1
Bidang Unggulan : Kebijakan, Budaya, dan Informasi Kode/Nama Rumpun Ilmu : 571 / Manajemen
PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
JUDUL PENELITIAN : PENERIMAAN MASYARAKAT ATAS PEMBERLAKUAN E-KTP DI KOTA BANDUNG (STUDI BERBASIS TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL - TAM)
TIM PENGUSUL :
DR. IMAS SOEMARYANI, SE., MSi. – 0014086202 DR. HILMIANA, SE., MBA. - 0025046003 DR. UMI KALTUM, SE., MSi. - 0015086804 DR. WA ODE ZUSNITA, SE., M.Si. - 0014107707
UNIVERSITAS PADJADJARAN MEI, 2013
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2 DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... 5 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 6 1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 6 1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 11 2.1 Konsep Elektronik KTP (e-KTP) ...................................................................... 11 2.2 Konsep Technology Acceptance Model (TAM)................................................ 14 BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 18 3.1.
Metode yang Digunakan .............................................................................. 18
3.2.
Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 19
3.3.
Metode Pengolahan Data .............................................................................. 19
3.4.
Populasi dan Sampling ................................................................................. 20
3.5.
Luaran Penelitian .......................................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 22 4.1
Gambaran Implementasi E-KTP di kota Bandung ....................................... 22
4.1.1
Syarat Pembuatan e-KTP: .................................................................... 22
4.1.2
Prosedur dalam Pembuatan e-KTP: ...................................................... 22
4.1.3
Implementasi ......................................................................................... 23
4.2
Karakteristik Responden .............................................................................. 24
4.2.1
Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................... 25
4.2.2
Berdasarkan Kelompok Umur (tahun) .................................................. 26
4.2.3
Berdasarkan Pekerjaan .......................................................................... 27
4.2.4
Berdasarkan Intensitas Pemakaian ........................................................ 28
4.3
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP .................................................... 29
4.3.1
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP di Wilayah Bandung Selatan 29
4.3.2
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP wilayah Bandung Tengah .. 34
3
4.3.3. Persepsi Masyarakat atas Manfaat E-KTP wilayah Bandung Timur ........ 40 4.3.4. Persepsi Masyarakat atas Manfaat E-KTP wilayah Bandung Utara ......... 46 4.3.5. Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP wilayah Bandung Barat .......... 50 4.4. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung .................................................................................................................. 56 4.4.1.
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP di Wilayah Bandung Selatan 56
4.4.2.
Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP ........ 61
4.4.3. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Timur ..................................................................................... 67 4.4.4. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Utara ...................................................................................... 72 4.4.5. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Barat ...................................................................................... 78 4.5.
Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP ........ 84
4.5.1. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Selatan ................................................................................... 84 4.5.2. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Tengah ................................................................................... 86 4.5.3. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Timur ..................................................................................... 88 4.5.4. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Utara ...................................................................................... 90 4.5.5. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Barat ...................................................................................... 92 4.6.
Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP .................. 94
4.6.1. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Selatan ................................................................................... 95 4.6.2. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Tengah ................................................................................... 96 4.6.3. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Timur ..................................................................................... 98 4.6.4. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan E-KTP di Wilayah Bandung Utara ...................................................................................... 99
4
4.6.5. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan E-KTP di Wilayah Bandung Barat .................................................................................... 101 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 103 5.2. Simpulan ........................................................................................................ 103 5.2 Saran ................................................................................................................ 104 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 107
5
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Tecnology Acceptance Model (TAM) ........ Error! Bookmark not defined. Gambar 2 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................................... 25 Gambar 3 Jumlah Responden Berdasarkan Umur (tahun) .......................................... 26 Gambar 4 Jumlah Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan ................................... 27 Gambar 5 Identitas Responden Berdasarkan Pemakaian ............................................ 28
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah China, India, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penduduk hingga tahun 2011 telah mencapai 241.973.879 jiwa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional memprediksi bahwa jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi yang terbesar sedunia setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara signifikan. Jika laju pertumbuhan penduduk diperkirakan 1,49 persen per tahun maka setiap tahunnya akan terjadi pertumbuhan penduduk sekitar 3,5 juta lebih per tahun. Pertumbuhan penduduk yang pesat ini ternyata telah melahirkan berbagai macam persoalan di negara ini, mulai dari persoalan ekonomi, politik, sampai pada persoalan sosial budaya. Semua ini berpangkal pada kuantitas penduduk yang terus bertambah
namun tidak didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
(berada pada posisi ke 108 dari 188 negara). Dampak dari kondisi ini akan meningkatkan beban pemerintah penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk seperti pangan, kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, transportasi, energi dan lain sebagainya. Untuk itu diperlukan langkah konkrit dalam kerangka perencanaan pembangunan nasional, guna menurunkan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatkan kualitas penduduk melalui penyerasian kebijakan dengan program pembangunan di segala bidang, baik aspek kuantitas, kualitas dan pengarahan mobilitas serta persebaran penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung di setiap wilayah. Dalam rangka pengelolaan penduduk yang padat dan dinamis, dengan pertumbuhan yang tinggi, maka penting bagi pemerintah melaksanakan program Tertib Administrasi Kependudukan, mulai dari kegiatan pendaftaran penduduk,
7
pencatatan sipil dan pengolahan informasi. Salah satu bentuk kegiatan dalam pendaftaran penduduk adalah diterbitkannya Kartu Tanda Penduduk atau KTP. KTP menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005, adalah bukti diri sebagai legitimasi penduduk yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Persoalan baru mulai timbul ketika terjadi urbanisasi dengan alasan faktor ekonomi, yang berdampak pada semakin tidak meratanya penyebaran penduduk di suatu wilayah. Hal ini menyebabkan banyaknya penduduk yang mempunyai KTP lebih dari satu sehingga pemerintah kesulitan dalam mengidentifikasi jumlah penduduk suatu daerah. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang kepada penduduk yang ingin berbuat curang terhadap negara dengan melakukan duplikasi KTP. Beberapa di antaranya digunakan untuk menghindari pajak, memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat di seluruh kota, mengamankan korupsi, dan menyembunyikan identitas. Dalam rangka mengatasi kelemahan KTP konvensional, saat ini pemerintahan Republik Indonesia baru memulai pembangunan database kependudukan yang dikoordinir oleh Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan, Departemen Dalam Negeri, yang menginisiasi lahirnya program e-KTP (KTP Elektronik), sebagai solusi yang efektif dan efisien bagi pemerintah untuk mengadakan pemantauan terhadap permasalahan kependudukan dan memberikan layanan yang lebih baik kepada masyarakat. KTP elektronik ini sebenarnya sudah dicanangkan sejak awal 2010. Dengan KTP elektronik, setiap penduduk tidak memerlukan
proses yang panjang
menyangkut kepindahan di suatu daerah dan tidak perlu lagi membuat KTP lokal ketika pindah domisili. KTP elektronik ini juga memiliki sejumlah manfaat di antaranya untuk akurasi data penduduk sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyalahgunaan identitas. Seperti dalam hal jual beli kendaraan, pengurusan paspor,
8
dll. Diharapkan ke depannya e-KTP ini juga bisa dipergunakan untuk beragam keperluan lain seperti pengurusan akta tanah hingga pelayanan kesehatan, juga sebagai kartu NPWP. Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri pada tahun 2012 menargetkan 172 juta wajib KTP di seluruh Indonesia sudah memiliki eKTP. Dari 497 kabupaten/kota yang akan
menuntaskan pelaksanaan e-KTP itu
dibagi menjadi dua. Pertama, 197 kabupaten/kota yang semestinya menyelesaikan pelaksanaan e-KTP pada tahun 2011 dan memperoleh perpanjangan pelaksanaan pada tahun 2012. Kedua, 300 kabupaten/kota yang akan memulai melaksanakan eKTP pada tahun 2012. Untuk kota Bandung hingga Desember 2012, sampai saat ini perekaman di 24 Kecamatan sudah melebihi 60 persen sisanya 6 kecamatan masih dibawah 60 persen (data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota bandung : 2013) Pemerintah kota Bandung sebagai penanggung jawab pemberlakuan e-KTP ini, perlu melakukan penelurusan atas respon masyarakat kota Bandung yang beragam terhadap e-KTP ini. Mulai dari tempat pembuatan e-KTP yang begitu jauh (sebelumnya dapat dilakukan di kelurahan, sekarang harus di kecamatan), dan lamanya waktu pengurusan e-KTP ini, yang menyita banyak waktu para masyarakat. Belum lagi persoalan infrastruktur pendukung e-KTP yang belum siap, tentu hal ini menambah daftar kelemahan penerapan e-KTP diberbagai daerah. Menyikapi hal tersebut, Technology Acceptance Model (TAM) dapat menjadi salah satu model yang dapat digunakan untuk menilai dan mengetahui, tingkat penerimaan masyarakat atas diberlakukannya e-KTP ini. Technology Acceptance Model (TAM) merupakan salah satu model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi informasi yang diperkenalkan pertama kali oleh Fred Davis pada tahun 1986, yang menyatakan bahwa sejauh ini TAM merupakan sebuah konsep yang dianggap paling baik dalam menjelaskan perilaku user terhadap
9
sistem teknologi informasi baru. Menurut Venkatesh dan Davis (2000) TAM secara empiris terbukti menjelaskan 40% usage intensions dan behavior. Model ini mengusulkan bahwa ketika pengguna/users ditawarkan untuk menggunakan suatu sistem yang baru, sejumlah faktor tentunya akan mempengaruhi keputusan mereka tentang bagaimana dan kapan akan menggunakan sistem tersebut, khususnya dalam hal: usefulness (pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem ini akan meningkatkan kinerjanya), ease of use (di mana pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan membebaskannya dari kesulitan, dalam artian bahwa sistem ini mudah dalam penggunaannya). Mengingat beragamnya respon masyarakat terhadap penerapan e-KTP, maka dipandang perlu untuk menyusun suatu langkah-langkah dan kebijakan strategis untuk mengetahui tingkat penerimaan masyarakat atas diberlakukannya e-KTP ini dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM), dalam rangka memberikan solusi atas persoalan-persoalan yang dihadapi oleh pihak-pihak terkait, sehubungan dengan diberlakukannya e-KTP.
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat kota Bandung atas diberlakukannya e-KTP dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM), yang selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk menilai tingkat kelayakan penerapan e-KTP di masyarakat kota Bandung. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui persepsi masyarakat atas manfaat e-KTP di Kota Bandung 2. Mengetahui persepsi masyarakat atas kemudahan menggunakan e-KTP di Kota Bandung
10
3. Mengetahui persepsi masyarakat atas kemauan penggunaan e-KTP di kota Bandung 4. Mengetahui persepsi masyarakat atas kepastian penggunaan e-KTP di kota Bandung Dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka studi ini didesain dengan menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh dekripsi suatu objek, yang kemudian diinterpretasikan. Target luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah terukurnya penerimaan masyarakat atas diberlakukannya E-KTP di kota Bandung. Target luaran lain yang ingin dicapai adalah artikel penelitian yang dipublikasikan di jurnal.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Elektronik KTP (e-KTP) KTP menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005, adalah bukti diri sebagai legitimasi penduduk yang diterbitkan oleh pemerintah kabupaten/kota yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. KTP ini berlaku secara nasional, dan digunakan sebagai tanda pengenal dalam pelayanan publik. KTP diberikan kepada penduduk WNI dan Orang Asing Tinggal Tetap yang telah berusia 17 tahun atau sudah kawin atau pernah kawin. Masa berlaku KTP bagi Orang Asing Tinggal Tetap disesuaikan dengan masa berlakunya izin tinggal tetap. KTP untuk Warga Negara Indonesia berlaku selama masa waktu 5 (lima) tahun, kecuali bila terjadi perubahan data. Sedangkan KTP untuk penduduk WNI yang berusia 60 tahun ke atas berlaku seumur hidup. Permendagri ini selanjutnya dianggap sebagai tonggak untuk memulai pengelolaan kependudukan secara lebih professional. Fungsi dasar Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dikenal dengan istilah KTP konvensional ini adalah sebagai kartu identitas resmi sebagai penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh aparat negara dan menjadi suatu syarat dalam mengurus suatu keperluan yang berkaitan dengan birokrasi pemerintahan. Melalui KTP pula seorang warga negara diidentifikasikan sesuai ciri-ciri khasnya sebagai identitas yang unik. Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mencangkan program e-KTP atau KTP elektronik sebagai pengganti KTP (kartu tanda penduduk) yang telah ada. KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Program e-KTP ini menggunakan nomor induk penduduk (NIK). Untuk itu, penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK).
12
NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup Nomor NIK yang ada di e-KTP, yang nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Adminduk). NIK sebagai identitas tunggal menjamin bahwa, setiap penduduk hanya memiliki satu dan hanya satu nomor KTP. Dengan menggunakan sistim biometrik sidik jari, maka setiap pemiliki e-KTP dapat terhubung ke dalam satu database nasional, sehingga setiap penduduk hanya memerlukan 1 (satu) KTP saja dan bisa digunakan di mana saja di seluruh Indonesia. Pemerintah juga menjamin bahwa data kependudukan Indonesia terlindungi dari penyabotan maupun duplikasi pihak asing melalui mesin cetak e-KTP. Pembuatan KTP elektronik yang didasarkan kepada UU. No 22 Tahun 2006 ini jauh lebih canggih dibanding KTP biasa yang kita gunakan saat ini. Struktur eKTP sendiri terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah yang akan dikenali oleh alat pendeteksi e-KTP sehingga dapat diketahui apakah KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak. Di dalam chip e-KTP yang berkapsitas 8kb ini telah merekam semua data identitas penduduk, dilengkapi dengan photo, data sidik jari dari kesepuluh jari tangan, dan photo scan retina mata. Dengan KTP elektronik, setiap penduduk tidak memerlukan proses yang panjang menyangkut kepindahan di suatu daerah dan tidak perlu lagi membuat KTP lokal ketika pindah domisili. KTP elektronik ini juga memiliki sejumlah manfaat di antaranya untuk akurasi data penduduk sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyalahgunaan identitas. Seperti dalam hal jual beli kendaraan, pengurusan paspor, dll. Diharapkan ke depannya e-KTP ini juga bisa dipergunakan untuk beragam
13
keperluan lain seperti pengurusan akta tanah hingga pelayanan kesehatan, juga sebagai kartu NPWP. Fungsi dan kegunaan e-KTP itu sendiri adalah :
Sebagai identitas jati diri
Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya;
Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP; Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program pembangunan.
KTP seharusnya memang menjadi hak seluruh warga negara Indonesia, dan negara wajib memberikannya. KTP elektronik memang menjadi satu terobosan data kependudukan dalam hal ini, namun jika tidak didukung dengan infrastruktur dan sosialiasi yang cukup pada masyarakat justru akan membuat data kependudukan semakin kacau dan menimbulkan polemik tersendiri di masyarakat. Belum lagi terkait dengan faktor keamanan data. Oleh karena itu, sebelum sistem ini digunakan sebaiknya diberikan waktu pada masyarakat untuk melakukan uji publik. Hal ini diperlukan agar data penduduk tidak dapat dibobol sehingga bisa dipergunakan untuk hal-hal yang akan merugikan pemilik identitas. Untuk mengatasi kelemahan di atas, persiapan e-KTP secara menyeluruh baik hal yang bersifat substansial maupun teknis seperti SDM dan infrastruktur harus segera dilakukan, berikut proses sosialisasi ke masyarakat. Pemerintah juga harus memiliki software yang canggih dan terus-menerus diperbarui untuk memproteksi data-data penduduk ini. Semua ini dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
14
2.2 Konsep Technology Acceptance Model (TAM) Persepsi mengenai karakteristik teknologi berbeda-beda antar satu individu dengan individu lainnya. Persepsi mereka mengenai teknologi berawal dari proses kognitif dan keyakinan mengenai teknologi. Model TAM sebagaimana diajukan oleh Davis et.al (1989) dan Theory of Reasoned Action Model (TRA) oleh Ajzen dan Fishbein (1980) telah mendominasi literatur-literatur sistem informasi. Model tersebut menyarankan bahwa pengaruh variabel-variabel dalam model TAM dan TRA dipengaruhi oleh keyakinan individu mengenai manfaat teknologi, Lewis et al (2003). Model ini menunjukkan bahwa tingkat penerimaan pengguna terhadap suatu sistem dipengaruhi oleh empat faktor yang meliputi persepsi manfaat (perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), kemauan menggunakan (behavioral intention to use) dan tindakan menggunakan sistem (actual system use). Perceived Usefulness Behavioral Intention to Use
Actual System Use
Perceived Ease of Use
Gambar 1 Technology Acceptance Model (TAM) Sumber: “User Acceptance of Computer Technology: A Comparison of Two Theoretical Models” (Davis, F. D., Bagozzi, R. P., dan Warshaw, P. R., 1989).
15
Perkembangan teknologi informasi telah mengubah bagaimana individu bekerja dan juga mengubah apa yang dikerjakan. Dalam proses penerapan teknologi informasi dalam pekerjaan sehari-hari, tiap individu tentunya memiliki persepsi yang berbeda-beda.
Model-model
penerimaan
teknologi
telah
menggabungkan
sikap/attitude user ditempat kerja dan apa yang dilakukan. Penerimaan pemakai terhadap sistem teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna sistem tersebut untuk menerapkan sistem teknologi informasi dalam pekerjaannya. Semakin tinggi tingkat penerimaan pengguna atas sistem teknologi informasi yang baru, semakin besar pula kemauan pengguna untuk merubah praktek yang sudah ada dalam penggunaan waktu serta usaha untuk memulai secara nyata pada sistem teknologi informasi yang baru (Succi and Walter, 1999 dalam Pikkarainen et al., 2003). Tetapi jika pemakai tidak mau menerima sistem teknologi informasi yang baru, maka perubahan sistem tersebut menyebabkan tidak memberikan keuntungan yang banyak bagi organisasi/perusahaan (Davis, l989; Venkatesh and Davis, 1996 dalam Pikkarainen et al., 2003). Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi. TAM menjelaskan hubungan antara keyakinan/beliefs (usefulness dan ease of use) dengan sikap/attitude, tujuanlintentions pemakai, serta penggunaan nyata dari sistem. Menurut Davis (1989), persepsi atas kemanfaatan (perceived usefulness) menunjukkan seberapa besar seseorang memiliki kepercayaan bahwa menggunakan sebuah sistem akan meningkatkan performa kinerjanya. Sedangkan persepsi atas kemudahan penggunaan (perceived ease of use) menunjukkan seberapa besar
16
kepercayaan orang bahwa untuk menggunakan sebuah sistem tidak diperlukan usaha yang berarti. Karena pada dasarnya pengguna tidak suka menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari cara sistem bekerja. Persepsi atas kemanfaatan dan persepsi atas kemudahan penggunaan dipengaruhi oleh variabel-variabel eksternal, dan kemudian kedua persepsi ini akan mempengaruhi pengguna dalam membuat keputusan atas sikap yang akan diambil (attitude toward using). Behavioral Intention merupakan kecenderungan perilaku untuk menggunakan suatu teknologi, kecenderungan ini dipengaruhi oleh sikap pengguna (attitude toward using) dan persepsi atas kemanfaatan (perceived usefulness). Penggunaan sistem secara aktual oleh pengguna ditentukan oleh kecenderungan seseorang dalam menggunakan suatu sistem. Davis (1996) selanjutnya menjelaskan tentang lima karakteristik dalam penerimaan teknologi yaitu: a. Keuntungan relatif/relative advantage (teknologi menawarkan perbaikan). b. Kesesuaian/compatibility (konsisten dengan praktek sosial dan
norma
yang ada pada pemakai teknologi). c. Complexity (kemudahan untuk menggunakan atau mempelajari teknologi). d. Trialability (kesempatan untuk melakukan inovasi sebelum menggunakan teknologi itu) e. Observability (keuntungan teknologi bisa dilihat secara jelas). Model-model penerimaan teknologi ini telah menggabungkan sikap/attitude user ditempat kerja dan apa yang dilakukannya. Terlepas dari berbagai macam manfaat yang diperoleh melalui penggunaan e-KTP ini, dalam pelaksanaannya masih ditemui beberapa kelemahan,\ sehingga terkesan terlalu premature untuk diimplementasikan. Kelemahan tersebut antara lain : 1. Masih ditemukan banyak sarana infrastruktur pendukung e-KTP yang belum siap.
17
2. Faktor kemanan data pada e-KTP sendiri sejauh ini juga masih meragukan, sedangkan data kependudukan merupakan hal yang dianggap sesuatu yang menjadi privasi dan rahasia masing-masing individu. 3. Adanya keterbatasan pengetahuan dari sebagian masyarakat kota Bandung akan memicu munculnya permasalahan baru dalam proses pengolahan data. Pengolahan data yang terlalu lama justru akan mengurangi produktivitas kinerja. 4. Beberapa daerah masih sulit terjangkau oleh jaringan komunikasi, padahal harapannya dari adanya e-KTP ini adalah terintegrasinya semua data masyarakat di seluruh Indonesia dengan adanya single identity number ini. 5. Pelayanan pembuatan kartu tanda penduduk eleketronik (e-KTP) 2011 belum mendekati masyarakat. Perangkat yang digunakan untuk memasukkan identitas wajib KTP justru berada di kantor kecamatan, sehingga warga yang tinggal jauh harus mengeluarkan biaya transportasi. 6. Keterbatasan alat, alat yang mudah rusak, serta keterbatasan sumber daya manusia dalam menggunakan e-KTP 7. Kurangnya sosialisasi penggunaan e-KTP dimasyarakat. Berdasarkan
berbagai
kelemahan
yang
ditemui
terkait
dengan
diberlakukannya e-KTP, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut, yaitu bagaimana sikap masyarakat kota Bandung atas diberlakukannya e-KTP dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Hasil penelitian ini selanjutnya akan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah kota Bandung untuk menilai tingkat kelayakan penerapan e-KTP di kota Bandung.
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Metode yang Digunakan Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, diperlukan serangkaian kegiatan
yang menjadi dasar dalam melakukan kegiatan analisis lebih lanjut. Kegiatan tersebut dimulai dari pengumpulan data sekunder dan observasi untuk mengetahui dan menentukan data sebaran kota di Jawa Barat yang sudah menerapkan konsep e-KTP. Studi ini didesain dengan menggunakan analisis deskriptif, yaitu suatu cara pengumpulan, penyusunan, dan perancangan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh dekripsi suatu objek, yang kemudian diinterpretasikan. Menurut Travers (1978), metoda ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Teknik studi menggunakan 2 (dua) pendekatan, yaitu (1) Studi pustaka (Desk Study); dan (3) Survey (wawancara, focus group discussion dan observasi). Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan beberapa tahap, mulai dari tahap penyusunan desain studi, penyusunan instrument,
penarikan sampel
(sampling
technic), pengumpulan data lapangan, tabulasi data, pemilihan dan pemilahan data, analisis data, Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat data primer maupun data sekunder. Data primer yang digunakan bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan mengggunakan alat bantu kuesioner dan media Focus Group Discussion (FGD). Informasi data sekunder dibutuhkan untuk menentukan mengetahui dan menentukan data sebaran kota di Kota Bandung yang sudah menerapkan konsep eKTP. Data primer diperoleh melalui indept interview kepada pemerintah kota Bandung dan masyarakatnya.
19
3.2.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua
pendekatan, yaitu: (1)
studi kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan
ditujukan untuk mendapatkan data sekunder melalaui kajian berbagai teksbook dan jurnal jurnal terkait dengan variabel yang diteliti. Data sekunder juga didapatkan dengan mengkaji berbagai peraturan peraturan dari lembaga terkait dengan aktivitas penyelenggaraan KTP di Kota Bandung; (2) studi lapangan yang dipergunakan untuk mendapatkan data primer. Data primer didapatkan dari masyarakat sebagai pengguna jasa pembuatan KTP di Kota Bandung. Data Primer juga didapatkan melalui observasi atau pengamatan langsung dan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan dan telah diuji sehingga memenuhi unsur validitas dan reliabiiltasnya. Disamping itu, tim peneliti juga mengadakan FGD (focus group discussion), yang merupakan pertemuan yang berisikan diskusi, pembahasan dan perumusan tema atau permasalahan yang dianggap penting bagi kegiatan, dengan mengundang para masyarakat dan pemerintah terkait
3.3.
Metode Pengolahan Data Data diolah dengan menggunakan program excel dengan tahapan sebagai
berikut: (i) pengecekan kuesioner yang telah diisi untuk mengoreksi kelengkapan dan kelayakan dari jawaban jawaban yang diberikan oleh masyarakat; (ii) pemberian kode kode atau kodefikasi untuk memudahkan input data ke dalam komputer; (iii) pentabulasian data secara sederhana ke dalam tabel frekuensi dan persentasi; (iv) penyusunan gambar gambar dan grafik dari data yang sudah di olah untuk memudahkan pembaca dalam menafsirkan data data yang ada dan; (v) berdasarkan tabel-tabel ini dijadikan dasar dalam menganalisis dan membahas hasil penelitian sehingga menjadi sebuah laporan penelitian yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
20
3.4.
Populasi dan Sampling Populasi merupakan kumpulan
unsur / elemen objek penelitian yang
memiliki kualitas-kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan (Suharsimi, 2002). Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan unit analisis yang dijadikan sumber informasi bagi indikator-indikator yang mengukur setiap variabel dalam penelitian, dalam hal ini adalah seluruh masyarakat Kota Bandung yang telah merasakan dampak dari penerapan e-KTP yang tersebar di 5 (lima) wilayah bagian, yaitu Bandung Barat, Bandung Timur, Bandung Utara, Bandung Tengah, dan Bandung Selatan. Untuk menentukan wilayah yang terpilih sebagai sampel, dengan asumsi bahwa variasi dari perilaku masyarakat di Kota Bandung memiliki tingkat homogenitas yang tinggi, pada penelitian ini melihat pada wilayah sebaran masyarakat yang relatif masuk dalam kategori ‘sadar teknologi’. Metode penarikan sampel yang dipakai adalah Simple Random Sampling. Pertimbangan dipilihnya kota-kota di Jawa barat sebagai target survey dalam penelitian ini adalah terkait dengan kondisi masyarakatnya yang sudah lebih siap dalam menghadapi tuntutan perubahan teknologi informasi. Sampel penelitian ini sebanyak 150 responden yang mewakili masyarakat kota Bandung pada 30 Kecamatan yang tersebar di 5 (lima) wilayah bagian, yaitu Bandung Barat, Bandung Timur, Bandung Utara, Bandung Tengah, dan Bandung Selatan. Unit analisis utama dalam penelitian ini adalah masyarakat dan pemerintah kota Bandung.
3.5.
Luaran Penelitian Output yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah :
1. Pemetaan wilayah-wilayah di Kota Bandung yang telah menerapkan e-KTP 2. Karakteristik masyarakat pengguna e-KTP
21
3. Artikel penelitian yang dipublikasikan di jurnal nasional terakreditasi yaitu Jurnal Bisnis dan Manajemen Unpad
22
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Implementasi E-KTP di kota Bandung Menurut situs resmi e-KTP dijelaskan bahwa e-KTP atau KTP elektronik
adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan nasional. Berikut merupakan penjelasan mengenai syarat, prosedur, dan implementasi dari e-KTP. 4.1.1 Syarat Pembuatan e-KTP: Di dalam proses pembuatannya, amak untuk mendapatkan e-KTP diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi. Beberapa syarat untuk mendapatkan e-KTP adalah mencakup: 1. Berusia 17 tahun 2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan 3. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/ belum ada data di sistem informasi administrasi kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/kelurahan 4. Foto kopi Kartu Keluarga 4.1.2
Prosedur dalam Pembuatan e-KTP: Tahap-tahap yang harus dilalui untuk mendapatkan e-KTP di wilayah Kota
Bandung adalah sebagai berikut: 1. Pemohon datang ketempat pelayanan membawa surat panggilan dari desa/kelurahan. 2. Pemohon menunggu pemanggilan nomor antrean 3. Pemohon menuju loket yang telah ditentukan
23
4. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan basis data 5. Petugas mengambil foto pemohon secara langsung 6. Pemohon membubuhkan tanda tangan pada alat perekam tanda tangan 7. Selanjutnya dilakukan perekaman sidik jari dan pemindaian retina mata 8. Petugas menandatangani dan memberi stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto, tanda tangan, dan sidik jari 9. Pemohon dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil proses pencetakan 2 minggu setelah pembuatan
4.1.3
Implementasi Dijelaskan pada Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan, bahwa: "Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup". Nomor NIK yang ada di e-KTP, nantinya akan dijadikan dasar dalam segala kebutuhan yang membutuhkan administrasi, seperti penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya. Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 menyatakan mengenai amanat penerapan KTP Elektronik, dan serangkaian peraturan lainnya, seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan aturan tata cara dan implementasi teknis dari e-KTP yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip. Program e-KTP di Indonesia telah dimulai semenjak tahun 2009 dengan ditunjuknya empat kota sebagai proyek percontohan e-KTP nasional. Adapun kota tersebut adalah Padang, Makasar, Yogyakarta, dan Denpasar. Ditunjuknya empat kota ini sesuai dengan Surat Dirjen Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri nomor 471. 13/ 3350/MD tentang pelaksanaan e-KTP berbasis NIK Nasional di empat kota percontohan
24
tersebut. Sedangkan penerapan e-KTP secara nasional baru dimulai pada bulan Februari 2012, meliputi 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan di 3886 di kecamatan dan 300 di kabupaten/kota pada tahun 2012. E-KTP
sangat
perlu
untuk
dapat
menciptakan sistem administrasi
kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan publik. Jika difokuskan pada pengimplementasian e-KTP di kota Bandung, masih terbilang belum merata dan menyeluruh. Masih terdapat pendistribusian e-KTP yang tidak merata, baik dalam satu kepala keluarga, satu
kelurahan, hingga satu
kecamatan. Mayoritas masyarakat pun masih belum bisa merasakan perbedaan manfaat antara KTP konvensional dengan e-KTP, karena fasilitas dan prasarana yang mendukung e-KTP masih terbilang minim di kota Bandung sendiri.
4.2
Karakteristik Responden Total responden yang diambil pada penelitian ini adalah sebanyak 151
responden. Dimana pengambilan data melalui kuisioner dilakukan pada lima wilayah di kota Bandung, yaitu Bandung Utara, Bandung Timur, Bandung Selatan, Bandung Tengah, dan Bandung Barat. Hasil dari kuisioner diperoleh karakteristik responden dari seluruh wilayah Bandung yang dikelompokan ke dalam beberapa kategori, yaitu:
25
4.2.1
Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa jumlah responden (masyarakat) yang diambil sebagai sampel di wilayah Bandung terdiri dari 71 orang atau 47% responden berjenis kelamin pria dan 80 orang atau 53% responden berjenis kelamin wanita. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbandingan antara responden berjenis kelamin pria dengan responden berjenis kelamin wanita hampir seimbang. Hal ini sesuai dengan komposisi penduduk kota Bandung secara keseluruhan yang persentasenya hampir sama.
26
4.2.2
Berdasarkan Kelompok Umur (tahun)
Usia (tahun) 4%
23% 44%
17-32 tahun 33-48 tahun 49-54 tahun
Di atas 55 tahun 29%
Gambar 2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur (tahun)
Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa responden yang terambil sebagai sampel di wilayah Bandung dapat dikelompokkan kedalam 4 kelompok: (i) kelompok usia 17-32 sebanyak 4%; (ii) kelompok usia 33-48 tahun sebanyak 23.33% ; (iii) kelompok usia 49-54 tahun sebanyak 28.67% dan kelompok (iv) usia di atas 55 tahun 44.67%. Lebih banyaknya usia di atas 55 tahun yang terambil sebagai sampel penelitian dikarenakan pengambilan data dilakukan dari rumah kerumah, dan usia itu yang memang saat pengumpulan data berada di rumah karena tidak bekerja atau sudah pensiun.
27
4.2.3 Berdasarkan Pekerjaan
Gambar 3 Jumlah Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan
Pekerjaan masyarakat yang terambil sebagai responden dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu: (1) pelajar; (2) pegawai swasta/buruh; (3) wirausaha; (4) pegawai negeri sipil dan; (5) lain lain, yang didalamnya ada pensiunan baik pensiunan dari pegawai negeri sipil maupun pegawai swasta.
Dari gambar di
atas dapat dilihat bahwa masyarakat yang terambil sebagai sampel terbanyak adalah pegawai yang masuk dalam kategori usia di atas 50 tahun, yaitu sebanyak 27 persen, diikuti dengan pelajar dan pegawai. Yang paling kecil persentasenya yang terambil sebagai sampel peneliitan adalah yang masuk dalam kategori pegawai negeri sipil. Hal ini bisa dimaklumi karena pada umumnya pegawai negeri sipil pada jam jam kerja sedang melaksanakan aktivitas pekerjaannya atau tidak sedang di dalam rumah, sedangkan pengumpulan data lapangan seperti yang sudah diuraikan di atas, dilakukan dengan menggunakan pendekatan dari rumah ke rumah.
28
4.2.4
Berdasarkan Intensitas Pemakaian
Gambar 4 Identitas Responden Berdasarkan Pemakaian
Gambar di atas memberikan gambaran mengenai intensitas pemakaian e-KTP dari masyarakat yang terambil sebagai sampel di wilayah Bandung. Dapat dijelaskan bahwa 19.33% responden menggunakan e-KTP hanya 1 kali rata rata dalam satu tahun, 72.67% masyarakat menggunakan e-KTP di antara 5 sampai 10 kali dalam satu tahun, dan sisanya sebanyak 7.33% masyarakat menggunakan e-KTP lebih dari 10 kali. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari intensitas pemakaian mayoritas responden menggunakan e-KTP sebanyak 5 sampai 10 kali per tahun. Penggunaan e-KTP pada umumnya dipergunakan untuk pengambilan uang pensiunan, persyaratan pengambilan barang secara kredit sebagai persyaratan, peminjaman uang sebagai prasyarat, sebagai persyaratan mengurus perijinan atau sebagai verifikasi keperluan data tertentu misalnya di lingkungan perbankan.
29
4.3
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP Berdasarkan survey yang dilakukan pada 5 wilayah Bandung Timur, Barat,
Tengah, Utara, dan Selatan, dapat dijelaskan bahwa persepsi masyarakat mengenai manfaat dari e-KTP berada pada tingkat rata-rata, artinya masyarakat merasakan cukup bermanfaat dengan adanya penggunaan e-KTP untuk berbagai kegiatannya, bahkan cenderung masyarakat masih belum merasakan manfaat pengaplikasian dari e-KTP secara pasti. Hal ini dikarenakan masyarakat masih menganggap manfaat yang diberikan dari e-KTP tidak ada perbedaan dengan KTP konvensional, hal tersebut karena sarana dan prasarana penunjang dalam pengaplikasian e-KTP belum dimaksimalkan oleh pemerintah. Jika dilihat per kelompok wilayah, baik untuk Bandung Barat, timur, selatan, utara dan tengah, maka persepsi masyarakat tentang manfaat e-KTP dapat dilihat sebagai berikut:
4.3.1 Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP di Wilayah Bandung Selatan Kemanfaatan penggunaan e-KTP di masyarakat dengan pendekatan yang dipegunakan dalam penelitian ini, diukur oleh beberapa indikator. Masing-masing indikator tersebut kondisinya adalah sebagai berikut: (1) Penggunakan e-KTP dan dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya. Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat tidak memberikan dampak kepada pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya, 37.50% beranggapan cukup memberikan dampak pengakuan sosial, 62.50% beranggapan bisa memberikan dampak pengakuan sosial dan sisanya 12.50% beranggapan sangat memberikan dampak
pengakuan sosial. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
penggunaan e-KTP mampu memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah Bandung Selatan.
30
(2) Penggunakan E-KTP dan cara menikmati layanan publik secara lebih maju. Sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih
maju, 43.75% menilai kurang merasakan akan manfaat penggunaan eKTP dalam menikmati layanan publik yang lebih maju, 31.25% beranggapan bahwa penggunaan e-KTP dapat dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih maju, sisanya
3.13%
menilai sangat merasakan bahwa dengan e-KTP sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju. Dengan demikian secara umum bagi masyarakat yang berlokasi di wilayah Bandung Selatan bahwa penggunaan e-KTP cukup dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih modern.
(3) Penggunakan e-KTP dan pemilikan pengetahuan tertentu. Sebesar
6.25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
orang
dapat
menggunakan e-KTP jika yang bersangkutan tidak harus memiliki pengetahuan tertentu, memiliki
pengetahuan
43,75% beranggapan sedikit banyak harus tertentu,
25%
beranggapan
diperlukan
pengetahuan yang cukup untuk penggunaan e-KTP, dan 18.75% beranggapan bahwa untuk dapat menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa masyarakat di wilayah Bandung selatan secara umum menganggap bahwa untuk menggunakan e-KTP memang memilki sedikit pengetahuan tentang teknologi. Ini bisa dipahami karena kata e-KTP itu sendiri terkait dengan elektronik yang basisinya nya ada teknologi informasi.
31
(4) Menggunakan E-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan bisa meningkatkan citra seseorang di masyarakat, yang berarti memiliki
e-KTP tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan citra
seseorang atau e-KTP atau bukan sama saja tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan citra seseorang di masyarakat,
28.13%
beranggapan sedikit bisa berperan dalam pembentukan citra seseorang, 43.75% berpendapat dapat meningkatkan citra seseorang dan 18.75% menyatakan sangat relevan terhadap peningkatan citra seseorang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau secara umum masyarakat di wilayah Bandung selatan merasakan bahwa kepemilikan eKTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat.
(5) Kehadiran e-KTP diperlukan bagi penggunanya. Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa kehadiran e-KTP tidak diperlukan. Masyarakat dalam kelompok ini merasakan e-KTP atau KTP biasa tidak ada bedanya,
28.13% beranggapan kurang diperlukan,
46.88% beranggapan cukup diperlukan dan 12.50% beranggapan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran e-KTP secara umum bagi masyarakat Bandung selatan cukup diperlukan. Kondisi ini bisa di pahami karena memang sebagian besar atau pada umumnya menilai bahwa kehadiran e-KTP dapat meningkatkan citra penggunanya, selain itu manfaat e-KTP juga dirasakan dalam hal kemudahannya dalam proses pembuatan KTP selanjutnya.
32
(6) Penggunaan E-KTP dalam mendukung tugas dan pekerjaan secara umum Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak mendukung dalam tugas dan pekerjaannya. Artinya masyarakat menilai eKTP atau KTP biasa sama saja tidak ada bedanya. Kondisi ini bisa diphami karena memang masyarakat belum merasakan betul bedanya memiliki e-KTP atau KTP biasa terkait dengan perannya dalam mendukung tugas dan pekerjaannya.
Sebanyak 21,88% beranggapan
kurang mendukung, 37.50% beranggapan cukup mendukung dan sisanya sebesar 28.13% menyatakan bahwa
penggunaan e-KTP sangat
mendukung. Dengan demikian bisa disimpulkan bawah secara umum masyarakat kota Bandung yang berdomisili di Bandung selatan cukup merasakan bahwa memiliki e-KTP cukup mendukung tugas-tugas dan pekerjaannya, baik tugas tugas di tempat kerjanya maupun tugas tugas terkait dengan organisasi sosialnya.
(7) Informasi tentang E-KTP dapat diakses secara mudah dan lancar Sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa informasi tentang e-KTP tidak dapat diakses secara mudah dan lancar, 18.13% menilai bahwa informasi tentang e-KTP kurang dapat diakses secara mudah dan lancar, 34.38% cukup mudah dan lancar dan sisanya sebanyak 9.38% menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP dapat diakses sangat mudah dan lancar. Masih rendahnya masyarakat yang menjelaskan bahwa eKTP dapat diakses secara mudah karena masih sangat minimnya informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah tentang bisa tidaknya eKTP di akses, dan karena untuk bisa mengakses e-KTP harus menggunakan media elektronik yang menggunakan biaya karena harus dengan melalui internet. Meskipun demikian, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi tentang e-KTP bisa diakses secara mudah.
33
(8) Informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum bermanfaat bagi pengguna Sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum dirasakan masih tidak bermanfaat bagi masyarakat, 28.75% kurang bermanfaat, 48.13% menilai cukup bermanfaat dan sisasnya menyatakan sangat bermanfaat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bandung Selatan, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi yang diberikan sistem eKTP secara umum cukup bermanfaat bagi pengguna. Kondisi ini dimungkinkan karena masyarakat juga merasakan cukup mudah untuk mengakses informasi terkait dengan e-KTP.
(9) Portal yang disediakan dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan Sebanyak 35.63% responden beranggapan bahwa portal yang disediakan tidak dapat membantu pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan,
18.75% menilai kurang membantu,
23.75% masyarakat
beranggapan cukup membantu dan sisanya 15.63% beranggapan sangat membantu. Belum dirasakannya keberadaan portal yang disediakan untuk membantu masyarakat mengakses informasi e-KTP disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain tidak adanya informasi bahwa pemerintah menyediakan portal untuk mengakses e-KTP dan keberadaannya juga tidak diketahui oleh masyarakat. Disamping itu kalaupun ada portal yang disediakan oleh pemerintah untuk mengakses informasi tapi lokasi menjadi
pertimbangan
bagi
masyarakat
untuk
menggunakannya.
Disamping itu, semakin banyaknya masyarakat memiliki perangkat sendiri untuk dapat mengakses informasi e-KTP di tempatnya sendiri, sehingga tidak diperlukan lagi adanya portal.
34
(10) Sistem e-KTP memiliki inovasi yang berbeda dengan KTP konvensional Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP tidak memiliki inovasi yang berbeda dengan KTP konvensional, 25% menilai cukup ada perbedaan, 37.5% menyatkan berbeda dan sisanya sebanyak 28.03% menilai sangat berbeda. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Selatan menilai ada perbedaan antara sistem e-KTP dengan KTP konvensional.
(11) e-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi karena didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya. Sebanyak 6,25% responden beranggapan bahwa e-KTP tidak memiliki keunggulan dalam hal performansi meskipun didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya, 31.25% menilai kurang memiliki nilai keunggulan,
25% menilai memiliki keunggulan dan sisanya 15.63%
beranggapan sangat memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Selatan menilai bahwa e-KTP memiliki keunggulan
dalam
hal
performansi
dibandingkan
dengan
KTP
konvensional. Hal ini dikarenakan memang secara fisik dapat dilihat eKTP memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan KTP konvensional. 4.3.2
Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP wilayah Bandung Tengah (1) Penggunaan e-KTP dan dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya. Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan E-KTP sangat tidak memberikan dampak kepada pengakuan sosial yang lebih
35
baik bagi penggunanya, 15.63% beranggapan cukup memberikan dampak pengakuan sosial, 46.88 % beranggapan bisa memberikan dampak pengakuan sosial dan sisanya 21.88% beranggapan sangat memberikan dampak
pengakuan sosial. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
secara umum penggunaan e-KTP mampu memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah Bandung Tengah.
(2) Penggunaan e-KTP dan cara menikmati layanan publik secara maju. Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju, 40.63% menilai kurang merasakan akan manfaat penggunaan e-KTP dalam menikmati layanan publik yang lebih maju, 25.00% beranggapan di tingkat yang tinggi, sisanya 18.75% menilai sangat merasakan bahwa dengan e-KTP sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju. Dengan demikian secara umum bagi masyarakat yang berlokasi di wilayah Bandung Tengah bahwa penggunaan e-KTP cukup dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih modern. Dibandingkan dengan Bandung Selatan maka masyarakat di wilayah Bandung tengah jauh lebih bisa cara menikmati layanan publik secara modern. Hal ini dikarenakan wilayah Bandung Tengah berada di pusat Kota Bandung, sehingga lebih banyak fasilitas yang mendukung untuk menikmati layanan publiknya.
(3) Penggunaan e-KTP dan pemilikan pengetahuan tertentu Sebesar
15.63%
masyarakat
beranggapan
bahwa
orang
dapat
menggunakan e-KTP jika yang bersangkutan tidak harus memiliki pengetahuan tertentu, memiliki
pengetahuan
37.51% beranggapan sedikit banyak harus tertentu,
25%
beranggapan
diperlukan
36
pengetahuan yang cukup untuk penggunaan e-KTP, dan 12.5% beranggapan bahwa untuk dapat menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa masyarakat di wilayah Bandung tengah secara umum menganggap bahwa untuk menggunakan e-KTP memang memilki sedikit pengetahuan tentang teknologi. Ini bisa dipahami karena kata e-KTP itu sendiri terkait dengan elektronik yang basisinya nya ada teknologi informasi. Kondisinya ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan wilayah Bandung Selatan.
(4) Penggunaan e-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat Sebesar 12.50% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan bisa meningkatkan citra seseorang di masyarakat, yang berarti memiliki
e-KTP tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan citra
seseorang atau e-KTP atau bukan sama saja tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan citra seseorang di masyarakat,
25.00%
beranggapan sedikit bisa berperan dalam pembentukan citra seseorang, 31.25% berpendapat dapat meningkatkan citra seseorang dan 21.88% menyatakan sangat relevan terhadap peningkatan citra seseorang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau secara umum masyarakat di wilayah Bandung Tengah merasakan bahwa kepemilikan eKTP
dapat
meningkatkan
citra
seseorang
di
masyarakat.
Jika
dibandingkan dengan wilayah Bandung Selatan, maka masyarakat wilayah Bandung Tengah lebih banyak yang beanggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan bisa meningkatkan citra seseorang di masyarakat. Hal ini dimungkinkan masyarakat sudah lebih individual dan tidak lagi mementingkan citra atau karena sudah terbiasa dengan kehidupan yang lebih mewah.
37
(5) Kehadiran e-KTP diperlukan bagi penggunanya. Sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa kehadiran e-KTP tidak diperlukan. Masyarakat dalam kelompok ini merasakan e-KTP dengan KTP biasa tidak ada bedanya, 21.88% beranggapan kurang diperlukan, 21.88% beranggapan cukup diperlukan dan 31.25% beranggapan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran e-KTP secara umum bagi masyarakat Bandung Tengah cukup diperlukan. Kondisi ini bisa di pahami karena memang sebagian besar atau pada umumnya menilai bahwa kehadiran e-KTP dapat meningkatkan citra penggunanya, selain itu manfaat e-KTP juga dirasakan dalam hal kemudahannya dalam proses pembuatan KTP selanjutnya. Dibandingkan dengan wilayah Bandung Selatan, masyarakat wilayah Bandung Tengah lebih banyak yang menilai tidak memerlukan e-KTP, hal ini dimungkinkan masyarakat Bandung Tengah lebih banyak identitas lain yang bisa dijadikan alternatif, misalkan Paspor, SIM atau identitas dalam bentuk lain.
(6) Penggunaan e-KTP dalam mendukung tugas dan pekerjaan secara umum Sebesar 25.01% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak mendukung dalam tugas dan pekerjaannya. Artinya masyarakat menilai e-KTP atau KTP konvensional sama saja tidak ada bedanya. Kondisi ini bisa diphami karena memang masyarakat belum merasakan betul bedanya memiliki e-KTP atau KTP biasa terkait dengan perannya dalam mendukung tugas dan pekerjaannya.
Sebanyak 40.63% beranggapan
kurang mendukung, 15.63% beranggapan cukup mendukung dan sisanya sebesar 9.38% menyatakan bahwa
penggunaan e-KTP sangat
mendukung. Dengan demikian bisa disimpulkan bawah secara umum masyarakat kota Bandung yang berdomisili di Bandung Tengah cukup
38
merasakan bahwa memiliki e-KTP kurang mendukung tugas-tugas dan pekerjaannya, baik tugas tugas di tempat kerjanya maupun tugas tugas terkait dengan organisasi sosialnya. Hal lain yang menyebabkan tidak dirasakan mendukung terhadap pekerjaan, karena mereka menganggap tidak ada kaitannya antara e-KTP dengan penyelesaian pekerjaan mereka.
(7) Informasi tentang e-KTP dapat diakses secara mudah dan lancar Sebesar 18,75% masyarakat beranggapan bahwa informasi tentang e-KTP tidak dapat diakses secara mudah dan lancar, sebesar 21,88% menilai bahwa informasi tentang e-KTP kurang dapat diakses secara mudah dan lancar, 31,25% cukup mudah dan lancar , sebersar 15,63% menyatakan informasi mengenai e-KTP dapat diakses dengan mudah dan lancar serta sisanya sebesar 3,13 menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP dapat diakses sangat mudah dan lancar. Masih rendahnya masyarakat yang menjelaskan bahwa e-KTP dapat diakses secara mudah karena masih sangat minimnya informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah tentang bisa tidaknya e-KTP di akses, dan karena untuk bisa mengakses e-KTP harus menggunakan media elektronik yang menggunakan biaya karena harus dengan melalui internet. Meskipun demikian, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi tentang e-KTP bisa diakses secara mudah.
(8) Informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum bermanfaat bagi pengguna Sebesar 31,25% masyarakat beranggapan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum dirasakan kurang bermanfaat bagi masyarakat,
37,50% menilai cukup bermanfaat, sebesar 15,63%
menyatakan bermanfaat, dan sisanya sebesar 6,25% menyatakan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP sangat bermanfaat bagi
39
penggunanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bandung Tengah, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum cukup bermanfaat bagi pengguna. Kondisi ini dimungkinkan karena masyarakat juga merasakan cukup mudah untuk mengakses informasi terkait dengan e-KTP.
(9) Portal yang disediakan dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi E-KTP yang diperlukan Sebesar 12,5% responden beranggapan bahwa portal yang disediakan tidak dapat membantu
pengguna dalam mengakses informasi e-KTP
yang diperlukan, 31,25% menilai kurang membantu, 31,25% masyarakat beranggapan cukup membantu dan sisanya sebesar 15.63% beranggapan sangat membantu. Belum dirasakannya keberadaan portal
yang
disediakan untuk membantu masyarakat mengakses informasi e-KTP disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain tidak adanya informasi bahwa pemerintah menyediakan portal untuk mengakses e-KTP dan keberadaannya juga tidak diketahui oleh masyarakat. Disamping itu kalaupun ada portal yang disediakan oleh pemerintah untuk mengakses informasi tapi lokasi menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakannya. Disamping itu, semakin banyaknya masyarakat memiliki perangkat sendiri untuk dapat mengakses informasi e-KTP di tempatnya sendiri, sehingga tidak diperlukan lagi adanya portal.
(10) Sistem e-KTP memiliki inovasi yang berbeda dengan KTP konvensional Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP tidak memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional, sebanyak 6,25% mengatakan e-KTP kurang memiliki inovasi berbeda, 31,25% menilai cukup ada perbedaan, 37.5% menyatkan berbeda dan sisanya sebanyak
40
12,50% menilai sangat berbeda. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung utara menilai ada perbedaan antara sistem e-KTP dengan KTP konvensional.
(11) e-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi karena didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya Sebanyak 9,38% responden beranggapan bahwa e-KTP kurang memiliki keunggulan dalam hal performansi meskipun didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya,
50% menilai cukup memiliki
keunggulan, sebesar 9,38% menganggap memiliki keunggulan, dan sisanya 21,88% beranggapan sangat memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Tengah menilai bahwa eKTP memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Hal ini dikarenakan memang secara fisik dapat dilihat e-KTP memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan KTP konvensional.
4.3.3. Persepsi Masyarakat atas Manfaat E-KTP wilayah Bandung Timur (1)Penggunaan e-KTP dan dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya. Sebesar 5,36% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat tidak memberikan dampak kepada pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya, 21,88% beranggapan kurang memberikan dampak, 34,38% menilai cukup memberikan dampak pengakuan sosial, 21,88% beranggapan dapat memberikan dampak pengakuan sosial dan sisanya 6,25% beranggapan sangat memberikan dampak
pengakuan
41
sosial. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penggunaan e-KTP mampu memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah Bandung Timur.
(2)Penggunaan e-KTP dan cara menikmati layanan publik secara lebih maju Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih
maju, 15,63% menilai kurang merasakan akan manfaat penggunaan eKTP dalam menikmati layanan publik yang lebih maju, 40,63% beranggapan bahwa penggunaan e-KTP cukup dapat dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih maju, sebanyak
18,75% menilai dapat merasakannya, dan sisanya 12,5% menilai sangat merasakan bahwa dengan e-KTP sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju. Dengan demikian secara umum bagi masyarakat yang berlokasi di wilayah Bandung Timur bahwa penggunaan e-KTP cukup dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih modern.
(3)Penggunaan e-KTP dan pemilikan pengetahuan tertentu Sebesar
6.25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
orang
dapat
menggunakan e-KTP jika yang bersangkutan tidak harus memiliki pengetahuan tertentu, memiliki
pengetahuan
21,88% beranggapan sedikit banyak harus tertentu,
25%
beranggapan
diperlukan
pengetahuan yang cukup untuk penggunaan e-KTP, 40,63% beranggapan bahwa untuk dapat menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang tinggi, dan sisanya sebesar 6,25% beranggapan bahwa untuk dapat menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang sangat tinggi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa masyarakat di wilayah Bandung Timur
42
secara umum menganggap bahwa untuk menggunakan e-KTP memang harus memilki pengetahuan tentang teknologi. Ini bisa dipahami karena kata e-KTP itu sendiri terkait dengan elektronik yang basisinya nya ada teknologi informasi.
(4)Menggunakan E-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat Sebesar 18,75% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat, yang berarti memiliki
e-KTP tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan citra
seseorang atau e-KTP atau bukan sama saja tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan citra seseorang di masyarakat, 25% beranggapan sedikit bisa berperan dalam pembentukan citra seseorang, 32,38% menilai cukup dapat meningkatkan citra, dan sisanya 43.75% berpendapat dapat meningkatkan citra seseorang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau secara umum masyarakat di wilayah Bandung Timur merasakan bahwa kepemilikan e-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat.
(5)Kehadiran E-KTP diperlukan bagi penggunanya. Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa kehadiran e-KTP tidak diperlukan. Masyarakat dalam kelompok ini merasakan e-KTP atau KTP biasa tidak ada bedanya, 12,5% beranggapan kurang diperlukan, 40,63% beranggapan cukup diperlukan, 25% menilai diperlukan, dan sisanya sebesar 12.50% beranggapan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran e-KTP secara umum bagi masyarakat Bandung Timur cukup diperlukan. Kondisi ini bisa di pahami karena memang sebagian besar atau pada umumnya menilai bahwa kehadiran eKTP dapat meningkatkan citra penggunanya, selain itu manfaat e-KTP
43
juga dirasakan dalam hal kemudahannya dalam proses pembuatan KTP selanjutnya.
(6)Penggunaan E-KTP dalam mendukung tugas dan pekerjaan secara umum Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak mendukung dalam tugas dan pekerjaannya. Artinya masyarakat menilai eKTP atau KTP biasa sama saja tidak ada bedanya. Kondisi ini bisa diphami karena memang masyarakat belum merasakan betul bedanya memiliki e-KTP atau KTP biasa terkait dengan perannya dalam mendukung tugas dan pekerjaannya.
Sebanyak 21,88% beranggapan
kurang mendukung, 37.50% beranggapan cukup mendukung, sebesar 25% menyatakan bahwa penggunaan e-KTP mendukung tugasnya, dan sisanya sebesar 6,25 menyatakan penggunaan e-KTP sangat mendukung tugas dan pekerjaannya secara umum. Dengan demikian bisa disimpulkan bawah secara umum masyarakat kota Bandung yang berdomisili di Bandung Timur cukup merasakan bahwa memiliki e-KTP cukup mendukung tugas-tugas dan pekerjaannya, baik tugas tugas di tempat kerjanya maupun tugas tugas terkait dengan organisasi sosialnya.
(7) Informasi tentang E-KTP dapat diakses secara mudah dan lancer Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa informasi tentang e-KTP tidak dapat diakses secara mudah dan lancar, 28.13% menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP kurang dapat diakses secara mudah dan lancar, 31,25% cukup mudah dan lancar, 18,75% menyatakan dapat diakses dengan mudah dan lancar, sisanya sebanyak 9,38% menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP dapat diakses sangat mudah dan lancar. Masih rendahnya masyarakat yang menjelaskan bahwa e-KTP dapat diakses secara mudah karena masih sangat minimnya informasi yang diberikan
44
oleh pihak pemerintah tentang bisa tidaknya e-KTP di akses, dan karena untuk bisa mengakses e-KTP harus menggunakan media elektronik yang menggunakan biaya karena harus dengan melalui internet. Meskipun demikian, secara umum masyarakat yang berdomisili di Bandung Timur menilai bahwa informasi tentang e-KTP bisa diakses dengan cukup mudah.
(8)Informasi yang diberikan sistem E-KTP secara umum bermanfaat bagi pengguna Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum dirasakan masih tidak bermanfaat bagi masyarakat,
21,88% kurang bermanfaat,
40,63% menilai cukup
bermanfaat, 25% menilai bermanfaat dan sisasnya sebesar 3,125% menyatakan sangat bermanfaat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bandung Timur, secara umum masyarakat menilai bahwa
informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum cukup
bermanfaat bagi pengguna. Kondisi ini dimungkinkan karena masyarakat juga merasakan cukup mudah untuk mengakses informasi terkait dengan e-KTP.
(9)Portal yang disediakan dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi E-KTP yang diperlukan Sebanyak 9,38% responden beranggapan bahwa portal yang disediakan tidak dapat membantu pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan,
25% menilai kurang membantu,
46,68% masyarakat
beranggapan cukup membantu dan sisanya 18,75% beranggapan dapat membantu membantu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di daerah Bandung Timur sebagian besar masyarakat menilai portal yang tersedia belum dapat membantu mempermudah pengguna dalam
45
mengakses informasi e-KTP. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain tidak adanya informasi bahwa pemerintah menyediakan portal untuk mengakses e-KTP dan keberadaannya juga tidak diketahui oleh masyarakat.
(10) Sistem E-KTP memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional Sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP tidak memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional, 34,38% menilai kurang memiliki inoveasi yang berbeda, 37,5% menilai cukup ada perbedaan,
34,38% menyatkan berbeda dan sisanya sebanyak 6,25%
menilai sangat berbeda. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Timur menilai cukup terdapat perbedaan antara sistem e-KTP dengan KTP konvensional
(11) E-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi karena didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya Sebanyak 6,25% responden beranggapan bahwa e-KTP tidak memiliki keunggulan dalam hal performansi meskipun didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya, 21,88% menilai kurang memiliki nilai keunggulan, 34,38% menilai cukup memiliki keunggulan, 28,13% menilai memiliki keunggulan dan sisanya 9,38% beranggapan sangat memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Timur menilai bahwa e-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi
dibandingkan
dengan
KTP
konvensional.
Hal
ini
dikarenakan memang secara fisik dapat dilihat e-KTP memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan KTP konvensional.
46
4.3.4. Persepsi Masyarakat atas Manfaat E-KTP wilayah Bandung Utara (1)Penggunaan e-KTP dan dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat tidak memberikan dampak kepada pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya, 12,5% menilai kurang memberikan dampek, 62,5% beranggapan cukup memberikan dampak pengakuan sosial, 9,38% beranggapan bisa memberikan dampak pengakuan sosial dan sisanya 3,13% beranggapan sangat memberikan dampak
pengakuan sosial.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa penggunaan e-KTP mampu memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah Bandung Utara.
(2)Menggunakan e-ktp merupakan cara menikmati layanan publik secara maju. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih
maju, 25% menilai kurang merasakan akan manfaat penggunaan e-KTP dalam menikmati layanan publik yang lebih maju, 21,88% beranggapan bahwa penggunaan e-KTP cukup dapat dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju, 28,13% dapat dirasakan, dan sisanya 12,5% menilai sangat merasakan bahwa dengan e-KTP sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju. Dengan demikian secara umum bagi masyarakat yang berlokasi di wilayah Bandung Utara bahwa penggunaan e-KTP dapat dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih modern. (3)Penggunaan e-KTP dan pemilikan pengetahuan tertentu
47
Sebesar
12,5%
masyarakat
beranggapan
bahwa
orang
dapat
menggunakan e-KTP jika yang bersangkutan tidak harus memiliki pengetahuan tertentu, memiliki
pengetahuan
28,13% beranggapan sedikit banyak harus tertentu,
25%
beranggapan
diperlukan
pengetahuan yang cukup untuk penggunaan e-KTP, 18.75% beranggapan bahwa untuk dapat menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang tinggi, dan sisanya sebesar 15,63% beranggapan diperlukan pengetahuan yang sangat tinggi. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa masyarakat di wilayah Bandung Utara secara umum menganggap bahwa untuk menggunakan e-KTP memang memilki sedikit pengetahuan tentang teknologi. Ini bisa dipahami karena kata e-KTP itu sendiri terkait dengan elektronik yang basisinya nya ada teknologi informasi.
(4)Menggunakan e-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat Sebesar 18,75% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan bisa meningkatkan citra seseorang di masyarakat, yang berarti memiliki
e-KTP tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan citra
seseorang atau e-KTP atau bukan sama saja tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan citra seseorang di masyarakat,
31,25%
beranggapan sedikit bisa berperan dalam pembentukan citra seseorang, 34,38% berpendapat dapat meningkatkan citra seseorang dan 15,63% menyatakan sangat relevan terhadap peningkatan citra seseorang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau secara umum masyarakat di wilayah Bandung Utara merasakan bahwa kepemilikan eKTP cukup dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat.
(5)Kehadiran e-KTP diperlukan bagi penggunanya.
48
Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa kehadiran e-KTP sangat tidak diperlukan. Masyarakat dalam kelompok ini merasakan e-KTP atau KTP biasa tidak ada bedanya 21,88% beranggapan kurang diperlukan, 21.88% beranggapan cukup diperlukan, 40,63% menilai diperlukan, dan 6,25% beranggapan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran e-KTP secara umum bagi masyarakat Bandung Utara dinilai diperlukan.
(6)Penggunaan e-KTP dalam mendukung tugas dan pekerjaan secara umum Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak mendukung dalam tugas dan pekerjaannya. Artinya masyarakat menilai eKTP atau KTP biasa sama saja tidak ada bedanya. Kondisi ini bisa diphami karena memang masyarakat belum merasakan betul bedanya memiliki e-KTP atau KTP biasa terkait dengan perannya dalam mendukung tugas dan pekerjaannya.
Sebanyak 28,13% beranggapan
kurang mendukung, 46,88% beranggapan cukup mendukung dan sisanya sebesar 15,63% menyatakan bahwa
penggunaan e-KTP
mendukung
tugas dan pekerjaannya secara umum. Dengan demikian bisa disimpulkan bawah secara umum masyarakat kota Bandung yang berdomisili di Bandung Utara cukup merasakan bahwa memiliki e-KTP cukup mendukung tugas-tugas dan pekerjaannya.
(7)Informasi tentang e-KTP dapat diakses secara mudah dan lancar Sebesar 15,63% masyarakat beranggapan bahwa informasi tentang e-KTP tidak dapat diakses secara mudah dan lancar, 56,25% menilai bahwa informasi tentang e-KTP kurang dapat diakses secara mudah dan lancar, 21,88% cukup mudah dan lancar dan sisanya sebanyak 6,25% menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP dapat diakses secara mudah
49
dan lancar. Masih rendahnya masyarakat yang menjelaskan bahwa eKTP dapat diakses secara mudah karena masih sangat minimnya informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah tentang bisa tidaknya eKTP di akses, dan karena untuk bisa mengakses e-KTP harus menggunakan media elektronik yang menggunakan biaya karena harus dengan melalui internet. Meskipun demikian, secara umum masyarakat yang berdomisili di Bandung Utara menilai bahwa informasi tentang eKTP kurang dapat diakses secara mudah.
(8)Informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum bermanfaat bagi pengguna Sebesar 18,75% masyarakat beranggapan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum dirasakan masih tidak bermanfaat bagi masyarakat, 34,38% kurang bermanfaat, 43,75% menilai cukup bermanfaat, dan sisasnya sebesar 3,12% menyatakan sangat bermanfaat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bandung Utara, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum cukup bermanfaat bagi pengguna.
(9)Portal yang disediakan dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan Sebanyak 21,88% responden beranggapan bahwa portal yang disediakan tidak dapat membantu pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan,
40,63% menilai kurang membantu,
25% masyarakat
beranggapan cukup membantu dan sisanya 12,5% beranggapan sangat membantu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di daerah Bandung Utara, portal yang disesdiakan dinilai kurang dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan.
50
(10) Sistem e-KTP memiliki inovasi yang berbeda dengan KTP konvensional Sebesar 15,63% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP tidak memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional, 18,75 menilai kurang terdapat perbedaan, 28,13% menilai cukup ada perbedaan, 31,25% menyatkan berbeda dan sisanya sebanyak 6,25% menilai sangat berbeda. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Utara menilai terdapat
perbedaan antara sistem e-KTP dengan KTP
konvensional.
(11) e-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi karena didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya Sebanyak 12,5% responden beranggapan bahwa e-KTP tidak memiliki keunggulan dalam hal performansi meskipun didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya, keunggulan,
25% menilai kurang memiliki nilai
28,13% menilai cukup memiliki keunggulan, 28,13
beranggapan memiliki keunggulan, dan sisanya 6,15% beranggapan sangat memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Utara menilai bahwa e-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional.
4.3.5. Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP wilayah Bandung Barat (1)Menggunakan e-KTP memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya. Sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat tidak memberikan dampak kepada pengakuan sosial yang lebih baik bagi penggunanya, 28,57% beranggapan kurang memberikan
51
dampak pengakuan sosial, 35,71% beranggapan cukup
memberikan
dampak pengakuan sosial, 10,71% beranggapan dapat memberikan pengakuan sosial, dan sisanya 17,86% beranggapan sangat memberikan dampak
pengakuan sosial. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
penggunaan e-KTP mampu memberi dampak pengakuan sosial yang lebih baik bagi masyarakat di wilayah Bandung Barat.
(2)Menggunakan E-KTP merupakan cara menikmati layanan publik secara maju. Sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan
publik secara lebih
maju, 10,71% menilai kurang merasakan akan manfaat penggunaan eKTP dalam menikmati layanan publik yang lebih maju, 25% beranggapan bahwa penggunaan e-KTP dapat dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju, 50% beranggapan dapat merasakan, dan sisanya 7,143% menilai sangat merasakan bahwa dengan e-KTP sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih maju. Dengan demikian secara umum bagi masyarakat yang berlokasi di wilayah Bandung Barat bahwa penggunaan e-KTP cukup dirasakan sebagai cara untuk menikmati layanan publik secara lebih modern.
(3)Penggunaan e-KTP dan pemilikan pengetahuan tertentu Sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa orang dapat menggunakan e-KTP jika yang bersangkutan tidak harus memiliki pengetahuan tertentu, 28,57% beranggapan sedikit banyak harus memiliki pengetahuan tertentu, 28,57% beranggapan diperlukan pengetahuan yang cukup untuk penggunaan
e-KTP,
14,29%
beranggapan
bahwa
untuk
dapat
menggunakan e-KTP diperlukan pengetahuan yang tinggi, dan sisanya sebanyak 3,571% menilai diperlukan pengetahuan yang sangat tinggi.
52
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa masyarakat di wilayah Bandung Barat secara umum menganggap bahwa untuk menggunakan eKTP memang memilki sedikit pengetahuan tentang teknologi. Ini bisa dipahami karena kata e-KTP itu sendiri terkait dengan elektronik yang basisinya nya ada teknologi informasi.
(4)Menggunakan e-KTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat Sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak akan bisa meningkatkan citra seseorang di masyarakat, yang berarti memiliki
e-KTP tidak akan berpengaruh terhadap peningkatan citra
seseorang atau e-KTP atau bukan sama saja tidak ada pengaruhnya terhadap pembentukan citra seseorang di masyarakat,
17,86%
beranggapan sedikit bisa berperan dalam pembentukan citra seseorang, 25% berpendapat dapat meningkatkan citra seseorang , 28,75% menyatakan dapat meningkatkan citra seseorang, dan sisanya 18,75% menyatakan sangat relevan terhadap peningkatan citra seseorang. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa sebagian besar atau secara umum masyarakat di wilayah Bandung Barat merasakan bahwa kepemilikan eKTP dapat meningkatkan citra seseorang di masyarakat.
(5)Kehadiran e-KTP diperlukan bagi penggunanya. Sebesar 3,571% masyarakat beranggapan bahwa kehadiran e-KTP tidak diperlukan. Masyarakat dalam kelompok ini merasakan e-KTP atau KTP biasa tidak ada bedanya,
28,57% beranggapan kurang diperlukan,
32,14% beranggapan cukup diperlukan, 14,29 menilai diperlukan, dan sisanya 21,43% beranggapan sangat diperlukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran e-KTP secara umum bagi masyarakat Bandung Barat cukup diperlukan. Kondisi ini bisa di pahami karena
53
memang sebagian besar atau pada umumnya menilai bahwa kehadiran eKTP dapat meningkatkan citra penggunanya, selain itu manfaat e-KTP juga dirasakan dalam hal kemudahannya dalam proses pembuatan KTP selanjutnya.
(6)Penggunaan e-KTP dalam mendukung tugas dan pekerjaan secara umum Sebesar 14,29% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP tidak mendukung dalam tugas dan pekerjaannya. Artinya masyarakat menilai eKTP atau KTP biasa sama saja tidak ada bedanya. Kondisi ini bisa diphami karena memang masyarakat belum merasakan betul bedanya memiliki e-KTP atau KTP biasa terkait dengan perannya dalam mendukung tugas dan pekerjaannya.
Sebanyak 39,29% beranggapan
kurang mendukung, 14,29% beranggapan cukup mendukung, 25% beranggapan mendukung, dan sisanya sebesar 7,143% menyatakan bahwa penggunaan
e-KTP
sangat
mendukung.
Dengan
disimpulkan bawah secara umum masyarakat
demikian
bisa
yang berdomisili di
Bandung Barat beranggapan bahwa memiliki e-KTP kurang mendukung tugas-tugas dan pekerjaannya, baik tugas tugas di tempat kerjanya maupun tugas tugas terkait dengan organisasi sosialnya.
(7)Informasi tentang e-KTP dapat diakses secara mudah dan lancar Sebesar 14,29% masyarakat beranggapan bahwa informasi tentang e-KTP tidak dapat diakses secara mudah dan lancar, 7,143% menilai bahwa informasi tentang e-KTP kurang dapat diakses secara mudah dan lancar, 32,14% cukup mudah dan lancar, sebanyak 28,57% menyatakan bahwa informasi tentang e-KTP dapat diakses dengan mudah dan lancar, dan sisanya 17,86% menilai informasi e-KTP sangat dapat diakses secara mudah dan lancar. Masih rendahnya masyarakat yang menjelaskan bahwa
54
e-KTP dapat diakses secara mudah karena masih sangat minimnya informasi yang diberikan oleh pihak pemerintah tentang bisa tidaknya eKTP di akses, dan karena untuk bisa mengakses e-KTP harus menggunakan media elektronik yang menggunakan biaya karena harus dengan melalui internet. Meskipun demikian, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi tentang e-KTP bisa diakses secara mudah.
(8)Informasi yang diberikan sistem E-KTP secara umum bermanfaat bagi pengguna Sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum dirasakan masih tidak bermanfaat bagi masyarakat,
28,57% menilai cukup bermanfaat, 32,14% menyatakan
bermanfaat,
dan
sisanya
sebanyak
14,29%
menyatakan
sangat
bermanfaat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa di wilayah Bandung Barat, secara umum masyarakat menilai bahwa informasi yang diberikan sistem e-KTP secara umum cukup bermanfaat bagi pengguna. Kondisi ini dimungkinkan karena masyarakat juga merasakan cukup mudah untuk mengakses informasi terkait dengan e-KTP.
(9) Portal yang disediakan dapat membantu mempermudah pengguna dalam mengakses informasi E-KTP yang diperlukan Sebanyak 10,71% responden beranggapan bahwa portal yang disediakan tidak dapat membantu pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan,
14,29% menilai kurang membantu,
39,19% masyarakat
beranggapan cukup membantu, 28,57% menilai dapat membantu, dan sisanya
7,143% beranggapan sangat membantu. Belum dirasakannya
keberadaan portal yang disediakan untuk membantu masyarakat mengakses informasi e-KTP disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain tidak adanya informasi bahwa pemerintah menyediakan portal untuk
55
mengakses e-KTP dan keberadaannya juga tidak diketahui oleh masyarakat. Dengan demikian, menurut pendapat masyarakat yang berdomisili di Bandung Barat portal yang disediakan cukup dapat membantu pengguna dalam mengakses informasi e-KTP yang diperlukan.
(10) Sistem E-KTP memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional Sebesar 3,571% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP tidak memiliki inovasi yang berbeda dengan ktp konvensional, 10,71% menilai kurang memiliki perbedaan,
42,86% menyebutkan terdapat berbeda,
35,71% menilai terdapat perbedaan, dan sisanya sebanyak 7,143% menilai sangat berbeda. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Barat menilai cukup terdapat perbedaan antara sistem e-KTP dengan KTP konvensional.
(11) E-KTP memiliki keunggulan dalam hal performansi karena didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya Sebanyak
21,43% responden beranggapan bahwa e-KTP kurang
memiliki keunggulan dalam hal performansi meskipun didukung sistem informasi kependudukan yang terpercaya, 32,14% beranggapan memiliki nilai keunggulan,
35,71% menilai memiliki keunggulan dan sisanya
10,71% beranggapan sangat memiliki keunggulan dalam hal performansi dibandingkan dengan KTP konvensional. Dengan demikian secara umum masyarakat di wilayah Bandung Barat menilai bahwa e-KTP memiliki keunggulan
dalam
hal
performansi
dibandingkan
dengan
KTP
konvensional. Hal ini dikarenakan memang secara fisik dapat dilihat eKTP memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan KTP konvensional.
56
4.4.
Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Berdasarkan survey yang dilakukan pada 5 wilayah Bandung Timur, Barat,
Tengah, Utara, dan Selatan, dapat dijelaskan bahwa masyarakat di Kota Bandung masih menganggap kemudahan dalam penggunaan e-KTP berada dalam tingkat ratarata yaitu penggunaan dinilai tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah, baik dalam pembuatan maupun penggunaannya sehari-hari. Dalam pembuatan e-KTP masyarakat menilai prosesnya terbilang mudah di mana para pemohon hanya perlu datang ke kantor kecamatan tempat dimana mereka tinggal dan melakukan proses pengambilan foto diri, sidik jari, dan pembubuhan tanda tangan, tetapi waktu yang disyaratkan oleh pemerintah untuk pelaksanaan pembuatan e-KTP sangatlah sempit sehingga masyarakat harus menunggu dalam antrian panjang untuk pembuatan eKTP. Berdasarkan penggunaannya dalam kegiatan sehari-hari, masyarakat menilai kemudahan penggunaan e-KTP tergolong mudah karena mereka beranggapan bahwa penggunaannya masih sama seperti KTP konvensional yang terdahulu. Kalau dilihat per kelompok wilayah, baik untuk Bandung bagian barat, timur, selatan, utara dan tengah, maka persepsi masyarakat terhadap kemudahan dalam menggunakane-KTP dapat dilihat sebagai berikut:
4.4.1. Persepsi Masyarakat atas Manfaat e-KTP di Wilayah Bandung Selatan (1) Kemudahan membuat e-KTP. Sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat eKTP berada pada tingkat sangat mudah, sebesar 34,8% masyarakat berada pada tingkat mudah, dan sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa berada pada tingkat cukup mudah, sebesar 25% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak mudah, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat berada pada tingkat sangat tidak mudah. Dapat
57
disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa dalam proses pembuatan e-KTP masih dapat dikategorikan dalam kategori mudah.
(2) Intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat sering, 21,88% berada pada tingkat sering, dan sebesar 43,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup sering, 21,88% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak sering,dan sisanya sebesar 3,13% beranggapan berada pada tingkat sangat tidak sering. Dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat masih cukup sering menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. (3) Kemudahan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar
3,13%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kemudahan
menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat mudah, dan sebesar 28,13% berada pada tingkat mudah, sebesar 43,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup mudah, sisanya sebesar 18,75% beranggapan berada pada tingkat tidak mudah. Dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan
bahwae-KTP cukup mudah
digunakan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. (4) Keyakinan bahwa menggunakan e-KTP memperlancar tugas atau pekerjaan Sebesar 3,13% masyarakat memiliki keyakinan bahwa menggunakan eKTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 31,25% berada pada tingkat tinggi, dan sebesar
58
31,25% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, dan sisanya sebesar 28,13% berada pada tingkat rendah. Dengan demikian, pada wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat memiliki keyakinan di tingkat rata-rata bahwa menggunakan e-KTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan.
(5) Kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP. Sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP berada pada tingkat sangat tidak sulit, sebesar 12 orang atau 37,50% beranggapan berada pada tingkat tidak sulit, sebesar 14 orang atau 43,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup sulit, dan sebesar 3 orang atau 9,38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sulit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam pemanfaatkan e-KTP pada wilayah Bandung Selatan berada ditingka kesulitan cukup tinggi untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP.
(6) Kesenangan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa kesenangan masyarakat menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat sangat senang, 25% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang, sebesar 34,38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup senang, sebesar 28,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tidak senang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan, masyarakat cukup senang dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan.
59
(7) Kekhawatiran menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan Sebesar
9,38%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk beragai keperluan berada pada tingkat sangat rendah, sebesar 25% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah, sebesar 43,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, dan sebesar 15,63% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan, kekhawatiran masyarakat berada pada tingkat rata-rata dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan.
(8) Kepercayaan pada e-KTP Sebesar 18,75% masyarakat memiliki kepercayaan pada e-KTP pada tingkat rendah, sebesar 46,88% berada pada tingkat kepercayaan ratarata, sebesar 25% berada pada tingkat kepercayaan tinggi, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan sangat tinggi pada e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan kepercayaan pada e-KTP berada pada tingkat rata-rata.
(9) Sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya Sebesar 3,13% masyarakat memiliki keyakinan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sangat rendah, sebesar 15,63% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rendah, sebesar 25% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat sedang, sebesar 40,63% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, dan sisanya sebesar 9,38% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan
60
masyarakat masih beranggapan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat kepercayaan tinggi.
(10) Sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan Sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat rendah, sebesar 34,38% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat yang sedang, dan sebesar 34,38% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat yang tinggi, sisanya sebesar 18.75% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam sisteme-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistemeKTP dinilai dapat mengurangi kecurangan data kependudukan.
(11) Keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada di tingkat yang rendah, sebesar 53,13% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan eKTP untuk berbagai keperluan berada di tingkat yang sedang, sebesar 7 orang atau 21,88% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada di tingkat yang tinggi, sisanya sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan masyarakat di wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa
61
masyarakat menggunakan e-KTP dianggap aman untuk berbagai keperluan.
(12) Sistem e-KTP memberi peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. Sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa sistem
e-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada di tingkat yang rendah, sebesar 46,88% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sedang, sebesar 37,50% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang tinggi, sisanya sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa system e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas di wilayah Bandung Selatan, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistem e-KTP cukup memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas.
4.4.2.
Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Tengah (1) Kemudahan membuat E-KTP. Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat eKTP berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 37,50% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat tinggi, dan sebesar 25% respon beranggapan bahwa kemudahan
62
membuat e-KTP berada pada tingkat sedang, sebesar 12,5% berada pada tingkat rendah, sisanya sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Tengah, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa dalam proses pembuatan e-KTP masih dapat dikategorikan dalam kategori mudah.
(2) Intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat sering, sebesar 15,63% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sering, dan sebesar 31,25% masyarakat beranggapan bahwa intesitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup sering. Sisanya sebesar 34.38% masyarakat beranggapan bahwa intensitas penggunaan e-KTP untuk tugas atau pekerjaan berada pada tingkat tidak sering.Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
Bandung
Tengah
intensitas
penggunaan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat tidak sering.
(3) Kemudahan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan dalam menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat mudah sebesar 9,38% beranggapan masih berada pada tingkat mudah, sebesar 40,63% beranggapan masih berada pada tingkat cukup mudah, sedangkan sisanya sebesar 37,50% beranggapan berada pada tingkat tidak mudah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
63
pada wilayah Bandung Tengah kemudahan menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan masih berada pada tingkat cukup mudah.
(4) Keyakinan bahwa menggunakan e-KTP memperlancar tugas atau pekerjaan Sebesar 12,50% masyarakat memiliki keyakinan bahwa dengan menggunakan e-KTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan dalam tingkat sangat tinggi. Sebesar 28,13% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 28,3% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 18,75% masyarakat memiliki keyakinan pada tingkat rendah, dan sisanya sebesar 3,13% memiliki keyakinan pada tingkat sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Tengah keyakinan masyarakat berada di tingkat rata-rata ke tinggi terhadap penggunaan eKTP untuk memperlancar tugas atau pekerjaan.
(5) Kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat sulit, sebesar 25% beranggapan berada pada tingkat cukup sulit,
sebesar 34,38% masyarakat
beranggapan berada pada tingkat tidak sulit, dan sisanya sebesar 12,5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tidak sulit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Tengah kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat tidak sulit.
64
(6) Kesenangan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa kesenangan masyarakat menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat senang, sebesar 46,88% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup senang, sebesar 28,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat kurang senang, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Tengah kesenangan masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat cukup senang.
(7) Kekhawatiran menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
6,25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk beragai keperluan berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 12,5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tinggi, sebesar 75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, dan sisanya sebesar 28,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung tengah kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat ratarata.
(8) Kepercayaan pada E-KTP. Sebesar 9,38% masyarakat memiliki kepercayaan pada e-KTP pada tingkat sangat tinggi, sebesar 31,25% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan tinggi, sebesar 40,63% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan rata-rata, sedangkan sisanya sebesar 9,38% berada pada tingkat kepercayaan rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
65
wilayah Bandung tengah kepercayaan pada e-KTP berada pada tingkat rata-rata.
(9) Sistem E-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya. Sebesar 12,5% masyarakat memiliki kepercayaan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 34,38% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat tinggi, sebesar 31,25% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat rata-rata, dan sisanya sebesar 12,5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada
wilayah
Bandung
Tengah
masyarakat
memiliki
kepercayaan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat tinggi.
(10) Sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat rendah, sebesar 15,63% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat yang sedang, dan sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di tingkat yang tinggi, sisanya sebesar 37,5% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di wilayah Bandung Tengah, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap system eKTP dinilai sangat bisa mengurangi kecurangan data kependudukan.
66
(11) Keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar
31,25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
keamanan
menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang cukup tinggi, sebesar 40,63% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat sedang, dan sisanya sebesar 6,25% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan masyarakat di wilayah Bandung Tengah, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menggunakan e-KTP dianggap cukup aman untuk berbagai keperluan.
(12) Sistem e-KTP memberi peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. Sebesar
28,13%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sisteme-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 18,75% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang tinggi, sebesar 31,25% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sedang, dan sisanya sebesar
12,5%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sisteme-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat
67
e-KTP yang lebih luas di wilayah Bandung Tengah, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistem e-KTP cukup memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. 4.4.3. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Timur (1) Kemudahan membuat e-KTP Sebesar 12,5% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat eKTP berada pada tingkat sangat sulit, sebesar 31,25% pada tingkat sulit, sebesar 34,38% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat cukup sulit, dan sebesar 18,75% respon beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat tidak sulit, sisanya sebesar 3,13% tingkat sangat tidak sulit. Kesimpulannya bahwa pada wilayah Bandung Timur, mayoritas dari masyarakatberanggapan bahwa dalam proses pembuatan e-KTP masih dapat dikategorikan dalam kategori cukup sulit.
(2) Intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas berada pada tingkat sangat sering, sebesar 15,63% pada tingkat sering, sebesar 37,5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup sering, dan sebesar 25% respon beranggapan berada pada tingkat tidak sering, sisanya sebesar 12,5% tingkat sangat tidak sering. Kesimpulannya bahwa pada wilayah Bandung Timur, mayoritas dari masyarakat intensitas menggunakan eKTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan masih dapat dikategorikan dalam kategori cukup sering.
68
(3) Kemudahan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan Sebesar
3,13%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kemudahan
menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas berada pada tingkat sangat mudah, sebesar 18,75% pada tingkat mudah, sebesar 40,63% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup mudah, dan sebesar 21,88% respon berada pada tingkat tidak mudah, sisanya sebesar 15,63% tingkat sangat tidak mudah. Kesimpulannya bahwa pada wilayah Bandung Timur, mayoritas dari masyarakatberanggapan bahwa kemudahan menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup mudah.
(4) Keyakinan bahwa menggunakan e-KTP memperlancar tugas atau pekerjaan Sebesar 37,5% masyarakat memiliki keyakinan bahwa dengan menggunakan e-KTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan dalam tingkat rata-rata.Sebesar 40,63% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rendah, sebesar 9,38% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 6,25% masyarakat memiliki keyakinan pada tingkat sangat rendah, dan sisanya sebesar 6,25% memiliki keyakinan pada tingkat sangat tinggi. Kesimpulan bahwa pada wilayah Bandung Timur keyakinan masyarakat terhadap penggunaan eKTP untuk memperlancar tugas atau pekerjaan berada pada tingkat rendah.
(5) Kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp. Sebesar 9,38% masyarakat beranggapan bahwa kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat sangat sulit, sebesar 9,38%
69
beranggapan berada pada tingkat sulit,
sebesar 62,5% masyarakat
beranggapan berada pada tingkat cukup sulit, sebesar 18,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak sulit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Timur kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat cukup sulit
(6) Kesenangan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 3,13% masyarakat beranggapan bahwa kesenangan masyarakat menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat sangat senang, sebesar 18,75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat senang, sebesar 28,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup senang, sebesar 46,88% masyarakat beranggapan berada pada tingkat kurang senang, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Timur kesenangan masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat tidak senang.
(7) Kekhawatiran menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
3,.13%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk beragai keperluan berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 15,63% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tinggi, sebesar 59,38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 12,5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah, dan sisanya sebesar 9,38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Timur kekhawatiran
70
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat rata-rata.
(8) Kepercayaan pada e-KTP. Sebesar 9,38% masyarakat memiliki kepercayaan pada e-KTP pada tingkat sangat tinggi, sebesar 31,25% berada pada tingkat kepercayaan tinggi, sebesar 37,5% berada pada tingkat kepercayaan rata-rata, sebesar 18,75% berada pada tingkat kepercayaan rendah, dan sisanya sebesar 3,13% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan sangat rendah pada e-KTP.
Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
BandungTimur kepercayaan pada e-KTP berada pada tingkat rata-rata.
(9) Sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya. Sebesar 9.38% masyarakat memiliki keyakinan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 28.13% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 50% masyarakatmemiliki keyakinan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 12.5% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah BandungTimur masyarakat masih beranggapan bahwa sistem eKTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sedang.
(10) Sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan. Sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat sangat tinggi, sebesar 40.63% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang tinggi, sebesar 40.63% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP
71
mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sedang, dan sebesar
9.38%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sistem
e-KTP
mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam sisteme-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di wilayah BandungTimur, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistem eKTP dinilai bisa mengurangi kecurangan data kependudukan.
(11) Keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
15.63%
masyarakat
beranggapan
bahwa
keamanan
menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang cukup tinggi, sebesar 46.88% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat sedang, sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan masyarakat di wilayah Bandung Timur, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menggunakan e-KTP dianggap cukup aman untuk berbagai keperluan.
(12) Sistem e-KTP memberi peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. Sebesar
31.25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sisteme-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang tinggi, sebesar 37.50% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk
72
menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sedang, sebesar 25.0% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas di wilayah Bandung Timur, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistem e-KTP cukup memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas.
4.4.4. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Utara (1) Kemudahan membuat e-KTP. Sebesar 34.38% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat mudah, sebesar 28.13% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat cukup mudah, dan sebesar 18.75% respon beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat tidak mudah, sisanya sebesar 12.50% dan sisanya sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat sangat tidak mudah dan sangat mudah. Dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Utara, mayoritas dari masyarakatberanggapan bahwa dalam proses pembuatan e-KTP masih dapat dikategorikan dalam kategori mudah.
73
(2) Intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 50% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan eKTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat tidak sering, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat tidak sering, dan sebesar 18.75% masyarakat beranggapan bahwa intesitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup sering. Sisanya, sebesar 6.25%
dan
3.13%
masyarakat
beranggapan
bahwa
intensitas
penggunaan e-KTP untuk tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat sering dan sering. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah
Bandung
Utara
intensitas
penggunaan
e-KTP
untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat tidak sering.
(3) Kemudahan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 40.63% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan dalam menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup mudah, sebesar 31.25% beranggapan masih berada pada tingkat tidak mudah, sebesar 15.63% beranggapan masih berada pada tingkat sangat tidak mudah, sedangkan sebesar 9.38% beranggapan berada pada tingkat mudah, dan sisanya sebesar 3.13% beranggapan berada pada tingkat sangat mudah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung utara kemudahan menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atauu pekerjaan masih berada pada tingkat cukup mudah.
(4) Keyakinan bahwa menggunakan e-KTP memperlancar tugas atau pekerjaan
74
Sebesar 40.63% masyarakat memiliki keyakinan bahwa dengan menggunakan e-KTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan dalam tingkat rata-rata.Sebesar 31.25% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rendah, sebesar 15.64% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 9.38% masyarakat memiliki keyakinan pada tingkat sangat rendah, dan sisanya sebesar 3.13% memiliki keyakinan pada tingkat sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung utara keyakinan masyarakat terhadap penggunaan e-KTP untuk memperlancar tugas atau pekerjaan berada pada tingkat rata-rata.
(5) Kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP. Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat sangat tidak sulit, sebesar 6.25% beranggapan berada pada tingkat tidak sulit, sebesar 62.5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup sulit, sebesar 18.75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak sulit, dan sisanya sebesar 9.38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tidak sulit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung utara kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat cukup sulit.
(6) Kesenangan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar 12.5% masyarakat beranggapan bahwa kesenangan masyarakat menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat sangat tidak senang, sebesar 18.75% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang, sebesar 43.75% masyarakat beranggapan
75
berada pada tingkat cukup senang, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan berada pada tingkat senang, dan sisanya sebesar3.13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat senang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah BandungUtara kesenangan masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat cukup senang.
(7) Kekhawatiran menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
9.38%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk beragai keperluan berada pada tingkat sangat rendah, sebesar 28.13% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah, sebesar 40.63% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 9.38% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tinggi, dan sisanya sebesar 12.5% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
BandungUtara
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat rata-rata.
(8) Kepercayaan pada e-KTP. Sebesar 9.38% masyarakat memiliki kepercayaan pada e-KTP pada tingkat sangat rendah, sebesar 21.88% berada pada tingkat kepercayaan rendah, sebesar 25% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan ratarata, sebesar 34.38% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan tinggi, dan sisanya sebesar 9.38% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan sangat tinggi pada e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung utara kepercayaan pada e-KTP berada pada tingkat tinggi.
76
(9) Sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya. Sebesar 9.38% masyarakat memiliki kepercayaan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sangat rendah, sebesar 25% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat rendah, sebesar 25% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat sedang, sebesar 37.5% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat tinggi, dan sisanya sebesar 3.13% masyarakat memiliki kepercayaan berada pada tingkat sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung utara masyarakat memiliki kpercayaan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat tinggi.
(10) Sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan. Sebesar 28.13% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat sangat tinggi, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang tinggi, sebesar 18.875% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sedang, dan sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam sisteme-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di wilayah Bandung utara, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sisteme-KTP sangat bisa mengurangi kecurangan data kependudukan.
77
(11) Keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
15.63%
masyarakat
beranggapan
bahwa
keamanan
menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 31.25% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang cukup tinggi, sebesar 28.13% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat sedang, sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan masyarakat di wilayah Bandung utara, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menggunakan e-KTP dianggap sangataman untuk berbagai keperluan.
(12) Sistem e-KTP memberi peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. Sebesar
9.38%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sisteme-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang tinggi, sebesar 46.88% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sedang, sebesar 12.50% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada
78
ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas di wilayah BandungUtara,
mayoritas
dari
masyarakat
beranggapan
bahwa
masyarakat menganggap sistem e-KTP cukup memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas.
4.4.5. Persepsi Masyarakat Tentang Kemudahan Menggunakan Wilayah Bandung Barat
e-KTP
(1) Kemudahan membuat e-KTP. Sebesar 21,43% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat mudah, sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat cukup mudah, dan sebesar 25% respon beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat tidak mudah, sisanya sebesar 17,86% dan 10,71% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan membuat e-KTP berada pada tingkat sangat tidak mudah dan sangat mudah. Dapat disimpulkan bahwa pada wilayah BandungBarat, mayoritas dari masyarakatberanggapan bahwa dalam proses pembuatan e-KTP masih dapat dikategorikan dalam kategori mudah.
(2) Intensitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa intensitas menggunakan eKTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat tidak sering, sebesar 17,86% masyarakat beranggapan bahwa intensitas
79
menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat tidak sering, dan sebesar 21,43% masyarakat beranggapan bahwa intesitas menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup sering. Sisanya, sebesar 3,571% dan 32.14% masyarakat beranggapan bahwa intensitas penggunaan e-KTP untuk tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sangat sering dan sering. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah
Bandung
Barat
intensitas
penggunaan
e-KTP
untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat sering.
(3) Kemudahan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Sebesar 32,14% masyarakat beranggapan bahwa kemudahan dalam menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan berada pada tingkat cukup mudah, sebesar 31.25% beranggapan masih berada pada tingkat tidak mudah, sebesar 10,71% beranggapan masih berada pada tingkat sangat tidak mudah, sedangkan sebesar 14,29% beranggapan berada pada tingkat mudah, dan sisanya sebesar 14,29% beranggapan berada pada tingkat sangat mudah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
Bandung
Barat
kemudahan
menggunakan e-KTP untuk menyelesaikan tugas atauu pekerjaan masih berada pada tingkat cukup mudah.
(4) Keyakinan bahwa menggunakan e-KTP memperlancar tugas atau pekerjaan Sebesar 28,57% masyarakat memiliki keyakinan bahwa dengan menggunakan e-KTP dapat memperlancar tugas atau pekerjaan dalam tingkat rata-rata. Sebesar 17,86% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rendah, sebesar 28,57% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 14,29% masyarakat
80
memiliki keyakinan pada tingkat sangat rendah, dan sisanya sebesar 10,71% memiliki keyakinan pada tingkat sangat tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah BandungBarat keyakinan masyarakat terhadap penggunaan e-KTP untuk memperlancar tugas atau pekerjaan berada pada tingkat rendah dan sedang.
(5) Kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP. Sebesar 28,57% masyarakat beranggapan bahwa kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan ktp berada pada tingkat sulit, sebesar 42,68% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup sulit, sebesar 14,29% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak sulit, dan sisanya sebesar 14,29% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tidak sulit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat kesulitan dalam memanfaatkan e-KTP untuk keperluan berbagai aktivitas yang membutuhkan KTP berada pada tingkat cukup sulit.
(6) Kesenangan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
17,86%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kesenangan
masyarakat menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat sangat senang, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan berada pada tingkat senang, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan berada pada tingkat cukup senang, sebesar 21.43% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tidak senang, dan sisanya sebesar 3.571% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat tidak senang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat kesenangan masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat cukup senang dan senang.
81
(7) Kekhawatiran menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
10,71%
masyarakat
beranggapan
bahwa
kekhawatiran
masyarakat dalam menggunakane-KTP untuk beragai keperluan berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 14,29% masyarakat beranggapan berada pada tingkat tinggi, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan berada pada tingkat rendah, dan sisanya sebesar 17,86% masyarakat beranggapan berada pada tingkat sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat kekhawatiran masyarakat dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada pada tingkat rendah dan rata-rata.
(8) Kepercayaan pada e-KTP. Sebesar 28,57% masyarakat memiliki kepercayaan pada e-KTP pada tingkat sangat tinggi, sebesar 17,86% berada pada tingkat kepercayaan tinggi, sebesar 8 orang ata 28,57% berada pada tingkat kepercayaan rata-rata, sebesar 21,43% berada pada tingkat kepercayaan rendah, dan sisanya sebesar 3,571% masyarakat berada pada tingkat kepercayaan sangat rendah pada e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat kepercayaan pada e-KTP berada pada tingkat rata-rata dan sangat tinggi.
(9) Sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya. Sebesar 17,86% masyarakatmemiliki keyakinan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat sangat tinggi, sebesar 25% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat tinggi, sebesar 46,43% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat rata-rata, sebesar 3,571% masyarakat memiliki keyakinan
82
berada pada tingkat rendah, dan sisanya sebesar 7,143% masyarakat memiliki keyakinan berada pada tingkat sangat rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat masyarakat memiliki keyakinan bahwa sistem e-KTP merupakan bentuk layanan publik yang terpercaya berada pada tingkat rata-rata.
(10) Sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan. Sebesar 28,57% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat sangat tinggi, sebesar 42,86% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang tinggi, sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sedang, dan sebesar 14,29% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam sisteme-KTP mengurangi kecurangan data kependudukan di wilayah BandungBarat, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menganggap sistem e-KTP bisa mengurangi kecurangan data kependudukan.
(11) Keamanan menggunakan E-KTP untuk berbagai keperluan. Sebesar
17,86%
masyarakat
beranggapan
bahwa
keamanan
menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 32,14% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang cukup tinggi, sebesar 32,14% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada
83
ditingkat yang sangat sedang, sebesar 14,29% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 3,571% masyarakat beranggapan bahwa keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan berada ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam keamanan menggunakan e-KTP untuk berbagai keperluan masyarakat di wilayah Bandung Barat, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat menggunakan e-KTP dianggap aman untuk berbagai keperluan.
(12) Sistem e-KTP memberi peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas. Sebesar14,29%
masyarakat
beranggapan
bahwa
sisteme-KTP
memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat tinggi, sebesar 32,14% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang tinggi, sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sedang, sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang rendah, sisanya sebesar 3,571% masyarakat beranggapan bahwa sisteme-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas berada ditingkat yang sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas di wilayah Bandung Barat, mayoritas dari masyarakat beranggapan bahwa masyarakat
84
menganggap sistem e-KTP memberikan peluang pengguna untuk menikmati manfaat e-KTP yang lebih luas.
4.5.
Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan eKTP
4.5.1. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Selatan (1) e-KTP sudah layak digunakan secara luas seperti yang ditunjukan saat ini Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat layak, sebesar 15.63% beranggapan layak, sebesar 40.63% masyarakat beranggapan cukup layak, dan sebesar 9.38% respon beranggapan belum layak, dan sebesar 9.38% masyarakat beranggapan sangat belum layak. Kesimpulannya sebagian besar masyarakat beranggapan penggunaan e-KTP cukup layak digunakan.
(2) Ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP Sebesar 31.25% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP, sebesar 43.75%% beranggapan cukup mendukung, sebesar 12.50% beranggapan tidak mendukung, dan sebesar 6.25% beranggapan sangat tidak mendukung. Kesimpulannya masyarakat beranggapan ketersediaan informasi data cukup mendukung performansi sistem e-KTP.
(3) Ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan medorong pengguna dalam menggunakan e-KTP Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan sangat mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP, sebesar 34.38% beranggapan akan mendorong, sebesar 43.75% beranggapan cukup mendorong, dan sebesar 6.25%
85
beranggapan
tidak mendorong, sisanya sebesar 6.25% beranggapan
sangat tidak mendorong. Dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat beranggapan ketersediaan layanan birokrasi yang memadai cukup mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP.
(4) Portal sistem e-KTP dapat diakses dengan mudah Sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa sistem e-KTP dapat diakses dengan mudah, sebesar 28.13% respon beranggapan
cukup
mudah, sebesar 34.38% beranggapan tidak mudah, sisanya sebesar 15.63% beranggapan sangat tidak mudah. Kesimpulannya masyarakat beranggapan kemudahan dalam mengakses portal sistem E-KTP masih tidak mudah.
(5) Sebagai bagian dari masyarakat modern anda ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang sebaguna Sebesar 53.13% masyarakat beranggapan bahwa mereka sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna pada, sebesar 12.5% masyarakat beranggapan ingin, sebesar 15.63% respon beranggapan cukup
ingin,
dan
sebesar
12.5%
beranggapan
tidak
ingin.
Kesimpulannya masyarakat beranggapan sangat ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang serbaguna.
(6) e-KTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini Sebesar 12.5% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sudah sangat menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini, sebesar 43.75% masyarakat beranggapan sudah menjadi kebutuhan, sebesar 25% respon beranggapan cukup menjadi kebutuhan, dan sebesar 12.5% beranggapan
86
belum menjadi kebutuhan. Kesimpulannya masyarakat beranggapan eKTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini.
4.5.2. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Tengah (1) e-KTP sudah layak digunakan secara luas seperti yang ditunjukan saat ini Sebesar 12.50% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sangat layak, sebesar 18.75% beranggapan layak, sebesar 28.13% beranggapan cukup layak, sebesar 18.75% beranggapan belum layak, dan
sebesar 12.50% masyarakat beranggapan sangat belum layak.
Kesimpulannya masyarakat pada wilayah bandung tengah beranggapan penggunaan e-KTP sudah cukup layak.
(2) Ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan informasi data sangat
mendukung performansi sistem e-KTP, sebesar 25%
beranggapan
mendukung,
sebesar
8.13%
beranggapan
cukup
mendukung, sebesar 25% beranggapan tidak mendukung, dan sebesar 9.38% beranggapan s
angat tidak mendukung. Kesimpulannya
masyarakat masih beranggapan ketersediaan informasi data dinilai cukup mendukung performansi sistem e-KTP.
(3) Ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan medorong pengguna dalam menggunakan e-KTP Sebesar 15.63% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan sangat mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP, sebesar 25%
beranggapan akan mendorong,
87
sebesar 25% beranggapan cukup mendorong, sebesar 21.88% beranggapan tidak mendorong, dan sebesar 3.13% beranggapan sangat tidak mendorong. Kesimpulannya masyarakat beranggapan ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan cukup mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP.
(4) Portal sistem e-KTP dapat diakses dengan mudah Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa portal sistem e-KTP dapat diakses dengan sangat mudah, sebesar 3.13% beranggapan mudah, sebesar 28.13% beranggapan cukup mudah, sebesar 37.5% beranggapan tidak mudah, dan sebesar 15.63% beranggapan sangat tidak mudah. Kesimpulannya masyarakat beranggapan kemudahan dalam mengakses portal sistem e-KTP masih tidak mudah
(5) Sebagai bagian dari masyarakat modern anda ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang sebaguna Sebesar 37.50% masyarakat beranggapan bahwa mereka sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna, sebesar 18.75% beranggapan ingin, sebesar 21.88% beranggapan cukup ingin, sebesar 6.25% beranggapan tidak ingin, dan sebesar 6.25% beranggapan sangat tidak ingin. Kesimpulannya masyarakat beranggapan sebagai bagian dari modern masyarakat sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna.
(6) e-KTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini Sebesar 25% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sudah sangat menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini, sebesar 21.88% masyarakat beranggapan sudah menjadi kebutuhan, sebesar 21.88% respon beranggapan cukup menjadi kebutuhan, sebesar
18.75%
88
beranggapan belum menjadi kebutuhan, dan sebesar 3.13% beranggapan sangat belum menjadi. Kesimpulannya masyarakat pada wilayah bandung tengah beranggapan e-KTP sudah sangat menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini.
4.5.3. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Timur (1) e-KTP sudah layak digunakan secara luas seperti yang ditunjukan saat ini Sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sudah sangat layak, sebesar 25% beranggapan
layak, sebesar 28.13%
beranggapan cukup layak, sebesar 9.38% beranggapan belum layak, dan sebesar
28.13%
masyarakat
beranggapan
sangat
tidak
belum.
Kesimpulannya masyarakat menilai penggunaan e-KTP saat ini masih cukup sampai sangat belumlayak.
(2)Ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP Sebesar 2 orang atau 6.25% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP sangat mendukung, sebesar 5 orang atau 15.63% beranggapan pada tingkat mendukung, sebesar 14 orang atau 43.75% beranggapan pada tingkat cukup mendukung, dan sebesar 6 orang atau 18.75% beranggapan pada tingkat tidak mendukung, sisanya sebesar 5 orang atau 15.63% beranggapan pada tingkat sangat tidak mendukung. Kesimpulannya masyarakat masih beranggapan ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP pada tingkat cukup mendukung.
89
(3)Ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan medorong pengguna dalam menggunakan e-KTP Sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP, sebesar 46.88% beranggapan cukup mendorong, sebesar 18.75% beranggapan tidak mendorong, sebesar 12.50% beranggapan sangat tidak mendorong. Kesimpulannya masyarakat masih beranggapan ketersediaan layanan birokrasi yang memadai cukup mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP.
(4)Portal sistem e-KTP dapat diakses dengan mudah Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa portal sistem e-KTP dapat diakses dengan sangat mudah, sebesar 18.75% beranggapan mudah, sebesar 40.63% beranggapan cukup mudah, sebesar 21.88% beranggapan tidak mudah, dan sebesar 15.63% beranggapan sangat tidak mudah. Kesimpulannya masyarakat beranggapan kemudahan dalam mengakses portal sistem e-KTP masih pada tingkat cukup mudah.
(5)Sebagai bagian dari masyarakat modern anda ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang serbaguna Sebesar 21.88% masyarakat beranggapan bahwa mereka sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna, sebesar 9.38% masyarakat beranggapan ingin, sebesar 43.75% beranggapan
cukup
ingin, sebesar 18.75% beranggapan tidak ingin, dan sebesar 6.25% beranggapan sangat tidak ingin. Kesimpulannya masyarakat beranggapan sebagai bagian dari masyarakat modern mereka cukup ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna.
90
(6)e-KTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini Sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sudah sangat menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini, sebesar 18.75% masyarakat beranggapan sudah menjadi kebutuhan, sebesar 37.50% beranggapan cukup menjadi kebutuhan, sebesar 18.75% beranggapan belum menjadi kebutuhan, dan sebesar 15.63% beranggapan sangat belum menjadi kebutuhan. Kesimpulannya masyarakat beranggapan eKTP sudah cukup menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini.
4.5.4. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan e-KTP Wilayah Bandung Utara (1) e-KTP sudah layak digunakan secara luas seperti yang ditunjukan saat ini Sebesar 12.50% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan e-KTP sudah layak, sebesar 31.25% beranggapan cukup layak, sebesar 40.53% beranggapan belum layak, sebesar 15.63% masyarakat beranggapan sangat belum layak. Kesimpulannya masyarakat beranggapan kelayakan penggunaan e-KTP yang ditunjukkan saat ini masih belum layak.
(2) Ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem eKTP Sebesar 9.38% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan informasi data sangat mendukung performansi sistem e-ktp, sebesar 3.13% beranggapan
mendukung,
sebesar
31.25%
beranggapan
cukup
mendukung, sebesar 34.48% beranggapan tidak mendukung, dan sebesar
21.88%%
beranggapan
sangat
tidak
mendukung.
Kesimpulannya masyarakat masih beranggapan ketersediaan informasi data masih tidak mendukung performansi sistem e-ktp.
91
(3) Ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP Sebesar 28.13% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan layanan birokrasi
yang
memadai
akan
mendorong
pengguna
dalam
menggunakan e-KTP, sebesar 25.00% beranggapan cukup mendorong, sebesar 28.13% beranggapan tidak mendorong, dan sebesar 18.75%% beranggapan
pada
tingkat
sangat
sangat
tidak
mendorong.
Kesimpulannya masyarakan beranggapan bahwa ketesediaan layanan birokrasi yang memadai akan cukup mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP.
(4) Portal sistem e-ktp dapat diakses dengan mudah Sebesar 3.13% masyarakat beranggapan bahwa portal sistem e-ktp dapat diakses dengan sangat mudah, sebesar 9.38% masyarakat beranggapan mudah, sebesar 31.25% beranggapan cukup mudah, sebesar 37.5% beranggapan tidak mudah, dan sebesar 18.75% beranggapan sangat tidak mudah. Kesimpulannya masyarakat beranggapan kemudahan dalam mengakses portal sistem e-ktp masih tidak mudah.
(5) Sebagai bagian dari masyarakat modern anda ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang sebaguna Sebesar 18.75% masyarakat beranggapan bahwa mereka sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna, sebesar 34.38% masyarakat beranggapan ingin, sebesar 21.88% beranggapan ingin, sebesar 12.5% beranggapan tidak ingin, dan sebesar 12.5% beranggapan sangat tidak ingin. Kesimpulannya masyarakat beranggapan ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna.
92
(6) e-KTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini Sebesar 6.25% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sudah sangat menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini, sebesar 25.00% masyarakat beranggapan sudah menjadi kebutuhan, sebesar 28.13% beranggapan cukup menjadi kebutuhan, sebesar 21.88% beranggapan belum menjadi kebutuhan, dan sebesar 18.75% beranggapan sangat belum menjadi kebutuhan. Kesimpulannya masyarakat beranggapan eKTP sudah cukup menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini.
4.5.5. Persepsi Masyarakat terhadap Kemauan untuk Menggunakan eKTP Wilayah Bandung Barat (1) e-KTP sudah layak digunakan secara luas seperti yang ditunjukan saat ini Sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa penggunaan E-KTP sudah sangat layak, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan sudah layak, sebesar 32,14% masyarakat beranggapan
beranggapan
beranggapan sangat
belum
tidak
cukup layak, sebesar 25%
layak,
layak.
dan
sebesar
Kesimpulannya
7,143%
masyarakat
beranggapan penggunaan e-KTP yang ditunjukkan saat ini sudah cukup layak .
(2) Ketersediaan informasi data mendukung performansi sistem e-KTP Sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan informasi data sangat mendukung performansi sistem e-KTP, sebesar 32.14% beranggapan
mendukung, sebesar 32,14% beranggapan cukup
mendukung, sebesar 21,43% beranggapan tidak mendukung, dan sebesar 7,143% beranggapan sangat tidak mendukung. Kesimpulannya
93
masyarakat beranggapan ketersediaan informasi data cukup mendukung performansi sistem e-KTP.
(3) Ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan medorong pengguna dalam menggunakan e-KTP Sebesar 10,71% masyarakat beranggapan bahwa ketersediaan layanan birokrasi yang memadai akan sangat mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP, sebesar 28,57% beranggapan akan mendorong, sebesar 35,71% beranggapan cukup mendorong, sebesar
17,86%
beranggapan tidak mendorong, dan sebesar 7,143% beranggapan sangat tidak mendorong. Kesimpulannya masyarakat beranggapan layanan birokrasi yang memadai akan cukup mendorong pengguna dalam menggunakan e-KTP.
(4) Portal sistem e-KTP dapat diakses dengan mudah Sebesar 10,71% masyarakat beranggapan bahwa portal sistem e-KTP dapat diakses dengan sangat mudah, sebesar 21,43% masyarakat beranggapan mudah, sebesar 35,71% beranggapan cukup mudah, sebesar 25% beranggapan tidak mudah, dan sebesar 7,143% beranggapan
sangat
tidak
mudah.
Kesimpulannya
masyarakat
beranggapan kemudahan dalam mengakses portal sistem e-KTP berada dalam tingkat cukup mudah.
(5) Sebagai bagian dari masyarakat modern anda ingin menjadikan eKTP sebagai kartu yang sebaguna Sebesar 7,143% masyarakat beranggapan bahwa mereka sangat ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna, sebesar 42,86% masyarakat beranggapan ingin, sebesar 17,86% beranggapan cukup ingin, sebesar 25% beranggapan tidak ingin, dan sebesar 7,143%
94
beranggapan sangat tidak ingin. Kesimpulannya sebagai bagian dari masyarakat moderen mereka ingin menjadikan e-KTP sebagai kartu yang serbaguna.
(6) e-KTP sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini Sebesar 14,29% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern saat ini, sebesar 28,57% masyarakat beranggapan sudah menjadi kebutuhan, sebesar 39,29% beranggapan sudah cukup menjadi kebutuhan, dan sebesar 17,86% beranggapan belum menjadi kebutuhan. Kesimpulannya masyarakat beranggapan e-KTP sudah cukup menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern.
4.6.
Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP Secara umum masyarakat di Kota Bandung belum memiliki kepastian dalam
menggunakan e-KTP. Hal ini dilihat dari masih rendahnya aktivitas sehari-hari yang mempersyaratkan pengguanan e-KTP di masyarakat. Penggunaan e-KTP masih sebatas informasi mengenai identitas kependudukan. Selain itu tidak adanya infrastruktur dan sistem yang menunjang mengenai e-KTP, menjadikan masyarakat memiliki keterbatasan informasi mengenai penggunaan e-KTP. Hal ini yang mengakibatkan penggunaan e-KTP tidak jauh berbeda dengan KTP Konvensional. Meskipun demikian ada sedikit perbedaan antara wilayah satu dengan lainnya dalam hal kepastian dalam menggunakan e-KTP. Gambaran secara lebih detail dari setiap wilayah tentang persepsi masyarakat dalam kepastian menggunakan e-KTP dapat dijelaskan sebagai berikut:
95
4.6.1. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Selatan (1) e-KTP dapat digunakan untuk beragai keperluan secara memadai Sebanyak 6.25% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 28.13% masyarakat beranggapan bahwa e_KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 53.13% masyarakat beranggapan bahwa eKTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, dan 9.38% masyarakat beranggapan bahwa e_KTP kurang dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai. Sehingga dapat dikatakan
bahwa
masyarakat
pada
wilayah
Bandung
Selatan
beranggapan bahwa e-KTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai.
(2) Dukungan
infrastruktur
sistem
e-KTP
akan
mendorong
penggunaan e-KTP Sebanyak
6.25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
dukungan
infrastruktur sistem E-KTP sangat mendorong penggunaan e-KTP, 56.25% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur dapat mendorong
penggunaan
e-KTP,
sebanyak
28.13%
masyarakat
beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan e-KTP, dan sebanyak 3.13% masyarakat bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP kurang mendorong prnggunaan eKTP. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Selatan dukungan infrastruktur sistem e-KTP dianggap dapat mendorong penggunaan e-KTP.
96
(3) Pelayanan
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran menggunakan e-KTP Sebanyak 9.38% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pegguna (customer service) sangat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, sebanyak 56.25% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, sebanyak 25% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP, dan 3.13% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang membantu kelancaran menggunakan e-KTP. Mayoritas dari masyarakat pada wilayah Bandung Selatan beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP.
4.6.2. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Tengah (1) e-KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai Sebanyak 9.38% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat dapat digunakan
untuk
berbagai
keperluan
secara
memadai,
21.88%
masyarakat beranggapan bahwa e_KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 31.25% masyarakat beranggapan bahwa eKTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 25% masyarakat beranggapan bahwa e_KTP kurang dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, dan 3.13% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pada wilayah Bandung Tengah beranggapan bahwa e-KTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai.
97
(2) Dukungan
infrastruktur
sistem
E-KTP
akan
mendorong
penggunaan E-KTP Sebanyak
21.88%
masyarakat
beranggapan
bahwa
dukungan
infrastruktur sistem E-KTP sangat mendorong penggunaan e-KTP, 12.5% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur dapat mendorong
penggunaan
e-KTP,
sebanyak
34.38%
masyarakat
beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendotrong penggunaan e-KTP, 9.38% masyarakat bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP kurang mendorong penggunaan e-KTP, dan sebanyak 12.5% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur sistem e-KTP tidak mendorong pernggunaan e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
Bandung
Tengah
dukungan
infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan e-KTP.
(3) Pelayanan
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran menggunakan e-KTP Sebanyak 18.75% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pegguna (customer service) sangat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 21.88% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 21.88% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 12.50% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang membantu kelancaran menggunakan e-KTP, dan sebanyak 24.99% menganggap tidak membantu
kelancaran
menggunakan e-KTP..
Mayoritas dari masyarakat pada wilayah Bandung Tengah beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP.
98
4.6.3. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan e-KTP di Wilayah Bandung Timur (1) e-KTP dapat digunakan untuk beragai keperluan secara memadai Sebanyak 6.25% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 31.25% masyarakat beranggapan bahwa e_KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 34.38% masyarakat beranggapan bahwa eKTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 15.63% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP kurang dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, dan 12.5% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pada wilayah Bandung Timur beranggapan bahwa e-KTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai.
(2) Dukungan
infrastruktur
sistem
e-KTP
akan
mendorong
penggunaan e-KTP Sebanyak
31.25%
masyarakat
beranggapan
bahwa
dukungan
infrastruktur sistem e-KTP sangat mendorong penggunaan e-KTP, 31.25% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur dapat mendorong
penggunaan
e-KTP,
sebanyak
34.38%
masyarakat
beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendotrong penggunaan e-KTP, 15.63% masyarakat bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP kurang mendorong penggunaan e-KTP, dan sebanyak 9.38% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur sistem e-KTP tidak mendorong penggunaan e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
pada
wilayah
Bandung
Timur
dukungan
infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan e-KTP.
99
(3) Pelayanan
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran menggunakan e-KTP Sebanyak 12.5% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pegguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 28.13% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 15.63% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang membantu kelancaran menggunakan e-KTP, dan 12.50% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) tidak membantu kelancaran menggunakan e-KTP. Mayoritas dari masyarakat pada wilayah Bandung Timur beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP.
4.6.4. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan E-KTP di Wilayah Bandung Utara (1) E-ktp dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai Sebanyak 3.13% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 34.38% masyarakat beranggapan bahwa e_KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 31.25% masyarakat beranggapan bahwa eKTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 21.88% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP kurang dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, dan 9.38% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pada wilayah Bandung Utara beranggapan bahwa e-KTP dapat digunakan untuuk berbagai keperluan secara memadai.
100
(2) Dukungan infrastruktur sistem e-ktp akan mendorong penggunaan e-ktp Sebanyak
12.5%
masyarakat
beranggapan
bahwa
dukungan
infrastruktur sistem E-KTP sangat mendorong penggunaan e-KTP, 25% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur dapat mendorong penggunaan e-KTP, sebanyak 25% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan eKTP, 25% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP kurang mendorong penggunaan e-KTP, dan sebanyak 9.38% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur sistem eKTP tidak mendorong penggunaan e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Utara dukungan infrastruktur sistem eKTP kurang mendorong penggunaan e-KTP.
(3) Pelayanan
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran menggunakan e-ktp Sebanyak 12.5% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pegguna (customer service) sangat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 34.38% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 18.75% beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 18.75% masyarakat beranggapan membantu
bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang kelancaran
menggunakan
e-KTP,
sebanyak
12.50%
masyarakat berangapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang membantu kelancaran menggunakan e-KTP, dan 12.50% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) tidak membantu kelancaran menggunakan e-KTP. Mayoritas dari masyarakat pada wilayah Bandung Utara beranggapan bahwa pelayanan
101
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran
menggunakan e-KTP.
4.6.5. Persepsi Masyarakat terhadap Kepastian Menggunakan E-KTP di Wilayah Bandung Barat (1) E-KTP dapat digunakan untuk beragai keperluan secara memadai Sebanyak 7.143% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP sangat dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 14.29% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 53.57% masyarakat beranggapan bahwa eKTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, 17.86% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP kurang dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai, dan 7.143% masyarakat beranggapan bahwa e-KTP tidak dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai. Sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat pada wilayah Bandung Barat beranggapan bahwa e-KTP cukup dapat digunakan untuk berbagai keperluan secara memadai.
(2) Dukungan
infrastruktur
sistem
E-KTPakan
mendorong
penggunaan E-KTP Sebanyak
3.571%
masyarakat
beranggapan
bahwa
dukungan
infrastruktur sistem E-KTP sangat mendorong penggunaan e-KTP, 17.86% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastuktur dapat mendorong
penggunaan
e-KTP,
sebanyak
53.57%
masyarakat
beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan e-KTP, 14.29% masyarakat beranggapan bahwa dukungan infrastruktur sistem e-KTP kurang
mendorong
penggunaan e-KTP, dan sebanyak 10.71% masyarakat beranggapan
102
bahwa
dukungan
infrastuktur
sistem
e-KTP
tidak
mendorong
penggunaan e-KTP. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada wilayah Bandung Barat dukungan infrastruktur sistem e-KTP cukup mendorong penggunaan e-KTP. (3) Pelayanan
pengguna
(customer
service)
dapat
membantu
kelancaran menggunakan E-KTP Sebanyak 17.86% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pegguna (customer service) sangat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 17.86% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) dapat membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 46.43% beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP, 10.71% masyarakat beranggapan
bahwa pelayanan pengguna (customer service) kurang
membantu kelancaran menggunakan e-KTP, dan 7.143% masyarakat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) tidak membantu kelancaran menggunakan e-KTP. Mayoritas dari masyarakat pada wilayah Bandung Barat beranggapan bahwa pelayanan pengguna (customer service) cukup membantu kelancaran menggunakan e-KTP.
103
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.2. Simpulan 1. Kajian penerimaan masyarakat atas pemberlakuan e-KTP di Kota Bandung ini pada intinya ingin mengukur persepsi masyarakat atas pemberlakuan e-KTP dengan menggunakan technology acceptance model (TAM). Pengukuran persepsi
penerimaan
masyarakat
dengan
menggunakan
TAM
ini
menggunakan 4 dimensi yaitu: (1) kemanfaatan e-KTP; (ii) kemudahan pembuatan dan penggunaan e-KTP; (iii) kemauan untuk menggunakan e-KTP dan ; (iv) kepastian dalam menggunakan e-KTP untuk berbagai aktivitas. 2. Hasil penelitian menunjukkan secara umum persepsi masyarakat terhadap kemanfaatan e-KTP cukup bermanfaat bahkan cenderung sudah mampu memberikan kemanfaatan yang baik. Beberapa hal yang menunjukkan akan manfaat diberlakukannya e-KTP adalah masyarat merasakan semakin mudahnya menikmati layanan publik, meningkatkan citra seseorang yang memilikinya serta tampilan dari e-KTP yang lebih baik dari KTP Konvensional. Meskipun demikian ditinjau dari indikator lainnya seperti informasi tentang e-KTP yang dapat diakses, penyediaan portal informasi eKTP yang masih terbatas, memberikan gambaran masih perlunya perbaikan dan pengebangan pemberlakuan e-KTP di Kota Bandung. 3. Persepsi masyarakat terhadap kemudahan untuk mendapatkan dan menggunakan e-KTP di kota Bandung dirasakan cukup mudah. Kemudahan eKTP juga dirasakan oleh masyarakat karena telah memberikan kemudahan dalam hal membantu memperlancar aktivitas masyarakat terutama untuk mendapatkan layanan publik. Hanya tingkat ketidakkepercayaan masyarakat terhadap e-KTP juga masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan masih banyak
104
nya instansi-instansi lain yang mempersyaratkan identitas lain selain e_KTP dalam memberikan jasa pelayanannya. Harusnya e-KTP merupakan identitas masyarakat yang sudah dipercaya kebernarannya. 4. Persepsi masyarakat terhadap kemauan untuk menggunakan e-KTP dalam berbagai aktivitasnya di Kota Bandung berada dalam kategori cukup memiliki kemauan. Masyarakat juga sudah merasakan akan cukupnya ketersediaan informasi atau data dan ketersediaan layanan birokrasi yang memadai dalam menunjang penggunaan e-KTP. Beberapa hal yang masih dirasa belum mendukung untuk menumbuhkan kemauan masyarakat dalam menggunakan e-KTP adalah pemahaman layak tidaknya e_KTP dipergunakan secara luas dan bisa dipergunakan untuk berbagai kepentingan atau kartu serbaguna. 5. Persepsi masyarakat terhadap kepastian untuk menggunakan e-KTP dalam berbagai aktivitas secara umum bisa memberi kepastian. Ini disebabkan masyarakat cukup meyakini bahwa ada dukungan infrastruktur sistem e-KTP yang cukup memadai, customer service yang cukup mudah untuk di datangi dan yang penting lagi masyarakat juga memiliki kepastian bahwa e-KTP dapat dipergunakan secara memadai untuk berbagai keperluan. Meskipun demikian fakta dilapangan juga masih dirasakan bahwa cukup lamanya pembuatan eKTP, dan prosedur yang cukup panjang juga karena belum di dukung oleh infrastruktur yang cukup baik terutama di wilayah kecamatan-kecamatan tertentu seperti Bandung Selatan.
5.2 Saran 1. Saran Bagi Pemerintah penyelenggara jasa pembuatan E-KTP (1) Karena pada umumnya masyarakat belum merasakan betul manfaat dari e-KTP, maka hendaknya sosialisasi tentang e-KTP dan manfaatnya lebih
105
disosialisasikan lagi, tertama untuk wilayah Bandung selatan dan Bandung Timur. (2) Masih cukup tingginya persepsi masyarakat tentang tidak mudahnya untuk mendapatkan e-KTP, memberikan gambaran bahwa masyarakat masih merasakan kesulitan dalam hal mendapatkan e-KTP. Dengan demikian pemerintah hendaknya melaksakan sosialisasi secara intensif baik langsung maupun melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan atau bentuk promosi lain yang bisa diterima, dibaca dan diakses dengan mudah oleh masyarakat. (3) Pada umumnya masyarakat Kota Bandung memiiki kemauan yang cukup dalam hal penggunaan e-KTP untuk berbagai kepentingan. Meskipun demikian agar kemauan masyarakat menggunakan e-KTP lebih meningkat atau lebih baik, maka perlunya kerjasama dengan lembagalembaga tertentu yang sering dipergunakan oleh masyarakat, untuk mensyaratkan e-KTP sebagai syarat untuk terpenuhinya suatu kegiatan tertentu. Dengan demikian ada motivasi yang tinggi dari masyarakat untuk memiliki, menggunakan serta memelihara e-KTP nya. (4) Kebijakan lain yang bisa dijajaki oleh pemerintah adalah tentang kegunaan dari e-KTP sendiri yang bisa dipergunakan untuk berbagai kepentingan atau keperluan sehingga menjadi kartu serba guna, selain sebagai identitas, juga sebagai kartu pegawai atau sebagai kartu ATM. Penggunaan kartu serba guna ini juga bisa memberikan isyarat bahwa eKTP bisa dan sudah layak digunakan secara luas. Untuk itu tentu pemerintah perlu mengkaji lebih jauh lagi tentang aplikasi dari e-KTP dan kerjasama yang terintegrasi dengan berbagai pihak agar e-KTP bisa menjadi kartu serbaguna.
106
(5) Secara umum masyarakat sudah cukup memahami
tentang kepastian
penggunanaan dari e-KTP, sehingga yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah
adalah
menumbuhkan
kesadaran
masyarakat
untuk
memelihara dan menjaga e-KTP agar tidak hilang dan terjaga dengan baik kondisi fisik kartu e-KTP nya.
2. Saran bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan penelitian ini, hendaknya menggunakan model lain yang lebih tepat untuk mengukur penerimaan e-KTP ini dengan indikator yang lebih tepat dan lebih komplit. Disamping itu tentu menambah jumlah ukuran sampel sehingga betul betul bisa mewakili masyarakat Kota Bandung, atau kota kota lainnya.
107
DAFTAR PUSTAKA
Davis, F.D. 1986. A technology acceptance model for empirically testing new end user information systems: theory and results," Doctoral dissertation, Sloan School of Management, Massachusetts Institute of Technology. Davis, F.D, Bagozzi. R.P. & Warshaw. P.R. 1989. User acceptance of computer technology: a comparison of two theoretical models, Management Science, 35, 982-1003. Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly. Gardner, C. & Amoroso. D.L. 2004. Development of an Instrument to Measure the Acceptance of Internet Technology by Consumers, Proceedings of the 37th Hawaii International Conference on System Sciences,USA. Malhotra, Yogesh dan. Galletta, Dennis F.1999, Extending the Technology Acceptance Model to Account for Social Influence: Theoretical Bases and Empirical Validation, Proceedings of the 32nd Hawaii International Conference on System Sciences, USA. Pikkarainen, et al. 2004. Consumer acceptance of online banking: an extension of the technology acceptance model Internet Research Volume 14 – Number 3 pp. 224-235 Schillewaert, Niels.et al. 2000. The Acceptance of Information Technology in the Sales Force. Business Research Center Working Paper. Publikasi Lainnya http://www.suwayuwo.com/2011/11/apa-itu-e-ktp-dan-bagaimana-caramembuatnya.html http://www.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/108 www.e-ktp.com/