Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR MELALUI CERITA RAKYAT1
Anwar Novianto2
ABSTRAK Era Globalisasi menimbulkan berbagai dampak disemua aspek kehidupan manusia. Untuk menanggulangi dampak negatif globalisasi perlu diajarkan sebuah pendidikan sejak dini, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Melalui pendidikan karakter bertujuan agar manusia dapat menetapkan apa yang salah dan apa yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk, serta dapat memahami aturan-aturan sosial yang berlaku. Untuk kalangan Sekolah Dasar, pendidikan karakter sangat perlu ditanamkan sedini mungkin. Salah satu cara menanamkannya dengan pembelajaran cerita rakyat yang dikaitkan dengan pendidikan karakter. Cerita rakyat sebagai sarana mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai dan amanat yang tidak disampaikan secara langsung, namun melalui alur cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh. Peserta didik diharapkan mengambil pesan atau amanat cerita serta merangsang imajinasinya mengenai cerita sehingga proses pendidikan berlangsung menyenangkan dan tidak terkesan menggurui. Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh dan belajar berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Anak Sekolah Dasar, Cerita Rakyat
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
37
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Era Globalisasi menimbulkan berbagai dampak di semua aspek kehidupan manusia. Untuk menanggulangi dampak negatif globalisasi perlu adanya peningkatan sumber daya manusia melalui pembentukan karakter bangsa sebagai bekal agar dapat bijaksana memilah dan tidak terpengaruh dampak negatif itu sendiri. Karakter merupakan salah satu modal utama yang ada dalam diri manusia yang dapat dijadikan salah satu solusi menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar. Karakter merupakan hal yang sangat penting, melalui karakter dapat menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Sebagaimana dinyatakan Muslich (2011: 71) karakter berkaitan dengan seorang yang bertingkah laku, jika seseorang bertingkah laku baik seperti suka menolong, jujur, menunjukkan karakter mulia dan ini berlaku pula sebaliknya. Hal senada diungkapkan Samani (2013: 40) yang menyatakan karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Lickona (2013: 85-100), komponen-komponen karakter yang baik adalah: moral knowing (pengetahuan moral) yang mengarah pada ranah kognitif individu, moral feeling (perasaan moral), dan moral acting (tindakan moral). Melalui ketiga komponen di atas dengan aspek komponennya masingmasing yang saling bekerjasama untuk saling mendukung dapat menciptakan karakter yang baik. Pembentukan karakter pada anak hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan cara pembiasaan agar anak dapat mempraktekkannya sehingga dapat terinternalisasi dalam kehidupan anak. Sekolah sebagai lingkungan kedua anak menjadi tempat terbentuknya karakter peserta didik yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari yang terbentuk dari lingkungan sosialnya. Sekolah memberi peluang bagi pendidikan karakter untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya yang positif dalam dunia pendidikan. Mustadi (2012:90) menyatakan pendidikan karakter adalah usaha sadar untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, yakni baik untuk individu perorangan maupun baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya David Elkind & Freddy Sweet (2004), menyatakan pendidikan karakter sebagai berikut: Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within. Pendidikan karakter merupakan upaya yang disengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Ketika kita
38
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak, jelas bahwa kita ingin mereka untuk dapat menilai apa yang benar, peduli tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Pendidikan karakter adalah upaya untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Pendidikan karakter bertujuan agar manusia dapat menentapkan apa yang salah dan apa yang benar, mana yang baik dan mana yang buruk, serta dapat memahami aturan-aturan sosial yang berlaku. Pendidikan hendaknya berimbang antara kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengembangan pendidikan karakter secara integratif efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan dapat dijadikan sebagai bekal anak menghadapi tantangan globalisasi. Pendidikan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh dimensi anak (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang harus dibentuk sejak usia dini agar menjadi bekal anak dalam kehidupan sehari-hari. Erikson dalam Papalia, dkk (2008: 370) yang mengatakan bahwa kesuksesan anak mengatasi konflik pada usia dini menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasa kelak. Pendidikan karakter di SD sangat berguna bagi peserta didik untuk bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari serta membekalinya untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter salah satunya dapat melalui pembelajaran sastra. Beragam materi yang dapat digunakan untuk pembelajaran sastra, diantaranya adalah pantun, syair, puisi, fiksi cerpen, novel, dongeng, cerita rakyat, dan sebagainya. Dampak globalisasi yang semakin mendominasi melalui perkembangan teknologi menjadikan anak-anak mendapatkan hiburan baik dalam bentuk cerita maupun film dari luar yang mengakibatkan anak melupakan khasanah kebudayaan lokalnya. Anak-anak lebih memilih ceritacerita ataupun film yang diterjemahkan dari luar negeri. Cerita-cerita tersebut misalnya Gadis Bertudung Merah (Red Riding Hood), Cinderella, Frozen, Si Cantik dan si Buruk Rupa (Beauty and the Beast), Heidy, Putri Salju (Snow White), Litlte Mermaid, Putri Tidur (Sleeping Beauty) dan lain sebagainya yang mengandung sangat sedikit nilai moral yang dapat membentuk karakter bangsa. Oleh sebab itu perlu adanya pelestarian kebudayaan lokal yang positif salah satunya caranya adalah dengan mengenalkan dan membiasakan anak untuk mendengar, dan membaca cerita-cerita rakyat yang ada di daerahnya. Cerita rakyat merupakan salah satu dari jenis karya sastra. Kiefer (2010:227) menyatakan “folktales have been defined as all forms of narrative, written or oral, which have come to be handed down throught the years” hal tersebut sejalan dengan Mustakim (2005: 53) yang menyatakan cerita rakyat merupakan cerita yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi lainnya yang tidak diketahui pengarangnya. Cerita rakyat sebagai sarana 39
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Cerita rakyat oleh Nurgiyantoro (2005: 23) disebut dongeng rakyat yang berfungsi untuk mengajarkan moral. Tokohnya bisa manusia, binatang, dan makhluk halus. Selanjutnya, Nurgiyantoro (2005: 187) mengatakan bahwa cerita rakyat sebagai bagian sastra berfungsi untuk mendukung perkembangan kedirian anak, baik yang menyangkut perkembangan aspek emosional, afektif, kognitif, imajinatif, perasan estetis, maupun perkembangan kebahasaan dan memberikan hiburan yang menyenangkan. Tomkins dan Hoskisson (1994: 221) menyebutkan lima komponen dalam cerita yaitu plot, setting, karakter, tema, dan sudut pandang. Plot merupakan urutan kejadian yang melibatkan karakter dalam situasi konflik. Karakter adalah orang-orang atau hewan yang dipersonifikasikan yang terlibat dalam cerita. Karakter bertujuan untuk melibatkan pembaca dalam pengalaman cerita. Melalui karakter penulis menyampaikan pesan tertentu sehingga dapat memudahkan untuk menyampaikan cerita kepada pembaca. Setting juga disebut pengaturan latar belakang. Dimensi dari setting adalah tempat cuaca periode waktu dan waktu. Cerita memilki unsur tema yang merupakan garis batas dari awal hingga akhir cerita. Sudut pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Pembelajaran sastra termsuk dalam hal ini cerita rakyat juga disesuaikan dengan perkembangan anak. Semakin tinggi tingkat perkembangan anak, semakin kompleks baik dalam cerita, konflik, diksi, panjang cerita, dan sebagainya. Beberapa karakter tokoh yang dikemas dalam cerita rakyat sejalan dengan hakikat pendidikan berbasis karakter. Haryadi (2014) menyatakan ketika seseorang membaca, mendengarkan, atau menonton pikiran dan perasaan diasah. Mereka harus memahami karya karya sastra secara kritis dan komprehensif, menangkap tema dan amanat yang terdapat di dalamnya dan memanfaatkannya. Bersamaan dengan kerja pikiran itu, kepekaan perasaan diasah sehingga condong pada tokoh protogonis dengan karakternya yang baik dan menolak tokoh antagonis yang berkarakter jahat. Dalam cerita, nilai-nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna dan maksud cerita. Anak melakukan serangkaian kegiatan kognisi dan afeksi, mulai dari interpretasi, komprehensi, hingga inferensi terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya (Musfiroh, 2008: 19). Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya sehingga anak dapat secara aktif memikirkan pemecahan suatu masalah. Dengan demikian pembelajaran lebih
40
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
bermakna bagi peserta didik dan memberi manfaat dalam hidupnya sehingga membantu pengembangan karakter peserta didik. Sarumpaet (2010: 19) menyatakan bahwa cerita rakyat sangat berperan dalam menolong beradaptasi dengan lingkungan yang seringkali tidak ramah. Segala harapan, berbagai kesulitan hidup, duka nestapa para tokoh dalam cerita dipercaya dapat membantu masyarakat pemiliknya dan pembacanya untuk melanjutkan hidupnya dengan memahami dan mengelola alam dan lingkungannya. Cerita rakyat mengandung nilai-nilai dan amanat yang terdapat dalam cerita yang tidak disampaikan secara langsung, namun melalui alur cerita, sikap dan tingkah laku tokoh-tokoh. Peserta didik diharapkan mengambil pesan atau amanat cerita serta merangsang imajinasinya mengenai cerita sehingga proses pendidikan berlangsung meyenangkan dan tidak terkesan menggurui. Guru Sekolah Dasar mempunyai peran strategis dalam memberikan pemahaman dan pengalaman peserta didik tentang sastra yang mampu membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran sastra. Pendidikan karakter dalam sekolah perlu dioptimalkan dalam kegiatan pembelajaran yang yang melibatkan komponen peserta didik, guru, serta perangkat pembelajarannya. Pemilihan materi menjadi sangat penting dalam pendidikan karakter. Pemasukan nilai-nilai dalam pembelajaran yang diajarkan menuntut kepekaan guru untuk dapat memberikan transfer pengetahuan dalam hal ini karakter yang tepat untuk peserta didiknya. Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar perlu dirancang, dikelola dengan benar sehingga menghasilkan pencapaian akademik serta terbentuknya sikap dan perilaku yang baik. Hal lain yang dapat diupayakan misalnya dengan memberikan pembelajara sastra tidak serta-merta hanya diberikan pada jam belajar. Guru dapat memberikan kesempatan dan dorongan kepada peserta didik agar dapat menyisihkan waktunya untuk membaca, dalam hal ini membaca cerita rakyat. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama yang baik seluruh komponen sekolah, termasuk perpustakaan. Penyediaan buku cerita rakyat sebagai salah satu sarana dalam membentuk karakter anak yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia agar dapat menjadi bekal peserta didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berbudaya dan beretika sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. PENUTUP Karakter merupakan salah satu modal utama yang ada dalam diri manusia yang dapat dijadikan salah satu solusi menghadapi tantangan baik dari dalam maupun luar akibat dari pengaruh globalisasi. Karakter dapat menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Pembentukan karakter pada anak hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan cara pembiasaan agar anak dapat mempraktekkannya sehingga dapat terinternalisasi dalam kehidupan
41
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
anak. Sekolah memberi peluang bagi pendidikan karakter untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya yang positif dalam dunia pendidikan. Pengembangan pendidikan karakter secara integratif efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional dan dapat dijadikan sebagai bekal anak menghadapi tantangan globalisasi. Pendidikan karakter salah satunya dapat melalui pembelajaran sastra. Cerita rakyat merupakan salah satu dari jenis karya sastra. Cerita rakyat sebagai sarana mewarisi nilai budaya yang sesuai dengan karakter bangsa, dijadikan sarana strategis untuk menanamkan nilai dan karakter kepada peserta didik yang bertujuan untuk pembentukan karakter anak. Pembelajaran karakter melalui cerita rakyat bermanfaat agar peserta didik memperoleh dan belajar berbagai pengalaman dari cerita tanpa harus mengalami yang kemudian dimanfaatkan untuk mengambil sikap dalam kehidupannya dan anak dapat secara aktif memikirkan pemecahan suatu masalah. Pendidikan karakter dalam sekolah perlu dioptimalkan dalam kegiatan pembelajaran yang yang melibatkan komponen peserta didik, guru, serta perangkat pembelajarannya. Pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Dasar perlu dirancang dan dikelola dengan benar sehingga menghasilkan pencapaian akademik serta terbentuknya sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sebagai bekal peserta didik untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang berbudaya dan beretika sesuai dengan karakter bangsa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Elkind, David & Freddy, S. (2004). http://www.goodcharacter.com/Article4 .html (diakses pada 8 Maret 2016. Pukul. 15.55 WIB) Goleman, Daniel. (1997). Emotional Inteligence Alih Bahsa Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Haryadi. (2014). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Peranan%20Sastra %20dalam%20Pendidikan%20Karakter.doc (diakses pada 10 Maret 2016. Pukul. 11.00 WIB) Kiefer, Barbara Z. (2010). Charlotte Huck’s Children’s Literature. New York: The McGraw-Hill Companies Lickona, Thomas. (2013). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Jakarta: Bumi Aksara. Musfiroh, T. (2008). Memilih, menyusun, dan menyajikan cerita untuk anak usia dini. Yogyakarta: Tiara Wacana. Muslich, Masnur. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT. Bumi Aksara
42
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
Mustadi, Ali. (2012). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Yogyakarta: Proceeding seminar nasional ikatan alumni (IKA) UNY, 88-101. Mustakim, Muh. Nur. (2005). Peranan Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak. Yogyakarta: Gajah Mada. Papalia, Diane E., dkk. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Samani, Muchlas dan Haryanto. (2013). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sarumpaet, Riris K. Toha. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor. Karakter: Nilai Inti bagi Upaya Pembinaan Kepribadian Bangsa. Bandung: Widya Aksara. Tompkins, G.E. (1994). Teaching writing balancing process and product. New York: Macmillan College Publishing Company.
43
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
44