpaduu tipe webbed dengan mettode Bermain Peran pada tema Kebakarran Hutan telah terlaksana secara keseluuruhan dengan kategori sangat s baik (85%). Hall ini menunjuukkan bahw wa pengelolaaan guru untuk pembelaajaran sudah efektif dan seejalan dengan yang dikemukkakan oleh Yam min bahwa meetode Bermain Peran dapat meningkatkan m kinerja guruu dengan inndikasi membaiiknya cara guuru dalam melaksanakan m p proses pembelaajaran (Yamin,, 2012). Taabel 2. Persentasse Keterlaksanaaan Pembelajaran Persentaase No. Aspek yang diaamati Kriteria (%) Sangat 1. Persiapan 84.44 baik Guru memotivaasi dan memberiikan Sangat 2. 82.22 apersepsi baik Guru menyamppaikan tujuan Sangat 3. 86.67 pembelajaran baik 4.
Guru mengorgaanisasikan siswaa ke dalam kelompook-kelompok bellajar
84.44
Sangat baik
Jurnal Pendidikan P Sainns e-Pensa. Voolume 01 Nom mor 02 Tahun 2013, 2 194-204
5.
Guru membimbing m sisw wa belajar dan bekkerja
82.22
6.
Guru menanggapi m pertanyaan siswa
84.44
7.
Guru memberikan m ump pan balik
82.22
8.
Guru memberikan m evalluasi singkat
68.89
Baiik
9.
Pengellolaan waktu
77.78
Baiik
10.
Kesesuuaian KBM denggan tujuan pembelajaran
88.89
11. Pembeelajaran berpusatt pada siswa
82.22
12. Siswa antusias
84.44
13. Guru antusias a
88.89
Sanggat baiik Sanggat baiik Sanggat baiik
Sanggat baiik Sanggat baiik Sanggat baiik Sanggat baiik
Tabbel 3. Uji Normaalitas
L0 0.00938
Ltabel 0.11591
Menggunaakan taraf signnifikansi (α) seebesar 0,05, sampel dapaat dikatakan berdistribusi b n normal apabbila harga L0 lebih kecil dari harga Ltabel. Berd dasarkan data di d atas, dapat dilihat bahwa harga L0 yang y didapat lebih kecil daaripada harga Ltabel, makka dapat disimppulkan bahwa sampel berasaal dari popuulasi yang berddistribusi norm mal. Setelah dilakukan d uji normalitas, maka dapaat dilakukan uji-t. Uji-t digunakan untuk menngetahui signifiikansi perbedaaan hasil pretesst dan posttest. Hasil uji-tt dapat dapat dilihat d pada Tabbel 4.
Hasil belajar sisw wa setelah diterapkannya d pembelajaran p ini juga dian nalisis dan dibbahas sebagai berikut. b
T Tabel 4. Hasil Ujji-t
1. Aspek kog gnitif Haasil belajar asspek kognitif siswa diukur melalui tes yang diberiikan sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran IPA Terpaduu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tem ma Kebakaran Hutan. Nilai hasil prretest dan posttest p yang diperoleh akan dibandinngkan dengann nilai KKM yang telahh ditetapkan di d SMP Negerri 1 Madiun, yaitu 81, seehingga akan diperoleh d tingkkat ketuntasan siswa. Diaagram persenttase ketuntasaan pada saat pretest dann posttest dapatt dilihat pada Gambar G 1.
Berdasarkkan data di atas dengan taraf signifikansi (α) yaang digunakann adalah 0,05, dapat hat bahwa hargga thitung lebih besar b dari hargaa ttabel. dilih Dengan demikian dapat dikatakkan bahwa terrdapat perbbedaan yang siignifikan antarra hasil pretesst dan posttest. Hal ini m menunjukkan bahwa b pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Beermain K Hu utan efektif terrhadap Peraan pada tema Kebakaran hasill belajar sisw wa. Peningkaatan rata-rata hasil belajjar yang signiffikan dapat diliihat pada Grafiik 2.
3%
97 %
tuntas tidak tuntas
Rata‐rata Nilai
Preetest
thitung 9 9.08
Postttest 26 %
tuntas
74 %
tidak tuntas
100
ttabbel 1.7 70
59,35
83,55
50 0 pretest
postest p
Graafik 2. Rata-Rataa Hasil Belajar Aspek A Kognitif Siswa S
Gambar 1. 1 Diagram Perseentase Ketuntasaan Pretest dan Poosttest
t dalam m tema Walaupunn materi yang terdapat Kebakaran Hutann ini sebag gian besar sudah mpaikan di K Kelas VII (peerubahan fisikaa dan disam peruubahan kimia) maupun di Keelas VIII semeester 1 (sistem pernafasann manusia), naamun siswa banyak g tidak tuntaas pada saat mengerjakann soal yang preteest. Hal ini menunjukkann bahwa infoormasi tentaang materi pperubahan fisiika dan peruubahan kimiia serta sisteem pernafasaan manusia hanya bertaahan di memorri jangka pendeek mereka.
Beerdasarkan Gam mbar 1 di atas,, dapat dilihat bahwa padda saat pretest sebanyak 97% % siswa tidak tuntas dan hanya 3% sisswa yang tuntaas, sedangkan pada saat posttest p siswa yang tuntas seebanyak 74% dan siswaa yang tidakk tuntas sebbanyak 26%. Berdasarkaan hasil pretesst dilakukan uji u normalitas untuk menggetahui sampeel berasal dari populasi p yang berdistribusi normal atau u tidak. Hasil uji u normalitas yang diperooleh dapat dilihhat pada Tabell 3 berikut:
200
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dengan Metode Bermain Peran
Salah satu kelebihan pembelajaran terpadu yang menerapkan keterpaduan tipe webbed adalah membantu siswa untuk melihat keterhubungan antar gagasan (Fogarty, 1991). Dengan penerapan pembelajaran tematik, akan membantu siswa membangun kebermaknaan konsep-konsep sehingga lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami. Penggunaan metode Bermain Peran dalam pembelajaran ini, melibatkan siswa untuk lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri, sehingga informasi yang mereka terima dapat bertahan di memori jangka panjang mereka. Hal ini sejalan dengan pernyataan Yamin bahwa salah satu kelebihan metode Bermain Peran adalah dapat meningkatkan hasil belajar pebelajar (Yamin, 2012) dan diperkuat dengan penelitian Fadhilah (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode Bermain Peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun nilai siswa meningkat secara signifikan, namun masih ada siswa yang tidak tuntas pada saat posttest. Ketuntasan klasikal pada tema yang diajarkan ini belum dapat dicapai karena siswa yang tuntas hanya 74%. Walaupun ketuntasan klasikal masih belum dapat dicapai, namun satu hal yang menggembirakan adalah 74% siswa yang tuntas tersebut memiliki kemampuan kognitif yang sangat baik karena berhasil mendapatkan nilai di atas 81.
Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan tidak terlalu membutuhkan keterampilan psikomotor yang terlalu kompleks seperti halnya ketika melakukan praktikum di laboratorium. Tabel 5. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nilai Kategori 87.18 SB 100 SB 100 SB 100 SB 84 SB 84.62 SB 100 SB 84.62 SB 100 SB 87.18 SB 87.18 SB 100 SB 84.62 SB 87.18 SB 100 SB 94.87 SB
No. Nilai Kategori 17 100 SB 18 100 SB 19 100 SB 20 100 SB 21 100 SB 22 100 SB 23 100 SB 24 100 SB 25 100 SB 26 94.87 SB 27 100 SB 28 100 SB 29 100 SB 30 94.87 SB 31 94.87 SB
Pengamatan psikomotor pada saat bermain peran hanya untuk memastikan bahwa siswa bermain peran dengan tepat sesuai bagian perannya. Sebelum siswa bermain peran, guru memberikan arahan terlebih dahulu sehingga siswa tidak kebingungan ketika bermain peran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Yamin bahwa metode Bermain Peran hanya menuntut guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa (Yamin, 2012). Keberhasilan siswa dalam bermain peran didukung oleh kinerja guru yang baik dalam membimbing siswa belajar dan bekerja (lihat Tabel 2).
2. Aspek Psikomotor Pada saat proses pembelajaran berlangsung, keterampilan psikomotor siswa selama mengikuti pembelajaran juga diamati. Aspek psikomotor yang diamati meliputi: menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan sesuai dengan langkahlangkah di LKS, mampu menggunakan alat sesuai peruntukannya,, berperan sebagai tulang rusuk dan diafragma yang berkontraksi, berperan sebagai tulang rusuk dan diafragma yang berelaksasi, berperan sebagai O2 yang memasuki tubuh, berperan sebagai CO2 yang keluar dari tubuh, berperan sebagai CO yang memasuki tubuh, mencegah timbulnya kebakaran, menggunakan masker dan pelindung lain (sepatu, sarung tangan, topi, menggunakan tabung pemadam kebakaran, memadamkan api dengan menggunakan tanah/pasir dan memadamkan api dengan teknik kepyokan. Data hasil pengamatan aspek psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa keterampilan psikomotor siswa selama pembelajaran berlangsung sudah mencapai kategori sangat baik.
3. Aspek Afektif Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak hanya keterampilan psikomotor saja yang diamati, tetapi afektif siswa juga ikut diamati. Aspek afektif ini berkaitan dengan perilaku atau sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Bermain Peran, tentunya akan melibatkan interaksi sosial siswa di dalam kelompoknya. Dengan begitu, siswa dapat melatih keterampilan sosialnya. Aspek afektif yang diamati dalam penerapan pembelajaran ini meliputi perilaku berkarakter (tanggung jawab, jujur dan peduli) dan keterampilan sosial (bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik dan berkomunikasi). Data hasil
201
Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013, 194-204
pengamatan aspek psikomotor siswa dapat dilihat pada Tabel 6.
No.
STS TS S SS
Tabel 6. Hasil Belajar Aspek Afektif Siswa No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nilai Kategori 88.89 SB 88.89 SB 90.48 SB 93.65 SB 88.89 SB 88.89 SB 85.71 SB 88.89 SB 90.48 SB 88.89 SB 88.89 SB 95.24 SB 88.89 SB 88.89 SB 87.30 SB 98.41 SB
No. 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nilai Kategori 100 SB 93.65 SB 100 SB 87.30 SB 100 SB 100 SB 87.30 SB 85.71 SB 95.24 SB 88.89 SB 88.89 SB 84.13 SB 90.48 SB 98.41 SB 98.41 SB
4
5 6 7
8 9 10
11
Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa hasil belajar aspek afektif siswa selama pembelajaran berlangsung sudah mencapai kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode Bermain Peran, siswa dapat melatih aspek afektifnya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pernyataan Yamin bahwa salah satu kelebihan metode Bermain Peran adalah peserta didik memiliki di antaranya keberanian mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman, etika bermain peran, memimpin diskusi, bekerja sama dan tanggung jawab pada saat pembelajaran (Yamin, 2012). Seusai pembelajaran, siswa diminta untuk mengisi angket guna mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diterapkan. Angket yang digunakan adalah angket tertutup dengan menggunakan skala Likert yang berisikan pernyataan positif dan negatif. Hasil respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diterapkan dapat dilihat pada Tabel 7.
12 13
14
15
16 17
18
19
Tabel 7. Hasil Angket Respon Siswa No.
Respon
Pernyataan
STS TS S SS 1
2
3
Pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode bermain peran pada tema kebakaran hutan merupakan hal yang baru bagi saya Proses pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode bermain peran pada tema kebakaran hutan menarik dan menyenangkan Saya puas mengikuti pembelajaran IPA tipe webbed dengan metode bermain peran pada tema kebakaran
Respon
Pernyataan
Persentase (%)
20
hutan Masalah yang dimunculkan dalam pembelajaran IPA Terpadu dekat dengan kehidupan sehari-hari Pembelajaran yang saya ikuti bermanfaat bagi kehidupan seharihari Guru dapat menjelaskan materi dengan baik Guru memberikan arahan yang jelas ketika membimbing saya untuk mengerjakan LKS Arahan yang diberikan guru pada saat mengerjakan LKS membuat saya kebingungan* Materi yang diajarkan kurang jelas* Dengan bermain peran, saya termotivasi untuk dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari Metode bermain peran dapat menambah pemahaman saya pada pembelajaran IPA Terpadu dengan tema kebakaran hutan Metode bermain peran membuat saya merasa bosan* Tes yang diberikan sesuai dengan materi yang disampaikan saat pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed, saya dapat memahami pelajaran IPA lebih mudah Setelah mengikuti pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed, saya menjadi lebih sulit dalam memahami pelajaran IPA* Saya termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA Terpadu Dengan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed saya dapat memadukan konsep-konsep yang saling terkait Dengan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed saya dapat memperoleh kesempatan untuk mengaitkan antar subtema menjadi tema yang utuh Dengan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed saya dapat melihat keterhubungan antar gagasan Dengan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed saya tidak dapat melihat keterhubungan antar gagasan*
Persentase (%)
0
1
21
7
75.00
0
0
16 15
87.10
0
0
18 13
85.48
0
3
20
8
79.03
6 21
4
0
76.61
8 20
1
0
75.81
0
0
23
8
81.45
0
1
20 10
82.26
15 14
2
0
85.48
0
4
20
6
74.19
0
1
23
7
79.84
9 22
0
0
82.26
0
1
26
4
77.42
0
1
27
3
76.61
0
2
28
1
74.19
0
0
27
4
78.23
6 27
0
0
84.68
Keterangan: 0
0
17 14
86.29
0
0
18 13
85.48
1
2
20
75.00
7
* ) pernyataan negatif, mengarah ke negatif.
persentase
jawaban
responden
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran yang diterapkan dengan rentang persentase 74,19% 87,10%, kecuali untuk pernyataan negatif, siswa tidak menyetujui pernyataan yang ada dengan rentang persentase 75,81% - 85,48%. 202
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Webbed dengan Metode Bermain Peran
Sebanyak 87,10% siswa menyatakan bahwa pembelajaran yang diikuti bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari, sebab masalah yang dimunculkan untuk dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari dan sebagian keterampilan psikomotor yang dipelajari juga bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari seperti teknikteknik memadamkan api. Hal ini sesuai dengan tujuan diadakannya pembelajaran IPA di SMP yaitu mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006: 377). Walaupun sebanyak 86,29% responden menyatakan bahwa pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan tergolong baru bagi mereka, karena pembelajaran berdasarkan tematik, namun sebanyak 85,48% menyatakan bahwa pembelajaran menarik dan menyenangkan, sehingga mereka tidak bosan ketika mengikuti pembelajaran dan mereka puas dengan pembelajaran yang diterapkan. Karena pembelajaran menarik dan menyenangkan, maka sebanyak 77,42% responden termotivasi untuk mengikuti pembelajaran IPA Terpadu. Hal ini sejalan dengan tujuan diadakannya pembelajaran IPA di SMP yaitu mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif (Depdiknas, 2006). Sebanyak 78,23% responden menyatakan bahwa dengan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed mereka dapat melihat keterhubungan antar gagasan dalam materi yang diajarkan dan sebanyak 82,26% responden menyatakan bahwa dengan menggunakan metode Bermain Peran, mereka lebih dapat memahami pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed pada tema Kebakaran Hutan. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pola keterpaduan webbed sudah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu pada tema Kebakaran Hutan. Salah satu kelebihan pembelajaran terpadu dengan tipe keterpaduan webbed adalah membantu siswa untuk melihat keterhubungan antar gagasan (Fogarty, 1991). Selain itu, penggunaan metode Bermain Peran dalam pembelajaran ini sudah efektif untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan ketuntasan siswa secara signifikan (lihat Grafik 2). Sebanyak 85,48% responden menyatakan bahwa guru menjelaskan materi dengan baik. Namun, hanya 74,19% saja yang menyatakan bahwa tes yang diberikan sesuai dengan materi yang disampaikan pada saat pembelajaran. Hal ini disebabkan pada saat pembelajaran, guru tidak dapat menyampaikan materi secara mendetail karena adanya keterbatasan waktu, sehingga pada saat siswa mengerjakan tes, ada beberapa siswa yang tidak dapat menyelesaikannya dengan baik
dan belum mencapai ketuntasan. Salah satu kelemahan penggunaan metode Bermain Peran adalah membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya (Yamin, 2012). Sehingga guru harus mengalokasikan waktu sebaik mungkin agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan efisien. Sebanyak 79,03% responden menyatakan bahwa guru memberikan arahan yang jelas ketika membimbing pengerjaan LKS. Seperti yang dikatakan Yamin (2012: 32-33) bahwa salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode Bermain Peran adalah aspek memainkan. Guru sangat berperan penting pada saat kegiatan bermain peran berlangsung. Oleh karena itu, guru memang seharusnya membimbing jalannya bermain peran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai. Secara keseluruhan, respon siswa terhadap penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan mencapai kategori baik dengan persentase 55% dari keseluruhan item dan 45% lainnya mencapai kategori sangat baik. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan telah dilaksanakan secara keseluruhan oleh guru dengan kategori sangat baik (85%). Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan guru dalam pembelajaran ini sudah efektif, (2) hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Madiun setelah penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan mengalami peningkatan dari tingkat ketuntasan awal hanya 3% menjadi 74%. Peningkatan secara signifikan ini juga ditunjukkan oleh hasil uji-t yang diperoleh thitung = 9,08 > ttabel = 1,70 dengan taraf signifikasnsi α = 0,05. Sedangkan nilai aspek psikomotor dan aspek afektif telah mencapai kategori sangat baik, (3) respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed dengan metode Bermain Peran pada tema Kebakaran Hutan mencapai ketegori baik dengan persentase 55% dan 45% lainnya mencapai kategori sangat baik. Saran Beberapa saran yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Hendaknya guru mengalokasikan waktu sebaik mungkin dalam menerapkan metode Bermain Peran. 2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam penerapan pembelajaran IPA Terpadu tipe webbed
203
Jurnal Pendidikan P Sainns e-Pensa. Voolume 01 Nom mor 02 Tahun 2013, 2 194-204
dengan metode m Berm main Peran pada Tema Kebakaran Hutan. 3. 3 Hendaknyaa dilakukan uji u coba keteerbacaan soal kepada sisw wa.
Puspita,, Diana. 2008. Alam A Sekitar IPA I Terpadu : untuk SMP P/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbuukuan Departemen Pendidikan Nasionaal. n Variabel-Variabel Riduwann, 2011. Skalla Pengukuran Peneelitian. Bandunng: Alfabeta. Rohmaw wati, Alfin Novi. 2011. Peneerapan Pembelajaran IPA Terpadu denngan Model Pembelajaran Inkuiri N 1 Maaduran padaa Tema Mataa di SMP Negeri Lam mongan. Skripsi. Tidak dipub blikasikan Suraabaya: Univversitas Negerii Surabaya.
DAFTAR D PUS STAKA Arahim, A Zaepudin. 2008. Ilmu Il Pengetahuan Alam 1: untuk SMP P/MTs Kelas VII. VI Jakarta: Pussat Perbukuan Departemeen Pendidiikan Nasioonal.Sugiarto, Teguh.2008. Ilmu Peng getahuan Ala am 1: untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusaat Perbukuan Departemeen Pendidikan Nasional. N
Rusli, William. W 2010. Mekanisme Peertukaran Gas dalam d Pernnafasan. [Serial O Online] http:://respirazione..blogspot.com//2010/05/mekaanism e-pertukaran-gas-ddalam.html.
Baskara, B Hafiiizh. 2011. Peng genalan Peralaatan Pemadam Kebakaran Hutan. [Serial Online] http://baskaara90.wordpress.com/2011/005/04/pengena lan-peralataan-pemadam-kkebakaran-hutaan/
Rusman n. 2011. Model-Modeel Pembelaajaran Menngembangkan Profesionalism me Guru. Jaakarta: Rajaa Grafindo Perssada.
Arikunto, A Suuharsimi. 20033. Dasar-Dassar Evaluasi Pendidikann (edisi revisi). Jakarta: Bumii Aksara.
Sudjanaa. 2001. Metodaa Statistika. Baandung: Tarsitoo. Suryanti; Widodo, W Wahono; Mintoohari. Keteram mpilan Berp pikir dan Cara C Pengem mbangannya dalam d Pem mbelajaran IPA [Onnline], (httpp://pjjpgsd.unessa.ac.id/dok/2.suplemen-2Keteerampilan%20B Berpikir.pdf).
_______ _ (20100). Prosedur Penelitian P Suatu Pendekatan Praktik. Jak karta: Rineka Cipta. C Depdiknas. D 2 2006. Contoh / Model Silabus S Mata Pelajaran Ilmu Penggetahuan Alaam Sekolah Menengah Pertama. Jakaarta: Depdiknass.
Susilow wati. 2010. “Pembelajaran IPA I Terintegraasi di SMP P” Makalah Pendamping dalam Keggiatan Pelaatihan Pengembbangan Modell Pembelajarann IPA Bagii Tutor PKBM M Pondok Pesantren. Yogyaakarta: UNY Y.
Fadhilah, F Rikaa Nur. 2013. Penerapan P Mettode Bermain Peran dalaam Pembelajaaran IPA Teerpadu untuk Meningkatkkan Motivasi dan Hasil Belajar B Siswa pada Pokokk Bahasan Tek kanan Darah Manusia M Kelas VIII SMP Negeri 1 Baabat Kabupaten n Lamongan. Skripsi. Tid dak dipublikassikan Surabayaa: Universitas Negeri Surrabaya.
Trianto.. 2010. Mengeembangkan Model M Pembelaajaran Tematik. Jakarta: Prestasi P Pustaka Publisher. Wahab, Abdul Aziz. 2012. Metodee dan Model-M Model Menngajar Ilmu Peengetahuan Sossial (IPS). Banndung: Alfaabeta.
Fogarty. F 1991. How To Integrate the Curricula. Skylight Puublishing: USA A. Karim, K Saefull; Kaniawati, Ida; Fauziah, Yuli Nurul, Sopandi, Wahyu. W 2008. Belajar IPA A: membuka cakrawala alam sekitaar 2 untuk kelas VIII/ SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikann Nasional.
Wasis. 2008. Ilmu Pengetahuan n Alam 1: untuk SMP P/MTs Kelas VII. Jakarta:: Pusat Perbuukuan Departemen Pendidikan Nasionaal. Wasis dan Irianto, Sugeng Yuli. Y 2008. Ilmu Peng getahuan Alam m 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jaakarta: Pusaat Perbukuan D Departemen Penndidikan Nasioonal.
Maziyyah, M Maalahatul. 20111. Penerapan Pembelajaran IPA Terpaddu Tipe Webbeed dengan Tem ma Rokok dan Kesehatan pada Siswa Kelas VIII MTs M Kanjeng d Sepuh Sidaayu Gresik. Skkripsi. Tidak dipublikasikan Surabaya: Universitas U Neegeri Surabaya.
Yamin, Martinis. 20012. Desain Baru B Pembelaajaran Konsstruktivistik. Jaakarta: Referennsi. Yoga, Arief. A 5 Oktobber 2012. “Laggi, Api Berkobbar di Hutaan Kuwiran”. JJawa Pos, hal 1. 1
Mitarlis M dan Mulyaningsih,, Sri. 2009. Pembelajaran P IPA Terpaddu. Surabaya: Unesa U Universsity Press. Pratiwi, P Rinie; Kuswanti, Nur; N Raharjo; Rahayu, R Yuni min; Suyon;, Widodo, W Wahoono, Sudibyo, Sri; Sukarm Elok, Kuuswanto, Herru, Subiyakto o, Bamban; Jatmiko, Budi. B 2008. Contextual Teaching T and Learning Ilmu Pengeetahuan Ala am: Sekolah Menengah Pertama/Maddrasah Tsanaawiyah Kelas usat Perbukuann Departemen VIII Edisi 4. Jakarta: Pu Pendidikann Nasional.
204